BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PLAK GIGI
1. Definisi Plak Gigi
Istilah plak pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi pada
tahun 1898 oleh G.V Black untuk menyebutkan suatu massa pelikel
mikroorganisme yang terdapat pada lesi-lesi karies. Sejak itu plak
didefinisikan sebagai benda lunak, material kuat yang bertahan pada
permukaan gigi dan tidak dapat lepas dengan kumur-kumur air, atau
sebagai massa lunak yang konsistensinya terdiri dari sebagian besar
variasi bakteri yang bersama-sama melekat dalam sebuah substansi
intermikrobial (Ritonga, 2005).
Plak gigi adalah endapan lunak, tidak berwarna, dan mengandung
aneka ragam bakteri yang melekat erat pada permukaan gigi. Plak
tidak dapat dibersihkan dengan hanya kumur-kumur, semprotan air
atau udara, tetapi plak hanya dapat dibersihkan dengan cara mekanis.
Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk membersihkan
plak adalah dengan menggosok gigi.
Plak gigi merupakan deposit lunak berupa lapisan tipis (biofilm)
yang melekat erat pada permukaan gigi atau permukaan struktur keras
lain dalam rongga mulut. Plak gigi adalah komunitas mikroba
kompleks yang terbentuk pada seluruh permukaan gigi yang terpapar
dapat terdiri dari bakteri hidup, bakteri yang telah mati serta produk
sintesis bakteri, maupun saliva. Plak mempunyai tampilan klinis
berupa lapisan bakteri lunak non kalsifikasi yang terakumulasi dan
melekat pada gigi/objek lain di dalam mulut seperti restorasi, denture,
serta kalkulus, dan dapat terlihat dengan bantuan disclosing agent
(Rose dan Mealey, 2004).
2. Komposisi Plak Gigi
Berdasarkan hasil penelitian laboratorium diketahui 20% dari plak
gigi terdiri atas bahan padat, dan 80% adalah air. Tujuh puluh persen
dari bahan padat ini adalah mikroorganisme dan sisanya 30% terdiri
atas bahan organik (karbohidrat, protein, dan lemak), dan bahan
anorganik (kalsium, fosfor, flourida, magnesium, potassium, dan
sodium) (Ritonga, 2005).
Menurut Panjaitan (2007) komposisi kimia dari plak gigi dapat
dibedakan menjadi:
a) Bahan Organik
1) Protein
Protein merupakan komponen seluler utama plak. Protein
saliva yang terdapat dalam plak adalah amylase, lysozim,
laktoferin, laktoperoksidase, immunoglobulin saliva (SIgA),
hialuronidase, kolagenase dan glukosiltransferase. Protein
2) Karbohidrat
Karbohidrat dalam plak gigi berbentuk polisakarida dan
oligosakarida. Terdapat juga pentose, heksosa, gula deoksi.
Gula-gula ini merupakan homopolisakarida seperti glukan
(dekstran) dan fruktan (levan). Dekstran dihasilkan dari
pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa ini
dengan bantuan Streptococcus mutans membentuk dekstran
yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel
gigi. Levan diperoleh dari pemecahan fruktosa oleh bantuan
mikroorganisme plak apabila kekurangan karbohidrat dalam
rongga mulut.
3) Lemak (lipid)
Keberadaan lipid dalam plak masih sedikit yang diketahui,
kemungkinan berupa phospholipid yang diperoleh dari tuan
rumah (host) atau mikroorganisme gram negatif dalam plak
gigi. Hasil penemuan mengemukakan lipid berperan pada awal
mineralisasi jaringan berkaitan dengan kemampuan untuk
mengikat ion-ion seperti kalsium dan fosfor.
b) Bahan Anorganik
Komponen anorganik plak gigi yaitu kalsium, flour, fosfor, dan
sejumlah kecil magnesium, potassium dan sodium.
Komponen-komponen ini berada dalam plak dengan konsentrasi yang lebih
dalam bentuk garam atau melekat pada permukaan bakteri atau
polimer ekstraseluler.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Plak Gigi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plak gigi menurut
Carlson dalam Sriyono (2005) dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Lingkungan fisik meliputi:
1) Anatomi gigi dan posisi gigi
2) Anatomi jaringan sekitar gigi
3) Struktur permukaan gigi
4) Gesekan oleh makanan dan jaringan sekitar
5) Tindakan kebersihan mulut
b) Hadirnya nutrien yang meliputi :
1) Makanan atau diet
2) Cairan gusi
3) Sisa epitel dan leukosit
4) Saliva
Dari faktor tersebut diatas salah satu faktor terpenting yang
mempengaruhi terjadinya plak gigi adalah tindakan kebersihan mulut
(Dally, 1996 dalam Sriyono, 2005).
