• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP SAUDARA SEPERSUSUAN DALAM TEORI MUFASSIR SAYYID QUTHUB DAN HAMKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP SAUDARA SEPERSUSUAN DALAM TEORI MUFASSIR SAYYID QUTHUB DAN HAMKA."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

1 Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Stara

Satu (S-I) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh :

MUFAROKHAH

(E73212107)

JURUSAN ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)

Quthub dan Hamka terkait dengan saudara sepersusuan atau rad}a‘ah ? 2) Bagaimana pendekatan teori yang digunakan Sayyid Quthub dan Hamka yang menyebabkan kedua mufassir tersebut berbeda pendapat ketika menafsirkan ayat terkait dengan saudara sepersusuan?.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status saudara sepersusuan terkait dengan Bank ASI dilihat dari penafsiran Sayyid Quthub dan Hamka

Penelitian ini dilakukan karena masih banyaknya manusia yang meremehkan akan hal yang sepeleh seperti halnya saudara sepersusuan. Dimana orang menganggap bahwa orang yang mempunyai hubungan saudara sepersusuan adalah ketika bayi tersebut dirawat oleh perempuan lain dan bayi tersebut diberikan ASI baik ASI tersebut dikasihkan melalui botol maupun dikasihkan bayi tersebut secara langsung.

Penelitian ini bersifat penelitian kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan metode diskriptif-kualitatif yaitu semua data yang terkumpul baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan penelitian dengan melihat fenomena sosial yang dihubungkan dengan pendekatan teori Sayyid Quthub dan Hamka.

(6)

ABSTRAK ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 6

C.Rumusan Masalah ... 7

D.Tujuan Masalah ... 7

E. Kegunaan Penelitian ... 8

F. Penegasan Judul ... 8

(7)

A. rad}a‘ahatau Sepersusuan ... 16

B. ASI ... 25

C. Bank ASI ... 35

BAB III BIOGRAFI MUFASSIR SAYYID QUTHUB DAN HAMKA BERSERTA PENAFSIRAN TERKAIT DENGAN SAUDARA SEPERSUSUAN DALAM TAFSIR FI DZILAL ALQURAN DAN AL-AZHAR A. Biografi Tokoh ... ... 37

1. Sayyid Quthub ... 37

2. Hamka ... 60

B. Tafisir Ayat-Ayat Terkait Dengan Saudara Sepersusuan... ... 75

1. Ayat dan terjemah ... 75

2. Munasabah ... 77

3. Asbab an-nuzul ... 77

4. Penafsiran Sayyid Quthub dan Hamka ... 78

(8)

1. Persamaan ... 100

2. Perbedaan ... 102

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui anak bagi setiap ibu dengan cara memberikan air susu

ibu (ASI), merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan dan

kalangan hidup manusia di dunia ini. ASI merupakan minuman dan

makanan pokok bagi setiap anak yang baru lahir.Menurut hasil penelitian

yang dilakukan oleh pakar kesehatan menunjukkan bahwa anak-anak yang

dimasa bayinya mengkonsumsi ASI jauh lebih cerdas, lebih sehat, dan

lebih kuat daripada anak-anak yang dimasa kecilnya tidak menerimaASI.1

Mengenai keharusan ibu untuk menyusui anak telah dijelaskan dalam

firman Allah surat al-Baqarah ayat 233:

                  : رق لا( 322 )

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,

Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan2

Ayat diatas telah dijelaskan bahwa kewajiban seorang ibu untuk

menyusui anaknya, dari situ banyak ulama berbeda pendapat menurut

madzab Maliki seorang ibu wajib menyusui anaknya, sedangkan menurut

jumhur ulama perintah terkait dengan menyusui anak merupakan anjuran

bagi seorang ibu dalam arti lain seorang ibu di sunnahkan untuk menyusui

1

Abdul Hakim Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, Alih Bahasa Abdul Rahman, (Jakarta: Fikahati Aneska, 1993), 30.

2

Fadhlul Rahman, Alquran dan Terjemahnya al-Juma>natul„Ali>, ( Jakarta: CV-Penerbit

(10)

anaknya.3 Terkait dengan pendapatpara jumhur tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa seorang ibu ketika tidak mau menyusui anaknya maka

boleh menyerahkan anak tersebut terhadap orang lain untuk disusui.

Dalam hal ini hukum islam menyebutkan degan istilah ra

d}a‘

(persusuan).

Ra

d}a‘ah

diambil dari kata bahasa arab yang artinya penyusuan

anak atau bayi,4 sedangkan yang dimaksud ra

d}a‘ah

(penyusuan) menurut

jumhur fuqoha‟ ialah segala sesuatu yang sampai keperut bayi melalui

kerongkongan atau melalui jalan lainya, dengan cara menghisap atau yang

lainya.5 Sedangkan proses penyusuan dengan cara menuangkan ASI

kedalam mulut tanpa melalui penyusuan disebut al-wuju>r, dan

menuangkan ASI melalui hidung tanpa melalui penyusuan disebut al-sau>r.

Terkait dengan al-wuju>r dan al-sau>r ini banyak perbedaan pendapat yang

menyebabkan hubungan mahrom atau nasab antara perempuan yang

memiliki air susu dan bayi yang mengisap atau meminum susu dengan

cara tersebut.

Sementara menurut Ata‟ dan Imam Dawud, al-wuju>r tidak

menyebabkan hubungan kemahraman sebab proses al-wujur tidak menetek

secara langsung terhadap tetek sang ibu.6 Sedangkan menurut madzab

zahiriyah tidak ada yang mengharamkan sebab susuan kecuali proses

penyusuan yang menetek langsung terhadap tetek sang ibu. Jadi yang

3

Al-Sabuni, Rawaihul Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, tt), 276.

4

Ahsin W. al-Hafidz, Kamus Ilmu Alquran, ( Wonosobo Jawa Tengah: Amzah, 241. 5

Zakariyah al-Ansari, Fath al-Wahab, (Bairut: Dar al-Fikr, tt), 1: 112. 6

(11)

dimaksud penyusuan adalah pengisapan air susu melalui tetek seorang

ibu.7

Perbedaan pendapat dikalangan para ulama dalam mendefinisikan

persusuan merupakan bahwa persoalan persusuan tidak hanya dipandang

dari aspek air susu yang dikonsumsi oleh bayi tersebut, akan tetapi juga

harus melihat dan memperhatikan bagaimana proses yang digunakan

dalam persusuan , seperti halnya menetek langsung atau menuangkan air

susu ibu tersebut kedalam botol. Sebagaimana yang dijelaskan dalam

firman Allah surat an-Nisa‟ ayat 23:

























Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah

7

(12)

terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.8

Ayat tersebut menjelaskan dari berbagai macam orang yang haram

dinikahi diantara salah satunya haram menikahi saudara perempuan

sepersusuan. Dari ayat itu sudah jelas bahwa saudara sepersusuan itu

haram dinikahi, akan tetapi dalam hal penafsiran para mufassir

mempunyai bermacam-macam pendapat terkait dengan hal tersebut

disebabkan dengan perkembangan zaman sekarang banyak orang yang

bertingkah aneh bahkan banyak orang yang melakukan hal yang

menyimpang.

