• Tidak ada hasil yang ditemukan

pendampingan krpl bengkulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pendampingan krpl bengkulu"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAM

PANGAN LE

BADAN PENE

BALAI PENGK

LAPORAN AKHI R TAHUN

AMPI NGAN KAWASAN RUMA

LESTARI DI PROVI NSI BEN

Umi Pudji Astuti

KEMENTERI AN PERTANI AN

NELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PE

GKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN B

2014

RUMAH

BENGKULU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun2014 Kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember Tahun 2014.

Secara umum kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Bengkulu ini berjalan dengan baik. Semoga laporan akhir ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pemanfaatan lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu.

Bengkulu, Desember 2014 Penanggung jawab Kegiatan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian KM 6,5 Bengkulu 38119

4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2014

5. Status Kegiatan (L/ B) : L (Lanjutan)

6. Penanggung Jawab

a. Nama : Dr.I r.Umi Pudji Astuti,MP

b. Pangkat/ Golongan : Pembina / I Va c. Jabatan Fungsional : Penyuluh Madya

7. Lokasi : 10 Kabupaten/ Kota di Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem : Lahan kering dataran rendahdan dataran tinggi (pekarangan)

9. Tahun Mulai : 2013

10. Tahun Selesai : 2015

11. Output Tahunan : 1. Tersedianya paket teknologi pertanian di lahan pekarangan bagi penyuluh dan pelaksanaKRPL di Provinsi Bengkulu 2. Terdiseminasikannya paket teknologi

pertaniandi lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu melalui gelar teknologi, display KRPL, demplot, apresiasi petani/ pelatihan, penerbitan informasi teknologi budidaya 3. Menumbuhkan pasar KRPL di Provinsi

Bengkulu

12. Output Akhir : 1. Terciptanya lingkungan hijau, bersih dan konsumsi yang sehat bagi masyarakat. 2.Peningkatan PPHdan kesejahteraan

masyarakat.

3. Terciptanya pelaku bisnis pembibitan sayuran dan buah-buahan di perdesaan dan

(4)

13.Biaya : Rp.600.000.000,-(Enam Ratus Juta Rupiah)

14. Biaya Setelah Revisi : Rp.600.000.000,- (Enam Ratus Juta Rupiah)

Koordinator Program,

I r. Wahyu Wibawa, MP, Ph.D NI P. 19690427 199803 1 001

Penanggung Jawab RDHP

Dr. Umi Pudji Astuti, MP NI P. 19610531 199003 2 001

Mengetahui: Kepala BBP2TP,

Dr. I r. Abdul Basit,M.S NI P. 19610929 198603 1 003

Kepala Balai,

(5)

DAFTAR I SI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

DAFTAR I SI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPI RAN ... viii

RI NGKASAN ... ix

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Dasar Pertimbangan... 2

1.3. Tujuan... ... 4

1.4. Keluaran yang Diharapkan ... 4

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ………. 4

I I . TI NJAUAN PUSTAKA ... 6

I I I . PROSEDUR ... 10

3.1. Ruang Lingkup Pendampingan ... 10

3.2. Sasaran Pendampingan ……... 10

3.3. Pendekatan Konsep dan Tahapan Pendampingan KRPL ... 11

3.4. Lokasi Kegiatan ... 11

3.5. Bahan dan Alat ……….. 12

3.6. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ……… 14

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ………... 16

4.1. Koordinasi dan Sosialisasi ………... 16

4.2. Lokasi Kegiatan Pendampingan KRPL di 10 Kabupaten/ Kota... 17

4.3. Kegiatan Pertemuan/ Pelatihan………... 21

4.4. Penyampaian I novasi Pertanian/ Narasumber …... 22

4.5. Bahan Cetak yang terdiseminasi ……... 24

4.6. Pengembangan Ayam KUB di KBI dan Anak Ayam Turunan-1 25 4.7. I mplementasi Display di BPTP Bengkulu ………. 26

4.8. Pasar Kawasan Rumah Pangan Lestari ……… 27

4.9. Diseminasi I novasi Teknologi..……….. 28

4.10. Umpan Balik Pendampingan KRPL .……….. 28

V. KESI MPULAN ………... 30

VI . KI NERJA HASI L ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

ANALI SI S RESI KO ……… 34

JADWAL KERJA ……….. 36

PEMBI AYAAN ……….. 36

PERSONALI A ……… 38

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Lokasi Pendampingan KRPL di Provinsi Bengkulu Tahun 2014 ... 12

2. Komoditas yang diimplementasikan ……….. 13

3. Kegiatan Koordinasi Pendampingan KRPL Tahun 2014 ... 15

4. Daftar Nama Liaison Officer (LO) Tahun 2014………... 18

5. Lokasi Pendampingan KRPL Tahun 2014 ... 18

6. Kegiatan Pelatihan dan Sosialisasi Tahun2014 ... 21

7. Penyampaian Materi ke Stakeholders Tahun 2014 ……… 22

8. Media I nformasi yang Terdiseminasi Tahun2014 ... 24

9. Distribusi Ayam KUB di KBI BPTP Tahun2014 ... 25

10. Hasil Survey Efektivitas Metode Pendampingan ……... 28

(7)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman

1. Materi Narasumber………... 40

2. Materi Pelatihan ………... 71

3. Dokumentasi... 86

4. Kuesioner ... ... 92

5. Hasil Analisis Kompos ... 107

(8)

RI NGKASAN

1 Judul : Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di

provinsi Bengkulu.

2 Unit kerja : BPTP Bengkulu

3 Tujuan : 1. Menyiapkan paket teknologi pertanian di lahan pekarangan bagi penyuluh dan pelaksana KRPL di Provinsi Bengkulu

2. Mendiseminasikan paket teknologi pertanian di lahan pekarangan melalui gelar teknologi, display KRPL, demplot KBD, apresiasi petani/ pelatihan, penerbitan informasi teknologi budidaya

3. Menumbuhkan pasar KRPL

4 Keluaran : 1. Tersedianya paket teknologi pertanian di lahan pekarangan bagi penyuluh dan pelaksana KRPL di Provinsi Bengkulu

2. Terdiseminasikannya paket teknologi pertanian di lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu melalui gelar teknologi, display KRPL, demplot, apresiasi petani/ pelatihan, penerbitan informasi teknologi budidaya

3. Menumbuhkan pasar KRPL di Provinsi Bengkulu

5 Prosedur :

Pendampingan program KRPL dilaksanakan di 10 kabupaten/ kota di Provinsi Bengkulu.

Ruang lingkup kegiatan meliputi :

a. Pendampingan teknologi oleh petugas BPTP di setiap Kabupaten/ Kota (penguatan KBD, pemilihan benih yang sesuai).

b. Gelar teknologi di KBD M-KRPL.

c. Sosialisasi (pasar KRPL), apresiasi dan petalihan petani.

d. Nara sumber dalam pelatihan penyuluh pendamping.

e. Penerbitan media cetak dan elektronik.

f. Membangun display di BPTP sebagai wahana praktek belajar-mengajar bagi petani, penyuluh dan stakeholders sebagai mitra kerja BPTP.

g. Pemberdayaan KBI sebagai sumber benih KBD.

(9)

petani terhadap teknologi yang

didiseminasikan serta metode

penyebarannya.

Analisis data menggunakan pre test dan post test secara deskriptif diuji dengan statistic non parametrik.

6 Capaian : 1. Pendampingan KRPL dilakukan pada 69

desa/ kelurahan di 10 kabupaten/ kota.

2. Komoditas sayuran yang diadopsi oleh petani antara lain: Kol bunga, cabai, tomat, sawi, kangkung, bayam, terung, kol daun, seledri, bawang daun, bawang merah.

