i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL
PASURUAN
OLEH: RIRIN WIDARTIN
141210034
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
ii
KARYA TULIS ILMIAH: STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL
PASURUAN
Diajukansebagaisalah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanInsan Cendekia
Medika Jombang
Oleh :
RIRIN WIDARTIN NIM : 141210034
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada Anak DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat H. Bambang Tutuko, S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H selaku ketua STIKes ICMe Jombang, Ruliati.,SKM.M.,Kes sebagai pembimbing I dan Agus Muslim.,S.Kep.Ns sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tua dan teman-teman atas doa dan dukungannya.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Jombang, 15 Juni 2017
viii DAFTAR ISI
Cover Luar ... i
Cover Dalam ... ii
Surat Pernyataan ... iii
Lembar Persetujuan ... iv
Lembar pengesahan ... v
Riwayat hidup ... vi
Kata pengantar ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xi
Daftar Lampiran ... xii
Daftar Lambang dan Singkatan ... xiii
Motto dan Persembahan ... xiv
Abstrak ... xv
Abstrac ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep DHF ... 7
8. Pemeriksaan penunjang ... 15
9. Penatalaksanaan ... 15
B. Konsep Nutrisi ... 17
1. Definisi ... 17
2. Definisi nutrisi kurang dari kebutuhan ... 20
3. Batasan karakteristik ... 20
4. Faktor yang berhubungan dengan ... 21
5. Kekurangan nutrisi ... 22
6. Metode pemberian nutrisi ... 26
C. Konsep Asuhan Keperawatan DHF ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41
B. Batasan – Batasan Istilah ... 41
C. Partisipan ... 42
ix
E. Pengumpulan Data ... 43
F. Uji Keabsahan Data ... 43
G. Analisa Data ... 43
H. Etika Penelitian ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data ... 46
2. Pengkajian ... 46
3. Pemeriksaan Fisik ... 51
4. Pemeriksaan Penunjang ... 55
5. Analisa Data ... 56
6. Diagnosa Keperawatan... 57
7. Intervensi Keperawatan ... 58
8. Implementasi Keperawatan ... 59
9. Evaluasi Keperawatan ... 62
B. Pembahasan 1. Pengkajian ... 64
2. Pemeriksaan Diagnostik ... 66
3. Diagnosa Keperawatan... 67
4. Intervensi Keperawatan ... 67
5. Implementasi Keperawatan ... 69
6. Evaluasi Keperawatan ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71
x
DAFTAR TABEL
No Daftar Tabel Hal
1. Kebutuhan energi perhari ... 18
2. Menentukan berat badan ideal ... 24
3. Intervensi keperawatan ... 38
4. Identitas Klien ... 46
5. Identitas Orangtua ... 47
6. Riwayat Penyakit ... 47
7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan ... 48
8. Imunisasi ... 49
9. Tumbuh Kembang ... 49
10. Riwayat Spiritual ... 50
11. Pengkajian Dasar ... 50
12. Pemeriksaan Fisik Head To Toe... 51
13. Pemeriksaan Penunjang ... 55
14. Terapi Obat ... 56
15. Analisa Data ... 56
16. Diagnosa Keperawatan ... 57
17. Intervensi ... 58
18. Implementasi ... 59
xi
DAFTAR GAMBAR
No Daftar Gambar Hal
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ː Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 2 ː Formulir Permohonan Penelitian
Lampiran 3 ː Formulir Permohonan Responden
Lampiran 4 ː Formulir Persetujuan Responden
Lampiran 5 ː Format Pengkajian
Lampiran 6 ː Surat izin ambil data awal
Lampiran 7 ː Surat izin Penelitian
Lampiran 8 ː Surat Balasan Penelitian
xiii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang
1. % : Persentase
2. 0 : Derajad
3. / : Atau
4. & : Dan 5. > : Lebih dari Singkatan
1. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 2. ICMe : Insan Cendekia Medika
3. WHO : World Health Organization
4. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
5. DHF : Dengue Hemorragic Fever 6. DINKES ːDinas Kesehatan
7. NIC ːNursing Interventions Classification 8. NOC ːNursing Outcomes Classifications
9. BHK : Babby Homster Kidney
10. IV ː Intravena
11. TTV ː Tanda – tanda vital 12. HB ː Hemoglobin
13. HT ː Hematokrit
14. MRS ː Masuk rumah sakit
15. SPTK : Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 16. SP : strategi pelaksanaan
17. BHSP : Bina Hubungan Saling Percaya
xiv MOTTO
“Kesuksesan hanya dapat di raih dengan segala upaya dan usaha yang di
sertai dengan doa , karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa usaha.”
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur alhamdulillah kepada ALLAH SWT. Atas
karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya Karya Tulis Ilmiah
yang sederhana ini dapat terselesaikan.
Aku persembahkan karya tulis ini untuk seseorang yang selalu
senantiasa merawatku, membesarkanku, memberikanku banyak pendidikan
mulai dari tidak mengerti sampai umurku sekarang terimakasih bapak dan ibu
karena selalu memanjatkan doa disetiap sujudmu sehingga karya tulis ini
terselesaikan.
Terima kasih juga buat sahabatku “kontrakan hits” yang selalu
memberi dukungan, suport, serta selalu berbagi pengalaman denganku.
Serta teman-teman D3 Keperawatan yang aku cintai sudah menjadi
teman-teman yang luar biasa selama 3 tahun ini, tawa, canda, tangis sudah
pernah kita rasakan aku pasti akan rindu dengan kalian semua.
xv ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL
PASURUAN
Oleh ː
Ririn Widartin
Who mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara (Kurniasary, 2015). Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada anak DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Partisipan yang digunakan adalah 2 klien pada anak usia 0-15 tahun dengan diagnosa medis DHF Grade II dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi.
Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut berdasarkan data pengkajian diketahui bahwa An. N mengeluhkan mual muntah dan nafsu makan berkurang didukung dengan data objektif keadaan umum lemah, pasien tampak mual dan muntah saat makan dan wajah klien tampak pucat. Sedangkan An. M mengeluhkan mual muntah dan tidak mau makan didukung dengan data objektif keadaan umum lemah, pasien tampak mual dan muntah saat makan, pasien tidak nafsu makan, klien hanya mau minum air mineral dan wajah tampak pucat. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh disusun berdasarkan kriteria NIC NOC 2017 yang meliputi manajemen nutrisi dan status nutrisi. Implementasi kepada An. N dan An. M dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3 kali pertemuan, serta hasil evaluasi setiap akhir sesi implementasi yang disesuaikan dengan keadaan klien.
Berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan selama 3 kali pertemuan disimpulkan bahwa terdapat peningkatan dalam hal ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada klien An. N , dimana pada evaluasi hari ketiga masalah sudah teratasi. Sedangkan pada klien 2 masalah belum teratasi. Jadi asuhan keperawatan yang diberikan pada An. N lebih efektif dibandingkan dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada An. M.
xvi ABSTRACT
NURSING CARE IN CHILDREN DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II WITH NUTRITIONAL INSTRUCTIONS LESS THAN
THE BODY NEEDS IN CHILDREN'S ROOMGENERAL HOSPITAL REGIONALBANGIL
PASURUAN
Byː
Ririn Widartin
Who records Indonesia as the country with the highest DHF case in Southeast Asia (Kurniasary, 2015). The purpose of this case study is to implement nursing care in children DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II with the problem of nutrient imbalance is less than body needs.
The design of this research is descriptive by using case study method. Participants used were 2 clients in children aged 0-15 years with a DHF Grade II medical diagnosis with nursing problems of nutrient imbalance less than body needs. Data were collected from interviews, observation, documentation.
The results of this study are summarized as follows based on assessment data known that An. N complained of nausea and vomiting reduced appetite supported by objective data of general weakness, the patient looked nauseous and vomited while eating and the client's face looked pale. While An. M complained of nausea vomiting and did not want to eat supported by objective data of general state weak, the patient looked nauseous and vomiting at meal, patient not appetite, client just want to drink mineral water and face looked pale. Nursing interventions conducted on nutritional imbalances less than body requirements were prepared based on the NIC NOC 2017 criteria that included nutritional management and nutritional status. Implementation to An. N and An. M is developed from the results of the intervention study conducted in 3 meetings, as well as the evaluation results at the end of each implementation session tailored to the client's situation.
Based on the evaluation results given during 3 times the meeting concluded that there is an increase in the lack of nutrient imbalance less than the needs of the body on the client An. N, where on the third day of evaluation the problem has been resolved. While on client 2 the problem has not been resolved. So the nursing care given to An. N is more effective than the nursing care given to An. M.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
DHF (Dengue Hemorragic Fever) merupakan suatu penyakit endemik
di daerah tropis yang memiliki tingkat kematian tinggi terutama pada
anak-anak. Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus DHF (Dengue
Hemorrhagic Fever), karena tempat hidup nyamuk hampir seluruhnya adalah
buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak
mandi.Nyamuk ini merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis, dan bisa
hidup pada daerah yang ketinggiannya mencapai 2200 m diatas permukaan
laut. (Price & Wilson. 2007). Salah satu masalah yang sering muncul yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kebutuhan nutrisi
merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Manfaat nutrisi dalam tubuh
dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh.
Selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktifitas sehari-hari
karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang di butuhkan berbagai organ
dalam tubuh dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam
tubuh (Hidayat, 2005).
Penelitian terbaru menunjukkan 390 juta infeksi dengue pertahun di
mana 96 juta bermanifestasi klinis dengan berbagai derajat. Penelitian lain
menyatakan, prevalensi DHF di perkirakan mencapai 3,9 milyar orang di
128 negara beresiko terinfeksi virus dengue (WHO 2015). WHO mencatat
negara Indonesa sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia
Tenggara (Kurniasary, 2015). Berdasarkan data dinas kesehatan provinsi
jawa timur sampai dengan juni 2013, telah terjadi 11.207 kejadian DHF
dengan angka kejadian (Incidenci Race = IR) 29,25 dan CFR 0,88% (99
orang). Berdasarkan laporan yang sama, di Surabaya angka kejadianya 1.504
kasus dengan CFR 0,4%(6 orang)(dinas kesehatan profinsi jawa timur,
2013). Pada tahun 2015 mencapai 227 kasus DHF di antara
194.815DHFpenduduk Kota Pasuruan atau IR sebesar 116,5 per 100.000
penduduk. Insiden Rate/IR DHF tahun 2015 ini menunjukkan peningkatan
dari IR DHF tahun-tahun sebelumnya. Secara berturut-turut angka IR DHF
di Kota Pasuruan dari tahun 2011 sampai dengan 2015 adalah 41; 49,46;
103,25; 65,12 dan 116,52 per 100.000 penduduk (Profil Kesehatan Kota
Pasuruan, 2015). Berdasarkan survey data yang di dapat dari RSUD Bangil
Pasuruan pada tahun 2016 sebanyak 227 penderita dan di Ruang Anak
RSUD Bangil Pasuruan pada tanggal 8 februari 2017 rata-rata angka
kejadian DHF (Dengue Hemorragic Fever) sebanyak 16 penderita di tahun
2017.