Menurut Sayyid Quthub yang dikatakan audara sepersusuan yaitu

baik orang tersebut menyusu atau menetek langsung ke sang Ibu ataupun

susu tersebut ditampung dibotol kemudian baru diminum itu tetap

dikatakan saudara sepersusuan.9

Sedangkan menurut penafsiran Hamka seseorang dikatakan

saudara sepersusuan jika orang tersebut langsung menyusu atau menetek

secara langsung kepada seorang Ibu, jadi ketika seseorang minta air

susuitu dengan cara ditabung didalam botol susu maka itu bukan dikatakan

saudara sepersusuan karena susu yang diminum itu tidak diterima secara

langsung dari buah susu seorang ibu tersebut.10

8

Fadhlul Rahman, Alquran dan Terjemahnya al-Juma>natul„Ali>, ( Jakarta: CV-Penerbit

J-Art, 2004), 81. 9

Sayyid Quthub, Tafsir Fi dzilali Alquran, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 313. 10

(13)

Dari kedua mufassir itu tampaknya berbeda pendapat terkait

dengan saudara sepersusuan tersebut, dan sampai sekarang masih

diperdebatkan terkait dengan hal tersebut, karena banyak fenomena

dizaman sekarang ketika seorang ibu sebagai wanita karir yang

mempunyai seorang bayi dan membutuhkan air susu Ibu tersebut

kebanyakan bayi itu disusukan kepada Ibu yang lainya dengan alasan

untuk menjaga kesehatan seorang bayi tersebut. Bahkan ada banyak kasus

yang terkait dengan bank ASI dimana bank asi tersebut adalah suatu

tempat penampungan ASI untuk diperjual belikan kepada ibu yang tidak

sanggup atau tidak bisa menyusui bayinya sendiri.

Dari beberapa kasus seperti itu maka penulis tertarik untuk

membahas lebih lanjut, selain itu juga antara mufasir satu dengan yang

lainnya tentunnya mempunyai perbedaan pendapat baik dari segi makna

maupun metode yang digunakan dalam menafsirkan sebuah ayat tersebut

terutama pada topik kali ini yaitu tentang saudara sepersusuan.Para

mufassir ketika menafsirkan sebuah ayat pastinya mempunyai metode

yang berbeda untuk bisa dijadikan argumen. Untuk itu penulis akan

mencari perbedaan maupun persamaan metode yang digunakan para

mufassir sehingga pendapat yang sudah dijadikan pedoman para mufassir

tersebut juga bisa ditrima oleh berbagai para ulama atau umat yang lain.

Karena zaman sekarang banyak orang yang menyalahgunakan

penafsiran yang sudah beredar dikalangan masyarakat setempat. Maka

(14)

mufassir salah satunya adalah Sayyid Quthub dan Hamka karena kedua

mufassir tersebut berbeda pendapat terkait dengan tema yang sudah tertera

diatas.

B. Identifikasi Maslah dan Batasan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi

beberapa masalah yang timbul terkait dengan saudara sepersusuan baik

persusuan yang di lakukan secara langsung maupun tidak langsung dalam

Alquran meliputi:

1. Apa definisi ASI?

2. Apa fugsi ASI?

3. Seberapa besar kadar ASI yang menyebabkan kemahraman?

4. Apa pengaruh ASI terhadap pembentukan organ tubuh manusia

ditinjau dari segi ilmu kedokteran?

5. Apa pengertian saudara sepersusuan?

6. Ada berapa syarat-syarat dan rukun rodlo‟ah?

7. Bagaimana proses sepersusuan?

8. Bagaimana proses bank ASI?

9. Bagaimana cara Ibu ketika memberikan ASI kepada si bayi tersebut

10. Bagaimana biografi Sayyid Quthub dan Hamka?

11. Metode apa yang digunakan Sayyid Quthub dan Hamka untuk

(15)

12. Apa perbedaan dan persamaan teori yang digunakan Sayyid Quthub

dan Hamka sehingga keduanya memiliki perbedaan dan persamaan

dalam menafsirkan sebuah ayat?

Dari identifikasi di atas penulis hanya fokus pada ASI dan pendapat

kedua mufassir yaitu Sayyid Quthub dan Hamka terkait dengan

penafsiran ayat tentang ra

d}a‘ah.

C. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan beberapa

permasalahan untuk memperkuat fokus penelitian ini, di antaranya:

1. Bagaimana penafsiran Sayyid Quthub dan Hamka terkait dengan

ra

d}a‘ah

?

2. Bagaimana pendekatan teori yang digunakanHamka dan Sayyid

Quthub yang menyebabkan kedua mufassir tersebut berebeda pendapat

ketika menafsirkan ayat terkait dengan saudara sepersusuan?

D. Tujuan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai

beberapa tujuan, di antaranya:

1. Untuk mengetahui penafsiran Sayyid Quthub dan Hamka terkait

dengan ra

d}a‘ah

2. Untuk mengetahui pendekatan teori yang digunakan Sayyid Quthub

(16)

E. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini mempunyai kegunaan secara praktis dan

teoritis. Adapun kegunaan tersebut ialah sebagai berikut:

1. Kegunaan secara teoritis

Menambah wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam penleitian tafsir yang terkait dengan penelitian mufassir

serta menambah pemahaman tentang metode yang diterapkan kedua

mufassirantara Sayyid Quthub dan Hamka sehingga bisa

menginterpretasikan penafsiran sesuai pemaknaan yang semestinya terkait

dengan saudara sepersusuan.

2. Kegunaan secara praktis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai ilmu penegtahuan

yang memberikan informasi yang valid sehingga kualitas mufassir tidak

diragukan dan bisa dipakai sebagai rujukan karya tulis ilmiah dan

sebagainya. Serta memberikan informasi tentang pemaknaan tafsir konsep

persusuanyang paling sesuai.

F. Penegasan Judul

Ketidakjelasan maksud dari suatu judul skripsi akan

mengakibatkan kesalahpahaman dan timbul pengertian yang tidak utuh

dan kabur, bahkan kebanyakan orang menjadi salah tafsir, maka dari itu

untuk memperjelas dan mempertegas dari skripsi dengan judul “KONSEP

SAUDARA SEPERSUSUAN DALAM MUFASSIR SAYYID

(17)

perkata, sehingga nantinya akan lebih mudah untuk difahami, dengan

uraian sebagai berikut:

Konsep :gambaran mental dari objek, proses, atau apapun

yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

hal-hal lain

Ra

d}a‘ah

:penyususan atau menyusui bayi yang dilakukan

oleh perempuan selain ibu kandung.

Mufassir :orang yang menerangkan makna atau maksud ayat

Alquran atau bisa dikatakan ahli tafsir.

Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam judul ini akan menjelaskan

tentang gambaran sepersusuan yang sudah dijelaskan dalam Alquran dan

pandangan para mufassir terkait dengan ayat tentang ra

d}a‘ah

.

G. Kajian Pustaka

Setelah menelusuri beberapa data yang terkait dalam penelitian ini

baik buku maupun skripsi, yaitu sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Elis Nuzhatul Fitriyah jurusan muamalah

dengan judul “Pendapat Tokoh Agama Terhadap Praktik Jual Beli ASI

di Kelurahan Wonorejo Rungkut Surabaya dalam Tinjauan Hukum”

pada skripsi tersebut menjelaskan bahwa tokoh agama yang boleh

berpendapat bahwa praktek jual beli ASI boleh dilakukan karena

adanya faktor kebutuhan ekonomi dan sudah menjadi kebiasaan sebagai

masyarakat kelurahan Wonorejo. Selain itu tokoh agama yang tidak

(18)

Wonorejo adalah haram karena obyek jual beli disini adalah ASI yang

merupakan salah satu bagian dari anggota tubuh yang haram diperjual

belikan disamping itu akad yang digunakan dalam praktek ini adalah

akad jual beli yang seharusnya dirubah menjadi akad shodaqah atau

ijaroh yang mana pemberian upah atau ujroh diberikan secara sukarela

kepada pemberi atau penjual ASI. Sedangkan menurut tinjauan hukum

Islam pada dasarnya hukum jual beli ASI adalah haram karena ASI

termasuk bagian dari anggota tubuh yang haram diperjual belikan baik

secara langsung maupun tidak langsung karena akan berdampak pada

hubungan saudara sepersusuan yang haram dinikahi akan tetapi, hal

tersebut boleh dilakukan ketika hanya dalam keadaan darurat saja

sehingga menyebabkan terjadinya kebiasaan atau adat didaerah

setempat tidak dapat dihindari dan Ibu bayi yang membutuhkan ASI

tersebut diperbolehkan memberikan upah atau ujrah secara suka rela.

