• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komparasi Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan Dan Zakiah Darajat Terhadap Pendidikan Agama Islam Pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Komparasi Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan Dan Zakiah Darajat Terhadap Pendidikan Agama Islam Pada Anak"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruanuntuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Rendi Setiawan

NIM 108011000112

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Untuk memelihara fitrah tersebut, manusia harus mengetahui nilai baik dan buruknya sesuatu yang didapatkan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran atau pendewasaan anak sehingga otak dan pemikirannya berkembang. Untuk itu pendidikan menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Namun dewasa ini, walaupun sebagian besar anak-anak mengenyam pendidikan baik di sekolah maupun di masyarakat, seringkali kejadian-kejadian buruk tetap terjadi seperti tawuran, narkoba, perzinaan, dan sebagainya. Itu terjadi dikarenakan nilai moral yang rendah dan pemahaman agama yang dangkal. Oleh karena itu, pendidikan agama juga dinilai sangat penting untuk menjadikan akhlak seseorang menjadi lebih baik. Karena agama adalah sebuah pedoman dalam perjalanan hidup di dunia. Akan tetapi untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan agama tersebut memerlukan konsep dan cara yang tepat agar dapat terserap dengan baik.

Bedasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pertanyaan adalah, Bagaimana konsep Pendidikan agama Islam pada anak menurut Abdullah Nasih Ulwan dan Zakiah Darajat? Kemudian Apa persamaan dan perbedaan konsep pendidikan agama Islam pada anak menurut Nasih Ulwan dan Zakiah Darajat?

Nashih Ulwan dan Zakiyah Darajat membuat konsep pendidikan agama Islam pada anak berdasarkan materi, metode, dan lingkungan pendidikan. Materi yang perlu diajarkan di antaranya: pendidikan iman, moral, fisik, rasio, sosial, kejiwaan dan seksual. Adapun tambahan materi menurut Zakiyah Darajat, yaitu pendidikan kepribadian dan ibadah. Kemudian metode pendidikan yang diterapkan di antaranya adalah pendidikan dengan keteladanan dan kebiasaan. Lalu lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku di perpustakaan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dan dalam penyajian datanya digunakan metode deskriptif analisis.

Persamaan pemikiran Nashih Ulwan dan Zakiyah Darajat, di antaranya yaitu mereka mengaitkan materi pendidikan dengan berbagai tanggung jawab orang tua atau pendidik lainnya seperti guru. Kemudian metode pendidikan yang memiliki kesamaan yaitu metode penerapan keteladanan dan metode dengan adat kebiasaan. Sementara itu perbedaan pemikiran mereka terdapat pada dalam penerapan metode pendidikan dengan memberikan hukuman, di mana Nashih Ulwan melegalkan hukuman dalam pendidikan agama, sedangankan Zakiah tidak menerapakan pendidikan hukuman dalam mendidik anak.

(6)

ii

Nya. Terutama nikmat sehat sehingga peneliti mempunyai kesempatan untuk menyusun tugas akhir kuliah ini.

Shalawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang mulia, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di Dunia dan di Akhirat beliau adalah Nabi Besar Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, Alhamdulillah akhirnya peneliti berhasil menyelesaikan tugas akhir kuliah berupa skripsi ini. Tidak sedikit halangan dan rintangan yang dihadapi dalam penulisan skripsi ini. Peneliti sadar akan kelemahan dan keterbatasan yang ada. Namun dengan motivai yang tinggi akhirnya peneliti dapat melaluinya. Semua itu tidak terlepas dari dukungan-dukungan yang diberikan kepada peneliti, terutama dukungan-dukungan dari keluarga. Dukungan dari pihak lain pun sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini seperti teman-teman, dosen, terutama dosen pembimbing yang selalu mengarahkan dan mengoreksi penulisan skripsi ini.

Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan, Pembantu Dekan Bid. Akademik Nurlena Rif'ai, MA. Ph.D, Pembantu Dekan Bid. Adm. Umum Abd. Rozak, M.Si, Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan Dr. Muhbib Abdul Wahab, M.Ag. 2. Bapak Bahrissalim, MA, selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam

dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

(7)

iii

memberikan ilmu kepada penulis selama diperkuliahan.

6. Keluarga tercinta, yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Terutama untuk ayahanda Rinaldi (Al-marhum) dan ibunda Rosmiati S.pd.I dan juga Apak Johari, S.pd.I yang selalu mengingatkan dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

Robbighfirlii wa li waliddayya warhamhuma kama robbayani shoghiro. 7. Dan juga adinda tercinta Rifkie Victony, Wahyudi Akbar, Hafizha

al-Yani, Dan juga kepada keluarga Besar Pak Ali Usman dan Pak Ismail yang senantiasa memberi semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi. 8. Untuk teman-teman senasib seperjuangan mahasiswa PAI “D” angkatan

2008 yang telah berjuang dan membantu memberi dukungan moril maupun materil selama kuliah. Dan teman-teman kosan pak lubis 14b kalian telah menjadi sahabat, tempat berbagi cerita, tawa dan tangis.

9. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis namun tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis mengakui skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hati terbuka, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan penulis.

Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah memberikan dukungan, dan peneliti berharap skripsi ini akan bermanfaat untuk kedepannya. Tidak hanya untuk peneliti tetapi untuk semua yang membaca skripsi ini.

Jakarta, 27 Mei 2013

(8)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pendidikan Islam ... 10

1. Pengertian Pendidikan Islam ... 10

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 16

3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam ... 18

4. Metode pendidikan Islam... 21

B. Konsep Pendidikan Agama Islam Pada Anak Menurut Abdullah Nasih Ulwan dan Zakiah Darajat ... 24

1. Abdullah Nasih Ulwan a. Riwayat Hidup ... 24

b. Riwayat Pekerjaan dan Karya Abdullah Nashih Ulwan ... 27

c. Pemikiran Nashih ulwan tentang pendidikan agama pada anak ... 30

2. Zakiah Darajat ... 44

a. Riwayat Hidup ... 44

(9)

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian ... 66

B. Metodologi Penelitian ... 66

C. Fokus Penelitian ... 68

D. Prosedur Penelitian ... 69

BAB IV KOMPARASI PEMIKIRAN KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK MENURUT ABDULLAH NASHI ULWAN DAN ZAKIAH DARAJAT A. Persamaan Pemikiran Abdullah Nashi Ulwan dan Zakiah Darajat 1. Materi Pendidikan Agama Islam ... 70

2. Metode Pendidikan Agama Islam ... 75

3. Lingkungan Pendidikan Agama islam ... 76

B. Perbedaan Pemikiran Abdullah Nashi Ulwan dan Zakiah Darajat ... 79

C. Kontribusi Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan Zakiah Darajat terhadap Pendidikan Agama Islam terhadap Anak pada saat ini ... 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 87

(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang dilahirkan dalam keadaan lemah dan tak berdaya, namun demikian ia telah mempunyai potensi bawaan yang bersifat laten. Dalam perkembangannya, manusia dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, dan salah satu sifat hakiki manusia adalah mencapai kebahagiaan. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Muhaimin dan Abdul Mujib dalam bukunya

Pemikiran Pendidikan Islam, “Sejak dilahirkan anak membawa fitrah beragama. Di dalam fitrah terkandung pengertian baik buruk, benar salah, indah jelek, lempeng sesat, dan seterusnya. Oleh karenanya pelestarian fitrah ini dapat dibentuk lewat pemeliharaan sejak awal atau mengembalikannya pada kebaikan setelah ia mengalami penyimpangan”.1

Untuk memelihara fitrah manusia dan mengetahui nilai baik dan buruknya sesuatu maka manusia memerlukan sebuah pendidikan dan pembelajaran, agar dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

1

(11)

Pendidikan adalah proses pembelajaran seseorang untuk mengetahui apa yang belum diketahui. Dalam perkembangannya agar manusia mengerti bagaimana menjalankan kehidupan yang benar dan sempurna. Karena hanya melalui pendidikanlah otak dan pemikiran manusia dapat berkembang. Adapun pengertian pendidikan menurut Hery Jamhari Muchtar, “Pendidikan adalah suatu proses mendewasakan manusia dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk “memanusiakan” manusia. Melalui pendidikan, manusia tumbuh dan berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia”.2

Upaya itu pun diperjelas oleh Imam Ghozali dalam bukunya Ihya Ulumudinyang menjelaskan bahwa pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri pada Allah hingga menjadi manusia sempurna.3

Dengan kata lain, pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi manusia. Kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kualitas, pontensi dan bakat diri. Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran dari kurang paham menjadi paham, intinya adalah pendidikan membentuk jasmani dan rohani menjadi paripurna.

