• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pendidikan Anak Dalam Pengembangan Akhlak Perspektif Buya Hamka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Pendidikan Anak Dalam Pengembangan Akhlak Perspektif Buya Hamka"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

24

Konsep Pendidikan Anak Dalam Pengembangan Akhlak Perspektif Buya

Hamka

Tajarudin Adisupawan tajar.suapawan21@gmail.com

Munawir Husni, awirjannah@gmail.com

Siti Nurul Fitriani

sitinurulfitriani91@gmail.com IAI Hamzanwadi NW Pancor, Indonesia

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan anak dalam pengembangan akhlak perspektif Buya Hamka dan mengetahui metode yang digunakan Buya Hamka dalam pengembangan akhlak anak. Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah library research yang husus mengkaji suatu masalah untuk memperoleh data dalam penulisan ini. Adapun sumber data yaitu data primer (pokok) dan data skunder (pendukung). Sumber primer dalam penulisan ini adalah karya atau tulisan asli Buya Hamka yaitu Falsafah Hidup dan Tasawuf Moderen. Adapun sumber sekunder adalah sumber pendukung.

Hasil dari penelitian ini bahwa konsep pendidikan anak dalam pengembangan akhlak perspektif Buya Hamka adalah pendidikan orang tua, pendidikan guru disekolah, dan masyarakat. Dalam keluarga atau orang tua adalah dengan membiasakan anak berbuat baik, keteladanan orang tua pada anak, dan penanaman nilai ketauhidan. Kemudian pendidikan guru disekolah yaitu dengan membiasakan peserta didik berbuar baik, guru menjadi tauladan. Kemudian dalam masyarakat terdapat dua cara dalam membentuk akhlak yaitu dengan cara positif dan negatif. Dengan demikian lingkungan pendidikan keluarga sekolah dan masyarakat akan dapat membentuk akhlak anak. Kemudian Metode yang digunakan Buya Hamka dalam pendidkan akhlak yaitu metode alami, metode mujahadah dan riadhoh, dan metode teladan.

(2)

25 Pendahuluan

Permasalahan akhlak sudah terjadi pada seluruh lapisan masyarakat terutama pada kalangan anak-anak. Akhlak pada masa ini sudah tidak begitu diindahkan, karena sebagian besar dari mereka sudah banyak terpengaruh oleh budaya barat yang sudah menjamur dan tersebar melalui media elektronik seperti televisi, internet dan lain sebagainya. Kondisi anak-anak atau peserta didik saat ini mengalami krisis yaitu antara lain: berupa maraknya aksi

pergaulan bebas, meningkatnya kekerasan

dikalangan anak-anak dan remaja seperti

tawuran saling pukul, kejahatan terhadap teman, pencurian, memakai narkoba dan sejenisnya, pornografi, pemerkosaan, durhaka kepada orang tua, dan lain sebagainya. Semua masalah itu

terjadi akibat kurangnya atau minimnya

pengetahuan akhlak yang baik dikarnakan pendidikan yang salah yang tidak sesuai dengan agama.

Kegalauan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

tampaknya tidak dapat dilepaskan dari budi pekerti atau akhlak. Hal ini pula yang sudah sejak lama di dendangkan oleh Hamka syairnya berbunyi:

Tegak rumah karena sendi, runtuh sendi rumah binasa, sendi bangsa ialah budi, runtuh budi runtuhlah bangsa.1

Rasulullah juga mengatakan bahwa

tugas utamanya adalah menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini dapat dilihat dalam hadis berikut:

“Sesungguhnya aku diutus untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia”.

(HR. Al-Baihaqi)

1

HAMKA, Lembaga Budi, (Jakarta: Panjimas, 1985), hlm. xi

Secara garis besar ajaran dan nilai-nilai akhlak dalam islam terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Diantara ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang ajaran dan nilai akhlak yang terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang berharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)

Ayat tersebut memberikan petunjuk dan mengingatkan kepada manusia bahwa pada diri Rasulullah sudah terdapat contoh akhlak atau etika yang mulia. Sejalan dengan hal diatas, menurut penulis Buya Hamka adalah salah satu tokoh ulama yang konsep pembinaannya lebih bisa diterapkan. Oleh karena itu Penulis tertarik dengan metode yang digunakan Buya Hamka yaitu metode alami, metode mujahadah, dan metode teladan dalam mengembangkan akhlak anak.

