• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KEPEMIMPINAN GURU DALAM MANAJEMEN KEGIATAN OUTBOUND | Sugandi | Administrasi Pendidikan : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pascasarjana 186 860 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP KEPEMIMPINAN GURU DALAM MANAJEMEN KEGIATAN OUTBOUND | Sugandi | Administrasi Pendidikan : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pascasarjana 186 860 1 PB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh Imam Sugandi

82351112023

Abstrak

Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan perubahan dalam perilaku (aktivitas) lainnya dan berfungsi sebagai pengaruh yang bersifat interpersonal dalam proses interkasi dalam sebuah sistem sosial untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam prosesnya seorang pemimpin memiliki gaya dan prilaku kepemimpinan yang dapat di implementasikan dalam majemen kegiatan outbound. Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Tujuan utama kegiatan Outbond ini adalah melatih para siswa untuk mampu menyesuaikan diri (adaptasi) dengan perubahan yang ada dengan membentuk sikap professionalisme para peserta yang didasarkan pada perubahan dan perkembangan traits (sifat mendasar) dari individu yang meliputi aspek trust, belief, dan komitmen.

Kata kunci: kepemimpinan, manajemen outbound

PENDAHULUAN

Dalam kedudukannya pada kerangka pembangunan nasional, pendidikan bersifat mendasar karena menyangkut kualitas sumber daya manusia sebagai modal dasar dalam pembangunan. Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan pesertra didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuantujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Batasan tersebut menjadi isu pokok terutama dalam mengamati fungsi dari pendidikan yang menyeluruh.

Berdasarkan pokok pikiran tersebut dalam pelaksanaannya proses pendidikan dapat dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan kegiatan belajar pada beberapa kajian mata pelajaran. Namun di samping itu semua sebagai langkah pengembangan dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran yang tujuannya untuk mengembangkan seluruh potensi pada diri individu, dewasa ini dilakukan dengan penerapan pembelajaran dengan pendekatan permainan di alam terbuka (permainan dalam kegiatan outbound).

Salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah melalui aktivitas outbound yang melibatkan kegiatan olah fisik atau permainan. Cara ini cukup efektif untuk memperlengkapi

para siswa atau manajemen segala lini, dengan aktivitas pembangunan tim dan karakter (character and teamworkbuilding) dan pengalaman kegiatan outdor yang bersifat mempertajam potensi kepemimpinan.

Kegiatan outbound mempunyai arti kegiatan di luar ruangan tersebut mengandung unsur permainan, edukasi, serta rekreasi. Melalui permainan-permainan ringan yang menarik, peserta dihadapkan pada suatu tantangan untuk dipecahkan secara bersama-sama dengan sejenak melepaskan atribut masing-masing. Sehingga diharapkan tercipta suasana keakraban, kebersamaan serta kerjasama tim yang nantinya bermanfaat dalam mengatasi permasalahan yang lebih besar.

Outbound merupakan pelatihan pendidikan agar individu dapat mengembangkan keyakinan terhadap kemampuan dirinya sendiri dan memperhatikan individu yang lainnya serta dapat mengembangkan kesadaran diri walaupun dihadapkan kepada tantangan yang besar sekalipun. Oleh karena itu dalam kegiatannya outbound selalu menyertakan permainan yang besifat menyenangkan, menuntun untuk berpikir, dan menantang yang membutuhkan keyakinan dirinya dan tidak ragu-ragu untuk melakukannya.

(2)

Learning, memberi inspirasi pelaksanaan belajar di alam terbuka (aktivitas outbound). Model ini relatif dapat masuk tiga area di atas dan dapat berfungsi dalam mengembangkan potensi kognitif siswa, dilain itu model pembelajaran ini dipandang lebih baik dari pendekatan sebelumnya. Semakin banyak pengajar (guru) khususnya guru penjas yang menggunakan metode ini untuk dapat memberikan pengalaman kepada siswa terutama diranah kognisinya. Ini dikarenakan metode outbound dirasa cukup efektif untuk menyentuh ke tiga ranah area pembelajaran.

Dalam pendidikan penjas rentangan kemampuan kognitif seperti yang disebutkan di atas, dibutuhkan pada momen yang amat cepat sebelum dan sesudah melaksanakan tugas gerak dalam bentuk refleksi singkat terhadap hasil yang dicapai. Proses ini sangat kentara dengan corak permainan outbound yang melibatkan aksi menantang, berpikir, bekerja keras, bekerjasama, serta nilai disiplin dan tanggrmg jawab. Hal tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa permainan outbound merupakan bagian aktivias yang menuntut keaktifan siswa sehingga kemampuan berpikir kritisnya dapat terlatih.