2. Skripsi yang ditulis oleh Subandi jurusan Ahwalus Syahsyiyah dengan

judul “ Analisi Pemikiran Yusuf Qardlowi Tentang Bank ASI dan

Implikasinya Terhadap Hukum Rad}a‘ah” pada skripsi tersebut

menjelaskan bahwa menurt Yusuf Qardlawi bank ASI boleh didirikan

karena tidak ada penghalang untuk melarangnya asalkan sesuai tujuan

masalah syar‟iyyah yaitu membantu bayi yang lahir premature maupun

bayi yang ditinggal mati oleh Ibunya. Sedangkan dalam permasalahan

bank ASI terhadap hukum Rad}a‘ah Qardlawi menggunakan ijtihad

(19)

pendapat terkuat yang terdapat pada warisan fiqih Islam dengan tidak

membatasi satu madzab melainkan beberapa madzab sehingga dapat

dipilih pendapat yang terkuat dalil dan alasannya dan sesuai dengan

kaidah tarjih. Selain itu Yusuf Qardlawi lebih memilih pendapat Lais

bin Sa‟id dan Daud bin Ali serta pengikut dari golongan zahiriyyah

yaitu Ibn Hazm yang menyatakan bahwa penyusuan yang dianggap

benar adalah dengan cara mengisap putting langsung sehingga

pandangan Yusuf Qardlawi pada bayi yang menyusu melalui bank ASI

tidak dianggap mempunyai hubungan persusuan dengan wanita yang

mendonorkan ASI.

3. Jurnal keilmuan tafsir hadis yang diketuai oleh Muhid. Yang

didalamnya menjelaskan tentang peningkatan kecerdasan anak melalui

pemberian ASI kepada bayi

4. Buku yang dikarang oleh Mahmud Syaltout dan Muhammad Ali as-Sais

berjudul “Perbandingan Madzhab dalam masalah fiqh”. Buku ini

menjelaskan tentang kadar susu yang mengharamkan nikah

H. Metodologi Penelitian

1. Model Penelitian

Peneliti dalam hal ini akan menggunakan metode komparatif

yaitu membandingkan antara dua redaksi yang bermiripan atau lebih,

atau membandingkan antara ayat dengan hadis, atau antara berbagai

(20)

telah disebutkan.11 Dalam hal ini penulis akan mencoba

membandingkan antara pendapat mufassir Sayyid Quthub dan Hamka

terkait dengan saudara sepersusuan. Karena kedua mufassir tersebut

ada sedikit perbedaan pendapat terkait dengan hal tersebut. Baik dari

segi penafsiran maupun metode yang diterapkan.

Selain itu penulis juga menggunakan metode analitis yaitu

membicarakan asbab al-Nuzul, munasabat, dan aspek-aspek lain yang

berkaitan dengan ayat yang ditafsirkan seperti halnya kosakata,

susunan kalimat, dan lain sebagainya.12 Dari pengertian tersebut maka

yang paling penting nantinya penulis akan mencari asbab an-Nuzul

dari ayat yang berkaitan dengan tema untuk mengetahui asal- usul

turunya ayat tersebut, dan munasabah ayat sebelumnya dari ayat yang

sudah tertera pada topik pembahasan tersebut.

2. Jenis Penelitian

Penelitian inimenggunakan jenis metode pnelitian library research (penelitian perpustakaan), dengan mengumpulkan data dan informasi

dari data-data tertulis baik berupa literatur berbahasa arab maupun

literatur berbahasa indonesia yang mempunyai relevansi dengan

penelitian.Dalam hal ini penulis akan mengumpulkan data-data yang

terkait dengan saudara sepersusuan baik buku tersebut berbahasa arab

maupun bahasa yang lainnya, dengan tujuan untuk menemukan

berbafai macam informasi terkait dengan tema tersebut.

11

Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Alquran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002), 71.

12

(21)

Selain itu Penelitian ini bersifat kualitatif dimana penelitian yang

bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa

adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif

haruslah orangyang memiliki sifat open minded.Dari situ penulis nantinya akan mennyelesaikan karya tulis ilmiyah ini dengan berbagai

macam cara salah satunnya mencari penafsiran dan biografi mufassir

hamka dan sayyid Quthub dengan tujuan mencari kebenaran terkait

dengan saudara sepersusuan.

Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan

benar berarti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi

dan realitas sosial.Dalam penelitian sosial,masalah penelitian, tema,

topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun

kuantitatif.Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu

berbeda berdasarkan filosofis dan metedologis.13

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

dengan cara mengumpulkan berbagai data yang terkait dengan fokus

permasalahan, kemudian mengklarifikasi sesuai dengan sub bahasan

dan penyususnan yang akan digunakan dalam penelitian berdasarkan

konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

4. Pengelolahan Data

13

(22)

Penulis akan menggunakan beberapa langakah untuk mengelola

data yang sudah dikumpulkan tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Editing yaitu memeriksa kembali data-data yang dieroleh dari segi

kelengkapan, kesesuaian, kejelasan, relevasi, dan keragamannya.

b. Pengorganisasian data yaitu menyususn dan mensistematikan

data-data yang diperoleh dalam sebuah kerangka paparan yang sudah

disertakan sebelumnya sesuai dengan rumusan masalah tersebut.

5. Teknik Analisis Data

Menganalisis semua data yang sudah terkumpul baik dari data

sekunder maupun data primer sesuai dengan sub bahasan

masing-masing. Kemudian melakukan telaah yang lebih dalam atas

karya-karya yang memuat obyek penelitian dengan menggunakan analisis ini,

dimana suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan yang

tersirat dari satu atau beberapa pernyataan.Selain itu analisis itu juga

mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak

penelitian.14

6. Sumber Data

Menurut sumbernya, data penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi

14

(23)

yang dicari.15Sedangkan data sekunder adalah data tangan kedua yang

diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh penelitian

dari subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud

dokumentasi atau data laporan yang tersedia.16

a. Sumber data primer pada peneliti ini meliputi :

1. Tafsir fi dzilal Alquran, oleh Sayyid Quthub

2. Tafsir al-Azhar, oleh Hamka

b. Sumber data sekunder yang meliputi:

1. Relevansi pemikiran Tasawuf Hamka dalam Kehidupan

Modern, oleh Sholehan

2. Perbandingan Madzah dalam Masalah Fiqh, oleh Mahmoud

Syaltout.

I. Sistematika Pembahasan

Keseluruhan penulisan ini akan disusun dalam rangkaian bab

sebagai berikut:

Bab pertama berisi pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Selain itu pada bab ini

juga akan dijelaskan pengertian serta dalam bab ini juga digunakan sebagai

pedoman, acuan, dan arahan sekaligus target penelitian, agar penelitian

dapat terlaksana secara terarah dan pembahasannya tidak melebar.

15

Saifuddin, Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Kanisius, 1998), 91.

16

(24)

Bab kedua berisi tentang teori secara umum terkait dengan saudara

sepersusuan. Dimana pada bab ini menjelaskan gambaran secara umum

tentang saudara sepersusuan, ASI, dan bank ASI.

Bab ketiga membahas tentang biografi tokoh mufassir yaitu Sayyid

Quthub dan Hamka disertai dengan karya-karyannya, dan karakteristik

penafsiran dari kedua tokoh mufassir yaitu Sayyid Quthub dan Hamka.

Bab keempat berisi tentang analisis gambaran penafsiran Sayyid

Quthub dan Hamka, serta perbedaan dan persamaan diantara kedua tokoh

tersebut.

