• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Stroke a. Pengertian - Kssmiatun BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Stroke a. Pengertian - Kssmiatun BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Stroke

a. Pengertian

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya terjadi karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Hal ini disebabkan gangguan aliran darah pada pembuluh darah otak, mungkin karena aliran yang terlalu perlahan, atau karena aliran yang terlalu kencang sehingga pecah (perdarahan), akhirnya sel-sel otak yang diurus oleh pembuluh darah tersebut mati (Yatim, 2005).

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga terhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Utami, 2009).

(2)

atau cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (Bustan, 2000).

Pada umumnya disfungsi itu berupa hemiparalisis atau hemiparesis yang disertai dengan defisit sensorik dengan atau tanpa gangguan fungsi luhur. Di dalam praktek, stroke (bahasa Inggris) umum digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO) (Bustan, 2000).

b. Klasifikasi

Berdasarkan atas jenisnya, stroke dibagi menjadi : 1) Stroke Iskemik / Non Hemoragik

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak berhenti karena arterosklerosis atau bekuan darah yabng telah menyumbat suatu pembuluh darah.

2) Stroke Hemoragik

Diakibatkan karena pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.

c. Gejala

1) Pusing 2) Kejang

(3)

4) Gangguan bicara yang bersifat sementara 5) Lumpuh/paresis pada satu sisi tubuh

6) Parestesis (gangguan rasa pada kulit berupa kesemutan)

d. Patofisiologi

Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak / kurang mendapat jatah darah lagi. Jatah darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesia yang terjadi dinamakan infark iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka dari itu “Stroke” dapat dibagi dalam:

1) Stroke iskemik / Non Hemoragik

(4)

2) Stroke hemoragik

Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak (Wulandari, 2007).

e. Faktor-faktor penyebab

(5)

1) Faktor Risiko Tidak Terkendali a) Usia

Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia 55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua kelompok umur.

Stroke ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia, di mana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90- adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun (Bustan, 2000).

b) Jenis kelamin

(6)

juga pada perdarahan intra serebral sedangkan pada perdarahan subaraktinoidal wanita lebih banyak (Sacco, 1995).

c) Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga

Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil) mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan faktor risiko stroke yang lain. 2) Faktor Risiko Terkendali

a) Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90% pasien stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah di atas 140-90 mmhg tergolong dalam penyakit hipertensi.

(7)

besar terhadap risiko stroke. Pada orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga usia 90, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita hipertensi. Sejumlah penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi dapat mengurangi risiko stroke sebesar 38% dan pengurangan angka kematian karena stroke sebesar 40%.

Infark dan perdarahan otak merupakan stadium akhir akibat memburuknya gangguan vaskuler pada otak. Stroke yang terjadi akibat hipertensi disebabkan adanya perubahan patologik yang terjadi pada pembuluh darah serebral di dalam jaringan otak yang mempunyai dinding relatif tipis. Perubahan ini menunjukkan faktor predisposisi stroke secara langsung dan peningkatan proses aterogenesis merupakan faktor predisposisi perdarahan dan infark otak. Selain itu hipertensi menyebabkan gangguan kemampuan autoregulasi pembuluh darah otak sehingga pada tekanan darah yang sama aliran darah ke otak pada penderita hipertensi sudah berkurang dibandingkan penderita normotensi (Ebrahim, 1996).

b) Penyakit Jantung

(8)

mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke.

Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu di antara empat kasus stroke. Faktor lain dapat terjadi pada pelaksanaan operasi jantung yang berupaya memperbaiki cacat bentuk jantung atau penyakit jantung. Tanpa diduga, plak dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu hanyut mengikuti aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian menyebabkan stroke.

c) Diabetes

Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun. Namun, ada faktor penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke karena sekitar 40% penderita diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi.

(9)

diduga adanya perubahan perbandingan high density dan low density lippoprotein dalam plasma. Peneliti lain mengemukakan bahwa diabetes mellitus proses aterosklerosis melalui kelainan lipid multipel. Risiko terjadinya stroke pada penderita diabetes mellitus 1,7 kali dibanding populasi normal (Djunaidi, 1999).

d) Kadar kolesterol darah

Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan kolesterol seperti daging, telur, dan produk susu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh. Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Memperbaiki tingkat kolesterol dengan menu makan yang sehat dan olahraga yang teratur dapat menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke. Dalam kasus tertentu, dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan kolesterol.

(10)

dalam darah > 200 mg/dl dan kadar trigliserid > 200 mg/dl. Hiperkolesteroemia dan kenaikan low density lipoprotein (LDL) merupakan faktor risiko stroke iskemik di negara barat, tetapi untuk populasi Asia belum terbukti. Peran hiperkolesterolemia sebagai faktor risiko sebenarnya masih belum jelas benar. Meningginya kadar kolesterol dalam darah terutarna LDL merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya aterosklerosis. Peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan penyakit jantung koroner sering merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke (Hadinoto, 1992).