Untuk itu kebutuhan pendidikan tidak hanya berhenti pada tingkat pendidikan akademik saja yang kebanyakan mempelajari ilmu-ilmu umum. Melainkan pendidikan keagamaan yang bersifat rohani dinilai sangat perlu, sebagai landasan pedoman hidup. Untuk itu perlu kiranya pendidikan Agama Islam diterapkan di keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2

Hery Jamhari Muchtar,Fiqih Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm. 1

3

(12)

Selain itu, pentingnya pendidikan agama juga sebagai batasan-batasan anak dalam berperilaku. Karena dewasa ini, walaupun sebagian besar anak-anak mengenyam pendidikan di sekolah, tetapi banyak terjadi kasus-kasus seperti tawuran, perzinaan, dan konsumsi obat-obat terlarang (narkoba). Itu semua terjadi karena kurangnya pemahaman mereka terhadap norma-norma yang ditetapkan oleh agama tentang bagaimana bersikap dan berpetilaku. Untuk itu pendidikan agama harus benar-benar terserap dan terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari anak, dengan keadaan lingkungan-lingkungan yang mendukung.

Mengkaji pendidikan agama Islam, tidak dapat dilepaskan dengan persoalan moralitas. Pandangan simplistis menyatakan bahwa kebangkrutan moral tersebut ada kaitannya dengan kegagalan sistem pendidikan sekarang, termasuk di dalamnya adalah kegagalan pendidikan agama di sekolah. Meskipun pendapat ini tidak sepenuhnya salah, namun harus disadari bahwa pendidikan pada dasarnya tidak terbatas pada lingkup sekolah, namun juga pada keluarga dan masyarakat.

Pendidikan Islam sangat penting, dan harus dipelajari oleh seluruh umat Islam karena dasar-dasar agama Islam menjadi pedoman hidup. Kemudian Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mendefinisikan bahwa “Pendidikan Islam adalah pengembangan kepribadian dalam semua aspeknya secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.”4 Dengan pengertian pengembangan pribadi antara lain mencakup pendidikan oleh diri sendiri, lingkungan dan orang lain (guru). Dalam pendidikan itu sendiri, mencakup pendidikan jasmani, akal, dan hati. Agar pribadinya dapat berkembang secara maksimal dan menjadi Muslim sejati.

Dalam lingkungan pendidikan, keluarga dan masyarakat adalah lingkungan yang banyak mempengaruhi pribadi anak, sehingga kedua institusi itu juga bertanggung jawab terhadap pendidik anak-anak. Keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal anak, perhatian yang penuh dari orang tua untuk mendidik adalah suatu bekal yang sangat berharga untuk mengukir pribadi anak, sedangkan masyarakat sebagai lingkungan yang lebih luas, maka memiliki

4

(13)

pengaruh positif dan negatif terhadap kepribadian anak. Karena lingkungan masyarakat memiliki tingkat akulturasi yang tinggi, maka kontrolsosial yang kuat dari masyarakat sangat dibutuhkan, sehingga masyarakat juga menyadari tentang arti pentingnya membentuk suatu masyarakat yang tentram dan damai.

Kemudian pendidikan Islam itu memberikan bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma yang Islami agar berbentuk kepribadian muslim. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Kholiq dalam bukunya Pemikiran Pendidikan Islam, bahwa “Pendidikan anak-anak adalah bagian dari pendidikan individu yang mendasar yang bertujuan menyiapkan dan membina setiap individu supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna dan menjadi insan soleh di dalam hidup masyarakat”.5

Anak adalah generasi yang akan meneruskan orang tuanya. Apabila orang tua mempunyai sejarah yang baik, maka sebaiknya anak mempunyai sejarah yang lebih baik lagi, sehingga rentetan generasi dari yang tua kepada yang muda menjadi lebih baik. jika keadaan anak sama dengan orang tua, maka tidak ada kemajuan. Yang menjadi permasalahan adalah siapa yang harus bertanggung jawab untuk menjadikan anak lebih baik dari orang tuanya. Agar anak lebih baik keadaan orang tuaya, maka harus mendapat pendidikan yang cukup. Dan yang bertanggung jwab dalam hal ini adalah orang dewasa. Terutama orang tuanya sendiri dan guru.

Dalam agama Islam perlu diarahkan agar anak didik menjadi soleh, yang paling tepat untuk menjadikan anak yang soleh adalah pendidikan agama. kemudian untuk menjadi anak yang soleh, harus tahu norma tentang yang baik dan buruk. Untuk mengetahui norma tersebut, anak harus mendapat pendidikan agama, karena agama memberikan norma-norma yang pasti dan mutlak mengenai baik dan buruk, serta benar dan salah yang akan berlaku sepanjang masa.

5

(14)

Para pemuda pada zaman sekarang adalah anak-anak yang telah beranjak dewasa. Mereka adalah buah dari tanaman yang telah disirami pada tahun-tahun lalu. Karena itu kita harus mengerahkan segenap perhatian dan dukungan, juga mempelajari masa yang mendasar masa ini agar bisa menjadi akar yang kokoh bagi remaja. Pendidikan anak pada masa balita adalah yang sungguh-sungguh membentuk karakteristik pemuda. Kekuatan dasar yang harus dilakukan dalam mendidik pemuda. Jika tidak dilakukan sejak dini (masa kanak-kanak), maka akan sia-sialah usaha yang dikerahkan (untuk memperbaiki pemuda) dan hilanglah kaidah yang difokuskan padanya.

Kemudian menurut Imam Abu Khamid, “sesungguhnya anak itu adalah amanah dari Allah yang harus dibina, dipelihara dan diurus secara seksama dan sempurna agar kelak menjadi insan kamil, berguna bagi agama, bangsa dan Negara dan secara khusus dapat menjadi pelipur lara orang tua, penenang hati ayah dan bunda serta sebagai kebanggaan keluarga”.6

Semua pengharapan yang positif dari anak tersebut tidaklah dapat terpenuhi tanpa adanya bimbingan yang memadai, selaras dan seimbang dengan tuntutan dan kebutuhan fitrah manusia secara kodrati. Dan semua itu tidak akan didapatkan secara sempurna kucuali pada ajaran Islam. Karena bersumber pada wahyu Illahi yang paling mengerti tentang hakikat manusia sebagai makhluk ciptaanNya .