Bab kelima membahas penutup, dimana pada bab ini merupakan

(25)

17

BAB II

SAUDARA SEPERSUSUAN

A. Rad}a‘ah atau Sepersusuan

1. Definisi rad}a‘ah

rad}a‘ah secara bahasa adalah proses menyedot puting, baik

hewan manupun manusia. Sedangkan menurut syara‟ yaitu dengan

sampainya air susu manusia pada lambung anak kecil yang belum

genap berumur dua tahun.1 Selain itu rad}a‘ah menurut syara‟ juga

didefiniskan penyedotan anak yang menyusu pada puting manusia

dalam waktu tertentu.2rad}a‘ah merupakan perbuatan yang dilakukan

satu kali dalam penyusuan, sebagaimana lafadz d}arbatan (satu kali

pukul) jalsatan (satu kali duduk) dan aklatan (satu kali makan), ketika

seorang anak kecil menyedot puting susu kemudian meninggalkan

dengan kemauannya se ndiri tanpa paksaan maka hal tersebut

dinamakan rad}a‘ah

.

3

Ulama fiqh berpendapat bahwa anak-anak yang belum

mencapai umur dua tahun ketika umurnya mencapai usia dua tahun

perkembangan biologis anak tersebut ditentukan oleh kadar susu yang

1Abdurrah}man al-jaziri, Kitab al-Fiqh Ala> al-Madzab al-Arbaah, Juz IV, ( Beirut: Da>r al-Fikr), 219

2Abi Atayib Muhammas, „Aun al-Ma„bu>d, ( Beirut: dzar al-kutub al-„ilmiyayah, 1990) jilid III, 38.

3Muhammad Ibn Ali Ibn Muhammas as-Syaukani, Nail al-Aut}ha>r, juz V, (Beirut: Da>r

(26)

diterima. Dengan demikian susuan anak kecil pada masa ini sangat

berpengaruh dalam perkembangan fisik mereka.4

2. Dasar Hukum Rad}a‘ah

Dalil yang menjadi dasar rad}a‘ahbersumber dari:

a. Ayat Alquran surat al-Baqarah ayat 233 dan surat an-Nisa‟ ayat 23

ل ل

َتي أ ارأ ن ل ني ماك نيل َن ل أ نعضري

ۚ عاضَرل

, رق لا)

322

(

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan5

مر

اّب كت خ كتَ ع ك خأ ك اّب كت َمأ كي ع

أل

اّب

خأل

كت َمأ

ٓ تَل

نم ك خأ كّعضرأ

عضَرل

,ءاسّلا)

32

(

Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan6

b. Sunnah Rasulullah SAW

نْ ْيع ْسا اّ َ ْر نْب رْي ْ ّ َ

ه ا ْع نْب َ حم اّ َ ْي ارْبا

لْيع ْسا اّ َ رْي نْب

اك ا ْي س نْب رم ْعم اّ َ ْيعس نْب ْي س اّ َ

اق ْ لاق شئاع ْنع رْيب لا نْب ها ْع ْنع كْي م ْ با نْبأ ْنع ْ يا ْنع ا

س اق ) س هْي ع ها ص ها ْ سر

رْي

ْي

هْي ع ها ْ َص َ ّلا َ ا

اتَّ لا َّ لا رح ا اق َس

Bercerita padaku Zuhair Ibn Harb berkata Ismail Ibn Ibrahim dan berkata padaku Muhammad Ibn Abdillah Ibn Numair berkata padaku Ismail dan berkata padaku Suwaid Ibn Said berkata padaku Mu‟tamir Ibn Sulaiman keduanya dari Ayyub dari Ibn Abi Mulaikah dari Abdillah Ibn Zubair dari Ayyub dari Ibn Abi Malikah dari Abdillah Ibn Zubair dari Aisyah berkata Rasulullah SAW bersabda “ tidaklah menimbulkan kemahraman satu kali sedot dan dua kali sedotan”.

4

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), 1475.

5

Fadhlul Rahman, Alquran dan Terjemahnya al-Juma>natul„Ali>, ( Jakarta: CV-Penerbit

J-Art, 2004), 37. 6

(27)

نْب ْ يْحي نْب َ حم اّ َ اَّقْلا

يْحي اّ َ ْر نْب رْي اّ َ

ب با اّ َ ْعس ْنع اعْي ج ر ع نْب رْسي اّ َ عّْقلا ارْ م

ْ با نْب رْك

هَا ْيعس ْي َ ا رْيغ ءا س اَ اّْساب اتق ْنع ا اك بْ رع

رْحي

نْب رباج ْع س ر ع نْب رْسي يا ر ْ ف بسَّلا ْنم رْحي ام عاضَرلا ْنم

. ْي

Bercerita Zuhair Ibn Harb bercerita padaku Yahya yaitu al-Quttan bercerita padaku Muhammad Ibn Yahya Ibn Mihran al-Quta’iy bercerita

padaku Bisyr Ibn Umar bersamaan dari Syu’bah dan bercerita padaku

Abu Bakar Ibn Abi Syaibah bercerita padaku Ali Ibn Musyhir dari Said Ibn Abi Arubah kedua-duannya dari Qatadah dengan sanad Hammam

sama saja selain bahwa hadis Syu’bah pada sabda Rasul: “sesungguhnya

dia (anak perempuan Hamzah adalah anak perempuan saudara sepersusuan sesuatu yang diharamkan sebab persusuan sama dengan yang diharamkan sebab nasab. Dan dala riwayat Bisyr Ibn Umar saya mendengar Jabir Ibn Zaid.7

Riwayat ini memberikan pengertian bahwa hukum rad}a‘ah

yang dimaksud diatas adalah haramnya pernikahan, melihat,

khalwat, dan bepergian dengan pasangan. Selain itu tidak termasuk

seperti halnya warisan, kewajiban memberi nafkah dan

memerdekakan budak dan hal-hal yang berhubungan dengan

nasab, sehingga hukum mahram dan sebagainya disebabkan

melihat pada orang yang menyusui, sehingga kerabatnya termasuk

kerabat orang yang menyusu, maka kerabat orang yang menyusui

selain daripada anak-anaknya tidak ada hubungan diantara mereka

dengan orang yang disusui, maka tidak ada ketentuan hukum

diantara mereka.8 Selain itu dalam hadis lain juga disebutkan:

ْ لاق

عاق لجر ْ ْيع َس هْي ع ها َص ها ْ سر َ ع لخ شئاع

َتْساف

ْ خا هَا ها ْ سر اي ْقف ْ لاق هْج ْ ف بضغْلا ْيار هْي ع كل

ا ْر ْا اقف ْ لاق عاضَرلا ْنم

ْنم عاضَرلا ا َاف عاضَرلا ْنم َنك ْخ

ع ا لا

,,,

Aisyah berkata: Rasulullah masuk kepadaku dan disisiku ada lelaki yang duduk. Maka Rasulullah kaget menyaksikan hal itu. Dan saya melihat

7 Muhammad Ibn Ismail al-Kah, subul as-Sala>m, Juz III, (Bandung: Dakhlan, tt), 217.

8

(28)

kemarahan diwajah beliau. Aisyah berkata: saya berkata: Wahai Rasulullah SAW! Dia adalah saudara laki-laki sepersusuan. Aisyah ra

berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ perhatikan saudara laki-laki

kalian, karena saudara persusuan itu akibat kenyangnya menyusu”,,,9

3. Rukun dan Syarat rad}a‘ah

a. Rukun rad}a‘ah

Jumhur Ulama selain Abu Hanifah bahwa rukun rad}a‘ah ada tiga

yaitu:

1. Anak yang menyusu

2. Wanita yang menyusui

Wanita yang menyusui menurut beberapa pendapat para ulama

disyaratkan adalah seorang wanita, baik dewasa, dalam

keadaan haid, hamil atau tidak. Akan tetapi ulama berbeda

pendapat tentang air susu dari wanita yang sudah meninggal.10

Menurut Imam Syafi’i susu harus berasal dari wanita yang

masih hidup, sedangkan menurut Imam Hanafi dan Malik

boleh meskipun tersebut sudah mati.11

3. Air Susu

b. Syarat rad}a‘ah

Menurut jumhur ulama syarat sesusuan yang mengharamkan nikah

adalah:12

9

Ibid., 217.

