• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN MAJLIS TAFSIR AL QURAN DI JAWA TIMUR 1982-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN MAJLIS TAFSIR AL QURAN DI JAWA TIMUR 1982-2015."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAKS

Skripsi ini berjudul “Perkembangan Majelis Tafsir Alquran(MTA) di Jawa

Timur (1982-2015)”. Adapun fokus penelitian yang dibahas dalam skripsi adalah

(1) Bagaimana sejarah masuknya MTA di Jawa Timur? (2) Bagaimana

perkembangan MTA di Jawa Timur dan Strategi pengembangannya? (3) Apa saja

produk-produk MTA di Jawa Timur?

Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan

sosiologi. Metode sejarah digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang

terjadi pada masa lampau. Pendekatan sosiologi digunakan untuk dapat

menjelaskan perkembangan MTA di Jawa Timur. Untuk menganalisa

perkembangan MTA digunakan teori

Chagllange and Respons

( Tantangan dan

Jawaban), teori yang menggambarkan bahwa setiap rangsangan dapat

menimbulkan tindakan yang bisa menunjukkan sebuah perubahan, baik kemajuan

atau kemunduran.

(6)

ABSTRAKS

This skripsi titled “ The Development of Majelis Tafsir Alquran (MTA) in

East Java (1982-2015). The focus research is discussed in this paper is, (1) How

history to entry of the MTA in East Java?(2) How the progress MTA in East Java

and development strategy? (3) What the products MTA in East Java?

Is this study the author uses historical method to the sociological approach.

The history of the method used to describe events that occurred in the past.

Sociological approach is intended to explain the development and progress MTA

East Java. The analyze progress and development MTA in East Java used

Chagllange and Response (Challenges and Answers), the theory that describes

each of any stimulation can lead to stimulation that would be able to demonstrate

a change, either progress or regress.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN……….

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………..

iii

PERSETUJUAN PENGUJI………

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI……….

v

KATA PENGANTAR………..

vi

ABSTRAKS………..

ix

DAFTAR ISI………

xi

DAFTAR TABEL………

xiv

BAB I

: PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang……… 1

B.

Rumusan Masalah……… 7

C.

Tujuan Penelitian……….. 8

D.

Manfaat Penelitian……… 8

E.

Pendekatan dan Kerangka Teori……….. 9

F.

Penelitian Terdahulu……… 10

G.

Metode Penelitian……… 13

H.

Sistematika Pembahasan……….. 16

BAB II : GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR

……… 17

A.

Letak Geografis……… 17

B.

Penataan Demografi……… 22

C.

Keadaan Sosial Masyarakat Jawa Timur………… 24

1. Kondisi Ekonomi………. 24

(8)

3.Budaya………... 28

4.Agama………... 29

BAB III : MAJELIS TAFSIR ALQURAN DI JAWA TIMUR

. 34

A.

Sejarah Masuknya MTA di Jawa Timur…………... 34

1. MTA Pacitan……… 47

a.

Masuknya MTA di Pacitan………. 47

b. Susunan Kepengurusan……… 51

2.

MTA Surabaya………... 53

a.

Masuknya MTA di Surabaya……….. 53

b.

Susunan Kepengurusan………... 59

3.

MTA Sidoarjo……….. 59

a.

Masuknya MTA di Sidoarjo……… 59

b.

Susunan Kepengurusan………... 64

B.

Strategi Perkembangan MTA di Jawa Timur……. 64

1.

Kegiatan Keagamaan………... 65

a.

MTA Pacitan………... 65

b.

MTA Surabaya……… 67

c.

MTA Sidoarjo……….. 68

2.

Kegiatan Sosial Kemanusiaan……… 69

a.

MTA Pacitan………... 69

b.

MTA Surabaya……… 70

c.

MTA Sidoarjo……….. 70

3.

Kegiatan Pendidikan……… 70

BAB IV : PERKEMBANGAN MTA DI JAWA TIMUR

...73

A.

Keadaan MTA di Jawa Timur sejak 1982-2015….. 73

1.

Keadaan MTA Pacitan………. 78

2.

Keadaan MTA Surabaya………. 82

3.

Keadaan MTA Sidoarjo………... 85

(9)

1.

Tantangan MTA di Jawa Timur………. 90

2.

Respon Masyarakat Terhadap MTA……… 93

C.

Produk-produk MTA di Jawa Timur……… 96

BAB V : PENUTUP

……….

99

A.

Kesimpulan……….. 99

B.

Saran………. 108

DAFTAR PUSTAKA

………...

110

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam merupakan salah satu agama dari enam agama yang

diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai agama negara. Berdasarkan

sejarahnya, Agama Islam masuk ke Nusantara pada abad 7 M / 1 H yang

dibawa oleh para pedagang dan kaum alawiyin yang datang ke Nusantara1.

Sejak awal kedatangannya, Agama Islam terus mengalami perkembangan

hingga akhirnya menjadi agama mayoritas penduduk Nusantara.

Perkembangan ini tidak lepas dari upaya dakwah yang dilakukan oleh para

muballig Islam saat itu, baik melalui ceramah agama ataupun melalui

media dakwah lainnya.

Dewasa ini dakwah Islam melalui ceramah agama mulai banyak

diminati, sehingga banyak kita dapati di masyarakat berdiri

kelompok-kelompok pengajian, baik itu berbentuk majlis ta’lim atau

yayasan/lembaga pengajian. Kelompok pengajian dalam Bahasa Indonesia

terdiri atas dua kata yaitu kelompok dan pengajian. Kelompok memiliki

definisi beberapa orang yang berkumpul atau dikumpulkan menjadi satu2.

Sedangkan Pengajian berasal dari kata kaji yang artinya meneliti atau

mempelajari tentang ilmu-ilmu agama Islam3. Jadi kelompok pengajian

1 Ahwan Mukarrom, Sejarah Islamisasi Nusantara ( Surabaya: JAUHAR, 2009), 58.

2 W.J.S. Poerwadarminta, ed. al, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 234.

(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

ialah kumpulan dari beberapa orang yang berada dalam satu tempat

tertentu yang meneliti dan mempelajari tentang ilmu-ilmu agama Islam.

Di Indonesia, kelompok-kelompok pengajian mulai bermunculan

pasca kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Pasca

kemerdekaan rakyat Indonesia bebas dalam melaksanakan kegiatan

peribadatanya tanpa takut dan khawatir diintervensi oleh para penjajah4.

Salah satu contoh kelompok pengajian yang muncul pasca kemerdekaan

Indonesia adalah kelompok pengajian Majlis Tafsir Alquran.

Majlis Tafsir Alquran ialah sebuah lembaga pengajian yang

berupaya mengajak jama’ahnya untuk mempelajari dan mengamalkan

Alquran dalam kehidupan sehari-hari5. Selain dalam bidang pengajian

Majlis Tafsir Alquran juga bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.

Kelompok pengajian ini didirikan oleh Ust. Abdullah Thufail Saputra pada

19 September 1972 di Surakarta Jawa Tengah6.Tujuan didirikannya

Majelis Tafsir Alquran ini pada awalnya ialah ingin mengajak masyarakat

4 Bangsa asing yang pernah menjajah Indonesia secara umum menerapkan berbagai macam aturan untuk membatasi gerak dan mengintervensi umat Islam Indonesia. Penjajah Belanda membatasi dan mengawasi umat Islam Indonesia dengan berbagai macam ordonansi, mulai dari ordonansi Haji, ordonansi guru, ordonansi perkawinan, dll. Lihat Aqib Suminto, Politik Islam Hindia

Belanda ( Jakarta: LP3ES, 1985), 30. Begitupun Jepang berusaha membatasi dan mengintervensi

umat Islam Indonesia dengan cara melarang PSII dan PII, serta membentuk shumubu sebagai lembaga yang menangani masalah keagaman. Lihat Aksin Wijaya, Menusantarakan Islam….( Yogyakarta: Nadi Pustaka, 2011), 151-152.

5 Seketariat MTA, “Selayang Pandang MTA”. dalam https://www.mta-online.com./sekilas-profil/ (12 Oktober 2015).

6 Ahmad Asroni, “Islam Puritan Vis A Vis Tradisi Lokal: Meneropong Model Resolusi Konflik Majelis Tafsir Alquran dan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Purworejo,” Confrence Procedings

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

untuk kembali kepada Alquran dengan tekanan pada pemahaman dan

pengamalan dalam kehidupan sehari-hari7.

