• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI

KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL

PASURUAN

OLEH: RIRIN WIDARTIN

141210034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)

ii

KARYA TULIS ILMIAH: STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI

KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL

PASURUAN

Diajukansebagaisalah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanInsan Cendekia

Medika Jombang

Oleh :

RIRIN WIDARTIN NIM : 141210034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada Anak DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh” dapat selesai tepat pada waktunya.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat H. Bambang Tutuko, S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H selaku ketua STIKes ICMe Jombang, Ruliati.,SKM.M.,Kes sebagai pembimbing I dan Agus Muslim.,S.Kep.Ns sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tua dan teman-teman atas doa dan dukungannya.

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Jombang, 15 Juni 2017

(8)

viii DAFTAR ISI

Cover Luar ... i

Cover Dalam ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Lembar pengesahan ... v

Riwayat hidup ... vi

Kata pengantar ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

Daftar Lambang dan Singkatan ... xiii

Motto dan Persembahan ... xiv

Abstrak ... xv

Abstrac ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep DHF ... 7

8. Pemeriksaan penunjang ... 15

9. Penatalaksanaan ... 15

B. Konsep Nutrisi ... 17

1. Definisi ... 17

2. Definisi nutrisi kurang dari kebutuhan ... 20

3. Batasan karakteristik ... 20

4. Faktor yang berhubungan dengan ... 21

5. Kekurangan nutrisi ... 22

6. Metode pemberian nutrisi ... 26

C. Konsep Asuhan Keperawatan DHF ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41

B. Batasan – Batasan Istilah ... 41

C. Partisipan ... 42

(9)

ix

E. Pengumpulan Data ... 43

F. Uji Keabsahan Data ... 43

G. Analisa Data ... 43

H. Etika Penelitian ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data ... 46

2. Pengkajian ... 46

3. Pemeriksaan Fisik ... 51

4. Pemeriksaan Penunjang ... 55

5. Analisa Data ... 56

6. Diagnosa Keperawatan... 57

7. Intervensi Keperawatan ... 58

8. Implementasi Keperawatan ... 59

9. Evaluasi Keperawatan ... 62

B. Pembahasan 1. Pengkajian ... 64

2. Pemeriksaan Diagnostik ... 66

3. Diagnosa Keperawatan... 67

4. Intervensi Keperawatan ... 67

5. Implementasi Keperawatan ... 69

6. Evaluasi Keperawatan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

(10)

x

DAFTAR TABEL

No Daftar Tabel Hal

1. Kebutuhan energi perhari ... 18

2. Menentukan berat badan ideal ... 24

3. Intervensi keperawatan ... 38

4. Identitas Klien ... 46

5. Identitas Orangtua ... 47

6. Riwayat Penyakit ... 47

7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan ... 48

8. Imunisasi ... 49

9. Tumbuh Kembang ... 49

10. Riwayat Spiritual ... 50

11. Pengkajian Dasar ... 50

12. Pemeriksaan Fisik Head To Toe... 51

13. Pemeriksaan Penunjang ... 55

14. Terapi Obat ... 56

15. Analisa Data ... 56

16. Diagnosa Keperawatan ... 57

17. Intervensi ... 58

18. Implementasi ... 59

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Daftar Gambar Hal

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ː Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 ː Formulir Permohonan Penelitian

Lampiran 3 ː Formulir Permohonan Responden

Lampiran 4 ː Formulir Persetujuan Responden

Lampiran 5 ː Format Pengkajian

Lampiran 6 ː Surat izin ambil data awal

Lampiran 7 ː Surat izin Penelitian

Lampiran 8 ː Surat Balasan Penelitian

(13)

xiii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang

1. % : Persentase

2. 0 : Derajad

3. / : Atau

4. & : Dan 5. > : Lebih dari Singkatan

1. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 2. ICMe : Insan Cendekia Medika

3. WHO : World Health Organization

4. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

5. DHF : Dengue Hemorragic Fever 6. DINKES ːDinas Kesehatan

7. NIC ːNursing Interventions Classification 8. NOC ːNursing Outcomes Classifications

9. BHK : Babby Homster Kidney

10. IV ː Intravena

11. TTV ː Tanda – tanda vital 12. HB ː Hemoglobin

13. HT ː Hematokrit

14. MRS ː Masuk rumah sakit

15. SPTK : Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 16. SP : strategi pelaksanaan

17. BHSP : Bina Hubungan Saling Percaya

(14)

xiv MOTTO

“Kesuksesan hanya dapat di raih dengan segala upaya dan usaha yang di

sertai dengan doa , karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa usaha.”

PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur alhamdulillah kepada ALLAH SWT. Atas

karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya Karya Tulis Ilmiah

yang sederhana ini dapat terselesaikan.

Aku persembahkan karya tulis ini untuk seseorang yang selalu

senantiasa merawatku, membesarkanku, memberikanku banyak pendidikan

mulai dari tidak mengerti sampai umurku sekarang terimakasih bapak dan ibu

karena selalu memanjatkan doa disetiap sujudmu sehingga karya tulis ini

terselesaikan.

Terima kasih juga buat sahabatku “kontrakan hits” yang selalu

memberi dukungan, suport, serta selalu berbagi pengalaman denganku.

Serta teman-teman D3 Keperawatan yang aku cintai sudah menjadi

teman-teman yang luar biasa selama 3 tahun ini, tawa, canda, tangis sudah

pernah kita rasakan aku pasti akan rindu dengan kalian semua.

(15)

xv ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI

KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL

PASURUAN

Oleh ː

Ririn Widartin

Who mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara (Kurniasary, 2015). Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada anak DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Partisipan yang digunakan adalah 2 klien pada anak usia 0-15 tahun dengan diagnosa medis DHF Grade II dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi.

Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut berdasarkan data pengkajian diketahui bahwa An. N mengeluhkan mual muntah dan nafsu makan berkurang didukung dengan data objektif keadaan umum lemah, pasien tampak mual dan muntah saat makan dan wajah klien tampak pucat. Sedangkan An. M mengeluhkan mual muntah dan tidak mau makan didukung dengan data objektif keadaan umum lemah, pasien tampak mual dan muntah saat makan, pasien tidak nafsu makan, klien hanya mau minum air mineral dan wajah tampak pucat. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh disusun berdasarkan kriteria NIC NOC 2017 yang meliputi manajemen nutrisi dan status nutrisi. Implementasi kepada An. N dan An. M dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3 kali pertemuan, serta hasil evaluasi setiap akhir sesi implementasi yang disesuaikan dengan keadaan klien.

Berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan selama 3 kali pertemuan disimpulkan bahwa terdapat peningkatan dalam hal ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada klien An. N , dimana pada evaluasi hari ketiga masalah sudah teratasi. Sedangkan pada klien 2 masalah belum teratasi. Jadi asuhan keperawatan yang diberikan pada An. N lebih efektif dibandingkan dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada An. M.

(16)

xvi ABSTRACT

NURSING CARE IN CHILDREN DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE II WITH NUTRITIONAL INSTRUCTIONS LESS THAN

THE BODY NEEDS IN CHILDREN'S ROOMGENERAL HOSPITAL REGIONALBANGIL

PASURUAN

Byː

Ririn Widartin

Who records Indonesia as the country with the highest DHF case in Southeast Asia (Kurniasary, 2015). The purpose of this case study is to implement nursing care in children DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II with the problem of nutrient imbalance is less than body needs.

The design of this research is descriptive by using case study method. Participants used were 2 clients in children aged 0-15 years with a DHF Grade II medical diagnosis with nursing problems of nutrient imbalance less than body needs. Data were collected from interviews, observation, documentation.

The results of this study are summarized as follows based on assessment data known that An. N complained of nausea and vomiting reduced appetite supported by objective data of general weakness, the patient looked nauseous and vomited while eating and the client's face looked pale. While An. M complained of nausea vomiting and did not want to eat supported by objective data of general state weak, the patient looked nauseous and vomiting at meal, patient not appetite, client just want to drink mineral water and face looked pale. Nursing interventions conducted on nutritional imbalances less than body requirements were prepared based on the NIC NOC 2017 criteria that included nutritional management and nutritional status. Implementation to An. N and An. M is developed from the results of the intervention study conducted in 3 meetings, as well as the evaluation results at the end of each implementation session tailored to the client's situation.

Based on the evaluation results given during 3 times the meeting concluded that there is an increase in the lack of nutrient imbalance less than the needs of the body on the client An. N, where on the third day of evaluation the problem has been resolved. While on client 2 the problem has not been resolved. So the nursing care given to An. N is more effective than the nursing care given to An. M.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

DHF (Dengue Hemorragic Fever) merupakan suatu penyakit endemik

di daerah tropis yang memiliki tingkat kematian tinggi terutama pada

anak-anak. Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus DHF (Dengue

Hemorrhagic Fever), karena tempat hidup nyamuk hampir seluruhnya adalah

buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak

mandi.Nyamuk ini merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis, dan bisa

hidup pada daerah yang ketinggiannya mencapai 2200 m diatas permukaan

laut. (Price & Wilson. 2007). Salah satu masalah yang sering muncul yaitu

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kebutuhan nutrisi

merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses

pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Manfaat nutrisi dalam tubuh

dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta

mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh.

Selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktifitas sehari-hari

karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang di butuhkan berbagai organ

dalam tubuh dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam

tubuh (Hidayat, 2005).

Penelitian terbaru menunjukkan 390 juta infeksi dengue pertahun di

mana 96 juta bermanifestasi klinis dengan berbagai derajat. Penelitian lain

menyatakan, prevalensi DHF di perkirakan mencapai 3,9 milyar orang di

128 negara beresiko terinfeksi virus dengue (WHO 2015). WHO mencatat

(18)

negara Indonesa sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia

Tenggara (Kurniasary, 2015). Berdasarkan data dinas kesehatan provinsi

jawa timur sampai dengan juni 2013, telah terjadi 11.207 kejadian DHF

dengan angka kejadian (Incidenci Race = IR) 29,25 dan CFR 0,88% (99

orang). Berdasarkan laporan yang sama, di Surabaya angka kejadianya 1.504

kasus dengan CFR 0,4%(6 orang)(dinas kesehatan profinsi jawa timur,

2013). Pada tahun 2015 mencapai 227 kasus DHF di antara

194.815DHFpenduduk Kota Pasuruan atau IR sebesar 116,5 per 100.000

penduduk. Insiden Rate/IR DHF tahun 2015 ini menunjukkan peningkatan

dari IR DHF tahun-tahun sebelumnya. Secara berturut-turut angka IR DHF

di Kota Pasuruan dari tahun 2011 sampai dengan 2015 adalah 41; 49,46;

103,25; 65,12 dan 116,52 per 100.000 penduduk (Profil Kesehatan Kota

Pasuruan, 2015). Berdasarkan survey data yang di dapat dari RSUD Bangil

Pasuruan pada tahun 2016 sebanyak 227 penderita dan di Ruang Anak

RSUD Bangil Pasuruan pada tanggal 8 februari 2017 rata-rata angka

kejadian DHF (Dengue Hemorragic Fever) sebanyak 16 penderita di tahun

2017.

DHF (Dengue Hemorragic Fever) di sebabkan oleh gigitan nyamuk

betina yang mengandung virus dengue, nyamuk tersebut menyebabkan

infeksi arbovirus akut. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan

dewasa yang menimbulkan respon antibodi, respon antibodi memicu

terjadinya kompleks antigen antibodi menimbulkan respon mual, muntah,

anoreksia, hal tersebut menjadikan tubuh kehilangan cairan di karenakan

(19)

serta elektrolit penting dalam tubuh terbuang termasuk juga nutrisi. Nutrisi

yang kurang mencukupi tubuh untuk mengontrol otot, kimia, darah, dan

fungsi organ, selain itu penyakit DHF menyebabkan anoreksia dan muntah

dapat mengganggu pemenuhan nutrisi klien terutama pada anak bisa

pengaruhi begitu banyak aspek. "Mulai dari lambatnya perkembangan otak,

perkembangan fungsi kognitif, motorik, dan sosio emosional jangka

panjang. Bahkan sebagian dampak tersebut tidak dapat diperbaiki," sehingga

muncul Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh (Andra dan Yessie 2013).

Untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh akibat efek penyakit DHF tugas perawat,

menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi

kebutuhan gizi, memberikan pilihan makanan sambil menawarkan

bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat jika di perlukan,

menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang di butuhkan untuk

memenuhi kebutuhan gizi, mengatur diet yang di perlukan (yaitu

menyediakan makanan protein tinggi menyarankan menggunakan bumbu

dan rempah – rempah sebagai alternatif untuk garam, menyediakan

pengganti gula; menambah atau mengurangi kalori, menambah atau

mengurangi vitamin, mineral atau suplemen), mengidentifikasi adanya alergi

atau intoleransi makanan yang di miliki pasien, menentukan apa yang terjadi

preferensi makanan bagi pasien, intruksikan pasien mengenai kebutuhan

nutrisi yaitu membahas pedoman diet dan piramida makanan (Gloria et al

(20)

penyakit DHF (Dengue Hemorragic Fever) dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien DHF (Dengue Hemorragic

Fever) Grade II dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh’’ di Ruang Anak RSUD Bangil – Pasuruan.

1.2Batasan Masalah

Asuhan Keperawatan anak dengan kasus DHF (Dengue Hemorragic

Fever) Grade II dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan anak dengan kasus DHF (Dengue

Hemorragic Fever) Garade II dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh di Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan keperawatan pada anak DHF (Dengue

Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Ruang Anak RSUD Bangil

Pasuruan.

1.4.2 Tujuan Khusus

a) Melaksanakan pengkajian keperawatan pada anak DHF (Dengue

Hemoragic Fever) Grade II dengan masalah Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Ruang Anak RSUD

(21)

b) Menetapkan diagnosa keperawatan pada anak yang mengalami

DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di

Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.

c) Menyusun perencanaan keperawatan pada anak yang mengalami

DHF (Dengue Hemoragic Fever) Grade II dengan masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di

Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.

d) Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami

DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di

Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.

e) Melaksanakan evaluasi pada anak yang mengalami DHF

(Dengue Hemorragic Fever) Grade II dengan masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di

Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan.

1.5 Manfaat

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi gambaran dan

informasi terhadap karakteristik DHF (Dengue Hemorragic Fever) di

RSUD Bangil Pasuruanpada tahun 2016 sehingga dapat menjadi

masukan untuk meningkatkan penanganan kasus DHF (Dengue

(22)

dan peneliti lainya tentang informasi karakteristik pasien DHF (Dengue

Hemorragic Fever) di RSUD Bangil Pasuruan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Dapat di gunakan dalam pengkajian sampai evaluasi

keperawatan dengan teliti yang mengacu pada fokus permasalahan

yang tepat sehingga dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara

tepat khususnya pada Anak DHF (Dengue Hemorragic Fever).

b. Rumah Sakit

Agar dapat di gunakan sebagai masukan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada anak DHF (Dengue Hemoragic Fever),

serta dapat meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan

pada pasien.

c. Institusi pendidikan

Agar dapat di gunakan sebagai wacana dan pengetahuan

tentang perkembangan ilmu keperawatan, terutama kajian pada anak

dengan DHF (Dengue Hemorragic Fever).

d. Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga dapat mengetahui cara pencegahan,

perawatan, penyebab, tanda dan gejala, serta pertolongan pertama

(23)

7 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep DHF (Dengue Hemorragic Fever)

2.1.1 Pengertian

DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti

betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia (NIC NOC

2015).

DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang

disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi

mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief

Mansjoer dan Suprohaita, 2000 dalam Susilowati, 2007), dan menurut

Hindra (2004).

2.1.2 Etiologi

1. Virus Dengue

Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk kedalam

arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu

virus dngue tipe 1, 2, 3, dan 4. Keempat virus dengue tersebut terdapat

di Indonesa dan dapat di bedakan satu dari yang lainya secara serolis

virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40

nanometer, dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai kultur

jaringan dapatberkembang biak dengan baik yang berasal dari sel-sel

mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel

artropoda misalnya sel aedes. (Soedarto, 2005 dalam Susilawati, 2008).

(24)

2. Vektor

Nyamuk aedes aegepti maupun aedes albopictus merupakan

vector penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya

melalui gigitannya, nyamuk aedes aegepti merupakan vector penting di

daerah perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan kedua nyamuk

tersebut perperan dalam penularan (Soedarto, 2005). Nyamuk aedes

aegepti berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapar

bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah (aedes aegepti) maupun

yang terdapat di luar rumah dilubang-lubang pohon, di dalam potongan

bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih lainnya, selain itu

nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang

hari terutama pada waktu pagi dan senja hari (Junaidi, 2007).

Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti menurut Soedarto, (2005) antara lain:

a. Badannya kecil.

b. Warnanya hitam dan berbelang – belang.

c. Mengigit pada siang hari.

d. Badannya mendatar saat hinggap.

e. Gemar hidup di tempat – tempat yang gelap (terhindar dari sinar

matahari).

2.1.3 Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan

penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal

(25)

hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti

pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan

pembesaran limpa (Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan

antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan

mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas

C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan

merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas

dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya

perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Perembesan plasma ke ruang

ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi

hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan

(syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan

atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga

nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan

intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan

faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran

gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra

vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam

rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada

otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah

pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan

kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena

(26)

edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan

yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat

mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika

renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,

metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.

Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan

vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Setelah virus dengue

masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena

viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh

badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang

mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran

kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF

disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Fenomena

patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah

meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat

anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang

berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya

volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia,

efusi dan renjatan. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler

dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam

rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang

terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan

terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain

(27)

dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan

kelainan fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin

disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun

dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya

oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh

aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS,

(28)

2.1.4 Skema Pohon Masalah DHF

(29)

2.1.5 Klasifikasi

Menurut (Mubin, 2008) derajat penyakit DBD terbagi empat derajat :

1. Derajat 1 :

Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan

(uji tourniquet positif)

2. Derajat II

Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain

pada hidung (epistaksis)

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (˂20 mm/Hg) / hipotensi disertai kulit dingin

dan lembab serta gelisah

4. Derajat IV

Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak

dapat diukur, akral dingin dan akan mengalami syok.