3. Penyebaran ayam KUB telah dilakukan di 7 kabupaten/ kota sebanyak 4.168 ekor.

4. Bahan informasi yang disebarluaskan kepada petani adalah leaflet, buku saku, dan buku petunjuk pelaksanaan.

5. Penguatan KBD yang dilakukan di Provinsi Bengkulu sebanyak 20 unit di 20 desa/ kelurahan

7 Manfaat : 1. Tumbuhnya tanaman yang subur di setiap keluarga dan KBD.

2. Berkembangnya tanaman pekarangan sebagai sumber pangan keluarga di setiap Kabupaten dan Kota.

3. Meningkatnyakualitas konsumsi keluarga dan pendapatan keluarga.

8 Dampak : 1. Terciptanya lingkungan hijau, bersih dan konsumsi sehat bagi masyarakat.

2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Terciptanya pelaku bisnis pembibitan sayuran dan buah-buahan di perdesaan dan perkotaan.

9 Jangka Waktu : 3 (tiga) tahun (2013 s/ d 2015)

10 Biaya : Rp.600.000.000. (Enam Ratus Ribu Rupiah )

11 Biaya Setelah Revisi

(10)

SUMMARY

1 Title : KRPL ‘s Assistance in Bengkulu province

2 Unit of Work : AI AT (BPTP)Bengkulu

3 Purposes : 1. Setting up a package of agricultural technology in their yards for facilitators and implementers KRPL in Bengkulu Province

2. Disseminate agricultural technology packages in their yards through technology degree, KRPL display, demonstration plots nursery village, appreciation farmer / training, information publishing cultivation technology

3. Growing market KRPL

4 Output : 1. Availability of agricultural technology packages in their yards for facilitators and implementers KRPL in Bengkulu Province

2. Dissemination of agricultural technology packages in their yards in Bengkulu Province through technology degree, KRPL display, demonstration plots, farmer appreciation / training, information publishing cultivation technology

3. Growing market KRPL in Bengkulu Province

5 Methodology : 1. Assist KRPL program thta implemented in 10 districts/ city in Bengkulu Province.

2. The scope of activities includes:

a. Technology assistance by officials of BPTP in each district / city (nursery village reinforcement, the selection of appropriate seed).

b. Technology degree in M-KRPL’s nursery village

c. Socialization (KRPL’s market), appreciation and farmers’ training.

d. Resource persons in extensionist training

e. Publishing printed and electronic media

f. Build a display in BPTP as a vehicle for teaching and learning practices of farmers, extensionist, and stakeholders as BPTP partners.

g. KBI empowerment as a source of nursery village seed.

(11)

3. Analysis of the data using pre-test and post-test descriptively tested by non-parametric statistics. 6 Achievement : 1. Assistance KRPL conducted at 69 villages / urban

villages in 10 districts / cities.

2. Commodities vegetables adopted by farmers include: Cabbage flowers, peppers, tomatoes, mustard greens, kale, spinach, eggplant, cabbage leaves, celery, leek, onion.

3. Spread chicken superior Balitnak been done in 7 districts / cities as many as 4,168 birds.

4. Material information to farmers is disebarluaskankan leaflets, booklets, and guide implementation.

5. Strengthening nursery village conducted in the province of Bengkulu many as 20 units in 20 villages / urban

7 Benefits : 1. The growth of lush plantsineachfamilyand nursery village.

2. Thedevelopment ofplantsas family food sources ineverydistricts and city.

3. The increasing of family consumption qualityandfamily income

8 I mpact : 1. The creation of a green, clean environment and healthy for consumption society

2. The improvement of public welfare

3. The creation of vegetables and fruits nursery businesses in rural and urban

9 Period : 3 (three) years (2013 up to 2015)

10 Cost : Rp.600.000.000. (Six hundred million rupiahs)

(12)

I . PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan salah satu bentuk implementasi keberlanjutan program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal. Pada tahun 2013, Program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), (2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan Promosii P2KP.

Pelaksanaan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) ini merupakan implementasi dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian yaitu Empat Sukses Pertanian, yang salah satunya ialah mengenai Peningkatan Diversifikasi Pangan, yang merupakan salah satu kontrak kerja antara Menteri Pertanian dengan Presiden Republik I ndonesia pada tahun 2009-2014, dengan tujuan untuk meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik wilayah. Kontrak kerja ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/ Permentan/ OT.140/ 10/ 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan tersebut kini menjadi acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat melalui basis kearifan lokal serta kerja sama terintegerasi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

(13)

gerakan P2KP, khususnya terhadap Satuan KerjaPerangkat Daerah (SKPD) sebagai agen pembawa perubahan (agent of change).

Laju pembangunan pertanian yang semakin dinamis menuntut percepatan adopsi teknologi oleh pelaku utama maupun pelaku usaha di sektor pertanian. Dalam merespon tuntutan tersebut perlu dilakukannya pendampingan. Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan.

Menindak lanjuti arahan Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan pada bulan Oktober 2010 di Jakarta tentang ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Terkait denganhal ini, pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga.Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang namun belum dirancang dengan baik dan sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Olehkarena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahanpekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

1.2. Dasar Pertimbangan

Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL, selain bertujuan untuk peningkatan pengetahuan teknis budidaya tanaman pekarangan juga diarahkan untuk pemberdayaan kemampuan kelompok wanita membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA), serta peningkatan keterampilan dalam pengolahan pangan rumah tangga.

(14)

jenis tanaman sesuai kebutuhan keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah, serta budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk ketersediaan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi kawasan perumahan/ warga yang saling berdekatan. Dengan demikian akan dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang diproduksi sendiri dalam kawasan tersebut dari optimalisasi pekarangan. Pendekatan pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), antara lain dengan membangun kebun bibit dan mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal (local wisdom) sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga

Kegiatan KRPL yang dilaksanakan oleh P2KPdi Bengkulu tahun 2013 telah dilaksanakan di 10 Kabupaten dan Kota dengan jumlah kelompok lebih dari 100, kegiatan yang sama juga dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui BKP Provinsi (APBD I ) dan APBD Kabupaten yang sudah lebih dari 50 kelompok. Perkembangan KRPL yang telah dibangun sebagian besar hanya berjalan 1 musim tanam, pada musim tanam berikutnya sebagian besar kawasan tidak terbentuk lagi yang tersisa adalah rumah tangga (RPL) yang merasakan manfaat dan mau melanjutkan kegiatannya.

Permasalahan yang timbul mengapa kawasan yang ditumbuhkan tidak berkesinambungan antara lain : tidak tersedianya benih yang baik, bantuannya telah selesai dan tidak membeli bibit lagi, terbatasnya pendampingan teknologi dari sumber teknologi, keberlanjutan pendampingan kurang berjalan. Minimnya pengetahuan petani tentang teknis budidaya serta pengolahan hasil memerlukan dukungan dan pendampingan yang berkelanjutan. Hasil kegiatan M-KRPL yang dilaksanakan oleh BPTP menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang teknologi budidaya tanaman di pekarangan masih rendah, minat petani untuk memilih jenis sayuran yang akan ditanam beralasan bahwa komoditas tersebut setiap hari dikonsumsi (Cabe), laku dijual, dapat diolah menjadi bahan olahan (Kripik bayam, pisang, manisan terung, tomat, dll)

(15)

apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi serta penyebaran bahan informasi diharapkan dapatmeningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani serta keberlanjutan kegiatan KRPL di Provinsi Bengkulu

1.3. Tujuan

Secara umum pendampingan KRPLpada tahun 2014bertujuan untuk mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP kabupaten/ kota di Provinsi Bengkulu. Secara khusus tujuan pendampingan KRPL adalah :

1. Menyiapkan paket teknologi pertanian di lahan pekarangan bagi penyuluh dan pelaksana KRPL di Provinsi Bengkulu

2. Mendiseminasikan paket teknologi pertanian di lahan pekarangan melalui gelar teknologi, display KRPL, demplot KBD, apresiasi petani/ pelatihan, penerbitan informasi teknologi budidaya

3. Menumbuhkan pasar KRPL

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Secara umum keluaran yang diharapkan adalah terdampinginya kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP kabupaten/ kota di Provinsi Bengkulu. Keluaran khusus yang diharapkan pada tahun 2014 adalah:

1. Tersedianya paket teknologi pertanian di lahan pekarangan bagi penyuluh dan pelaksana KRPL di Provinsi Bengkulu.

2. Terdiseminasikannya paket teknologi pertanian di lahan pekarangan melalui gelar teknologi, display KRPL, demplot KBD, apresiasi petani/ pelatihan, penerbitan informasi teknologi budidaya.

3. Tumbuhnya pasar KRPL di Provinsi Bengkulu.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak Manfaat

(16)

2. Berkembangnya tanaman pekarangan sebagai sumber pangan keluarga di setiap Kabupaten dan Kota

3. Meningkatnyakualitas konsumsi keluarga dan pendapatan keluarga

Dampak

1. Terciptanya lingkungan hijau, bersih dan konsumsi yang sehat bagi masyarakat

2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

(17)

I I . TI NJAUAN PUSAKA

Landasaan Teori

Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.

Rumah Pangan Lestari merupakan rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya.Penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas.

Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, jeruk kalamansi,mangga Bengkulu, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit.

(18)

ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya.Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan.

I novasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

2. Bermanfaat bagi petani secara nyata.

3. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.

4. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi tersedia.

5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi. 6. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.

7. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian (Kartono, 2009).

Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa faktor sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh petani diantaranya adalah:

1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta keuntungan yang baik.

2. Kepastian diperolehnya hasil dengan resiko kegagalan yang minimal. 3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.

4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi. 5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.

Dalam proses adopsi inovasi teknologi kepada pengguna, akan mengalami proses dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat

(interest), evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers,

1983).

(19)

menyediakan, menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh kesepahaman dan kesepakatan bersama.

Masyarakat akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat. Proses pembelajaran bagi masyarakat haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/ aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/ membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Dengan cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh.

Penelitian Terdahulu

Hasil pendampingan SL-PTT Padi di Sulawesi Tenggara tentang efektifitas pendampingan melalui Demplot kecamatan menujukkan bahwa dari 50 unit demplot kecamatan telah mendapat kunjungan 1.596 orang petani dan jumlah yang menyatakan berminat menerapkan teknologi PTT yaitu 1.095 orang atau 68,60% (Suharno, dkk.2010).

Hasil penelitian Marsyid, dan kawan-kawan (2011) tentang Karakterisasi Pola Pendampingan I novasi Sl-PTT Padidi Provinsi Riau menunjukkan bahwa Persepsi petani terhadap pendampingan inovasi teknologi dominan masuk kategori antara setuju dan ragu-ragu, untuk itu inovasi teknologi yang dikaji di setiap lokasi pendampingan keberlanjutannyapada posisi yang tidak pasti. Di lain pihak petani sebagai pelaku inovasi teknologi dikawasan pendampingan SLPTT padi, keikutsertaanya karena memiliki motivasi untuk menambah pengetahuan agar produktivitas tanaman padi meningkat dan mengikuti anjuran pemerintah.

(20)

satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga/ Dusun (Kampung) yang telah menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya, lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Kinerja pengelolaan kawasan m-KRPL akan lebih baik jika didukung dengan kelembagaan penggerak KRPL yang baik pula, seperti manajemen dan dinamika kelompok, peran anggota dan pengurus kelompok, pemerintah desa, tokoh masyarakat, pemerintah daerah, serta petugas lapang.

Sudarta (2005) menyatakan bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap posit if terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas.

(21)

I I I . PROSEDUR

3.1 Ruang Lingkup Pendampingan

Pendampingan dilakukan di 10 kabupaten/ kota di provinsi Bengkulu. Kegiatan dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014. Lingkup Kegiatan pendampingan KRPL tahun 2014 diprioritaskan pada :

 Penyampaian materi melalui media tercetak (leaflet, buku saku petunjuk teknis).

 Pelatihan teknis pengolahan hasil bagi pengurus kelompok MKRPL di BPTP Bengkulu

 Pelatihan teknis budidaya bagi petani dan penyuluh pendamping di KBD m-KRPL (Sukamaju, Batu Kuning).

 Gelar teknologi/ temu lapang: penjaringan umpan balik khususnya dari

petani,penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan stakeholders di tingkat

kabupaten/ kota (Desa Air Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan).

 I mplementasi demplot kawasan (lokasi 10 lokasi) di 9 Kabupaten dan Kota.

 Penguatan KBD di 20 Desa m-KRPL tahun 2013 atau pengganti tahun 2013

 Sosialisasi pasar KRPL, dilaksanakan di lokasi (Ds. Semarang, Ds. Tebat Monok/ Kepahiang) dengan mengundang masyarakat umum.

 I mplementasi display (tanaman sayuran, buah dan ayam KUB) di BPTP

sebagai wahana kunjungan tamu dan pembelajaran bagi siswa, petani, penyuluh dan stakeholder lainnya

 Penguatan KBI untuk memenuhi benih KBD

 Menyusun bahan/ petunjuk teknis budidaya

 Menyusun materi siaran radio, TVRI , dan sinar tani

 I dentifikasi efektifitas pelaksanaan metode pendampingan

3.2 Sasaran Pendampingan

(22)

3.3 Pendekatan Konsep dan Tahapan Pendampingan KRPL

Ketahanan pangan menjadi isu global dan telah ditindaklanjuti oleh presiden RI pada konferensi Dewan Ketahanan Pangan pada bulan oktober 2010 di Jakarta dengan ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga dengan pemanfaatan pekarangan. Hal ini telah ditindaklanjuti kementerian pertanian dengan kegiatan m-KRPL dan dikabupaten kota di provinsi Bengkulu melalui Badan ketahanan Pangan dengan pemanfaatan pekarangan terpadu. Program ini sangat lambat terealisasi dan untuk mempercepat proses diseminasi dianggap perlunya ada pendampingan dalam bentuk sosialisasi, apresiasi, gelar teknologi serta pelatihan-pelatihan agar tejadi akselerasi program tersebut sesuai dengan yang diharapkan pemerintah. Dengan adanya pendampingan ini diharapkan akan terbentuk kawasan-kawasan RPL yang mampu meningkatkan ketahanan pangan nasional.

3.4. Lokasi Kegiatan

Kegiatan pendampingan KRPL tahun 2014 dilaksanakan pada lokasi hasil mapping kinerja M-KRPL tahun 2013 seperti Tabel 1. Lokasi demplot Kawasan

Balitsa

Balitbuah

Balitkabi

BBP2TP

Output BPTP

P2KP Prov, Kab danKota

Pembinaan dan Pelatihan, penerapan Teknologi/ demplot, gelar

teknologi/ temu lapang

1. Meningkatnya pengetahuan, ketrampilan, dan minat petani pelaksana P2KP dalam pelaksanaan teknologi penanaman tanaman di pekarangan 2. Terdiseminasinya paket teknologi

pemanfaatan pekarangan melalui media komunikasi langsung (sosialisasi, gelar teknologi, dan pelatihan-pelatihan), dan komunikasi tidak langsung (tercetak, elektronik) di 10 kabupaten kota di provinsi Bengkulu

3. Tumbuhnya pasar KRPL

(23)

diarahkan pada klaster hijau, penguatan KBD dilaksanakan di lokasi/ Desa m-KRPL tahun 2013. Kegiatan gelar teknologi, temu lapang dan pelatihan dilaksanakan pada lokasi demplot KRPL ataupun KBD.