4. Pembentukan Plak Gigi
Mekanisme pembentukan plak melalui suatu pembelahan internal
dan deposisi permukaan. Berbagai varietas bakteri akan melekat pada
kolum ini dan berlipat ganda sehingga dalam 3-4 minggu akan
ekosistem organism atau microbial pada permukaan gigi (Carranza,
Newman dan Takei, 2002).
Plak gigi dapat terlihat 1-2 hari tanpa adanya tindakan oral hygiene.
Plak bisa berwarna putih, keabu-abuan atau kuning dan memiliki
tampilan yang bulat. Sejumlah kecil plak yang tidak dapat terlihat pada
permukaan gigi dapat dideteksi dengan probe periodontal sepanjang
bagian sepertiga gigi bagian atas. Metode lain yang digunakan yaitu
dengan menggunakan disclosing solution. Tanpa adanya tindakan oral
hygiene, plak bisa berlanjut dan terus berakumulasi sampai sebuah
keseimbangan tercapai antara penghapusan plak dengan pembentukan
plak. Proses pembentukan plak bisa dibagi menjadi tiga fase yakni
(Carranza ett all, 2002):
a) Pembentukan dental pellicle
Pembentukan dental pellicle adalah fase awal dari pembentukan
plak (Carranza, 2002). Beberapa detik setelah penyikatan gigi,
akan terbentuk deposit selapis tipis dari protein saliva yang
terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi (serta pada
restorasi dan geligi tiruan). Lapisan yang disebut pelikel ini tipis
(0,5µm), translusen, halus, dan tidak berwarna. Lapisan ini
melekat erat pada permukaan gigi (Manson, Eley, 1993).
b) Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel,
pelikel ini akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat
terlebih dahulu pada pelikel dan bakteri dapat menyelubungi
glikoprotein saliva (Manson, 1993). Bakteri awal yang
berkolonisasi dengan pellicle pada permukaan gigi sebagian besar
adalah bakteri gram positif fakultatif seperti Actinomyces viscosus
dan Streptococcus sanguis (Carranza ett all, 2002).
c) Kolonisasi kedua dan maturasi plak gigi
Koloni kedua adalah mikroorganisme yang pada awalnya tidak
berkoloni pada permukaan gigi termasuk Prevotella intermedia
Prevotella loescheii Capnocytophaga spp. Fusobacterium
nucleatum dan Porphyromonas gingivalis Mikroorganisme ini
melekat pada sel bakteri yang telah berada dalam plak (Carranza
ett all, 2002). Selama proses ini kondisi lingkungan
perlahan-lahan akan berubah dan menyebabkan terjadinya pertumbuhan
selektif. Keadaan ini akan menyebabkan perubahan komposisi
bakteri, dan setelah 2-3 minggu akan terjadi pertumbuhan flora
kompleks, termasuk bakteri anaerob gram negatif, bakteri motil
dan spirochaeta (Manson dan Eley, 1993).
5. Jenis-Jenis Plak Gigi
Dalam perkembangannya plak gigi diklasifikasikan berdasarkan
letaknya terhadap tepi gingiva, yaitu: plak supragingiva dan plak
subgingiva. Plak supragingiva terletak di atas tepi gingiva, sedangkan
plak subgingiva terletak di bawah tepi gingiva, diantara gigi dan
dinding sulkus gingiva. Plak supragingiva berhubungan dengan
gigi ini dapat menuju ke sulkus gusi sehingga dapat lebih kontak
dengan tepi gingiva. Plak subgingiva berhubungan dengan
penumpukan mikroba pada sulkus gingiva maupun pada saku
periodontal (Hamsar, 2010).
Plak supragingiva terdapat pada tepi gingiva atau di atas tepi
gingiva. Menurut Rose dan Mealey (2004), plak supragingiva
merupakan komunitas mikroorganisme yang terakumulasi pada
permukaan bagian atas gigi sampai daerah tepi gingiva. Secara klinis,
plak supragingiva dapat terlihat sebagai lapisan film tipis yang hampir
tidak terlihat pada permukaan gigi ataupun sebagai lapisan material
tebal yang menutupi permukaan gigi dan tepi gingiva.
