• Tidak ada hasil yang ditemukan

- LP2KD BUKU LP2KD 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "- LP2KD BUKU LP2KD 2016"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang

KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah menerbitkan Surat Keputusan Bupati Aceh Tamiang Nomor 213 Tahun 2013, tentang Pembentukan Tim Koordinasi, Sekretariat, Kelompok Kerja dan Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang. Berdasarkan Perpres No. 15 tahun 2010. Sebagai mitra TNP2K, dibentuklah Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kab/Kota berdasarkan Permendagri No. 42 tahun 2010.

Sebagai wujud pertanggungjawabanTKPK terhadap tugas koordinasi, dan pengendalian penanggulangan kemiskinan di daerah perlu dilaksanakan evaluasi terhadap usaha-usaha penanggulangan kemiskinan di daerah. Sebagai tindak lanjut, disusunlah Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan (LP2KD) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016 guna melihat perkembangan pelaksanaan dan capaian penanggulangan kemiskinan di daerah serta untuk menjelaskan kinerja TKPK dalam menyelenggarakan tugas koordinasi penanggulangan kemiskinan dan pengendalian pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan

(3)

Kemiskinan masih menjadi isu utama dalam pembangunan sosial ekonomi di Indonesia termasuk di Kabupaten Aceh Tamiang. Upaya mengatasi kemiskinan telah dilakukan antara lain dengan menyediakan beberapa kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan pembangunan pertanian. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang pada Tahun 2011-2014 terus mengalami penurunan, dari 45.300 jiwa (17,49 %) pada tahun 2011 menjadi sebanyak 39.900 jiwa (14,58 %) dan terjadi sedikit kenaikan sebanyak 40.380 jiwa (14,57 %) pada tahun. Meskipun jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang telah mengalami penurunan namun pada hakekatnya jumlahnya masih relatif tinggi, hal ini mengharuskan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dengan kerja keras dan serius dari seluruh pemangku kepentingan baik Pemerintah Daerah maupun seluruh komponen (Masyarakat, Dunia Usaha, Perguruan Tinggi, LSM dan lain-lain).

Kemiskinan adalah isu yang kompleks dan multidimensional, karena banyaknya pendekatan yang dilakukan terhadap kondisi yang disebut miskin, maka banyak definisi tentang kemiskinan. Menurut Bank Dunia (2000), pada umumnya definisi kemiskinan mengacu kepada ide dasar bahwa kemiskinan adalah masalah “kekurangan” dalam “kesejahteraan”. Dilihat dari posisi relatif, tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2015 sebesar 14,57% berada dibawah rata-rata provinsi (17,11%) dan diatas rata-rata nasional (11,13%).

Dibidang ketenagakerjaan Kabupaten Aceh tamiang Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Aceh Tamiang relatif tinggi, karena angkanya diatas 5 persen. TPT merupakan perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap total angkatan kerja. Pada tahun 2014 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Aceh Tamiang 9,75%; yang mengalami penurunan dari tingkat pengangguran pada tahun 2013 sebesar 10,49%.Namun tahun 2015 terjadi kenaikan dengan angka 14,03%.

Di bidang Pendidikan untuk Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2015 sebesar 99,28%, Angka Partisipasi Murni (APM)

(4)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

Pada tahun 2015 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 99,80%, APK SMP/MTs sebesar 94,67%, APK SMA/MA tahun 2015 sebesar 76,49% . Angka Putus Sekolah (APS) juga sangat mempegaruhi tingkat kemiskinan masyarakat. penting untuk mendapatkan penanganan khusus dari sektor yang terkait. Pada bidang kesehatan ada beberapa indikator yang digunakan yaitu Indikator-indikator tersebut adalah kondisi Mortalitas (Angka Kematian), Morbiditas (Angka Kesakitan) dan Status Gizi. Derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor utama yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika.

Untuk bidang Prasarana Dasar Persentase Rumah Tangga yang menggunakan air bersih di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 78,01 persen berada di atas rata-rata Provinsi sebesar 67,46 persen. Tingkat penggunaan air bersih di Kabupaten Aceh Tamiang berada di urutan ke 6 (enam) se Provinsi Aceh.

Berbagai kebijakan yang diambil dalam rangka untuk menanggulangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan di bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan, yang meliputi usaha

untuk meningkatkan Sumber Daya manusia, membina dan

memberdayakan IKM dan UKM serta koprasi, mengembangkan kawasan sentra industri dan one village one product agar meningkatkan nilai tambah produk lokal unggulan.

2. Kebijakan di bidang Pendidikan yaitu meliputi peningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan, meningkatkan profesionalisme aparatur, mutu tenaga pendidik dan kependidikan dan memberdayakan masyarakat dan kelembagaan kampung dalam pelaksanaan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

3. Kebijakan di bidang Kesehatan yaitu meliputi meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat serta meningkatkan penerapan Manajemen Inovasi Pelayanan.

(5)

Rendah (MBR).

5. Kebijakan di bidang Ketahanan Pangan yaiutu meliputi meningkatkan sarana dan prasarana lumbung pangan masyarakat dan pemerintah, Menumbuhkembangkan produk lokal yang handal dan meningkatkan kemampuan SDM dalam rangka penanganan rawan pangan.

Program penanggulangan kemiskinan haruslah diletakkan pada kerangka dasar yang lebih berkelanjutan agar mampu memberikan manfaat yang nyata, jangkapanjang dan berkelanjutan. Implementasi program-program penanggulangan

kemiskinan yang langsung diarahkan kepada kelompok

sasaran/targetgroup/kelompok miskin, membangun infrastruktur

sosial-kelembagaan yang baik harus juga dibangun agar dapat menjadi penopang bagi program-program penanggulangan kemiskinan.

Kegiatan monitoring dan evaluasi program penanggulangan kemiskinan pada dasarnya dilakukan oleh semua pelaku atau pemangku kepentingan (stakeholders) penanggulangan kemiskinan. Keberhasilan pelaksanaan monitoring dan evaluasi perlu dilandasi oleh kejujuran, motivasi dan kesungguhan yang kuat dari para pelaku. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah 1) Obyektif dan Profesional;

(6)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2 Maksud Tujuan ... I-2 1.3 Landasan Hukum ... I-3 1.4 Sistematika Penulisan ... I-4

BAB 2. PROFIL KEMISKINAN DAERAH

2.1. Kondisi Kemiskinan Daerah ... II-1 2.1.1 Geografi ... II-1 2.1.2 Demografi ... II-3

2.2. Kondisi Kemiskinan Multidimensial ... II-6 2.2.1 Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan ... II-8 2.2.2 Dimensi Pendidikan ... II-16 2.2.3 Dimensi Kesehatan ... II-22 2.2.4 Dimensi Prasarana Dasar ... II-27

BAB 3. KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

3.1. Regulasi Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan ... III-1 3.2. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ... III-5 3.3. Evaluasi APBD untuk Penanggulangan Kemiskinan ... III-29