Pola pembelajaran yang dikembangkan di lndonesia dewasa ini, menuntut keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dan juga menuntut kreatifitas siswa untuk mengolah data yang diberikan guru. Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta mampu memecahkan masalah dengan tepat.

Dunia pendidikan atau sekolah sebagai sumber ilmu memberikan tiga unsur pengetahuan yaitu unsur kognitif, afektif dan psikomotor. Sekarang ini, guru tidak bisa lagi dijadikan sumber ilmu dari ketiga unsur pengetahuan ini, karena pengetahuan guru juga terbatas ditengah-tengah perubahan sosial yang sangat pesat dan berbagai pengetahuan dapat diambil dari internet. Namun unsur afektif yang harus diperoleh dari pendidikan tidak dapat diambil dari internet.

PEMBAHASAN Kepemimpinan Guru

Kepemimpinan ialah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota kelompok. Guru sebagai pendidik harus bisa menjadi pemimpin yang disukai, dipercaya, mampu membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang masa. Sosok guru sebagai pembimbing dan motivatorpun sangat berperan untuk kemajuan pendidikan , sikap memberi dan mendahulukan kepentingan siswa / umum menjadi teladan dalam prilaku akan menjadikan panutan pengikut-pengikutnya atau siswa-siswi dengan sendirinya. Mereka sangat membutuhkan figur-figur seorang pemimpin yang bisa membentuk pribadinya mejadi lebih berguna dan dihargai sebagai pribadi yang utuh.

Sebagai sosok yang disukai dan menyukai siswa, seorang guru secara fisik hendaknya bisa menyenangkan hati siswa. Ini bisa dimulai dari cara berpakaian, berbicara dan tidak pelit bercanda ria. Dalam pembelajaran di kelas jangan sungkan-sungkan memberikan pujian , penghargaan untuk merangsang kemajuan belajarnya sampai siswa itu benar-benar merasa berharga dan bermanfaat bagi dirinya maupun teman-temannya. Sebagai guru harus jeli, apa yang diinginkan anak didiknya dan tidak pelit terhadap nasihat.

Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan 1. Faktor internal

Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan.

2. Faktor eksternal

(3)

Unsur-Unsur Kepemimpinan 1. Unsur manusia

Yaitu manusia sebagai pemimpin ataupun mereka yang dipimpin. Bagaimana hubungan antar mereka itu di dalam situasi kepemimpinan, bagaimana sifat seorang pemimpin dan syarat-syarat kepemimpinan itu tanpa melupakan bagaimana seharusnya memperlakukan manusia itu sebagai manusia. 2. Unsur Sarana

Yaitu merupakan segala macam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam pelaksanaannya. Termasuk bekal pengetahuan dan pengalaman yang menyangkut masalah manusia itu sendiri dan kelompok manusia. 3. Unsur Tujuan

Yaitu merupakan sarana terakhir ke arah mana kelompok manusia akan digerakkan untuk menuju maksud tujuan tertentu.

Sifat-Sifat Pemimpin 1. Cakap

Cakap di sini dalam pengertian luas bukan saja ahli (skill) atau kemahiran teknik ( technical mastery) dalam satu bidang tertentu, melainkan meliputi hal-hal yang besifat abstrak, inisiatif, konsepsi, perencanaan dsb.Seorang pemimpin harus memiliki ketajaman berpikir yang kritis dan rasional.

2. Kepercayaan

Menurut Le Bon, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat, percaya akan kebenaran tujuannya, percaya kemampuannya(pada diri sendiri ). Sebaliknya harus mendapat kepercayaan dari pengikutnya.

3. Rasa tanggung jawab

Sifat ini penting sekali, sebab mana kala seorang pemimpin tidak memiliki rasa tanggung jawab , ia akan mudah bertindak sewenang-wenang terhadap kelompoknya. 4. Berani

Berani dalam arti karena benar dan dengan perhitungan. Lebih-lebih dalam saat-saat yang kritis dan menentukan, pemimpin harus tegas, berani mengambil keputusan dengan konsekwen dan tidak boleh ragu-ragu.

