ABSTRAKS
Skripsi ini berjudul “Perkembangan Majelis Tafsir Alquran(MTA) di Jawa
Timur (1982-2015)”. Adapun fokus penelitian yang dibahas dalam skripsi adalah
(1) Bagaimana sejarah masuknya MTA di Jawa Timur? (2) Bagaimana
perkembangan MTA di Jawa Timur dan Strategi pengembangannya? (3) Apa saja
produk-produk MTA di Jawa Timur?
Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan
sosiologi. Metode sejarah digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang
terjadi pada masa lampau. Pendekatan sosiologi digunakan untuk dapat
menjelaskan perkembangan MTA di Jawa Timur. Untuk menganalisa
perkembangan MTA digunakan teori
Chagllange and Respons
( Tantangan dan
Jawaban), teori yang menggambarkan bahwa setiap rangsangan dapat
menimbulkan tindakan yang bisa menunjukkan sebuah perubahan, baik kemajuan
atau kemunduran.
ABSTRAKS
This skripsi titled “ The Development of Majelis Tafsir Alquran (MTA) in
East Java (1982-2015). The focus research is discussed in this paper is, (1) How
history to entry of the MTA in East Java?(2) How the progress MTA in East Java
and development strategy? (3) What the products MTA in East Java?
Is this study the author uses historical method to the sociological approach.
The history of the method used to describe events that occurred in the past.
Sociological approach is intended to explain the development and progress MTA
East Java. The analyze progress and development MTA in East Java used
Chagllange and Response (Challenges and Answers), the theory that describes
each of any stimulation can lead to stimulation that would be able to demonstrate
a change, either progress or regress.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN……….
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING………..
iii
PERSETUJUAN PENGUJI………
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI……….
v
KATA PENGANTAR………..
vi
ABSTRAKS………..
ix
DAFTAR ISI………
xi
DAFTAR TABEL………
xiv
BAB I
: PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang……… 1
B.
Rumusan Masalah……… 7
C.
Tujuan Penelitian……….. 8
D.
Manfaat Penelitian……… 8
E.
Pendekatan dan Kerangka Teori……….. 9
F.
Penelitian Terdahulu……… 10
G.
Metode Penelitian……… 13
H.
Sistematika Pembahasan……….. 16
BAB II : GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR
……… 17
A.
Letak Geografis……… 17
B.
Penataan Demografi……… 22
C.
Keadaan Sosial Masyarakat Jawa Timur………… 24
1. Kondisi Ekonomi………. 24
3.Budaya………... 28
4.Agama………... 29
BAB III : MAJELIS TAFSIR ALQURAN DI JAWA TIMUR
. 34
A.
Sejarah Masuknya MTA di Jawa Timur…………... 34
1. MTA Pacitan……… 47
a.
Masuknya MTA di Pacitan………. 47
b. Susunan Kepengurusan……… 51
2.
MTA Surabaya………... 53
a.
Masuknya MTA di Surabaya……….. 53
b.
Susunan Kepengurusan………... 59
3.
MTA Sidoarjo……….. 59
a.
Masuknya MTA di Sidoarjo……… 59
b.
Susunan Kepengurusan………... 64
B.
Strategi Perkembangan MTA di Jawa Timur……. 64
1.
Kegiatan Keagamaan………... 65
a.
MTA Pacitan………... 65
b.
MTA Surabaya……… 67
c.
MTA Sidoarjo……….. 68
2.
Kegiatan Sosial Kemanusiaan……… 69
a.
MTA Pacitan………... 69
b.
MTA Surabaya……… 70
c.
MTA Sidoarjo……….. 70
3.
Kegiatan Pendidikan……… 70
BAB IV : PERKEMBANGAN MTA DI JAWA TIMUR
...73
A.
Keadaan MTA di Jawa Timur sejak 1982-2015….. 73
1.
Keadaan MTA Pacitan………. 78
2.
Keadaan MTA Surabaya………. 82
3.
Keadaan MTA Sidoarjo………... 85
1.
Tantangan MTA di Jawa Timur………. 90
2.
Respon Masyarakat Terhadap MTA……… 93
C.
Produk-produk MTA di Jawa Timur……… 96
BAB V : PENUTUP
……….
99
A.
Kesimpulan……….. 99
B.
Saran………. 108
DAFTAR PUSTAKA
………...
110
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan salah satu agama dari enam agama yang
diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai agama negara. Berdasarkan
sejarahnya, Agama Islam masuk ke Nusantara pada abad 7 M / 1 H yang
dibawa oleh para pedagang dan kaum alawiyin yang datang ke Nusantara1.
Sejak awal kedatangannya, Agama Islam terus mengalami perkembangan
hingga akhirnya menjadi agama mayoritas penduduk Nusantara.
Perkembangan ini tidak lepas dari upaya dakwah yang dilakukan oleh para
muballig Islam saat itu, baik melalui ceramah agama ataupun melalui
media dakwah lainnya.
Dewasa ini dakwah Islam melalui ceramah agama mulai banyak
diminati, sehingga banyak kita dapati di masyarakat berdiri
kelompok-kelompok pengajian, baik itu berbentuk majlis ta’lim atau
yayasan/lembaga pengajian. Kelompok pengajian dalam Bahasa Indonesia
terdiri atas dua kata yaitu kelompok dan pengajian. Kelompok memiliki
definisi beberapa orang yang berkumpul atau dikumpulkan menjadi satu2.
Sedangkan Pengajian berasal dari kata kaji yang artinya meneliti atau
mempelajari tentang ilmu-ilmu agama Islam3. Jadi kelompok pengajian
1 Ahwan Mukarrom, Sejarah Islamisasi Nusantara ( Surabaya: JAUHAR, 2009), 58.
2 W.J.S. Poerwadarminta, ed. al, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 234.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
ialah kumpulan dari beberapa orang yang berada dalam satu tempat
tertentu yang meneliti dan mempelajari tentang ilmu-ilmu agama Islam.
Di Indonesia, kelompok-kelompok pengajian mulai bermunculan
pasca kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Pasca
kemerdekaan rakyat Indonesia bebas dalam melaksanakan kegiatan
peribadatanya tanpa takut dan khawatir diintervensi oleh para penjajah4.
Salah satu contoh kelompok pengajian yang muncul pasca kemerdekaan
Indonesia adalah kelompok pengajian Majlis Tafsir Alquran.
Majlis Tafsir Alquran ialah sebuah lembaga pengajian yang
berupaya mengajak jama’ahnya untuk mempelajari dan mengamalkan
Alquran dalam kehidupan sehari-hari5. Selain dalam bidang pengajian
Majlis Tafsir Alquran juga bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.
Kelompok pengajian ini didirikan oleh Ust. Abdullah Thufail Saputra pada
19 September 1972 di Surakarta Jawa Tengah6.Tujuan didirikannya
Majelis Tafsir Alquran ini pada awalnya ialah ingin mengajak masyarakat
4 Bangsa asing yang pernah menjajah Indonesia secara umum menerapkan berbagai macam aturan untuk membatasi gerak dan mengintervensi umat Islam Indonesia. Penjajah Belanda membatasi dan mengawasi umat Islam Indonesia dengan berbagai macam ordonansi, mulai dari ordonansi Haji, ordonansi guru, ordonansi perkawinan, dll. Lihat Aqib Suminto, Politik Islam Hindia
Belanda ( Jakarta: LP3ES, 1985), 30. Begitupun Jepang berusaha membatasi dan mengintervensi
umat Islam Indonesia dengan cara melarang PSII dan PII, serta membentuk shumubu sebagai lembaga yang menangani masalah keagaman. Lihat Aksin Wijaya, Menusantarakan Islam….( Yogyakarta: Nadi Pustaka, 2011), 151-152.
5 Seketariat MTA, “Selayang Pandang MTA”. dalam https://www.mta-online.com./sekilas-profil/ (12 Oktober 2015).
6 Ahmad Asroni, “Islam Puritan Vis A Vis Tradisi Lokal: Meneropong Model Resolusi Konflik Majelis Tafsir Alquran dan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Purworejo,” Confrence Procedings
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
untuk kembali kepada Alquran dengan tekanan pada pemahaman dan
pengamalan dalam kehidupan sehari-hari7.
