• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 KARANGGUDE - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 KARANGGUDE - repository perpustakaan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dimulai sejak dini dan melatarbelakangi pembentukan karakter siswa. Pendidikan karakter sangat ditekankan pada kurikulum 2013 karena saat ini banyak terjadi peristiwa yang menggambarkan rusaknya moral dan perilaku siswa. Penerapan kurikulum 2013 banyak mengalami kendala, sehingga banyak sekolah yang kembali menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sebelumnya juga sudah menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Megawangi dalam Kesuma dkk (2011:5) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Samani (2012:45) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa.

(2)

keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan kepribadian seseorang agar memiliki perilaku yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat baik dengan sesama manusia maupun dengan Tuhannya.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Penerapan pendidikan karakter di sekolah mempunyai tujuan yang baik yaitu untuk pembentukan kepribadian seseorang. Tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah menurut Kesuma (2011:9) adalah sebagai berikut:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

2. Kerja Keras

a. Pengertian Kerja Keras

(3)

tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang dimaksud yaitu mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia (umat) dan lingkungannya.

Kerja keras menurut Mustari (2011:51) adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Kerja keras menurut Hasan dkk (2010:33) adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kerja keras adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang secara sungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa dalam mengatasi suatu masalah atau hambatan belajar agar mendapatkan hasil yang lebih produktif serta dapat meningkatkan prestasi belajar.

b. Indikator Kerja Keras

Indikator kerja keras menurut Hasan dkk (2010:33) dalam sekolah untuk kelas IV-VI sangatlah banyak macamnya, diantaranya:

1) Mengerjakan tugas dengan teliti dan rapi.

2) Mencari informasi dari sumber-sumber di luar sekolah. 3) Mengerjakan tugas dari guru pada waktunya.

4) Fokus pada tugas-tugas yang diberikan oleh guru di kelas.

5) Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dibaca, diamati, dan didengar untuk kegiatan kelas.

(4)

mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, dan kurang fokus pada materi yang disampaikan oleh guru. Beberapa hal tersebut masih belum sesuai dengan indikator kerja keras yang disebutkan dalam Hasan dkk, sehingga penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 3 Karanggude untuk mengetahui seberapa jauh kerja keras siswa sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan oleh Hasan dkk di atas. Indikator kerja keras yang sudah diketahui, kemudian dikembangkan menjadi sepuluh butir pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif.

3. Prestasi Belajar

Perolehan prestasi belajar siswa yang tinggi menandakan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa baik faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar seperti dorongan dari orang tua dan lingkungan sekitar. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti kemauan untuk belajar.

Prestasi menurut Arifin (2011:12) berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti

(5)

guru sehingga guru tahu apakah masih perlu diadakan pengulangan materi atau bimbingan yang lebih kepada siswa. Pengulangan materi belajar masih perlu dilakukan jika prestasi masih belum sesuai dengan yang diharapkan, jika prestasi sudah sesuai dengan apa yang diharapkan guru, dapat melanjutkan pembelajaran ke materi selanjutnya. Penelitian yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 3 Karanggude menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan hasil baik yang diukur melalui soal evaluasi yang diberikan di setiap akhir pembelajaran.

4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

(6)

b. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ada 5 karakteristik pembelajaran IPA menurut Jacobson dan Bergman dalam Susanto (2014:170) yang meliputi:

1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori. 2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental serta mencermati

fenomena alam, termasuk juga penerapannya.

3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam.

4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja.

5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Selain memiliki 5 karakteristik, dalam pembelajaran IPA juga memiliki tujuan. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Badan Nasional Standar Pendidikan dalam Susanto (2014:171) yaitu:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

(7)

d. Materi Perubahan Lingkungan

Berdasarkan pembahasan di atas, materi yang digunakan dalam penelitian siswa kelas IV SD Negeri 3 Karanggude yaitu materi perubahan lingkungan. Hal ini dikarenakan kerja keras dan prestasi belajar IPA yang masih kurang. Standar Kompetensi yang akan digunakan yaitu memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Kompetensi Dasar yang akan digunakan yaitu menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) dan mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). 5. Model Pembelajaran

(8)

Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi guru dalam melaksanakan aktifitas pembelajaran.

Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan model disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Model yang digunakan dalam penelitian siswa kelas IV SD Negeri 3 Karanggude yaitu model pembelajaran berbasis masalah.

6. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(9)

Made (2012:91) menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah menurut Sanjaya (2010:214) adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah di kehidupan nyata agar siswa dapat menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan dalam proses pembelajaran.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Karakteristik pembelajaran berbasis masalah menurut Rusman (2013:232) adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

2) Permasalahan yang diangkut adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspectif).

4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM.