10Ibnu Rusyd, Bida>yah al-Mujtahi>d, juz II, (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyah, 1988), 39-40.

11Abdurrah}man Jaziry, Kitab al-FiqhAla> al-Mazhab al-Arbaah, (Beirur: Da>r al-Fikr, tt) , 221-222.

12Wahbah Zuh}aily, al-Fiqh al-Isla>m waAdillatuhu, (Beirut: Da>r al-Fikr al-Maa>s}ir,

(29)

a. Air susu yang diberikan kepada anak susuan harus dihasilkan

dari hubungan yang sah. Maksudnya adalah jika air susu itu

mengalir bukan disebabkan karena nikah melainkan dari

hubungan zina, maka air susu tersebut tidak menyebabkan

kemahraman.13

b. Airsusu harus berasal dari seorang wanita baik masih perawan

maupun sudah berkeluarga atau janda. Jika yang diminumkan

itu selain susu, seperti munum air kuning, darah, atau air

muntahan maka tidak haram menikahi, sama halnya jika susu

yang diminum itu dari seseorang lelaki, banci, atau dari

binatang ternak. Jika ada dua orang bayi lelaki dan perempuan

meminum susu kambing maka keduanya tidak menjadi saudara

meskipun satu susuan karena susu yang diminum bukan dari

seorang wanita. Dan keduanya halal untuk menikah karena

tidak terhitung saudara, sedangkan persaudaraan itu cabang

dari keibuan. Jika tidak ada pangkal maka tidak ada cabang.14

Ulama Syafi’iyah mensyaratkan wanita yang menyusui itu

masih hidup atau sudah cukup umur atau baligh yaitu mencapai

usia sekitar tujuh tahun dari hitungan hijriyah. Artinya nikah

tidak menjadi manjadi haram dengan meminum susu wanita

yang sudah meninggal dunia atau susu perempuan yang belum

13

Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘ala al-Madzabiyah al-Khamsah, (Jakarta: Lentera, 1996), 340.

14

(30)

cukup umur. Akan tetapi jika seorang wanita dewasa memeras

air susunya sendiri sebelum meninggal dunia, kemudian susu

tersebut diminumkan kepada bayi setelah wanita tersebut

meninggal dunia maka menurut pendapat yang sah hukum

nikahnya tetap haram karena keluarnya air susu tersebut ketika

si wanita dalam keadaan hidup.

Akan tetapi mayoritas ulama tidak mensyaratkan syarat

tersebut maksudnya meskipun air susu wanita yang sudah

meninggal dan air susu dari anak kecil yang belum mampu

melakukan senggama. Akan tetapi jika air susunya diminum

dengan alasan karena air susu itu akan menjadi daging dan air

susu itu tidak mati.

c. Air susu itu masuk kerongkongan anak, baik melalui isapan

langsung dari putting payudara maupun melalui alat

penampung susu seperti gelas, botol dan lain-lain. Menurut

madzab empat terjadinya rad}a‘ah tidak harus melalui

penyedotan pada puting susu, akan tetapi pada sampainya air

susu pada lambung bayi yang dapat menumbuhkan tulang dan

daging. Namun mereka berbeda pendapat mengenai jalan

lewatnya ASI, menurut Imam Malik dan Hanafi harus melewati

rongga mulut, sedangkan menurut Hambali adalah sampai pada

lambung dan pada perut atau otak besar.15

15

(31)

d. Masuknya air susu boleh melalui jalan mulut ataupun lewat

hidung. Para ulama sepakat bahawa pengharaman nikah kerena

rad}a‘ah bisa tercapai dengan mengalirnya air susu melalui

mulut, dan bisa juga dengan mengalirnya air susu melalui

hidung sampai keotak. Menurut Hanafiyah dan Syafi’yah

dalam pendapat azhar, dan Hanabilah dalam nas Imam Ahmad

pengharaman nikah tidak berlaku jika masuknya air susu

dengan cara suntikan atau penetesan air susu ke mata, hidung,

atau luka ditubuh karena hal tersebut tidak termasuk rad}a‘ah

dan tidak disebut juga menyuplai makanan sehingga dalam hal

it tidak ditetapkan sebagai hukum rad}a‘ah. Sedangkan menurut

Malikiyah berpendapat dikatakan rad}a‘ah dengan suntikan air

susu sebagai suplai makanan, bukan hanya sekedar masuknya

air susu kedalam perut melalui suntikan.16

e. Air susu yang diminum tidak tercampurkan dengan apapun,

maka, jika yang lebih banyak adalah susu wanita tersebut maka

diharamkan menikah dari keduanya (yang menyusui dan yang

disusui).17 Menurut Hanafiyah dan Malikiyah jika air susu

tercampur dengan cairan lain dan yang dominan air susunya

maka haram dinikahi. Menurut Syafi’iyah pendapat yang azhar

dan ulama Hanabilah dlam pendapat yang rajah menganggap

air susu yang bercampur dengan yang lain hukumnya sama

16

Ibid., 51 17

(32)

dengan air susu murni yang tidak bercampur dengan apapun,

baik bercampur dengan makanan maupun minuman dan

lainnya asalkan air susu tetap masuk kedalam perut. Menurut

Imam Abu Hanifah berbeda pendapat dengan Muhammad dan

Abu Yusuf berpendapat bahwa air susu yang bercampur

dengan makanan tidak menjadikan hukum rad}a‘ah yang

mengharamkan pernikahann, baik air susu yang dominan

maupun makananya. Disebabkan karena makanan meskipun

dalam jumlah sedikit akan tetapi dapat mengubah kekuatan

pengaruh susu hingga menjadi lemah dan tidak cukup untuk

suplai makanan bayi.18

f. Meneteknya masih dalam usia bayi, kesepakatan ulama empat

madzab jika yang menetek sudah besar maka tidak termasuk

dalam hukum rad}a‘ah dan batasanya hingga usia dua tahun.

Dalil mayoritas ulama yang berpendapat bahwa hukum rad}a‘ah

hanya berlaku bagi bayi adalah sebagai berikut. Pertama dalam

firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 233 yang artinya para

ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyepurnakan penyusuan. Pada

ayat itu menjelaskan bahwa sempurnakanya masa menyusui

adalah dua tahun. Dari ayat ini bisa difahami bahwa hukum

setelah dua tahun adalah sebaliknya. Dalam ayat lain surat

18

(33)

luqman ayat 14 Allah SWT juga menjelaskan bahwa lamanya

menyusui menurut syara’ adalah dua tahun. Dalam hadis Nabi

SAW yang berbunyi

نيل حلا ف اك ام ا ا عاضر ا

)

سم را لا

اص

(

Tidak termasuk hukum rad}a‘ah kecuali menyusui anak di

bawah usia dua tahun.19

Selain itu ada hadis lain yang berbunyi

اّفلا ل ق اك ثلا ف ءاعماا قتف ام اا عاضرلا نم رحي ا

hukum rad}a‘ah tidak mengharamkan pernikahan kecuali

sesuatu yang memasuki usus bayi dari puting susu, dan itu

terjadi sebelum disapih.