Pada awalnya Majlis Tafsir Alquran merupakan sebuah kelompok
pengajian mingguan di Solo yang dipimpin oleh Ust. Abdul Thufail
Saputra. Tetapi seiring berjalanya waktu, jamaah yang hadir mengikuti
pengajian semakin banyak. Oleh karenanya, atas usulan beberapa jamaah
maka kelompok pengajian ini didaftarkan ke pihak notaris untuk
mendapatkan sebuah akta legalitas pada tahun 1974. Akta notaries inilah
yang dijadikan pihak Kementrian Hukum dan Ham untuk mengeluarkan
surat keputusan pengesahan yayasan MTA pada tahun 2006. Sekarang ini
sebagai sebuah lembaga yang memiliki perwakilan cabang dan binaan
diseluruh Indonesia, MTA secara legal telah mengantongi izin dari
Kementrian Hukum dan Ham Republik Indonesia berdasarkan surat
pengesahan akta pendirian dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
nomor C-2510 HT 01 02 TH 2006 tahun 20068 sebagai sebuah yayasan.
Secara umum, MTA merupakan sebuah kelompok pengajian dan
lembaga yang perkembangannya tergolong pesat, terutama dalam lingkup
sepuluh tahun terakhir. Perkembangan yang pesat ini ditunjang oleh sarana
dan prasarana dakwah dan sosialisasi yang baik. Dalam dakwahnya, MTA
memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam menunjang aktivitas
pengajiannya. Mereka memiliki dua stasiun komunikasi untuk
7Nur Hidayat Muhammad, Meluruskan Doktrin MTA Kritik atas Dakwah Majlis Tafsir al-Qur’an di Solo (Surabaya: Muara Progresif, 2013), 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
menyebarluaskan pengajiannya. Warga MTA dapat menyaksikan
pengajian-pengajian MTA melalui radio MTA FM atau MTA tv9. Kedua
media ini dapat diakses dengan mudah melalui jaringan internet ataupu
jaringan tv berlangganan. Dua sarana dan prasarana inilah yang paling
pokok menunjang cepat berkembangnya MTA.
Di sisi lain, perkembangan pesat MTA juga ditunjang melalui
aktivitas lembaga ini dalam dunia pendidikan. Sebagai sebuah lembaga
yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan, MTA mendirikan
beberapa sekolah di sejumlah daerah mulai dari PAUD ( Pendidikan Anak
Usia Dini) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas). Hanya saja lembaga
pendidikan ini tidak merata penempatannya. Untuk lembaga PAUD hingga
SD hampir di setiap perwakilan cabang MTA mempunyai
lembaga-lembaga tersebut, tetapi untuk SMP dan SMA hanya ada satu sekolah saja
yang ada di Sragen dan Surakarta10.
Selain dakwah dan pendidikan, perkembangan pesat MTA juga
ditunjang dari aktivitas sosial yang mereka lakukan. Dalam program sosial
MTA ada tiga program sosial yang mereka lakukan dalam setiap tahun11.
Pertama, membagi-bagikan sembako disetiap tanggal 17 Agustus sebagai tanda ikut serta mereka dalam peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
Kedua, melakukan pembagian daging qurban kepada ribuan warga
9 Muh, Sulthon, et.al,” Dakwah Kelompok Majelis Tafsir Alquran, JAMURA, dan Muhammadiyah
di Surakarta Provinsi Jawa Tengah”, dalam Gerakan Dakwah Islam dalm Perspektif Kerukunan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
masyarakat disetiap Hari Raya Idul Adha. Ketiga, melakukan kegiatan donor darah setiap tiga bulan sekali. Ketiga kegiatan social ini membuat
MTA semakin akrab dengan warga masyarakat dan semakin familiar di
tengah masyarakat.
Dari tiga hal yang dilakukan MTA di atas, membuat lembaga
tersebut tersebar luas tidak hanya di Surakarta dan Jawa Tengah saja,
tetapi juga merambah ke daerah lain seperti Jawa Timur dan sekitarnya. Di
Jawa Timur, MTA pertama kali ada di Pacitan tepatnya di desa Baleharjo
kabupaten Pacitan pada tahun 198212. Setelah itu MTA mulai merambah
ke daerah-daerah lain di sekitar Surabaya seperti Sidoarjo, Gresik, Malang
dan beberapa daerah lainnya di Jawa Timur.
Perkembangan MTA di Jawa Timur merupakan salah satu
fenomena di luar ekspektasi. Jawa Timur merupakan daerah yang kuat
akan dua organisasi masyarakatnya yaitu Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah hingga pelosok daerah. Dua organisasi ini secara berkala
juga memiliki agenda pengajian-pengajian dan majelis taklim yang cukup
semarak di tengah lingkungan masyarakat. Tetapi sekalipun seperti itu,
ternyata di tengah masyarakat yang mayoritas Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah ini juga berdiri kelompok pengajian lain yang berasal dari
Surakarta yaitu MTA.
MTA di Jawa Timur baru terdeteksi keberadaannya pada tahun
1982 ketika muncul kantor perwakilan cabang MTA di jalan Letjen Gatot
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Subroto gang 6 Desa Baleharjo Kabupaten Pacitan13. Selepas ini kemudian
di susul dengan berdirinya kelompok pengajian binaan dan kantor
perwakilan lainya di Surabaya dan akhirnya di Sidoarjo. Sungguhpun
MTA di Jawa Timur baru dijumpai sekitar tahun 1982, tetapi
dimungkinkan kemunculan MTA jauh sebelum tahun 1982. Hal ini
didasarkan pada berdirinya kantor perwakilan MTA di sekitaran
Kabupaten Pacitan yang lebih banyak dibanding dengan di Surabaya dan
sekitarnya. Dugaan ini didasarkan pada letak geografis Kabupaten Pacitan
yang cukup dekat dengan Solo, sehingga dimungkinkan MTA telah
terlebih dahulu masuk di sana.
Hingga saat ini MTA di Jawa Timur telah mencapai 120 cabang
dan kelompok pengajian binaan yang tersebar di 19 daerah di Jawa
Timur14( Data terbaru tanggal 5 Juni 2015). Dengan persebaran paling
banyak di Kabupaten Pacitan lebih dari 20 tempat pengajian binaan. Hal
ini menandakan bahwa secara tidak lansung MTA sudah berhasil masuk di
separuh wilayah Jawa Timur yang memiliki 38 Kabupaten/kota.
Berdasarkan paparan di atas, menarik perhatian penulis untuk
mengkaji perkembangan MTA di Jawa Timur. Jawa Timur yang
merupakan basis terkuat Nahdlatul Ulama dapat dimasuki kelompok
pengajian Majelis Tafsir Alquran yang notabene menurut Nahdlatul Ulama
merupakan satu kelompok yang meresahkan dalam berdakwah. Hal inilah
13 Seketariat MTA, Majelis Tafsir Alquran Alamat Cabang dan Binaan, dalam http://data.mta.net/ ( 12 September 2015).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
yang mengakibatkan terjadinya gesekan di antara keduanya pada akhir
tahun 2013 lalu yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur. Seperti
konflik MTA dan warga Nahdlatul Ulama di Sidoarjo, Gresik, Ponorogo,
Pacitan dan beberapa daerah lainya di Jawa Timur. Selain itu, yang
membuat menarik penulis untuk mengkaji ialah apa dan bagaimana
metode yang dipakai MTA untuk memperluas cabangnya di Jawa Timur,
sehingga dalam tempo yang singkat sudah memiliki cabang dan kelompok
pengajian binaan di 120 tempat.
Untuk mengkaji perjalanan dan perkembangan MTA di Jawa
Timur, maka akan penulis bingkai dalam judul “ Perkembangan Majlis
Tafsir Alquran (MTA) di Jawa Timur Tahun 1982-2015”.