Banyak orang tua yang mempercayakan seratus persen pendidikan agama bagi anaknya kesekolah. Karena disekolah ada pendidikan agama dan ada guru agama. Orang tua agaknya merasa bahwa upaya itu telah mencukupi. Ada sebagian orang tua yang menambah pendidikan agama islam bagi anaknya dengan cara menitipkan anaknya kepesantren sungguhan, pesantren kilat atau mendatangkan guru agama kerumah. Dengan cara itu mereka akan menjadi orang yang beriman dan bertaqwa. Tindakan orang tua seperti itu merupakan tindakan yang benar, tetapi itu ternyata belum mencukupi.

6

(15)

Suatu proses pendidikan akan berhasil apabila diantara kelompok yang ada (keluarga, sekolah, dan masyarakat) saling bekerja sama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif.7 Rumah tangga (keluarga) merupakan satuan sosial terkecil. Bapak dan ibu berfungsi sebagai pendidik kodrati. Artinya secara kodrat mereka adalah pendidik bagi anak-anaknya. Dan dengan demikian beban yang diberikan kepada keduanya, agar bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya yang memang tumbuh dari naluri orang tuanya (faktor bawaan). Ayah dan ibu memiliki pengaruh penting dan dampak langsung terhadap perjalanan nasib dan masa depan anak-anak mereka, baik pengaruh pada masa kanak-kanak, remaja maupun dewasa. Lantaran itu Islam menganggap tugas pendidikan anak sebagai suatu kewajiban yang harus didahulukan.

Islam secara tegas dan jelas telah mengajarkan bahwa pembangunan

masyarakat harus diawali dari kehidupan terkecil yakni kehidupan perseorangan dalam sebuah keluarga. Allah berfirman dalam Surat At-Tahrim ayat 66;

























































Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim 66:6)

Sebagian ulama berpendapat bahwa itu termasuk di dalamnya anak-anak, karena anak-anak merupakan bagian darinya (keluarga) dan peran keluarga disini sangatlah penting. Maka harus diajarkan halal dan haram, menjauhkan dari maksiyat dan dosa-dosa.

(16)

dan pendidikan masa kanak-kanak sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian dan juga keluarga, sekolah dan masyarakat harus saling mendukung. Apabila kehidupan anak diliputi oleh suasana kasih sayang yang dilandasi oleh pendidikan agama, maka anak akan menjadi sehat jasmani dan rohaninya.

Namun menerapkan pembelajaran agama terhadap anak tidak semudah mengembalikan telapak tangan. Karena setiap anak mempunyai karakter yang beragam dengan permasalahan-permasalannya masing-masing. Semakin berkembangnya zaman, berkembang pula ilmu pengetahuan. Semua itu berpengaruh juga pada perkembangan anak, sehingga anak zaman sekarang lebih cenderung kritis dan selalu mempertanyakan apa yang membuatnya penasaran. Untuk itu para guru dan orang tua harus lebih cerdas dan kreatif dalam mendidik anak-anakya.

Mendidik anak membutuhkan banyak pengetahuan mengenai konsep pendidikan untuk menerapkannya kepada anak-anak didik ketika di keluarga, sekolah, bahkan masyarakat agar si anak tumbuh menjadi pribadi yang baik, pintar dan soleh/solehah. Baik guru maupun orang tua memerlukan konsep pendidikan yang tepat dan terarah agar dapat menjadi orang tua dan pendidik yang baik.

Beberapa tokoh pendidikan mengemukakan pendapat terkait konsep pendidikan Agama Islam Pada anak seperti Abdullah Nashih Ulwan dan Zakiah Darajat yang mempunyai banyak karya-karya tentang pendidikan. Konsep pendidikan meliputi hakekat dari pendidikan agama Islam, kemudian tujuan pendidikan agama Islam, dasar pendidikan agama Islam, materi yang akan disampaikan dan metode yang digunakan pendidik kepada anak-anak.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini diberi judul: Studi Komparasi Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan Zakiah Darajat terhadap

(17)

B. Identifikasi Masalah

1. Pentingnya Pendidikan Agama Islam pada anak dalam membentuk kepribadian

2. Cara Mendidik yang tepat dalam menyampaikan Pendidikan Agama Islam pada anak

3. Pemikiran Abdullah Nash Ulwan mengenai konsep pendidikan Agama Islam terhadap anak

4. Pemikiran Zakiah Darajat mengenai konsep pendidikan Agama Islam terhadap anak.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pendidikan agama dalam membentuk kepribadian anak sangat beragam dari berbagai sudut, di antarnya pendidikan ketika di sekolah, pendidikan yang diberikan oleh guru di sekolah akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan anak baik dari segi sikap segi maupun wawasan. Kemudian dalam kehidupan sehari-hari, dalam keluarga, ketika bergaul dengan teman-temannya, dan lain sebagainya. Selain itu, materi agama juga sangat penting diketahui dan dipahamai oleh guru ataupun orang tua agar dapat menyampaikannya kepada anak dengan baik. Untuk itu, Agar lebih terarah, konsep Pendidikan Agama Islam Pada Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi pendidikan agama Islam, metode pendidikan agama Islam, dan Lingkungan pendidikan mencakup lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat menurut Abdullah Nashih Ulwan dan Zakiah Darajat.

2. Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana konsep Pendidikan agama Islam pada anak menurut Abdullah Nasih Ulwan dan Zakiah Darajat?

(18)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kensep pendidikan anak dalam Islam menurut Abdullah Nashih Zakiah Darajat

b. Mengetahui persamaan dan perbedaan konsep pendidikan anak dalam Islam menurut pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan Zakiah Darajat.

c. Mengetahui konsep pendidikan yang relevan digunakan untuk mendidik anak saat ini.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan bagi para pendidik baik guru ataupun orang tua dalam mengenai konsep pendidikan anak dalam islam. Selain itu diharapkan pula dapat menjadi salah satu referensi terkait konsep metode pendidikan anak bagi para penulis dan peneliti di bidang pendidikan.

(19)

0 1. Pengertian Pendidikan Islam

Masalah pendidikan merupakan suatu kajian yang sangat menarik, karena pemahaman makna tentang pendidikan sendiri pun juga beragam. Perlu diketahui bahwa banyak sekali istilah-istilah dalam pendidikan itu sendiri. Seperti pengajaran, pembelajaran, pedagogi, pendidikan, pelatihan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat dijumpai dalam buku-buku yang mengkaji tentang pendidikan.

Istilah pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakat dan bangsa. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Marimba bahwa dalam pendidikan terdapat beberapa unsur, diantaranya yaitu:

a. Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan dilakukan secara sadar. b. Ada pendidik, pemimpin atau penolong.

(20)

d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.

e. Dalam usaha itu terdapat alat-alat yang dipergunakan1

Pemaknaan pendidikan menurut Marimba ini dikatakan terbatas, karena pemahaman arti tersebut hanya bersifat kelembagaan saja, baik dikeluarga, sekolah maupun masyarakat. Kenyataanya bahwa dalam proses menuju perkembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh orang lain, tetapi ia juga menerima pengaruh dari selain manusia, contohnya dari perkembangan teknologi, dan lain-lain.

Sementara itu, Menurut Arifin definisi pendidikan yang telah disepakati adalah “bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal”.2 Lebih lengkapnya, menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, “pendidikan adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai-nilai kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup”.3

Dari pengertian pendidikan di atas, maka Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu subjek pelajaran yang diberikan kepada anak yang beragama Islam dalam rangka untuk mengembangkan keberagaman Islam bagi anak. Menurut Ahmadi, “pendidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam”.4

Adapun pendidikan Islam, menurut Al Qardhawi adalah “pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karenanya pendidikan Islam berupaya menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk

1

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif,

1989}, hlm19. 2

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplinier), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 22

3

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 27-28.