Plak subgingiva terdapat di bawah tepi gingiva, antara gigi dan
epitel poket gingiva. Menurut Rose dan Mealey (2004), plak
subgingiva dapat didefinisikan sebagai komunitas mikroorganisme
yang terakumulasi pada permukaan apikal gigi dan tepi gingiva. Secara
klinis, plak tersebut tidak mudah terlihat karena tertutup celah gingiva
atau poket periodontal. Plak subgingiva berhubungan dengan
penumpukan mikroba pada sulkus gusi maupun pada saku periodontal.
Struktur plak subgingiva mempunyai beberapa kesamaan dengan
plak supragingival. Karakteristik plak subgingiva adalah terdapatnya
sejumlah leukosit diantara permukaan kumpulan mikroba dan epitel
6. Indeks Plak Gigi
Indeks plak adalah metode pengukuran luasnya keberadaan plak
(Harty, 1995). Indeks plak dikeluarkan oleh Loe dan Silness pada
tahun 1964. Indeks ini diindikasikan untuk mengukur skor plak gigi
berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat margin
gingiva. Menurut Debnath (2002), indeks ini dapat dikeluarkan
dengan menggunakan larutan pewarna yang dioleskan ke seluruh
permukaan gigi dan kemudian diperiksa. Setiap gigi diperiksa empat
permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan palatinal.
Kemudian skornya dihitung.
Adapun gigi indikator yang diperiksa sebagaimana pada gambar
berikut:
Gambar 2.1 Gambar gigi indikator untuk pemeriksaan plak gigi
6 1 6
6 1 6
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada:
a) Permukaan labial gigi insisivus pertama kanan atas
b) Permukaan labial gigi insisivus pertama kiri bawah
c) Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas
d) Permukaan bukal gigi molar pertama kiri atas
e) Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah
Jika gigi indikator pada suatu segmen tidak ada, lakukan
penggantian gigi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi
molar kedua, jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada
penilaian dilakukan pada gigi molar ketiga, akan tetapi kalau
molar pertama, kedua dan ketiga tidak ada maka tidak ada
penilaian untuk segmen tersebut.
b) Jika gigi insisivus pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti
oleh gigi insisivus kiri dan jika gigi insisivus kiri bawah tidak ada,
dapat diganti dengan gigi insisivus pertama kanan bawah, akan
tetapi jika gigi insisivus pertama kiri atau kanan tidak ada, maka
tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.
c) Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan keadaan seperti:
gigi hilang karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi
yang merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik
maupun logam, mahkota gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½
bagiannya pada permukaan indeks akibat karies maupun fraktur,
gigi yang erupsinya belum mencapai ½ tinggi mahkota klinis.
d) Penilaian dapat dilakukan jika minimal ada dua gigi indikator
yang dapat diperiksa.
Adapun kriteria perhitungan skor plak gigi dapat dilihat dari
Gambar 2.2 Kriteria perhitungan skor plak gigi
Tabel 2.1 Kriteria perhitungan skor plak gigi
Kode Kriteria 0 Tidak ada plak
1 Bercak-bercak plak yang terpisah-pisah pada servikal margin dan gigi
2 Lapisan tipis <1 mm dan plak disekeliling servik
3 Lapisan plak > 1mm tapi menutupi < 1/3 permukaan gigi
4 Lapisan plak menutupi antara 1/3-2/3 permukaan gigi
5 Lapisan plak menutupi > 2/3 permukaan gigi
Total skor plak = (jumlah skor bukal dan lingual pada rahang atas) +
(Jumlah skor bukal dan lingual pada rahang bawah)
Skor plak gigi =
Nilai yang dihasilkan adalah berupa angka/skor. Kriteria penilaian
tingkat kebersihan mulut berdasarkan indeks plak PHP (Personal
Hygiene Performance), yaitu (Pintauli, 2008):
a) Sangat Baik = 0
b) Baik = 0,1 – 1,7
c) Sedang = 1,8 – 3,4
d) Buruk = 3,5 – 5
7. Hubungan Plak Gigi dengan Karies Gigi
Plak gigi yang mengandung mikroflora patogenik merupakan salah
satu faktor utama terhadap terjadi dan berkembangnya penyakit karies
gigi dan gingivitis. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial
yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya
karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor
host, agen, substrat dan waktu (Sriyono, 2006).