5. Tangkas dan Ulet

Pemikiran seorang pemimpin harus luas. Ia berpandangan jauh ke depan harus dapat membedakan mana das sein, mana das sollen. Terutama dalam merumuskan strategi atau menggariskan suatu taktik

Gaya Kepemimpinan Guru 1. Otoriter

Dengan gaya kepemimpinan otoriter guru, peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut banyak perhatian guru. 2. Laizzes Faire

Gaya kepemimpinan yang laizes faire, biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan . Dalam kepemimpinan ini biasanya aktivitas pendidik lebih produktif kalau gurunya tidak ada.

3. Demokratis

Gaya kepemimpinan ini lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Peserta didik akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.

Manajemen Outbond

1. Konsep Manajemen Outbond

Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbound juga dapat memacu semangat belajar dan merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang di dapat dari serangkaian pengalaman petualang. Kimpraswil menyatakan bahwa outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan kepentingan. Sehingga peserta akan langsung mendapat umpan balik tentang dampak dari kegiatan yang dilakukan dan dapat dimanfaatkan sebagai cara untuk menyederhanakan dalam menyikapi kehidupan.

(4)

Outbound training menurut Jamaluddin Ancok (2002:41) adalah suatu program pelatihan di alam terbuka yang mendasarkan pada prinsip “experiental learning” (belajar melalui pengalaman langsung) yang disajikan melalui aktivitas fisik dan dikemas dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media penyampaian materi.

Dengan langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing) peserta akan langsung mendapat umpan balik tentang dampak dari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan diri masing-masing peserta di masa medatang.

Pengalaman dalam kegiatan outbound memberikan masukan yang positif dalam perkembangan kedewasaan seseorang. Pengalaman itu mulai dari pembentukan kelompok. Kemudian setiap kelompok akan menghadapi bagaimana cara berkerja sama. Bersama-sama mengambil keputusan dan keberanian untuk mengambil risiko. Tujuan outbound secara umum untuk menumbuhkan rasa percaya dalam diri guna memberikan proses terapi diri (mereka yang berkelainan) dalam berkomunikasi, dan menimbulkan adanya saling pengertian, sehingga terciptanya saling percaya antar sesama. Ancok pun menegaskan dalam bukunya outbound training. Dalam penelitiannya Afiatin menemukan bahwa penggunaan metode outbound mampu meningkatkan ketahanan terhadap godaan untuk menggunakan narkoba. Selain itu dilaporkan pula oleh Afiatin, penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson bahwa kegiatan di dalam outbound training dapat meningkatkan perasaan hidup bermasyarakat (sense of community) diantara para peserta latihan.

Secara umum maka fungsi dan tujuan outbound training adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kemampuan mengenal diri

dan orang lain.

2) Melatih ketahanan mental dan pengendalian diri.

3) Melahirkan semangat kompetisi yang sehat. 4) Meningkatkan jiwa kepemimpinan

5) Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan dalam situasi sulit secara cepat dan akurat.

6) Membangun rasa percaya diri.

7) Meningkatkan rasa kebutuhan akan pentingnya kerja tim untuk mencapai sasaran secara optimal.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan kemampuan tiap-tiap invidu yang berbeda dan terbatas dalam suatu unit kerja merupakan salah satu kendala tidak dapat tercapainya hasil yang maksimal sesuai dengan target yang diinginkan, lebih jauh adalah sulitnya menyelesaikan masalah-masalah yang timbul karena perbedaan yang ada. Hal ini dikarenakan belum terjalinnya kerja sama yang sinergis diantara individu-individu yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dengan keterbatasannya masing-masing tersebut.

Sementara pada kenyataannya memang masalah adanya perbedaan kemampuan dan tidak berjalan dengan optimalnya suatu tim (kerja) merupakan masalah umum yang sering terjadi dalam tubuh perusahaan. Mengingat dampak yang ditimbulkan, adalah suatu langkah yang sangat tepat melakukan investasi dalam hal pengembangan Sumber Daya Manusia melalui kegaiatan pelatihan, dalam hal ini fokusnya pada pembentukan suatu tim kerja (build a team) yang baik diantara invidu dalam perusahaan tersebut guna tercapainya tujuan perusahan secara efektif dan optimal.

Team Building merupakan program-program pelatihan yang intensif melalui Experiential Learning dalam rangka pembentukan suatu tim (team building) serta bagaimana masing-masing anggota kolompok tersebut dapat mengidentifikasikan dan selanjutnya secara sinergis berusaha maksimal mencapai tujuan yang dinginkan.