DHF (Dengue Hemorragic Fever) di sebabkan oleh gigitan nyamuk
betina yang mengandung virus dengue, nyamuk tersebut menyebabkan
infeksi arbovirus akut. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan
dewasa yang menimbulkan respon antibodi, respon antibodi memicu
terjadinya kompleks antigen antibodi menimbulkan respon mual, muntah,
anoreksia, hal tersebut menjadikan tubuh kehilangan cairan di karenakan
serta elektrolit penting dalam tubuh terbuang termasuk juga nutrisi. Nutrisi
yang kurang mencukupi tubuh untuk mengontrol otot, kimia, darah, dan
fungsi organ, selain itu penyakit DHF menyebabkan anoreksia dan muntah
dapat mengganggu pemenuhan nutrisi klien terutama pada anak bisa
pengaruhi begitu banyak aspek. "Mulai dari lambatnya perkembangan otak,
perkembangan fungsi kognitif, motorik, dan sosio emosional jangka
panjang. Bahkan sebagian dampak tersebut tidak dapat diperbaiki," sehingga
muncul Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh (Andra dan Yessie 2013).
Untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh akibat efek penyakit DHF tugas perawat,
menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi, memberikan pilihan makanan sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat jika di perlukan,
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang di butuhkan untuk
memenuhi kebutuhan gizi, mengatur diet yang di perlukan (yaitu
menyediakan makanan protein tinggi menyarankan menggunakan bumbu
dan rempah – rempah sebagai alternatif untuk garam, menyediakan
pengganti gula; menambah atau mengurangi kalori, menambah atau
mengurangi vitamin, mineral atau suplemen), mengidentifikasi adanya alergi
atau intoleransi makanan yang di miliki pasien, menentukan apa yang terjadi
preferensi makanan bagi pasien, intruksikan pasien mengenai kebutuhan
nutrisi yaitu membahas pedoman diet dan piramida makanan (Gloria et al
penyakit DHF (Dengue Hemorragic Fever) dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien DHF (Dengue Hemorragic
Fever) Grade II dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh’’ di Ruang Anak RSUD Bangil – Pasuruan.
1.2Batasan Masalah
Asuhan Keperawatan anak dengan kasus DHF (Dengue Hemorragic
Fever) Grade II dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh di Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan anak dengan kasus DHF (Dengue
Hemorragic Fever) Garade II dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh di Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan ?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan keperawatan pada anak DHF (Dengue
Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Ruang Anak RSUD Bangil
Pasuruan.
1.4.2 Tujuan Khusus
a) Melaksanakan pengkajian keperawatan pada anak DHF (Dengue
Hemoragic Fever) Grade II dengan masalah Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Ruang Anak RSUD
b) Menetapkan diagnosa keperawatan pada anak yang mengalami
DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di
Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.
c) Menyusun perencanaan keperawatan pada anak yang mengalami
DHF (Dengue Hemoragic Fever) Grade II dengan masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di
Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.
d) Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami
DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di
Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.
e) Melaksanakan evaluasi pada anak yang mengalami DHF
(Dengue Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di
Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.
1.5 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi gambaran dan
informasi terhadap karakteristik DHF (Dengue Hemorragic Fever) di
RSUD Bangil Pasuruanpada tahun 2016 sehingga dapat menjadi
masukan untuk meningkatkan penanganan kasus DHF (Dengue
dan peneliti lainya tentang informasi karakteristik pasien DHF (Dengue
Hemorragic Fever) di RSUD Bangil Pasuruan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Dapat di gunakan dalam pengkajian sampai evaluasi
keperawatan dengan teliti yang mengacu pada fokus permasalahan
yang tepat sehingga dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara
tepat khususnya pada Anak DHF (Dengue Hemorragic Fever).
b. Rumah Sakit
Agar dapat di gunakan sebagai masukan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada anak DHF (Dengue Hemoragic Fever),
serta dapat meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan
pada pasien.
c. Institusi pendidikan
Agar dapat di gunakan sebagai wacana dan pengetahuan
tentang perkembangan ilmu keperawatan, terutama kajian pada anak
dengan DHF (Dengue Hemorragic Fever).
d. Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui cara pencegahan,
perawatan, penyebab, tanda dan gejala, serta pertolongan pertama
7 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep DHF (Dengue Hemorragic Fever)
2.1.1 Pengertian
DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti
betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia (NIC NOC
2015).
DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief
Mansjoer dan Suprohaita, 2000 dalam Susilowati, 2007), dan menurut
Hindra (2004).
2.1.2 Etiologi
1. Virus Dengue
Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk kedalam
arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dngue tipe 1, 2, 3, dan 4. Keempat virus dengue tersebut terdapat
di Indonesa dan dapat di bedakan satu dari yang lainya secara serolis
virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40
nanometer, dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai kultur
jaringan dapatberkembang biak dengan baik yang berasal dari sel-sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel
artropoda misalnya sel aedes. (Soedarto, 2005 dalam Susilawati, 2008).
2. Vektor
Nyamuk aedes aegepti maupun aedes albopictus merupakan
vector penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya
melalui gigitannya, nyamuk aedes aegepti merupakan vector penting di
daerah perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan kedua nyamuk
tersebut perperan dalam penularan (Soedarto, 2005). Nyamuk aedes
aegepti berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapar
bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah (aedes aegepti) maupun
yang terdapat di luar rumah dilubang-lubang pohon, di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih lainnya, selain itu
nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang
hari terutama pada waktu pagi dan senja hari (Junaidi, 2007).
Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti menurut Soedarto, (2005) antara lain:
a. Badannya kecil.
b. Warnanya hitam dan berbelang – belang.
c. Mengigit pada siang hari.
d. Badannya mendatar saat hinggap.
e. Gemar hidup di tempat – tempat yang gelap (terhindar dari sinar
matahari).
2.1.3 Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan
antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Perembesan plasma ke ruang
ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan
atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada
otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah
pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan
yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Setelah virus dengue
masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena
viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF
disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Fenomena
patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia,
efusi dan renjatan. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler
dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam
rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang
terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan
terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin
disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun
dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya
oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh
aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS,
2.1.4 Skema Pohon Masalah DHF
2.1.5 Klasifikasi
Menurut (Mubin, 2008) derajat penyakit DBD terbagi empat derajat :
1. Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan
(uji tourniquet positif)
2. Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain
pada hidung (epistaksis)
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (˂20 mm/Hg) / hipotensi disertai kulit dingin
dan lembab serta gelisah
4. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur, akral dingin dan akan mengalami syok.