B. Pembatasan dan Rumusuan Masalah
Sebelum memasuki rumusan masalah, mengingat luasnya wilayah
Jawa Timur dan banyaknya kabupaten/kota yang telah dimasuki oleh
MTA, maka dalam pembahasan penelitian ini tidak akan dibahas semua
wilayah (kabupaten/kota). Beberapa kabupaten/kota yang akan menjadi
fokus pembahsan ialah Surabaya, Sidoarjo, dan Pacitan. Pengambilan tiga
kota tersebut dikarenakan tiga kota itu memiliki karakteristik dan jumlah
komunitas MTA yang berbeda. Pacitan merupakan kota yang memiliki
komunitas MTA paling banyak, sedangkan Surabaya dan Sidoarjo
merupakan kota dengan komunitas MTA yang paling kecil.
Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
1. Bagaimana sejarah masuknya Majlis Tafsir Alquran(MTA) di Jawa
Timur?
2. Bagaimana Perkembangan Majelis Tafsir Alquran(MTA) di Jawa
Timur dan strategi pengembangannya?
3. Apa saja produk yang dihasilkan Majelis Tafsir Alquran MTA di Jawa
Timur?
C. Tujuan
Dalam setiap penilitian selalu disertai dengan tujuan untuk apa
penilitian itu dilakukan. Begitupun dalam penilitian mengenai Majlis
Tafsir Alquran(MTA) di Jawa Timur ini penulis juga memiliki tujuan
untuk apa penelitian ini dilakukan. Di antara tujuan penelitian ini
dilakukan ialah:
1. Untuk mengetahui secara jelas sejarah masuknya Kelompok Pengajian
Majlis Tafsir Alquran di Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui secara jelas perkembangan Kelompok Pengajian
Tafsir Alquran dan strategi pengembangannya di Jawa Timur.
3. Untuk mengetahui apa saja produk-produk yang dihasilkan Majelis
Tafsir Alquran di Jawa Timur.
D. Manfaat Penelitian/ Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan oleh peneliti agar dapat menambah
pengetahuan akan dunia kelompok social keagamaan Islam di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
adanya penelitian ini, kita bisa melihat bahwa kelompok social
keagamaan di sekitar kita ini beragam dan terkadang saling bertolak
belakang antara yang satu dengan yang lain. Tapi harapan peneliti kita
semua bisa lebih bijak dalam menyikapi keberagaman dan perbedaan
itu, sehingga tidak terus menerus menimbulkan konflik.
2. Kegunaan Praktis
Pertama, penelitian ini diharapkan dapat dibaca dan diambil manfaatnya oleh banyak orang dan kelompok keagamaan Islam di
Indonesia. supaya kita semua tidak cepat menyikapi segala perbedaan
dengan terburu-buru, dan emosi. Selain itu semoga hasil penelitian ini
dapat dijadikan rujukan untuk merumuskan kembali kerukunan umat
beragama, khususnya dalam ukhuwah islamiyah.
Kedua, peneilitian ini diharapkan bisa memberikan refrensi keilmuan baru bagi penelitian selanjutnya maupun kawan sejawat di
lingkungan mahasiswa jurusan keilmuan sejarah maupun social.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Penelitian skripsi ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat
kualitatif. Pendekatan yang akan peneliti gunakan merupakan pendekatan
sosiologi. Ini bertujuan untuk membantu mengungkap faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi perkembangan MTA di Jawa Timur15.
Perkembangan MTA di Jawa Timur menunjukkan suatu
peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Untuk mengungkap dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
menganalisa perkembangan MTA di Jawa Timur ini, penulis
menggunakan bantuan teori Challenge and Respond16. Challenge and Respond merupakan teori yang dicetuskan oleh Arnold J. Toynbee. Challenge and Respond merupakan sebuah teori yang mengandung arti tantangan dan jawaban antara manusia dengan alam sekitarnya17. Artinya
pertumbuhan sebuah kebudayaan atau apapun digerakkan oleh segolongan
kecil orang dari pemilik kebudayaan. Golongan ini yang menciptakan ini
kemudian menyebar ke masyarakat luas.
Dalam hal penulisan ini, teori Challenge and Respond digunakan
penulis untuk membantu dalam menganalisa sebab-sebab perkembangan
yang dialami MTA di Jawa Timur. Perkembangan yang dimaksud, baik
perkembangan kearah kemajuan dan perubahan kearah kemunduran.
Mengetahui sebab-sebab suatu perkembangan itu penting. Karena dengan
mengetahui sebab permasalahan maka kita akan jelas memahami suatu
masalah.
F. Penelitian Terdahulu
Majlis Tafsir Alquran(MTA) merupakan salah satu kelompok
keagamaan Islam yang menarik untuk diteliti dan ditulis. Hal ini
dikarenakan banyaknya hal yang menarik yang ada di dalam organisasi ini,
baik itu sejarah berdirinya, biografi pendiri, sarana dan prasarana yang
dipunyai, tafsir-tafsirnya, hingga strategi dakwah yang dilakukan. Dari hal
di atas telah melahirkan banyak sekali karya baik yang berupa artikel
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
dalam jurnal, skripsi, tesis, hingga buku. Berikut di antara beberapa karya
yang dihasilkan mengenai Majlis Tafsir Alquran dari penelitian terdahulu:
1. Sunarwoto, Gerakan religio-Kuktural MTA Dakwah, Mobilisasi dan
Tafsir-Tanding, dalam Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Afkaruna vol.8
No. 2 Juli-Desember 2012. Dalam karyanya ini Sunarwoto
menjelaskan mengenai beberapa hal tentang Majlis Tafsir Alquran,
diantaranta dakwah cultural, dan tafsir tanding terhadap cerita rakyat
mengenai keislaman.
2. Mir’atun Nisa, Pemahaman Terhadap Alquran Dalam Rubrik Tausiyah
Majlis Tafsir Alquran, 2011. Karya ini berupa Tesis di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, dalam karya ini penulisnya memaparkan dan
menguak mengenai isi dari ayat-ayat Alquran yang tercantum dalam
sebaran rubric pengajian Jihad Pagi.
3. Mutohharun Jinan, Konstestasi Muslim Puritan: Relasi
Minoritas-Mayoritas Muslim Model Majlis Tafsir Alquran, dalam Jurnal Maarif
Institute vol vii no 1 tahun 2012. Dalam artikel ini seorang
Mutohharun Jinan memaparkan dengan jelas latar belakang dan
background pendiri Majlis Tafsir Alquran dan latar belakang
munculnya Majlis Tafsir Alquran.
4. Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam Dalam Perspektif
Kerukunan Umat Beragama, 2012. Dalam buku ini dijelaskan
mengenai tentang perkembangan organisasi dan structural
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
5. Nur Ariyanto, Strategi Dakwah Majelis Tafsir Alquran Melalui Radio
MTA FM Surakarta, 2010. Dalam skripsinya ini, Nur Ariyanto
meneliti dan kemudian menjelaskan bagaimana MTA memanfaatkan
kemajuan teknologi berupa stasiun radio sebagai strategi berdakwah.
Dari paparan beberapa karya di atas, dapatlah kita bandingkan
diantara sesamanya. Karya Sunarwoto dan Nur Ariyanto mempunyai
kesamaaan, yaitu kedua karya itu sama-sama membahas mengenai strategi
dakwah yang dilakukan oleh Majlis Tafsir Alquran. Sedangkan, pada
karya Mutohharun Jinan dan Buku Kementerian Agama juga memiliki
kesamaan, dimana kedua buku itu sama-sama membahas mengenai sejarah
berdirinya organisasi Majlis Tafsir Alquran tersebut. Hanya saja titik
tekannya berbeda, apabila Mutohharun Jinan menyoroti latar belakang
berdirinya Majlis Tafsir Alquran, sedangkan Kementerian Agama
membahas tentang sejarah berdirinya dan structural keorganisasian.
Berbeda dengan empat karya sebelumnya, Mir’atun Nisa dalam Tesisnya
lebih menekankan pengkajianya dalam melihat penafsiran ayat-ayat
Alquran yang tertera dalam rubric tausiyah Majlis Tafsir Alquran.