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

(10)

c. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah menurut Ibrahim dan Nur dan Ismail dalam Rusman (2013:243) disajikan pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah

Fase Langkah-langkah Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3

Membimbing

pengalaman individual atau kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

(11)

7. Alat atau Media Pembelajaran

Alat menurut Djamarah (2010:47) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Media menurut Djamarah (2010:121) merupakan alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Gerlach dan Ely dalam Azhar (2011:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Fungsi utama media pembelajaran yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.

(12)

B. Hasil yang Relevan

Penelitian yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) telah banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil yang baik. Hasil penelitian yang relevan ini diambil dari beberapa jurnal asing.

1. “Problem Based Learning: An Instructional Model and Its Contructivist Framework” oleh John R. Savery & Thomas M. Duffy bulan Juni tahun

2011 menyatakan bahwa:

“Some of the features of the PBL environments are that the learners are actively engaged in working at tasks and activities which are authentic to the environment in which they would be used. The focus is on learners as constructor of their own knowledge in a context which is similar to the context in which they would apply that knowledge. Students are encouraged and expected to think both critically and creativelly and to monitor their own understanding i.e function at a metacognitive level. Social negotiation of meaning is an important part of the problem solving team structure and the facts of the case are only fact when the group decides they are.”

(13)

“In PBL, all of the learning arises out of consideration of the problem. From the start, the learning is synthesized and organized in the context of the problem. The contrast is perhaps that the PBL approach is a cognitive apprenticeship focusing on both the knowledge domain and the problem solving associated with that knowledge domain or profession.”

Pada PBM, semua pembelajaran diarahkan pada permasalahan dan permasalahan tersebut disusun secara teroganisir. Lebih lanjut bahwa pendekatan PBM menekankan pada aspek kognitif yang berfokus pada kedua bidang yaitu pengetahuan dan pemecahan masalah yang terkait dengan keahlian dalam memecahkan suatu masalah.

2. “Using Problem Based Learning to Explore Unseen Academic Potential” oleh Sheelagh A. Gallagher dan James J. Gallagher bulan

Maret tahun 2013 menyatakan bahwa:

“The results also suggest that the benefits of the PBL classroom go beyond content delivery, skill development, and enhanced engagement. One of these benefits seems to be the opportunity to identify students who have advanced academic potential. In this study students were so engaged by the ill-structured problem they didn’t notice that they are working harder and thinking more”

(14)

C. Kerangka Berpikir

Komponen sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, penjaga sekolah, komite dan juga masyarakat sekitar. Komponen tersebut saling bekerjasama dalam mengembangkan mutu sekolah demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh sarana dan prasarana, media pembelajaran, dan yang paling penting yaitu kreatifitas seorang guru. Guru mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran di kelas sehingga guru harus dapat menggunakan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, dengan tujuan agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Selain itu, suasana di kelas juga harus diperhatikan agar siswa tidak merasa bosan dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga prestasi belajar yang diperoleh akan meningkat.

(15)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan sekurang-kurangnya dalam 2 siklus, namun apabila dalam siklus ke 2 permasalahan belum teratasi, maka dapat dilakukan dalam 3 siklus. Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir dapat digambarkan dalam gambar 2.1 berikut:

(16)

D. Hipotesis Tindakan

Pembelajaran akan berjalan dengan baik sejalan dengan persiapan yang matang. Penggunaan model pembelajaran dan media juga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan. Berdasarkan deksripsi teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir, maka dapat disimpulkan hipotesis dari penelitian ini adalah:

1) Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam IPA materi perubahan lingkungan kelas IV SD Negeri 3 Karanggude dapat meningkatkan kerja keras siswa.

Gambar

tabel 2.1 berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dihasilkan rute distribusi dengan algoritma carke & wright adalah tiga rute dengan total jarak tempuh 180,7 km, rute dengan model penyelesaian Vehicle Routing Problem

Hasil penelitian ini mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi niat konsumen malaysia untuk menggunakan layanan Mobile Banking dan penelitian ini menemukan bahwa

Dialog imajiner yang mengawali tulisan ini kiranya mewakili sidang pembaca yang mungkin bertanya-tanya seputar kemunculan “kitab katak” seri ke-2 dari Jalu Suwangsa setelah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui kontribusi komponen teknologi dan pengaruhnya terhadap produksi, produktivitas dan pendapatan usahatani

Dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, para pemuda bertekad untuk melakukan perlawanan terhadap bangsa Belanda yang kembali ke Indonesia untuk menguasai wilayah Indonesia

Koperasi mengalami kesulitan dalam urusan adminsitrasi dan pembukuan. Hal ini disebabkan karena pembukuan mengguna- kan cara yang sederhana sehingga laporan keuangannya tergolong

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Pengantar tentang

Perangkat lunak aplikasi multimedia adalah program-program yang dibuat oleh personal atau pabrik komputer untuk user yang dipakai atau beroperasi dalam bidang-bidang multimedia