2.1.6 Tanda dan gejala
1. Mayor (Harus ada)
Suhu tubuh lebih tinggi dari 37 8 C secara oral atau 38 3 C.
2. Minor (Mungkin ada)
a. Kulit kemerah-merahan
b. Hangat pada saat disentuh
c. Peningkatan frekuensi pernafasan
d. Takikardi
f. Dehidrasi
g. Rasa sakit dan nyeri yang spesifik atau menyeluruh
h. Malaise atau keletihan atau kelemahan
i. Kehilangan selera makan
2.1.7 Komplikasi
Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue
biasanya ringan dan dapat sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan
elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam adalah komplikasi paling
sering pada bayi dan anak-anak. Epistaksis, petekie, dan lesi purpura
tidak umum tetapi dapat terjadi pada derajat manapun. Keluarnya darah
dari epistaksis, muntah atau keluar dari rektum, dapat memberi kesan
keliru perdarahan gastrointestinal. Pada dewasa dan mungkin pada
anak-anak, keadaan yang mendasari dapat berakibat pada perdarahan
signifikan. Kejang dapat terjadi saat temperatur tinggi, khususnya pada
demam chikungunya. Lebih jarang lagi, setelah fase febril, astenia
berkepanjangan, depresi mental, bradikardia, dan ekstrasistol ventrikular
dapat terjadi. Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama
rawatan inap juga dapat terjadi berupa kelebihan cairan (fluid overload),
hiperglikemia dan hipoglikemia, ketidak seimbangan elektrolit dan
asam-basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis yang buruk (Dengue:
Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control, WHO, 2009).
Di daerah endemis, demam berdarah dengue harus dicurigai terjadi pada
orang yang mengalami demam, atau memiliki tampilan klinis
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang demam berdarah dengue menurut (NANDA NIC
NOC 2015)
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Trombosit menurun (˂20 mm/Hg)
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e. Hipoproteinemia ( Protein darah rendah )
f. Hiponatremia ( NA rendah )
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax ( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II di
dapatkan efusi pleura.
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanan demam berdarah dengue menurut (NANDA NIC NOC
2015).
a. Grade Iː
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
4. Pemberian cairan melalui infuse dapat di berikan antipiretik dan
cairan rumatan atau cairan oral apabila anak masih mau minum
b. Grade II
1. Pemberian cairan intra vena ( Biasanya RL )
2. Monitor tanda – tanda Vital tiap jam ( suhu,nadi ) tensi,
pernafasan jika kondisi pasien memburuk observasi tiap jam.
3. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari
4. Pemberian obat antipiretik
5. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam
c. Grade III
1. Cairan pe oral, cairan intravena rumatan per hari dan 5% defisit
2. Diberikan untuk 48 jam atau lebih
3. Kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan
plasma, sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit
d. Grade IV
1. Bila selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin
memberat atau respons pemberian cairan minimal, maka penderita
dinyatakan untuk dirujuk (bila dirawat di Puskesmas atau klinik
atau rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan yang lebih
intensif, kalau perlu di rawat di ICU.
2. Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit
yang menyolok disertai dengan tanda-tanda perdarahan masif. Bila
terjadi perdarahan yang masif dengan penurun kadar Hb dan Ht,
segera beri tansfusi Whole blood.
3. Bila keadaan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan
nyata, dan pemantauan laboratorium tidak menunjukkan
perbaikan, maka pilihan kita adalah pemberian FFP (Fresh Frozen
Plasma) atau Plasma biasa.
4. Bila keadaan klinis stabil, pemeriksaan ulangan laboratorium pada
fase penyembuhan.
2.2 Konsep Nutrisi
2.2.1 Definisi
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme
untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan
kesehatan (Wikipedia, 2008)
2.2.2 Jenis-jenis nutrisi
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon,
hydrogen dan oksigen, terdapat dalam tumbuhan seperti beras,
jagung, gandum, umbi-umbian, dan terbentuk melalui proses
asimilasi dalam tumbuhan (Pekik, 2007).
a. Fungsi karbohidrat: Sumber energi utama yang diperlukan untuk
gerak, Memberi rasa kenyang, pembentukan cadangan sumber
energi, kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan disimpan dalam
bentuk lemak sebagai cadangan sumber energi yang sewaktu-waktu
dapat dipergunakan.
b. Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat dibagi menjadi tiga
1. Monosakarida (gula sederhana)
2. Disakarida (gula ganda)
3. Polisakarida (karbohidrat kompleks)
2. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan
minyak terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak. Fungsi
lemak:
a. Sebagai sumber energi.
b. Membangun jaringan tubuh.
c. Fungsi perlindungan.
d. Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari
tubuh
e. Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan
lambung dan mencegah timbulnya rasa lapar.
f. Vitamin larut dalam lemak.
1. Kebutuhan Energi per hari
Umur Berat Badan
3. Protein
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis
nutrien ini berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari
asam-asam amino. Fungsi protein: Menggantikan protein yang hilang
selama proses metabolisme yang normal dan proses pengausan yang
normal, menghasilkan jaringan baru, di perlukan dalam pembuatan
protein-protein yang baru dengan fungsi khusus dalam tubuh yaitu
enzim, hormon dan hemoglobin, sebagai sumber energi (Trisa, 2008).
Berdasarkan sumbernya protein diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
protein hewani dan protein nabati. Berdasarkan fungsi fisiologiknya
protein diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu protein sempurna, protein
setengah sempurna, dan protein tidak sempurna.
4. Vitamin
Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh
tubuh dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Ada dua jenis vitamin:
a. Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K.
b. Vitamin larut air yaitu vitamin B dan C (tidak disimpan dalam
tubuh).