Pada awalnya Majlis Tafsir Alquran merupakan sebuah kelompok

pengajian mingguan di Solo yang dipimpin oleh Ust. Abdul Thufail

Saputra. Tetapi seiring berjalanya waktu, jamaah yang hadir mengikuti

pengajian semakin banyak. Oleh karenanya, atas usulan beberapa jamaah

maka kelompok pengajian ini didaftarkan ke pihak notaris untuk

mendapatkan sebuah akta legalitas pada tahun 1974. Akta notaries inilah

yang dijadikan pihak Kementrian Hukum dan Ham untuk mengeluarkan

surat keputusan pengesahan yayasan MTA pada tahun 2006. Sekarang ini

sebagai sebuah lembaga yang memiliki perwakilan cabang dan binaan

diseluruh Indonesia, MTA secara legal telah mengantongi izin dari

Kementrian Hukum dan Ham Republik Indonesia berdasarkan surat

pengesahan akta pendirian dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

nomor C-2510 HT 01 02 TH 2006 tahun 20068 sebagai sebuah yayasan.

Secara umum, MTA merupakan sebuah kelompok pengajian dan

lembaga yang perkembangannya tergolong pesat, terutama dalam lingkup

sepuluh tahun terakhir. Perkembangan yang pesat ini ditunjang oleh sarana

dan prasarana dakwah dan sosialisasi yang baik. Dalam dakwahnya, MTA

memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam menunjang aktivitas

pengajiannya. Mereka memiliki dua stasiun komunikasi untuk

7Nur Hidayat Muhammad, Meluruskan Doktrin MTA Kritik atas Dakwah Majlis Tafsir al-Qur’an di Solo (Surabaya: Muara Progresif, 2013), 1.

(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

menyebarluaskan pengajiannya. Warga MTA dapat menyaksikan

pengajian-pengajian MTA melalui radio MTA FM atau MTA tv9. Kedua

media ini dapat diakses dengan mudah melalui jaringan internet ataupu

jaringan tv berlangganan. Dua sarana dan prasarana inilah yang paling

pokok menunjang cepat berkembangnya MTA.

Di sisi lain, perkembangan pesat MTA juga ditunjang melalui

aktivitas lembaga ini dalam dunia pendidikan. Sebagai sebuah lembaga

yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan, MTA mendirikan

beberapa sekolah di sejumlah daerah mulai dari PAUD ( Pendidikan Anak

Usia Dini) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas). Hanya saja lembaga

pendidikan ini tidak merata penempatannya. Untuk lembaga PAUD hingga

SD hampir di setiap perwakilan cabang MTA mempunyai

lembaga-lembaga tersebut, tetapi untuk SMP dan SMA hanya ada satu sekolah saja

yang ada di Sragen dan Surakarta10.

Selain dakwah dan pendidikan, perkembangan pesat MTA juga

ditunjang dari aktivitas sosial yang mereka lakukan. Dalam program sosial

MTA ada tiga program sosial yang mereka lakukan dalam setiap tahun11.

Pertama, membagi-bagikan sembako disetiap tanggal 17 Agustus sebagai tanda ikut serta mereka dalam peringatan hari kemerdekaan Indonesia.

Kedua, melakukan pembagian daging qurban kepada ribuan warga

9 Muh, Sulthon, et.al,” Dakwah Kelompok Majelis Tafsir Alquran, JAMURA, dan Muhammadiyah

di Surakarta Provinsi Jawa Tengah”, dalam Gerakan Dakwah Islam dalm Perspektif Kerukunan

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

masyarakat disetiap Hari Raya Idul Adha. Ketiga, melakukan kegiatan donor darah setiap tiga bulan sekali. Ketiga kegiatan social ini membuat

MTA semakin akrab dengan warga masyarakat dan semakin familiar di

tengah masyarakat.

Dari tiga hal yang dilakukan MTA di atas, membuat lembaga

tersebut tersebar luas tidak hanya di Surakarta dan Jawa Tengah saja,

tetapi juga merambah ke daerah lain seperti Jawa Timur dan sekitarnya. Di

Jawa Timur, MTA pertama kali ada di Pacitan tepatnya di desa Baleharjo

kabupaten Pacitan pada tahun 198212. Setelah itu MTA mulai merambah

ke daerah-daerah lain di sekitar Surabaya seperti Sidoarjo, Gresik, Malang

dan beberapa daerah lainnya di Jawa Timur.

Perkembangan MTA di Jawa Timur merupakan salah satu

fenomena di luar ekspektasi. Jawa Timur merupakan daerah yang kuat

akan dua organisasi masyarakatnya yaitu Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah hingga pelosok daerah. Dua organisasi ini secara berkala

juga memiliki agenda pengajian-pengajian dan majelis taklim yang cukup

semarak di tengah lingkungan masyarakat. Tetapi sekalipun seperti itu,

ternyata di tengah masyarakat yang mayoritas Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah ini juga berdiri kelompok pengajian lain yang berasal dari

Surakarta yaitu MTA.

MTA di Jawa Timur baru terdeteksi keberadaannya pada tahun

1982 ketika muncul kantor perwakilan cabang MTA di jalan Letjen Gatot

(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Subroto gang 6 Desa Baleharjo Kabupaten Pacitan13. Selepas ini kemudian

di susul dengan berdirinya kelompok pengajian binaan dan kantor

perwakilan lainya di Surabaya dan akhirnya di Sidoarjo. Sungguhpun

MTA di Jawa Timur baru dijumpai sekitar tahun 1982, tetapi

dimungkinkan kemunculan MTA jauh sebelum tahun 1982. Hal ini

didasarkan pada berdirinya kantor perwakilan MTA di sekitaran

Kabupaten Pacitan yang lebih banyak dibanding dengan di Surabaya dan

sekitarnya. Dugaan ini didasarkan pada letak geografis Kabupaten Pacitan

yang cukup dekat dengan Solo, sehingga dimungkinkan MTA telah

terlebih dahulu masuk di sana.

Hingga saat ini MTA di Jawa Timur telah mencapai 120 cabang

dan kelompok pengajian binaan yang tersebar di 19 daerah di Jawa

Timur14( Data terbaru tanggal 5 Juni 2015). Dengan persebaran paling

banyak di Kabupaten Pacitan lebih dari 20 tempat pengajian binaan. Hal

ini menandakan bahwa secara tidak lansung MTA sudah berhasil masuk di

separuh wilayah Jawa Timur yang memiliki 38 Kabupaten/kota.

Berdasarkan paparan di atas, menarik perhatian penulis untuk

mengkaji perkembangan MTA di Jawa Timur. Jawa Timur yang

merupakan basis terkuat Nahdlatul Ulama dapat dimasuki kelompok

pengajian Majelis Tafsir Alquran yang notabene menurut Nahdlatul Ulama

merupakan satu kelompok yang meresahkan dalam berdakwah. Hal inilah

13 Seketariat MTA, Majelis Tafsir Alquran Alamat Cabang dan Binaan, dalam http://data.mta.net/ ( 12 September 2015).

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

yang mengakibatkan terjadinya gesekan di antara keduanya pada akhir

tahun 2013 lalu yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur. Seperti

konflik MTA dan warga Nahdlatul Ulama di Sidoarjo, Gresik, Ponorogo,

Pacitan dan beberapa daerah lainya di Jawa Timur. Selain itu, yang

membuat menarik penulis untuk mengkaji ialah apa dan bagaimana

metode yang dipakai MTA untuk memperluas cabangnya di Jawa Timur,

sehingga dalam tempo yang singkat sudah memiliki cabang dan kelompok

pengajian binaan di 120 tempat.

Untuk mengkaji perjalanan dan perkembangan MTA di Jawa

Timur, maka akan penulis bingkai dalam judul “ Perkembangan Majlis

Tafsir Alquran (MTA) di Jawa Timur Tahun 1982-2015”.

B. Pembatasan dan Rumusuan Masalah

Sebelum memasuki rumusan masalah, mengingat luasnya wilayah

Jawa Timur dan banyaknya kabupaten/kota yang telah dimasuki oleh

MTA, maka dalam pembahasan penelitian ini tidak akan dibahas semua

wilayah (kabupaten/kota). Beberapa kabupaten/kota yang akan menjadi

fokus pembahsan ialah Surabaya, Sidoarjo, dan Pacitan. Pengambilan tiga

kota tersebut dikarenakan tiga kota itu memiliki karakteristik dan jumlah

komunitas MTA yang berbeda. Pacitan merupakan kota yang memiliki

komunitas MTA paling banyak, sedangkan Surabaya dan Sidoarjo

merupakan kota dengan komunitas MTA yang paling kecil.