Dalil lain yang menguatkan adalah pada hadis Nabi yang

berbunyi

ف ات ا عب تي ا اّف عب عاضر

ا

tidak ada hukum rad}a‘ah setelah disapih, dan tidak ada yatim

setelah dewasa.20

g. rad}a‘ah yang dilakukan itu lebih dari lima kali susuan yang

berbeda-beda.21

4. Hikmah Pengharaman Akibat Sepersusuan

Salah satu akibat susuan dikarenakan karena beberapa bagian

tubuh manusia terbentuk dari susu. Susu seorang perempuan

19

Ibid., 52.` 20

Ibid., 53. 21

(34)

menyebabkan tumbuhnya daging anak yang dia susui dan membuat

ukuran tulangnya menjadi membesar. Sebagaimana yang disebutkan

dalam hadis

ح لا ا ي علا ش ا ام اا عاضر

ا

Tidak dinamakan menyusu kecuali apa yang dapat memperbesar

tulang dan menumbuhkan daging. (Shahih Bukhari)

Sesungguhnya pembesaran tulang dan penumbuhan daging

akibat pasokan makanan yang berupa susu. Dengan demikian, maka

perempuan yang menyusui menjadi ibu susuan karena dia adalah bagian

dari anak itu secara hakikat.22

5. Kadar Susu yang Mengharamkan Nikah

a. Syarat dan Ketentuan Saudara Sepersusuan dalam Alquran23

1. Ibu yang menyusui (ibu susuan)

2. Saudara-saudara sepersusuan

3. Perempuan-perempuan yang haram dikawini karena senasab

haram juga dikawini karena sepersusuan, berdasarkan sabda

Rasulullah SAW

هي ع قفتم .بسَّلا نم رْحي ام عاضَرلا نم رْحي

Diharamkan karena susuan apa yang diharamkan karena nasab, (Hadis Muttafaq ‘Alaih).

b. Batasan menyusu yang dapat mengharamkan perkawinan

22

Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam 9, ( Jakarta: Gema Insani, 2011), 137. 23

(35)

1. Ali bin Abi Thalib, Ibn Abbas, Hasan, az-Zuhri, Qatadah, Abu

Hanifah dan Malik berpendapat bahwa tidak ada ukuran tertentu

untuk mengharamkan pernikahan, banyak atau sedikit asalkan

sudah diketahui dengan jelas anak itu menyusu, maka sudah

cukup menjadikan ia anak susuan. Pendapat ini diambil

berdasarkan zahir ayat yang tidak menyebutkan tentang batasan

susuan.24

2. Diriwayatkan Imam Ahmad berpendapat bahwa batasan

penyusuan tersebut adalah minimal tiga kali menyusu barulah

menjadi anak susuan. Berdasarkan pada suatu riwayat yang

artinya “sekali atau dua kali menyusu tidaklah mengharamkan”.25

3. Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Zubair, Syafi’i dan Hambali

berpendapat bahwa ukurannya adalah paling sedikit lima kali

menyusu.26

4. Menurut jumhur mengambil kesimpulan dari surat an-Nisa’ ayat

23 bahwa haram menyusu tanpa menentukan kadar tertentu.27

c. Batasan Usia Menyusu dalam Alquran28

24

Ibid., 138. 25

Ibid., 138. 26

Kementrian Agama RI, Alquran dan Tafsirnya, Jilid II, (Jakarta: Widya Jaya, 2011), 138.

27

Syaikh Mahmoud Syaltout dan M. Ali as-Sayis, Perbandingan Madzhab dalam Masalah Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 136.

28

(36)

1. Si anak tidak boleh lebih dari dua tahun, yang diambil berdasarkan

firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 233

ۚ عاضَرل َتي أ ارأ ن ل ني ماك نيل َن ل أ نعضري ل ل

)

, ارقبلا

332

(

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.

Selain itu juga dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya “tidak

dianggap sepersusuan kecuali pada umur dua tahun “ (Riwayat Ibn

Abbas). Dimana pendapat ini dipegang oleh Umar, Ibn Mas’ud, Ibn

Abbas, Syafi’i, Ahamd, Abu Yusuf dan Muhammad.29

2. Batasan umur adalah sebelum datang masa menyapih atau berhenti

menyusu. Jika si anak sudah disapih meskipun belum cukup umur

dua tahun sudah tidak dianggap anak susuan. Maksudnya bahwa

ketika bayi tersebut masih dalam tahap menyusu atau masih belum

berumur dua tahun maka bayi tersebut masih dianggap sepersusuan

atau dalam artian batasan menyusui tersebut dilihat dari masa

penyapihan artinya jika bayi tersebut masih belum berusia dua

tahun akan tetapi sudah disapih maka bayi tersebut ketika di

susukan kepada perempuan lain maka tidak dianggap sepersusuan.

Sebaliknya jika umurnya lebih dari dua tahun akan tetapi belum

disapih, maka jika dia disusukan maka tetaplah berlaku hukum

sepersusuan. Dimana pendapat ini dipegang oleh az-Zuhri, Hasan,

Qatadah dan salah satu dari riwayat Ibn Abbas.30

29

Ibid., 138. 30

(37)

1. Pandangan Alquran tentang Pemberian ASI

Mayoritas ulama berpendapat bahwa Ibu wajib menyusui

bayinya dengan dasar buny i

َنهدالْوا

نْعضْري تادلاولاو

dari potongan

ayat tersebut merupakan suatu perintah. Menrut madzab Maliki

menyusui merupakan kewajiban Ibu dalam kehidupan rumah tangga

jika si Ibu berstatus sebagai seorang istri atau jika si bayi menolak

puting selain puting susu ibunya.31

Akan tetapi pada bunyi ayat selanjtnya

:

ۚ عاضَرل َتي أ ارأ ن ل

Dari penggalan ayat tersebut bahwa bagi yang ingin

menyempurnakan penyusuan, maka ayat ini bisa dipahami

sebagaisuatu anjuran bagi ibu untuk menyusui selama dua tahun

penuh. Artinya ada pilihan bagi ibu untuk menyusui sendiri selama dua

tahun atau tidak menyempurnakan penyusuannya.32

Untuk lebih jelasnya lagi ketika wanita yang ditalak dengan

talak ba’in atau talak tiga tidak wajib menyusui. Penyusuan dalam hal

ini ditanggung oleh suami dengan menyusukan bayi pada perempuan

lain, kecuali jika si istri memang menghendakinya maka si istri itulah

yang peling berhak untuk menyusui anaknya dengan adanya upah dari

suaminnya. Pada surat al-Baqarah ayat 233 adanya penegasan dari

Allah untuk melakukan anjuran penyusuan selama dua tahun penuh.

31

Muhud, Mutawatir Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, Vol I, (Surabaya: Mutawatir, 2011), 80.

32

(38)

Selain itu, tidak ada ayat di dalam Alquran yang menganjurkan

penggantian penyusuan dengan susu dari makhluk lain atau susu

formula, melainkan penggantian penyusuan dengan air susu dari

perempuan lain dengan mengupahnya.33

Dalam ASI mempunyai banyak zat yang terkandung didalamnya

diantaranya kandungan Taurin, DHA, dan AA yang tidak terdapat pada

susu formula secara alami. Selain itu dalam kandungan ASI juga ada

faktor bifidus yang dapat merangsang tumbuhannya Lactobacillus Bifidus yang berperan penting dalam proteksi saluran pencernaan bayi.Dan yang paling penting dalam penekanan penyusuan yaitu untuk

mengoptimalkan perkembangan otak anak pada periode dua tahun

pertama setelah kelahiran.34

B. ASI

1. Proses Pembentukan ASI

ASI diproduksi oleh kelenjar susu atau payudara (glandula

mammae). Terdapat pada laki-laki dan perempuan, akan tetapi

mempunyai perbedaan pada perkembangan. Pada laki-laki cenderung

mengalami kemunduran (degenerasi) dan tidak berfungsi sebagai

penghasil air susu. Sedangkan pada kelenjar susu perempuan akan

mengalami perkembangan semakin nyata setelah memasuki masa

33

Ibid., 81. 34

(39)

pubertas. Pada seorang perempuan yang hamil kelenjar payudaranya

akan semakin berkembang karena adanya pengaruh hormon estrogen, somatomamotropin, dan prolaktin.35

