• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab II mwn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bab II mwn"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Hakekat Belajar, Mengajar a. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Belajar adalah modifikasi atau memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan .belajar juga diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya

Menurut pengertian ini ,belajar adalah merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan .belajar bukan hanya mengigat ,akan tetapi lebih luas dari pada itu ,yakni mengalami hasil belajar bukan suatu pengguasaan latihan ,melainkan perubahan kelakuan .

Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar ,yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan ;bealajar adalah memperoleh pengetahuan ;belajar adalah latihan-latihan kebiasaan secara otomatis.

Sejalan dengan perumusan di atas ,ada pula tafsiran lain tentang belajar,yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan .

(2)

membentuk hubungan stimulus –respons dengan latihan-latihan ,menurut fisikologi kognitif (fakta)dalam bentuk pemahaman dan pemecahan masalah ,menurut fisikologi gestalt,belajar adalah interaksi antara individu dengan lingkungan berdasarkan keseluruhan dan pemahaman.

Peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman, keterampilan, sehingga menghasilkan respon atau ide menjadi baik dan kebiasaan dalam menciptakan hubungan antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru.

b. Pengertian Mengajar

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar,dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa .

Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik /siswa disekolah Rumusan ini sesuai dengan pendapat dalam teori pendidikan mementingkan mata ajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik .

Dalam rumusan ini terkandung konsep –konsep sebagai berikut. 1.pembelajaran merupakan persiapan dimasa depan

2.pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan 3.tinjauan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan

Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.

Rumusan ini bersifat lebih umum bila dibandingkan dengan rumusan diatas ,namun antara keduannya memiliki pola pikiran seirama

(3)

1.pembelajaran bertujuan untuk membentuk manusia berbudaya 2.pembelajaran berarti suatu proses pewarisan

3.bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan

oleh karena itu ,adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa

Penulis menyimpulkan bahwa mengajar adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan, dan medorong anak didik melakukan proses belajar. Unsur yang terpenting dalam mengajar adalah merangsang serta mengarahkan siswa mengajar. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci bagi siswa untuk dapat belajar sehingga sangat diperlukan model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran.

1. Keterampilan Proses Sains

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggirs ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social sciences (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu pengetahuan Alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi Suriasumantri ( dalam Trianto 2015:136). Untuk itu, dalam hal ini peneliti akan menggunakan istilah IPA untuk merujuk pada pengertian sains yang kaprah berarti natural science.

(4)

hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dari hasilnya terwujud produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep,prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto 2015:137) . Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah ( baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan/flasifikasi Indrawati (dalam Trianto 2015:144). Dengan kata lain keterampilan ini dapat digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep/prinsip/teori. Konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan memantapkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut.

(5)

Dahar ( Trianto, 2015:148) mengemukakan bahwa keterampilan proses yang diajarkan dalam pendidikan IPA/sains memberi penekanan pada keterampilan-keterampilan berpikir yang dapat berkembang pada anak-anak. Dengan keterampilan-keterampilan proses ini merupakan suatu proses yang berlangsung selama hidup.Keterampilan proses sains perlu dilatih/dikembangkan dalam pengajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peran-peran sebagai berikut.

1. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya.

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan 3. Meningkatkan daya ingat

4. Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu. 5. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Dengan menggunakan keterampilan proses sains akhirnya akan terjadi interaksi atara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses itu sendiri. Di sekolah, keterampialan proses kebanyakan digunakan untuk menguji konsep yang telah ada atau verifikasi aja. Dengan adanya interaksi tersebut, akan timbul sikap dan nilai yang diperlukan dalam penemuan ilmu pengetahuan. Nilai ini meliputi: teliti, kreatif, tekun, tenggang rasa, bertanggung jawab, kritis, objektif, rajin, jujur, terbuka dan berdisiplin. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan proses IPA/sains, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan kosep serta menumbhkan dan mengembangkan sikap nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai (Trianto, 2015:149).