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah

(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

1. Bagaimana sejarah masuknya Majlis Tafsir Alquran(MTA) di Jawa

Timur?

2. Bagaimana Perkembangan Majelis Tafsir Alquran(MTA) di Jawa

Timur dan strategi pengembangannya?

3. Apa saja produk yang dihasilkan Majelis Tafsir Alquran MTA di Jawa

Timur?

C. Tujuan

Dalam setiap penilitian selalu disertai dengan tujuan untuk apa

penilitian itu dilakukan. Begitupun dalam penilitian mengenai Majlis

Tafsir Alquran(MTA) di Jawa Timur ini penulis juga memiliki tujuan

untuk apa penelitian ini dilakukan. Di antara tujuan penelitian ini

dilakukan ialah:

1. Untuk mengetahui secara jelas sejarah masuknya Kelompok Pengajian

Majlis Tafsir Alquran di Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui secara jelas perkembangan Kelompok Pengajian

Tafsir Alquran dan strategi pengembangannya di Jawa Timur.

3. Untuk mengetahui apa saja produk-produk yang dihasilkan Majelis

Tafsir Alquran di Jawa Timur.

D. Manfaat Penelitian/ Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan oleh peneliti agar dapat menambah

pengetahuan akan dunia kelompok social keagamaan Islam di

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

adanya penelitian ini, kita bisa melihat bahwa kelompok social

keagamaan di sekitar kita ini beragam dan terkadang saling bertolak

belakang antara yang satu dengan yang lain. Tapi harapan peneliti kita

semua bisa lebih bijak dalam menyikapi keberagaman dan perbedaan

itu, sehingga tidak terus menerus menimbulkan konflik.

2. Kegunaan Praktis

Pertama, penelitian ini diharapkan dapat dibaca dan diambil manfaatnya oleh banyak orang dan kelompok keagamaan Islam di

Indonesia. supaya kita semua tidak cepat menyikapi segala perbedaan

dengan terburu-buru, dan emosi. Selain itu semoga hasil penelitian ini

dapat dijadikan rujukan untuk merumuskan kembali kerukunan umat

beragama, khususnya dalam ukhuwah islamiyah.

Kedua, peneilitian ini diharapkan bisa memberikan refrensi keilmuan baru bagi penelitian selanjutnya maupun kawan sejawat di

lingkungan mahasiswa jurusan keilmuan sejarah maupun social.

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Penelitian skripsi ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat

kualitatif. Pendekatan yang akan peneliti gunakan merupakan pendekatan

sosiologi. Ini bertujuan untuk membantu mengungkap faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi perkembangan MTA di Jawa Timur15.

Perkembangan MTA di Jawa Timur menunjukkan suatu

peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Untuk mengungkap dan

(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

menganalisa perkembangan MTA di Jawa Timur ini, penulis

menggunakan bantuan teori Challenge and Respond16. Challenge and Respond merupakan teori yang dicetuskan oleh Arnold J. Toynbee. Challenge and Respond merupakan sebuah teori yang mengandung arti tantangan dan jawaban antara manusia dengan alam sekitarnya17. Artinya

pertumbuhan sebuah kebudayaan atau apapun digerakkan oleh segolongan

kecil orang dari pemilik kebudayaan. Golongan ini yang menciptakan ini

kemudian menyebar ke masyarakat luas.

Dalam hal penulisan ini, teori Challenge and Respond digunakan

penulis untuk membantu dalam menganalisa sebab-sebab perkembangan

yang dialami MTA di Jawa Timur. Perkembangan yang dimaksud, baik

perkembangan kearah kemajuan dan perubahan kearah kemunduran.

Mengetahui sebab-sebab suatu perkembangan itu penting. Karena dengan

mengetahui sebab permasalahan maka kita akan jelas memahami suatu

masalah.

F. Penelitian Terdahulu

Majlis Tafsir Alquran(MTA) merupakan salah satu kelompok

keagamaan Islam yang menarik untuk diteliti dan ditulis. Hal ini

dikarenakan banyaknya hal yang menarik yang ada di dalam organisasi ini,

baik itu sejarah berdirinya, biografi pendiri, sarana dan prasarana yang

dipunyai, tafsir-tafsirnya, hingga strategi dakwah yang dilakukan. Dari hal

di atas telah melahirkan banyak sekali karya baik yang berupa artikel

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

dalam jurnal, skripsi, tesis, hingga buku. Berikut di antara beberapa karya

yang dihasilkan mengenai Majlis Tafsir Alquran dari penelitian terdahulu:

1. Sunarwoto, Gerakan religio-Kuktural MTA Dakwah, Mobilisasi dan

Tafsir-Tanding, dalam Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Afkaruna vol.8

No. 2 Juli-Desember 2012. Dalam karyanya ini Sunarwoto

menjelaskan mengenai beberapa hal tentang Majlis Tafsir Alquran,

diantaranta dakwah cultural, dan tafsir tanding terhadap cerita rakyat

mengenai keislaman.

2. Mir’atun Nisa, Pemahaman Terhadap Alquran Dalam Rubrik Tausiyah

Majlis Tafsir Alquran, 2011. Karya ini berupa Tesis di UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, dalam karya ini penulisnya memaparkan dan

menguak mengenai isi dari ayat-ayat Alquran yang tercantum dalam

sebaran rubric pengajian Jihad Pagi.

3. Mutohharun Jinan, Konstestasi Muslim Puritan: Relasi

Minoritas-Mayoritas Muslim Model Majlis Tafsir Alquran, dalam Jurnal Maarif

Institute vol vii no 1 tahun 2012. Dalam artikel ini seorang

Mutohharun Jinan memaparkan dengan jelas latar belakang dan

background pendiri Majlis Tafsir Alquran dan latar belakang

munculnya Majlis Tafsir Alquran.

4. Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam Dalam Perspektif

Kerukunan Umat Beragama, 2012. Dalam buku ini dijelaskan

mengenai tentang perkembangan organisasi dan structural

(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

5. Nur Ariyanto, Strategi Dakwah Majelis Tafsir Alquran Melalui Radio

MTA FM Surakarta, 2010. Dalam skripsinya ini, Nur Ariyanto

meneliti dan kemudian menjelaskan bagaimana MTA memanfaatkan

kemajuan teknologi berupa stasiun radio sebagai strategi berdakwah.

Dari paparan beberapa karya di atas, dapatlah kita bandingkan

diantara sesamanya. Karya Sunarwoto dan Nur Ariyanto mempunyai

kesamaaan, yaitu kedua karya itu sama-sama membahas mengenai strategi

dakwah yang dilakukan oleh Majlis Tafsir Alquran. Sedangkan, pada

karya Mutohharun Jinan dan Buku Kementerian Agama juga memiliki

kesamaan, dimana kedua buku itu sama-sama membahas mengenai sejarah

berdirinya organisasi Majlis Tafsir Alquran tersebut. Hanya saja titik

tekannya berbeda, apabila Mutohharun Jinan menyoroti latar belakang

berdirinya Majlis Tafsir Alquran, sedangkan Kementerian Agama

membahas tentang sejarah berdirinya dan structural keorganisasian.

Berbeda dengan empat karya sebelumnya, Mir’atun Nisa dalam Tesisnya

lebih menekankan pengkajianya dalam melihat penafsiran ayat-ayat

Alquran yang tertera dalam rubric tausiyah Majlis Tafsir Alquran.

Dari paparan di atas, maka penelitian yang akan penulis lakukan ini

focus kajiannya berbeda dengan apa yang sudah ada sebelumnya. Dalam

penelitian kali ini, penulis menekankan penelitian mengenai

perkembangan MTA di daerah Jawa Timur. Di sini penulis ingin sekali

menyoroti dan mencari tahu bagaimana perkembangan dan perjalanan

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

pengalaman penulis yang membaca daftar cabang dan pengajian MTA di

Jawa Timur yang mencapai jumlah 120 cabang dan binaan. Ini menurut

penulis merupakan sebuah fenomena yang luar biasa, mengingat

pandangan sebagian masyarakat terhadap MTA yang cenderung negatif.

Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian

sebelumnya yang mayoritas hanya menyoroti pada sisi perkembangan,

strategi dakwah dan sarana serta prasarana MTA di Surakarta saja, tanpa

melihat perkembangan MTA di luar Surakarta, Termasuk di Jawa Timur.