Tabel 1. Lokasi Pendampingan KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2014

No. Kabupaten/ Kota Kecamatan Desa Tahun I mplementasi

Keterangan

1 Kota Ratu Agung Kampung Melayu 2 Seluma Air Periukan Sukamaju

Sukaraja 3 Bengkulu Selatan Kedurang I lir Air Sulau (RT6) 2013 KBD

Kedurang I lir Air Sulau (RT8) 2013 Kawasan, KBD Manna Batu kuning 2013 Kawasan, KBD 4 Kaur Semidang Gumai Padang Panjang

Bandar

2012 2013

Kawasan , KBD KBD

5 Bengkulu Tengah Pondok Kubang Harapan Makmur 2011 Pengolahan hasil Talang Empat Jaya Karta

Lagan 6 Bengkulu Utara Arga makmur Tebing Kaning 2012 Kawasan dan

KBD Padang Jaya Padang Jaya 2013 KBD 7 Mukomuko Kota Mukomuko Tanah Rekah 2013 KBD, KPL

Air manjunto Tirta Mulya 2013 Demplot kawasan 8 Lebong Bingin Kuning Karang Dapo

Atas 9 Rejang Lebong Curup Tengah

Curup Timur

3.5. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain : 1. Sarana Produksi berupa :

 bibit tanaman (tanaman sayuran, umbi-umbian, buah, bunga* )

 bibit ternak (ayam)

 pakan ternak, obat-obatan hewan

(24)

 Pupuk antara lain : pupuk kandang, pupuk organik plus, NPK dan Urea (dalam jumlah terbatas)

 Pestisida : pestisida nabati, pestisida kimiawi/ fungisida, insektisida (dalam jumlah terbatas)

 Media tanam : sekam, tanah, mikroorganisme (trico G, stardex, dll)

2. Bahan Pendukung lainnya berupa :

 Polybag, plastik semai, pot

 Rak vertikultur (bambu, besi, dll)

 Bahan KBI dan KBD (rak pesemaian, atap rumah bibit, kayu, bambu, besi, spanduk, dll)

 Perangkat irigasi (tandon air, selang, paralon, irigasi tetes,

springkel, ember, gembor, dll)

 Perangkat tanam, pemeliharaan danangkut (kereta dorong, cangkul, sabit, parang, sprayer, keranjang), alat penimbang, waring, ajir, guntung buah dan ranting, dll)

 Tenda sebagai tempat sosialisasi pasar

 Perangkat teknologi aqua phonic (paralon, selang, media tanam ziolid, kayu, kaca dinding kolam, dll)

 Alat pemotong kayu

 Bahan pendukung pekerja : tas, sepatu lapangan, topi 3. Bahan informasi (leaflet, buku saku teknis budidaya sayuran) 4. Alat tulis dan computer suplay

5. Komoditas

Tabel 2. Komoditas yang diimplementasikan

Komoditas Jenis

Sayuran Cabe, tomat, sawi, kool bunga, kubis, selada, terung, kangkung, daun bawang, seledri, bayam, bawang merah

Buah-buahan Pepaya MEDEL, sirsak, pisang kapok Bio farmaka Jahe, kencur, serai, kunyit,

(25)

3.6 Tahapan Pelaksanaan / Ruang Lingkup Kegiatan 3.6.1 Persiapan

 Penyusunan RODHP

RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP lebih rinci dan operasional baik dari aspek administrasi/ keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. RODHP selanjutnya diturunkan dan dirincikan lagi menjadi juklak kegiatan diseminasi.

 Koordinasi dengan stakeholder/ instansi terkait di lokasi pendampingan

 I dentifikasi teknologi Existing lokasi Pendampingan

 Penunjukan LO untuk masing-masing Kabupaten/ Kota.

3.6.2 Pelaksanaan kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam pendampingan Tahun 2014: 1. Pelaksanaan sosialisasi/ apresiasi diKabupaten/ Kota.

2. I mplementasi inovasi teknologi dalam bentuk display, KBD, KBI (sayuran, buah, dan ayam KUB), dan penyiapan bahan diseminasi dalam bentuk juknis, leaflet, brosur yang dibutuhkan

3. Pelaksanaan gelar teknologi/ temu lapang.

4. Pelatihan teknis dan pasca panen/ pengolahan hasil 5. Pengembangan populasi ayam KUB

3.6.3. Parameter yang Diukur

1. Jumlah materi informasi yang disampaikan dan digunakan petani dan penyuluh pendamping

2. Tumbuhnya pasar di lokasi KRPL

3. Minat dan respon petani terhadap Teknologi yang didiseminasikan

4. Minat dan respon petani dan konsumen terhadap produk KRPL melalui pasar KRPL

5. Peningkatan pengetahuan petani

6. Efektif tidaknya metode/ cara/ model pendampingan yang dilakukan

3.6.4. Analisis Data

(26)
(27)

I V. HASI LDAN PEMBAHASAN

4.1. Koordinasi dan Sosialisasi

Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP Bengkulu. Pertemuan dilaksanakan 1-2 kali dalam sebulan. Dalam pertemuan ini dibahas tetang persiapan dan pelaksanaan sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan, gelar teknologi/ temu lapang dan pelaporan.Koordinasi ekstern dilakukan dengan stakeholder dan kooperator dalam pelaksanaan kegiatan dan kemajuan perkembangan kegiatan.

Setelah dilakukan koordinasi intern dan ekstern, selanjutnya dilakukan identifikasi kebutuhan pendampingan program KRPL. Setelah diketahui kebutuhan pendampingan maka selanjutnya dibuat petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan berupa sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi sesuai dengan yang dibutuhkan, disamping itu dilakukan pula kegiatan penyiapan bahan penyuluhan berupa juklak/ juknis leaflet, display lapangan, KBD dan KBI .

Sosialisasi bertujuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.Kegiatan koordinasi dan sosialisasi sangat dirasakan bermanfaat untuk mempercepat replikasi model.

Sosialisasi dan koordinasi juga dilakukan terhadap sekolah-sekolah. Kegiatan yang dilakukan antara lain pelatihan, kunjungan lapang,dan magang (Tabel 4).

Tabel 3. Kegiatan Koordinasi Pendampingan KRPL Tahun 2014

No Kegiatan Lokasi Waktu Output

(28)

1 2 3 4 5 3 Koordinasi kegiatan

pendampingan KRPL ke BKP3/ BP4K dan survey calon lokasi

Kegiatan pendampingan KRPL merupakan kegiatan lanjutan. Namun koordinasi dirasa masih sangat dibutuhkan karena koordinasi merupakan upaya untuk menciptakan atau mencapai keserasian, keselarasan, keseimbangan, sinkronisasi, dan integrasi keseluruhan kegiatan dari orang-orang, kelompok orang, atau satuan-satuan kerja dalam suatu organisasi atau antar organisasi, sehingga kegiatan yang dilaksanakan menjadi teratur, tertib, lancar, dan mencapai hasil secara efisien dan efektif (Makalalag, L. 2013).

Menurut Amin, S. et al. (2013), koordinasi sangatlah penting di dalam suatu organisasi baik organisasi publik maupun organisasi swasta.Koordinasi dilakukan untuk menciptakan suatu usaha yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.Oleh karena itu koordinasi kegiatan pendampingan KRPL juga harus dilakukan pada tahap awal.