Melalui materi-materi pelatihan yang diberikan, para siswa juga akan mengetahui bagaimana menyikapi perbedaan yang ada diantara individu-individu dalam kelompok tersebut, dan menjadikannya suatu kekuatan yang dapat mengoptimalkan kerja tim satu tim. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah bagaimana memecahkan masalah-masalah yang timbul (problem solving) dalam tim dengan penyelesaian yang mengedepankan tujuan yang diinginkan.

Adapun metode experiential learning yand diterpakan dalam pelatiahan ini merupakan sarana yang ideal dengan Guna mencapai tujuan dan mengoptimalkan metode pelatihan diatas, media Outdoor Activities atau yang juga dikenal dengan Outbound Training merupakan pilihan yang tepat.

(5)

memberikan suasana yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berpikir dan persepsi yang kreatif dan positif dari setiap peserta guna membentuk rasa kebersamaan, keterbukaan, toleransi dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapannya akan mampu memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam pendidikan dan pembinaan di sekolah.

Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbound juga dapat memacu semangat belajar dan motivasi pengembangan diri. Outbound merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Oleh karena itu, Kimpraswil menyatakan bahwa outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi.

Kegiatan outbound berawal dari sebuah pengalaman sederhana seperti bermain. Bermain juga membuat setiap orang merasa senang, dan bahagia. Dengan bermain orang dapat belajar menggali dan mengembangkan potensi, dan rasa ingin tahu serta meningkatkan rasa percaya dirinya. Oleh karena itu, bermain merupakan fitrah yang dialami setiap manusia.

Outbound merupakan suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan baik indoor maupun outdoor yang didalam aktivitasnya terkandung nilai-nilai yang positif guna mengembangkan kemampuan terutama softskill dalam dunia kerjanya. Sedangkan konsep dasar outbound yaitu aktifitas yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan yang dilakukan di luar rutinitas keseharian.

2. Manfaat Outbond

Pada awal tahun 2000 mulai berkembang outbound di perkantoran, sekolahan dan instansi pemerintah maupun swasta. Mereka mulai tertarik dengan kegiatan outbound ini disebabkan rasa menyenangkan dan keluar dari rutinitas kantor. Hal yang melatarbelakangi sebuah instansi atau seseorang melakukan kegiatan ini adalah, bahwa kemampuan hardskill seperti keterampilan bisa dicapai dengan pengalaman danpelaksanaan secara rutin, akan tetapi kalau keterampilan softskill, seperti kreativitas, inovasi, problem solving, dapat diperoleh dengan model-model aktivitas

permainan yang menyenangkan yang terkandung nilai-nilai.

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini, adalah beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap permainan atau aktivitas yang akan dijabarkan bentuk-bentuk latihannya. Setelah selesainya kegiatan diharapkan peserta kegiatan ini dapat mengaplikasikan dalam kegiatan seharihari nilai-nilai yang telah diperoleh dalam kegiatan outbound.

Tujuan utama kegiatan Outbond ini adalah melatih para siswa untuk mampu menyesuaikan diri (adaptasi) dengan perubahan yang ada dengan membentuk sikap professionalisme para peserta yang didasarkan pada perubahan dan perkembangan traits (sifat mendasar) dari individu yang meliputi aspek trust, belief, dan komitmen serta kinerja yang diharapkan akan semakin lebih baik. Sikap dan perilaku professionalisme seperti ini.

Di dalam pelatihan ini para siswa akan dibekali dengan pengetahuan dan strategi yang berguna khususnya dalam hal:

1) Memamahami definisi team sebagai suatu kelompok dengan motivasi yang sama dari tiap-tiap individu di dalamnya.

2) Mengetahui prinsip kerja sama yang Sinergis

3) Mempersiapkan peserta untuk menerapkan asas-asas kerjasama kelompok dan budaya baru (encounter culture) dalam unit organisasi masing-masing

4) Mengetahui faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dan dievaluasi dalam pembentukan Tim yang solid, pemilihan personil dan mengatasi hambatan yang biasanya terjadi dalam Tim

5) Mengetahui bagaimana mengevaluasi team performance dan mengarahkan perbaikan-perbaikan guna efisiensi dan efektifitas tim selanjutnya

6) Meningkatkan keterampilan memecahkan berbagi masalah dalam tim (problem solving)

7) Terciptanya komunikasi yang efektif 8) Komitmen terhadap tujuan tim dengan

antusias, saling memberi informasi dan pengalaman.

9) Menjadikan organisasi lebih siap terhadap perubahan dan pengembangan Garis Besar Program.