G. Metode penelitian

Dalam penelitian, kegunaan sebuah metode penelitan memiliki

peran yang cukup besar dalam keberlansungan sebuah penelitian. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terbagi

atas empat tahapan yaitu:

1. Heuristic atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan oleh penulis untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau

jejak masa lampau18. Dalam proses ini penulis mendatangi kantor

MTA pusat, Kantor perwakilan MTA Surabaya, Kantor perwakilan

MTA Pacitan, dan Kantor binaan MTA Sidoarjo. Dari semua tempat di

atas penulis mendapatkan beberapa sumber diantaranya:

a. Surat Keputusan MTA Pusat tanggal 21 Juli 2013 tentang

pengesahan pendirian perwakilan cabang di Sidoarjo.

(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

b. Surat Keputusan Kemenkumham tanggal 3 November 2006

tentang pemberian akta sah pendirian yayasan MTA.

c. Surat keputusan MUI Surakarta tanggal 19 September 2012

tentang fatwa MTA tidak dan bukan termasuk kelompok aliran

sesat.

d. Wawancara dengan Bapak Roesimin Ketua Binaan MTA Sidoarjo.

e. Foto-foto kegiatan MTA.

2. Kritik sumber, ialah satu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang didapatkan guna mengetahui kejelasan sumber tersebut, apakah

jejak-jejak itu sejati(orsinil) baik bentuk maupun isinya19. Dalam kegiatan

ini penulis melakukan dua kritik sumber yaitu kritik intern dan ekstern.

Kritik intern dilakukn penulis untuk melihat isi sumber tersebut apakah

kredibilitas atau tidak20. Dari kritik intern yang penulis lakukan

terhadap sumber yang penulis dapatkan. Penulis menyimpulkan ada

beberapa sumber yang isinya penulis ragukan kredibilitasannya. Di

antara sumber yang penulis ragukan kredibilitasnya ialah

sumber-sumber yang penulis dapatkan dari surat kabar dan wawancara. Hal ini

dikarenakan wawancara dan surat kabar terkadang disisipi oleh unsur

subyektivitas.

Sedangkan kritik ekstern dilakukan guna melihat apakah sumber

yang didapatkan tersebut autentik atau tidak21. Dari kritik ekstern ini

penulis mendapati bahwa kualitas yang penulis dapati keautektikannya

19 Ibid.,68.

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

dapat dipercaya, karena beberapa sumber yang penulis dapati berasal

dari lembaga yang berwenang seperti MUI, Kemenkumham, dan juga

pihak MTA sendiri.

3. Intepretasi ialah menetapkan makna dan saling hubungan daripada fakta-fakta yang diperoleh22. Dalam proses ini penulis mendapati ada

beberapa sumber yang penulis dapatkan tidak lansung terkait dengan

peristiwa, tetapi dengan analisa sumber tersebut memiliki kesatuan arti

yang dapat menghubungkan peristiwa yang penulis kaji. Jadi dalam hal

ini penulis merasa analisa yang penulis lakukan terhadap sumber yang

didapatkan kesemuanya dapat menghubungkan pada satu kesimpulan

dan kesinambungan untuk menjelaskan perkembangan MTA di Jawa

Timur.

4. Historiografi ialah menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk sebuah kisah23. Dalam penyajian penulisan ini, penulis

menekankan penulisan pada sisi MTA baik dalam segi sejarah masuk,

aktivitas pergerakan, hingga memunculkan konflik dengan warga

masyarakat, serta peluang dan tantangan mereka di Jawa Timur.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulisan, pemahaman, dan pembahasan

dalam penelitian ini, maka penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa

bab. Berikut sistematika pembahasan skripsi penelitian ini:

(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Bab pertama ialah pendahuluan, terdiri atas latar belakang,

rumusan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode

penelitian, sumber, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua ialah Deskripsi Jawa Timur. Pada bab ini akan

dipaparkan mengenai letak geografis Jawa Timur, Keadaan social ekonomi

Jawa Timur, Persebaran Penduduk Dan Lain Sebagainya.

Bab ketiga ialah Sejarah Masuknya MTA di Jawa Timur. Dalam

bab ini akan dipaparkan mengenai sejarah masunya MTA dan aktivitas

keorganisasian.

Bab keempat ialah Perkembangan MTA di Jawa Timur. Pada bab

ini akan penulis paparkan mengenai perkembangan MTA di Jawa Timur,

Sarana dan Prasarana penunjang penyebaran dan respon masyarakat Jawa

Timur terhadap MTA.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan

saran. Dalam bab ini akan disimpulkan hasil penelitian yang merupakan

(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR

A.

Letak Geografis

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dalam wilayah negara

Republik Indonesia. Mengenai nama Jawa Timur, karena provinsi ini

menempati wilayah paling timur Pulau Jawa. Di Pulau Jawa terdapat enam

provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah D.I.

Yogyakarta, serta Jawa Timur.

Provinsi Jawa Timur telah menjadi bagian dari Negara Republik

Indonesia sejak awal kemerdekaan. Tepatnya setelah ditetapkannya delapan

1

provinsi di Indonesia pada tanggal 19 Agustus 1945. Pada saat itu R. Suryo

diserahi amanat untuk menjadi gubernur pertama Jawa Timur. Sejak saat

itulah Provinsi Jawa Timur menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.

Secara astronomis wilayah Jawa Timur terletak pada 111,1’-114,4’

Bujur Timur dan 7, 12’-8, 48’ Lintang Selatan

2

. Sedangkan secara geografis

Jawa Timur terletak di ujung timur Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan

dengan Samudera Hindia di ujung selatan. Berbatasan dengan Pulau Bali di

sebelah timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Di sebelah barat

1Setelah Merdeka pada 19 Agustus 1945 PPKI membagi wilayah Indonesia menjadi delapan Provinsi

yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil. Lihat Slamet Muljana, Kesadaran Nasional Jilid II: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan

(Yogyakarta:Lkis, 2008). 46.

(27)

18

Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah

3

. Hal ini dapat

dilihat pada peta Jawa Timur berikut ini.

Gambar 1.1 : Peta Jawa Timur

Sumber: Statistik Balai KSDA Jawa Timur I Tahun 2008

Melihat peta di atas, secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur

terbagi menjadi dua yaitu daratan Jawa Timur dan Kepulauan Madura. Dari

kedua wilayah tersebut apabila kita jumlah dan satukan akan memunculkan

(28)

19

angka pasti luas wilayah provinsi Jawa Timur. Luas Provinsi Jawa Timur

sebesar 46.428,57 km² yang terbagi atas wilayah darat dan laut

4

.

Dengan luas wilayah 46. 428, 57 km Provinsi Jawa Timur secara

administratif terbagi menjadi 38 kabupaten/kota, dengan rincian 29 kabupaten

dan 9 kota

5

. Berikut nama-nama Kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur.

Kabupaten

: Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik,

Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang,

Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo,

Probolinggo, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban

dan Tulungagung. Sedangakan

Kota

: Batu, Blitar, Kediri, Malang, Madiun,

Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, dan Surabaya

6

.

Keadaan topografi Jawa Timur terhitung sebagai daerah yang

mayoritas lebih banyak memiliki dataran rendah. Hal ini disebabkan wilayah

Jawa Timur 60% ( 28. 833km) merupakan dataran rendah, dan hanya kurang

lebih 40% ( 17.597km) yang merupakan dataran tinggi

7

. Wilayah yang

termasuk dataran rendah seperti Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan lai-lain. Di

wilayah kota/kabupaten ini tidak ada atau jarang kita jumpai gunung atau

perbukitan. Berbeda dengan wilayah seperti Malang, Batu, dan Lumajang

yang disana banyak kita jumpai gunung dan pegunungan.

4Statistik Balai KSDA Jawa Timur I Tahun 2008, 1-2.

5 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Ringkasan Eksekutif,Data dan Informasi Kesehatan Provinsi

Jawa Timur tahun 2013. 1.

6 Kepariwisataan, “Jawa Timur”, dalam http://ujp.ucoz.com/15-Provinsi_Jawa_Timur.pdf. ( 28

Oktober 2015).

