• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN LABUAN BAJO KECAMATAN BANAWA KEBUPATEN DONGGALA | Muslih | GeoTadulako 3256 10096 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN LABUAN BAJO KECAMATAN BANAWA KEBUPATEN DONGGALA | Muslih | GeoTadulako 3256 10096 1 PB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN

DI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN LABUAN

BAJO KECAMATAN BANAWA KEBUPATEN DONGGALA

M U S L I H

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Peran Masyarakat Terhadap Kebersihan Lingkungan di Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala

Penulis : Muslih

Stambuk : A351 09 035

Telah diperiksa dan disetujui untuk diterbitkan

Pembimbing I

Prof.Dr.H.Djuraid,M.Hum NIP. 19581130 198503 1 004

Pembimbing II

Amiruddin, S.Pd.,M.Pd NIP. 19820907 2006 041001

Mengetahui

Ketua Jurusan P.IPS FKIP Koordinator Program Studi Pendidikan Geografi

Universitas Tadulako

(3)

ABSTRAK

Muslih (2014). Pengembangan Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Labuan Bajo

Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala, Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS Program Studi

Pendidikan Geografi Universitas Tadulako, Pembimbing (I) H.Djuraid , (II) Amiruddin .

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya peranan masyarakat dalam menjaga

kebersihan lingkungan tempat tinggal di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Labuan

Bajo karena masyarakat Labuan Bajo cenderung lebih mengutamakan kepentingan ekonomi

dibandingkan keadaan tempat tinggalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan di kawasan

Permukiman Kumuh di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Sampel pada penelitian ini sebanyak 93 KK, jenis penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan pendekatan menggunakan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dikawasan permukiman

kumuh di Kelurahan Labuan Bajo tergolong rendah. Hal ini dikaji dari aspek kondisi sarana

lingkungan, aspek frekuensi masyarakat dalam menjaga lingkungan yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti faktor pendidikan masyarakat yang masih rendah sehingga

pengetahuan tentang lingkungan masih minim, gaya hidup masyarakat yang lebih

mementingkan pekerjaan dibandingkan memperhatikan kebersihan lingkungan, kondisi

sosial budaya yang masih rendah yaitu koordinasi antar masyarakat mengenai kegiatan

menjaga lingkungan masih tergolong rendah dan sarana lingkungan masyarakat yang masih

kurang memadai.

(4)

ABSTRACT

Muslih (2014). Slum Area Development in Labuan Bajo Village, Sub District of Banawa,

District of Donggala, Thesis, Department of Education Social Studies, Geography

Education Study Program, Tadulako University, H.Djuraid (mentor 1), Amiruddin (mentor

II).

This research is motivated by the lack of community involvement in maintaining the

cleanliness of the neighborhood in the slum area of Labuan Bajo village because

community tend to prefer the interests of the economy compared to the state where they

live. The purpose of this study was to determine how the public role in maintaining the

environment in the slum area of Labuan Bajo village, Sub District of Banawa, District of

Donggala.

The sample in this study were 93 families, this type of research is a qualitative

research approach using a survey method. The results showed that the role of the

community in maintaining the environment in the slum area of Labuan Bajo village is low.

It is studied from the aspect of environmental facilities conditions, frequency aspects of

society in maintaining an environment that is influenced by several factors such as public

education is still low so that knowledge about the environment is minimal, people's

lifestyles are more concerned about jobs than the cleanliness of the environment, social and

cultural conditions that lower and coordination among the community about the activities of

protecting the environment is still relatively low and the community facilities are still

inadequate.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia adalah

masalah permukiman kumuh, terutama muncul dan berkembang di lokasi-lokasi yang

strategis di pusat kota. Salah satu penyebab munculnya permukiman kumuh ini, disebabkan

oleh makin tingginya angka pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti dengan

bertambahnya lapangan pekerjaan dan sumber daya manusia yang mamadai.

Permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga

mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam peranannya sebagai pusat pendidikan

keluarga, peningkatan kualitas generasi yang akan datang, dan merupakan indikator

terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Kondisi demikian dapat ditandai dengan

meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat. Kebutuhan tersebut antara

lain pemenuhan kebutuhan papannya. Tingginya nilai dan harga lahan permukiman di

daerah perkotaan, telah menyebabkan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan

ekonomi, terpaksa mencari lahan baru yang lebih murah untuk membangun tempat tinggal

seadanya baik secara legal, maupun illegal, sehingga tanpa disadari perkembangannya telah

mengakibatkan padatnya permukiman di daerah perkotaan yang terkesan kumuh dan kotor.

Kecamatan Banawa masuk dalam kawasan Kabupaten Donggala yang memiliki 2 kawasan

permukinan kumuh yaitu Kelurahan Boya dan Kelurahan Labuan Bajo (SK Bupati Doggala,

No.188.45/ 0896/ DPU, tentang penetapan lokasi lingkungan perumahan dan permukiman

kumuh di Kabupaten Donggala).

Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan sebagai akibat.

Ditempatkan dimanapun juga, kata kumuh tetap menjurus pada sesuatu hal yang bersifat

negatif . Pemahaman kumuh dapat ditinjau dari Sebab kumuh dimana kemunduran atau

kerusakan lingkungan hidup dilihat dari: (a) segi fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan

oleh unsur-unsur alam seperti air dan udara, (b) segi masyarakat / sosial, yaitu gangguan

yang ditimbulkan oleh manusia sendiri seperti kepadatan lalulintas, sampah. Akibat Kumuh

merupakan akibat perkembangan dari gejala-gejala antara lain: (a) kondisi perumahan yang

buruk, (b) penduduk yang terlalu padat, (c) fasilitas lingkungan yang kurang memadai, (d)

tingkah laku menyimpang, (e) budaya kumuh, (f) apati dan isolasi. (Dywangga Auliannisa.

2009:24).

Di wilayah perkotaan, pemenuhan kebutuhan akan perumahan masih menjadi

(6)

seimbang, juga faktor kemampuan/daya beli (affordability) yang rendah terutama bagi

masyarakat miskin akibat harga perumahan yang melambung tinggi. Rumah dan perumahan

seyogyanya dipandang sebagai bagian dari lingkungan permukiman dan lingkungan

permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup. Perluasan areal untuk permukiman dan

perumahan mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan alam yang semua berfungsi

sebagai area penyerapan air menjadi lingkungan buatan yang menolak resapan air.

“Kontradiksi antara perlunya perumahan dan permukiman dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan upaya pelestarian lingkungan ibarat dua mata uang yang

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya”.Budihardjo (2009:113-114).

Masyarakat di Kelurahan Labuan Bajo sebagian bermukim atau tinggal di sepanjang

pesisir pantai dan di pinggiran perbukitan dengan permukiman yang kurang teratur. Selama

ini kondisi sosial ekonomi masyarakat lebih menjadi perhatian utama, dibandingkan dengan

memperhatikan penataan dan lingkungan permukimannya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelurahan Labuan Bajo,

jumlah kepala keluarga yang tinggal dikawasan permukiman kumuh di Kelurahan Labuan

Bajo berjumlah 93 KK dengan jumlah penduduk 392 jiwa. Dari hasil observasi, terlihat

bahwa peranan masyarakat Kelurahan labuan Bajo dalam menjaga lingkungan tempat

tinggalnya masih terlihat kurang dikarenakan masih minimnya kesadaran masyarakat dan

minimnya pemahaman mengenai arti penting dari lingkungan.

BAB II METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok. Secara administratif lokasi penelitian ini terletak di

Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala dengan luas wilayah

sebesar 3,45 km2. dengan jarak dari kelurahan ke kota kecamatan yaitu 1 km.