Jenis bakteri yang dominan pada plak gigi adalah jenis
Streptokokus, sedangkan jenis bakteri yang lain ditemukan bervariasi,
begitu juga jumlahnya. Streptokokus mempunyai sifat-sifat tertentu
dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi berbagai jenis
karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan penurunan pH,
membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler (levan) dari
berbagai jenis karbohidrat yang dapat dipecahkan kembali oleh bakteri
bila karbohidrat kurang sehingga menghasilkan asam terus menerus,
membentuk polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang menghasilkan
sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi, serta
menggunakan glikoprotein dan saliva pada permukaan gigi (Panjaitan,
2007).
Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa
dapat diragikan oleh bakteri dan membentuk asam sehingga
menyebabkan pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo
1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu
kariespun dimulai. Makin sering keadaan asam di bawah pH 5,5 terjadi
dalam plak gigi, makin cepat karies terbentuk dan berkembang (Warni,
2009).
8. Hubungan Plak Gigi dan Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi diawali oleh
bakteri yang terakumulasi dalam plak gigi sehingga menyebabkan
peradangan pada gingiva. Plak yang terletak pada gigi dekat gingiva,
prosesnya akan berlangsung mulai dari marginal dan mengarah pada
penyakit-penyakit periodontal (gingivitis marginal, periodontitis
marginal, bahkan hingga abses periodontal).
Plak pada margin gingiva jika tidak dihilangkan secara cermat akan
mengalami pengapuran dan menjadi keras. Plak yang mengeras ini
disebut kalkulus yang tidak dapat dihilangkan dengan menggunakan
sikat gigi ataupun benang gigi, namun diperlukan bantuan dokter gigi
untuk menghilangkannya. Pasien dengan penyakit periodontal sering
mengabaikan penyakit tersebut karena sakit pada giginya tidak
mengganggu aktivitas, jarang konsultasi ke dokter gigi sehingga proses
periodontal akan terus berlanjut jika tidak dikenali dan ditangani lebih
lanjut. Deteksi terlambat pada proses periodontal menyebabkan
pembentukan dan peradangan poket, seringkali gigi sudah goyang dan
penanganan lebih sulit. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengenalan
9. Kontrol Plak Gigi
Kontrol plak adalah cara sederhana untuk mendeteksi adanya plak
pada permukaan gigi geligi perorangan. Penilaian plak membutuhkan
tablet atau larutan disclosing untuk memberi warna pada gigi.
Penilaian plak ini dapat digunakan untuk melihat kemajuan seseorang
dalam melakukan kontrol plak, serta dapat juga digunakan untuk
memberikan motivasi dan edukasi kepada pasien (Sriyono, 2009).
Bahan pewarna plak yang digunakan untuk plak kontrol biasanya
bewarna merah, walaupun ada yang bewarna biru dan coklat. Plak
mempunyai sifat mengikat zat warna sehingga plak yang belum
tersingkirkan nampak jelas pada permukaan gigi. Dengan melihat
sendiri adanya plak pada permukaan gigi yang tadinya tidak terlihat,
maka anak akan lebih menyadari bahwa pada mulutnya terdapat
faktor-faktor penyebab penyakit. Hal ini dengan sendirinya akan
memotivasi anak untuk membersihkan mulutnya lebih tepat dan baik
lagi (Nasution, 2002).
Menurut Nasution (2002) bahan-bahan pewarna plak bisa berupa
tablet atau cairan yaitu, antara lain:
a) Tablet disclosing yang berwarna merah muda. Tablet ini dikenal
sebagai disclosing wafer yang pada dasarnya merupakan tablet
pewarna makanan eritrosit. Pewarna makanan yang resminya
disebut FDC red no. 3 (6% larutan dalam air). Larutan ini membuat
Kerugian dari pemakaian bahan ini adalah warna merah tidak
memberikan kontras kuat dengan gingiva secara jelas.
b) Larutan dengan bahan dasar iodine. Menggunakan bahan dasar
iodine memberi keuntungan dapat memberi efek yang dramatis.