Buya Hamka merupakan tokoh pemikir pendidikan yang ada di indonesia. Dalam

pemikirannya beliau banyak menawarkan

pemikiran-pemikiran mengenai konsep

pendidikan islam yang benar yaitu untuk

mencari keridoan Allah swt, membangun

Aqidah keislaman yang kuat dan budi pekerti yang baik, sehingga menghasilakn peserta didik yang beraklak mulia yang sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadis.

Berdasarkan permasalahan tersebut,

sekaligus mempertimbangkan pemikiran Hamka yang sangat relevan dengan masalah diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap pemikiran Buya Hamka yang berkaitan dengan konsep pendidikan anak. Karenanya penulis mengambil judul “Konsep pendidikan

(3)

26 Anak dalam pengembangan akhlak perspektif

Buya Hamka”. Pendidikan Anak

Pendidkan anak arti luar adalah semua perbuatan dalam usaha manusia yang dilakukan

secara sadar dari orang dewasa untuk

memberikan pengaruh pada anak didiknya agar

dapat meningkatkan kedewasaan dan

bertanggung jawab atas segala perbuatan dan

tindakannya secara moril.2

Pendidikan terhadap anak

diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan

dasar. Pendidikan terhadap anak dapat

diselenggarakan melalui jalur pendidikan

pormal, dan nonpormal. Pendidikan terhadap anak pada jalur pendidikan pormal berbentuk taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD) dan lain-lain. Pendidikan terhadap anak pada

jalur pendidikan nonpormal berbentuk

kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA) atau benyuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak menjadi tanggung

jawab bersama antara seorang ibu, ayah, anggota keluarga dan masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya. Pendidikan anak tidak lain hanyalah merupakan bagian dari pendidikan

individu, dimana islam mempersiapkan

membinanya supaya menjadi anggota

masyarakat yang berguna dan insan yang shaleh didalam kehidupan ini. Bahkan pendidikan anak jika telah dilaksanakan dengan baik dan terarah, maka ia tidak lain adalah pondasi yang kuat untuk mempersiapkan pribadi yang shaleh dan bertanggung jawab atas segala dan persoalan hidupnya.

2

Soegarda Poerbakawadja, Ensiklopedi

Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), hlm. 257

Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khulukun” yang berarti budi pekerti perangai, tingkah laku, dan

tabiat. Sedangkan menurut istilah ialah

pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan

buruk, mengatur pergaulan manusia dan

menentukan tujuan akhir dari usaha dan

pekerjaannya.3

Sedangkan secara terminologi kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar

dibidang ini yaitu:4

1. Menurut Ibnu Miskawaih, sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan tanpa memerlukan

pemikirandan pertimbangan.

2. Menurut Imam Gazali akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu kepada pikiran.

3. Menurut HAMKA akhlak adalah sifat yang timbul dalam diri manusia untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan hingga dengan mudah untuk melakukan tanpa ada dorongan dari luar.

Akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai mahluk yang tinggi dan

sempurna dan membedakan dari

mahluk-mahluk yang lainnya. Akhlak hendak

menjadikan manusia yang berkelakuan baik, bertindak baik terhadap manusia, terhadap sesama mahluk dan terhadap Allah SWT.

3Syarifah Habibah, “Akhlak Dan Etika Dalam

Islam”, Pesona Dasar, No. 4, Vol. 1 (Oktober 2015), hlm. 73

4

(4)

27 Sumber-sumber Akhlak

Akhlak bersumber pada Al-Qur’an yang

tidak diragukan lagi keasliannya dan

kebenarannya, dengan nabi Muhammad SAW, sebagai “the living qur’an”. Akhlak islam adalah sebagai alat untuk mengontrol suatu sumber yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah. Dengan demikian manusia harus selalu mendasarkan pada Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai sumber

akhlak.5

Ajaran yang dibawa oleh para nabi sejak awal hingga sebelum masa lahirnya agama islam. Selalu menjaga martabat kemanusiaan agar tidak mengalami penurunan yang berakibat menyamai martabat kebinatangan. Kedudukan akhlak dalam islam sangat penting, karna akhlak merupakan buah dari tauhid yang tertanam dalam jiwa manusia untuk menjadi manusia yang baik dan berbudi luhur. Hamka membagi sumber akhlak sebagai berikut:

1. Al-Qur’an

Dalam Islam, selain dijadikan sebagai pegangan hidup, Al-Qur’an juga dijadikan sebagai dasar atau alat pengukur baik buruknya akhlak seseorang. Apa yang baik menurut Al-Qur’an itu berarti baik dan harus dijalankan, sedangkan apa yang buruk menurut Al-Qur’an berarti tidak baik dan harus dijauhi. Sebagai dasar pendidikan akhlak adalah QS. At-Tahrim ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman,

peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

5

Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Akhlak Tasawuf Menyelami kesucian Diri, (Praya: Forum Pemuda Aswaja, 2020), hlm. 22

mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At-Tahrim/66: 6).

2. Dari Rasulullah (As-Sunnah)

Sumber akhlak yang kedua menurut HAMKA berasal dari panduan Rasullah. Ini dijelaskan dalam penafsiran HAMKA terhadap

QS. Lukman Ayat 17. Penafsiran Buya

HAMKA adalah bahwa: “Inilah empat modal

hidup diberika Luqman kepada anaknya dan dibawakan menjadi modal pula bagi kita semua, disampaikan oleh Muhammad SAW. kepada umatnya”.

3. Dari Sikap Masyarakat

Selain dua sumber di atas, Hamka juga mengatakan bahwa perbuatan manusia tidak dapat terlepas dari sikap manusia kepada masyarakat di sekelilingnya. Hal ini diperkuat dengan penafisran Hamka dalam penutupannya pada penafsiran QS. Luqman ayat 17:

“Apabila sudah berani menegur mana yang salah, mencegah yang mungkar, haruslah diketahui bahwa akan ada orang yang tidak senang ditegur. Atau memperbaiki masyarakat yang telah membeku dengan adat kebiasaan yang salah. Jika ditegur mereka marah, untuk ini mesti tabah, mesti sabar. Ingatlah bahwa sekalian Rasul yang dikirim Allah swt.,

memberi bimbingan kepada manusia,

semuayanya disakiti oleh kaumnya. Modal utama mereka ialah sabar.”

Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan (melaksanakan)

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan

nyata agar tujuan yang telah disusun

tercapai.6Metode penelitian pada dasarnya

6

Agus Wasisto Dwi Doso Warso, Pembelajaran Tematik Terpadu dan Penilaiannya Pada Sekolah

(5)

28 merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu.7

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian

kepustakaan (library research). Penelitian

kepustakaan adalah kegiatan penelitian

dilakukan dengan cara mengumpulkan

informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan

seperti buku refrensi, hasil penelitian

sebelumnya yang sejenis, artikel, catatan, serta berbagai jurnal yang berkaitan dengan masalah

yang ingin dipecahkan.8

Adapun sumber data yang digunakan dalam skripsi ini di kelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber skunder. Sumber-sumber primer yang penulis jadikan refrensi yaitu, Tasawuf Moderen,

Falsafah Hidup, karya buya HAMKA.

Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber-sumber data primer.

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan dokumentasi, yaitu mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan buku, makalah, jurnal, artikel, dan lain

sebagainya. Dalam pengumpulan data,

penelitian melakukan kajian atau identifikasi wacana-wacana baik dari buku-buku, makalah, artikel, tesis, jurnal, internet dan sejenisnya yang berhubungan dengan judul penelitian yaitu Konsep Pendidikan Anak dalam Pengembangan Akhlak Perspektif Buya Hamka.

Dasar/Madrasah Ibtidaiah Sesuai Kurikulum 2013 , (Yogyakarta: Graha Cendekia, 2013), hlm. 150

7

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2018), hlm. 2

8Milya Sari, Asmendri, “Penelitian Kepustakaan

(library Research)”Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA, (2020), hlm. 44

Pembahasan

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan perbandingan pendapat Buya