Jumlah atau populasi kepala keluarga yang tinggal di kawasan permukiman kumuh

di Kelurahan Labuan Bajo sebanyak 93 KK. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan metode acak sederhana (Simple Random Sampling) yang

termasuk dalam kategori sampel jenuh (pencacahan lengkap/Sensus) dan yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga yang tinggal di kawasan permukiman

(7)

Populasi tersebut di atas adalah merupakan keseluruhan subyek penelitian. Peneliti

berkeinginan meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian ini

merupakan penelitian populasi. Arikunto (2006:134) menyatakan apabila subyeknya kurang

dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Adapun teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang

pengembangan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan

Banawa Kabupaten Donggala.

Tahapan dalam pengolahan data yang akan dilakukan pada analisis deskriptif ini

sebagai berikut;

a). Analisis Data Primer

Pengolahan data primer adalah pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian

dengan menggunakan instrumen penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan

fisik wilayah permukiman kumuh (keadaan lingkungan, sarana dan prasarana) serta keadaan

masyarakatnya ( Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan dan sebagainya). Dalam analisis

ini digunakan analisis deskritif kuanlitatif yang merupakan bagian dari pendekatan survey

sehingga diperoleh jumlah persentase berdasarkan pertanyaan terkait.

b). Analisis Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah diolah setengah jadi atau sudah jadi

sepenuhnya yang dipergunakan untuk mendukung data awal yang diperlukan dalam

penelitian. Data sekunder dalam penelitian adalah berupa Surat-surat resmi yang diperoleh

dari Kantor Kelurahan Setempat seperti SK Kumuh dari Bupati Donggala, data Jumlah

Penduduk Kelurahan Labuan Bajo, dan Peta administrasi Kelurahan Labuan Bajo.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3,1 Analisis Tentang Lama Tinggal Penduduk

Tabel 3.1. Identifikasi Responden Berdasarkan Lama Tinggal

Lama Tinggal Jumlah KK Persentase (%)

< 5 tahun 0 0

5-10 tahun 1 1

11-15tahun 4 4

> 15 tahun 88 88

Total 93 KK 100 %

(8)

3.2 Tanggapan Responden mengenai kondisi Lingkungan

Tabel 3.2. Tanggapan Responden Tentang Kondisi Lingkungan

Kondisi Lingkungan Jumlah KK Persentase (%)

Sangat Baik 0 0

Baik 12 13

Cukup Baik 17 18

Buruk 64 69

Total 93 KK 100%

Sumber : Data primer setelah diolah, 2014

3.3. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti

Tabel 3.3. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti dalam menjaga kebersihan lingkungan

Keikutsertaan Masyarakat Jumlah KK Persentase (%)

Selalu ikut/dating 34 37

Kadang ikut/dating 40 43

Ikut meski cuman sekali 19 20

Tidak pernah 0 0

Total 93 KK 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014.

3.4. Banyaknya kegiatan kerja bakti dalam sebulan

Tabel 3.4. Banyaknya kegiatan kerja bakti yang dilakukan dalam sebulan

Banyaknya kegiatan Kerja Bakti Dalam

Sebulan Jumlah KK

Persentase (%)

4 kali dalam sebulan 0 0

3 kali dalam sebulan 11 12

2 kali dalam sebulan 17 18

1 kali dalam sebulan 49 53

tidak pernah sama sekali 16 17

Total 93 KK 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014

3.5. Sistem kerja masyarakat labuan dalam menjaga kebersihan lingkungan

Tabel 3.5. Sistem Kerja Masyarakat di Labuan Bajo.

Sistem kerja Jumlah KK Persentase (%)

Individu 78 84

(9)

Tidak ada 0 0

Total 93 KK 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014.

3.6. Tempat Masyarakat membuang sampah

Tabel 3.6 Tempat Membuang Sampah Masyarakat di Labuan Bajo.

Tempat Membuang Sampah Jumlah KK Persentase (%)

Berdasarkan hasil analisis data sebelumya, diketahui bahwa gambaran umum

mengenai peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan di kawasan

permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo yang meliputi karakteristik responden, kondisi

sarana lingkungan, frekuensi peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan

masih sangat rendah. Tingkat peranan masyarakat yang masih tergolong rendah dipengaruhi

beberapa faktor yaitu pendidikan yang masih rendah dan pekrjaan, serta kondisi sosial yang

mempengaruhi gaya hidup masyarakat Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa

Kabupaten Donggala.