Dari paparan di atas, maka penelitian yang akan penulis lakukan ini
focus kajiannya berbeda dengan apa yang sudah ada sebelumnya. Dalam
penelitian kali ini, penulis menekankan penelitian mengenai
perkembangan MTA di daerah Jawa Timur. Di sini penulis ingin sekali
menyoroti dan mencari tahu bagaimana perkembangan dan perjalanan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
pengalaman penulis yang membaca daftar cabang dan pengajian MTA di
Jawa Timur yang mencapai jumlah 120 cabang dan binaan. Ini menurut
penulis merupakan sebuah fenomena yang luar biasa, mengingat
pandangan sebagian masyarakat terhadap MTA yang cenderung negatif.
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian
sebelumnya yang mayoritas hanya menyoroti pada sisi perkembangan,
strategi dakwah dan sarana serta prasarana MTA di Surakarta saja, tanpa
melihat perkembangan MTA di luar Surakarta, Termasuk di Jawa Timur.
G. Metode penelitian
Dalam penelitian, kegunaan sebuah metode penelitan memiliki
peran yang cukup besar dalam keberlansungan sebuah penelitian. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terbagi
atas empat tahapan yaitu:
1. Heuristic atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan oleh penulis untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau
jejak masa lampau18. Dalam proses ini penulis mendatangi kantor
MTA pusat, Kantor perwakilan MTA Surabaya, Kantor perwakilan
MTA Pacitan, dan Kantor binaan MTA Sidoarjo. Dari semua tempat di
atas penulis mendapatkan beberapa sumber diantaranya:
a. Surat Keputusan MTA Pusat tanggal 21 Juli 2013 tentang
pengesahan pendirian perwakilan cabang di Sidoarjo.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
b. Surat Keputusan Kemenkumham tanggal 3 November 2006
tentang pemberian akta sah pendirian yayasan MTA.
c. Surat keputusan MUI Surakarta tanggal 19 September 2012
tentang fatwa MTA tidak dan bukan termasuk kelompok aliran
sesat.
d. Wawancara dengan Bapak Roesimin Ketua Binaan MTA Sidoarjo.
e. Foto-foto kegiatan MTA.
2. Kritik sumber, ialah satu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang didapatkan guna mengetahui kejelasan sumber tersebut, apakah
jejak-jejak itu sejati(orsinil) baik bentuk maupun isinya19. Dalam kegiatan
ini penulis melakukan dua kritik sumber yaitu kritik intern dan ekstern.
Kritik intern dilakukn penulis untuk melihat isi sumber tersebut apakah
kredibilitas atau tidak20. Dari kritik intern yang penulis lakukan
terhadap sumber yang penulis dapatkan. Penulis menyimpulkan ada
beberapa sumber yang isinya penulis ragukan kredibilitasannya. Di
antara sumber yang penulis ragukan kredibilitasnya ialah
sumber-sumber yang penulis dapatkan dari surat kabar dan wawancara. Hal ini
dikarenakan wawancara dan surat kabar terkadang disisipi oleh unsur
subyektivitas.
Sedangkan kritik ekstern dilakukan guna melihat apakah sumber
yang didapatkan tersebut autentik atau tidak21. Dari kritik ekstern ini
penulis mendapati bahwa kualitas yang penulis dapati keautektikannya
19 Ibid.,68.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
dapat dipercaya, karena beberapa sumber yang penulis dapati berasal
dari lembaga yang berwenang seperti MUI, Kemenkumham, dan juga
pihak MTA sendiri.
3. Intepretasi ialah menetapkan makna dan saling hubungan daripada fakta-fakta yang diperoleh22. Dalam proses ini penulis mendapati ada
beberapa sumber yang penulis dapatkan tidak lansung terkait dengan
peristiwa, tetapi dengan analisa sumber tersebut memiliki kesatuan arti
yang dapat menghubungkan peristiwa yang penulis kaji. Jadi dalam hal
ini penulis merasa analisa yang penulis lakukan terhadap sumber yang
didapatkan kesemuanya dapat menghubungkan pada satu kesimpulan
dan kesinambungan untuk menjelaskan perkembangan MTA di Jawa
Timur.
4. Historiografi ialah menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk sebuah kisah23. Dalam penyajian penulisan ini, penulis
menekankan penulisan pada sisi MTA baik dalam segi sejarah masuk,
aktivitas pergerakan, hingga memunculkan konflik dengan warga
masyarakat, serta peluang dan tantangan mereka di Jawa Timur.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulisan, pemahaman, dan pembahasan
dalam penelitian ini, maka penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa
bab. Berikut sistematika pembahasan skripsi penelitian ini:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Bab pertama ialah pendahuluan, terdiri atas latar belakang,
rumusan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode
penelitian, sumber, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua ialah Deskripsi Jawa Timur. Pada bab ini akan
dipaparkan mengenai letak geografis Jawa Timur, Keadaan social ekonomi
Jawa Timur, Persebaran Penduduk Dan Lain Sebagainya.
Bab ketiga ialah Sejarah Masuknya MTA di Jawa Timur. Dalam
bab ini akan dipaparkan mengenai sejarah masunya MTA dan aktivitas
keorganisasian.
Bab keempat ialah Perkembangan MTA di Jawa Timur. Pada bab
ini akan penulis paparkan mengenai perkembangan MTA di Jawa Timur,
Sarana dan Prasarana penunjang penyebaran dan respon masyarakat Jawa
Timur terhadap MTA.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan
saran. Dalam bab ini akan disimpulkan hasil penelitian yang merupakan
BAB II
GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR
A.
Letak Geografis
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dalam wilayah negara
Republik Indonesia. Mengenai nama Jawa Timur, karena provinsi ini
menempati wilayah paling timur Pulau Jawa. Di Pulau Jawa terdapat enam
provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah D.I.
Yogyakarta, serta Jawa Timur.
Provinsi Jawa Timur telah menjadi bagian dari Negara Republik
Indonesia sejak awal kemerdekaan. Tepatnya setelah ditetapkannya delapan
1provinsi di Indonesia pada tanggal 19 Agustus 1945. Pada saat itu R. Suryo
diserahi amanat untuk menjadi gubernur pertama Jawa Timur. Sejak saat
itulah Provinsi Jawa Timur menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.
Secara astronomis wilayah Jawa Timur terletak pada 111,1’-114,4’
Bujur Timur dan 7, 12’-8, 48’ Lintang Selatan
2. Sedangkan secara geografis
Jawa Timur terletak di ujung timur Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan
dengan Samudera Hindia di ujung selatan. Berbatasan dengan Pulau Bali di
sebelah timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Di sebelah barat
1Setelah Merdeka pada 19 Agustus 1945 PPKI membagi wilayah Indonesia menjadi delapan Provinsi
yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil. Lihat Slamet Muljana, Kesadaran Nasional Jilid II: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan
(Yogyakarta:Lkis, 2008). 46.
18
Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah
3. Hal ini dapat
dilihat pada peta Jawa Timur berikut ini.
Gambar 1.1 : Peta Jawa Timur
Sumber: Statistik Balai KSDA Jawa Timur I Tahun 2008
Melihat peta di atas, secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur
terbagi menjadi dua yaitu daratan Jawa Timur dan Kepulauan Madura. Dari
kedua wilayah tersebut apabila kita jumlah dan satukan akan memunculkan
19
angka pasti luas wilayah provinsi Jawa Timur. Luas Provinsi Jawa Timur
sebesar 46.428,57 km² yang terbagi atas wilayah darat dan laut
4.
Dengan luas wilayah 46. 428, 57 km Provinsi Jawa Timur secara
administratif terbagi menjadi 38 kabupaten/kota, dengan rincian 29 kabupaten
dan 9 kota
5. Berikut nama-nama Kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur.
Kabupaten
: Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik,
Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang,
Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo,
Probolinggo, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban
dan Tulungagung. Sedangakan
Kota
: Batu, Blitar, Kediri, Malang, Madiun,
Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, dan Surabaya
6.
Keadaan topografi Jawa Timur terhitung sebagai daerah yang
mayoritas lebih banyak memiliki dataran rendah. Hal ini disebabkan wilayah
Jawa Timur 60% ( 28. 833km) merupakan dataran rendah, dan hanya kurang
lebih 40% ( 17.597km) yang merupakan dataran tinggi
7. Wilayah yang
termasuk dataran rendah seperti Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan lai-lain. Di
wilayah kota/kabupaten ini tidak ada atau jarang kita jumpai gunung atau
perbukitan. Berbeda dengan wilayah seperti Malang, Batu, dan Lumajang
yang disana banyak kita jumpai gunung dan pegunungan.