HAMKA tentang konsep pendidkan anak dalam

pengembangan akhlak dengan pendapatnya

Imam Al-Gazali

1. Imam Al-Gazali

Menurut Al-Gazali akhlak adalah

ungkapan tentang sesuatu keadaan yang tetap didalam jiwa, yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa

membutuhkan pemikiran dan penelitian.9

Pendidikan akhlak bagi anak didik menurut imam Al-Gazali

Imam Al-Gazali sangat menganjurkan agar mendidik anak dan membina akhlaknya dengan cara latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya walaupun seakan-akan dipaksakan, agar anak dapat terhindar dari keterlanjuran yang

menyesatkan. Olehkarna latihan dan

pembiasaan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi

bagian dari kepribadiannya.10

Konsepsi pendidikan moderen saat ini sejalan dengan pandangan Imam Al-Gazali

tentang pentingnya pembiasaan melakukan

suatu perbuatan sebagai suatu metode

pembentukan akhlak yang utama, terutama karena pembiasaan itu dapat berpengaruh baik terhadap jiwa manusia, yang memberikan rasa nikmat jika diamalkan sesuai dengan akhlak yang telah terbentuk dalam dirinya.

9

Yoke Suryadarma, Ahmad Hafzil Haq,

“Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Gazali”Jurnal At-Ta’dib, No.2, Vol. 1 (Desember 2015), hlm. 368

10Tita Rostitawati, “Konsep Pendidikan Akhlak

Anak Dalam Perspektif Al-Gazali”,Jurnal manajemen pendidikan Islam, No. 1. Vol. 4 (Februari 2016), hlm. 50

(6)

29 Dua sistem pendidikan akhlak menurut

pendapat Imam Al-Gazali adalah : pendidikan non formal dan formal. pendidikan ini berawal dari pendidikan non formaldalam lingkup keluarga mulai dari pemeliharaan dan makanan yang dikonsumsi. Selanjutnya bila anak telah mulai nampak daya hayalnya untuk membeda-bedakan sesuatu, maka perlu diarahkan kepada hal positif. Anak juga perlu dibiasakan melakukan sesuatu yang baik. Disamping itu pergaulan anakpun perlu diperhatikan karena pergaulan dan lingkungan itu memiliki andil sangat besar dalam pembentukan kepribadian

anak-anak.11

Al-Gazali menyatakan tahapan dalam pembentukan akhlak antara lain:

1) Takhali

Merupakan langkah pertama yang harus dijalani seseorang, yaitu usaha mengkosongkan diri dari perilaku atau akhlak yang tercela. Yang dimaksud dengan takhalil itu sendiri ialah mengkosongkan diri dari sikapketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiatdan berusaha menguasai hawa nafsu. Oleh karna itu untuk membentuk akhlak yang baik maka seorang harus mampu melepaskan diri dari sifat tercela dan mengisinya dengan akhlak-akhlak terpuji untuk dapat memperoleh kebahagiaan yang

hakiki.12

2) Tahalli

Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, prilaku, dan akhlak terpuji. Tahap

11Enok Rohayati, “Pemikiran Al-Gazali Tentang

Pendidikan Akhlak”, Ta’dib, No.1, Vol. 16. (Juni 2011),Hlm. 106

12Eis Dahlia, “Konsep Pendidikan Akhlak

Perspektif Imam Al-Gazali”, (Skripsi, UIN, Raden Intan Lampung, 2017), hlm. 93

ini dilakukan setelah menghilangkan akhlak

yang buruk.13

Maksudnya adalah menghiasi dari sifat dan sikap serta perbuatan-perbuatan yang baik. Dengan kata lain mengkosongkan diri dari sifat yang tercela (takhali)

3) Tajalli

Untuk pemantapan dan pendalaman

materi yang telah pada fase tahalli rangkaian pendidikan akhlak yang disempurnakan pada

fase tajalli. Tajalli dapat dikatakan

terungkapnya nur gaib untuk hati. Olehkarena itu setiap manusia hendaklah mengadakan latihan jiwa, berusaha untuk membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela, mengkosongkan hati dari sifat-sifat yang keji, lalu mengisinya

dengan sifat-sifat yang terpuji seperti:

beribadah, menghindari diri dari hal-hal yang dapat menghambat diri dalam mendekatkan diri

kepada Allah dalam pembentukan akhlak.14

a. Metode pembentukan akhlak

Imam Al-Gazali

1) Metode keteladanan

Metode keteladanan merupakan suatu cara mengajarkan ilmu dengan mencontohkan secara langsung kepada anak. Hal ini telah

dilakukan sendiri oleh Rasulullah SAW,

sebagaimana firman Allah SWT:15

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan

kedatangan hari kiamatdan dia banyak menyebut Allah” (QS. AL-Ahzab: 21)