(29)

Tabel 4. Daftar NamaLiason Officer (LO) Tahun 2014

No Nama Jabatan Fungsional Wilayah Kerja

1 I r. Eddy Makruf Penyuluh Madya Kab. Kaur

2 Heryan I swandi Teknisi Kab. Bengkulu Selatan

3 I r. Siswani D. Daliani Penyuluh Muda Kab. Seluma

4 Bunaiyah Honorita, SP Penyuluh Pertama Kota Bengkulu dan Bengkulu Tengah

5 Johan Syafri, A.Md Teknisi Kab. Kepahiang

6 Triwahyuni,S.Si PNK Kab Bengkulu Utara

7 Robiyanto Teknisi Kab Mukomuko

8 I r. Ruswendi, MP Penyuluh Madya Kab. Rejang Lebong

9 Waluyo, A.Md Teknisi Kab. Lebong

4.2. Lokasi Kegiatan Pendampingan KRPL di 10 Kabupaten/ Kota

Kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari dilaksanakan di 10 Kabupaten/ Kota di Provinsi Bengkulu.Pendampingan dilakukan di lokasi binaan BPTP dan juga mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP kabupaten/ kota di Provinsi Bengkulu.Daftar lokasi seperti Tabel 5.

Tabel 5. Lokasi Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari yang didampingi BPTP Bengkulu Tahun 2014

No Lokasi Penanggung

Jawab

Sumber Dana Kabupaten Kecamatan Desa/ Kelurahan

(30)

1 2 3 4 5 6

3 Kaur Semidang Gumai Padang Panjang BPTP DI PA 2014

4 Bengkulu

5 Seluma Air Periukan Sukaraja

(31)

1 2 3 4 5 6 9 Lebong Beringin Kuning

Batu Atas

Sumber: Laporan LO Tahun 2014

BerdasarkanTabel 5, Pemeritah Daerah telah antusias menjalankan konsep KRPL terlihat dari banyaknya anggaran daerah yang ditujukan pada pemanfaatan lahan pekarangan. Tujuan pengembangan KRPL sesui dengan konsep pengembangan m-KRPL yaitu: (1)Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melaluioptimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; (2) Meningkatkankemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan diperkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayurandan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahanhasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; (3)Mengembangkan sumber benih/ bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatanpekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masadepan; dan (4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga4mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijauyang bersih dan sehat secara mandiri(Kementerian Pertanian, 2011).

(32)

adalah Bibit Kebun Desa. Tujuan utama dari KRPL adalah sisi ekonomi dapat berhemat.

Pada kesempatan tersebut, Wakil Menteri Pertanian, bersama-sama dengan Bupati Kab.Seluma, Sekda, Kepala BPTP Bengkulu menanam mangga bengkulu dari Kabupaten Bengkulu Utara untuk dapat dikembangkan di Desa Bukit Peninjauan I Kab.Seluma. Dikemukakan pula bahwa Kementerian Pertanian akan sangat mendukung upaya daerah untuk mengembangkan mangga bengkulu sebagai salah satu sentra produksi buah-buahan khususnya kab seluma, dengan menyediakan bibit.

4.3. Kegiatan Pertemuan/ Pelatihan

Untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan dalam pengelolaan hasil pekarangan, dilakukan beberapa pertemuan antara petani/ penyuluh BPTP, stakeholders, dan petani KRPL.Pertemuan yang dilakukan berupa sosialisasi dan pelatihan seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Kegiatan Pelatihan dan sosialisasiTahun 2014

No Kegiatan Materi Lokasi Output

1 2 3 4 5

1. Pertemuan PPL, anggota kelompok

3. Sosialisasi - Motivasi mengelola lahan pekarangan - Kendala teknologi

(33)

1 2 3 4 5 5. Pelatihan teknis

budidaya

Budidaya buah naga Kabupaten Kepahiang

Bimbingan teknis sangat diperlukan petani.Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian petani yang berkaitan dengan keahlian atau fungsi yang menjadi tanggung jawab petani.Sasaran yang ingin dicapai dan suatu pelatihan ini adalah peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani dalam budidaya di lahan pekarangan.

4.4. Penyampaian I novasi Pertanian/ Narasumber

Selain melakukan pendampingan di 10 Kabupaten/ Kota juga dilakukan pendampingan teknis kepada Provinsi maupun Kabupaten dalam bentuk narasumber (Tabel 7).

Tabel 7.Penyampaian materi kestakeholdersTahun 2014

No Kegiatan Materi Lokasi Output

(34)
(35)

1 2 3 4 5

4.5. Media I nformasi yang Terdiseminasi

Selain pelatihan dan pendampingan, penyampaian media informasi juga dilakukan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dan penyuluh pendamping.Media informasi yang telah disiapkan berupa media cetak (buku, leaflet, banner, dan backwall) dan media elektronik (TVRI , CD/ Film).Media informasiyang telah terdiseminasi Tahun 2014 seperti pada Tabel 8.

Tabel 8.Media I nformasi yang Terdiseminasi Tahun 2014

No Media I nformasi Sasaran Output 1 Buku Panduan Pelaksanaan

Pengelolaan Kebun Bibit

Mengerti dan memahami teknis pengelolaan KBD

2 Buku Menumbuhkan dan Mengembangkan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Mengerti dan memahami cara mengelola KRPL

3 Leaflet Ayam KUB Mengerti dan memahami teknis pengembangbiakan dan perawatan ayam KUB

4 Leaflet Vertiminaponik Mengerti dan memahami teknis pengelolaan vertiminaponik 5 Banner Mengerti dan memahami teknis

berbagai informasi dengan ringkas 6 Backwall Mengerti dan memahami teknis

berbagai informasi dengan ringkas

7 Siaran TVRI Pemirsa TVRI

Mendapatkan iinformasi

(36)

4.6. Pengembangan Ayam KUB di KBI dan Anak Ayam Turunan-1

Dari populasi ayam KUB (Desember 2012) sebanyak 200 indukan dan 20 ekor pejantan, sampai masa bertelur dan menetas berjumlah 114 ekor (mati dan sakit, dan kanibal akibat sempitnya kandang sebanyak 41 ekor), dan telah didistribusi ke kelompok(Tabel 9).

Tabel 9. Distribusi Ayam KUB di KBI BPTP Tahun 2014

No Lokasi Distribusi Jumlah (ekor) Keterangan

1 Kab Mukomuko 20

70

I nduk telur 2 Kabupaten Bengkulu Selatan 25

750 3 Petani KRPL Semarang (2 petani) 40 I nduk

Anak turunan F1 4 Petani Bengkulu Utara 160 Anak turunan I 5 KRPL Kepahiang 103 Anak turunan I

6 Petani Kota 532 Anak turunan I

7 Petani di Seluma 22 Anak turunan I 8 Petani Bengkulu Tengah 137 Anak turunan I

9 KBI 90 Dimusnahkan

karena ada

serangan penyakit * 65

70

Mesin tetas 400 butir

10 Petani di beberapa Desa/ kelurahan yang menetaskan sendiri

359 Anak turunan I

11 Petani Bengkulu Utara dan Kepahiang

1.100 Anak turunan I

12 Bakti sosial Pekan Agro I novasi 200 Anak turunan I

* : Akan diganti dengan parent DOC baru

(37)

Di Bengkulu permintaan ayam KUB sangat besar, setiap bulan lebih dari 500 ekor. Oleh karena itu KBI BPTP akan berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Bengkulu.Sampai Nopember 2014 telah terdistribusi sebanyak 4.168 ekor ayam KUB.

Pada musim penghujan (Nopember 2014), terjadi serangan penyakit yang diawali dari F1 sebanyak 71 ekor.Hasil pemeriksaan Rapid Test terhadap 3 unggas dan 9 disposal dinyatakan positif flu burung.Saran dari Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kota Bengkulu dilakukan pemusnahan pada parent stock (Berita Acara terlampir). Karena terjadi kematian ayam pada kandang yang lain (F1) yang dicadangkan untuk parent stock maka dilakukan pembersihan kandang selama 1 bulan dan akan di ganti dengan indukan yang baru/ membeli parent DOC pada Bulan Desember.