4Statistik Balai KSDA Jawa Timur I Tahun 2008, 1-2.
5 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Ringkasan Eksekutif,Data dan Informasi Kesehatan Provinsi
Jawa Timur tahun 2013. 1.
6 Kepariwisataan, “Jawa Timur”, dalam http://ujp.ucoz.com/15-Provinsi_Jawa_Timur.pdf. ( 28
Oktober 2015).
20
Berbicara mengenai gunung, Jawa Timur juga memiliki beberapa
gunung baik itu yang masih aktif atau tidak. Beberapa gunung yang masih
aktif di Jawa Timur di antaranya gunung semeru, gunung kelud, gunung
bromo, dan gunung raung. Selain gunung yang masih aktif, di Jawa Timur
juga terdapat beberapa gunung yang sudah tidak aktif/ tidur. Gunung-gunung
itu di antaranya: Gunung Penanggungan, Gunung Arjuna, Gunung Lawu
Magetan. Gunung-gunung ini banyak di kunjungi oleh para wisatawan asing/
local. Yang mana dengan kunjungan tersebut juga dapat membantu
perekonomian masyarakat.
Selain gunung, di Jawa Timur juga terdapat beberapa sungai yang
besar maupun kecil. Di antara sungai mengalir melewati Jawa Timur yaitu
Sungai Brantas, Sungai Bengawan Solo, Sungai Konto, dan Sungai Mas.
Keberadaaan sungai-sungai ini di zaman dahulu sangat membantu masyarakat
sebagai sarana transportasi yang cepat dibandingkan melalui darat.
Berbicara jalur transportasi, jalur menuju ke Jawa Timur tidak sulit.
Sebab di provinsi ini telah memiliki sarana dan prasarana transportasi yang
lengkap. Guna menunjang transportasi udara terdapat Bandara Internasional
Juanda, Bandara Abdurahman Saleh Malang, Belimbing Sari Banyuwangi,
Bandara Notoadinegoro Jember serta dua Bandara lain di Madiun dan
Sumenep. Keeenam bandara ini sangat berperan guna menunjang mobilitas
21
Berbeda dengan jalur udara, melalui jalur laut Jawa Timur juga telah
memiliki Pelabuhan Tanjung Perak sebagai pelabuhan utama. Selain Tanjung
Perak juga ada beberapa pelabuhan kecil lain di berbagai wilayah. Fungsi dari
pelabuhan-pelabuhan ini ialah membantu dan meringankan kerja masyarakat
dalam bepergian.
Tidak kalah dengan jalur udara dan laut, jalur darat merupakan jalur
transportasi yang biasa dan banyak digunakan masyarakat. Jalur darat dapat
dibedakan menjadi dua yaitu jalanan konvensional dan jalanan bebas
hambatana(tol). Di Jawa Timur jalan konvensional tersedia dari kota hingga
ke pelosok desa. Sungguh pun demikian, masih ada beberapa jalan yang
kurang layak karena jalan yang tidak beraspal dan berlampu pada malam hari.
Selain jalan konvensinal, juga ada beberapa jalan bebas hambatan di Jawa
Timur yang bisa dinikmati dan dimanfaatkan. Jalan bebas hambatan yang ada
di Jawa Timur di antaranya: Jalan Tol Surabaya-Gresik, Surabaya-Porong. Di
luar jalan bebas hambatan tersebut, juga masih ada beberapa jalan bebas
hambatan yang masih dalam proses pengerjaan. Diantara jalan bebas
hambatan tersebut ialah Jalan Tol Surabaya-Mojokerto, dan Jalan Tol
Mojokerto-Ngawi
8.
Pembangunan dan pemenuhan sarana transportasi ini dilakukan untuk
menjaga kepercayaan investor serta upaya untuk menyejahterakan
8 Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Momor 5 Tahun 2012
22
masyarakat. Dengan bagusnya sarana dan transportasi dapat membuat industri
dan kegiatan perekonomian di Jawa Timur terus berlansung. Ini semua
dikarenakan ada beberapa kota di Jawa Timur yang menjadi pusat industri
seperti Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, dan Mojokerto. Dengan adanya
sarana prasarana transportasi yang baik dan ditunjang dengan sinkronisasi
jalur maka kegiatan perekonomian dapat berlansung dengan baik dan aman.
Selain itu, pembangunan sarana dan prasarana ini dimaksudkan juga untuk
menarik kunjungan wisatawan ke Jawa Timur. Sebab di Jawa Timur terdapat
beberapa destinasi wisata yang cukup banyak di antaranya: Gunung Bromo,
Pendakian Gunung Semeru, Puncak Ijen, Pantai-Pantai di Malang Selatan,
serta pantai-pantai di Banyuwangi
9. Kesemua destinasi diatas tidak akan bisa
dijangkau dan dikunjungi apabila tidak tersedia sarana dan prasarana
transportasi yang baik.
B.
Penataan Demografi.
Demografi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang
kependudukan. Kependudukan berasal dari kata penduduk yang mendapat
imbuhan ke-an. Secara umum penduduk ialah sekelompok atau kumpulan
beberapa orang yang mendiami dan menetap pada suatu tempat tertentu.
Berbicara mengenai penduduk, Jawa Timur merupakan salah satu
provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak di Indonesia. Pada Tahun
9 Kepariwisataan, “ Jawa Timur,”,dalam http://ujp.ucoz.com/15-Provinsi_Jawa_Timur.pdf. ( 28
23
2010 jumlah penduduk Jawa Timur 37. 476.757, dengan rincian 18.512.753
perempuan dan 19.052.953 laki-laki
10. Jumlah ini diperkirakan akan terus
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Menurut buku Statistik
kependudukan, diproyeksikan penduduk provinsi Jawa Timur pada tahun
2015 sebesar 38.847.600 jiwa
11. Dengan jumlah penduduk yang begitu
banyak Jawa Timur menjadi daerah dengan penduduk terpadat kedua di
Indonesia
12.
Penduduk Jawa Timur terbagi menjadi dua menurut tempat tinggalnya
yaitu di pedesaan dan perkotaan. Penduduk yang hidup di pedeaan biasanya
lebih banyak, jika dibandingkan yang hidup di kota. Selain itu penduduk yang
hidup di kota biasanya bukanlah penduduk asli, melainkan warga perantauan
yang datang luar Jawa Timur atau negeri. Sedangkan penduduk yang asli
warga Jawa Timur mayoritas hidup di pedesaan.
Penduduk Jawa Timur yang hidup di perkotaan dan dipedesaan secara
umum mata pencaharian mereka juga mengalami perbedaan. Penduduk yang
hidup di kota biasanya bermata pencaharian sebagai karyawan kantor,
karyawan pabrik, PNS, serta beberapa profesi lain. Sedangkan penduduk yang
hidup di pedesaan biasanya bermatapencaharian sebagai petani, nelayan, guru,
dan sedikit dari mereka berprofesi sebagai karyawan pabrik atau kantor.
10 Dewa, N. Cakrawala, et.al., Statistik Penduduk 1971-2015 ( Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian Seketariat Jenderal-Kementrian Pertanian Republik Indonesia: Jakarta, 2014), 6.
11 Ibid,. 7.
12 Jawa Barat merupakan provinsi dengan penduduk terpadat pertama di Indonesia menurut sensus
24
Perataan ekonomi yang terjadi di Jawa Timur terjadi seakan tidak
merata antara kota dan pedesaan. Akibatnya di Jawa Timur terjadi
kesenjangan ekonomi yang mengakibatkan munculnya angka kemiskinan.