3.3.1. Analisis Pendapatan Daerah ... III-29 3.3.2. Analisis Belanja Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan ... III-31

BAB 4. KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

4.1. Kelembagaan TKPK ... IV-1 4.2. Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan ... IV-1 4.3. Pengendalian Penaggulangan Kemiskinan ... IV-4 4.3.1. Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan Kemiskinan ... IV-4 4.3.2. Penanganan Pengaduan Masyarakat ... IV-7

BAB 5. PENUTUP

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Nama Tabel Halaman

Tabel 2.1 Ibu Kota Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kampung di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

II-2

Tabel 2.2 Distribusi Penggunaan Lahan di Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2015

II-2

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan

II-3

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun 2015

II-4

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008-2012

II-5

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kelompok UmurTahun 2011-2015

II-5

Tabel 2.7 Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013– 2015

II-6

Tabel 2.8 Indikator Bidang Kesehatan di Kabupaten Aceh Tamiang II-26 Tabel 3.1 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan

(APBK/OTSUS T.A 2015)

III-6

Tabel 3.2 Kegiatan Monitoring dan Evaluasi SKPK III-23

Tabel 3.3 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 – 2015

III-29

(8)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

Kabupaten Aceh Tamiang

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Nama Gambar Halaman

Gambar 2.1 Posisi Relatif Garis Kemiskinan Provinsi Aceh Tahun 2015 II-7 Gambar 2.2 Perkembangan Garis Kemiskinan (Rp) Kabupaten Aceh

Tamiang Tahun 2010-2015

II-7

Gambar 2.3 Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan (%) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

II-8

Gambar 2.4 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-8

Gambar 2.5 Analisis Efektivitan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 – 2015

II-9

Gambar 2.6 Relevansi Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015

II-9

Gambar 2.7 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015

II-10

Gambar 2.8 Perkembangan dan Analisis Efektivitas Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015

II-10

Gambar 2.9 Analisis Efektivitas Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015

II-11

Gambar 2.10 Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015

II-11

Gambar 2.11 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-12

Gambar 2.12 Analisis Efektivitas dan Relevansi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-12

Gambar 2.13 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015

II-13

Gambar 2.14 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015

II-14

Gambar 2.15 Analisis Efektivitas dan Relevansi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-14

Gambar 2.16 Perkembangan Tigkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011-2015

II-15

Gambar 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-15

Gambar 2.18 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009-2014

II-16

Gambar 2.19 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-17

Gambar 2.20 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-18

Gambar 2.21 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

(9)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Gambar 2.23 Posisi Relatif Angka Putus Sekolah Usia 13-15 (%) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013

II-20

Gambar 2.24 Posisi Relatif dan perkembangan Angka Putus Sekolah SMA/MA Kab. Aceh Tamiang

II-20

Gambar 2.25 Posisi Relatif Angka Kematian Bayi Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

II-23

Gambar 2.26 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-23

Gambar 2.27 Analissis Efektivitas Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-24

Gambar 2.28 Posisi Relatif Angka Kematian Balita (AKABA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2015

II-24

Gambar 2.29 Perkembangan dan Analisis Efektivitas Angka Kematian Balita (AKBA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup)Kab. Aceh Tamiang, Tahun 2010-2015

II-25

Gambar 2.30 Perkembangan Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per 100.000 Kelahiran Hidup) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

II-26

Gambar 2.31 Posisi Relatif Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih Menurut Kab. Aceh Tamiang di Provinsi Aceh Tahun 2015

II-27

Gambar 2.32 Posisi Relatif Rumah Tangga Yang Menggunakan Jamban Sendiri/Bersama Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh

II-27

Gambar 3.1 Proporsi Belanja Sektor Ekonomi dan Ketenagakerjaan terhadap Total Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Tamiang

III-32

Gambar 3.2 Proporsi Total Belanja Sektor Ekonomi dan Tenaga Kerja di Kabupaten Aceh Tamiang

III-33

Gambar 3.3 Efektifitas Belanja Sektor Ekonomi dan Ketenagakerjaan terhadap Angka Kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang

III-34

Gambar 3.4 Proporsi Total Belanja Daerah dengan Total Belanja Sektor Pendidikan

III-35

Gambar 3.5 Efektifitas Anggaran Belanja Kegiatan Reguler pembangunan dan rehab gedung sekolah terhadap APK SMA/MA di Kabupaten Aceh Tamiang

III-36

Gambar 3.7 Proporsi Total Belanja Sektor Kesehatan terhadap Total Belanja APBK Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011-2013

III-37

Gambar 3.8 Efektifitas Anggaran Belanja Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak terhadap AKI, AKB, dan AKBA di Kabupaten Aceh Tamiang

III-38

Gambar 3.9 Proporsi Total Belanja Sektor Prasarana Dasar terhadap Total Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Tamiang

(10)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

Kabupaten Aceh Tamiang

ix Gambar 3.11 Efektifitas Anggaran Belanja Program Sanitasi Lingkungan

berbasis masyarakat terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi

dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan

pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok

orang, baik laki-laki maupun perempuan, dalam menjalani kehidupan secara

bermartabat. Masyarakat miskin diakui mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan

anggota masyarakat lainnya.

Masyarakat miskin secara umum ditandai dengan ketidakberdayaan atau

ketidakmampuan dalam hal memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) seperti pangan

dan gizi, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Di samping itu masyarakat

miskin juga ditandai dengan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan usaha

produktif serta ketidakmampuan dalam menjangkau/mengakses sumberdaya sosial

dan ekonomi. Kemiskinan dapat menghambat pencapaian demokrasi, persatuan dan

keadilan, sehingga penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu kebijakan

utama yang diperlukan untuk memperkuat landasan pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan.

Salah satu permasalahan penanggulangan kemiskinan selama ini adalah

database kemiskinan yang belum akurat maupun variabel yang digunakan untuk

menentukan tingkat kemiskinan seseorang (kepala keluarga) serta keterpaduan

program antar SKPK dan dengan BUMN/BUMD serta masyarakat.

Secara nasional, penanggulangan kemiskinan menghadapi triple-track problem,yaitu

kemiskinan yang meskipun terus menurun namun penurunannya melambat. Kedua,

kerentanan kemiskinan, yaitu banyaknya penduduk miskin di sekitar Garis

Kemiskinan (GK) yang mengakibatkan mudahnya kelompok yang berada di atas GK

jatuh ke bawah GK. Ketiga, kesenjangan baik kesenjangan antar wilayah/provinsi

(wilayah timur dan wilayah barat) maupun kesenjangan pendapatan/konsumsi antar

penduduk secara keseluruhan dan antar penduduk miskin (indeks keparahan

kemiskinan). Dengan tantangan tersebut, penanggulangan kemiskinan perlu

(12)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

Selanjutnya untuk mendukung semua kebijakan tersebut diatas, maka pada

tahun 2010 diterbitkan kebijakan operasional berupa Peraturan Presiden Nomor 15

Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Tujuannya adalah

untuk meningkatkan efektivitas upaya pemerintah dan masyarakat, serta sektor

swasta dalam penanggulangan kemiskinan. Efektivitas tersebut berjalan melalui

penguatan kapasitas pemerintah dan peran masyarakat oleh Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Oleh karena itu percepatan penanggulangan

kemiskinan memerlukan upaya penanganan secara menyeluruh dan terpadu dengan

melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkoordinasi dan

berkesinambungan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan

Kemiskinan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang adalah untuk mengukur capain kinerja

Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) terkait dalam penanganan masalah

penanggulangan kemiskinan, termasuk permasalahan-permasalahan yang ada serta

prioritas penyelesaiannya yang akan digambarkan oleh capaian indikator pendukung.