4.7. I mplementasi Display di BPTP Bengkulu

Pengembangan display di kantor BPTP Bengkulu bertujuan sebagai wahana kunjungan tamu dan pembelajaran bagi siswa, petani, penyuluh, dan stakeholder lainnya. Display terdiri atas beberapa bagian, diantaranya adalah 1) display sayuran yang terletak di samping gedung utama BPTP Bengkulu, 2) vertaminaponik, 3) Kebun Bibit I nti (KBI ), 4) Sayuran, buah-buahan, dan 5) Taman Agroinovasi.

Display tanaman disamping gedung utama memperlihatkan tanaman dengan 2 (dua) pola penataan, polybag dan guludan. Selain itu display juga menunjukkan cara penyiraman dengan menggunakan irigasi tetes yang berfungsi untuk menghemat penggunaan air dan tenaga kerja.

Vertaminaponik memperlihatkan pola penanaman dengan media tanam kerikil dan air yang terus mengalir menggunakan aerator.Pola ini memanfaatkan kolam ikan sebagai sumber air dan sumber pupuk bagi tanaman.Keuntungannya adalah dapat dimafaatkan pada lahan sempit, menghemat tenaga kerja, menghemat biaya pupuk, dan dapat memanen tanaman dan ikan sebagai sumber protein pada waktu bersamaan.

Kebun Bibit I nti (KBI ) di bangun di BPTP dengan tujuan menyiapkan bibit untuk KBD, sarana pembelajaran/ kunjungan siswa, petani, dan petugas.Di KBI tersedia berbagai macam bibit sayuran, buah papaya merah delima dan menyediakan berbagai informasi teknologi yang dibutuhkan mengenai budidaya tanaman sayuran.

(38)

1) Meningkatkan populasi ayam KUB dari 0% menjadi 200% di Provinsi Bengkulu; 2) Meningkatkan pengetahuan dan keetrampilan petani dalam memelihara ayam KUB dengan benar. Sedangkan manfaat dari pengembangan ayam KUB adalah : 1) terdiseminasinya bibit/ DOC ayam KUB di Provinsi Bengkulu dengan skala kawasan bahkan mampu menginisiasi tumbuhkan industri ayam kampung; 2) terpenuhinya kebutuhan bibit ayam kampung unggul bagi petani/ peternak.

Taman Agroinovasi akan menjadi pusat edukasi bagi siswa, petani, dan petugas. Taman Agroinovasi telah diperkenalkan kepada masyarakat pada pelaksanaan kegiatan Pekan Agroinovasi yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2014.

Sampai Bulan Desember 2014, Display BPTP Bengkulu telah dikunjungi oleh 10 sekolah (SD – SMA) sebagai tempat study lapangan, 1 lembaga gereja. Selain itu juga berfungsi untuk sarana penelitian 2 mahasiswa, 64 siswa magang selama 3 bulan yang berasal dari 3 sekolah menengah pertanian.

4.8. Pasar Kaw asan Rumah Pangan Lestari

Penumbuhan pasar KRPL diperlukan untuk melestarikan keberlanjutan kegiatan. Namun pada pelaksanaannya di setiap kawasan/ kelompok keberlanjutan kegiatan berdasarkan kebutuhan pasar seperti:

- Kerjasama dengan pabrik kerupuk untuk pengadaan daun bawang

- Kesepakatan dengan pedagang sayur keliling dan rumah makan untuk memproduksi sayuran organik/ minimal pestisida

- Mengembangkan KBD sebagai kios penjualan bibit dan tanaman sayuran - Lokasi penjualan tanaman sayuran segar bagi masyarakat (Kabupaten

Mukomuko dan Seluma)

- Penjualan bibit tanaman sayuran dan buah ke pasar tradisional dan di

gerai/ kios produksi

- Pasar KRPL telah dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil di Kabupaten Bengkulu Selatan

(39)

4.9. Diseminasi I novasi Teknologi

I novasi teknologi telah didiseminasikan melalui pameran bulan Pebruari pada peringatan Hari Pers Nasional dan bulan Nopember 2014 pada Hari Ulang Tahun Provinsi Bengkulu di Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu. I novasi teknologi yang didiseminasikan antara lain rumah hidroponik dan vertiminaponik. I novasi teknologi yang disampaikan diterima dengan baik oleh pengunjung pameran, terlihat dari antusiasnya pengunjung bertanya dan memperhatikan inovasi yang dipamerkan untuk mengetahui cara kerja dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membuat rumah hidroponik dan vertiminaponik.

I novasi juga disampaikan pada acara Gelar Teknologi Pengolahan Hasil pada bulan Agustus sekaligus launching Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan yang diresmikan oleh Gubernur Bengkulu

4.10. Umpan Balik Pendampingan KRPL

Untuk mengetahui efektifitas metode pendampingan yang diterima dengan baik oleh masyarakat dilakukan beberapa survey. Survey yang telah dilakukan antara lain: 1) pengetahuan dan motivasi petani terhadap KBD sebelum dan sesudah membaca buku tentang KRPL, 2) pengembangan model media komunikasi untuk percepatan adopsi anovasi ayam KUB di Propinsi Bengkulu sebelum dan sesudah membaca leaflet ayam KUB, 3) preferensi petani terhadap metode pendampingan KRPL, dan 4) pelatihan. Hasil survey tersaji pada tabel 10.

Tabel 10. Hasil Survey Efektivitas Metode Pendampingan

NO METODE PENDAMPI NGAN PENI NGKATAN

PENGETAHUAN (% ) 1. Media

- Buku/ Brosur KBD

- Leaflet

10,74 63,32

2. Pelatihan 45,45

(40)

responden menyadari bahwa buku memberikan informasi yang lebih lengkap. Pelatihan berada pada posisi tengah sebesar 45,45% . Responden senang dengan metode pelatihan karena dengan pelatihan responden dapat mempraktekkan langsung informasi yang diberikan.

Tabel 11. Preferensi Terhadap Media Penyuluhan

No Media Penyuluhan Rata-rata

1. Buku 4,11

2. Leaflet 3,89

3. Power point 3,88

4. Film 4,01

5. Pelatihan 4,21

6. Kunjungan 4,21

7. Display 4,22

(41)

V. KESI MPULAN

1. Paket teknologi yang disiapkan untuk mendampingi KWT dan penyuluh lapangan antara lain: Budidaya sayuran, Keberlanjutan KBD, Pengolahan hasil pekarangan, Budidaya vertiminaponik dan hydroponic di perkotaan. 2. Media yang disiapkan dalam pendampingan KRPL berupa media cetak (buku

saku, brosur, leaflet, banner, back wall) dan media elektronik (CD/ Film, presentasi power point).

(42)

VI . KI NERJA HASI L

1. Pendampingan KRPL dilakukan pada 69 desa/ kelurahan di 10 kabupaten/ kota.

2. Komoditas sayuran yang diadopsi oleh petani antara lain: Kol bunga, cabai, tomat, sawi, kangkung, bayam, terung, kol daun, seledri, bawang daun, bawang merah.

3. Penyebaran ayam KUB telah dilakukan di 7 kabupaten/ kota sebanyak 4.168 ekor.

4. Bahan informasi yang disebarluaskankan kepada petani adalah leaflet, buku saku, danbuku petunjuk pelaksanaan.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Andianyta, H, dkk. 2012. Modul Training of Trainers Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari: Menumbuhkan dan Mengembangkan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.

Astuti.UP, dkk. 2011. Laporan Akhir Tahun: Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Provinsi Bengkulu TA 2011. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu.

Astuti.UP, dkk. 2012. Laporan Tengah Tahun: Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Provinsi Bengkulu TA 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu.

Amin, S., Fathurrohman, F., & Hidayat, Z. (2013).Upaya Meningkatkan Koordinasi dalam Mengembangkan I ndustri Pariwisata Di Kabupaten Wonosobo. Journal of Public Policy and Management Review,2(1), 197-206.

Anonim, 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kementerian Pertanian dan Solidaritas I stri cabinet I ndonesia Bersatu (SI KI B), Jakarta.