Kemudian proses tersebut akan dimulai pada trimester pertama

pada kehamilan. Hormon estrogen berfungsi untuk membuat hipertrofi sistem duktus (saluran).Sedangkan hormon progesteron berfungsi untuk menambahkan sel-sel asinus pada payudara.Somatomamotropin berfungsi untuk pertumbuhan asinus dan perubahan-perubahan pada sel, pembentukan kasein, laktoalbumin, dan laktoglobulin. Selama proses kehamilan, air susu tidak keluar karena hormon prolaktin yang merangsang pengeluaran ASI yang dihambat oleh prolactin Inhibiting Hormone (PIH).36

2. Kandungan ASI

Adanya pengaruh hormon prolactin dan axytocin maka akan

bisa memproduksi ASI. ASI yang keluar pertama disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA yang baik untuk petahanan tubuh bayi melawan penyakit (Wikipedia, tanpa

tahun). Kolostrum zat ini berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit. Dalam kolostrum terdapat protein, vitamin A, karbohidrat, dan lemak rendah yang berguna bagi bayi di hari-hari pertamannya.37

35

Mufid, Mutawatir Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, ( Surabaya: Volume 1, 2011), 75. 36

Ibid., 76. 37

(40)

Sumber lain yang menjelaskan bahwa ASI mempunyai potensi

yaitu dilihat dari beberapa aspek diantaranya:

a. Aspek Gizi38

1. Mafaat kolostrum

a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA

untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi

terutama diare

b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi

tergantung pada hisapan bayi ada hari-hari pertama

kelahiran. Karena meskipun hanya sedikit akan tetapi

sudah cukup untuk memenuhi gizi bayi.

c. Kolostrom mengandung protein, vitamin A yang

tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak

rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi

pada hari-hari pertama kelahiran.

d. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

2. Komposisi ASI39

38

Ibid., 77. 39

(41)

a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat

gizi yang sesuai juga mengandung enzim-enzim

untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam

ASI

b. ASI mengandung zat-zat gizi yang berkualitas tinggi

yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan

kecerdasan anak.

c. Selain mengandung protein yang tinggi ASI

memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi.

3. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI40

a. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang

terbanyak dalam ASI yang berfungsi untuk

neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.

b. Decosabexanoic Acid (DHA) dan Aracbidonic (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang

(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.

b. Aspek Imunologik41

40

Ibid., 77. 41

(42)

1. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

kontaminasi

2. ImmunoglobulinA (Ig. A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig. A tidak diserap akan tetapi dapat melumpuhnkan bakteri pathogen E. Coli dan berbagai firus pada saluran pencernaan.

3. Laktofenin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi

disaluran pencernaan.

4. Lysosim, enzyme yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. Coli dan salmonella) dan virus. Jumlah hysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi

5. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih

dari 4000 sel per mil.

6. Faktor bifidus yaitu dejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, yang menunjang pertumbuhan

bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini berfungsi untuk menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk

(43)

c. Aspek psikologik42

1. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui bahwa ibu mampu

menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk

bayi. Karena menyusui sangat berpengaruh terhadap sifat

emosi dan kasih sayang terhadap bayi akan

meningkatkan produksi hormon terutama oksitotis yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi hormon

terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

2. Interaksi ibu dan bayi bahwa pertumbuhan dan

perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan

ibu dan bayi tersebut.

3. Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi bahwa ikatan

kasih sayang ibu dan bayi terjadi karena berbagai

rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Dari situ bayi akan merasakan kenyamanan dan rasa

puasa karena bayi merasakan kehangatan pada tubuh ibu

dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal

sejak bayi masih dalam kandungan atau didalam rahim.

42

(44)

d. Aspek Kecerdasan43

Interaksi antara ibu, bayi dan kandungan nilai gizi ASI

sangat dibutuhkan untuk proses perkembangan pada system

syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

1. Aspek Neurologis yaitu dengan cara mngisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang

terjadi pada bayi yang baru lahir akan menghasilkan

yang lebih sempurna.

2. Aspek ekonomi yaitu dengan menyusui secara ekslusif,

ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi

sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian

akanmenghemat pengeluaran rumah tangga untuk

membeli susu formula dan peralatannya.

3. Aspek penundaan kehamilan dengan menyusui secara

ekslusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga

dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang

secara umum dikenal sebagai metode amenorea laktrasi( MAL).

C. Bank ASI

Tidak ada keraguan status kehalalan air susu ibu baik air susu ibu

si bayi maupun air susu wanita lain. Bila ASI tidak memadai atau karena

sesuatu hal ibu kandung si bayi tidak dapat menyusuinya maka si bayi

43

(45)

boleh menyusu kepada wanita lain. Nabi Muhammad sendiri pernah

dititipkan kepada Halimatussa’diyah untuk dipersusukan dan

dididiknya.Jadi status ibu yang menyusukan seorang bayi, sama dengan

ibu kandungnya sendiri dan tidak boleh menikah dengan wanita dan

anak-anaknya tersebut.44

Seorang ibu yang baru melahirkan dalam Islam telah mengajarkan

hendaknya menyusui bayinya selama dua tahun secara sempurna. Akan

tetapi pernyataan itu bukanlah sebuah kewajiban, melainkan anjuran bagi

mereka yang mempunyai keinginan untuk menyempurnakan

penyusuannya. Kemudian, jika pasangan suami istri berkeinginan agar

anaknya disusui oleh orang lain maka keduannya wajib memberikan upah

menurut kelayakannya.45 Dalam firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat

233:

ل ل

َتي أ ارأ ن ل ني ماك نيل َن ل أ نعضري

ۚ عاضَرل

ع

ل ل

هل

ب َن سك َن ق ر

ۚف رع ل

فَك ال

ا ل ب ل َرٓاض ال ۚا عس اَلإ سف

ال

ل م

َل

ه

ل ب

ۚ

ع

را ل

ضار نع الاّف ا ارأ إف كل لثم

ر اش ا ّم

كي ع اّج ا ف ك ل أ ْآ عضرتس أ رأ إ ا ي ع اّج ا ف

َم ت َس ا إ

ٓا

ب تي اء

ف رع ل

ْا قَ

هَل

ْآ ع

َ أ

هَل

ا ب

ريّب

ع

(

, ارقبلا

332

(

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang

44

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Hadis Pada Masalah-Maslah Kontemporer Hukum Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), 162.

45

(46)

tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.46

Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seorang bayi

boleh menyusu kepada wanita lain, akan tetapi seorang ayah wajib

membayar air susu wanita tersebut dengan pemberian yang wajar. Selain

itu jika para ibu tidak bersedia untuk menyusukan anak tersebut secara

langsung maka boleh menggunakan air susu yang diperoleh dari bank

ASI.47

Bank ASI merupakan persoalan yang muncul dizaman sekarang

dimana air susu yang disimpan pada Bank ASI dimana bank ASI tersebut

adalah suatu tempat untuk menyimpan ASI dan ASI tersebut bisa

digunakan atau dimanfaatkan sewaktu-waktu ketika ada bayi yang

membutuhkan. Persamaan antara donor darah dan Bank ASI adalah

sama-sama mempunyai nilai yang tinggi ketika kedua hal tersebut bisa

dimanfaatkan kepada orang lain, akan tetapi keduanya selain mempunyai

persamaan juga mempunyai sedikit perbedaan dimana darah adalah suatu

46

Fadhlul Rahman, Alquran dan Terjemahnya al-Juma>natul‘Ali>, ( Jakarta: CV-Penerbit

J-Art, 2004), 37. 47

(47)

benda yang najis sedangkan ASI adalah benda yang suci yang keluar dari

susu seorang wanita.48

Hubungan donor ASI dengan bayi yang menerimanya bukanlah

termasuk rad}a‘ah karena sulit untuk menentukan atau mengetahui donor

ASI yang didapat tersebut. oleh karena itu baik Ibu susuan maupun anak

susuan tidak ada saling kenal mengenal, dari situ dapat dikatakan

pemanfaatan atau penggunaan air susu dari bank ASI tidak bisa disamakan

dengan rad}a‘ah.49

Memberikan ASI kepada anak yang diperoleh dari bank ASI atau

air susu ibunya yang disimpan di bank ASI sebenarnya lebih baik daripada

memberikan ASI perempuan yang diwajibkan kepada ayah untuk

membayarnya atau dari air susu yang dibotol-botol karena akan

menumbuhkan efek positif bagi tubuh si bayi dianataranya:50

a. Ketika anak meminum air susu yang diperoleh dari bank ASI

tidak terikat dengan konsekuensi hukum sebagai saudara

sepersusuan, karena air susu yang dibeli itu tidak diketahui

siapa pemiliknya dan pada saat anak meminum susu tersebut

perempuan yang menaruh ASI di bank ASI tersebut

kemungkinan besar tidak punya anak sebaya dengan anak yang

48

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Hadis Pada Masalah-Maslah Kontemporer Hukum Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), 163.