2) At-Tajribah

Metode pengalaman dengan

memperkenalkan kekurangan-kekurangan yang 13 Ibid, hlm. 93 14 Ibid, hlm. 93 15 Ibid, hlm. 102

(7)

30 dimiliki anak didik secara langsung tanpa

melalui teori lebih dulu cara ini dapat ditempuh

dengan cara sebagai berikut:16

a) Berkawan atau dekat dengan orang yang berbudi pekerti yang baik, dengan pengenalan langsung budi pekerti kawan dekatnya maka anak akan mengenali kekurangan yang ia

miliki sehingga ia akan mudah

memperbaikinya.

b) Belajar langsung dari masyarakat secara umum. Dari masyarakat ia

dapat melihat perbuatan yang

bermacam-macam sehingga ia bisa melihat kebaikan untuk diterapkan dalam dirinya dan keburukan untuk dihindari

3) Riyadhah

Riyadhah adalah latihan kejiwaan

melalui upaya membiasakan diri agar tidak melakukan prihal yang mengotori jiwanya. Suatu pembiasaan biasanya dilakukan terus-menerus secara rutin sehingga seseorang bener-bener terlatih, khususnya dalam menahan diri

agar jauh dari perbuatan maksiat atau dosa.17

Temuan hasil analisis

a. Pembentukan akhlak anak

Buya Hamka memandang akhlak dapat dibentuk, yaitu dengan Pendidkan orang tua, guru dan masyarakat. Pendidikan anak dalam keluarga adalah dengan membiasakan anak berbuat baik, keteladanan orang tua pada anak, penanaman nilai-nilai ketauhidan. Pendidikan guru disekolah adalah dengan membiasakan peserta didik berbuat baik, guru menjadi tauladan. Kemudian dalam masyarakat terdapat dua cara membentuk akhlak yaitu dengan cara

positif dan negatif. Dengan demikian

16

Ibid, hlm. 104

17

Ibid, hlm. 105

lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat akan dapat membentuk akhlak anak menurut pemikiran Buya Hamka.

Sedangkan menurut Imam Al-Gazali dalam membentuk akhlak anak itu dengan cara

latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan

yang sesuai dengan perkembangan jiwanya. Al-Gazali menyatakan tahapan dalam pembentukan akhlak anak yaitu dengan cara takhali, tahalli, dan tajalli. Takahli adalah mengkosongkan diri dari prilaku tercela, tahalli adalah mengisi diri dengan sikap dan prilaku terpuji, dan tajalli adalah pemantapan diri.

b. Metode pembentukan akhlak

anak

Metode yang digunakan Hamka adalah metode alami, yaitu metode dimana akhlak diperoleh bukan melalui didikan, pengalaman ataupun latihan, akan tetapi diperoleh melaui insting atau naluri yang dimilik seorang anak secara alami. Yang kedua metode mujahadah atau perjuangan yang dilakukan guru yang

kemudian menghasilkan kebiasaan-kebiasaan

baik memang pada awalnya berat, namun apabila berniat sungguh-sungguh pasti menjadi sebuah kebiasaan. Yang ketiga metode teladan, yaitu mengambil contoh atau meniru orang yang dekat dengannya.

Sedangkan metode yang digunakan Al-Gazali dalam pembentukan akhlak anak ada tiga antara lain: metode keteladanan, metode

at-tajribah, dan metode riyadhah. Metode

keteladanan adalah cara mengajarkan ilmu dengan mencontohkan secara langsung kepada anak. Kemudian metode at-tajribah adalah Metode pengalaman dengan memperkenalkan

kekurangan-kekurangan yang dimiliki anak

didik secara langsung tanpa melalui teori lebih dulu. Dan yang terakhir adalah metode riyadhah

(8)

31 membiasakan diri agar tidak melakukan prihal

yang mengotori jiwanya. Interpretasi Hasil Analisis

Menurut Hamka, pendidikan islam

merupakan serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pada pemikiran konsep dasar dan tujuan

pendidkan islam Hamka memberikan

penekanan yang sangat kuat pada pembentukan pondasi agama dan akhlak bagi peserta didik. Dan ini mengandung makna bahwa pondasi keagamaan seseorang (khususnya aqidah) dan Akhlak merupakan komponen yang tidak boleh ditawar-tawar lagi, merupakan keharusan bagi peserta didik untuk dipahamai, dikuasai dan sudah menjadi kesatuan yang utuh dalam jiwa dan raganya peserta didik.