2.1.6 Tanda dan gejala

1. Mayor (Harus ada)

Suhu tubuh lebih tinggi dari 37 8 C secara oral atau 38 3 C.

2. Minor (Mungkin ada)

a. Kulit kemerah-merahan

b. Hangat pada saat disentuh

c. Peningkatan frekuensi pernafasan

d. Takikardi

(30)

f. Dehidrasi

g. Rasa sakit dan nyeri yang spesifik atau menyeluruh

h. Malaise atau keletihan atau kelemahan

i. Kehilangan selera makan

2.1.7 Komplikasi

Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue

biasanya ringan dan dapat sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan

elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam adalah komplikasi paling

sering pada bayi dan anak-anak. Epistaksis, petekie, dan lesi purpura

tidak umum tetapi dapat terjadi pada derajat manapun. Keluarnya darah

dari epistaksis, muntah atau keluar dari rektum, dapat memberi kesan

keliru perdarahan gastrointestinal. Pada dewasa dan mungkin pada

anak-anak, keadaan yang mendasari dapat berakibat pada perdarahan

signifikan. Kejang dapat terjadi saat temperatur tinggi, khususnya pada

demam chikungunya. Lebih jarang lagi, setelah fase febril, astenia

berkepanjangan, depresi mental, bradikardia, dan ekstrasistol ventrikular

dapat terjadi. Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama

rawatan inap juga dapat terjadi berupa kelebihan cairan (fluid overload),

hiperglikemia dan hipoglikemia, ketidak seimbangan elektrolit dan

asam-basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis yang buruk (Dengue:

Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control, WHO, 2009).

Di daerah endemis, demam berdarah dengue harus dicurigai terjadi pada

orang yang mengalami demam, atau memiliki tampilan klinis

(31)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang demam berdarah dengue menurut (NANDA NIC

NOC 2015)

1. Pemeriksaan Laboratorium :

a. Trombosit menurun (˂20 mm/Hg)

b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih

c. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga

d. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara

e. Hipoproteinemia ( Protein darah rendah )

f. Hiponatremia ( NA rendah )

2. Pemeriksaan Radiologi

Pada foto trorax ( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II di

dapatkan efusi pleura.

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanan demam berdarah dengue menurut (NANDA NIC NOC

2015).

a. Grade Iː

1. Tirah baring

2. Pemberian makanan lunak

3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)

4. Pemberian cairan melalui infuse dapat di berikan antipiretik dan

cairan rumatan atau cairan oral apabila anak masih mau minum

(32)

b. Grade II

1. Pemberian cairan intra vena ( Biasanya RL )

2. Monitor tanda – tanda Vital tiap jam ( suhu,nadi ) tensi,

pernafasan jika kondisi pasien memburuk observasi tiap jam.

3. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari

4. Pemberian obat antipiretik

5. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam

c. Grade III

1. Cairan pe oral, cairan intravena rumatan per hari dan 5% defisit

2. Diberikan untuk 48 jam atau lebih

3. Kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan

plasma, sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit

d. Grade IV

1. Bila selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin

memberat atau respons pemberian cairan minimal, maka penderita

dinyatakan untuk dirujuk (bila dirawat di Puskesmas atau klinik

atau rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan yang lebih

intensif, kalau perlu di rawat di ICU.

2. Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit

yang menyolok disertai dengan tanda-tanda perdarahan masif. Bila

terjadi perdarahan yang masif dengan penurun kadar Hb dan Ht,

segera beri tansfusi Whole blood.

3. Bila keadaan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan

(33)

nyata, dan pemantauan laboratorium tidak menunjukkan

perbaikan, maka pilihan kita adalah pemberian FFP (Fresh Frozen

Plasma) atau Plasma biasa.

4. Bila keadaan klinis stabil, pemeriksaan ulangan laboratorium pada

fase penyembuhan.

2.2 Konsep Nutrisi

2.2.1 Definisi

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme

untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan

kesehatan (Wikipedia, 2008)

2.2.2 Jenis-jenis nutrisi

1. Karbohidrat

Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon,

hydrogen dan oksigen, terdapat dalam tumbuhan seperti beras,

jagung, gandum, umbi-umbian, dan terbentuk melalui proses

asimilasi dalam tumbuhan (Pekik, 2007).

a. Fungsi karbohidrat: Sumber energi utama yang diperlukan untuk

gerak, Memberi rasa kenyang, pembentukan cadangan sumber

energi, kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan disimpan dalam

bentuk lemak sebagai cadangan sumber energi yang sewaktu-waktu

dapat dipergunakan.

b. Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat dibagi menjadi tiga

(34)

1. Monosakarida (gula sederhana)

2. Disakarida (gula ganda)

3. Polisakarida (karbohidrat kompleks)

2. Lemak

Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan

minyak terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak. Fungsi

lemak:

a. Sebagai sumber energi.

b. Membangun jaringan tubuh.

c. Fungsi perlindungan.

d. Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari

tubuh

e. Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan

lambung dan mencegah timbulnya rasa lapar.

f. Vitamin larut dalam lemak.

1. Kebutuhan Energi per hari

Umur Berat Badan

(35)

3. Protein

Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis

nutrien ini berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari

asam-asam amino. Fungsi protein: Menggantikan protein yang hilang

selama proses metabolisme yang normal dan proses pengausan yang

normal, menghasilkan jaringan baru, di perlukan dalam pembuatan

protein-protein yang baru dengan fungsi khusus dalam tubuh yaitu

enzim, hormon dan hemoglobin, sebagai sumber energi (Trisa, 2008).

Berdasarkan sumbernya protein diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

protein hewani dan protein nabati. Berdasarkan fungsi fisiologiknya

protein diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu protein sempurna, protein

setengah sempurna, dan protein tidak sempurna.

4. Vitamin

Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh

tubuh dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.

Ada dua jenis vitamin:

a. Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K.

b. Vitamin larut air yaitu vitamin B dan C (tidak disimpan dalam

tubuh).

5. Mineral

Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian

enzim, dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.

(36)

dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral. Tubuh

tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan lewat makanan.