Sedangkan isu multi dimensi ini akan dijabarkan kedalam bidang-bidang sebagai

indikator utama kemiskinan yaitu, Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur (prasarana)

Dasar, Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan, serta Ketahanan Pangan.

Dan tujuan Penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan

Daerah Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2015 adalah untuk:

a. Memberikan gambaran tentang kondisi kemiskinan di Kabupaten Aceh

Tamiang.

b. Memberikan gambaran tentang perkembangan dan permasalahan yang terjadi

dalampelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di

Kabupaten Aceh Tamiang.

c. Memberikan rekomendasi dan saran dalam rangka meningkatkan perencanaan

dan pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan untuk

mendukungkeberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Aceh

(13)

1.3. Landasan Hukum

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

kedua kalinya dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan kedua atas Undang-Undang No.32 Tahun 2004 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 No.59 Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

• Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat

Dan Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International

Covenant On Economic, Social And Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang

Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya);

• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4633);

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

• Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin;

• Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

(14)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

• Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;

• Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan yang mendelegasikan pembentukan, tugas pokok dan fungsi TKPK

di daerah;

• Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang

Berkeadilan sebagai arah implementasi program-program percepatan

penanggulangan kemiskinan;

• Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan

dan Perluasan Program Pro-Rakyat.

• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota;

• Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 16 Tahun 2013 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun

2013-2017;

1.4. Sistematika Penulisan

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Aceh

Tamiang tahun 2015terdiri dari 6 (enam) BAB. Dimana masing-masing BAB berisikan:

BAB I PENDAHULUAN; berisi gambaran umum tentang proses penyusunan dan

format dokumen LP2KD.

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Landasan Hukum

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II KONDISI KEMISKINAN KABUPATEN ACEH TAMIANG; berisi tentang

analisis terhadap indikator kemiskinan sebagai pokok analisis dan analisis terhadap

indikator utama maupun indikator pendukung bidang-bidang yang merupakan

dimensi kemiskinan.

(15)

2.2. Bidang Kesehatan

2.3. Bidang Infrastruktur (Prasarana) Dasar

2.4 Bidang Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan

2.5. Bidang Ketahanan Pangan

BAB III TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN

KEMISKINAN; merupakan analisis anggaran yang dimaksudkan untuk melihat

kemampuan fiskal daerah, komposisi sumber pembiayaan dan komposisi belanja

pada bidang prioritas, kesesuaian antara anggaran dengan prioritas (relevansi) dan

efektivitas anggaran penanggulangan kemiskinan terhadap pencapaian indikator

utama.

3.1 Komposisi Sumber Pembiayaan

3.2 Komposisi Belanja pada Bidang Prioritas

3.3 Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan

BAB IV KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN; berisi

gambaran tentang kebijakan, strategi dan program penanggulangan

kemiskinanKabupaten Aceh Tamiang.

4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan

4.3 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan

BAB V KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN; bagian ini berisi gambaran struktur dan tugas

TKPKKabupaten/Kota serta langkah-langkah dan permasalahan koordinasi, serta

pengendalian pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan.

5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

5.2 Permasalahan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

5.3 Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2015

(16)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI; berisi rekomendasi prioritas

intervensi bidang/sektoral dan wilayah, penyesuaian program dan anggaran belanja,

(17)

BAB II

PROFIL KEMISKINAN DAERAH

2.1 KONDISI KEMISKINAN DAERAH

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan mendasar yang menjadi pusat

perhatian pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Oleh

karena itu, keberhasilan pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan

merupakan bagian dari keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh

pemerintah, sehingga pengentasan kemiskinan menjadi prioritas yang paling utama

dalam melaksanakan pembangunan. Penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk

mengurangi penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dan mencegah

terjadinya kemiskinan baru.

2.1.1. Geografi

Kabupaten Aceh Tamiang berada di jalur Timur Sumatera yang strategis yang

berjarak lebih kurang 236 km dari Kota Medan Ibukota Provinsi Sumatera Utara, dan

berjarak 470 km dari Kota Banda Aceh ibukota Provinsi Aceh. Kabupaten Aceh

Tamiang terletak pada 030 53’ 18,81’’ - 040 32’ 56,76’’ Lintang Utara, 970 43’ 41,51’’ -

980 14’ 45,41’’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.957,02 km2 yang sebagian besar

terdiri dari wilayah perbukitan. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi

Sumatera Utara dan merupakan pintu gerbang memasuki Provinsi Aceh. Secara

geografis batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sebagai berikut:

- Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Langkat

Provinsi Sumatera Utara

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh

Tenggara

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera

(18)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

Luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang 1.957,02 km2 yang terdiri dari 12

Kecamatan dengan 213 Kampung dan 705 dusun, dapat kita lihat dari tabel berikut :

Tabel 2.1

Ibu Kota Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kampung di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

No Kecamatan Ibu Kota

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2016

Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari beberapa jenis penggunaan

lahan meliputi hutan, perkebunan, sawah, pemukiman dan tambak dengan rincian

jenis sebagai berikut :

Tabel 2.2

Distribusi Penggunaan Lahan di Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2015

5 Pertanian Lahan Kering/Ladang 17 .798,25 9,13

6 Sawah 16. 215,00 9,09

Total 195.702,50 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang , 2016

Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tamiang menurut BPS Tahun 2015,

(19)

wilayah Kabupaten Aceh Tamiang dan untuk permukiman/tempat tinggal hanya

13.287 Ha atau sebesar 6,79%.

2.1.2. Demografi

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan

Sumber: Badan Pusat Statistik Aceh Tamiang, 2016

Tingkat kepadatan penduduk rata-rata 142 jiwa per-km2 di tahun 2015, dengan

kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kota Kuala Simpang yaitu 4.481

jiwa per-km2.

Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2015

sebesar 2,24% dengan Kecamatan Kota Kuala Simpang merupakan Kecamatan dengan

pertumbuhan penduduk tertinggi mencapai 2,31%, dan Kecamatan Sekerak

merupakan Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk terendah hanya mencapai

2,57%.

Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2015 sebanyak 278.324

jiwa yang terdiri atas 140.307 jiwa laki-laki dan138.017 jiwa perempuan. Hal ini

(20)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) jumlah penduduk perempuan. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Penduduk Kabupaten

Aceh Tamiang pada tahun 2015 mencapai 102%, yang berarti bahwa banyaknya

penduduk laki-laki per 100 jiwa penduduk perempuan adalah 102 jiwa. Untuk lebih

lengkapnya dapat kita dari tabel berikut :

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun 2015

NO Kecamatan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang , 2016

Secara umum jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang sejak tahun 2011

terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Aceh

Tamiang berjumlah 278.324 jiwa dengan jumlah penduduk miskin berjumlah 40.380

(21)

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008-2012

Tahun Jumlah

Penduduk (jiwa)

Penduduk

Miskin (Jiwa) Persentase

2011 257.681 45.300 17,49

Jumlah penduduk miskin di Aceh Tamiang menunjukkan kecenderungan

penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Aceh

Tamiang sebanyak 45.300 jiwa (17,49%). Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin

turun menjadi 44.100 jiwa (16,70%). Pada tahun 2013 turun lagi menjadi 40.800 jiwa

(15,43%), dan pada tahun 2014 turun menjadi 39.909 jiwa (14,58%). Namun pada tahun

2015 secara persentase turun menjadi 14,57% namun jumlah masyarakat miskin

meningkat menjadi 40.380 jiwa. Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa Aceh

Tamiang masih menghadapi masalah kemiskinan.

Tabel 2.6

Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kelompok UmurTahun 2011-2015

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang , 2015

Jika dilihat menurut kelompok umur di tahun 2015 jumlah penduduk terbanyak

ada di kelompok umur 20-49 tahun sebesar 125.213jiwa dan terendah di usia 65+

tahun. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kabupaten Aceh

(22)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Tabel 2.7

Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013– 2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Berdasarkan tabel diatas maka pada tahun 2015 Angka Beban Ketergantungan di

Kabupaten Aceh Tamiang mencapai sebesar 57,03 artinya setiap 100 orang produktif

harus menanggung sekitar 57 penduduk usia tidak produktif (Usia 0-14 tahun dan

usia 65 tahun +).

2.2 Kondisi Kemiskinan Multidimensial

Kemiskinan adalah isu yang kompleks dan multidimensional, karena

banyaknya pendekatan yang dilakukan terhadap kondisi yang disebut miskin, maka

banyak definisi tentang kemiskinan. Menurut Bank Dunia (2000), pada umumnya

definisi kemiskinan mengacu kepada ide dasar bahwa kemiskinan adalah masalah

“kekurangan” dalam “kesejahteraan”.

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu situasi

dimana suatu standar kehidupan yang “layak” tidak tercapai. Dalam menentukan

standar kehidupan yang “layak”, BPS melakukan pengukuran kemiskinan

menggunakan pendekatan kebutuhan dasar, dengan pendekatan ini kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran).

Dengan pendekatan ini kemudian ditentukan Garis Kemiskinan (yang

merupakan gabungan dari Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan

non-Makanan), penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di

bawah garis kemiskinan dikategorikan penduduk miskin. Cara penentuan penduduk

miskin semacam ini disebut penentuan kemiskinan absolut. Garis Kemiskinan

(23)

Gambar 2.1

Posisi Relatif Garis Kemiskinan Provinsi Aceh Tahun 2015

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa garis kemiskinan Kabupaten Aceh

Tamiang tahun 2015 bulan Mei sebesar (Rp. 343,246,00) berada di bawah rata-rata

Provinsi Aceh (Rp. 390.150,00) dan diatas rata-rata nasionasesebsar (Rp. 330.776,00).

Gambar 2.2

Perkembangan Garis Kemiskinan (Rp) Kabupaten Aceh Tamiang

Tahun 2010-2015

Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun

(24)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.1. Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan

2.2.1.1. Persentase Penduduk Miskin (P0)

Dilihat dari posisi relatif, tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang pada

tahun 2015sebesar 14,57% berada dibawah rata provinsi (17,11%) dan diatas

rata-rata nasional (11,13%).

Gambar 2.3

Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan (%) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

Perkembangan tingkat kemiskinan di Kabuapaten Aceh Tamiang dari

Tahun 2010 sampai dengan 2015 mengalami penurunan menjadi 14,57%.

Gambar 2.4

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Analisis efektivitas persentase tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang

tahun 2010 - 2013 dapat dikatakan bahwa kabupaten Aceh Tamiang sangat efektif

(25)

tingkat kemiskinan menurun tetapi kurang efektif. Hal ini dapat kita lihat dari

semakin menurunnya tingkat kemiskinan dari 17,99 persen pada tahun 2010 menjadi

15,13 persen pada tahun 2013. Dilihat dari trendlinenya penurunan tingkat

kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang cenderung melambat.

Gambar 2.5

Analisis Efektivitan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 – 2015

Persentase tingkat kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2010 -2015

dengan tingkat kemiskinan Provinsi Aceh dan Nasional penurunannya relevan.

Gambar 2.6

(26)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.1.2. Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Tamiang sebesar 40.380

jiwa. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang menempati urutan

tertinggi ketujuh di Provinsi Aceh. Walaupun secara persentase tingkat kemiskinan di

Kabupaten Aceh Tamiang tergolong rendah namun dilihat dari jumlah penduduk

miskin tergolong tinggi.

Gambar 2.7

Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015

Dilihat dari perkembangannya, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh

Tamiang sama dengan angka kemiskinan yang terus mengalami penurunan dari

tahun ke tahun meskipun di tahun 2011 terjadi kenaikan namun tidak terlalu

signifikan dan turun menjadi 39.900 jiwa di tahun 2014 dan terjadi kenaikan di tahun

(27)

Gambar 2.8

Perkembangan dan Analisis Efektivitas Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015

Analisis efektivitas penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2011-

2014 dapat dikatakan bahwa kabupaten Aceh Tamiang sangat efektif dalam

menurunkan tingkat kemiskinan, meskipun di tahun 2015 naik menjadi 40.380 jiwa.

Dilihat dari trendlinenya penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang

cenderung melambat.

Gambar 2.9

(28)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.1.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) adalah ukuran rata-rata kesenjangan

pengeluaran penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan (GK).Semakin tinggi nilai

P1 maka semakin tinggi kesenjangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang.

Gambar 2.10

Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 1,88%

berada di bawah rata-rata Nasional (1,97%) dan di bawah rata-rata Provinsi (3,1%).

Gambar. 2.11

Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Berdasarkan gambar diatas perkembangan indeks kedalaman kemiskinan

(29)

Tingkat penurunan terbesar terlihat pada tahun 2013 ke tahun 2014 dengan

penurunan sebesar 0,52 %.

Gambar 2.12

Analisis Efektivitas dan Relevansi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Analisis efektivitas indeks kedalaman kemiskinan (P1) Kabupaten Aceh

Tamiang cenderung fluktuatif dan penurunannya melambat.Relevansi indeks

kedalaman kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2014-2015 relevan

dengan Nasional.

2.2.1.4. Indeks Keparahan Kemiskinan

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) adalah distribusi peyebaran pengeluaran

diantara penduduk miskin.Semakin tinggi nilai P2 maka semakin tinggi intensitas

kemiskinan.