Plak mengalami perubahan warna coklat atau hitam dan daerah
yang berhubungan dengan peradangan gingiva akan terlihat warna
gelap. Jadi akan sangat mudah untuk memperlihatkan efek plak.
Kerugian dari bahan ini adalah mempunyai rasa yang tidak enak
dan sukar dihilangkan dan bisa menyebabkan alergi.
c) Merkorukrom
Bahan dasar dari cairan ini adalah obat merah yang biasa dipakai
untuk mengobati luka. Kerugian dari bahan ini adalah mempunyai
rasa yang tidak enak dan sukar dihilangkan.
B. KONSEP MENGGOSOK GIGI
Menggosok gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk
membersihkan berbagai kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan
gusi. Lama menggosok gigi tidak ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan
maksimal 5 menit (minimal 2 menit), yang penting dilakukan secara
sistematis supaya tidak ada bagian-bagian yang terlewatkan. Sedangkan
tujuan menggosok gigi adalah membersihkan mulut dari sisa-sisa makanan
agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung terlalu lama, sehingga
1. Waktu dan Frekuensi Menggosok Gigi
Makanan yang menempel pada gigi, seperti cokelat, permen
memerlukan waktu relatif lama untuk membersihkan. Selama waktu
inilah, yaitu segera setelah makan, sebagian besar besar kerusakan
gigi oleh bakteri terjadi. Maka waktu yang ideal untuk menggosok
gigi adalah segera setelah makan dan minum.
American Dental Association (ADA) mengatakan bahwa seseorang
harus menggosok giginya secara teratur, minimal dua kali sehari yaitu
pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Penelitian
menunjukkan bahwa menggosok gigi sekali sehari pada anak dengan
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan mencegah
timbulnya karies gigi. Menggosok gigi khususnya pada malam hari
sangat penting untuk mencegah plak dan debris yang melekat di
permukaan gigi (Ariningrum, 2000 dan Pintauli, 2008).
2. Cara Menggosok Gigi
Harus diingat bahwa pada waktu menggosok gigi sebaiknya arah
penyikatan adalah dari gusi ke arah ke permukaan gigi, dengan tujuan
selain membersihkan gigi, juga dapat dilakukan suatu pengurutan
yang baik terhadap gusi. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam
menggosok gigi yang benar, yaitu:
a) Pegangan sikat harus dipegang dengan kuat, tetapi jangan terlalu
kuat karena akan melelahkan tangan dan pergelangan tangan.
b) Teknik penyikatan harus sederhana dan mudah dipelajari serta
c) Hindari pandangan ke bawah bidang.
d) Gerakan sikat gigi tidak boleh melukai jaringan lunak maupun
jaringan keras pada gigi.
e) Metode sikat gigi yang benar harus dianjurkan tergantung
pertumbuhan gigi dan keadaan gusi.
f) Dianjurkan untuk menggunakan jenis sikat gigi yang lembut,
pertengahan atau keras (sikat gigi yang lembut bulunya
berdiameter 0,2 mm, pertengahan 0,3 mm dan keras 0,4 mm)
tergantung keadaan gusi.
g) Keefektifan dalam menggosok gigi juga tergantung pada sikat.
Ketika bulu tidak efektif untuk membersihkan, sikat harus diganti.
Warna penunjuk sikat gigi dianjurkan yang dapat berubah warna,
jadi apabila bulu sikat berubah warna maka sudah tidak efektif
lagi.
Cara/langkah-langkah dalam menggosok gigi yang baik dan benar
menurut Srigupta (2004) dan Oktikarini (2014) adalah sebagai berikut:
a) Responden membasahi sikat gigi sebelum digunakan.
b) Responden mengoleskan pasta gigi sebesar biji jagung di sikat
giginya.
c) Responden menggenggam sikat gigi dengan benar yaitu dengan
posisi bulu sikat 450 berlawanan dengan garis gusi agar sisa
makanan yang masih mungkin menyelip dapat dibersihkan.
d) Responden menggosok gigi depan dengan gerakan naik turun
Gambar 2.3 Cara menggosok gigi depan dan gigi bagian
permukaan lingual
e) Responden menggosok gigi bagian samping kiri dengan gerakan
memutar-mutar berulang kali dengan posisi gigi atas dan bawah
tertutup.
f) Responden menggosok gigi bagian samping kanan dengan
gerakan memutar-mutar.
g) Responden membuka mulut lalu menggosok gigi permukaan
mengunyah dengan gerakan dari dalam ke luar (gerakan maju
mundur). Bersihkan permukaan kunyah gigi pada lengkung gigi
sebelah kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur. Lakukan
pada rahang atas terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan rahang
bawah. Bulu sikat diletakan tegak lurus menghadap permukaan
Gambar 2.4 Cara menggosok gigi samping kiri, kanan dan
pengunyah.
h) Responden menggosok gigi depan bagian dalam dengan gerakan
dari dalam ke luar (mencukil-cukil).