Hamka mendefinisikan akhlak adalah suatu persediaan yang telah ada di dalam batin, telah terhujam, telah rasikh dalam diri manusia sehingga dialah yang menimbulkan perangai yang dengan mudahnya sehingga tidak berhajat kepada berfikir lama lagi. Pendidikan akhlak menurut Buya Hamka ialah suatu perangai dalam batin yang dapat berubah sehingga apabila timbul berdasarkan akal dan agama maka akan muncul perangai yang baik dan sebaliknya apabila timbul tidak berdasarkan akal dan agama maka akan muncul perangai yang buruk.

Sumber akhlak menurut buya Hamka adalah Al-Qur’an, sunnah, dan akal. Buya Hamka melihat untuk membentuk akhlak yang

baik dan mulia manusia memerlukan

pemahaman dan pengalaman yang sangat dalam terhadap Al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an dan sunnah merupakan pegangan hidup seorang yang beriman. Kemudian Hamka menempatkan

akal pada posisi penting dalam diri manusia, dengan akal manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dan sebagai pembeda dengan makhluk yang lain.

Buya Hamka memandang akhlak dapat dibentuk, yaitu dengan Pendidkan orang tua, guru dan masyarakat. Pendidikan anak dalam keluarga adalah dengan membiasakan anak berbuat baik, keteladanan orang tua pada anak, penanaman nilai-nilai ketauhidan. Pendidikan guru disekolah adalah dengan membiasakan peserta didik berbuat baik, guru menjadi tauladan. Kemudian dalam masyarakat terdapat dua cara membentuk akhlak yaitu dengan cara

positif dan negatif. Dengan demikian

lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat akan dapat membentuk akhlak anak menurut pemikiran Buya Hamka.

Adapun metode Hamka dalam

mengembangkan akhlak terhadap anak

diantaranya adalah metode alami, metode mujahadah,dan metode teladan.

Pendidkan akhlak terhadap anak sangat

penting. Karena dalam siklus kehidupan

manusia, masa kanak-kanak merupakan sebuah masa yang paling penting, sekaligus merupakan masa yang sangat berbahaya jika tidak dididik atau diperhatikan secara benar oleh orang tua maka nantinya anak tumbuh dalam keadaan akhlak yang kurang baik sebab seorang anak

pada hakikatnya telah tercipta dengan

kemampuan untuk menerima kebaikan maupun keburukan.

Pendidikan akhlak adalah usaha-usaha

yang dilakukan oleh seseorang untuk

menanamkan nilai-nilai ataupun norma-norma tentang budi pekerti sehingga manusia dapat memahami dan mengerti serta mengamalkan norma-norma tentang budi pekerti itu sendiri. Stelah melakukan penelitian terhadap konsep

(9)

32

pendidkan akhlak Hamka, ada 2 aspek

pendidkan akhlak yakni pembentukan akhlak, dan metode pembentukan akhlak bagi peserta didik menurut Hamka.

Pendidikan akhlak menurut Hamka ialah suatu perangai dalam batin yang dapat berubah sehingga apabila timbul berdasarkan akal dan agama maka akan muncul perangai yang baik, dan sebaliknya apabila timbul tidak berdasarkan akal dan agama maka akan muncul perangai yang buruk atau sering disebut akhlak tercela.

Buya Hamka dia seorang pemikir

indonesia yang berasal dari sumatra barat. Hamka memberikan ulasan bahwa seseorang yang berakhlak mulia adalah seseorang yang selalu melakukan perbuatan yang benar dan selalu memerangi hawa nafsunya dari perbuatan yang tidak benar

Pembentukan akhlak anak menurut Buya Hamka adalah dengan melalui pendidkan orang tua dalam keluarga adalah dengan membiasakan anak berbuat baik, keteladanan orang tua pada

anak, penanaman nilai-nilai ketauhidan.