Pada tahun 2015, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Aceh Tamiang

(0,44%) berada di bawah rata-rata Provinsi (0,83%) dan berada di atas rata-rata

(30)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Gambar 2.13

Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015

Selama periode 2010-2015 perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

cenderung fluktuasi.

Gambar 2.14

(31)

Gambar 2.15

Analisis Efektivitas dan Relevansi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

2.2.1.5. Tingkat Pengangguran Terbuka

Angka TPT Kabupaten Aceh Tamiang relatif tinggi, karena angkanya diatas 5

persen. TPT merupakan perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap total

angkatan kerja.

Pada tahun 2014 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Aceh Tamiang

9,75%; yang mengalamipenurunan dari tingkat pengangguran pada tahun 2013

sebesar 10,49%.Namun tahun 2015 terjadi kenaikan dengan angka 14,03%.

Gambar 2.16

(32)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Dari tahun 2011-2015 perkembangan tingkat pengangguran terbuka di

Kabupaten Aceh Tamiang cenderung menaik, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada

tahun 2015 mencapai 4,25%.

2.2.2. Dimensi Pendidikan

2.2.2.1. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara jumlah siswa usia

sedang sekolah dijenjang tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia tertentu.

APM SD/MI adalah perbandingan antara siswa usia 7-12 tahun di SD dengan jumlah

penduduk usia 7-12 tahun.

Gambar 2.17

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwaAngka Partisipasi Murni (APM) SD/MI

di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2015 sebesar 99,28%. Perkembangan Angka

Partisipasi Murni (APM) SD/MI dalam waktu kurun 5 tahun cenderung

fluktuatif.APM SD/MI dari tahun 2013-2015 cenderung naik.

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs adalah perbandingan antara siswa

(33)

Gambar 2.18

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009-2014

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs Kabupaten Aceh

Tamiang selama 2010-2013 cenderung fluktuatif, namun pada tahun 2013-2015

mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs di

Kabupaten Aceh Tamiang adalah 75,90%, tahun 2014 sebesar 77,61% dan 78,89% pada

tahun 2015.

Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA adalah perbandingan antara siswa

usia 16-18 tahun di SLTA dengan jumlah penduduk usia 16-18 tahun.

Gambar 2.19

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

.

Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA di Kabupaten Aceh Tamiang tahun

(34)

2010-Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2015.Secara keseluruhan perkembangan APM SMA/MA di Kabupaten Aceh Tamiang

cenderung menaik.

2.2.2.2. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk

usia sedang sekolah di jenjang tertentu dengan jumlah murid kelompok usia yang

berkaitan dengan jenjang pendidikannya.

APK SD/MI adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bersekolah di

SD/MI dengan jumlah murid kelompok usia 7-12 tahun.

Gambar 2.20

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Perkembangan APM SD/MI Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2015 cenderung menurun. Pada tahun 2015 APK SD/MI di Kabupaten

Aceh Tamiang sebesar 99,80%.

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs adalah perbandingan antara jumlah

penduduk yang bersekolah di SMP/MTs dengan jumlah murid kelompok usia 13-15

tahun.

Dari gambar di bawah dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi KAsar (APK)

SMP/MTs tahun 2015 di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 94,67%. Perkembangan

APK SMP/MTs kondisinya cenderung menaik dan menurun dengan capaian tertinggi

(35)

Gambar 2.21

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA adalah perbandingan antara

jumlah penduduk yang bersekolah di SLTA dengan jumlah murid kelompok

usia 16-18 tahun.

Gambar 2.22

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA tahun 2010 sebesar 65,94% naik

menjadi 74,75% pada tahun 2011. Dari tahun 2012 sampai tahun 2015 Angka

Partisipasi Murni SMA/MA cenderung mengalami kenaikan, dengan capaian APM

(36)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.2.3. Angka Putus Sekolah

Angka Putus Sekolah adalah Proporsi anak menurut kelompok usia sekolah

yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang

pendidikan tertentu. Adapun kelompok umur yang dimaksud adalah kelompok umur

7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun.

Untuk APS Usia 7-12 tahun Kabupaten Aceh Tamiang tidak ada data.

Gambar 2.23

Posisi Relatif Angka Putus Sekolah Usia 13-15 (%) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013

Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar

6,39% lebih buruk dari capaian Provinsi Aceh sebesar 4,46% dan lebih baik dari

capaian Nasional sebesar 8,54%.

Gambar 2.24

(37)

Angka Putus Sekolah (APS) SMA/MA Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2013

sebesar 33,97%, lebih buruk dari capaian rata-rata Provinsi (24,87%) dan lebih baik

dari capaian nasional (35,66%). Perkembangan APS SMA/MA dari tahun

2009(29,78%) mengalami kenaikan menajadi (36,64%) di tahun 2010 dan kembali

mengalami penurunan pada tahun 2011(33,04%). Pada tahun 2012 sedikit mengalami

kenaikan (34,3%) dan mengalami penurunan sebesar 0,51% pada tahun 2013.

Tabel 1

Indikator-indikator prioritas di bidang pendidikan yang menjadi determinan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang

INDIKATOR

Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) (2014)

99,80 93,91 105,64

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%)(2014)

94,67 85,81 90,50

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%)(2014)

Penduduk Usia 13 - 15 Tahun (2013)

Tidak ada data

6,39

Angka Putus Sekolah

Penduduk Usia 16 - 18 Tahun (2013)

Tidak ada data

33,97

Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15+(2012)

2,58 Tidak ada

data

(38)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.3 Dimensi Kesehatan

Selain dilihat berdasarkan bidang pendidikan, kemiskinan juga dapat ditinjau

dari bidang kesehatan. Bidang kesehatan berkaitan dengan kondisi kesehatan

masyarakat dan akses pada pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat terdapat beberapa indikator yang dapat

digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi

Mortalitas (Angka Kematian), Morbiditas (Angka Kesakitan) dan Status Gizi. Derajat

kesehatan dipengaruhi 4 faktor utama yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan genetika.

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat

yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab

lainnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program pembangunan

kesehatan lainnya juga dapat diukur melalui tingkat kematian yang ada.Angka

kematian meliputi Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA)

dan Angka Kematian Ibu (AKI).

2.2.3.1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum

mencapai 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang

sama. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat

(39)

Gambar 2.25

Posisi Relatif Angka Kematian Bayi Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang, Angka

Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2014 sebesar 12 per 1.000

kelahiran hidup. Kecamatan dengan AKB terendah adalah Kecamatan Bandar Psaka

sebesar 3,8 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB tertinggi adalah Kecamatan

Sekerak sebesar 28,4 per 1.000 kelahiran hidup.

Gambar 2.26

Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Perkembangan Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) di

Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2010 sampai 2015 cenderung fluktatif. Pada

(40)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Gambar 2.27

Analissis Efektivitas Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

2.2.3.2. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum

mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.