Latar belakang pendidikan masyarakat Kelurahan Labuan Bajo yang mayoritas rendah

berdampak pada ketidakmampuan mereka untuk ikut bersaing dalam mendapatkan

pekerjaan yang layak. Sehingga fokus utama masyarakat hanya pada pekerjaan nonformal

seperti nelayan, petani, tukang becak, tukang batu, tukang kayu, dan tukang ojek guna untuk

memenuhi kebutuhan sehari harinya. Artinya pola pikir masyarakat yang tinggal di

Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala lebih terfokus pada

pemenuhan Kebutuhan ekonomi keluarga dan pola pikir mereka dalam memahami

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan juga terabaikan. Mengacu pada peranan

pendidikan secara umum yaitu Pendidikan berperan untuk bimbingan yang di berikan

seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

Selain itu gaya hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya

membuat kondisi lingkungan menjadi kotor khususnya di kawasan permukiman kumuh

Kelurahan Labuan Bajo hal ini timbul akibat kurangnya koordinasi baik antara anggota

(10)

sekitar untuk melakukan kegiatan sosial untuk menjaga dan membersihkan lingkungan

sekitar. Hal ini dibuktikan dengan data primer tentang frekuensi kegiatan sosial seperti kerja

bakti, dimana frekuensi kerja bakti yang dilakukan warga sekitar untuk menjaga kebersihan

lingkungan sangat kurang, yaitu sebanyak 1-2 kali dalam waktu satu bulan. Berangkat dari

kondisi sosial yang balum maksimal perlu ada penekanan dari aspek kebudayaan yang

dapat menjadi acuan masyarakat guna meningkatkan pola pikir masyarakat akan kondisi

lingkungan sosial yang lebih baik. Dimana peranan kebudayaan dalam kehidupan sosial

diharapkan dapat merubah kondisi lingkungan yang ada, sebagaimana yang telah

ungkapkan oleh Mubarak : 2007 “ kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarya mempunyai sikap untuk selalu

menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam

pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang. Melihat kondisi sosial masyarakat di

kawasan permukiman kumuh kelurahan Labuan bajo, perlu kiranya dilakukan upaya-upaya,

berupa sosialisasi dari dinas terkait untuk memberikan pemahaman pada masyarakat akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Sarana penunjang kebersihan lingkungan yang kurang memadai juga menjadi pemicu

buruknya kondisi lingkungan permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Labuan Bajo. Hal

ini seperti yang dikemukakan oleh Syahriar, (2009:47-48) Untuk dapat menilai bahwa suatu

permukiman sehat atau tidak, perlu didasarkan pada karakteristik daerah permukiman yang

merupakan standar yang telah disepakati. Karakteristik atau standar itu didasarkan pada

beberapa aspek yaitu:

1. Keadaan fisik permukiman yang meliputi organisasi ruang, ukuran ruang, bahan

bangunan, ventilasi dan sebagainya.

2. Fasilitas jalan lingkungan, baik berupa jalan utama, jalan menengah ataupun jalan lokal.

3. Fasilitas persampahan, meliputi tempat penampungan, pembuangan sementara maupun

pembuangan akhir, termasuk sistem pengelolaannya.

4. Fasilitas air bersih meliputi ketersediaan, cara memperoleh maupun sistem

pengelolaannya.

5. Sarana pembuangan air kotor, meliputi kualitas saluran kemampuan serta sistem

(11)

Sarana kebersihan lingkungan yang kurang memadai tersebut sangat berpotensi

memperburuk kondisi lingkungan karena daya tampung fasilitas kebersihan seperti tempat

pembuangan sampah terdekat (TPST) dan mandi cuci kakus (MCK) tidak seimbang dengan

jumlah warga yang setiap harinya membuang sampah dan kebutuhan warga akan air untuk

mandi, mencuci, dan membuang tinja.

Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sekitar baik dalam bentuk sosialisasi

kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan ataupun konstribusi

dalam memberikan pemahaman dan contoh mengenai bentuk pola permukiman yang baik

dan rapi. Adapun hal hal yang belum sempat dibahas dalam penelitian bisa menjadi bahan

penelitian selanjutnya seperti kontribusi dari pemerintah dalam rangka pengembangan

kawasan permukiman kumuh.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulkan bahwa Peranan masyarakat di

kawasan permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo dalam menjaga kebersihan

lingkungan masih sangat kurang yang ditunjukkan dengan data persentase keikutsertaan

masyarakat dalam kegiatan kerja bakti. Dimana mayoritas responden sebanyak 53% (49 KK

dari 93 KK), hanya sekali sebulan ikut dalam kegiatan kerja bakti. Sistem kerja masyarakat

dalam menjaga kebersihan lingkungan yang mayoritas bersifat individu semakin membuat

kebersihan kawasan ini terabaikan. Selain itu ketersediaan sarana dan prasarana penunjang

kebersihan lingkungan di Kelurahan Labuan Bajo juga masih kurang. Hal ini disebabkan

oleh perilaku masyarakatnya yang lebih cenderung mementingkan pemenuhan kebutuhan

ekonomi keluarganya sehingga mengabaikan kebersihan lingkungan tempat tinggalnya.

Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di wilayah pesisir pantai juga menjadi

penyebab kotornya kawasan ini. Hal ini berkaitan dengan karakteristik wilayah permukiman

kumuh Kelurahan Labuan Bajo yang berada di daerah pesisir, dimana sampah-sampah yang

dibuang oleh masyarakat tersebut dibawa kembali oleh ombak ke daratan sekitar

pemukiman warga pada saat air laut sedang pasang.

4.2 Saran

1. Pemerintah Kabupaten Donggala melalui dinas terkait perlu membuat sebuah

(12)

kawasan Kelurahan Labuan Bajo, serta menyediakan sarana dan prasarana penunjang

kebersihan lingkungan agar kawasan ini lebih tertata rapi, bersih dan sehat.

2. Selain itu kawasan permukiman ini hendaknya di berikan bantuan rehab rumah kumuh,

seperti yang dikukan pemerintah melelui Dinas Sosial Kabupaten Donggala pada tahun

2012 di Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

Aziz Budianta, 2008. Kumpulan Istilah Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah, Edisi I Cetakan II.Tadulako University Press

Lutfi, M. (2013). Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

Lutfi, M. (2013). Pengembangan Wilayah Perdesaan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

LAMPIRAN

Gambar

Tabel 3.2. Tanggapan Responden Tentang Kondisi Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan pada divisi LCDM I secara keseluruhan berkaitan dengan dokumen. Dokumen tentunya memiliki keterkaitan yang erat dengan kearsipan, serta bidang peralatan

HKBP Sudirman Jakarta akan mengadakan ibadah Penghiburan bagi keluarga yang meninggal periode Januari 2020 s/d 06 Februari 2021 secara virtual zoom pada hari Minggu, 07 Februari

Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara antara tingkat pengetahuan dengan minat penggunaan kontrasepsi MOP pada suami pasangan usia subur di

Akar dari masalah yang timbul ini disebabkan karena tidak menerapkan teknologi sistem informasi dalam menjalankan usaha, sehingga penulis mengambil judul “ Perancangan

29 Sedangkan manajemen pendidikan adalah “suatu kegiatan atau ran gkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam

subjek berada di Semarang. subjek hanya merasa bahwa.. sang ibu menjadi lebih protektif kepada anak-anaknya dan. menjadi

Uji reliabilitas instrument adalah pengujian untuk membuktikan bahwa instrument yang berupa tes itu mempunyai nilai reliabiltias yang tinggi, maksudnya tes tersebut

Hasil penelitian tentang faktor determinan gastritis klinis pada mahasiswa di FKM UHO dengan jumlah sampel 242 orang menunjukan hasil bahwa yang berisiko tinggi