Gambar 2.5 Cara menggosok gigi depan bagian dalam.
i) Responden menggosok permukaan lidahnya untuk menyingkirkan
bakteri dengan sikat gigi dengan gerakan dari dalam ke luar.
Gambar 2.6 Cara menggosok permukaan lidah
3. Menyingkirkan Plak Gigi dengan Menggosok Gigi
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan
sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk
melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk di antaranya
menggosok gigi (Riyanti, 2005). Tujuan menggosok gigi adalah untuk
membersihkan semua sisa-sisa makanan dari permukaan gigi serta
memijat gingiva (Pintauli, 2008 dan Panjaitan, 2007). Kemampuan
menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup
penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor
penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu
penyikatan yang tepat (Riyanti, 2005).
C. PENYULUHAN KESEHATAN METODE MENGGOSOK GIGI
1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi
dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara
individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri
dalam mencapaitujuan hidup sehat (Depkes, 2002).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun
secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003).
2. Metode Penyuluhan Kesehatan
Metode penyuluhan yang umum digunakan adalah metode didaktik
(one way method) dan metode sokratik (two way method). Pada
metode didaktik pendidik cenderung aktif sedangkan siswa sebagai
sasaran pendidik tidak diberi kesempatan mengemukakan pendapat.
Ceramah merupakan salah satu metode didaktik yang baik digunakan
pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut untuk anak-anak sekolah
dasar (Riyanti dan Saptarini, 2005). Yang termasuk dalam metode ini
antara lain metode ceramah, siaran melalui radio, pemutaran film/slide,
penyebaran selebaran dan pameran (Herijulianti E, Indriani T. S.,
Artini S., 2001).
Metode sokratik dilakukan dengan komunikasi dua arah antara
siswa dan penyuluh. Salah satu metode sokratik yang tepat digunakan
pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak sekolah
dasar adalah demonstrasi. Pada metode demonstrasi materi pendidikan
disajikan dengan memperlihatkan cara melakukan suatu tindakan atau
prosedur. Diberikan penerangan-penerangan secara lisan,
gambar-gambar, dan ilustrasi (Riyanti dan Saptarini, 2005).
Yang termasuk dalam metode sokratik, yaitu adalah (Herijulianti
dkk, 2001):
a) Wawancara,
c) Sandiwara,
d) Simulasi,
e) Curah pendapat,
f) Permainan peran (roll playing), dan
g) Tanya jawab.
Metode demonstrasi adalah suatu salah satu cara menyajikan
informasi dengan cara mempertunjukkan secara langsung obyeknya
atau menunjukkan suatu proses atau prosedur. Penyajian ini disertai
penggunaan alat peraga dan tanya jawab. Biasanya demonstrasi
diberikan kepada kelompok individu yang tidak terlalu besar jumlahnya
(Herijulianti dkk, 2001).
Tujuan dari metode demonstrasi ialah :
a) Memperlihatkan kepada kelompok bagaimana cara membuat
sesuatu dengan prosedur yang benar, misalnya memperlihatkan
bagaimana cara membersihkan gigi dan gusi yang benar, alat dan
bahan apa yang digunakan, bentuk dan tipenya,dan bagaimana cara
menggunakannya.
b) Meyakinkan kepada kelompok bahwa ide tersebut bisa
dilaksanakan setiap orang.
c) Meningkatkan minat orang untuk belajar, dan mencoba sendiri
dengan prosedur yang didemonstrasikan (Herijulianti dkk, 2001).