6. Air

Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh

manusia. Kurang lebih 60-70% berat badan orang dewasa berupa air

sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh, terutama bagi mereka

yang melakukan olahraga atau kegiatan berat. Bayi memiliki proporsi

air yang lebih besar di bandingkan orang dewasa.

Fungsi air:

a. Sebagai media transportasi zat-zat gizi, membuang sisa-sisa

metabolisme, hormon ke organ sasaran (target organ).

b. Mengatur temperatur tubuh terutama selama aktivitas fisik.

c. Mempertahankan keseimbangan volume darah (Pekik, 2007).

2.3 Konsep dasar ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.3.1 Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

(Nanda2015).

2.3.2 Batasan karakteristik

1. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal.

2. Bising usus hiperaktif.

3. Cepat kenyang setelah makan.

4. Diare.

5. Gangguan sensasi rasa.

(37)

7. Kelemahan otot pengunyah.

8. Kelemahan otot untuk menelan.

9. Kerapuhan kapiler.

10. Kesalahan informasi.

11. Kesalahan persepsi.

12. Ketidakmampuan memakan makanan.

13. Kram abdomen.

14. Kurang informasi.

15. Kurang minat pada makanan

16. Membran mukosa pucat.

17. Nyeri abdomen.

18. Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat.

19. Penurunan berat badan dengna asupan makanan adekuat.

20. Sariawan rongga mulut.

21. Tonus otot menurun.

2.3.3 Faktor yang berhubungan

1. Faktor biologis.

2. Faktor ekonomi.

3. Gangguan psikososial.

4. Ketidakmampuan makan.

5. Ketidakmampuan mencerna makanan.

6. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.

(38)

2.3.4 Kekurangan Nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang di alami seseorang

dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan

akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

1. Tanda Klinis :

a. Berat badan 10-20% di bawah normal.

b. Tinggi badan di bawah ideal.

c. Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran

standar.

d. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.

e. Adanya penurunan albumin serum.

f. Adanya penurunan transferin.

2. Kemungkinan penyebab :

a. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna

kalori akibat penyakit infeksi atau kanker.

b. Disfagia karena adanya kelainan persyarafan.

c. Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi

laktosa.

d. Nafsu makan menurun.

2.3.5 Metode menentukan kekurangan nutrisi (A. Aziz 2006)

1. Riwayat makanan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang

pola makan, tipe makanan yang di hindari ataupun di abaikan,

(39)

merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan rencana makanan

untuk masa selanjutnya.

2. Kemampuan makan

Beberapa hal yang perlu di kaji dalam hal kemampuan makan, antara lain

kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan

orang lain.

3. Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah

penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.

4. Nafsu makan, jumlah asupan.

5. Tingkat aktifitas.

6. Pengonsumsian obat.

7. Penampilan fisik

Penampilan fisik dapat di lihat dari pemeriksaan fisik terhadap

aspek-aspek berikut : rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak

kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan karna faktor usia;

daerah di atas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna

gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh

darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun mengalami

pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah

terang, dan tidak ada luka pada permukaanya; gusi tidak bengkak,

tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat

serta erat tidak tertarik ke bawah sampai di bawah permukaan gigi;

(40)

bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau tidak terjadi

pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan berwarna merah

muda.

8. Pengukuran Antropometrik

Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat

badan, dan lingkar lengan. Tinggi badan anak dapat di gambarkan

pada suatu kurva atau grafik sehingga dapat terlihat pola

perkembanganya.

a. Menentukan berat badan ideal

Salah satu parameter untuk mengetahui keseimbangan

energi seseorang adalah melalui penentuan berat badan ideal dan

indeks masa tubuh. Rumus Brocca adalah cara untuk mengetahui

berat badan ideal, yaitu sebagai berikut:

Berat badan ideal (kg) = [Tinggi badan (cm) – 100]-[10% (tinggi

badan-100)

Keterangan hasil :

1. Bila berat badanya < 80%, di kategorikan sebagai kurus.

2. Bila berat badanya 80 – 120% di kategorikan berat badan ideal.

3. Bila berat badanya > 120% di kategorikan gemuk.

Cara lain untuk menentukan berat badan ideal adalah dengan

menggunakan indeks masa tubuh. Cara ini telah di tetapkan oleh

(41)

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan

tingkat berat

<17

Kekurangan berat badan tingkat sedang

17,0-18,5

Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan

tingkat ringan

>25,0-27,0

Kelebihan berat badan

tingkat berat

>27,0

Tabel 2.7 Batas ambang indeks masa tubuh (IMT) di indonesa

Sumber: Depkes 2002 (lihat Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM

UI 2007)

Indeks masa tubuh = Berat badan (kg)

Tinggi badan2 (m)

Cara pengukuran kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori total di temukan oleh basal metabolisme rate,

aktifitas fisik, dan spesifik dynamik action (SDA). Sebelum menentukan

jumlah kebutuhan kalori total, maka tentukan basal metabolisme rate

(BMR). Ada beberapa cara untuk mengukur BMR di antaranya adalah

1) Rumus Harris Benedict yang di kenal dengan debutan rumus REE

(Resting Energi Expenditure). Caranya adalah

BMR (laki-laki) = 66.5 + {13,5 x BB (kg)} + {5,0 x TB (cm) – (6.75 x umur

(th)}

BMR (wanita) = 65,1 + {9,56 x BB (kg)} + {1,85 x TB (cm) – (4,68 x umur

(th)}

2) Metode faktorial. Caranya adalah

(42)

a. Tentukan berat atau ringan jenis aktivitas yang di lakukan klien. Klien

dengan aktivitas ringan harus di kurangi 10-20% dari jumlah kalori

basal, sebaliknya klien dengan aktivitas berat harus menambahkan

10-20% dari jumlah kalori basal. Patokan orang yang tergolong aktivitas

berat dalah pekerja kuli bangunan atau pekerja kasar. Orang yang

bekerja di kantor, yang sebagian besar waktunya yang di habiskan untuk

duduk, termasuk aktivitas ringan. Pekerjaan rumah tangga termasuk ke

dalam aktivitas sedang (Suarthana 2007).

b. Menghitung besarnya SDA. Di perkirakan besarnya SDA adalah 10%

jumlah energi basah dan energi aktivitas (Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007).

Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan kalori total :

Total energi = energi basal (BMR) + energi aktivitas + SDA

Sumber : Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007

9. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb,

glukosa, elektrolit.

2.3.6 Metode pemberian nutrisi

1. Pemberian nutrisi melalui oral

Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan

keperawatan yang di lakukan pada pasien yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara membantu

(43)

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera

makan pada pasien.

2. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung

Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung

merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada pasien yang

tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak

mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung

atau pipa penduga. Tujuanya adalah untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi pasien.

3. Pemberian Nutrisi melalui parenteral

Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian

nutrisi berupa cairan infus yang di masukkan ke dalam tubuh

melalui darah vena, baik secara sentral (untuk nutrisi parenteral

total) ataupun vena periver (untuk nutrisi parenteral parsial).

Pemberian nutrisi melalui parenteral di lakukan pada pasien yang

tidak bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik dengan tujuan

untuk menunjang nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian

kebutuhan nutrisi harian.

a. Metode pemberian nutrisi melalui parenteral :

1. Nutrisi parenteral parsial

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena

yang di gunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan

(44)

menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang biasanya

di gunakan dalam bentuk dextrose atau cairan asamino.

2. Nutrisi parenteral total

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena di

mana kebutuhan nutrisi sepenuhnya melalui cairan infus

karena keadaan saluran pencernaan pasien tidak dapat di

gunakan. Cairan yang dapat di gunakan adalah cairan yang

mengandung karbohidrat seperti triofusin E 1000, cairan

yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan

cairan yang mengandung lemak seperti intralipid.

3. Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral

untuk jangka waktu lama dan melalui vena parifer.

(Hidayat, AAA & Uliyah, M, 2005)

2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF DenganMasalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

2.4.1 Pengkajian

a. Identitas klien ː Terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa

medis, tanggal MRS, keluarga yang dapat di hubungi, catatan

kedatangan, no MR.

b. Riwayat utama

1) Keluhan Utama

Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan demam lebih dari 3

(45)

2) Riwayat kesehatan sekarang

Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan sakit

kepala.

a. Tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat menelan,

lemah.

b. Nyeri otot dan persendian.

c. Konstipasi dan bisa juga diare.

d. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

e. Batuk ringan.

f. Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata,

(Lakrimasi), foto fobia.

g. Ruam pada kulit (kemerahan).

h. Perdarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan perdarahan lain ː Epistaksis, hematemesis, hematuria, melena.

3) Riwayat kesehatan dahulu

a. Pernah menderita DHF

b. Riwayat kurang gizi

c. Riwayat aktivitas sehari – hari.

d. Pola hidup (life style)

e. Riwayat kesehatan keluarga, adanya penderita DHF dalam

keluarga

(46)

4) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

a) Riwayat pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah besarnya

sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat di

ukur (Asmadi, 2008). Pada riwayat pertumbuhan di nyatakan

bagaimana status pertumbuhan pada anak apakah pernah

terjadi gangguan dalam pertumbuhan dan terjadinya pada saat

umur berapa dengan menanyakan atau melihat catatan

kesehatan tentang ukuran berat badan, tinggi badan lingkar

lengan atas, lingkar dada dan lingkar kepala.

1. Berat badan

a. Berat badan hari ke –10 ː BB lahir

b. 5 bulan ː 2x lahir

c. 1 tahun ː 3x lahir

d. 2 tahun ː 4x lahir

e. Prasekolah kenaikan berat badan rata-rata ː 2 kg/tahun.

2. Pertumbuhan tinggi badan

a. Tinggi badan lahir rata-rata ː 50 cm

b. 1 tahun ː 1 5x lahir

c. 4 tahun ː 2x lahir

d. 6 tahun ː 1 5 TB setahun

e. 13 tahun ː 3x TB lahir

f. Kenaikan tinggi badan rata-rata prasekolahː

(47)

3. Proporsi kepala, badan dan anggota gerak, 2 bulan ː

a. Kepala besar dan dan panjang (janin) hampir sama

dengan panjang badan + anggota gerak

b. Lingkar kepala rata-rata 34 cm

c. 6 bulan - 44 cm ( 50%)

d. 1 tahun = 47 cm

e. 2 tahun = 49 cm

f. Dewasa = 54 cm

(Sudarti, 2010).

b) Riwayat perkembangan

Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya

fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh

kematangan dan belajar (asmadi, 2008). Riwayat ini dapat di

lihat dari proses perkembangan anak melalui penggunaan

perkembangan DDST II (Denver Development Skrening Test II) ː

Adapun perkembangan yang di nilai antara lainː

1. Personal social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkunganya.

2. Fine motorik adaprive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

(48)

melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan di lakukan

otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

cermat.

3. Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap

suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

4. Grass motor (gerakan motorik kasar)

Gerakan yang berhubungan dengan pergerakan dan

sikap tubuh.

Prosedur DDST ada 2 tahap ː

Tahap I ː

a. Umur 3–6 bulan

b. Umur 9-12 bulan

c. Umur 18-24 bulan

d. Umur 3 tahun

e. Umur 4 tahun

f. Umur 5 tahun

Tahap II ː Bila di curigai (Sudarti 2010)

c) Riwayat Imunisasi

Pada pengumpulan data tentang riwayat imunisasi dasar sepertiː

A. Jenis-jenis imunisasi yang wajib

(49)

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit tuberculosis (TBC). BCG di berikan 1

kali sebelum anak berumur 2 bulan.