(29)

20

Berbicara mengenai gunung, Jawa Timur juga memiliki beberapa

gunung baik itu yang masih aktif atau tidak. Beberapa gunung yang masih

aktif di Jawa Timur di antaranya gunung semeru, gunung kelud, gunung

bromo, dan gunung raung. Selain gunung yang masih aktif, di Jawa Timur

juga terdapat beberapa gunung yang sudah tidak aktif/ tidur. Gunung-gunung

itu di antaranya: Gunung Penanggungan, Gunung Arjuna, Gunung Lawu

Magetan. Gunung-gunung ini banyak di kunjungi oleh para wisatawan asing/

local. Yang mana dengan kunjungan tersebut juga dapat membantu

perekonomian masyarakat.

Selain gunung, di Jawa Timur juga terdapat beberapa sungai yang

besar maupun kecil. Di antara sungai mengalir melewati Jawa Timur yaitu

Sungai Brantas, Sungai Bengawan Solo, Sungai Konto, dan Sungai Mas.

Keberadaaan sungai-sungai ini di zaman dahulu sangat membantu masyarakat

sebagai sarana transportasi yang cepat dibandingkan melalui darat.

Berbicara jalur transportasi, jalur menuju ke Jawa Timur tidak sulit.

Sebab di provinsi ini telah memiliki sarana dan prasarana transportasi yang

lengkap. Guna menunjang transportasi udara terdapat Bandara Internasional

Juanda, Bandara Abdurahman Saleh Malang, Belimbing Sari Banyuwangi,

Bandara Notoadinegoro Jember serta dua Bandara lain di Madiun dan

Sumenep. Keeenam bandara ini sangat berperan guna menunjang mobilitas

(30)

21

Berbeda dengan jalur udara, melalui jalur laut Jawa Timur juga telah

memiliki Pelabuhan Tanjung Perak sebagai pelabuhan utama. Selain Tanjung

Perak juga ada beberapa pelabuhan kecil lain di berbagai wilayah. Fungsi dari

pelabuhan-pelabuhan ini ialah membantu dan meringankan kerja masyarakat

dalam bepergian.

Tidak kalah dengan jalur udara dan laut, jalur darat merupakan jalur

transportasi yang biasa dan banyak digunakan masyarakat. Jalur darat dapat

dibedakan menjadi dua yaitu jalanan konvensional dan jalanan bebas

hambatana(tol). Di Jawa Timur jalan konvensional tersedia dari kota hingga

ke pelosok desa. Sungguh pun demikian, masih ada beberapa jalan yang

kurang layak karena jalan yang tidak beraspal dan berlampu pada malam hari.

Selain jalan konvensinal, juga ada beberapa jalan bebas hambatan di Jawa

Timur yang bisa dinikmati dan dimanfaatkan. Jalan bebas hambatan yang ada

di Jawa Timur di antaranya: Jalan Tol Surabaya-Gresik, Surabaya-Porong. Di

luar jalan bebas hambatan tersebut, juga masih ada beberapa jalan bebas

hambatan yang masih dalam proses pengerjaan. Diantara jalan bebas

hambatan tersebut ialah Jalan Tol Surabaya-Mojokerto, dan Jalan Tol

Mojokerto-Ngawi

8

.

Pembangunan dan pemenuhan sarana transportasi ini dilakukan untuk

menjaga kepercayaan investor serta upaya untuk menyejahterakan

8 Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Momor 5 Tahun 2012

(31)

22

masyarakat. Dengan bagusnya sarana dan transportasi dapat membuat industri

dan kegiatan perekonomian di Jawa Timur terus berlansung. Ini semua

dikarenakan ada beberapa kota di Jawa Timur yang menjadi pusat industri

seperti Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, dan Mojokerto. Dengan adanya

sarana prasarana transportasi yang baik dan ditunjang dengan sinkronisasi

jalur maka kegiatan perekonomian dapat berlansung dengan baik dan aman.

Selain itu, pembangunan sarana dan prasarana ini dimaksudkan juga untuk

menarik kunjungan wisatawan ke Jawa Timur. Sebab di Jawa Timur terdapat

beberapa destinasi wisata yang cukup banyak di antaranya: Gunung Bromo,

Pendakian Gunung Semeru, Puncak Ijen, Pantai-Pantai di Malang Selatan,

serta pantai-pantai di Banyuwangi

9

. Kesemua destinasi diatas tidak akan bisa

dijangkau dan dikunjungi apabila tidak tersedia sarana dan prasarana

transportasi yang baik.

B.

Penataan Demografi.

Demografi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang

kependudukan. Kependudukan berasal dari kata penduduk yang mendapat

imbuhan ke-an. Secara umum penduduk ialah sekelompok atau kumpulan

beberapa orang yang mendiami dan menetap pada suatu tempat tertentu.

Berbicara mengenai penduduk, Jawa Timur merupakan salah satu

provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak di Indonesia. Pada Tahun

9 Kepariwisataan, “ Jawa Timur,”,dalam http://ujp.ucoz.com/15-Provinsi_Jawa_Timur.pdf. ( 28

(32)

23

2010 jumlah penduduk Jawa Timur 37. 476.757, dengan rincian 18.512.753

perempuan dan 19.052.953 laki-laki

10

. Jumlah ini diperkirakan akan terus

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Menurut buku Statistik

kependudukan, diproyeksikan penduduk provinsi Jawa Timur pada tahun

2015 sebesar 38.847.600 jiwa

11

. Dengan jumlah penduduk yang begitu

banyak Jawa Timur menjadi daerah dengan penduduk terpadat kedua di

Indonesia

12

.

Penduduk Jawa Timur terbagi menjadi dua menurut tempat tinggalnya

yaitu di pedesaan dan perkotaan. Penduduk yang hidup di pedeaan biasanya

lebih banyak, jika dibandingkan yang hidup di kota. Selain itu penduduk yang

hidup di kota biasanya bukanlah penduduk asli, melainkan warga perantauan

yang datang luar Jawa Timur atau negeri. Sedangkan penduduk yang asli

warga Jawa Timur mayoritas hidup di pedesaan.

Penduduk Jawa Timur yang hidup di perkotaan dan dipedesaan secara

umum mata pencaharian mereka juga mengalami perbedaan. Penduduk yang

hidup di kota biasanya bermata pencaharian sebagai karyawan kantor,

karyawan pabrik, PNS, serta beberapa profesi lain. Sedangkan penduduk yang

hidup di pedesaan biasanya bermatapencaharian sebagai petani, nelayan, guru,

dan sedikit dari mereka berprofesi sebagai karyawan pabrik atau kantor.

10 Dewa, N. Cakrawala, et.al., Statistik Penduduk 1971-2015 ( Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian Seketariat Jenderal-Kementrian Pertanian Republik Indonesia: Jakarta, 2014), 6.

11 Ibid,. 7.

12 Jawa Barat merupakan provinsi dengan penduduk terpadat pertama di Indonesia menurut sensus

(33)

24

Perataan ekonomi yang terjadi di Jawa Timur terjadi seakan tidak

merata antara kota dan pedesaan. Akibatnya di Jawa Timur terjadi

kesenjangan ekonomi yang mengakibatkan munculnya angka kemiskinan.

Angka kemiskinan di Jawa Timur cukup tinggi, menurut hasil survei Badan

Pusat Statistik. Rakyat Jawa Timur yang hidup di bawa garis kemiskinan

sebesar 24, 6%, sedangkan rakyat yang benar-benar tergolong sangat miskin

sebesar 16%

13

. Kantong-kantong kemiskinan penduduk Jawa Timur ini

terletak di daerah-daerah yang perputaran perekonomiannya rendah, seperti

Sumenep, Situbondo, Bondowoso, dan beberapa daerah tapal kuda lainnya.

C.

Kondisi Masyarakat Jawa Timur

Kondisi masyarakat merupakan suatu yang hal yang selalu melekat

ketika kita akan membahas suatu daerah. Di Jawa Timur kondisi

masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat di daerah lain.

Masyarakat Jawa Timur merupakan salah satu masyarakat yang majemuk di

Indonesia. Ini dikarenakan Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang

memiliki cukup banyak suku bangsa, serta kondisi ekonomi, pendidikan dan

budaya yang lebih baik. Itu semua menjadi daya tarik bagi masyarakat luar

Jawa Timur untuk datang dan menetap di Jawa Timur. Berikut ini akan

penulis paparkan mengenai beberapa hal tentang kondisi masyarakat Jawa

Timur, mulai dari ekonomi, pendidikan, budaya, dan agama.

13 Nurul Komariyah dan Muhammad Sjahid Akbar,“Pengelompokkan Kabupatem/Kota di Provinsi

(34)

25

1.