5. Mineral
Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian
enzim, dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.
dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral. Tubuh
tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan lewat makanan.
6. Air
Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh
manusia. Kurang lebih 60-70% berat badan orang dewasa berupa air
sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh, terutama bagi mereka
yang melakukan olahraga atau kegiatan berat. Bayi memiliki proporsi
air yang lebih besar di bandingkan orang dewasa.
Fungsi air:
a. Sebagai media transportasi zat-zat gizi, membuang sisa-sisa
metabolisme, hormon ke organ sasaran (target organ).
b. Mengatur temperatur tubuh terutama selama aktivitas fisik.
c. Mempertahankan keseimbangan volume darah (Pekik, 2007).
2.3 Konsep dasar ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.3.1 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
(Nanda2015).
2.3.2 Batasan karakteristik
1. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal.
2. Bising usus hiperaktif.
3. Cepat kenyang setelah makan.
4. Diare.
5. Gangguan sensasi rasa.
7. Kelemahan otot pengunyah.
8. Kelemahan otot untuk menelan.
9. Kerapuhan kapiler.
10. Kesalahan informasi.
11. Kesalahan persepsi.
12. Ketidakmampuan memakan makanan.
13. Kram abdomen.
14. Kurang informasi.
15. Kurang minat pada makanan
16. Membran mukosa pucat.
17. Nyeri abdomen.
18. Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat.
19. Penurunan berat badan dengna asupan makanan adekuat.
20. Sariawan rongga mulut.
21. Tonus otot menurun.
2.3.3 Faktor yang berhubungan
1. Faktor biologis.
2. Faktor ekonomi.
3. Gangguan psikososial.
4. Ketidakmampuan makan.
5. Ketidakmampuan mencerna makanan.
6. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.
2.3.4 Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang di alami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan
akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
1. Tanda Klinis :
a. Berat badan 10-20% di bawah normal.
b. Tinggi badan di bawah ideal.
c. Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran
standar.
d. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
e. Adanya penurunan albumin serum.
f. Adanya penurunan transferin.
2. Kemungkinan penyebab :
a. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker.
b. Disfagia karena adanya kelainan persyarafan.
c. Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa.
d. Nafsu makan menurun.
2.3.5 Metode menentukan kekurangan nutrisi (A. Aziz 2006)
1. Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang
pola makan, tipe makanan yang di hindari ataupun di abaikan,
merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan rencana makanan
untuk masa selanjutnya.
2. Kemampuan makan
Beberapa hal yang perlu di kaji dalam hal kemampuan makan, antara lain
kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan
orang lain.
3. Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah
penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
4. Nafsu makan, jumlah asupan.
5. Tingkat aktifitas.
6. Pengonsumsian obat.
7. Penampilan fisik
Penampilan fisik dapat di lihat dari pemeriksaan fisik terhadap
aspek-aspek berikut : rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak
kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan karna faktor usia;
daerah di atas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna
gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh
darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun mengalami
pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah
terang, dan tidak ada luka pada permukaanya; gusi tidak bengkak,
tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat
serta erat tidak tertarik ke bawah sampai di bawah permukaan gigi;
bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau tidak terjadi
pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan berwarna merah
muda.
8. Pengukuran Antropometrik
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat
badan, dan lingkar lengan. Tinggi badan anak dapat di gambarkan
pada suatu kurva atau grafik sehingga dapat terlihat pola
perkembanganya.
a. Menentukan berat badan ideal
Salah satu parameter untuk mengetahui keseimbangan
energi seseorang adalah melalui penentuan berat badan ideal dan
indeks masa tubuh. Rumus Brocca adalah cara untuk mengetahui
berat badan ideal, yaitu sebagai berikut:
Berat badan ideal (kg) = [Tinggi badan (cm) – 100]-[10% (tinggi
badan-100)
Keterangan hasil :
1. Bila berat badanya < 80%, di kategorikan sebagai kurus.
2. Bila berat badanya 80 – 120% di kategorikan berat badan ideal.
3. Bila berat badanya > 120% di kategorikan gemuk.
Cara lain untuk menentukan berat badan ideal adalah dengan
menggunakan indeks masa tubuh. Cara ini telah di tetapkan oleh
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan
tingkat berat
<17
Kekurangan berat badan tingkat sedang
17,0-18,5
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan
tingkat ringan
>25,0-27,0
Kelebihan berat badan
tingkat berat
>27,0
Tabel 2.7 Batas ambang indeks masa tubuh (IMT) di indonesa
Sumber: Depkes 2002 (lihat Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM
UI 2007)
Indeks masa tubuh = Berat badan (kg)
Tinggi badan2 (m)
Cara pengukuran kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori total di temukan oleh basal metabolisme rate,
aktifitas fisik, dan spesifik dynamik action (SDA). Sebelum menentukan
jumlah kebutuhan kalori total, maka tentukan basal metabolisme rate
(BMR). Ada beberapa cara untuk mengukur BMR di antaranya adalah
1) Rumus Harris Benedict yang di kenal dengan debutan rumus REE
(Resting Energi Expenditure). Caranya adalah
BMR (laki-laki) = 66.5 + {13,5 x BB (kg)} + {5,0 x TB (cm) – (6.75 x umur
(th)}
BMR (wanita) = 65,1 + {9,56 x BB (kg)} + {1,85 x TB (cm) – (4,68 x umur
(th)}
2) Metode faktorial. Caranya adalah
a. Tentukan berat atau ringan jenis aktivitas yang di lakukan klien. Klien
dengan aktivitas ringan harus di kurangi 10-20% dari jumlah kalori
basal, sebaliknya klien dengan aktivitas berat harus menambahkan
10-20% dari jumlah kalori basal. Patokan orang yang tergolong aktivitas
berat dalah pekerja kuli bangunan atau pekerja kasar. Orang yang
bekerja di kantor, yang sebagian besar waktunya yang di habiskan untuk
duduk, termasuk aktivitas ringan. Pekerjaan rumah tangga termasuk ke
dalam aktivitas sedang (Suarthana 2007).
b. Menghitung besarnya SDA. Di perkirakan besarnya SDA adalah 10%
jumlah energi basah dan energi aktivitas (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007).
Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan kalori total :
Total energi = energi basal (BMR) + energi aktivitas + SDA
Sumber : Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007
9. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb,
glukosa, elektrolit.
2.3.6 Metode pemberian nutrisi
1. Pemberian nutrisi melalui oral
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan
keperawatan yang di lakukan pada pasien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera
makan pada pasien.
2. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung
merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada pasien yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak
mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung
atau pipa penduga. Tujuanya adalah untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien.
3. Pemberian Nutrisi melalui parenteral
Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian
nutrisi berupa cairan infus yang di masukkan ke dalam tubuh
melalui darah vena, baik secara sentral (untuk nutrisi parenteral
total) ataupun vena periver (untuk nutrisi parenteral parsial).
Pemberian nutrisi melalui parenteral di lakukan pada pasien yang
tidak bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik dengan tujuan
untuk menunjang nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian
kebutuhan nutrisi harian.
a. Metode pemberian nutrisi melalui parenteral :
1. Nutrisi parenteral parsial
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena
yang di gunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan
menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang biasanya
di gunakan dalam bentuk dextrose atau cairan asamino.
2. Nutrisi parenteral total
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena di
mana kebutuhan nutrisi sepenuhnya melalui cairan infus
karena keadaan saluran pencernaan pasien tidak dapat di
gunakan. Cairan yang dapat di gunakan adalah cairan yang
mengandung karbohidrat seperti triofusin E 1000, cairan
yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan
cairan yang mengandung lemak seperti intralipid.
3. Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral
untuk jangka waktu lama dan melalui vena parifer.
(Hidayat, AAA & Uliyah, M, 2005)
2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF DenganMasalah
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
2.4.1 Pengkajian
a. Identitas klien ː Terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa
medis, tanggal MRS, keluarga yang dapat di hubungi, catatan
kedatangan, no MR.
b. Riwayat utama
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan demam lebih dari 3
2) Riwayat kesehatan sekarang
Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan sakit
kepala.
a. Tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat menelan,
lemah.
b. Nyeri otot dan persendian.
c. Konstipasi dan bisa juga diare.
d. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
e. Batuk ringan.
f. Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata,
(Lakrimasi), foto fobia.
g. Ruam pada kulit (kemerahan).
h. Perdarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan perdarahan lain ː Epistaksis, hematemesis, hematuria, melena.
3) Riwayat kesehatan dahulu
a. Pernah menderita DHF
b. Riwayat kurang gizi
c. Riwayat aktivitas sehari – hari.
d. Pola hidup (life style)
e. Riwayat kesehatan keluarga, adanya penderita DHF dalam
keluarga
4) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a) Riwayat pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah besarnya
sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat di
ukur (Asmadi, 2008). Pada riwayat pertumbuhan di nyatakan
bagaimana status pertumbuhan pada anak apakah pernah
terjadi gangguan dalam pertumbuhan dan terjadinya pada saat
umur berapa dengan menanyakan atau melihat catatan
kesehatan tentang ukuran berat badan, tinggi badan lingkar
lengan atas, lingkar dada dan lingkar kepala.
1. Berat badan
a. Berat badan hari ke –10 ː BB lahir
b. 5 bulan ː 2x lahir
c. 1 tahun ː 3x lahir
d. 2 tahun ː 4x lahir
e. Prasekolah kenaikan berat badan rata-rata ː 2 kg/tahun.
2. Pertumbuhan tinggi badan
a. Tinggi badan lahir rata-rata ː 50 cm
b. 1 tahun ː 1 5x lahir
c. 4 tahun ː 2x lahir
d. 6 tahun ː 1 5 TB setahun
e. 13 tahun ː 3x TB lahir
f. Kenaikan tinggi badan rata-rata prasekolahː
3. Proporsi kepala, badan dan anggota gerak, 2 bulan ː
a. Kepala besar dan dan panjang (janin) hampir sama
dengan panjang badan + anggota gerak
b. Lingkar kepala rata-rata 34 cm
c. 6 bulan - 44 cm ( 50%)
d. 1 tahun = 47 cm
e. 2 tahun = 49 cm
f. Dewasa = 54 cm
(Sudarti, 2010).
b) Riwayat perkembangan
Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dan belajar (asmadi, 2008). Riwayat ini dapat di
lihat dari proses perkembangan anak melalui penggunaan
perkembangan DDST II (Denver Development Skrening Test II) ː
Adapun perkembangan yang di nilai antara lainː
1. Personal social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkunganya.
2. Fine motorik adaprive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan di lakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4. Grass motor (gerakan motorik kasar)
Gerakan yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh.
Prosedur DDST ada 2 tahap ː
Tahap I ː
a. Umur 3–6 bulan
b. Umur 9-12 bulan
c. Umur 18-24 bulan
d. Umur 3 tahun
e. Umur 4 tahun
f. Umur 5 tahun
Tahap II ː Bila di curigai (Sudarti 2010)
c) Riwayat Imunisasi
Pada pengumpulan data tentang riwayat imunisasi dasar sepertiː
A. Jenis-jenis imunisasi yang wajib
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberculosis (TBC). BCG di berikan 1
kali sebelum anak berumur 2 bulan.