Keuntungan metode demonstrasi antara lain:
a) Dengan demonstrasi proses penerimaan sasaran terhadap materi
mendapatkan pemahaman atau pengertian yang lebih baik dan
sempurna, terlebih bila peserta dapat turut serta secara aktif
melakukan demonstrasi.
b) Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan membaca atau
mendengar karena presepsi yang jelas diperoleh dari hasil
pengamatan.
c) Benda-benda yang digunakan benar-benar nyata sehingga hasrat
untuk mengetahui lebih dalam dan rinci dapat dikembangkan.
d) Peragaan dapat diulang dan dicoba oleh peserta.
e) Dengan mengamati demonstrasi, masalah atau pertanyaan yang ada
dapat terjawab (Herijulianti dkk, 2001).
Kerugian metode demonstrasi yaitu :
a) Demonstrasi merupakan metode yang tidak efektif apabila alat atau
benda yang diperagakan termasuk alat berat atau tidak dapat
diamati dengan jelas karena agak rumit, atau jumlahnya terbatas
sehingga hanya beberapa orang yang mempunyai kesempatan
untuk mempraktikkanya.
b) Apabila bendanya kecil, benda itu hanya dapat dilihat secara nyata
oleh beberapa orang yang berdekatan dengan pembicara.
c) Kurang cocok untuk jumlah peserta yang banyak (Herijulianti dkk,
2001).
3. Alat Bantu Penyuluhan
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh
disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan
sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo, 2007). Alat peraga ini
disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin
banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin
banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.
Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan
indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah
persepsi.
Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan
minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu
mengatasi hambatan bahasa, merangsang sasaran untuk melaksanakan
pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan
tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima
kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,
mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan
membantu menegakkan pengertian yang diperoleh (Notoatmodjo,
2007).
Secara garis besar ada 3 macam alat bantu penyuluhan, yaitu
(Notoatmodjo, 2007):
a) Alat bantu lihat
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata
yang diproyeksikan misalnya slide, film (video) dan alat yang tidak
diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga dimensi, gambar peta,
bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.
b) Alat bantu dengar
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar,
pada waktu proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya
piringan hitam, radio, pita suara dan lain-lain.
c) Alat bantu lihat-dengar
Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan
pendengaran pada waktu proses penyuluhan, misalnya televisi,
video cassette dan lain-lain.
4. Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif
terhadap kesehatan.
Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui
media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami,
sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai
memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif. Tujuan
atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan
penyuluhan kesehatan antara lain adalah (Notoatmodjo, 2007):
b) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c) Media dapat memperjelas informasi.
d) Media dapat mempermudah pengertian.
e) Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f) Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap
dengan mata.
g) Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan dari fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan,
media ini dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang
termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flip chart (lembar
balik), rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster,
foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa
kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak
orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu
listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah
belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b) Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu
video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media
elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah
dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka,
mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat
dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar.
Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit
rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu
persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu
keterampilan penyimpanan dan untuk mengoperasikannya.
c) Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media
cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk,
pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini
adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi
umum dan hiburan, bertatap muka, mengikutsertakan seluruh panca
indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif
besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit
rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang,
peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan
keterampilan penyimpanan dan untuk mengoperasikannya.
Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu
memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai
mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Penyuluhan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007) keberhasilan dalam suatu
penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor penyuluh, sasaran
dan proses penyuluhan.
a) Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai
materi yang akan dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan
sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh
sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar serta
penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga
membosankan.
b) Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah
sehingga sulit menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial
ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan
pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan
yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah
tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan
tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan
perilaku.
c) Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak
sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan
dekat dengan keramaian sehingga menggangu proses penyuluhan
alat peraga yang kurang, metoda yang digunakan kurang tepat
sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan
kurang dimengerti oleh sasaran.
D. Pertumbuhan Gigi pada Usia Anak
1. Pengertian Gigi
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari
gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran
penghasil air ludah (Tarigan, 1992).
Menurut Machfoedz (2005) gigi terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a) Email, yaitu lapisan terluar gigi yang meliputi seluruh corona,
dalam bahasa Inggris disebut crown artinya mahkota. Email
merupakan bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan
lebih keras dari tulang. Email tersusun atas air 2,3%, bahan
organik 1,7%, bahan anorganik 96%.
b) Dentin, yaitu bagian yang terletak di bawah email, merupakan
bagian terbesar dari seluruh gigi. Dentin tersusun atas 13,2% air,
17% bahan organik, dan 69% bahan anorganik.
c) Jaringan pulpa, jaringan benak gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan
lunak yang terdapat di dalam kamar pulpa/ruang dan seluruh
saluran akar gigi.
d) Sementum, yaitu bagian yang meliputi seluruh lapisan luar gigi,
kecuali pada bagian ujung akar gigi disebut foramen apikalis.