4

(21)

menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.”5

Sementara itu, Hasan langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai”suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan kemampuan pengetahuan dan nilai-nilai islam yang dilaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal dan memetik hasilnya kelak diakhirat”.6 Kemudian Bakir Yusuf Barmawi berpendapat, bahwa “pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi yang terpenting adalah penanganan jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak anak masih kecil dengan membiasakan anak pada kebiasaan yang baik”.7 Hal ini akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak, karena pada usia anak-anak, mereka akan menyerap arahan atau pembelajaran dengan baik.

Keluarga dan masyarakat adalah lingkungan pendidikan yang banyak mempengaruhi pribadi anak, sehingga keduanya itu juga bertanggung jawab terhadap pendidik anak. Keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal anak, perhatian yang penuh dari orang tua untuk mendidik adalah suatu bekal yang sangat berharga untuk mengukir pribadi anak, sedangkan masyarakat sebagai lingkungan yang lebih luas, maka memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap kepribadian anak. Karena lingkungan masyarakat memiliki tingkat akulturasi yang tinggi, maka kontrol sosial yang kuat dari masyarakat sangat dibutuhkan, sehingga masyarakat juga menyadari tentang arti pentingnya membentuk suatu masyarakat yang tentram dan damai.

Menurut Marasudin Siregar, “Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam menyakini, memahami dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

5

Yusuf al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al Banna, Terj. Bustami A.Gani ,(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm 39.

6

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: al

Ma’arif, 1980),hlm 6.

7

Bakir Yusuf Barmawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam pada Anak,

(22)

hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”.8

Jadi pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan syariat agama Islam pada anak untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari, tetapi juga mengajarkan bagaimana cara tenggang rasa dan menghormati agama lain. Karena hidup di Indonesia mempunya keberagaman suku dan agama, untuk itu selain menjadi umat beragama yang baik, juga harus menjadi anak bangsa yang baik.

Kemudian menurut Nurcholis Madjid,“pendidikan agama adalah suatu pendidikan untuk pertumbuhan secara total terhadap seorang anak didik. Pendidikan agama pada dasarnya tidak hanya dibatasi pada pengertian-pengertian konvensional dalam masyarakat”.9 Sebenarnya pendidikan agama itu sangat luas dan mendalam, karena ini tidak hanya untuk mengetahui pengetahuan agama agar anak dapat bersikap baik saja, melainkan tentang kebatinan atau kebutuhan rohani. Setiap manusia membutuhkan ketentraman dalam hatinya. Dalam pendidikan agamalah mereka akan mendapatkannya.

Berkaitan dengan pengertian pendidikan agama, maka Musthafa al-Ghulayani berpendapat tentang fungsi pendidikan, yaitu:“Pendidik anak dalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air”.10

Dan F.J.Mc Donald mengatakan: “Education in thesense used here, is aprocess or an activity which is directed at producing desirable changes in

thebehavior of human being”.11 Maksudnya, pendidikan dalam pengertian

8

Marasudin Siregar,"Pengelolaan Pengajaran (Suatu DinamikaProfesi Keguruan)”,

dalam M. Chabib Thohadan Abdul Mu’thi, PBM-PAI di Sekolah Eksistensidan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.180

9

Nurcholis Madjid,MasyarakatReligius,(Jakarta: Paramadina, 2000),hlm. 93. 10

Musthafa al-Ghulayani, Idhah al-Nashiin, (Pekalongan: Rajamurah, 1953), hlm. 189

11

(23)

yang digunakan ini adalah suatu proses atau aktivitas yang diarahkan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam perilaku manusia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha secara sadar untuk menumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai keagamaan, sehingga anak didik dapat bersikap dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama Islam.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Persoalan pendidikan adalah persoalan yang menyangkut hidup dan kehidupan manusia yang senantiasa harus berproses dalam perkembangan kehidupannya. Setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Maka Ali Ashraf mengatakan dalam bukunya yang berjudul Horison Baru Pendidikan Islam, bahwa “pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui latihan semangat intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan rasa tubuh”.12

Dari rumusan di atas dapat dikatakan, bahwa tujuan pendidikan agama Islam ialah membentuk manusia yang berkepribadian muslim, yakni manusia yang takwa dengan sebenar-benarnya terhadap Allah SWT.

Sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut, jelas bahwa sebuah tujuan memiliki nilai yang sangat penting dalam proses pendidikannya. Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany mengemukakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam mencakup empat ciri pokok sebagai berikut:

1. Sifat yang bercorak agama dan akhlak

2. Sifat komprehensif yang mencakup segala aspek pribadi pelajar dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat

3. Sikap keseimbangan, kejelasan, tidak ada unsur pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya

4. Sifat realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan memperhitungkan perbedaan-perbedaan perorangan di antara individu, masyarakat dan

12

(24)

kebudayaan di mana-mana dan kesanggupan untuk berubah dan berkembang bila diperlukan.13

Abdurrahman An-Nahlawi berpendapat, bahwa “tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk mendidik seluruh kecenderungan, dorongan dan fitrah, kemudian mengarahkan semuanya kepada tujuannya yang tertinggi menuju ibadah kepada Allah”.14

Sementara itu, Muhammad Quthb mengatakan dalam bukunya yang berjudul Sistem Pendidikan Islam bahwa:

Islam melakukan pendidikan dengan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara mental dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikit pun yang diabaikan dan tidak merasa apapun selain apa yang dijadikannya sesuai dengan fitrahnya.15

Berdasarkan tujuan pendidikan agama Islam yang telah diuraikan di atas, maka setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang dengan sempurna. Untuk mencapai tujuan itu, orang tua menjadi pendidik pertama dan utama. Kaidah ini ditetapkan secara kodrati, artinya orang tua tidak dapat berbuat lain. Mereka harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya.

Sebagaimana yang dikemukakan Ahmad tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam bahwa “tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal. Itu meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani, akal dan rohani. Tujuan

13

Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Langgulung, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hlm. 436.

14

Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam,

(Bandung: Diponegoro, 1989), hlm.182. 15

Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung: al

(25)

lain ialah membantu sekolah/lembaga kursus dalam mengembangkan pribadi anak didiknya”.16

3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam

Dasar-dasar pendidikan Islam sebagaimana yang dikemukakan oleh Djurmansyah, secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya yaitu:

a. Al-Qur’an dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi pendidikan yaitu penghormatan kepada akal, kewajiban menuntut ilmu, dan lain sebagainya.

b. Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.

c. Warisan pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap ajaran-ajaran pokok Islam.17

Sedangkan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam mempunyai status yang sangat kuat. Adapun dasar pelaksanaan tersebut dapat ditinjaudari beberapa segi sebagaimana yang dijelaskan Zuhairani dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agamayaitu :

a. Dasar yuridis atau hukum, yakni peraturan dan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama di wilayah suatu Negara. Adapun dasar dari segi yuridis di Indonesia adalah :

Pancasila; dasar pendidikan agama yang bersumber pancasila khususnya sila pertama ini mengandung pengertian bahwa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk merealisasikan sila pertama ini diperlukan adanya pendidikan agama, karena tanpa pendidikan agama akan sulit mewujudkan sila pertama ini.

UUD 1945; yang digunakan sebagai dasar dari UUD 1945 mengenai pendidikan agama ini sebagaimana yang tertera dalam pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “Negara berdasarkan atas keTuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”

Berdasarkan pada UUD 1945 tersebut, maka bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menganut suatu agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang

16

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 155.