(6)

yang berguna dalam pekerjaan sehari-hari seperti:

1) Terbentuknya suatu tim yang solid dengan kinerja yang efektif yang mengahasilkan outcome yang maksimal dalam pencapaian tujuan pendidikan.

2) Terbentuknya kerja sama antar-pribadi, antar-fungsi dan antar-lapisan dalam pendidikan.

3) Meningkatkan para siswa terhadap masalah sesama dalam pendidikan.

4) Menumbuhkan sikap saling empathy yang dalam diantara sesama siswa.

5) Menjadikan tim kerja dalam belajar lebih siap terhadap perubahan dan perkembangan dunia pendidikan.

Di antara materi yang diberikan, para siswa juga akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktis guna mengembangkan potensi diri dalam hal: self confidence, leadership dan self motivation. Pada kesimpulannya, setiap aktivitas yang ada dalam pelatihan ini baik berupa diskusi ( indoor-class ) maupun kegiatan simulasi di luar ruang (outdoor) merupakan experiential activities yang ditargetkan secara specifik untuk memahami pembentukan dan membangun suatu tim (team building) dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan tim dan pada akhirnya mengahasilkan outcome yang maksimal dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Dalam upaya menumbuhkan kreativitas ini salah satunya bisa dilakukan dengan mengadakan kegiatan outbound berupa permainan yang memerlukan tindakan kreatif, baik dilakukan secara individu maupun berkelompok. Saat ini Outbound banyak diminati oleh berbagai kalangan, baik untuk pembinaan karyawan perusahaan, instansi pemerintah. Untuk lingkungan pendidikan nonformal kayaknya cocok bila peserta didiknya sesekali di beri kegiatan outbound sebagai upaya menanamkan karakter yang kreatif, mandiri dan bertanggung jawab yang dapat dijadikan bekal hidup dikemudian hari, baik ketika akan mencari pekerjaan maupun dalam rangka membuka lapangan kerja sendiri (berwiraswasta). Hal ini sejalan dengan anggapan yang mengatakan bahwa belajar sebaiknya dilakukan dalam lingkungan alami, dimana peserta didik bisa dengan bebas menyalurkan kreativitasnya, sehingga dapat merasakan langsung pengalaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari dan berparisipasi

aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain Outbound adalah kegiatan di alam terbuka yang dapat memacu semangat belajar dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas dengan penuh kreativitas.

Aneka permainan yang disajikan dalam kegiatan outbound mengandung pesan yang dapat memberi inspirasi untuk meningkatkan kinerja dan kerjasama diantara individu dalam upaya mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai hasil yang optimal, maka materi outbound haruslah disesuaikan dengan karakteristik peserta didik agar tidak mubadzir. untuk itulah pemandu outbound harus banyak menggali informasi tentang latar belakang peserta didik sebelum merencanakan, menyusun dan melaksanakan kegiatan. latar belakang itu terkait dengan usia, kondisi sosial ekonomi keluarga, aktivitas keseharian, lingkungan pergaulannya serta pengalaman hidup yang telah dimilikinya. Dengan demikian maka dalam pelaksanan kegiatan outbound yang pesertanya terdiri dari kelompok binaan pendidikan nonformal haruslah dilaksanakan seluwes mungkin (fleksibel) agar mereka dapat memahami dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dengan penuh semangat dan bergembira.

Kegiatan outbound bagi peserta program pendidikan nonformal, yang mengatakan bahwa desain aktivitas kegiatan outbound divariasikan sedemikian rupa sehingga seluruh aspek pembelajaran yang meliputi dinamika kelompok dan materi tentang pengembangan pribadi mandiri, kemudian dilanjutkan dengan materi dalam bentuk permainan kompetisi antar kelompok maupun pengembangan psiko motorik peserta didik secara individual. Semuanya itu dikemas dalam suasana yang menyenangkan (partisipatoris approach).

(7)

dan mengesampingkan norma susila yang berlaku di masyarakat. Untuk itulah alangkah baiknya jika dalam awal kegiatan pembelajaran bagi peserta didik baru, pengelola pendidikan nonformal mengadakan kegiatan outbound, disamping sebagai sarana rekreasi juga untuk membangun kebersamaan diantara peserta didik serta memciptakan suasana yang akrap antara peserta didik, Tutor dan Pengelola program. Dengan sajian permainan outbound yang menarik, tentu akan membuat setiap peserta didik senang dan bahagia. Selain itu dengan bermain dapat belajar menggali dan mengembangkan potensi, bakat, minat dan rasa ingin tahu serta meningkatkan rasa percaya dirinya yang nantinya akan berguna sebagai bekal hidup.