Gambar 2.28

Posisi Relatif Angka Kematian Balita (AKABA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2015

Pada tahun 2015, Angka Kematian Balita di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar

12,7 per 1.000 kelahiran hidup. Wilayah yang memiliki Angka Kematian Balita

(AKABA) yang rendah terdapat di Kecamatan Bandar Pusaka sebesar 3,80 per 1.000

kelahiran hidup. Sedangkan daerah yang memiliki Angka Kematian Balita (AKABA)

yang tinggi dan berada diatas rata-rata AKABA Kabupaten Aceh Tamiang terdapat di

(41)

Gambar 2.29

Perkembangan dan Analisis Efektivitas Angka Kematian Balita (AKBA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup)Kab. Aceh Tamiang, Tahun 2010-2015

Perkembangan AKABA di Kabupaten Aceh Tamiang menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan di tahun 2014 bila dibandingkan dengan tahun 2013. Meskipun

Angka Kematian Balita tertinggi dari tahun 2010 sampai 2015 terjadi di tahun 2012

sebesar 17,20 per 1.000 Kelahiran Hidup. dari tahun 2012 – 2015 menunjukkan bahwa

AKABA mulai menurun kembali walaupun penurunannya melambat.

2.2.3.3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam

menentukan derajat kesehatan masyarakat.AKI juga dapat digunakan dalam

pemantauan kematian terkait dengan kehamilan.Indikator ini dipengaruhi status

kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan

melahirkan.Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya

indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.AKI mengacu pada jumlah

kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan

nifas.AngkaKematian Ibu (AKI) di Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada

(42)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Gambar 2.30

Perkembangan Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per 100.000 Kelahiran Hidup) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015

Dilihat dari perkembangannya Angka Kematian Ibu di tahun 2015sebesar

181,00 per 100.000 Kelahiran Hidup jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2014

mencapai angka sebesar 259,86 per 100.000 kelahiran hidup.

Tabel 2

Indikator Bidang Kesehatan di Kabupaten Aceh Tamiang

INDIKATOR

Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup (Jiwa)

181

159 321,43

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup (Jiwa)

12

14,56 13,04

Angka Kematian Balita (AKBA) per 1000 Balita (Jiwa)

13

15,87 14,29

Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%)

84,4

99,44 92,57

Angka Morbiditas (%) (2013) 13,33 17,03

Proporsi Penduduk dengan Pengobatan

Sendiri (%) 54,43 69,74

AFP rate per 100.000 penduduk < 15 Th 0 5,58 1,13

Prevalensi Malaria (API) per 1000 penduduk 0,15

0,62 Tidak ada

data Persentase cakupan penemuan Penderita

Pneumonia Balita)

8,95

8,38 4,99

Persentase Penemuan pasien baru TB BTA+ 221 74,57 101,73 (TB)

Kasus DBD ditemukan dan ditangani 85 58,41 4,55

Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS 3 12 6

(43)

2.2.4. Dimensi Prasarana Dasar

2.2.4.1 Proporsi Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih

Gambar 2.31

Posisi Relatif Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih Menurut Kab. Aceh Tamiang di Provinsi Aceh Tahun 2015

Persentase Rumah Tangga yang menggunakan air bersih di Kabupaten Aceh

Tamiang sebesar 78,01 persen berada di atas rata-rata Provinsi sebesar 67,46 persen.

Tingkat penggunaan air bersih di Kabupaten Aceh Tamiang berada di urutan ke 6

(enam) se Provinsi Aceh.

2.2.4.2 Proporsi Rumah Tangga Yang Menggunakan Jamban Sendiri/Bersama

Gambar 2.32

Posisi Relatif Rumah Tangga Yang Menggunakan Jamban Sendiri/Bersama

(44)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Posisi relatif persentase penduduk yang menggunakan jamban sendiri/bersama di

Kabupaten Aceh Tamiang adalah 92,99 persen angka ini berada di atas rata-rata

Provinsi sebesar 73,74 persen. Kabupaten Aceh Tamiang termasuk sudah bagus untuk

pemakain jamban, hal ini dapat dilihat dari grafik yang menunjukkan bahwa

Kabupaten Aceh Tamiang berada di urutan persentase tertinggi ke 3 (tiga) se Provinsi

(45)

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

3.1 Regulasi Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan

Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Aceh Tamiang dalam rangka

penanggulangan kemiskinan terkait dimensi ekonomi dan ketenagakerjaan,

pendidikan, kesehatan, prasarana dasar, dan ketahanan pangan, sebagaimana Qanun

Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 16 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 – 2017, diarahkan

kepada :

A. Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan :

1. Meningkatkan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat penyandang

masalah sosial;

2. Meningkatkan pelayanan sosial dan rehabilitasi kesejahteraan sosial;

3. Meningkatkatan jumlah wirausaha produktif baik kelompok maupun

mandiri;

4. Meningkatkan koordinasi dengan Instansi terkait dalam rangka penyaluran

bantuan kepada masyarakat kurang mampu dan penyandang cacat;

5. Meningkatkan Program Pengembangan wilayah Strategis dan cepat tumbuh

(PNPM);

6. Menumbuh kembangkan produk lokal yang handal (One Village One Product);

7. Mengembangkan kawasan sentra industri;

8. Meningkatkan nilai tambah produk lokal unggulan;

9. Membina dan memberdayakan IKM, koperasi dan UKM serta peningkatan

SDM;

10. Menetapkan kawasan wisata sesuai struktur dan pola ruang;

11. Meningkatkan pengembangan tempat usaha perdagangan;

12. Meningkatan kesempatan kerja dan lapangan usaha melalui sistem padat

karya;

13. Mengintensifkan, pembinaan kewirausahaan dan pengembangan usaha

(46)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang

14. Menumbuh kembangkan potensi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di

masyarakat;

15. Meningkatkan perlindungan pengusaha dan pekerja di perusahaan;

16. Meningkatkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3);

17. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja pemuda dan

perempuan.

B. Pendidikan :

1. Memfasilitasi PKBM;

2. Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya lembaga pendidikan perguruan

tinggi vokasi;

3. Meningkatkan profesionalisme aparatur, mutu tenaga pendidik dan

kependidikan;

4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan stakeholder dalam

penyelenggaraan pendidikan;

5. Menjamin ketersediaan bantuan beasiswa kepada fakir/miskin;

6. Meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan;

7. Menumbuhkan budaya gemar membaca melalui pengembangan dan

pendayagunaan perpustakaan dan arsip;

8. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan kampung dalam pelaksanaan

pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

C. Kesehatan :

1. Meningkatkan penerapan Manajemen Inovasi Pelayanan;

2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat;

3. Meningkatkan upaya keselamatan ibu melahirkan dan anak;

4. Meningkatkan kesehatan anak balita;

5. Memperbaiki gizi masyarakat;

(47)

1. Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan akses pendidikan;

2. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan;

3. Meningkatkan pembangunan perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah

(MBR);

4. Meningkatkan pemberdayaan komunitas perumahan;

5. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana

permukiman;

6. Meningkatkan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan;

7. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perkotaan dan desa;