17

Djumransjah, dkk, Pendidikan Islam ; Menggali “Tradisi”, Meneguhkan

(26)

Maha Esa. Dalam arti Negara melindungi umat beragama untuk menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agamnya masing-masing.18

b. Dasar religius, yakni mengenai dasar pendidikan agama Islam iniadalah Al Quran dan Hadits, yang tidak diragukan lagi kebenarannya.Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Al Baqarah ayat 2:











Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa

Berdasarkan dari ayat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa AlQuran itu tidak diragukan lagi kebenarannya dan merupakan petunjuk bagi orang bertaqwa. Dengan demikian, Al Quran merupakan kitab yang mengandung nilai-nilai luhur dan norma-norma untuk mengembangkan kehidupan manusia ke arah kesempurnaan atau manusia dalam arti seutuhnya, yaitu manusia sebagai makhluk individu, sosial, berakhlak atau bermoral dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya. Dalam alQuran banyak ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara lain sebagai berikut.

1)

Dalam Al Quran surat an-Nahl ayat 125, yang berbunyi :









serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

2) Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 104, yang berbunyi

18

(27)

















Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

3) Selain itu ada hadits dari riwayat Bukhori

ﻪ ﻧ ﺎ ـ ـ ﺴ ﺤ ﳝ

ﻰ ﻠ ﻋ ﺪ ــ ﻟ ﻮ ﻳ ﺪ ﻟ ﻮ ﻣ ﻞ ﻛ

setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR Baihaki)

Ayat-ayat dan hadits tersebut memberikan pengertian bahwa dalam ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik agama baik pada keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya walaupun hanya sedikit.

c. Dasar sosial psikologi, yakni bagi manusia pemenuhan kebutuhan jasmani saja belum cukup tanpa keutuhan rohani. Untuk memenuhi keutuhan tersebut, maka dibutuhkan suatu pegangan hidup yang disebut agama, karena dalam ajaran agama tersebut ada perintah untuk saling tolong menolong. Dengan agama pula lah, mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya bila mereka mendekatkan diri dan mengabdi pada Dzat Yang Maha Kuasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 28, yang berbunyi:

                      

(28)

4. Metode Pendidikan Islam Pada Anak

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan

hodos. Metaberarti“melalui” dan hodosberarti “jalan” atau “cara”.19 Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Runes sebagaimana yang dikutip oleh Mohammad Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :

1) Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2) Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu

pengetahuan dari suatu materi tertentu.

3) Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.20 Berdasarkan pendapat runes tersebut, Samsul Nizar berpendapat bila dikaitkan dengan proses kependidikan Islam, maka “metode berarti suatu prosedur yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (dari segi pendidik)”.21

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Ahmad Tafsir secara umum membatasi bahwa “metode pendidikan adalah semua cara yang dipergunakan dalam upaya mendidik”.22

Kemudian, menurut Abdul Munir Mulkan sebagaimana yang dikutip oleh Samsul Nizar mengemukakan bahwa “metode pendidikan adalah salah satu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik”.23

Sementara itu Omar Mohammad al-Syaibani menjelaskan bahwa metode pendidikan adalah “segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemesti-mestian mata pelajaran yang diajarkannya,

19

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis Beradasarkan Pendekatan Interdisipliner(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 61

20

Mohammad Noor Syam, Falsafah Pendidikan Pancasila(Surabaya: Usaha Nasional, 1986),hlm.24

21

Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis

(Jakarta: Ciputat Pres, 2002),hlm 66 22

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 31

23

(29)

ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka”.24

Adapun Macam-macam Metode Pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1) Metode Hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi

Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah kepada suatu tujuan.hiwar mempunyai dampak yang sangat dalam terhadap jiwa pendengar dan pembaca yang mengikuti topik percakapan secara seksama dan penuh perhatian.

Adapun macam-macam metode hiwar sebagaimana yang dikemukakan Abdurrahman An-Nahlawi, yaitu:

a) Hiwar Khitabi atau ta’abudi (percakapan pengabdian), b) Hiwar Washfi (percakapan diskriptif)

c) Hiwar qishashi (percakapan berkisah) d) Hiwar jadali (percakapan dialektis) e) Hiwar nabawi.25

2) Pendidikan dengan teladan

Murid-murid cenderung meneladani pendidiknya: ini diakui oleh semua ahli pendidikan, baik dari barat maupun dari Timur. Dasarnya ialah karena secara psikologis anak memang senang meniru: tidak saja yang baik, yang jelek pun juga akan ditiru.26Dengan demikian, maka mendidik dengan cara teladan sangat baik dilakukan. Selayaknya seorang pendidik menjadi figur teladan yang patut untuk ditiru.

3) Pendidikan dengan latihan dan pengamalan

Diakui, bahwa dengan metode belajar“laearning by doing” atau dengan jalan mengaplikasikan teori dengan praktek, sangat terkesan dalam jiwa,

24

Omar Mohammad al-Syaibani Falsafah Pendidikan Islam. Terj. Hasan Langgulung(Jakarta: Bulan Bintang,1979).hlm 553

25

Abdurrahman an-nahlawi, Pendidikan islam di rumah sekolah dan masyarakat, (Jakarta: Gema insani press, 1995), hlm. 283

26

(30)

mengokohkan ilmu dalam kalbu dan menguatkan jiwa. Belajar dengan maksud diterapkan dalam amal saleh merupakan salah satu syarat keabsahan ilmu untuk diterima di sisi Allah. Salah satu metode yang digunakan Rasulullah saw. Dalam mendidik para sahabat adalah dengan metode latihan (pembiasaan). Inti pembiasaan adalah pengulangan. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan.

4) Metode ibrah dan Mau’idhoh

Ibrah dan I’tibar adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia

untuk mengetahui inti sari sesuatu perkara yang di saksikan, diperhatikan, di diskusikan , di timbang-timbang, di ukur, dan diputuskan oleh manusia secara nalar yang menyebabkan hati mengakuinya. Pendidikan Islam memberikan perhatian yang khusus kepada metodeibrahagar pelajar dapat mengambilnya dari kisah-kisah dalam Al-Quran, sebab kisah itu bukan sekedar sejarah, melainkan sengaja diceritakan Tuhan karena ada pelajaran (ibrah) yang penting didalamnya. Mau’idhah adalah pemberian nasehat dan peringatan kebaikan dan kebenaran dengan cara menyentuh qalbu dan menggugah untuk mengamalkannya.

5) Pendidikan dengan Targhib dan Tarhib

Ahmad Tafsir menjelaskan dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islamtentang metode pendidikan ddengan taghrib dan tarhib, yaitu:

Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan.Tarhibialah ancaman karena dosa yang dilakukan.Targhibbertujuan agar orang mematuhi aturan Allah. Sama halnya dengan Tarhib, namun titik tekannya ialah Targhib agar melakukan kebaikan, sedang Tarhib menjauhi kejahatan. Targhib dan tarhib dalam pendidikan islam berbeda dari metode ganjaran dan hukuman dalam pendidikan Barat. Perbedaan utamanya adalah

Targhib dan tarhib berdasarkan ajaran Allah, sedangkan ganjaran dan hukuman bersandarkan hukuman dan ganjaran duniawi.27

27

(31)