2. Difteri, pertusis, dan tetanus
Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit diferi, pertusis dan tetanus dalam
waktu bersamaan. Imunisasi di berikan sebanyak 3 kali
sejak bayi lahir berumur dua bulan dengan penyuntikan
satu-dua bulan.
d) Riwayat social
Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu,
keyakinan agama/ budaya.
e) Kebutuha dasar
Makan dan minum
Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB, mual
dan muntah
f) Aktifitas dan istirahat
Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring
g) BAK
Tidak begitu terganggu
h) Kenyamanan
Malgia, sakit kepala
i) Higiene
j) Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan
dapat dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota
tubuh.
b. Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil
benda, menggengggam, mengambil dengan jari,
menggambar, menulis dihubungkan dengan usia.
k) Data psikologis
a) Anak
Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas
dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan,
adanya support, keseriusan penyakit.
b) Orang tua
Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhu oleh:
(a) Keseriusan ancaman terhadap anaknya
(b) Pengalaman sebelumnya
(c) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya
(d) Adanya suportif dukungan
(e) Agama, kepercayaan dan adat
5) Pengkajian umum
a) Tingkat Kesadaran ː Komposmentis, apatis, somnolen, sopor,
koma.
b) Keadaan umum ː Sakit ringan, sedang, berat.
c) Keadaan gizi ː Tinggi badan dan berat badan dengan gizi baik,
sedang, buruk.
d) Tanda-tanda fital ː Suhu meningkat, tekanan darah pada DF dan
DHF dapat meningkat, sedangkan pada DSS dapat menurun,
nadi pada DF dan DHF tkikardi, sedangkan pada DSS dapat
cepat dan lemah serta ada proses penyembuhan bradikardi,
pernafasan dapat normal dan meningkat, pada DSS cepat dan
dangkal.
6) Pemeriksaan Fisik Head to toeː
a) Keadaan umum: tampak lemah, sakit berat
b) Tanda- tanda vital
(TD menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,
distresss pernafasan, sianosis)
c) TB/ BB
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
d) Kulit
(tampak pucat, siaonosis, biasanya turgor jelek)
e) Kepala (sakit kepala)
f) Mata (tidak ada yang begitu spesifik)
h) Mulut (pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering
dan pucat.
i) Telinga ː Lihat secret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik
pada kasus ini.
j) Leher (tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid.
k) Jantung (pada kasus komplikasi ke endokarditis, terjadi bunyi
tambahan.
l) Paru (infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup), ronchi
(+), wheezing (+), sesak nafas istirahat dan bertambah saat
beraktifitas.
m) Punggung (tidak ada spesifik)
n) Abdomen (bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya
tidak ada.
o) Genitallia (tidak ada gangguan)
p) Ekstremitas (kelemahan, penurunan aktifitas, sianosis ujung jari
dan kaki.
q) Neurologis (terdapat kelemahan otot, tanda refleks spesifik
tidak ada.
2.4.2 Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1. Leukositopenia atau lekositosis (N ː 5000 – 10.000 ul)
3. Hematokrit meningkat (Nː laki-laki 14-16 gr/dl, perempuan 12-16
gr/dl)
4. Hiponatremia 135 – 147 meq/l)
5. SGPT/SGOT , ureum dan Ph darah meningkat N ː SGPT / SGOT < 12 U/L
N ː ureum 20 – 40 mg / dl
N ː Ph 7 38 – 7, 44
b. Urin
Albuminuria ringan (Nː 4-5, 2 g/dl)
c. Uji Serologis
1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Hl Test)
2. Uji komplemen fiksasi (CF Test)
3. Uji neutralisasi (Nt Test)
4. Lgm ELISA ( Mac ELISA)
5. Lgm ELISA
2.4.3 Analisa data
Secara garis besar, analisa data meliputi tabulasi dan penerapan data
sesuai dengan pendekatan penelitian.
2.4.4 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, anorexia.
b. Perubahan perfusi jaringan perifer.
2.4.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Definisi: Asupan
nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi
kebutuhan metabolik.
Faktor yang
berhubungan dengan:
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Gangguan
7) Kurang asupan
makanan berat badan ideal.
2) Bising usus
hiperaktif.
3) Cepat kenyang
setelah makan.
4) Diare.
5) Gangguan sensasi
rasa. 1) Status nutrisi bayi 2) Status nutrisi
3) Status nutrisi: Asupan nutrisi
Batasan Karakteristik:
1) Nafsu makan
2) Eliminasi usus
3) Pengetahuan: Diet sehat
4) Status nutrisi: energi 5) Status nutrisi: asupan
makanan dan cairan
6) Berat badan: massa
tubuh
Faktor Outcome
Menengah:
1) Perilaku diet : Diet yang sehat.
2) Perilaku diet: Diet yang di sarankan.
3) Kontrol diri terhadap
kelainan makan
4) Pengetahuan:
Managemen kelainan makan
5) Pengetahuan: Diet yang
di sarankan
6) Pengetahuan menejemen
berat badan
7) Keparahan mual dan
muntah
8) Perawatan diri Makan.
1. NIC:
2. Intervensi keperawatan yang
disarankan untuk menyelesaikan masalah:
3. Manajemen gangguan makan
1) Manajemen elektrolit/cairan.
2) Manajemen cairan.
3) Monitor cairan.
4. Manajemen nutrisi.
1) Terapi nutrisi.
2) Konseling nutrisi.
3) Monitor nutrisi.
4) Bantuan perawatan diri: Pemberian makan.
5) Monitor tanda-tanda vital.
5. Bantuan peningkatan berat badan
1) Manajemen berat badan.
2) Pemberian makan.
3) Pemasangan infus.
4) Terapi intravena (IV). 5) Interpretasi data
laboratorium.
6) Manajemen pengobatan.
7) Phlebotomi: Sampel darah
vena.
8) Pengajaran: peresepan diet.
9) Pemberian Nutrisi Total
Manajemen gangguan makan
1) Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
2) Cairan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.
3) Monitoring cairan
merupakan
pemantauan perawat untuk mencatat hasil dari data pasien sebelum maupun setelah melakukan tindakan.
Manajemen nutrisi
1) Di perlukan untuk
mengembalikan keseimbangan fungsi tubuh yang terganggu akibat kekurangan nutrisi.