Angka kemiskinan di Jawa Timur cukup tinggi, menurut hasil survei Badan
Pusat Statistik. Rakyat Jawa Timur yang hidup di bawa garis kemiskinan
sebesar 24, 6%, sedangkan rakyat yang benar-benar tergolong sangat miskin
sebesar 16%
13. Kantong-kantong kemiskinan penduduk Jawa Timur ini
terletak di daerah-daerah yang perputaran perekonomiannya rendah, seperti
Sumenep, Situbondo, Bondowoso, dan beberapa daerah tapal kuda lainnya.
C.
Kondisi Masyarakat Jawa Timur
Kondisi masyarakat merupakan suatu yang hal yang selalu melekat
ketika kita akan membahas suatu daerah. Di Jawa Timur kondisi
masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat di daerah lain.
Masyarakat Jawa Timur merupakan salah satu masyarakat yang majemuk di
Indonesia. Ini dikarenakan Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang
memiliki cukup banyak suku bangsa, serta kondisi ekonomi, pendidikan dan
budaya yang lebih baik. Itu semua menjadi daya tarik bagi masyarakat luar
Jawa Timur untuk datang dan menetap di Jawa Timur. Berikut ini akan
penulis paparkan mengenai beberapa hal tentang kondisi masyarakat Jawa
Timur, mulai dari ekonomi, pendidikan, budaya, dan agama.
13 Nurul Komariyah dan Muhammad Sjahid Akbar,“Pengelompokkan Kabupatem/Kota di Provinsi
25
1.
Keadaan Ekonomi
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang perekonomiannya
cukup baik. Menurut laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Jawa Timur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, perekonomian Jawa
Timur pada tahun 2013 tumbuh mencapai 6,68%. Pertumbuhan ini secara
umum lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional saat
itu yang hanya mencapai 5,83%
14. Melihat paparan tersebut tak ayal bahwa
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang perekonomiannya selalu
masuk dalam sepuluh besar di seluruh Indonesia, serta berada pada posisi
kedua tertinggi di Jawa
15.
Pertumbuhan perekonomian yang baik di Jawa Timur secara tidak
lansung dipengaruhi oleh banyaknya industri di Jawa Timur.
Industri-industri yang ada di Jawa Timur di antaranya Industri-industri tekstil, rokok,
peternakan, dan pertanian. Pertanian di Jawa Timur merupakan sektor yang
paling lamban dalam sumbangsihnya untuk perekonomian Jawa Timur.
Sekalipun seperti di atas, tidak lantas tidak ada permasalahan ekonomi
di Jawa Timur. Di Jawa Timur sekalipun pertumbuhan ekonominya baik
tetap menyimpan permasalahan yaitu pengangguran. Menurut data dari
dinas tenaga kerja dan transmigrasi Jawa Timur, pengangguran di Jawa
14Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Provinsi Jawa Timu, Laporan Akuntabiltas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP),2013 . 2.
15 Public discourse Autorised, Diagnosa Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur( Bank Dunia Indonesia:
26
Timur hingga tahun 2013 mencapai 4,33%
16. Ini diperkirakan akan terus
bertambah sesuai dengan berjalannya waktu. Apalagi melihat kondisi
perekonomian sekarang ini, diperkirakan jumlah pengangguran di Jawa
Timur akan terus bertambah. Berikut ini data mengenai ketenagakerjaan di
Jawa Timur pada 2013 lalu.
No Uraian
Jumlah
1.
Angakatan Kerja
20.137.000.2.
Bekerja
19.266.000 [image:35.612.154.528.217.490.2]3.
Pengangguran
871.00
Tabel 1.2 Data Diperoleh dari LAKIP Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, Berdasarkan BPS Tahun 2013.
Terjadinya banyaknya pengangguran di atas dipengaruhi oleh
banyak hal, diantaranya mulai ditinggalkannya pekerjaan di sektor
pertanian oleh masyarakat. Masyarakat Jawa Timur dewasa ini banyak
yang telah meninggalkan pekerjaan di sektor pertanian, dan memilih
untuk bekerja sebagai karyawan pabrik atau kantor, bahkan PNS.
Imbasnya banyak tanah sawah dan ladang yang dibiarkan bahkan
kemudian dijual untuk dijadikan perumahan. Hal ini menimbulkan
sebuah bencana baru yakni tertutupnya satu lahan pekerjaan. Ini dapat
dibuktikan melalui laporan lokakarya Analisa Diagnosis
Ketenagakerjaaan pada tahun 2011 yang menyebutkan sektor
27
pertanian hanya menyediakan 10% lapangan pekerjaan pertahun
17. Hal
ini cukup kontras dengan keadaaan pada tahun 1975-1995an, di mana
saat itu sektor pertanian merupakan sumber utama perekonomian
masyarakat
18.
2.
Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting bagi kemajuan suatu
bangsa. Untuk itu Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang
mempunyai pendidikan yang cukup memadai. Di daerah ini terdapat
beberapa perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta yang baik.
Banyaknya perguruan tinggi negeri ini secara tidak lansung menarik minat
para pendatang untuk datang ke Jawa Timur guna menuntut ilmu. Tak
hanya orang luar Jawa Timur, masyarakat Jawa Timur juga
berbondong-bondong menginginkan anaknya untuk bisa merasakan pendidikan
perguruan tinggi yang ada.
Dewasa ini pendidikan masyarakat di Jawa Timur dapat dibilang
cukup bagus. Hal Itu dikarenakan hampir semua lapisan masyarakat
dewas ini telah dapat merasakan sekolah mulai dari SD, SMP,
SMA/SMK, bahkan Perguruan Tinggi. Sekalipun begitu masih ada di
beberapa daerah di Jawa Timur yang belum bisa menikmati fasilitas
17 Laporan Lokakarya, Analisa Diagnosig Ketenagakerjaan Jawa Timur,(ILO dan Pemerintah Jawa
Timur: Anonim, 2011).12.
28
pendidikan. Akibatnya di Jawa Timur angka buta aksaran masih tinggi.
Menurut data sensus penduduk tahun 2010 ada sekitar 3,4 juta jiwa
19.
Angka 3,4 juta jiwa yang tertera di atas, merupakan angka kumulatif
dari semua jumlah peyandang buta angsara di Jawa Timur. Secara umum
berikut diagram gambaran mengenai buta aksara di Jawa Timur yang
terbagi menurut usia:
Hal ini dikarenakan oleh banyak faktor, misalnya tidak adanya
sarana dan prasarana sekolah, keadaan ekonomi, dan lingkungan
masyarakat.
Diagram 1.3 Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Model Penyelenggaraan Penuntasan Buta Aksara Jawa Timur 2011.
Dengan diagram di atas, kita dapat mengetahui bahwa buta aksara di
Jawa Timur cukup tinggi. Terlebih di wilayah-wilayah yang jauh dan
tertinggal secara ekonomi dan infranstruktur.
3.
Kondisi Budaya
19 Laporan Kegiatan Penuntasan Buta Akasara, Kajian Pengembangan Model Penyelenggaraan
29
Budaya merupakan salah satu buah dari ide dan pemikiran manusia
yang diwujudkan baik dalam bentuk karya atau perilaku. Semakin banyak
masyarakat yang hidup di dalamnnya, semakin banyak pula budaya yang
ada di dalamnya.
Begitupula dengan di Jawa Timur, masyarakat Jawa Timur merupakan
masyarakat yang heterogen dan majemuk. Di dalam daerah ini hidup
berbagai macam suku, mulai suku Jawa, Madura, Osing, Tengger, dan lain
sebagainya
20. Semakin banyaknya suku yang hidup, di dalam masyarakat
Jawa Timur juga semakin lestari berbagai macam budaya sesuai dengan
keyakinan masing-masing suku.
Berbicara budaya, tidak lepas dari namanya kesenian. Kesenian
merupakan suatu perilaku yang tujuan utama dari perilaku itu ialah
memberikan suatu hiburan. Di Jawa Timur setidaknya ada beberapa
kesenian yang lestari di tengah masyarakat hingga saat ini, di antaranya
wayang, ludruk, reog, hingga tari remo.
Selain kesenian, hal lain yang muncul dalam budaya ialah bahasa.