Kemudian Abdurrahman An-Nahlawi menekankan, “hendaknya pendidik menanamkan keimanan dan aqidah yang benar di dalam jiwa anak-anak, agar kita dapat menjanjikan (Targhib) surga kepada mereka dan mengancam(Tarhib)mereka dengan azab Allah, sehinggaTarghibdanTarhib

ini langsung atau tak langsung”.28

B. Konsep Pendidikan Agama Islam Pada Anak Menurut Abdullah Nashi Ulwan dan Zakiyah Darajat

1. Abdullah Nashi Ulwan a. Riwayat Hidup

Abdullah Nashih Ulwan merupakan pemerhati masalah pendidikan terutama pendidikan anak dan dakwah Islam. Abdullah Nashih Ulwan dilahirkan pada tahun 1928 di daerah Qadhi Askar yang terletak di kota Halb, Syiria.29Beliau dibesarkan dikalangan keluarga yang berpegang teguh pada agama.Ayahnya Syeikh Said Ulwan merupakan seorang ulama sekaligus seorang dokter yang disegani. Selain dari menyampaikan risalah islam di seluruh pelosok kota Halb, beliau juga menjadi tumpuan untuk mengobati berbagi penyakit dengan ramuan akar kayu yang dibuat sendiri. Ketika merawat orang yang sakit, lidahnya senantias membaca Al-Qur’an dan menyebut nama Allah. Syeikh Said Ulwan senantiasa mendoakan anak-anaknya lahir sebagai seorang ulama. Murabbi yang dapat memandu masyarakat. Allah memperkenankan doa beliau dengn lahirnya Abdullah Nashih Ulwan sebagi ulama (Murabbi) pendidik rohani dan jasmani yang disegani di abad ini.30

Abdullah Nashih Ulwan menghabiskan umurnya dalam dunia pendidikan sebagai pendidik dan pendakwah. Abdullah Nashih Ulwan

28

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. (Bandung: CV. Diponegoro,1992), hlm. 414.

29

Abdullahh Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, trjm. Jamaluddin Miri (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), jilid II,hlm.

30

(32)

diangkat sebagai pendidik pertama kali di sebuah sekolah dikota kelahirannya yaitu dikota Halb.31

Adapun riwayat pendidikan beliau yaitu pendidikan tingkat rendahnya (Ibtidaiyyah) dimulai oleh Abdullah Nashih Ulwan di kota kelahirannya yaitu di kota Halb. Setelah Abdullah Nashih Ulwan berusia 15 Tahun, Syeikh Said Ulwan memasukkan beliau ke Madrasah Agama untuk mempelajari ilmu Agama dengan cara yang lebih luas. Ketika Abdullah Nashih Ulwan berumur 15 tahun, beliau sudah menghafal Al-Quran dan sudah mampu menguasai Bahasa Arab dengan baik. Selama beliau berada di madrasah, beliau merima bimbingan dari Guru-Guru mursyid. Abdullah Nashih Ulwan sangat mengagumi Syeikh Raghib al Tabhakh, seorang ulama hadist di kota Halb. Abdullah Nashih Ulwan merupakan orang yang sangat cerdas sehingga senantiasa menjadi tumpuan rekan-rekanya di Madrasah, beliau juga seorang yang aktif dalam organisasi sehingga mahir berpidato dan menjadi ketua kantor penerbitan yang bertanggung jawab dalam menerbitkan tulisan ilmiah kepada masyarakat sekitar.

Beliau di kenal sebagai orang yang berpegangan teguh pada kebenaran serta mempunyai kemahiran dalam pergaulan dan dakwah.Sewaktu usia remaja beliau sudah gemar membaca tulisan ulama-ulama terkenal di waktu itu seperti Dr Syeikh Mustafa al Sibaei. Pada tahun 1949 beliau melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di Mesir dalam bidang Syariah Islamiyah. Setelah menyelesaikan dalam bidang Syari’ah Islamiyah Abdullah Nashih Ulwan melanjutkan pendidikannya di Universitas al Azhar pada tahun 1950 pada fakultas Ushuluddin dan memperoleh ijazah pertama dalam Fakultas Usuluddin pada tahun 1952, seterusnya beliau memperoleh gelar megister pendidikan pada tahun 1954 di almamater yang sama, kemudian pada tahun 1982 Abdullah Nashih Ulwan memperoleh ijazah kedoktoran dari Universitas al Sand Pakistan dengan tesis yang berjudul “fiqh Dakwah wa al Da’iah’.32 Setelah Abdullah Nashih Ulwan pulang dari al Azhar ia memulai

31

ibid. 32

(33)

pengabdianya sepanjang masa sebagai pendakwah. Beliau di angkat sebagai guru di sebuah sekolah dikota kelahirannya yaitu di kota Halb . Beliaulah orang yang memperkenalkan mata pelajaran Tarbiyah islamiyah, yang harus di ambil oleh seluruh murid-murid menengah Syria.Pelajaran Tarbiyah Islamiyah menjadi pelajaran wajib bagi murid-murid menengah di syiria.

Pada tahun 1980 Abdullah Nashih Ulwan mendapat tawaran jadi dosen pada jurusan Studi Islam di Universitas Malik Abd Aziz, di kota Jeddah. Beliau menjadi dosen di Universitas tersebut hingga ia wafat33

Dunia Islam merasa kehilangan salah seorang `ulama' dan da'i yang mukhlis ketika Syeikh Abdullah Nashi `Ulwan kembali ke Rahmatullah setelah diserang penyakit selama tiga tahun.

Abdullah Nashih Ulwan meninggal dunia tanggal 5 Muharram 1408 H dalam usia 59 tahun di Rumah Sakit Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah Saudi Arabia. Jenazahnya dibawa ke masjidil Haram untuk disembahyangkan dan dikebumikan di Mekah..

Jadi dapat disimpulkan bahwa Abdullah Nashih Ulwan semasa hidupnya banyak menghabiskan waktunya dalam dunia pendidikan dan dunia dakwah.

b. Riwayat Pekerjaan dan Karya Abdullah Nashih Ulwan

Abdullah Nashih Ulwan dalam aktifitas dakwahnya menggunakan mesjid Umar bin Abd Aziz sebagai markaz tarbiyah generasi pemuda Syiria. Dimesjid inilah Abdullah Nashih Ulwan menyampaikan kuliah, Kuliah yang disampaikan di masjid ini adalah kuliah Fiqh, Tafsir dan Shirah. Di samping memberi kuliah, Abdullah Nashih Ulwan telah mendidik pemuda-pemuda dengan kemahiran-kemahiran berpidato dan penulisan serta kemahiran uslub berdakwah.Hasil daripada pengabdian ini lahirlah ratusan generasi muda yang berakhlak mulia dan menjadi agen penggerak dakwah Islamiyah di Syiria.

(34)

masyarakat Syiria sebagai seorang yang berbudi luhur.Menjalin hubungan baik sesama anggota masyarakat dan senantiasa menjalankan khidmat kepada masyarakat apabila diperlukan. Beliau juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ulama-ulama Syiria serta Abdullah nashih Ulwan menjadi anggota Majelis Ulama Syiria, beliau sangat dihormati di kalangan mereka.

Beliau adalah seorang yang gigih dalam gerakan Islam, mengabdikan diri untuk dakwah dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin. Beliau berhubungan erat dengan Asy-Syahid Abdul Qadir ‘Audah, Sayyid Qutb dan Al Ustadz Abdul Badi’ Shaqar( Rahimahumullah Jami’an).

Siapa saja menyampaikan dakwah Islamiyah pasti akan di uji oleh Allah, ujian untuk membuktikan kebenaran dakwah yang dibawa serta menambah keyakinan dan keteguhan yang utuh hanya kepada Allah. Allah-lah yang berhak memberikan ujian kepada siapa saja yang dikehendakinya.Abdullah Nashih Ulwan juga menerima ujian ini, sehingga memaksa beliau meninggalkan Syiria pada tahun 1979 menuju Jordan. Sewaktu di Jordan beliau terus menjalankan peranan sebagi da’i. Menyampaikan kuliah daan dakwah hampir di seluruh tempat.Menerima undangan-undangan di masjid-masjid, perayaan hari kebesaran Islam dan ceramah umum.