Pendidikan guru disekolah adalah dengan membiasakan peserta didik berbuat baik, guru menjadi tauladan. Kemudian dalam masyarakat terdapat dua cara membentuk akhlak yaitu dengan cara positif dan negatif. Dengan

demikian lingkungan pendidikan keluarga,

sekolah dan masyarakat akan dapat membentuk akhlak anak.Dalam metode pendidikan akhlak

Hamka menggunakan tiga metode yakni:

metode alami, metode mujahadah dan riadhah, dan metode teladan. Metode alami dimana

akhlak diperoleh bukan melalui didikan,

pengalaman, ataupul latihan, akan tetapi

diperoleh melalui insting atau naluri yang dimiliki oleh seorang anak secara alami. Metode mujahadah (perjuangan) yang dilakukan guru

kemudian menghasilkan kebiasaan-kebiasaan

baik memang pada awalnya berat, namun

apabila manusia bersungguh-sungguh pasti

menjadi sebuah kebiasaan. Kemudian metode teladan, yaitu mengambil contoh atau meniru orang yang berakhlak baik.

Kesimpulan

Konsep pendidikan anak dalam

pengembangan akhlak perspektif Buya Hamka adalah dengan Pendidkan orang tua, pendidikan guru di sekolah, dan masyarakat. Dalam

keluarga atau orang tua adalah dengan

membiasakan anak berbuat baik, keteladanan orang tua pada anak, penanaman nilai-nilai

ketauhidan. kemudian Pendidikan guru

disekolah adalah dengan membiasakan peserta didik berbuat baik, guru menjadi tauladan. Kemudian dalam masyarakat terdapat dua cara membentuk akhlak yaitu dengan cara positif dan

negatif. Dengan demikian lingkungan

pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat akan dapat membentuk akhlak anak.

Dalam metode pendidikan akhlak

HAMKA menggunakan tiga metode yakni: metode alami, metode mujahadah dan riadhah, dan metode teladan. Metode alami dimana

akhlak diperoleh bukan melalui didikan,

pengalaman, ataupul latihan, akan tetapi

diperoleh melalui insting atau naluri yang dimiliki oleh seorang anak secara alami. Metode mujahadah (perjuangan) yang dilakukan guru

kemudian menghasilkan kebiasaan-kebiasaan

baik memang pada awalnya berat, namun

apabila manusia bersungguh-sungguh pasti

menjadi sebuah kebiasaan. Kemudian metode teladan, yaitu mengambil contoh atau meniru orang yang berakhlak baik

(10)

33 Daftar Pustaka

Abdul, Moh. Rivaldi, dkk,“Pembentukan

Akhlak Dalam Memanusiakan Manusia

Persfektif Buya Hamka”, Jurnal

Pendidikan Islam dan Budi Pekerti, Vol. 1

februari, 2020

Ace, “Pemikiran HAMKA Tentang Pendidikan dan Relevansinya Terhadap kondisi saat ini”,Vol. 7, Juli 2018

Alfian, Muhammad, “Pemikiran Pendidikan Islam Buya Hamka”, Jurnal Ilmu-ilmu

Keislaman, Vol, 19. Desember, 2019

Baharits, Adnan Hasan Shalih, Tanggung Jawab

Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, Jakarta:

Gema Insani, 1996

Elly, Rosma, “Hubungan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa Klas V di SD Banda Aceh”, Jurnal pesona Dasar, Vol, 3 Oktober 2016

Etika Guru Dan Murid”, Skripsi, IAIN Salatiga, 2019

HAMKA, Falsafah Hidup, Jakarta, Republika Penerbit, 2015

HAMKA, Akhlakuk Karimah, Jakarta: Gema Insani, 2017

HAMKA, Tasawuf Moderen, Jakarta,

Republika Penerbit, 2015

HAMKA, Lembaga Budi, Jakarta: Republika Penerbit, 2016

Harahap, Laela Hamidah dkk “Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Menurut

Buya HAMKA”, Jurnal Ilmiah

Kependidikan, Vol. 8 Juli, 2019

Habibah, Syarifah, “Akhlak Dan Etika Dalam Islam”, Pesona Dasar. Vol. 1 Oktober 2015