49

Ibid., 163. 50

(48)

minum air susu tersebut. akan tetapi jika anak itu disusui oleh

perempuan lain secara langsung meskipun ayah si anak tersebut

wajib membayar ASI itu tetap dikatakan saudara sepersusuan.

Karena pembayaran yang diberikan kepada perempuan yang

menyusui tersebut diisyaratkan sebagai uang upah kelelahan

ketika menyusui tersebut bukan untuk membatalkan

persaudaraan persusuan tersebut.51

b. Dalam rangka membentuk kepribadian dan karakteristik anak

maka menggunakan ASI dari bank ASI akan menghasilkan

jauh lebih baik daripada menggunakan air susu botol yang

bahan bakunya dari sapi, kambing, dan sebagainya. Sementara

dalam kaidah fiqih dinyatakan bahwa menolah mafsadah atau

kerusakan didahulukan untuk meraih kemaslahatan. Dari situ

dapat diambil kesimpulan bahwa fungsinya yaitu mencegah

kerusakan kepribadian anak diutamakan dalam kerangka

pembentukan karakteristik yang baik.52

Ualam berbeda pendapat terkait dengan bank ASI yang difokuskan

pada jual beli ASI dimana menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i

membolehkannya dengan alasan bahwa air susu itu benda yang boleh

dikonsumsi untuk itu boleh diperjual belikan. Sedangkan menurut Imam

51

Ibid., 71. 52

(49)

Hanafi tidak membolehkan dengan alasan air susu manusia sama dengan

dagingnya, jadi membeli air susu berarti membeli daging manusia.53

Sedangkan menurut Syari’ah Islam sama sekali tidak

mempersoalkan apakah air susu tersebut langsung dari ibu atau air susu

tersebut dari bank ASI. Akan tetapi yang dipersoalkan adalah hubungan

antara anak yang menyusukan secara langsung atau air susu yang

diperoleh dari bank ASI. Sehubungan dengan hal tersebut Allah berfirman

dalam surat an-Nisa’ ayat 23

كت َمأ

ٓ تَل

نم ك خأ كّعضرأ

عضَرل

(

,ء اس لا

32

(

ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan54

Menurut petunjuk hukum bahwa saudara sepersusuan atau baik

perempuan maupun laki-laki termasuk salah satu perempuan yang haram

dikawini, sehingga kedua bentuk diidentikkan dengan ibu dan saudara

sekandung. Sementara air susu yang dibeli dari bank ASI sangat

dimungkinkan untuk membentuk perilaku anak dengan baik, apalagi

ketika air susu tersebut berasal dari orang yang baik-baik maka akan

berdampak positif bagi prilaku anak tersebut. Oleh karena itu bank ASI

tidak menjadi persoalan bagi syari’at Islam, bahkan jika bank ini dapat

diwujudkan pada saat ini maka akan sangat membantu para Ibu yang sibuk

53

Ibid., 72.

54

Fadhlul Rahman, Alquran dan Terjemahnya al-Juma>natul‘Ali>, ( Jakarta: CV-Penerbit

(50)

denga pekerjaan, dari situ dapat mengalihkan kewajiban menyusui

anaknya dengan jalan membeli ASI di bank ASI.55

55

(51)

43

ALQURAN DAN AL-AZHAR TENTANG SAUDARA

SEPERSUSUAN

A. Bografi Tokoh

1. Sayyid Quthub

a. Riwayat Hidup Sayyid Quthub

Pada tahun 1906 Sayyid Quthub lahir di desa Mosa wilayah

Provinsi Asyuth, Mesir Atas.1 Nama lengkapnya adalah Sayyid

Quthub Ibrahim Husain Syadzili. Ada beberapa kontrofersi

perbedaan pendapat terkait dengan negeri asal Sayyid Quthub.

Sebagian penulis ada yang berpendapat di Mesir dan adapula yang

mengatakan di India.2

Dari kedua pendapat tersebut yang paling kuat adalah

pendapat yang kedua dengan alasan secara fisik raut muka keluarga

Sayyid Quthub tidak seperti raut muka orang Mesir pada

umumnya, akan tetapi mirip dengan orang india. Selain itu

berdasarkan pada pengakuan Sayyid Quthub sendiri kepada Abu

Hasan Ali al-Nadwi ketika yang terakhir ini mengajak Quthub

berkunjung ke India, dan Quthub berkata “ keinginan saya

1

Sayyid Quthub, Jalan Pembebas, (Jogjakarta: Salahuddin Pers, 1982), 01. 2

(52)

berkunjung ke India merupakan keinginan yang fitri. Karena

kakekku yang keenam Abdullah berasal dari sana.”3

Sayyid Quthub merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Ayahnya Haji Ibrahim merupakan seorang muslim yang taat

beragama. Beliau telah menunaikan ibadah haji dalam usia yang

sangat muda. Dimana Haji Ibrahim bersama anaknnya selalu

melaksanakan shalat berjamaan lima waktu di Masjid. Beliau

dikenal dengan sosok dermawan karena beliau banyak membantu

orang-orang miskin dan lemah didesannya, selain itu juga dikenal

sebagai tokoh dan aktivis partai Nasional (al-Hizb al-Wathani).4 Sedangkan Ibunnya bernama Fatimah yang mempunyai

kemahiran dalam bidan Alquran, beliau sangat suka mendengarkan

lantunan-lantunan ayat-ayat suci Alquran dan gemar dalam

membaca Alquran. Beliau selalu membimb

Referensi

Dokumen terkait

seperti yang terlihat pada gambar diatas, lukisan menjadi focalpoint yang diwujudkan melalui warna yang cukup kontras dibandingkan dengan elemen- elemen pembentuk ruang yang

Real Managers mempunyai ciri – ciri kebutuhan akan kepemimpinan yang merupakan kemampuan mengambil keputusan dan mempengaruhi orang lain melalui komunikasi langsung maupun

Pesan dakwah menurut peneliti adalah sesuatu yang disampaikan kepada orang lain berupa informasi baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan

Selain kasus tersebut masih ada lagi kasus-kasus lain yang berkaitan dengan perkawinan sedarah, seperti yang terjadi di Kabupaten Pringsewu, Lampung, yang melibatkan ayah dengan anak

Orang tua: mempunyai dua bahasa yang berbeda, satu sama lain memahami bahasa pasangannya pada tingkat tertentu. Masyarakat: salah satu bahasa orang tua adalah bahasa

Jawaban tidak harus sama dengan orang lain karena setiap orang mempunyai kebebasan untuk menjawab.. Hanya ASI makanan yang terbaik untuk bayi

Selanjutnya ulama Hanafiyyah juga membenarkan dalam kasus seperti: seseorang menyuruh orang lain untuk menikahkan anaknya yang masih kecil (belum dewasa). Pada saat

Dalam pengertian lain kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.2 Menurut syariah,