Setiap suku mempunyai bahasa yang berbeda-beda, meskipun terkadang
kita temukan pula suatu kesamaan. Di Jawa Timur setidaknya ada beberapa
bahasa yang muncul sebagai produk budaya. Di antara bahasa yang ada di
20 Kepariwisataan: Jawa Timur, dalam http://ujp.ucoz.com/15-Provinsi_Jawa_Timur.pdf. ( 28 Oktober
30
Jawa Timur ialah Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Osing, dan
beberapa bahasa lainnya
21.
4.
Agama
Agama merupakan salah satu yang melekat pada diri manusia sebagai
makhluk yang bertuhan. Penduduk Jawa Timur apabia diakumulasikan
mayoritas beragama Islam, kemudian disusul dengan Kristen Protestan,
Katholik, Hindu, Budha, serta Konghucu. Berikut ini adalah rincian data
pemeluk agama di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada 2013:
21 Ibid,. 450.
No
KEMENAG
AGAMA
Islam
Protestan Katholik Hindu Budha Konghucu
1. Kab.Pacitan 611,521
359
1.439
70
266
-
2. Kab.
Ponorogo
1,004.899 3,168
3,406
2,734 5,872 -
3. Kab.
Trenggalek
725, 433
2,018
2.650
82
356
-
4. Kab.
Tulungagun
g
1.103.188 16.284
7.906
626
2.396 400
31
6. Kab. Kediri 163.699
2.836
12.685
31.650 1.255 -
7. Kab.
Malang
2.297.990 74.080
31.992
19.987 18.831 -
8. Kab.
Lumajang
916.882
480.085
7.525
12.580 475
-
9. Kab.
Jember
2.040,648 14.594
17.371
10.182 3.401 -
10. Kab.
Banyuwang
i
1.350.145 9.411
10.241
55.310 38.774 400
11. Kab.
Bondowoso
858.323
1.811
3.020
132
2.469 -
12. Kab.
Situbondo
639.006
2.418
9.585
143
657
-
13. Kab.
Probolinggo
1.134.120 2.576
6,962
28.995 4.478 -
14. Kab.
Pasuruan
1.478.039 3.188
6.590
21.774 2.563 -
15. Kab.
Sidoarjo
1.678.677 34.533
17.048
6.659 3.399 300
32
Mojokerto
17. Kab.
Jombang
1.108.690 18.510
5.973
4.150 1.005 800
18. Kab.
Nganjuk
2.602.831 9.193
7.998
338
384
300
19. Kab.
Madiun
765.788
4.480
6.561
542
1.134 -
20. Kab.
Magetan
625.127
8,301
4.676
256
2.833 -
21. Kab. Ngawi 893.334
5.130
9.350
224
1.393 -
22. Kab.
Bojonegoro
1.423.022 6.183
4.590
2.132 556
750
23. Kab. Tuban 1.139.781 5.221
5.550
453
1.233 800
24. Kab.
Lamongan
1.163.673 5.667
980
3.780 527
-
25. Kab. Gresik 1.133.588 8.736
3.611
12.738 783
-
26. Kab.
Bangkalan
941.000
1.658
2.020
86
253
-
27. Kab.
Sampang
33
28. Kab.
Pamekasan
799.081
667
7.265
51
735
-
29. Kab.
Sumenep
1.168.822 4.528
2.875
310
216
350
30. Kota Kediri 244.364
14.768
13.994
3.428 2.872 500
31. Kota Blitar 193.312
4.723
16.525
6.710 5.928 600
32. Kota
Malang
1.754.009 51.584
38.475
17.243 9.621 800
33. Kota
Probolinggo
215.611
2.875
5.512
1.467 1.908 400
34. Kota
Pasuruan
167.497
5.780
5.533
1.534 1.843 500
35. Kota
Mojokerto
708.391
7.914
11.621
1.412 4.250 600
36. Kota
Madiun
180.811
21.155
158.752 5.750 2.177 500
37. Kota
Surabaya
2.670.989 146.321
7.918
47.590 40.024 2.600
[image:43.612.107.539.112.171.2]
34
Tabel 1.4. Data diperoleh dari Kemenag Jatim Tahun 2013
Dari Data pemeluk agama di berbagai kabupaten/kota tersebut, fakta
yang terkandung ialah Agama Islam merupakan agam mayoritas
masyarakat Jawa Timur. Tetapi sekalipun demikian bukan berarti Islam
menguasai dan semena-mena. Meskipun Islam merupakan agama
mayoritas, tetapi agama Islam toleran terhadap aliran dan kepercayaan
lain. Simpulnya bahwa di Jawa Timur tidak terjadi konflik antar umat
beragama, namun konflik sesama agama pernah terjadi misalnya konflik
Syiah-Sunni di Sampang, Syiah-Sunni di Jember, dan Warga NU-MTA di
Sidoarjo.
Jumlah
39.657.78
8
1.061.40
0
490.735 343.55
1
205.70
1
BAB III
MAJELIS TAFSIR ALQURAN DI JAWA TIMUR
A. Sejarah Masuknya MTA di Jawa Timur
Majelis Tafsir Alquran merupakan sebuah kelompok pengajian
yang didirikan oleh Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta tahun
19721. Kelompok pengajian ini dalam pergerakannya merupakan salah
satu kelompok yang berkeinginan memerangi praktik budaya sinkretis,
dan segala sesuatu peribadatan yang berbau tahayyul, bid’ah, dan khurafat.
Budaya sinkretis sendiri merupakan sebuah gambaran percampuran antara
budaya lokal dengan budaya Islam, yang praktik dan tujuannya telah jauh
dari yang murni2. Menurut Sutiyono contoh dari budaya sinkretis itu
diantaranya tahlilan, selametan, yasinan, ngalap berkah, serta beberapa
perilaku budaya lainnya yang mereka anggap tidak sesuai dengan Islam3.
Melihat paparan mengenai hal di atas, MTA dalam hal ini dapat
digolongkan sebagai kelompok yang tujuan utamanya ialah melakukan
pemurnian dan pembaharuan dalam Islam. Di Indonesia pemurnian dan
pembaharuan dalam Islam bukan suatu hal yang baru. Hal seperti ini sudah
terjadi sejak abad ke-18. Karel Steenbrink menyebutkan dalam bukunya
Syeikh Ahmad Khatib Minangkabaulah pelopor dan guru pemurnian dan
pembaharuan Islam di Indonesia yang berlansung hingga sekarang4.
1Muh,Sulthon, et.al,” Dakwah Kelompok Majelis Tafsir Alquran, JAMURA, dan Muhammadiyah
di Surakarta Provinsi Jawa Tengah”, 165.
2 Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis ( Jakarta: Kompas Gramedia, 2010), 5.
3 Ibid,. 5.
4 Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad ke-19 (Jakarta: Bulan
36
Meskipun pembaharuan dan pemurnian yang dilakukan saat itu dengan
yang dilakukan MTA saat ini berbeda.
Pemurnian dan pembaharuan merupakan dua suku kata yang
berbeda maknanya. Pemurnian ialah sebuah upaya pembersihan atau
pemurnian terhadap sesuatu ide yang telah ada namun dalam
perkembangan sejarah telah dibelokkan pengertiannya oleh perkembangan
budaya5. Sebaliknya, pembaharuan sendiri mengandung pengertian
mengadakan suatu pemikiran tentang islam yang belum ada sebelumnya6.
Melihat pengertian pemurnian diatas, MTA tergolong sebagai
sebuah kelompok yang melakukan pemurnian agama. Sebab dalam
pergerakannya mereka berupaya melakukan pembersihan terhadap
unsur-unsur budaya yang mengandung kegiatan tahayyul, bid’ah, dan khurafat.
MTA juga tergolong sebagai sebuah kelompok yang melakukan
pembaharuan dalam Islam. Sebab dalam beberapa hal MTA berusaha
melakukan dan mempraktekkan suatu hal baru dan masih langka di
Indonesia. Pembaharuan yang paling kentara dalam hal ini ialah metode
dakwah. Sebagai salah satu lembaga dakwah, MTA berusaha melakukan
sebuah terobosan baru dalam menyampaikan dakwahnya. Terobosan yang
mereka tempuh ialah dengan cara memadukan dakwah dengan kemajuan
dunia teknologi informasi. Ini terlihat nyata, sebab dalam menyampaikan
5 Ridwan Lubis, “ Perkembangan Pemikiran Islam Regional: Tinjauan Terhadap Gerakan
Pembaharuan Islam Di Indonesia,” dalam Agama Dan Masyarakat,ed. Abdurrahman,et.all ( IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS: Yogyakarta, 1993), 332.