3. Outbound Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Sebuah metode pelatihan untuk membangun karakter manusia (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial) yang berbasis pada pengalaman/ experiental learning dengan kegiatan di alam terbuka sebagai media utamanya. Pembelajaran ini disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi, dan petualangan serta Peserta latiahn terlibat langsung dalam aktivitas (learning by doing).

Dalam kegiatan outbond akan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam tim (teamwork), Meningkatkan motivasi dan keyakinan diri peserta didik akan kemampuan diri (personal development ) serta mampu berfikir kreatif ( inovasi ), Meningkatkan kebersamaan dan rasa saling percaya (trust). Penyegaran dan pemecahan kekakuan individu, Menumbuhkan budaya berfikir kreatif ( creative thinking ),Menjalin hubungan interpersonal yang baik, Melahirkan komunikator yang ulung, Membina pribadi yang mempunyai kemampuan dalam pengendalian diri, Melahirkan peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional dan fisikal, Mendekatkan peserta didik dengan alam dan lingkungan.

Guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam sebuah outbound training maka diperlukan kriteria kerja yang sesuai dengan permasalahan. Sehingga akan dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Demikian juga dalam outbound training. Program-program yang ditawarkan telah terperinci disesuaikan dengan permasalahan yang ada. Untuk lebih jelas

mengenai program dalam outbound training adalah sebagai berikut:

1. Achievement Motivation Outbound 2. Leadership Outbound Training 3. Team Building Outbound 4. Outing dan Gathering 5. School Training Program

SIMPULAN

Outbound sebagai salah satu bentuk perubahan model pembelajaran pendidikan non formal, yang merupakan contoh dari evolusi dan reformasi tenaga pendidik dan kependidikan. Pada praktiknya, dalam kegiatan tersebut terdapat unsur-unsur yang akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri seorang peserta didik yang tangguh, kerjasama tim yang solid dan pengembangan rasa percaya diri yang merupakan bagian dari karakter siswa. Kepemimpinan guru dalam konteks ini berperan memberikan sisi pendidikan serta berperan dalam proses pembentukan karakter para siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Drs.,H., Psikologi Sosial, Cetakan 3 ( edisi Revisi ), Juli 2009, PT. RINEKA CIPTA

Ancok. (2002). Outbound Manajemen Training. Yogyakarta: Uli Press.

Herman. (1999). Program Outdoor Education Sebagai Model Pengembangan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Sikap Kreatif Siswa Di SLTP. UGP. Bandung: Manajemen Pelatihan Olahraga: Tesisi. Tidak diterbitkan.

Jajat. (2006). Pengaruh Kegiatan Outbound Terhadap Kecemasan (Anxaity)

Kusumaatmadja. (1991). Outward Bound Indonesia (OBI) Jatiluhur Jawa Barat. Mahasiswa FPOK UPI. FPOK UPI Bandung.

Skripsi. Tidak diterbitkan.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

pengasapan konvensional yaitu dengan menggantungkan produk dalam rumah pengasapan selama 4-8 jam pada suhu 35- 40°C atau meletakkan beberapa jam dalam suatu ruangan dimana

1.) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2.) Arus darah melalui paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh

Dari kelebihan dan kekurangan DL dan GI dapat saling melengkapi sehingga dikembangkanlah model DL yang dikelola dalam GI dengan nama Group Discovery Learning

materi yang akan dipelajari sebagai pengetahuan awal dalam pembelajaran sehingga menstimulasi rasa ingin tahu siswa; (2) questioning (bertanya) pada komponen ini, siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) modul IPA terpadu dengan pendekatan saintifik tema sampah berdasarkan kriteria modul yang merujuk pada standar yang ditetapkan oleh BNSP,

Surat kuasa (asli) untuk mengikuti klarifikasi dan negoisasi teknis dan biaya bagi kuasa direktur yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian

Dengan demikian, maka sebelum daripada difikirkan soal mewujudkan sistem masyarakat Islam, dan sebelum daripada mewujudkan masyarakat Islam di atas landasan sistem itu perlu dan

Burkitt lymphoma merupakan keganasan limfosit B yang dapat disembuhkan dan pertama kali dikenal berhubungan dengan HIV 5-6.. BL juga adalah salah satu tumor limfoid