Sama seperti email dan dentin, sementum terdiri atas air 32%,
Gigi berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi 4 kelompok,
yaitu:
a) Gigi seri (incisivus)
Gigi seri ada 4 buah di atas dan 4 buah di bawah, sehingga
keseluruhannya berjumlah 8. Tugas gigi seri adalah memotong
dan menggiling makanan.
b) Gigi taring (caninus)
Gigi taring ada 4 buah, diatas 2 dan di bawah 2. Gigi ini terletak
di sudut mulut, bentuk mahkota meruncing, berfungsi untuk
merobek makanan.
c) Gigi geraham kecil (premolar)
Geraham merupakan pengganti gigi geraham sulung. Letak gigi
ini di belakang gigi taring, berjumlah 8 yang tersusun 4 di atas
dan 4 di bawah dengan 2 di kanan dan 2 di kiri. Fungsi gigi ini
adalah bersama geraham besar membantu menghaluskan
makanan.
d) Gigi geraham besar (molar)
Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil,
permukaannya tebal dan bertonjol-tonjol. Jumlah gigi ini adalah
12, yaitu 6 di atas dan 6 di bawah dengan masing-masing 3 buah
di kiri dan kanan. Gigi ini berfungsi untuk menggiling makanan.
2. Pertumbuhan Gigi pada Anak Usia Sekolah
Pertumbuhan gigi pada anak usia sekolah ditandai dengan
erupsi gigi tetap biasanya lebih bervariasi dibandingkan dengan gigi
susu. Faktor seks dan rasial biasanya lebih berpengaruh misalnya pada
anak wanita gigi erupsi lebih awal dibanding anak laki-laki, anak
caucasoid erupsinya lebih lambat dibanding rasial bangsa lain.
Pada usia 6 tahun gigi geraham tetap pertama erupsi, anak
memasuki periode gigi campuran sampai semua gigi susunya tanggal.
Gigi seri rahang bawah dan rahang atas tanggal terlebih dahulu pada
usia 6-8 tahun dan digantikan oleh gigi tetapnya. Sedangkan gigi
taring tetap dan gigi premolar akan erupsi pada usia sekitar 9-12
tahun. Gigi tetap yang erupsi adalah gigi geraham tetap pertama.
Erupsi di bagian belakang dari deretan gigi susu.
Gigi tetap geraham pertama, kedua dan ketiga erupsi tanpa
didahului oleh tanggalnya gigi susu dan tidak akan pernah diganti,
diharapkan gigi ini bisa dipertahankan seumur hidup. Gigi tetap
geraham pertama merupakan gigi yang terbesar dan sangat penting
dalam menentukan lengkung rahang. Gigi tetap berikutnya yang akan
erupsi adalah gigi seri bawah yang akan erupsi lebih ke lingual dari
gigi susu yang akan tanggal. Gigi tetap sama dengan gigi susu,
terbentuk semasa di dalam rahim ibu. Bila gigi susu mengalami
kalsifikasi selama di dalam rahim, kalsifikasi gigi permanen terjadi
setelah kelahiran. Gigi tetap yang mengalami kalsifikasi pertama
adalah gigi geraham pertama. Kalsifikasi akan berlangsung terus
sampai usia 8 tahun (tidak termasuk gigi geraham tetap ketiga)
Biasanya, gigi rahang bawah tumbuh lebih dahulu dari gigi rahang
atas. Gigi tetap yang telah erupsi semua berjumlah 32 buah, terdiri
atas 4 incisivus (seri), 2 caninus (taring), 4 premolar, dan 6 molar
(geraham) pada setiap rahang (Snell, 2006). Perkiraaan waktu erupsi
gigi permanen dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.2 Waktu erupsi gigi permanen
Gigi Waktu Erupsi
Molar pertama
Incisivus medial
Incisivus lateral
Premolar pertama
Premolar kedua
Caninus
Molar kedua
Molar ketiga (geraham bungsu)
6 tahun
7 tahun
8 tahun
9 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh
penyuluhan dengan metode ceramah, demonstrasi, disertai media video
dan praktek tentang cara menggosok gigi yang benar terhadap skor plak