(6)

adanya kendala yang dihadapi di dalam penerapannya ,antara lain waktu yang terbatas dan banyaknya materi yang harus di pelajari .sehinga dalam pelaksanaannya /latihannya untuk menghindari kendala tersebut sangat di butuhkan suatu pemodelan

Melatih keterampilan proses sains merupakan salah satu upaya yang penting untuk memproleh keberhasilan siswa yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mdah dipelajari, dipahami, dihayati dan diingat dalamwaktu yang relatif lama bila siswa sendiri memproleh pengalaman langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan atau eksperimen. Selain itu, tujuan melatih keterampilan proses dalam pembelajaran sains diharapkan adalah sebagai berikut Muhammad (Trianto, 2015:150).

a. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam melatihkan ini siswa dipacu untuk berpartisipasi secara aktif dan eefesien dalam belajar.

b. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan produk, proses, maupun keterampilan kinerjanya.

c. Menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan secara benar, untuk mencegah terjadinya miskonsepsi.

d. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses, siswa sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep tersebut.

e. Mengembangkan pengeetahuan teori ata konsep dengan kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat.

f. Sebagai persiapan dan latiahn dalam menghadapi kenyataan hidup dalm masyarakat, karana siswa telah dilatih keterampilan dan berpikir logis dalam memecahkan masalah dalam kehidupan.

Jenis-jenis keterampilan dalam keterampilan proses

Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses,keterampilan-keterampilan proses. Keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar(basic skills)dan keterampilan –keterampilanterintegrasi(inter grated skills).

Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan

yakni:mengobservasi,mengklasifikasi,memprediksi,mengukur,menyimpulkan,dan mengkomunikasikan .

(7)

variabel secara operasional,merancang penelitian ,dan melaksanakan eksperimen funk,1985(Dr.Dimyati141)pembahasan menyangkut mengapa suatu suatu keterampilan proses penting dikembangkan ,pengertian keterampilan proses tersebut ,dan kegiatan-kegiatan yang menunjukan penampakan dari keterampilan proses tersebut

Pembahasan menyangkut mengapa suatu keterampilan proses penting di kembangkan ,pengertian keterampilan proses tersebut ,dan kegiatan –kegiatan menunjukan penampakan dari keterampilan tersebut.

Mengamati:mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan – keterampilan proses lain .

Mengamati memiliki dua sifat utama ,yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif .mengamati bersifat kualitatif apa bila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindra untuk memperoleh informasi.

Contoh kegiatan mengamati yang bersifat kualitatif ialah menentukan warna (penglihatan). Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selalu menggunakan panca indra ,juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.contoh kegiatan mengamati bersifat kuantitatif ialah menghitung panjang ruang kelas dengan satuan ukuran tegel.

Mengkalisifikasikan:mengklasifikasi merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya,sehingga didapatkan golongan berdasrkan sifat-sifat khususnya ,sehinnga didapatkan golongan /kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud

Mengkomunikasikan :berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuuk segala yang kita kerjakan .grafik ,bagan ,peta ,lambing-lambang ,diagram ,persamaan matematik ,dan demokrasi visual,sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis atau dibicarakan ,semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali digunakan dalam ilmu pengetahuan .

Menggukur :mengukur dapat di artikan sebagai membandingkan yang di ukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditatapkan sebelumnya

(8)

Kegiatan-kegiatan yang dapat digolongkan sebagai keterampilan memprediksi antara lain :berdasarkan pola-pola waktu terbitnya matahari yang telah di observasi dapat diprediksikan waktu terbitnya matahari pada tanggal tertentu .

Menyimpulkan:menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta,konsep,dan perinsip yang diketahui.

2. Model Pembelajaran

Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan tiap usaha pendidikan. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Dengan demikian, hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran.

Yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajarn dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalam buku-buku . Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai dengan yang diharapkan.

(9)

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Belajar kooperatif bukanlah suatu yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah menggunakannya atau mengalaminya, sebagai contoh saat bekarja dalam laboratorium. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktifitas. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Jadi, hakekat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran Kooperatif.

Menurut soejadi dalam teti sobari,2006 teori yang melandasi pembelajaran koperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstrtivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks ,memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu

Menurut slavin (2007),pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam ,sesuai dengan falsafah konstruktisme.dengan demikian pendidikan hendaknya mampu mengondisikan ,dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa ,menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas)sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran .

Dalam model pembelajaran kooperatif ini ,guru lebih berperan sebagai fasilitatoryang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi,dengan catatan siswa sendiri,tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya .

(10)

dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi, dalam pembelajaran Koopereatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah.

a. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

[image:10.595.69.476.455.763.2]

(Trianto 2011:66) Sintaks Pembelajaran Kooperatif terdapat enam langkah utama pembelajaran utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Adapun enam tahap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu dirangkumkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Kegiatan pembelajaran

Fase- 1 Menyampaikan tujuan dalam memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

Fase- 2 Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan

Fase- 3 Mengorganisasikan keadaan kelompok belajar

Bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan menbantu setiap kelompok belajar dan membantu setiap kelopok agar melakukan transisi secara efesien

Fase- 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

(11)

Fase- 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan belajarnya.

Fase- 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

b. Model Pembelajaran Koopetaif tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran koperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai bagian dari pembelajran ‘kooperatif learning’. Jigsaw dikembangkan untuk meningkatkan rasa tanggung jawab untuk pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran yang lain. Anita Lie,( 2004: 70) mengemukan bahwa: ‘ jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli, siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapat tugas yang sama dari kelompok lain’.

(12)

Model Jigsaw pada hakekatnya model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dan motifator.Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan penguasaan penegetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual.

c. Tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Rusman (2011:73). Langkag-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah (a) siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang, (b) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda – beda, (c) Anggota dari anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru ( kelompok ahli ), (d) Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota anggota kembali kelompok asal dan menjelaskan kepada kelompok tentang sub yang mereka kuasai, (e) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (f) pembahasan, dan (g) penutup.

[image:12.595.106.482.595.678.2]

Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli ditunjukan pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli (Trianto,2011: 74 ) Kelompok Asal ( 4-6 orang yang heterogen dikelompokkan )

(13)

a) A,B,C,D ( kelompok asal ) adalah kelompok yang masih heterogen,dimana setiap orang diberikan materi yang berbeda-beda

b) Kelompok ahli ( semua A,B,C,D) adalah kumpulan dari ahli – ahli setiap kelompok asal yang memiliki materi yang sama, yang dapat mendiskusikan materi yang mereka dapatkan. Setelah itu kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal dan menjelaskan atau membagikan pengetahuan yang diperoleh dari kelompok ahli. c) Masing – masing kelompok mengambil kesimpulan atas apa yang mereka

diskusikan.

1) Langkah langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

[image:13.595.79.480.428.762.2]

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki langkah langkah atau sintaks dalam pelaksanaanya sebagaimana dinyatakan Friendly (2014), dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Sintaks pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

No Sintak Kegiatan guru Kegiatan siswa 1 Persiapan o Guru member salam

o Guru membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang

o Guru menanyakan kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik yang akan dipelajaris

o Siswa menjawab salam dari guru o Siswa mendengarkan

dan memperhatikan penjelasan dari guru o Siswa menjawab yang

ditanya oleh guru agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru

2 Permainan o Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah konsep yang terdapat pada topik tersebut

o Siswa membentuk kelompok sesuai dengan jumlah konsep yang ada.

( kelompok asal )

3 Konfirmasi o Guru memberikan peringatan bahwa waktu

(14)

diskusi sudah hampir habis

o Guru memberikan kesempatan untuk berdiskusi, dari apa yang mereka dapat dari diskusi kelompok ahli kepada anggota dari kelompok asal

o Kemudian meminta

siswa untuk membacakan hasil diskusinya bersiap-siap berkumpul pada kelompok asal

o Anggota kelompok ahli yang sudah kembali kemudian menjelaskan hasil diskusinya di kelompok ahli tadi kepada semua anggota kelompoknya

o Setelah itu siswa membacakan hasil diskusinya dari masing masing kelompok asal

4 Refleksi o Guru memberikan tambahan/masukan untuk melengkapi jawaban yang masih dirasa kurang

o Semua kelompok membacakan seluruh hasil diskusinya didepan kelas

5 Evaluasi dan penutup

o Guru memberikan penilaian secara individu dan kelompok

o Guru memberikan review (kesimpulan) dari topic yang telah dipelajari

o Guru mengakhiri KBM dengan mengucapkan salam

o Siswa menyimak atau mencatat simpulan yang diberikan guru o Siswa menjawab

salam dari guru

2) Kelebihan dan kelemahan kooperatif tipe Jigsaw

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:

(15)

b) Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah

c) Dapat meningkatkan kemampuan social, mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal yang positif

d) Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing masing kelompok

e) Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya

f) Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman kelompok belajarnya

g) Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok h) Materi yang diberikan pada siswa dapat merata.

i) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:

a) Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit dalam pencapaian materi pada teman

b) Siswa yang aktif akan lebih akan mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi

c) Siswa yang memilki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli

d) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan

(16)

4. Model Pembelajaran Langsung

a. Pengertian model pembelajaran langsung

Model pembelajaran langsung merupakan model pengajaran yang memiliki tahapan – tahapan dalam penerapannya. Dalam model pembelajaran langsung siswa dititik beratkan pada suatu bentuk pembelajaran yang mempelajari kemampuan dasar dan proses perolehan informasi tahap demi tahap.