8. Meningkatkan penyediaan air baku, dan pengembangan kinerja pengelolaan

air minum dan air limbah;

E. Ketahanan Pangan :

1. Meningkatkan optimalisasi dan reklamasi lahan sebagai kawasan pangan

lestari;

2. Meningkatkan kemampuan SDM dalam rangka penanganan rawan pangan;

3. Meningkatkan sarana dan prasarana lumbung pangan masyarakat dan

pemerintah;

4. Menumbuhkembangkan produk lokal yang handal;

5. Menumbuhkembangkan agribisnis pertanian, peternakan dan Perikanan;

6. Menyusun Regulasi dibidang pertanian, peternakan dan Perikanan;

7. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi terapan tentang pertanian,

peternakan dan perikanan;

8. Pemanfaatan Sungai Tamiang sebagai kawasan industri ketahanan pangan;

9. Meningkatkan produksi hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan

perikanan;

10. Pembangunan dan optimalisasi pemanfaatan air irigasi melalui perbaikan

jaringan irigasi tingkat usaha tani;

11. Mengembangkan tanaman utama lokal lainnya;

12. Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi penggunaan bahan pangan

(48)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang

13. Meningkatkan jalan produksi pertanian, perkebunan, peternakan dan

perikanan;

14. Meningkatkan pemasaran produksi hasil pertanian, peternakan dan

Perikanan;

15. Meningkatkan teknologi, sarana dan prasarana pertanian, perkebunan,

peternakan serta perikanan.

Sedangkan kebijakan pembangunan daerah di tahun 2015 menurut Peraturan

Bupati Aceh Tamiang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pembangunan

Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014, terkait dimensi ekonomi dan

ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, prasarana dasar, dan ketahanan pangan,

diantaranya adalah :

A. Ekonomi dan Ketenagakerjaan

1. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

2. Menjamin akses penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) untuk

mendapatkan pelayanan dasar bidang sosial.

3. Mendukung pertumbuhan dan penguatan ekonomi masyarakat dan desa.

B. Pendidikan :

Meningkatkan sarana dan infrastruktur pendidikan dan peningkatan mutu

pendidikan.

C. Kesehatan :

Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan dasar.

D. Prasarana Dasar :

1. Penataan perkotaan

2. Pembangunan rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat

dan aman, didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)

E. Ketahanan Pangan :

Melakukan pengembangan potensi ekonomi daerah melalui produk unggulan

(49)

3.2.1 Sinkronisasi antar dokumen perencanaan

Pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan Tahun Anggaran

2015 yang didanai APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2015, disajikan pada tabel

(50)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

Tabel 3.1 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan (APBK/OTSUS T.A 2015)

NO Kebijakan RPJM Tahun Ketiga (2015)

SKPK

Pelaksana Program Kegiatan

Realisasi

Dinsosnakertrans 1. Pemberdayaan Fakir

Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya

1. Pemberdayaan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS)

19.990.000

×

2. Pelatihan Keterampilan Usaha Ekonomi

Produktif (UEP) bagi Keluarga Rentan

49.377.000

3. Pelatihan Keterampilan Usaha Ekonomi

Produktif (UEP) bagi Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE)

50.157.000

4. Dana Sharing Kegiatan-kegiatan

program Keluarga Harapan (PKH)

193.201.710

×

2. Pelayanan dan Rehabilitasi

Kesejahteraan Sosial

5. Buffer Stock Logistik dan Mobilisasi

Bantuan untuk Korban Bencana Sosial

47.500.000

×

6. Rehab Rumah Tidak Layak 56.537.000

7. Pengadaan Bahan Bangunan Rumah

Bagi Masyarakat Tidak Mampu

99.680.000

×

8. Rehab Rumah di Kecamatan Seruway 143.133.000

×

9. Rehabililtasi Rumah Warga Miskin 79.505.000

×

10. Sosialisasi Bahaya HIV-AIDS bagi Eks

Wanita Penyandang Masalah Tuna Sosial (WNPTS)

100.108.000

×

11. Pelatihan Keterampilan Bagi

Penyandang Cacat dan Trauma

(51)

3. Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma

12. Pelatihan Keterampilan Kecantikan dan

Tata Rias Pengantin Bagi Penyandang Cacat Tuna Rungu/Tuna Wicara

66.082.000

13. Pengadaan Sarana dan Prasarana Bagi

Penyandang Cacat Fisik

126.663.750

14. Pelatihan dan Keterampilan Usaha

Ekonomi Produksi (UEP) Bagi Penyandang Disabilitas

152.940.000

×

15. Pembinaan Sarana dan Prasarana

Pendukung Usaha Bagi Penyandang Disabilitas

206.852.000

×

BPM 4. Program Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Teknologi Tepat Guna

16. Penyelenggaraan Gelar Teknologi Tepat

Guna

117.986.390

×

17. Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna

Pedesaan (Posyantekde)

58.324.550

×

18. Lomba Inovasi Tknologi Tepat Guna Tk.

Kabupaten/Propinsi

30.908.350

×

2. Meningkatkan usaha

perlindungan terhadap tenaga kerja

Dinsosnakertrans 5. Perlindungan

Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

19. Penyebaran Informasi Tentang

Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Bagi Masyarakat

54.336.000

×

20. Fasilitasi Lembaga Kerjasama (LKS)

Tripartit Kabupaten Aceh Tamiang

34.980.000

×

21. Fasilitasi Penyelesaian Hubungan

Industrial dan PHK Bagi Pekerja dan Pengusaha

32.285.000,

×

22. Penyuluhan Bagi Tenaga Kerja Wanita

di Perusahaan

Dinsosnakertrans 6. Penempatan dan Perluasan

Kesempatan Kerja

24. Pengembangan Kelembagaan

Produktifitas dan Pelatihan Masyarakat Wirausaha

73.400.000

4. Mengembangkan

kawasan berpotensi

Dinsosnakertrans 7. Pengembangan Wilayah

Transmigrasi

25. Penyuluhan dan Sosialisasi

Transmigrasi

(52)

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

sebagai pusat

pertumbuhan ekonomi

26. DED Revitalisasi Kawasan Wilayah

Transmigrasi

148.590.000

×

5. Meningkatkan

kelembagaan ekonomi masyarakat

BPM 8. Pengembangan Lembaga

Ekonomi Pedesaan

27. Bimbingan teknis pengelolaan program

PEPG, UEPG dan UEDSP

13.795.700

×

28. Pelatihan Keterampilan Manajemen

Badan Usaha Milik Kampung (BUMK)

28.055.840

×

29. Pembinaan Badan Usaha Milik

Kampung (BUMK)