Keadaan Ekonomi

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang perekonomiannya

cukup baik. Menurut laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Jawa Timur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, perekonomian Jawa

Timur pada tahun 2013 tumbuh mencapai 6,68%. Pertumbuhan ini secara

umum lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional saat

itu yang hanya mencapai 5,83%

14

. Melihat paparan tersebut tak ayal bahwa

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang perekonomiannya selalu

masuk dalam sepuluh besar di seluruh Indonesia, serta berada pada posisi

kedua tertinggi di Jawa

15

.

Pertumbuhan perekonomian yang baik di Jawa Timur secara tidak

lansung dipengaruhi oleh banyaknya industri di Jawa Timur.

Industri-industri yang ada di Jawa Timur di antaranya Industri-industri tekstil, rokok,

peternakan, dan pertanian. Pertanian di Jawa Timur merupakan sektor yang

paling lamban dalam sumbangsihnya untuk perekonomian Jawa Timur.

Sekalipun seperti di atas, tidak lantas tidak ada permasalahan ekonomi

di Jawa Timur. Di Jawa Timur sekalipun pertumbuhan ekonominya baik

tetap menyimpan permasalahan yaitu pengangguran. Menurut data dari

dinas tenaga kerja dan transmigrasi Jawa Timur, pengangguran di Jawa

14Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Provinsi Jawa Timu, Laporan Akuntabiltas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP),2013 . 2.

15 Public discourse Autorised, Diagnosa Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur( Bank Dunia Indonesia:

(35)

26

Timur hingga tahun 2013 mencapai 4,33%

16

. Ini diperkirakan akan terus

bertambah sesuai dengan berjalannya waktu. Apalagi melihat kondisi

perekonomian sekarang ini, diperkirakan jumlah pengangguran di Jawa

Timur akan terus bertambah. Berikut ini data mengenai ketenagakerjaan di

Jawa Timur pada 2013 lalu.

No Uraian

Jumlah

1.

Angakatan Kerja

20.137.000.

2.

Bekerja

19.266.000 [image:35.612.154.528.217.490.2]

3.

Pengangguran

871.00

Tabel 1.2 Data Diperoleh dari LAKIP Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, Berdasarkan BPS Tahun 2013.

Terjadinya banyaknya pengangguran di atas dipengaruhi oleh

banyak hal, diantaranya mulai ditinggalkannya pekerjaan di sektor

pertanian oleh masyarakat. Masyarakat Jawa Timur dewasa ini banyak

yang telah meninggalkan pekerjaan di sektor pertanian, dan memilih

untuk bekerja sebagai karyawan pabrik atau kantor, bahkan PNS.

Imbasnya banyak tanah sawah dan ladang yang dibiarkan bahkan

kemudian dijual untuk dijadikan perumahan. Hal ini menimbulkan

sebuah bencana baru yakni tertutupnya satu lahan pekerjaan. Ini dapat

dibuktikan melalui laporan lokakarya Analisa Diagnosis

Ketenagakerjaaan pada tahun 2011 yang menyebutkan sektor

(36)

27

pertanian hanya menyediakan 10% lapangan pekerjaan pertahun

17

. Hal

ini cukup kontras dengan keadaaan pada tahun 1975-1995an, di mana

saat itu sektor pertanian merupakan sumber utama perekonomian

masyarakat

18

.

2.

Kondisi Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting bagi kemajuan suatu

bangsa. Untuk itu Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang

mempunyai pendidikan yang cukup memadai. Di daerah ini terdapat

beberapa perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta yang baik.

Banyaknya perguruan tinggi negeri ini secara tidak lansung menarik minat

para pendatang untuk datang ke Jawa Timur guna menuntut ilmu. Tak

hanya orang luar Jawa Timur, masyarakat Jawa Timur juga

berbondong-bondong menginginkan anaknya untuk bisa merasakan pendidikan

perguruan tinggi yang ada.

Dewasa ini pendidikan masyarakat di Jawa Timur dapat dibilang

cukup bagus. Hal Itu dikarenakan hampir semua lapisan masyarakat

dewas ini telah dapat merasakan sekolah mulai dari SD, SMP,

SMA/SMK, bahkan Perguruan Tinggi. Sekalipun begitu masih ada di

beberapa daerah di Jawa Timur yang belum bisa menikmati fasilitas

17 Laporan Lokakarya, Analisa Diagnosig Ketenagakerjaan Jawa Timur,(ILO dan Pemerintah Jawa

Timur: Anonim, 2011).12.

(37)

28

pendidikan. Akibatnya di Jawa Timur angka buta aksaran masih tinggi.

Menurut data sensus penduduk tahun 2010 ada sekitar 3,4 juta jiwa

19

.

Angka 3,4 juta jiwa yang tertera di atas, merupakan angka kumulatif

dari semua jumlah peyandang buta angsara di Jawa Timur. Secara umum

berikut diagram gambaran mengenai buta aksara di Jawa Timur yang

terbagi menurut usia:

Hal ini dikarenakan oleh banyak faktor, misalnya tidak adanya

sarana dan prasarana sekolah, keadaan ekonomi, dan lingkungan

masyarakat.

Diagram 1.3 Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Model Penyelenggaraan Penuntasan Buta Aksara Jawa Timur 2011.

Dengan diagram di atas, kita dapat mengetahui bahwa buta aksara di

Jawa Timur cukup tinggi. Terlebih di wilayah-wilayah yang jauh dan

tertinggal secara ekonomi dan infranstruktur.

3.

Kondisi Budaya

19 Laporan Kegiatan Penuntasan Buta Akasara, Kajian Pengembangan Model Penyelenggaraan

(38)

29

Budaya merupakan salah satu buah dari ide dan pemikiran manusia

yang diwujudkan baik dalam bentuk karya atau perilaku. Semakin banyak

masyarakat yang hidup di dalamnnya, semakin banyak pula budaya yang

ada di dalamnya.

Begitupula dengan di Jawa Timur, masyarakat Jawa Timur merupakan

masyarakat yang heterogen dan majemuk. Di dalam daerah ini hidup

berbagai macam suku, mulai suku Jawa, Madura, Osing, Tengger, dan lain

sebagainya

20

. Semakin banyaknya suku yang hidup, di dalam masyarakat

Jawa Timur juga semakin lestari berbagai macam budaya sesuai dengan

keyakinan masing-masing suku.

Berbicara budaya, tidak lepas dari namanya kesenian. Kesenian

merupakan suatu perilaku yang tujuan utama dari perilaku itu ialah

memberikan suatu hiburan. Di Jawa Timur setidaknya ada beberapa

kesenian yang lestari di tengah masyarakat hingga saat ini, di antaranya

wayang, ludruk, reog, hingga tari remo.

Selain kesenian, hal lain yang muncul dalam budaya ialah bahasa.

Setiap suku mempunyai bahasa yang berbeda-beda, meskipun terkadang

kita temukan pula suatu kesamaan. Di Jawa Timur setidaknya ada beberapa

bahasa yang muncul sebagai produk budaya. Di antara bahasa yang ada di

20 Kepariwisataan: Jawa Timur, dalam http://ujp.ucoz.com/15-Provinsi_Jawa_Timur.pdf. ( 28 Oktober

(39)

30

Jawa Timur ialah Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Osing, dan

beberapa bahasa lainnya

21

.

4.