Menurut Arends (dalam Trianto, 2011:41), “ Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”. dan Nur (dalam Trianto, 2011:41) adalah sebagai berikut: (1). Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar. (2). Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan (3). Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil”.

Pembelajaran langsung menurut Kardi (dalam Trianto, 2011:43) dapat berbentuk ceramah, demostrasi, pelatihan atau praktik dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.

Adapun tahap-tahap yang digunakan dalam pembelajaran langsung dapat dilihat dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung

(17)

Fase I.

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pembelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase II.

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase III.

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase IV.

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberikan umpan balik

Fase V

Latihan mandiri

Guru mengatur keadaan untuk latihan yang lebih umum dengan tujuan mentransfer proses belajar untuk memindahkan pada situasi yang lebih konflek

b. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran langsung

Menurut Muhammad Fathurohman (2015 :176) Adapun kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :

1). Kelebihan model pembelajaran langsung

a) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi

dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat

mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. c) Dapat digunakan untuk menekankan poin - poin penting atau kesulitan

- kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal- hal tersebut

dapat diungkapkan.

d) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan

pengetahuan faktual yang sangat terstuktur.

e) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan

keterampilan – keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang

(18)

f) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak

dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh

seluruh siswa.

g) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi

mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias ) yang

dapat merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa.

2). Adapun kelemahan pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:

a) Model pembelajaran langsung berstandar pada kemampuan siswa

untuk mengasimulasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,

mengamati, dan mencatat.

b) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan

dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran, dan

pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.

c) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara

aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan

interpersonal mereka. Memperhatikan beberapa kelemahan di atas, maka sebaiknya dalam melaksanakan strategi ini guru perlu persiapan yang matang baik mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai hal-hal lain yang dapat memengaruhi kelancaran proses belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan.

Tabel : 2.4 Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model pembelajaran langsung.

NO Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Model Pembelajaran Langsung 1.

2. 3.

Berpusat pada siswa

Tingkat intraksi langsung antara siswa lebih banyak.

Guru menciptakan intraksi di

Berpusat pada guru

Tingkat intraksi antara siswa kurang.

[image:18.595.89.482.645.763.2]
(19)

4

antara siswa yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju.

Pengaruhnya terhadap motivasi tinggi

untuk menerima penjelasan guru, komunikasi guru yang kurang baik menjadikan pembelajaran yang kurang baik pula.

Pengaruhnya terhadap motivasi rendah.

5.Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa ( LKS)merupakan salah satu jenis alat bantupembelajaran .secara umum lks merupakn perangkat pembelajarn sebagai pelengkap atau saran pendukung pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran (RP).lembar kerja siswa berupa lembar kertasyang berupa informasi maupun soal –soal (pertanyan-pertanyaan yang harus di jawab oleh siswa)

LKS ini sebaiknya dirancang oleh guru sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajarannya. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap pemahaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep) karena LKS dirancang untuk membimbing siswa alam topik. Pada tahap pemahaman konsep, LKS dimanfaatkan untuk mempelajari pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari, yaitu pemahaman konsep Lestari (Hamdani, 2017:5).Penggunaan LKS dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

(20)

1. Berdasarkan GBPP berlaku, AMP, buku pegangan siswa (buku paket); 2. Mengutamakan bahan yang penting;

3. Menyesuaikan tingkat kematangan berpikir siswa.

Menurut Pandoyono, kelebihan dari penggunaan LKS adalah: 1. Meningkatkan aktivitas belajar;

2. Mendorong siswa mampu bekerja sendiri;

3. Membimbing siswa secara baik kearah pengembangan konsep.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.Lembar Kerja Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil beljar yang harus ditempuh. Pengatran awal (advance organizer) dari pengetahuan dan pemahaman siswa diberdayakan melalui penyedian media beljar pada setiap kegiatan ekperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat terkesan dengan baik mu pada pemahaman siswa. Karena nuansa keterpanduan konsep merupakan salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran maka muatan materi materi pada setiap lembar kegiatan siswa pada setiap kegiatannya diupayakan agar mencerminkan hal itu. Komponen-komponen LKS meliputi eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi.