2. Difteri, pertusis, dan tetanus

Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit diferi, pertusis dan tetanus dalam

waktu bersamaan. Imunisasi di berikan sebanyak 3 kali

sejak bayi lahir berumur dua bulan dengan penyuntikan

satu-dua bulan.

d) Riwayat social

Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu,

keyakinan agama/ budaya.

e) Kebutuha dasar

Makan dan minum

Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB, mual

dan muntah

f) Aktifitas dan istirahat

Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring

g) BAK

Tidak begitu terganggu

h) Kenyamanan

Malgia, sakit kepala

i) Higiene

(50)

j) Pemeriksaan tingkat perkembangan

a. Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan

dapat dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota

tubuh.

b. Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil

benda, menggengggam, mengambil dengan jari,

menggambar, menulis dihubungkan dengan usia.

k) Data psikologis

a) Anak

Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas

dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan,

adanya support, keseriusan penyakit.

b) Orang tua

Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhu oleh:

(a) Keseriusan ancaman terhadap anaknya

(b) Pengalaman sebelumnya

(c) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya

(d) Adanya suportif dukungan

(e) Agama, kepercayaan dan adat

(51)

5) Pengkajian umum

a) Tingkat Kesadaran ː Komposmentis, apatis, somnolen, sopor,

koma.

b) Keadaan umum ː Sakit ringan, sedang, berat.

c) Keadaan gizi ː Tinggi badan dan berat badan dengan gizi baik,

sedang, buruk.

d) Tanda-tanda fital ː Suhu meningkat, tekanan darah pada DF dan

DHF dapat meningkat, sedangkan pada DSS dapat menurun,

nadi pada DF dan DHF tkikardi, sedangkan pada DSS dapat

cepat dan lemah serta ada proses penyembuhan bradikardi,

pernafasan dapat normal dan meningkat, pada DSS cepat dan

dangkal.

6) Pemeriksaan Fisik Head to toeː

a) Keadaan umum: tampak lemah, sakit berat

b) Tanda- tanda vital

(TD menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,

distresss pernafasan, sianosis)

c) TB/ BB

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

d) Kulit

(tampak pucat, siaonosis, biasanya turgor jelek)

e) Kepala (sakit kepala)

f) Mata (tidak ada yang begitu spesifik)

(52)

h) Mulut (pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering

dan pucat.

i) Telinga ː Lihat secret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik

pada kasus ini.

j) Leher (tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid.

k) Jantung (pada kasus komplikasi ke endokarditis, terjadi bunyi

tambahan.

l) Paru (infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup), ronchi

(+), wheezing (+), sesak nafas istirahat dan bertambah saat

beraktifitas.

m) Punggung (tidak ada spesifik)

n) Abdomen (bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya

tidak ada.

o) Genitallia (tidak ada gangguan)

p) Ekstremitas (kelemahan, penurunan aktifitas, sianosis ujung jari

dan kaki.

q) Neurologis (terdapat kelemahan otot, tanda refleks spesifik

tidak ada.

2.4.2 Pemeriksaan Penunjang

a. Darah

1. Leukositopenia atau lekositosis (N ː 5000 – 10.000 ul)

(53)

3. Hematokrit meningkat (Nː laki-laki 14-16 gr/dl, perempuan 12-16

gr/dl)

4. Hiponatremia 135 – 147 meq/l)

5. SGPT/SGOT , ureum dan Ph darah meningkat N ː SGPT / SGOT < 12 U/L

N ː ureum 20 – 40 mg / dl

N ː Ph 7 38 – 7, 44

b. Urin

Albuminuria ringan (Nː 4-5, 2 g/dl)

c. Uji Serologis

1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Hl Test)

2. Uji komplemen fiksasi (CF Test)

3. Uji neutralisasi (Nt Test)

4. Lgm ELISA ( Mac ELISA)

5. Lgm ELISA

2.4.3 Analisa data

Secara garis besar, analisa data meliputi tabulasi dan penerapan data

sesuai dengan pendekatan penelitian.

2.4.4 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual, muntah, anorexia.

b. Perubahan perfusi jaringan perifer.

(54)

2.4.5 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh. Definisi: Asupan

nutrisi tidak cukup

untuk memenuhi

kebutuhan metabolik.

Faktor yang

berhubungan dengan:

1) Faktor biologis

2) Faktor ekonomi

3) Gangguan

7) Kurang asupan

makanan berat badan ideal.

2) Bising usus

hiperaktif.

3) Cepat kenyang

setelah makan.

4) Diare.

5) Gangguan sensasi

rasa. 1) Status nutrisi bayi 2) Status nutrisi

3) Status nutrisi: Asupan nutrisi

Batasan Karakteristik:

1) Nafsu makan

2) Eliminasi usus

3) Pengetahuan: Diet sehat

4) Status nutrisi: energi 5) Status nutrisi: asupan

makanan dan cairan

6) Berat badan: massa

tubuh

Faktor Outcome

Menengah:

1) Perilaku diet : Diet yang sehat.

2) Perilaku diet: Diet yang di sarankan.

3) Kontrol diri terhadap

kelainan makan

4) Pengetahuan:

Managemen kelainan makan

5) Pengetahuan: Diet yang

di sarankan

6) Pengetahuan menejemen

berat badan

7) Keparahan mual dan

muntah

8) Perawatan diri Makan.

1. NIC:

2. Intervensi keperawatan yang

disarankan untuk menyelesaikan masalah:

3. Manajemen gangguan makan

1) Manajemen elektrolit/cairan.

2) Manajemen cairan.

3) Monitor cairan.

4. Manajemen nutrisi.

1) Terapi nutrisi.

2) Konseling nutrisi.

3) Monitor nutrisi.

4) Bantuan perawatan diri: Pemberian makan.

5) Monitor tanda-tanda vital.

5. Bantuan peningkatan berat badan

1) Manajemen berat badan.

2) Pemberian makan.

3) Pemasangan infus.

4) Terapi intravena (IV). 5) Interpretasi data

laboratorium.

6) Manajemen pengobatan.

7) Phlebotomi: Sampel darah

vena.

8) Pengajaran: peresepan diet.

9) Pemberian Nutrisi Total

Manajemen gangguan makan

1) Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.

2) Cairan untuk

memenuhi kebutuhan tubuh.

3) Monitoring cairan

merupakan

pemantauan perawat untuk mencatat hasil dari data pasien sebelum maupun setelah melakukan tindakan.

Manajemen nutrisi

1) Di perlukan untuk

mengembalikan keseimbangan fungsi tubuh yang terganggu akibat kekurangan nutrisi.

2) Konseling nutrisi

membantu klien mengenali dan mengatasi masalah nutrisi.

3) Untuk mengetahui

status perkembangan nutrisi pasien.

4) Untuk memenuhi

asupan nutrisi pasien.

5) Tanda-tanda vital

(55)

8) Kelemahan otot

13) Kram abdomen.

14) Kurang informasi.

15) Kurang minat pada

makanan

16) Membran mukosa

pucat.

17) Nyeri abdomen.