29.399.800

×

30. Fasilitasi Kebutuhan Masyarakat

Pedesaan

670.544.000

×

Disperindagkop 9. Program Penciptaan Iklim

Usaha Usaha Kecil Menengah yang Konduksif

31. Fasilitasi Usaha Kecil Menengah

10. Program Pengembangan

Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetetif Usaha Kecil menengah

32. Penyelenggaraan Pelatihan

Kewirausahaan

35.910.000

×

11. Program Pengembangan

Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

33. Penyelenggaraan Promosi Produk

Usaha Mikro Kecil Menengah

132.780.000

×

34. Pengembangan Kebijakan dan Program

Peningkatan Ekonomi Lokal

233.491.550

12. Program Peningkatan

Kualitas Kelembagaan Koperasi

35. Pembinaan, Pengawasan dan

penghargaan Koperai Berprestasi (dalam rangka HARKOP)

233.491.550

×

36. Fasilitasi Bagi Pelayanan Koperasi

(DED)

14.874.450

×

37. Revitalisasi Koperasi 62.460.000

×

38. Fasilitas Bagi Pelayanan Koperasi,

Bantuan Perlengkapan Bagi Gedung Tempat Pelayanan Koperasi

(TPK)(Otsus)

(53)

39. Pembangunan Gedung Tempat

40. Pembuatan Data Base Koperasi 19.284.000

×

41. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan 12.760.000

×

42. Perkuatan Modal Koperasi Makmur

Bersama

47.190.000,

×

14. Peningkatan Kualitas

Sumber Daya Manusia

43. Pelatihan Management dan

Pengembangan Produk dan Usaha Bagi Pengurus Koperasi

44. Pelatihan Akuntansi dan

Pengembangan Produk dan Usaha Bagi Pengurus Koperasi

38.895.000

33.449.250

×

15. Program Pembinaan

Pedagang Kaki Lima dan Asongan

45. Penataan Tempat Baru Usaha Bagi

Pedagang Kaki Lima dan Asongan

40.264.900

16.Pengembangan Industri

Kecil dan Menengah

46. Pemberdayaan Industri Rumah Tangga

dan Kerajinan Industri Kreatif

437.141.850

×

47. Pemberdayaan Industri Rumah Tangga

Bidang IKAHH

152.880.850

×

48. Promosi Hasil Kerajinan Daerah 54.150.000

×

49. Kegiatan Dekranas 54.150.000

×

50. Pembinaan Kemampuan teknologi

industry, Pemanfaatan Gedung

Kewirausahaan (Bagi Pelaku UMKM)

35.910.000

×

6. Meningkatkan produksi

komoditi unggulan lokal

Dishutbun 18. Peningkatan produksi

pertanian/perkebunan

52. Pengadaan Fungisida Tricoderma Sp utk

Karet

(54)

53. Pengadaan Herbisida (Karet & Kelapa Sawit)

117.978.000

×

54. Pengadaan Bibit Karet Okulasi Siap

Salur (OTSUS)

298.600.000

×

55. Pengadaan Bibit Kelapa Sawit Siap

Salur (OTSUS)

324.984.000

×

56. Pembangunan Jalan Produksi Kebun 455.753.000

×

57. Pengadaan Pupuk (Karet dan Kelapa

sawit)(OTSUS)

268.277.000

×

58. Pengadaan Timbangan Gantung

Kapasitas 110kg

68.310.000

×

59. Pengadaan Bibit Serai Wangi 127.898.000

×

60. Pengadaan Bibit Sawit dan Karet 59.415.000

×

61. Pembuatan Jalan Produksi

Kp.Seumadam

167.942.000

×

62. Pengadaan Kereta Sorong 74.415.000

×

63. Pengadaan Hand Sprayer 56.478.400

×

64. Pengerasan Jalan Produksi Perkebunan 98.970.000

×

65. Pembangunan Jalan Produksi Kp.Bukit

Keranji

74.675.000

×

DKP 19. Pengembangan perikanan

tangkap

66. Pengadaan Sarana Penangkapan Ikan

Perahu Motor Tempel (OTSUS)

361.445.000

67. Pengadaan Sarana Penangkapan Ikan

Perahu Motor Tempel (DAK)

717.603.800

68. Pengadaan Sarana Perikanan Tangkap 610.758.000

69. Pengadaan Sampan 49.820.800

×

70. Pengadaan Alat Tangkap Ikan dan

Perlengkapannya

(55)

20. Program Pengembangan Budidaya Perikanan

71. Pembangunan Jembatan Produksi

Perikanan (termasuk pengawasan) (OTSUS)

1.214.071.000

72. Rehab Pematang Tambak Masyarakat

(OTSUS)

851.460.000

×

73. Pengadaan Sarana Produksi Ikan Air

Payau

163.750.000

×

74. Pengadaan Agroinput Budidaya Ikan Air

Tawar

63.800.000

75. Pelatihan Pembuatan Briket

Pengembangan Budidaya Air Tawar/Pokdakan

175.630.000

×

76. Rehab. Pematang & Pintu Air Tambak

(DAK)

509.714.800

×

77. Pengembangan BBI dan BBAP (Silpa

DAK)

951.649.000

×

78. Rehabiliatasi Tambak Masyarakat (Silpa

DAK)

424.795.000

×

79. Pembuatan Keramba 29.563.000

×

80. Rehabilitasi Tambak Masyarakat 638.508.000

×

81. Konservasi Tuntung 50.440.000

×

82. Pembangunan Balai Pertemuan

Kelompok Budi Daya

214.562.000

×

7. Meningkatkan fungsi

kawasan penyangga, konservasi dan lindung

Dishutbun 21. Rehabilitasi Hutan dan

Lahan

83. Pengembangan Jenis tanaman Bakau

Untuk Olahan Pangan Peningkatan Ekonomi Rakyat

127.767.500

×

84. Pengambangan Pola Agroforestry 162.055.000

×

85. Pengembangan Budidaya Jamur Tiram 143.921.000,

×

86. Pengembangan Budidaya Jamur

Tiram(DAK)

Gambar

Gambar 2.14 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Aceh Tamiang
Gambar 2.16 Perkembangan Tigkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Aceh Tamiang
Gambar 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Aceh Tamiang
Gambar  2.19 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Aceh Tamiang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah perencanaan program latihan renang membahas mengenai pengertian, konsep dasar, manfaat, karakteristik periodisasi latihan dalam renang, macrocycles

Emosi adalah suatu keadaan yang kompleks dari oraginism seperti tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan dalam organ tubuh yang sifatnya luas, biasanya

Bab ketiga memuat tentang data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan dihimpun oleh penulis dari berbagai sumber hukum yang berkaitan dengan pengertian

4) Promosi yang dilakukan oleh Gitaran Sore Sore di media social efektif karena informasi yang disampaikan melalui twitter mendapat respon positif. Sesuai dengan

Ketentuan Pasal 46 ayat (2) tersebut memperlihatkan bahwa korporasi dapat dikatakan melakukan tindak pidana ketika tindak pidana itu dilakukan oleh orang-orang, baik

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

dan pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti mengambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis tempat penampungan air, letak tempat

Sehingga dengan adanya anak inklusi yang di- terima disekolah ini mengharuskan seorang guru untuk bisa menyesuaikan dalam penggunaan kurikulum bahkan dalam