2) Konseling nutrisi
membantu klien mengenali dan mengatasi masalah nutrisi.
3) Untuk mengetahui
status perkembangan nutrisi pasien.
4) Untuk memenuhi
asupan nutrisi pasien.
5) Tanda-tanda vital
8) Kelemahan otot
13) Kram abdomen.
14) Kurang informasi.
15) Kurang minat pada
makanan
16) Membran mukosa
pucat.
17) Nyeri abdomen.
18) Penurunan berat
badan dengan asupan makan adekuat.
19) Penurunan berat
badan dengna asupan makanan adekuat.
20) Sariawan rongga
mulut.
2) Memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien dengan memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien untuk proses penyembuhan.
3) Tempat memasukkan
obat atau terapi intravena, dan rehidrasi cairan pada pasien syock.
4) Memberikan jalan
masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.
5) Untuk mengetahui
hasil sampel darah pasien.
6) Manajemen
pengobatan ini untuk pengaturan proses-proses pengobatan.
7) Phlebotomi: Sampel
darah vena bertujuan untuk mendapatkan sampel darah.
8) Supaya tau
menu-menu diet yang boleh dan bagus untuk di konsumsi.
9) Mempertahankan
2.4.6 Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari proses keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry,
2005).
2.4.7 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan
pasien yang tujuannya telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
41 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam studi kasus ini adalah studi untuk
mengeksplor masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF
(Dengue Hemorragic Fiver) Grade II dengan masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di ruang anak RSUD
Bangil Kabupaten Pasuruan.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah :
a. DHF (Dengue Hemorragic Fever)
DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti
betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia (NIC NOC
2015).
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk
fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan
c. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau
proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
klien (pasien) untuk memenuhi kebutuhan objektif klien sehingga dapat
mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan
dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan.
3.3 Partisipan
Unit analisis atau partisipan dalam studi kasus ini adalah klien anak.
Subjek yang digunakan adalah 2 klien/2 kasus pada anak usia 0-15 tahun
dengan diagnosa medis DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II dan
masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi
Lokasi yang di gunakan dalam penyusunan KTI studi kasus adalah
di ruang Anak RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Lokasi ini beralamat
di Jl. Raya Raci-Bangil, Masangan, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
3.4.2 Waktu
Waktu yang di gunakan dalam penyusunan KTI studi kasus adalah studi
kasus individu (di rumah Sakit) lama waktu sejak klien pertama kali
3.5 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penyusunan studi kasus ini adalah :
a. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang-dulu-keluarga dll). Sumber data dari klien,
keluarga, perawat lainnya).
b. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA : inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi) pada system tubuh klien.
c. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostic dan data
lain yang relevan).
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam studi kasus ini dilakukan dengan :
a. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan.
b.Sumber informasi tambahan menggunakan triagulasi dari tiga sumber data
utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan masalah yang
diteliti.
3.7 Analisa Data
Urutan dalam analisis adalah :
a. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk transkip dandikelompokkan menjadi data
subjektif dan objektif, dianalis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic
kemudian dibandingkan nilai normal.
c. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan
maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan
mengaburkan identitas dari klien.
d. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
3.8 Etik Penelitian
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :
a. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
Memberikan bentuk persetujuan antara dan responden studi kasus
dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed consent
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus.
Masalah etika studi kasus merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara
memberikan atau menempatkan nama responden dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil studi
yang akan disajikan.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
46 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Lokasi yang di gunakan dalam penyusunan KTI studi kasus serta
pengambilan data adalah di Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan yang
terakreditasi Paripurna dengan kapasitas tempat tidur 14 pasien. Di
ruang Anak terdapat 7 ruang dengan kapasitas ruangan yang di
lengkapi dengan tempat tidur matras, kipas angin, dan kamar mandi
luar. Lokasi ini beralamat di Jalan Raya Raci – Bangil Pasuruan, Jawa
Timur.
4.1.2 Pengkajian
1) Identitas Klien
IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2
Kedungrejo, Rejosari,
2) Identitas Orangtua
Identitas Orangtua Klien I Klien II
Nama Ayah/Ibu Pekerjaan Pendidikan Suku/Bangsa
Penanggung Jawab
Biaya
3) Riwayat Penyakit
RIWAYAT PENYAKIT
KLIEN 1 KLIEN 2
Keluhan Utama
Riwayat penyakit
sekarang
Riwayat penyakit
dahulu
Riwayat Alergi
Riwayat Operasi
Keluarga pasien
mengatakan, pasien
mual, muntah 4x, dan
nafsu makan
berkurang.
Keluarga pasien
mengatakan panas
sudah 6 hari, gusi berdarah, nyeri perut, mual, muntah 4x, dan
pusing, lalu oleh
keluarga di bawa ke IGD RSUD BANGIL
PASURUAN pada
tanggal 08 februari
2017 pukul 13.50,
kemudian klien di
rawat di ruang anak.
Keluarga klien
mengatakan, klien
mempunyai riwayat
penyakit kejang pada saat usia 12 bulan.
Keluarga klien
mengatakan bahwa
klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
Keluarga klien
Keluarga pasien
mengatakan, pasien
mual, muntah 5x, dan tidak mau makan.
Keluarga pasien
mengatakan panas 4 hari, mual, muntah 5x, mimisan 2x, pusing, batuk, sakit perut, BAB
hitam, lalu oleh
keluarga di bawa ke
puskesmas nggrati
pasuruan, kemudian di
rujuk ke RSUD
BANGIL PASURUAN
pada tanggal 08
februari 2017 pukul 13.28, kemudian klien di rawat di ruang anak.
Keluarga klien
mengatakan, klien
tidak mempunyai
riwayat penyakit
dahulu seperti Yang di derita klien saat ini.
Keluarga klien
mengatakan bahwa
klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.