Beliau meninggalkan Jordan pada tahun 1980 setelah mendapat tawaran sebagai pengajar di Fakultas Pengajian Islam di Universitas Malik Abd Aziz, Jeddah, Saudi Arabia, beliau menjadi pengajar di Universitas tersebut hingga beliau dipanggil ( wafat ) oleh Allah.34

Abdullah Nashih Ulwan tidak hanya aktif dalam berdakwah tetapi ia juga gemar menulis di manapun ia berada. Walaupun sibuk dengan kuliah, undangan dan ceramah, beliau tetap meluangkan waktu untuk menulis sehingga ia banyak menghasilkan karya-karya besar tentang agama. Di antara kitab karangan beliau yang terkenal adalah:

34

(35)

a. Ila Waratsatil Anbiya( Kepada Pewaris Para Nabi )

berisikan tentang kewajiban menyampaikan ajaran islam dengan hikmah dan ajaran yang baik kepada ulama

b. At-Takafulul Ijtima’i Fil Islam( Jaminan Sosial Dalam Islam ).

Buku ini banyak membahas urusan sosial yang harus di lakukan oleh para pejabat pemerintahan.

c. Hatta Ya’lama Asy-Syabab( Hingga Para Pemuda Mengetahui )

Buku ini lebih menekankan kepada para pemuda terkait dengan ilmu-ilmu yang harus diketahui.

d. Shalahudin Al-Ayyubi

Berisikan tentang kejayaan mas islam pada masa Shalahudin al-Ayyubi.

e. Tarbiyatul Aulad Fil–Islam( Pendidikan Anak-Anak Dalam Islam) Buku ini merupakan karya monumentalnya beliau yang mengupas secara konfrehensif tentang bagaiman menerapkan pendidikan anak secara islami.35

f. Syubuhad Wa Ar-Rudud( Keragu-Raguan Dan Berbagi Sanggahan ) Buku ini banyak menekankan pentingya pelajar mengetahui ilmu-ilmu yang menyimpang dan solusinya, sehingga terbebas dari aqidah yang sesat.

g. Ahkam Ash-Shiyam( Hukum-Hukum Puasa)

Buku ini menjelaskan tentang hukum-hukum puasa dan rukun serta syarat puasa

h. Ahkam az-Zakat( Hukum Pada Zakat)

Buku ini banyak menekankan tentang hukum membayar zakat dan tata cara zakat

i. Ahkam At-Ta’min( Hukum-Hukum Asuransi)

Didalam buku ini beliau menyebutkan bahaya asuransi serta menjelaskan penggantinya yang benar dalam jaminan sosial berdasrkan asas-asas islam.

35

(36)

j. Masy uliyah At-tarbiyatu Al-Jinsiyah36

Dari karya-karya yang ditinggalkan oleh Abdullah Nashih Ulwan ternyata ia tidak hanya membahas tentang masalah agama saja tetapi ia juga membahas tentang masalah duniawi.

Diperhatikan dari hasil karya yang telah dihasilkan oleh Abdullah Nashih Ulwan ternyata ia tidak hanya membahas tentang pendidikan anak saja. Abdullah Nashih Ulwan juga membahas tentang permasalahan agama, baik itu masalah zakat, hukum asuransi, dan lain sebagainya.

c. Pemikiran Abdullah Nashih ulwan tentang pendikan agama pada anak

1) Materi pendidikan agama pada anak

Untuk mewujudkan generasi yang kokoh iman dan Islamnya. Abdullah Nashih Ulwan menekankan materi pendidikan yang bersifat mendasar dan universal. Materi-materi tersebut adalah: pendidikan iman, moral, fisik, intelektual, psikis, sosial, dan seksual.

a) Pendidikan Iman

Yang pertama dalam memberikan materi kepada anak didik adalah dengan menanamkan keimanan. Yang dimaksud dengan pendidikan Iman adalah, mengikat anak dengan dasar-dasar keimanan sejak ia mengerti, membiasakannya dengan rukun Islam sejak ia memahami, dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syariat usiatamyiz. Yang dimaksud dengan dasar-dasar keimanan ialah, segala sesuatu yang ditetapkan melalui pemberitaan secara benar, berupa hakikat keimanan dan masalah ghaib, semisal beriman kepada Allah Swt.,beriman kepada para malaikat, beriman kepada kitab-kitab samawi, beriman kepada semua Rasul, beriman bahwa manusia akan ditanya oleh dua malaikat, beriman kepada siksa kubur, beriman kepada hari kebangkitan, hisab, surga, neraka, dan seluruh perkara gaib lainnya.37

36

Ibid,hlm. 1120 37

(37)

Pendidikan Iman yang dijelaskan oleh Abdullah nashih Ulwan telah merujuk pada ajaran Rasulullah, berikut rincian ajaran Rasulullah dalam hal pendidikan Iman:

1) Membuka kehidupan anak dengan kalimat“Laa Ilaaha Illallaah”, 2) Mengenalkan hukum halal-haram kepada anak Sejak Dini,

3) Menyuruh anak untuk beribadah ketika telah memasuki usia Tujuh Tahun,

4) Mendidik anak untuk mencintai Rasul, keluarganya, dan membaca Al- Quran. 38

b) Pendidikan Moral

Abdullah Nashih Ulwan menempatkan pendidikan moral sebagai hal yang sangat penting. Pendidikan moral adalah serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga menjadi seorang mukalaf.39 Jika sejak masa kanak-kanaknya, ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan Iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat, pasrah, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki kemampuan dan bekal pengetahuan dalam menerima setiap keutamaan, kemuliaan, disamping terbiasa dengan akhlak mulia. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan apa saja tanggung jawab pendidik atau orang tua pada pendidikan moral ini sebagai berikut: Dalam bidang moral ini, tanggung jawab mereka meliputi masalah perbaikan jiwa mereka, meluruskan penyimpngan mereka, mengangkat mereka dari seluruh kehinaan dan menganjurkan pergaulan yang baik dengan orang lain.40

Pendidikan moral merupakan tanggung jawab yang besar bagi para pendidik, sehingga pendidikan moral perlu mendapatkan perhatian oleh para orang tua, wali dan pendidik. Hal ini sesuai dengan ungkapan Abdullah Nashih Ulwan sebagai berikut: Diantara etika dasar yang perlu mendapat perhatian dan perlu diterapkan oleh para orang tua dan pendidik di dalam

38

Abdullahh Nashih Ulwan,Tarbiyatul Aulad Fil Islam… hlm. 166-168 39

Ibid,. hlm. 193 40

(38)

mendidik anak-anak adalah membiasakan mereka berakhlak baik, sopan santun, dan bergaul dengan baik bersama orang lain.41

c) Pendidikan Fisik

Diantara tanggung jawab lain yang diberikan Islam di atas pundak para pendidik, termasuk ayah, ibu, dan para pengajar, menurut Abdullah Nashih Ulwan adalah tanggung jawab pendidikan fisik. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah, dan bersemangat.

Berikut ini adalah beberapa dasar-dasar ilmiah yang digariskan islam dalam mendidik fisik anak-anak, supaya para pendidik dapat mengetahui besarnya tanggung jawab dan amanat yang diserahkan Allah, diantaranya adalah:

1) Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak

2) Mengikuti aturan-aturan yang sehat dalam makan, minum, tidur 3) Melindungi diri dari penyakit menular

4) Pengobatan terhadap penyakit

5) Merealisasikan prinsip-prinsip “tidak boleh menyakiti diri sendiri dan orang lain”.