Agama

Agama merupakan salah satu yang melekat pada diri manusia sebagai

makhluk yang bertuhan. Penduduk Jawa Timur apabia diakumulasikan

mayoritas beragama Islam, kemudian disusul dengan Kristen Protestan,

Katholik, Hindu, Budha, serta Konghucu. Berikut ini adalah rincian data

pemeluk agama di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada 2013:

21 Ibid,. 450.

No

KEMENAG

AGAMA

Islam

Protestan Katholik Hindu Budha Konghucu

1. Kab.Pacitan 611,521

359

1.439

70

266

-

2. Kab.

Ponorogo

1,004.899 3,168

3,406

2,734 5,872 -

3. Kab.

Trenggalek

725, 433

2,018

2.650

82

356

-

4. Kab.

Tulungagun

g

1.103.188 16.284

7.906

626

2.396 400

(40)

31

6. Kab. Kediri 163.699

2.836

12.685

31.650 1.255 -

7. Kab.

Malang

2.297.990 74.080

31.992

19.987 18.831 -

8. Kab.

Lumajang

916.882

480.085

7.525

12.580 475

-

9. Kab.

Jember

2.040,648 14.594

17.371

10.182 3.401 -

10. Kab.

Banyuwang

i

1.350.145 9.411

10.241

55.310 38.774 400

11. Kab.

Bondowoso

858.323

1.811

3.020

132

2.469 -

12. Kab.

Situbondo

639.006

2.418

9.585

143

657

-

13. Kab.

Probolinggo

1.134.120 2.576

6,962

28.995 4.478 -

14. Kab.

Pasuruan

1.478.039 3.188

6.590

21.774 2.563 -

15. Kab.

Sidoarjo

1.678.677 34.533

17.048

6.659 3.399 300

(41)

32

Mojokerto

17. Kab.

Jombang

1.108.690 18.510

5.973

4.150 1.005 800

18. Kab.

Nganjuk

2.602.831 9.193

7.998

338

384

300

19. Kab.

Madiun

765.788

4.480

6.561

542

1.134 -

20. Kab.

Magetan

625.127

8,301

4.676

256

2.833 -

21. Kab. Ngawi 893.334

5.130

9.350

224

1.393 -

22. Kab.

Bojonegoro

1.423.022 6.183

4.590

2.132 556

750

23. Kab. Tuban 1.139.781 5.221

5.550

453

1.233 800

24. Kab.

Lamongan

1.163.673 5.667

980

3.780 527

-

25. Kab. Gresik 1.133.588 8.736

3.611

12.738 783

-

26. Kab.

Bangkalan

941.000

1.658

2.020

86

253

-

27. Kab.

Sampang

(42)

33

28. Kab.

Pamekasan

799.081

667

7.265

51

735

-

29. Kab.

Sumenep

1.168.822 4.528

2.875

310

216

350

30. Kota Kediri 244.364

14.768

13.994

3.428 2.872 500

31. Kota Blitar 193.312

4.723

16.525

6.710 5.928 600

32. Kota

Malang

1.754.009 51.584

38.475

17.243 9.621 800

33. Kota

Probolinggo

215.611

2.875

5.512

1.467 1.908 400

34. Kota

Pasuruan

167.497

5.780

5.533

1.534 1.843 500

35. Kota

Mojokerto

708.391

7.914

11.621

1.412 4.250 600

36. Kota

Madiun

180.811

21.155

158.752 5.750 2.177 500

37. Kota

Surabaya

2.670.989 146.321

7.918

47.590 40.024 2.600

(43)

[image:43.612.107.539.112.171.2]

34

Tabel 1.4. Data diperoleh dari Kemenag Jatim Tahun 2013

Dari Data pemeluk agama di berbagai kabupaten/kota tersebut, fakta

yang terkandung ialah Agama Islam merupakan agam mayoritas

masyarakat Jawa Timur. Tetapi sekalipun demikian bukan berarti Islam

menguasai dan semena-mena. Meskipun Islam merupakan agama

mayoritas, tetapi agama Islam toleran terhadap aliran dan kepercayaan

lain. Simpulnya bahwa di Jawa Timur tidak terjadi konflik antar umat

beragama, namun konflik sesama agama pernah terjadi misalnya konflik

Syiah-Sunni di Sampang, Syiah-Sunni di Jember, dan Warga NU-MTA di

Sidoarjo.

Jumlah

39.657.78

8

1.061.40

0

490.735 343.55

1

205.70

1

(44)

BAB III

MAJELIS TAFSIR ALQURAN DI JAWA TIMUR

A. Sejarah Masuknya MTA di Jawa Timur

Majelis Tafsir Alquran merupakan sebuah kelompok pengajian

yang didirikan oleh Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta tahun

19721. Kelompok pengajian ini dalam pergerakannya merupakan salah

satu kelompok yang berkeinginan memerangi praktik budaya sinkretis,

dan segala sesuatu peribadatan yang berbau tahayyul, bid’ah, dan khurafat.

Budaya sinkretis sendiri merupakan sebuah gambaran percampuran antara

budaya lokal dengan budaya Islam, yang praktik dan tujuannya telah jauh

dari yang murni2. Menurut Sutiyono contoh dari budaya sinkretis itu

diantaranya tahlilan, selametan, yasinan, ngalap berkah, serta beberapa

perilaku budaya lainnya yang mereka anggap tidak sesuai dengan Islam3.

Melihat paparan mengenai hal di atas, MTA dalam hal ini dapat

digolongkan sebagai kelompok yang tujuan utamanya ialah melakukan

pemurnian dan pembaharuan dalam Islam. Di Indonesia pemurnian dan

pembaharuan dalam Islam bukan suatu hal yang baru. Hal seperti ini sudah

terjadi sejak abad ke-18. Karel Steenbrink menyebutkan dalam bukunya

Syeikh Ahmad Khatib Minangkabaulah pelopor dan guru pemurnian dan

pembaharuan Islam di Indonesia yang berlansung hingga sekarang4.

1Muh,Sulthon, et.al,” Dakwah Kelompok Majelis Tafsir Alquran, JAMURA, dan Muhammadiyah

di Surakarta Provinsi Jawa Tengah”, 165.

2 Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis ( Jakarta: Kompas Gramedia, 2010), 5.

3 Ibid,. 5.

4 Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad ke-19 (Jakarta: Bulan

(45)

36

Meskipun pembaharuan dan pemurnian yang dilakukan saat itu dengan

yang dilakukan MTA saat ini berbeda.

Pemurnian dan pembaharuan merupakan dua suku kata yang

berbeda maknanya. Pemurnian ialah sebuah upaya pembersihan atau

pemurnian terhadap sesuatu ide yang telah ada namun dalam

perkembangan sejarah telah dibelokkan pengertiannya oleh perkembangan

budaya5. Sebaliknya, pembaharuan sendiri mengandung pengertian

mengadakan suatu pemikiran tentang islam yang belum ada sebelumnya6.

Melihat pengertian pemurnian diatas, MTA tergolong sebagai

sebuah kelompok yang melakukan pemurnian agama. Sebab dalam

pergerakannya mereka berupaya melakukan pembersihan terhadap

unsur-unsur budaya yang mengandung kegiatan tahayyul, bid’ah, dan khurafat.

MTA juga tergolong sebagai sebuah kelompok yang melakukan

pembaharuan dalam Islam. Sebab dalam beberapa hal MTA berusaha

melakukan dan mempraktekkan suatu hal baru dan masih langka di

Indonesia. Pembaharuan yang paling kentara dalam hal ini ialah metode

dakwah. Sebagai salah satu lembaga dakwah, MTA berusaha melakukan

sebuah terobosan baru dalam menyampaikan dakwahnya. Terobosan yang

mereka tempuh ialah dengan cara memadukan dakwah dengan kemajuan

dunia teknologi informasi. Ini terlihat nyata, sebab dalam menyampaikan

5 Ridwan Lubis, “ Perkembangan Pemikiran Islam Regional: Tinjauan Terhadap Gerakan

Pembaharuan Islam Di Indonesia,” dalam Agama Dan Masyarakat,ed. Abdurrahman,et.all ( IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS: Yogyakarta, 1993), 332.

(46)

37

dakwahnya MTA memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan

menggunakan radio dan televisi sebagai media partner dalam berdakwah.

MTA tv dan MTA fm7 ialah merupakan dua stasiun televisi dan

radio yang dimiliki MTA. Dua stasiun ini digunakan MTA untuk

mendukung penyebaran dakwah mereka. Sehingga warga MTA yang jauh

dan tidak bisa mengikuti pengajian ke Surakarta bisa mengikuti pengajian

melalui televise dan radio. Selain dipancarkan melalui radio MTA fm di

pusat, pengajian-pengajian MTA juga biasanya disiarkan melalui radio

MTA perwakilan, bagi wilayah pewakilan yang memiliki radio. Radio di

perwakilan ini selain menyiarkan siaran radio pusat juga terkadang

membuat jadwal siaran sendiri yang bersangkut-paut dengan dakwah

MTA.

Dalam menjalankan tujuan, mereka melakukan pemurnian dan

pembaharuan yang di agendakan. Banyak orang menilai bahwa cara yang

dilakukan oleh MTA dianggap sebagai sesuatu yang radikal. Ini di

karenakan para warga MTA apabila tidak sepaham dengan orang lain

mereka akan dengan keras dan tegas menolaknya. Radikal sendiri

sebenarnya memiliki makna keinginan untuk merubah suatu faham secara

cepat dan menyeluruh8. Tetapi dewasa ini makna radikal telah bergeser

menjadi suatu tindakan yang di dalamnya terdapat unsur kekerasan.