37
dakwahnya MTA memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan
menggunakan radio dan televisi sebagai media partner dalam berdakwah.
MTA tv dan MTA fm7 ialah merupakan dua stasiun televisi dan
radio yang dimiliki MTA. Dua stasiun ini digunakan MTA untuk
mendukung penyebaran dakwah mereka. Sehingga warga MTA yang jauh
dan tidak bisa mengikuti pengajian ke Surakarta bisa mengikuti pengajian
melalui televise dan radio. Selain dipancarkan melalui radio MTA fm di
pusat, pengajian-pengajian MTA juga biasanya disiarkan melalui radio
MTA perwakilan, bagi wilayah pewakilan yang memiliki radio. Radio di
perwakilan ini selain menyiarkan siaran radio pusat juga terkadang
membuat jadwal siaran sendiri yang bersangkut-paut dengan dakwah
MTA.
Dalam menjalankan tujuan, mereka melakukan pemurnian dan
pembaharuan yang di agendakan. Banyak orang menilai bahwa cara yang
dilakukan oleh MTA dianggap sebagai sesuatu yang radikal. Ini di
karenakan para warga MTA apabila tidak sepaham dengan orang lain
mereka akan dengan keras dan tegas menolaknya. Radikal sendiri
sebenarnya memiliki makna keinginan untuk merubah suatu faham secara
cepat dan menyeluruh8. Tetapi dewasa ini makna radikal telah bergeser
menjadi suatu tindakan yang di dalamnya terdapat unsur kekerasan.
Sekalipun begitu, MTA di banyak daerah terus diminati dengan semakin
7 Muh,Sulthon, et.all,” Dakwah Kelompok Majelis Tafsir Alquran, JAMURA, dan
Muhammadiyah di Surakarta Provinsi Jawa Tengah”, 177.
8 Syafiq. A. Mugni, Radikalisme dalam sejarah Islam ( Surabaya: Jurusan Sejarah IAIN Sunan
38
banyaknya berdiri kantor perwakilan, cabang, dan binaan di berbagai
daerah, termasuk di Jawa Timur.
MTA masuk di Jawa Timur sejak tahun 1980-an. Kala itu Ustadz
Abdullah Thufail Saputra sebagai pedagang yang pernah berdagang
berkeliling Indonesia9, termasuk Jawa Timur dan telah memiliki beberapa
teman dan relasi yang cukup dekat. Teman-teman dan relasi beliau yang
paling banyak terdapat di daerah Pacitan10. Di daerah ini beliau pernah
tinggal dan banyak memiliki teman yang cukup dekat dan akrab. Di antara
teman-teman beliau yang akrab di Pacitan ialah Bapak Badarudin, Bapak
Ismail, Bapak Hasan, Achmad HS, Bapak Mursyidin, dan Bapak Rusdy11.
Pada suatu ketika, saat bulan ramadhan datang, Ustadz Abdullah
Thufail Saputra mengundang teman-teman beliau yang ada di Pacitan
untuk datang ke Surakarta, guna mengikuti pengajian rutin selama satu
bulan penuh bersama beliau di lembaga dakwah Majelis Tafsir Alquran
yang didirikannya12. Atas undangan di atas, teman-teman beliau di Pacitan
dengan senang hati menghadiri undangan tersebut. Teman-teman beliau
datang dan menetap di sana selama satu bulan penuh. Selama di sana,
teman-teman beliau diajarinya mengenai perihal keagamaan, peribadatan,
serta pengimplementasian Alquran dalam kehidupan sehari-sehari.
9 Ahmad Asroni, “Islam Puritan Vis A Vis Tradisi Lokal: Meneropong Model Resolusi Konflik
Majelis Tafsir Alquran dan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Purworejo”, 2669.
10 Imam Syafi’I, Wawancara, Pacitan, 9 November 2015.
11 Mas Prawoto, Majelis Tafsir Alquran Perwakilan Pacitan, ( Tidak Dipublikasikan, 2008),
lembar pertama.
39
Pasca bulan ramadhan, teman-teman beliau pulang kembali ke
Pacitan. Namun, sekalipun telah kembali ke Pacitan, mereka ini tidak
hanya diam saja. Secara berkala mereka mengadakan pengajian yang sama
seperti yang mereka terima di Surakarta seminggu sekali di rumah Bapak
Ismail13. Pengajian inilah yang nantinya menjadi cikal bakal berdirinya
MTA perwakilan Pacitan. MTA perwakilan Pacitan merupakan
perwakilan MTA pertama di Jawa Timur.
MTA perwakilan Pacitan diresmikan dan disahkan oleh MTA
pusat pada tanggal 22 Maret 198214. Saat itu di Jawa Timur belum berdiri
sama sekali perwakilan MTA. Hanya di Pacitan saat itu yang ada
perwakilan MTA di luar daerah Jawa Tengah. Keberadaan MTA Pacitan
sebagai perwakilan pertama di Jawa Timur cukup bisa dimaklumi. Sebab
secara geografis wilayah Pacitan sangat dekat dengan Surakarta. Selain
itu, Ustadz Abdullah Thufail Saputra sendiri memiliki banyak teman di
Pacitan yang memudahkan untuk melebarkan sayap keorganisasian.
Pasca berdirinya MTA perwakilan Pacitan, sayap keorganisasian
lembaga dakwah ini terus melebar. Pada kurun waktu yang sama
benih-benih MTA telah masuk ke ibu kota provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya.
Pada tahun 1980-an, di Surabaya tepatnya di daerah Kembang Kuning
terdapat pengajian rutin RT di wilayah Kembang Kuning Kramat.
Awalnya pengajian rutin ini diasuh oleh ustadz dan muballigh dari
13 Mas Prawoto, Majelis Tafsir Alquran Perwakilan Pacitan, lembar pertama.
14 Mas Prawoto, Majelis Tafsir Alquran Perwakilan Pacitan, lembar pertama. Selain itu juga dapat
40
berbagai macam kelompok. Namun, ketika tahun 1983-an ketika pengajian
ini jatuh giliran kepada ketua pengajianya yaitu Bapak Muhammad Da’im,
beliau meminta bantuan kepada adiknya yang datang dari Surakarta untuk
memberikan tausiyah pada acara pengajian itu. Kebetulan adik bapak
Muhammad Da’im merupakan salah satu santri dan warga MTA. Pada
pengajian itu dipaparkan hal-hal mengenai keagamaan, yang dilanjutkan
dengan sesi dialog antara adik bapak Muhammad Da’im dengan jamaah
pengajian yang ada. Dituturkan oleh bapak Muhammad Da’im bahwa saat
itu banyak pertanyaan yang muncul dari para jamaah yang kemudian
dijawab oleh sang adik dengan menggunakan dalil Alquran dan Hadis.
Keberadaan kelompok pengajian di Kembang Kuning Kramat
tersebut merupakan cikal bakal berdirinya MTA perwakilan Surabaya.
MTA perwakilan Surabaya sendiri diresmikan dan disahkan pada tahun
198615. MTA perwakilan Surabaya ini merupakan MTA perwakilan kedua
yang berdiri di Jawa Timur setelah MTA perwakilan Pacitan.
Setelah berdirinya dua MTA perwakilan di atas, perkembangan
MTA di Jawa Timur cenderung lambat. Hal ini dikarenakan banyaknya
tantangan dan rintangan yang menghalanginya. Tetapi secara berkala
MTA di Jawa Timur terus mengalami perkembangan ke arah kemajuan.
Pasca berdirinya perwakilan MTA Pacitan dan Surabaya, secara berkala
terus berdiri perwakilan MTA-MTA di beberapa daerah kabupaten/kota di
Jawa Timur. Hingga saat ini telah memiliki 118 kantor perwakilan, cabang
41
dan binaan16. Dari 118 tersebut, dapat dirinci menjadi 58 kantor