6) Membiasakan anak berolah raga dan bermain ketangkasan

Berolah raga dan bermain ketangkasan adalah anjuran agama Islam, dalam hal ini Abdullah Nashih Ulwan mengutib firman Allah dalam surat Al-Anfal: 60 sebagai berikut:





Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang

kamu sanggupi …(Qs. Al-Anfal:60)42

41

Ibid,.hlm. 238 42

(39)

Dari perintah tersebut, maka Islam menyerukan untuk mempelajari renang, memanah, dan menunggang kuda.

7) Membiasakan anak untuk zuhud dan tidak larut dalam kenikmatan 8) Membiasakan anak bersikap tegas dan menjauhkan diri dari

pengangguran, penyimpangan, dan kenakalan

Para pendidik, terutama para ibu, wajib memelihara anak-anak mereka sejak kecil, dan menamkan makna kejantanan (tegas dan tidak kolokan), zuhud (besahaja) dan budi pekerti yang baik di dalam jiwa mereka.43

Abdullah Nashih Ulwan juga tidak melupakan fenomena yang membahayakan dan dapat merusak kehidupan anak-anak, para remaja, pemuda, maupun orang dewasa. Bahaya ini harus diketahui dan diperhatikan serta diberitahukan oleh para pendidik, terutama orang tua dan mereka yang berhak mendapatkan pendidikan, sehingga mereka tidak terjerumus kedalamnya. Diantara fenomena tersebut ialah:

1) Merokok

2) Kebiasaan Onani

3) Minuman keras dan narkotika 4) Zina dan homoseksual44 d) Pendidikan Rasio (Akal)

Pendidikan rasio atau akal merupakan pendidikan yang menjadikan Islam mengalami kemajuan karena terlahirnya para intelektual Islam yang ahli dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu mengembangkan potensi akal sangatlah penting, sebagaimana ungkapan Abdullah Nashih Ulwan,“yang dimaksud pendidikan rasio (akal) adalah, membentuk (pola) pikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, seperti: ilmu-ilmu agama, kebudayaan dan peradaban. Dengan demikian pikiran anak menjadi matang, bermuatan ilmu, kebudayaan, dan sebagainya.

43

Abdullah Nashih Ulwan,Tarbiyatul Aulad,…jilid I,hlm. 245-259 44

(40)

Semua materi yang dijelaskan diatas saling berkaitan erat. Karena, pendidikan keimanan adalah sebagai penanaman fondasi, tanggung jawab pendidikan fisik/jasmani merupakan persiapan dan pembentukan, dan pendidikan moral merupakan penanaman dan pembiasaan. Sedangkan pendidikan rasio (akal) merupakan penyadaran, pembudayaan dan pengajaran.45

e) Pendidikan Kejiwaan

Materi pendidikan yang kelima adalah pendidikan kejiwaan. Maksud dari pendidikan kejiwaan ini adalah mendidik anak semenjak anak mulai mengerti agar anak berani terbuka, mandiri, suka menolong, bisa mengendalikan amarah dan senang kepada seluruh bentuk keutamaan jiwa dan moral secara mutlak. Tujuan pendidikan ini adalah untuk membentuk kepribadian anak. Tujuan dari pendidikan ini adalah membentuk, membina dan meyeimbangkan kepribadian anak. Sehingga ketika anak taklif (dewasa), ia dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan pada dirinya secara baik dan sempurna.”46

Abdullah Nashih Ulwan berpendapat bahwa faktor-faktor terpenting yang harus dihindarkan oleh para pendidik dari anak-anak dan murid-murid adalah: sifat minder, sifat penakut, sifat kurang percaya diri, sifat dengki, sifat pemarah.

f) Pendidikan Sosial

Menurut Abdullah Nasih Ulwan, “Pendidikan sosial adalah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial, dasar-dasar kejiwaan yang mulia bersumber pada akidah Islam yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam, agar di tengah-tengah masyarakat ia mampu bergaul dan berperilaku dengan baik, serta memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana”.47

Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan bahwa keselamatan dan kekuatan masyarakat tergantung kepada individu-individunya dan kepada cara yang

45

Abdullahh Nashih Ulwan,Tarbiyatul Aulad Fil Islam…, hlm. 301 46

Ibid., hlm. 363 47

(41)

digunakan untuk mempersiapkan anak-anak mereka. Oleh karena itu, para pendidik yang berdedikasi agar melakasanakan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya didalam pendidikan sosial.

Diantara dasar sosial yang terpenting dalam membentuk perangai dan mendidik kehidupan sosial anak, adalah membiasakan anak sejak kecil untuk melakukan pengawasan dan kritik sosial yang dapat membangun pergaulan dengan setiap individu, meneladani atau memberi teladan yang baik, memberi nasehat kepada setiap individu yang tampaknya menyimpang dan meyeleweng.48

g) Pendidikan Seksual

Menurut Abdullah Nasih Ulwan, “Pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual kepada anak, sejak ia mengenal masalah-masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan.49Pendidikan seksual ini dimaksudkan agar ketika anak tumbuh dewasa, maka ia memahami dan mengetahui pergaulan yang diharamkan dan dihalalkan.

2) Lingkungan Pendidikan agama Islam a) Lingkungan keluarga

Abdullah Nashih Ulwan menyoroti bahwa jika anak mendapatkan pendidikan yang baik di dalam lingkungan keluarga, pergaulan yang baik dan lingkungan belajar yang aman, maka anak akan tumbuh menjadi baik. Ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa Abdullah Nashih Ulwan cenderung mengakui adanya pengaruh lingkungan keluarga, sebagai lingkungan pertama dan utama terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Selain itu anak juga berinteraksi dengan lingkungan masyarakat, baik sesama usia maupun dengan orang yang lebih tua. Tak terkecuali juga anak membutuhkan sekolah sebagai tempat belajar setelah memasuki usia sekolah. Dengan

48

Abdullahh Nashih Ulwan,Tarbiyatul Aulad Fil Islam…hlm. 607 49

(42)

demikian ada hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sebagaimana yang dijelaskan Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya

Tarbiyah al-Aulad, Keluarga dipandang sebagai tempat pendidikan awal dan utama

Gambar

Tabel 5.1Matrik Komparasi Konsep Pendidikan Agama Islam pada Anak
Tabel 5.2Matrik Persamaan dan Perbedaan

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan kantor notaries juga menjadi suatu kendala atau hambatan bagi masyarakat Desa yang memerlukan bantuan notaries dalam membuat akta otentik, mereka harus

Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, Diantaranya yaitu sumber minyak nabati yang dapat dengan mudah diperoleh,

“KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SEMAMPIR TAHUN 2016” untuk dipublikasikan/ditampilkan di internet atau

Tujuan kedua , pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.Tujuan ini memiliki makna

Perusahaan di atas dapat menyampaikan sanggahan atas penetapan hasil prakualifikasi ini kepada Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Paket I I APBD Pada Dinas Pekerjaan Umum Bina

Zona bening yang terbentuk antara dua koloni cendawan disebabkan oleh adanya senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh koloni cendawan antagonis sehingga cendawan

Data kemampuan komunikasi matematis siswa, Data kemampuan komunikasi yang digunakan diperoleh dari hasil posttest yang dilakukan diakhir pembelajaran pada kelas VII-D

Berdasarkan uraian tentang nilai perkembangan, ketercapaian KKM dan KKM indikator dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa meningkat sehingga dapat menjawab