Sekalipun begitu, MTA di banyak daerah terus diminati dengan semakin

7 Muh,Sulthon, et.all,” Dakwah Kelompok Majelis Tafsir Alquran, JAMURA, dan

Muhammadiyah di Surakarta Provinsi Jawa Tengah”, 177.

8 Syafiq. A. Mugni, Radikalisme dalam sejarah Islam ( Surabaya: Jurusan Sejarah IAIN Sunan

(47)

38

banyaknya berdiri kantor perwakilan, cabang, dan binaan di berbagai

daerah, termasuk di Jawa Timur.

MTA masuk di Jawa Timur sejak tahun 1980-an. Kala itu Ustadz

Abdullah Thufail Saputra sebagai pedagang yang pernah berdagang

berkeliling Indonesia9, termasuk Jawa Timur dan telah memiliki beberapa

teman dan relasi yang cukup dekat. Teman-teman dan relasi beliau yang

paling banyak terdapat di daerah Pacitan10. Di daerah ini beliau pernah

tinggal dan banyak memiliki teman yang cukup dekat dan akrab. Di antara

teman-teman beliau yang akrab di Pacitan ialah Bapak Badarudin, Bapak

Ismail, Bapak Hasan, Achmad HS, Bapak Mursyidin, dan Bapak Rusdy11.

Pada suatu ketika, saat bulan ramadhan datang, Ustadz Abdullah

Thufail Saputra mengundang teman-teman beliau yang ada di Pacitan

untuk datang ke Surakarta, guna mengikuti pengajian rutin selama satu

bulan penuh bersama beliau di lembaga dakwah Majelis Tafsir Alquran

yang didirikannya12. Atas undangan di atas, teman-teman beliau di Pacitan

dengan senang hati menghadiri undangan tersebut. Teman-teman beliau

datang dan menetap di sana selama satu bulan penuh. Selama di sana,

teman-teman beliau diajarinya mengenai perihal keagamaan, peribadatan,

serta pengimplementasian Alquran dalam kehidupan sehari-sehari.

9 Ahmad Asroni, “Islam Puritan Vis A Vis Tradisi Lokal: Meneropong Model Resolusi Konflik

Majelis Tafsir Alquran dan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Purworejo”, 2669.

10 Imam Syafi’I, Wawancara, Pacitan, 9 November 2015.

11 Mas Prawoto, Majelis Tafsir Alquran Perwakilan Pacitan, ( Tidak Dipublikasikan, 2008),

lembar pertama.

(48)

39

Pasca bulan ramadhan, teman-teman beliau pulang kembali ke

Pacitan. Namun, sekalipun telah kembali ke Pacitan, mereka ini tidak

hanya diam saja. Secara berkala mereka mengadakan pengajian yang sama

seperti yang mereka terima di Surakarta seminggu sekali di rumah Bapak

Ismail13. Pengajian inilah yang nantinya menjadi cikal bakal berdirinya

MTA perwakilan Pacitan. MTA perwakilan Pacitan merupakan

perwakilan MTA pertama di Jawa Timur.

MTA perwakilan Pacitan diresmikan dan disahkan oleh MTA

pusat pada tanggal 22 Maret 198214. Saat itu di Jawa Timur belum berdiri

sama sekali perwakilan MTA. Hanya di Pacitan saat itu yang ada

perwakilan MTA di luar daerah Jawa Tengah. Keberadaan MTA Pacitan

sebagai perwakilan pertama di Jawa Timur cukup bisa dimaklumi. Sebab

secara geografis wilayah Pacitan sangat dekat dengan Surakarta. Selain

itu, Ustadz Abdullah Thufail Saputra sendiri memiliki banyak teman di

Pacitan yang memudahkan untuk melebarkan sayap keorganisasian.

Pasca berdirinya MTA perwakilan Pacitan, sayap keorganisasian

lembaga dakwah ini terus melebar. Pada kurun waktu yang sama

benih-benih MTA telah masuk ke ibu kota provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya.

Pada tahun 1980-an, di Surabaya tepatnya di daerah Kembang Kuning

terdapat pengajian rutin RT di wilayah Kembang Kuning Kramat.

Awalnya pengajian rutin ini diasuh oleh ustadz dan muballigh dari

13 Mas Prawoto, Majelis Tafsir Alquran Perwakilan Pacitan, lembar pertama.

14 Mas Prawoto, Majelis Tafsir Alquran Perwakilan Pacitan, lembar pertama. Selain itu juga dapat

(49)

40

berbagai macam kelompok. Namun, ketika tahun 1983-an ketika pengajian

ini jatuh giliran kepada ketua pengajianya yaitu Bapak Muhammad Da’im,

beliau meminta bantuan kepada adiknya yang datang dari Surakarta untuk

memberikan tausiyah pada acara pengajian itu. Kebetulan adik bapak

Muhammad Da’im merupakan salah satu santri dan warga MTA. Pada

pengajian itu dipaparkan hal-hal mengenai keagamaan, yang dilanjutkan

dengan sesi dialog antara adik bapak Muhammad Da’im dengan jamaah

pengajian yang ada. Dituturkan oleh bapak Muhammad Da’im bahwa saat

itu banyak pertanyaan yang muncul dari para jamaah yang kemudian

dijawab oleh sang adik dengan menggunakan dalil Alquran dan Hadis.

Keberadaan kelompok pengajian di Kembang Kuning Kramat

tersebut merupakan cikal bakal berdirinya MTA perwakilan Surabaya.

MTA perwakilan Surabaya sendiri diresmikan dan disahkan pada tahun

198615. MTA perwakilan Surabaya ini merupakan MTA perwakilan kedua

yang berdiri di Jawa Timur setelah MTA perwakilan Pacitan.

Setelah berdirinya dua MTA perwakilan di atas, perkembangan

MTA di Jawa Timur cenderung lambat. Hal ini dikarenakan banyaknya

tantangan dan rintangan yang menghalanginya. Tetapi secara berkala

MTA di Jawa Timur terus mengalami perkembangan ke arah kemajuan.

Pasca berdirinya perwakilan MTA Pacitan dan Surabaya, secara berkala

terus berdiri perwakilan MTA-MTA di beberapa daerah kabupaten/kota di

Jawa Timur. Hingga saat ini telah memiliki 118 kantor perwakilan, cabang

(50)

41

dan binaan16. Dari 118 tersebut, dapat dirinci menjadi 58 kantor

Gambar

Gambar 1.1 : Peta Jawa Timur
Tabel 1.2 Data Diperoleh dari LAKIP Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan
Tabel 1.4. Data diperoleh dari Kemenag Jatim Tahun 2013
Tabel 1.5. Data diperoleh dari http://data.mtatv.net dan http://binaan.mta.or.id.
+3

Referensi

Dokumen terkait

tertinggi terjadi di Kota Surabaya sebesar 7,13 persen, diikuti Kota Malang sebesar 7,05 persen, Kabupaten Jember sebesar 6,65 persen, Kabupaten Sumenep sebesar 6,15 persen,

tertinggi terjadi di Kota Malang sebesar 5,19 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 4,75 persen, Kabupaten Jember sebesar 4,60 persen, Kabupaten Sumenep sebesar 4,48 persen,

Sedangkan untuk negara ASEAN tujuan ekspor komoditi non migas utama Jawa Timur adalah Malaysia dengan nilai ekspor mencapai USD 73,30 juta, diikuti Singapura USD

Sedangkan untuk negara ASEAN tujuan ekspor komoditi non migas utama Jawa Timur adalah Malaysia dengan nilai ekspor mencapai USD 83,58 juta, diikuti Singapura USD

Dari 8 kota IHK, inflasi year-on-year tertinggi terjadi di Kota Malang sebesar 6,99 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 6,77 persen, Kabupaten Sumenep sebesar 6,46 persen,

Sedangkan untuk negara ASEAN tujuan ekspor komoditi non migas utama Jawa Timur adalah Singapura dengan nilai ekspor mencapai USD 74,80 juta, diikuti Malaysia USD

Skripsi ini mengkaji tentang sejarah pondok pesantren yang berjudul Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Putri Banu Hasyim Di Janti Waru Sidoarjo Jawa Timur Tahun 1987-2019.

Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, dan sesuai rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur, perlu menetapkan Hiasan Garudeya di Kabupaten