18) Penurunan berat

badan dengan asupan makan adekuat.

19) Penurunan berat

badan dengna asupan makanan adekuat.

20) Sariawan rongga

mulut.

2) Memenuhi kebutuhan

nutrisi pasien dengan memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien untuk proses penyembuhan.

3) Tempat memasukkan

obat atau terapi intravena, dan rehidrasi cairan pada pasien syock.

4) Memberikan jalan

masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.

5) Untuk mengetahui

hasil sampel darah pasien.

6) Manajemen

pengobatan ini untuk pengaturan proses-proses pengobatan.

7) Phlebotomi: Sampel

darah vena bertujuan untuk mendapatkan sampel darah.

8) Supaya tau

menu-menu diet yang boleh dan bagus untuk di konsumsi.

9) Mempertahankan

(56)

2.4.6 Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses

keperawatan adalah kategori dari proses keperawatan dimana tindakan

yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari

asuhan keperawatan yang dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry,

2005).

2.4.7 Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan

pasien yang tujuannya telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

(57)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam studi kasus ini adalah studi untuk

mengeksplor masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF

(Dengue Hemorragic Fiver) Grade II dengan masalah keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di ruang anak RSUD

Bangil Kabupaten Pasuruan.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah :

a. DHF (Dengue Hemorragic Fever)

DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti

betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia (NIC NOC

2015).

b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk

fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan

(58)

c. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau

proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada

klien (pasien) untuk memenuhi kebutuhan objektif klien sehingga dapat

mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan

dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan.

3.3 Partisipan

Unit analisis atau partisipan dalam studi kasus ini adalah klien anak.

Subjek yang digunakan adalah 2 klien/2 kasus pada anak usia 0-15 tahun

dengan diagnosa medis DHF (Dengue Hemorragic Fever) Grade II dan

masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi

Lokasi yang di gunakan dalam penyusunan KTI studi kasus adalah

di ruang Anak RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Lokasi ini beralamat

di Jl. Raya Raci-Bangil, Masangan, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.

3.4.2 Waktu

Waktu yang di gunakan dalam penyusunan KTI studi kasus adalah studi

kasus individu (di rumah Sakit) lama waktu sejak klien pertama kali

(59)

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penyusunan studi kasus ini adalah :

a. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang-dulu-keluarga dll). Sumber data dari klien,

keluarga, perawat lainnya).

b. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA : inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi) pada system tubuh klien.

c. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostic dan data

lain yang relevan).

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam studi kasus ini dilakukan dengan :

a. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan.

b.Sumber informasi tambahan menggunakan triagulasi dari tiga sumber data

utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan masalah yang

diteliti.

3.7 Analisa Data

Urutan dalam analisis adalah :

a. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

(60)

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dandikelompokkan menjadi data

subjektif dan objektif, dianalis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic

kemudian dibandingkan nilai normal.

c. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

d. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

3.8 Etik Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :

a. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Memberikan bentuk persetujuan antara dan responden studi kasus

dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus.

(61)

Masalah etika studi kasus merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara

memberikan atau menempatkan nama responden dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil studi

yang akan disajikan.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

(62)

46 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Lokasi yang di gunakan dalam penyusunan KTI studi kasus serta

pengambilan data adalah di Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan yang

terakreditasi Paripurna dengan kapasitas tempat tidur 14 pasien. Di

ruang Anak terdapat 7 ruang dengan kapasitas ruangan yang di

lengkapi dengan tempat tidur matras, kipas angin, dan kamar mandi

luar. Lokasi ini beralamat di Jalan Raya Raci – Bangil Pasuruan, Jawa

Timur.

4.1.2 Pengkajian

1) Identitas Klien

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2

Kedungrejo, Rejosari,

(63)

2) Identitas Orangtua

Identitas Orangtua Klien I Klien II

Nama Ayah/Ibu Pekerjaan Pendidikan Suku/Bangsa

Penanggung Jawab

Biaya

3) Riwayat Penyakit

RIWAYAT PENYAKIT

KLIEN 1 KLIEN 2

Keluhan Utama

Riwayat penyakit

sekarang

Riwayat penyakit

dahulu

Riwayat Alergi

Riwayat Operasi

Keluarga pasien

mengatakan, pasien

mual, muntah 4x, dan

nafsu makan

berkurang.

Keluarga pasien

mengatakan panas

sudah 6 hari, gusi berdarah, nyeri perut, mual, muntah 4x, dan

pusing, lalu oleh

keluarga di bawa ke IGD RSUD BANGIL

PASURUAN pada

tanggal 08 februari

2017 pukul 13.50,

kemudian klien di

rawat di ruang anak.

Keluarga klien

mengatakan, klien

mempunyai riwayat

penyakit kejang pada saat usia 12 bulan.

Keluarga klien

mengatakan bahwa

klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.

Keluarga klien

Keluarga pasien

mengatakan, pasien

mual, muntah 5x, dan tidak mau makan.

Keluarga pasien

mengatakan panas 4 hari, mual, muntah 5x, mimisan 2x, pusing, batuk, sakit perut, BAB

hitam, lalu oleh

keluarga di bawa ke

puskesmas nggrati

pasuruan, kemudian di

rujuk ke RSUD

BANGIL PASURUAN

pada tanggal 08

februari 2017 pukul 13.28, kemudian klien di rawat di ruang anak.

Keluarga klien

mengatakan, klien

tidak mempunyai

riwayat penyakit

dahulu seperti Yang di derita klien saat ini.

Keluarga klien

mengatakan bahwa

klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.

Gambar

Tabel 2.1 Kebutuhan Energi per hari di kutip dari A. Aziz, 2006)
Tabel 2.7 Batas ambang indeks masa tubuh (IMT) di indonesa
Tabel 4.2 Tabel Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Tabel 4.3 Tabel Pemeriksaan Penunjang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas atas berkah dan rahmat-Nyalah, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Keluarga

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul“Asuhan

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “ Asuhan keperawatan

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

Dengan menunjukkan puji syukur kehadirat Allah SWT serta rahmat dan hidayah-Nya, sehingga, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

Tujuan penelitian ini adalah mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Diare dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran persepsi ibu hamil