2.1.1. Kajian Materi

Sesuai dengan kurikulum K13 yang tercantum dalam silabus materi pembelajaran fisika untuk kelas X, implus dan momentum.

Implus dan momentum

(21)

I = F . Δt

Besar gaya disini konstan. Bila besar gaya tidak konstan maka penulisannya akan berbeda (akan dipelajari nanti). Oleh karena itu dapat menggambarkan kurva yang menyatakan hubungan antara F dengan t. Bila pada benda bekerja gaya konstan F dari selang waktu t1 ke t2 maka kurva antara F dan t adalah

Luasan yang diarsir sebesar F x (t2 – t1) atau I, yang sama dengan Impuls gaya. Impuls gaya merupakan besaran vektor, oleh karena itu perhatikan arahnya

Satuan Impuls

Satuan Impuls I = satuan gaya x satuan waktu Satuan I = newton x sekon

= N . s = kg.m/s2 . s = kg . m/s

(22)

adalah besaran turunan yang muncul karena ada benda bermassa yang bergerak. Dalam fisika besaran turunan ini dilambangkan dengan huruf “P”. Berikut rumus momentum :

P = m . V

P = momentum (kg.m.s-1) m = massa benda (kg) V = kecepatan benda (m.s-1)

Satuan Momentum

Menurut Sistem Internasional (SI)

Satuan momentum p = satuan massa x satuan kecepatan = kg x m/s

= kg . m/s

Jadi, satuan momentum dalam SI adalah : kg.m/s

(23)

1.2. Kerangka Konseptual

Keberhasilan seseorang dalam memahami dan menguasai suatu pokok bahasan sangat signifikan dengan model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan konsep materi tersebut. Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan indikator keberhasilan seorang guru dalam usaha menyampaikan materi pelajaran. Model pembelajaran dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan sebagai pembandingnya dipiih pembelajaran Langsung.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih menekankan bagaimana siswa menemukan sendiri konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada pada fisika dengan melakukan aktivitas dimana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil untuk mempelajari materi dan mengerjakan tugas, serta anggota kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan kelompoknya dan guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran.

(24)

merencanakan bagaimana mengarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan (Rusman, 2011:217).

(25)

sama saat evaluasi, karena pada saat ini mereka harus menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok asal.

Sedangkan pembelajaran langsung yang biasa diterapkan di sekolah-sekolah yang pada umumnya terdiri dari metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Guru mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, mencatat dan menghafal serta mengadu siswa satu sama lain kemudian memberikan tugas untuk dikerjakan di tempat duduk masing-masing. Proses pembelajaran ini didominasi oleh guru sebagai sumber informasi.

1.3. Hipotesis Penelitian

Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut adalah:

Ha : Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap

keterampilan proses sains pada materi implus dan momentum di kelas X semester II SMA Negri 4 tebingtinggi pelajaran 2016/2017.

Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.1 Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli (Trianto,2011: 74  )
Tabel 2.2 Sintaks pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Tabel : 2.4  Perbedaan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  jigsaw  dan  model

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah

(2) Dinas Kesehatan; (a) perlu melakukan perhitungan secara ekonomi terhadap program penanggulangan HIV/AIDS (b) meningkatkan upaya kegiatan preventif, kuratif dan promotif kepada

Bahwa Badan Lingkungan Hudup Provinsi Jawa Timur dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro dalam Pelaksanaan Program Kampung Iklim di Desa / Kelurahan

4.12 Rekapitulasi Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text pada Materi Suhu dan Kalor .....

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir logis siswa pada materi suhu dan kalor

(2) pada siswa yang mempunyai kemampuan matematika sedang mempunyai aktifitas yaitu; Siswa menuliskan apa yang diketahui yaitu semua himpunan yang ada dalam soal dengan

Penelitian ini membuktikan bahwa self efficacy dan regulasi emosi diperlukan oleh mahasiswa baru jurusan teknik arsitektur guna meningkatkan subjective well-beingnya

Kalau saja tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan esok hari, pasti ia turutkan saja ingatan pada masa lalunya itu.. Bukankah masa lalu merupakan cambuk