Alice, M. and D. Foeken.1996.Urban Agriculture, Food Security snd Nutrition in Low I ncome Areas of The City of Nairobi, Kenya. Afncan Urban Quarterly, 1996 11 (2 and 3) pp 170-179 © by Afncan Urban Quarterly Ltd

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, 2010. Bahan Presentasi Rakorbang. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Bengkulu.

BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu, Bengkulu.

Badan Litbang Pertanian, 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Bakker, N., Dubbeling, S., Guendel, U., Sabel-Koschella and H. de Zeeuw (2000), "Growing Cities, Growing Food - Urban Agriculture on the Policy Agenda", DSE, Eurasburg, Germany

Haletky ,N. and O. Taylo. 2006. Urban Agriculture as a Solution to Food I nsecurity: West Oakland and People’s Grocery.Urban Agriculture in West Oakland

(44)

Makalalag, L. (2013). Efektifitas Koordinasi Perencanaan Pembangunan Desa di Kecamatan Bolaang Timur Kabupaten Bolaang Mondondow”. Jurnal Administrasi Publik, 1(1).

Pinderhughes, R. 2004. Alternative Urban Futures: Planning for Sustainable Development in Cities Throughout the World. Lanham, Boulder, New York, Toronto, Oxford: Rowman & Littleield Publishers.

Rahayu,M dan Raharjono Prawiro Atmojo. 2005. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi. Jurnal Teknologi Lingkungan.P3TL, BPPT 6 (2) :360-364

Rihastuti. DD. 1993. Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.

Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu (Online). http: / / ejournal .unud. ac.id/ abstrak / (6)% 20soca-sudarta-pks% 20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009.

Sumaryanto. 2009. Makalah Seminar Hari Pangan Sedunia di Jakarta pada Tanggal 1 Oktober 2009.

Syafruddin, dkk. 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Petani Mete dengan Pengetahuan Mereka dalam Usahatani Mete di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan Juni 2006, Vol. 2 No.2.

Werdhany, I W dan Gunawan. 2012. Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah I stimewa Yogyakarta. Jurnal I lmu-I lmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012. http:/ / stppyogyakarta.ac.id/ wp-content/ uploads/ 2013/ 04/

(45)

ANALI SI S RESI KO

Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/ pendampingan. Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 12 dan 13).

Daftar resiko pelaksanaan pendampingan KRPL tahun 2014

NO. RESI KO PENYEBAB DAMPAK

1. Koordinasi antar

-Pasar tidak mendukung

- Peningkatan produksi dan produktivitas (kinerja bersama) tidak tercapai

- Respon konsumen kecil

Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan pendampingan KRPL Tahun 2014.

NO. RESI KO PENYEBAB Penanganan

1. Koordinasi antar

-Pasar tidak mendukung

(46)

JADWAL KERJA

No Uraian kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyempurnaan RDHP X

2 Penyusunan/ pembahasan

perbaikan RODHP X

3 Koordinasi X X

4 Pelaksanaan : X X X X X X X X X X

1. Penerbitan bahan informasi

2. Display BPTP 3. KBI (sayuran, buah,

ayam KUB) 4. Demplot M-KRPL 5. KBD

6. Gelar teknologi, temu lapang

7. Pelatihan/ apresiasi 8. Ekspose , Sosialisasi

X

6 Laporan tengah tahun X

(47)

PEMBI AYAAN

No Jenis Pengeluaran Volume

Harga Satuan ( Rp.000)

Biaya

1. Belanja Bahan

- ATK, Komp suplay, dan pelaporan

- Bahan saprodi dan pendukung KBI

- Bahan saprodi dan pendukung KBD

- Konsumsi pertemuan

- Bahan informasi, papan merk, CD

2 Honor Output Kegiatan :

- Honor petugas lapang KBD,KBI

- UHL petani , petani KBD

1 Tahun

3. Belanja Bahan Non Operasional :

- Prosesing benih, analisis

lab 1 tahun 1.000

1.000

1.000

4. Belanja Jasa Profesi : Nara sumber, pengarah,

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan 6. Belanja Perjalanan lainnya :

- Perjalanan daerah

- Perjalanan luar provinsi

(48)

No Jenis Pengeluaran Realisasi

- ATK, Komp suplay, dan pelaporan

- Bahan saprodi dan pendukung KBI

- Bahan saprodi dan pendukung KBD

- Konsumsi pertemuan

- Bahan informasi, papan merk, CD

2 Honor Output Kegiatan :

- Honor petugas lapang KBD,KBI

- UHL petani , petani KBD

4.000.000 3. Belanja Bahan Non

Operasional :

- Prosesing benih, analisis

lab 1.000.000 100 100

4. Belanja Jasa Profesi : Nara sumber, pengarah,

evaluator 1.400.000 28 100

5. Belanja

Perjalanan/ transport dalam kota :

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan 6. Belanja Perjalanan lainnya :

- Perjalanan daerah

- Perjalanan luar provinsi

75.600.000

(49)

PERSONALI A

No Penjab Kegiatan/ Anggota

Peneliti/ Gelar NI P

Bidang Keahlian

Jenjang Fungsional 1 Dr. I r. Umi Pudji Astuti,MP 19610531

199003 2 001

Ekonomi Pertanian

Penyuluh Pertanian Madya

2 Dr. Wahyu Wibawa, MP 19690427 199803 1 001

Agronomi Peneliti Muda

3 I r. Ruswendi, MP 19610320 198903 1 003

Peternakan Penyuluh pertanianMadya

4 I r. Eddy Makruf 19561005 198803 1 001

Agronomi Penyuluh Pertanian Madya

5 I r. Siswani DD 19600730

198903 2 001 Peternakan

Penyuluh Pertanian Muda 6 Wilda Mikasari, M.Si 19690812

199803 2 001 Pascapanen

Peneliti Muda

7 Tri Wahyuni, S.Si 19790603

20101 2 003 Analis labor

Calon peneliti

8 Bunaiyah Honorita, SP 19890530 201101 2 009

Sosek Calon Penyuluh

9 Taupik Rahman, S.Si 19880808 20101 1 012

Analis Calon peneliti

10 Johan Syafri, A.Md 19630909 199003 1 001

Peternakan Calon Teknisis

11 Robiyanto 19800103 200710 1 001

SLTA Teknisi

12 Waluyo, A.Md 19760111 200003 1 001

Computer Teknisi

13 Heryan I swandi 19831010 200812 1 001

SLTA Teknisi

14 Sri Hartati. A 19780403 200812 2 001

(50)

Lampiran 1. Materi Narasumber

1. PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI ( KRPL) PENDAHULUAN

Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan terus digarap secara serius. Pemerintah, melalui pernyataan Presiden, menegaskan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga, sehingga tak ayal setiap rumah tangga memegang peranan sangat penting dalam mendukung upaya tersebut. Banyak cara yang bisa ditempuh, namun pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pengembangan pangan untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga, merupakan salah satu pilihan yang sangat menarik dan potensial dikembangkan. Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta I nternational Convention Center (JI CC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga.

(51)

beras mencapai 139 kg/ kapita/ tahun. Menurut Wamentan, konsumsi ini perlu diturunkan, idealnya pada kisaran 90 hingga 100 kg/ kapita/ tahun.

Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai pergeseran. Kondisi ini tentu menjadi tantangan tersendiri, sehingga pemerintah bersama-sama dengan segenap lapisan masyarakat perlu menggerakkan kembali budaya memanfaatkan dan mengelola lahan pekarangan, tak hanya bagi masyarakat perdesaan namun juga perkotaan. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.

(52)

pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang (Badan Litbang Pertanian, 2012). Ketahanan dan kemandirian pangan secara nasional dapat tercapai jika dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu merupakan salah satu inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan khususnya yang dimulai dari rumah tangga.

KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI ( KRPL)

Kawasan menunjukkan dimensi luas atau wilayah tertentu (komplek perumahan, dusun, desa, kecamatan) terdiri atas beberapa rumah yang secara bersama-sama melaksanakan suatu program. Rumah pangan lestari berarti tempat tinggal bagi keluarga atau rumah tangga yang memanfaatkan pekarangannya secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. Sedangkan lestari adalah keberlanjutan yang didukung oleh adanya kebun bibit untuk setiap kawasan rumah pangan.

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan suatu kawasan dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga/ Dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial. Untuk menjamin keberlanjutan usaha pemanfaatan pekarangan, kawasan juga harus dilengkapi dengan kebun benih/ bibit yang dikelola oleh masyarakat secara partisipatif.

Sasaran yang hendak dicapai dalam pengembangan KRPL adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial yang bermartabat dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera.

PRI NSI P KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI ( KRPL)

(53)

2. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal

3. Konservasi/ pelestarian tanaman pangan, ternak, tanaman obat untuk masa depan

4. Peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat 5. Kebun bibit

TUJUAN PENGEMBANGAN KRPL

Ada dua tujuan dalam mengembangkan KRPL, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

Tujuan Jangka Pendek

1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.

2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan.

3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

Tujuan Jangka Panjang

1. Kemandirian pangan keluarga

2. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal 3. Pelestarian tanaman pangan untuk masa depan 4. Peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat

PEMBI NAAN MENUJU LESTARI

(54)

dan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga.

Konsep lestari minimal memperhatikan 4 aspek : 1. Aspek Pelaku

Tokoh masyarakat dan para pelaksana yang menyadari bahwa hidup memerlukan pangan bergizi, segar dan menyehatkan, lingkungan hijau dan hidup produktif.

2. Aspek Pelaksanaan

• Juklak atau juknis yang mudah dipahami dan diimplementasikan

• Sosialisasi secara berkala agar pelaksana (antara atau akhir) termotivasi • Pendampingan secara berkala sehingga tujuan tercapai sesuai rencana • Monitoring dan evaluasi secara berkala untuk mendapatkan umpan balik

(perbaikan model dan pemecahan teknis lapangan) 3. Aspek Pendukung

• Kebun bibit yang terencana dan dikelola dengan baik

• Akses terhadap sarana dan pra sarana : air, media tanam, aneka benih, pupuk, dan pestisida

• Aspek kelembagaan seperti pengolahan, lembaga pasar untuk menampung kelebihan produksi, dan sebagainya

4. Aspek Promosi

• Temu lapang secara berkala untuk memotivasi dusun/ desa sekitar yang belum melaksanakan KRPL

• Advokasi secara berkala kepada pemangku kepentingan (stakeholder) tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi tentang manfaat dan keuntungan ekonomi dari KRPL

I NDI KATOR KEBERHASI LAN KRPL

1) Peningkatan Pola Pangan Harapan (PPH)

Skor PPH dihitung berdasarkan kelompok makanan yang dikonsumsi, kemudian diberi skor sesuai dengan panduan penghitungan PPH.

(55)

Dalam satu tahun, terjadi peningkatan jumlah RPL dalam satu wilayah kecamatan. Peningkatan jumlah RPL berdasarkan keinginan dan dorongan yang tumbuh (partisipasi) dari masyarakat.

3) Perkembangan jumlah dusun, desa, kecamatan, yang mengadopsi prinsip RPL/ KRPL

I ndikasi keberhasilan KRPL dapat dilihat dari perkembangan wilayah yang mengadopsi. Misalnya lokasi awal pelaksanaan baru 6 lokasi, setelah satu tahun perkembangan KRPL lebih dari 12 lokasi.

4) Peningkatan produksi (jenis komoditas, jumlah, dan kualitas)

Salah satu indikasi keberhasilan KRPL adalah terjadi peningkatan jumlah dan ragam komoditas yang dihasilkan oleh satu kawasan setiap musimnya.

5) Pengurangan belanja dapur/ penghematan pengeluaran rumah tangga 6) Kemitraan (Pemda,Lembaga/ Organisasi)

Perkembangan kemitraan yang dilakukan dari satu KRPL kepada pihak Pemda atau swasta, dalam hal : pemasok bahan baku (media tumbuh, pupuk, benih/ bibit, pestisida nabati), pemasaran hasil (pihak mana, volume per satuan waktu), sumber permodalan (pihak mana, volume per satuan waktu).

Peran yang dijalankan oleh masing-masing kelembagaan dalam sistem agribisnis m-KRPL antara lain :

Fungsi Agribisnis

(56)

informasi (teknologi, pasar, dll)

2. TEKNI K BUDI DAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN PENDAHULUAN

Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya lokal. Menurut Suryana (2009) pembangunan ketahanan pangan berhasil/ terwujud bila dua kondisi terpenuhi, yaitu (1) pada tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup (jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Bila terjadi kerawanan pangan akan mempunyai dampak besar bagi bangsa, yang meliputi aspek ekonomi (produktivitas rendah), sosial (keresahan/ kerusuhan) serta politik (instabilitas).

Salah satu butir kesepakatan Gubernur terkait dengan pembangunan ketahanan pangan adalah mengembangkan ketersediaan dan mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal, melalui (a) menjamin ketersediaan sarana dan prasarana produksi, (b) mengendalikan alih fungsi lahan, (c) melakukan pengkajian dan penerapan berbagai teknologi tepat guna pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan dan aneka pangan lokal lainnya, (d) menetapkan hari-hari tertentu sebagai hari mengkonsumsi pangan lokal, (e) mendorong berkembangnya kantin/ warung desa / sekolah / perguruan tinggi untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan lokal (BKP, 2011).Upaya diversifikasi pangan yang tertuang dalam salah satu butir kesepakatan tersebut sangat strategis dalam rangka menurunkan konsumsi beras. Saat ini konsumsi beras mencapai 139 kg/ kapita/ tahun. Menurut Wamentan, konsumsi ini perlu diturunkan, idealnya pada kisaran 90 hingga 100 kg/ kapita/ tahun.

Gambar

Tabel 1. Lokasi Pendampingan KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2014
Tabel 2. Komoditas yang diimplementasikan
Tabel 3. Kegiatan Koordinasi Pendampingan KRPL Tahun 2014
Tabel 4. Daftar Nama Liason Officer (LO) Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hambatan yang ada dalam pencapaian disiplin kerja pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah, penulis memberikan rekomendasi berupa : (1)

Berdasarkan survei awal, wilayah Pantai Kalasey mengalami abrasi dan mengakibatkan hilangnya sebagian lahan daratan yang disebabkan oleh proses laut berupa gelombang dan

 Kesan obesiti adalah kurang keyakinan diri, masalah fizikal kerana kesukarannya untuk bergerak cergas, mudah penat, tidak mempunyai kekuatan dan daya tahan otot yang baik

Dari Gambar 2 terdapat variasi hasil kandungan angka asam yang terkandung dalam crude biodiesel antara proses pertama dan proses kedua apabila menggunakan katalis

Dari hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa dengan nilai lift ratio yang besar berarti menandakan rule tersebut kemungkinan sangat besar terjadi, seperti dalam hal ini

Dari hasil organoleptik yang diperlihatkan oleh tabel 2, diperoleh panelis 1, 5, 6, 10, 16 dan 17 agak menyukai alat mat obat nyamuk yang direkayasa, panelis 4,9 dan 14

persoalan rumit yang harus dihadapi dalam hidup kesehariannya, guru tetaplah sosok penting dan cukup menentukan dalam proses pembelajaran. Keberadaan guru bagi

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa reaksi sintesis asam o-metoksisinamat dengan katalis piperidin dan piridin-piperidin (2:1) selama 5 jam pada suhu 80C telah