Karzun, Anas Ahmad, Anak Adalah Amanah, akarta: Qisthhi press, 2006

Milya Sari, Asmendri, “Penelitian Kepustakaan

(library Research)”Jurnal Penelitian

Bidang IPA dan Pendidikan IPA, 2020

Misaroh, Tatik, “Akhlak Terhadap Lingkungan

Hidup dalam Al-Qur’an,” Skripsi,

Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung, 2017

Muntiani, Siti, “Pendidikan Akhlak Bagi Peserta Didik Menurut HAMKA” Skripsi, UIN Sunan ampel, 2016

Neolaka, Amos, Grace Amialia A. Neolaka,

Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup,

Depok: Kencana, 2017

Nurkholis, “Pendidikan Dalam Upaya

Memajukan Teknologi”, jurnal

Kependidikan. Vol. 1,2013

Nufus, Hayatun, “Konsep Pendidikan Anak Dalam Pengembanga Akhlak Perspektif Buya HAMKA”,Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2017

Rozak, Purnama, “Indikator Tawadhu Dalam Keseharian”, Jurnal Madaniyah, Vol. 1 Januari 2017

Ritonga, Abdullah Sani, dkk,“Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Hamka”, EDU

RILIGIA, Vol. 2 oktober-Desember, 2018

Sari, Mega Purnama, “Penerapan Sidiq, Amanah, Tabligh,dan Fatonah terhadap

Pegawai Asuransi Jiwa Pada PT.

Prudential Life Assurance PRU-Syarah cabang kota metro”, Skripsi, IAIN Jurai Siwo Metro, 2018

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D, Bandung:

ALFABETA, 2018

Sukino, “Konsep Sabar dalam Al-Qur’an dan Kontekstualitasinya dalam Tujuan Hidup Manusia Melalui Pendidikan”, Jurnal

Ruhama, vol. 1 mei 2018

Ulfa, Ani Maskhanatul, “Analisis Terhadap Pemikiran HAMKA Tentang Konsep

Umar, Mardan, Feiby Isma’il, Buku Ajar

Pendidikan Agama Islma, (Purwokerto

Selatan: CV Pena Persada

Poerbakawadja, Soegarda, Ensiklopedi

Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1982

Wahyono, Agung dan siti rahayu, Tinjauan

tentang Pendidikan Anak di Indonesia,

Jakarta: Sinar Grafika, 1993

Wathoni, Lalu Muhammad Nurul, Akhlak

Tasawuf Menyelami kesucian Diri, Praya:

(11)

34 Warso, Agus Wasisto Dwi Doso, Pembelajaran

Tematik Terpadu dan Penilaiannya Pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiah Sesuai

Kurikulum 2013, Yogyakarta: Graha

Cendekia, 2013

Zuhdi, Muhammad Harfin, “Istiqomah dan Konsep Diri Seorang Muslim”, RELIGA, Vol.14 April 2011

Referensi

Dokumen terkait

1) Berdasarkan pengolahan citra secara geometrik (luas) dan radiometrik (klasifikasi) untuk citra Pleiades 1A dengan skala 1:5.000 didapatkan jenis mangrove yang didominasi

Umumnya bakteri yang teridentifikasi dari hasil ulasan uterus anjing yang mengalami pyometra adalah bakteri yang normal ditemukan pada uterus anjing sehat.. Pada pyometra,

Margond a Raya Konsultansi Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Jalan Proklamasi ke Jalan Bogor

Benih yang direndam dengan H2SO4 selama 20 menit tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada daya berkecambah terhadap semua metode uji tetapi berbeda secara signifikan

4.6 Distribusi Frekuensi Pengukuran Infeksi Bakteri pada Organ Reproduksi Sebelum Pemakaian Pembalut Wanita Herbal di Lokalisasi Kelurahan Sukosari Kecamatan Bawen Semarang

Adapun bentuk pesan yang disampaikan leader dalam merekrut calon agen asuransi sesuai dengan hasil wawancara dilapangan yaitu pesan verbal dengan penyampaian

Apabila Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan oleh Wajib Pajak orang pribadi pada bulan Februari 2010, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib

Asas Rujukan ini adalah bertujuan untuk menaiktaraf SISMAPS versi lama ke Versi 2.0 yang dapat digunakan sebagai alat sokongan bagi aktiviti pentadbiran dan pengurusan JPBDS