Hiperlipidemia atau kadar lemak darah tinggi pada penelitian Framingham yaitu berupa triglyserida-kaya pre B dan cholesterol-kaya B lipoprotein sangat erat kaitannya dengan kejadian infark otak aterotrombotik, namun secara statistik hanya signifikan untuk laki-laki (Djunaidi, 1999). e) Merokok

(11)

(faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis. Pada pasien perokok, kerusakan yang diakibatkan stroke jauh lebih parah karena dinding bagian dalam (endothelial) pada sistem pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya sudah menjadi lemah. Ini menyebabkan kerusakan yang lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila terjadi stroke tahap kedua.

Pada penelitian Framingham ternyata hubungan antara merokok dengan timbulnya infark otak aterotrombotik (IOA) sedang-sedang saja dan hanya terbatas pada laki-laki. Penelitian terhadap mahasiswa laki-laki dan veteran Amerika Serikat, menunjukkan bertambahnya angka kematian akibat IOA pada kelompok perokok, namun tidak jelas hubungannya dengan banyaknya rokok yang dihisap (Kodiyat, 1996).

(12)

pria berumur < 65 tahun atau pada umur 50 – 59 tahun (Elianor, 1999).

f) Alkohol berlebih

Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan darah sehingga memperbesar risiko stroke, baik yang iskemik maupun hemoragik. Tetapi, konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat mengurangi daya penggumpalan platelet dalam darah, seperti halnya aspirin.

(13)

dapat mempengaruhi jumlah platelet sehingga mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah, yang menjurus ke pendarahan di otak serta memperbesar risiko stroke iskemik. g) Obesitas

Kegemukan akan meningkatkan risiko seseorang untuk menderita stroke hingga hampir dua kali lipatnya. Dan peningkatan risiko ini telah memperhitungkan akan adanya risiko stroke lainnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Indeks massa tubuh antara 30-93, akan cenderung mengalami stroke lebih dari sekali dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan ideal (indeks massa tubuh antara 20-23) (Hadinoto, 1992).

h) Obat-obatan terlarang

(14)

naik turun dengan cepat. Keadaan ini pun punya potensi merusak pembuluh darah.

2. Usia Produktif

Usia produktif yaitu usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu (Poerwadarminta, 2006). Batas bawah usia produktif seseorang berumur ≤ 15 tahun dan batas atas usia produktif seseorang berumur > 50 tahun. Batasan usia produktif dapat mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan tentang usia pensiun PNS. Berikut ini adalah batas usia pensiun bagi berbagai jenis pekerjaan beserta dasar hukum/UU yang mengaturnya.

(15)

No Nama Jabatan/

(16)

B. Kerangka Teori

a) M

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Wulandari (2007, Bustan (2000), Sacco (1995), Ebrahim (1996), Djunaidi (1999), Kodiyat (1996), Elianor (1999) dan Saraswati (2008), Peraturan Perundang-Undangan Indonesia.

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Stroke Usia Produktif: 1. Stroke iskemik / Non

(17)

D. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji yaitu:

H1 : Ada pengaruh riwayat penyakit DM terhadap kejadian stroke usia produktif di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

H2 : Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian stroke usia produktif di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

H3 : Ada pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke usia produktif di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

H4 : Ada pengaruh hiperkolesterol terhadap kejadian stroke usia produktif di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

H5 :Ada pengaruh penyakit jantung terhadap kejadian stroke usia produktif di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

H6 : Ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke usia produktif di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Gambar

Tabel 2.1 Batas Usia Pensiun
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

menyimpan makanan, sementara mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi. Aliran darah otak ini unik, karena melawan arah gravitasi. Dimana darah arteri mengalir

Area dengan low shear stress dan aliran darah turbulen lebih rentan terhadap aterosklerosis. Oleh karena itu, plak aterosklerosis khas terjadi pada daerah percabangan

Stroke adalah gangguan suplai darah menuju otak, biasanya disebabkan oleh perdarahan atau sumbatan didalam pembuluh darah yang menghambat aliran oksigen dan nutrisi

Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan setempat pada suatu pembuluh darah tertentu di otak yang sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis (pengerasan dinding pembuluh

Stroke yang terjadi karena adanya sumbatan aliran darah ke otak disebut sebagai stroke iskemik, disebabkan oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, dan

Embolus terbentuk dibagian luar otak, kemudian terlepas dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus melekat pada pembuluh darah dan menyumbat

IMA dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak arterosklerotik yang sudah ada

Stroke bisa berupa iskemik maupun perdarahan (hemoragik).Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah