• Tidak ada hasil yang ditemukan

S JKR 1006277 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S JKR 1006277 Chapter1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah wahana untuk mendapat pengetahuan serta

keterampilan baru, yang di dapat dari lingkungan maupun hasil belajar sendiri.

Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam

diri sehingga mampu berkembang secara optimal. Dengan proses pendidikan yang

telah dijalani, seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mampu

diaplikasikan dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Adapun Menurut

UU No. 20 tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan yang didapat melalui pembelajaran, pelatihan ataupun

penelitian memiliki berbagai tujuan, tujuan tersebut terbagi kedalam domain yang

perlu dikembangkan, menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria

(dalam Rusman, 2012: 171): „Klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain atau tiga

skemata, yaitu : 1) Domain Kognitif; 2) Domain Afektif; 3) Domain

Psikomotorik‟.

Domain kognitif adalah kemampuan siswa untuk memperoleh

pengetahuan baru, mampu memahami dan mampu menerapkan pengetahuan

tersebut, domain afektif adalah kemampuan siswa untuk mampu menerima

keadaan dirinya dan lingkungan, serta mampu menampilkan sambutan dan

penghargaan yang baik kepada dirinya dan lingkungan, lalu domain psikomotor

adalah kemampuan siswa untuk menerima, menganalisis sebuah aktivitas gerak

(2)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang tidak pernah absen di

setiap jenjang pendidikan, pendidikan jasmani hadir di dunia pendidikan untuk

mengembangkan seluruh domain atau skemata dalam diri seseorang, pendidikan

jasmani memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses perkembangan

peserta didik, disamping mendorong agar peserta didik lebih giat untuk

beraktivitas jasmani, berolahraga dan membudayakan hidup sehat.

James A. Baley dan David A. Field (dalam Abduljabar, 2011: 7)

mengemukakan bahwa:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, danestetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.

Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang memanfaatkan kegiatan

fisik, olahraga dan permainan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaranya,

pendidikan jasmani memfasilitasi siswa untuk belajar dan bergerak didalam dan

diluar kelas berbeda dengan mata pelajaran lain yang mayoritas kegiatan

belajarnya dilaksanakan di dalam ruangan.

Adapun seorang bapak pendidikan jasmani yang berkebangsaan Amerika,

ia adalah Hetherington (dalam Abduljabar, 2010:vii) mendeklarasikan empat

tujuan pendidikan jasmani yaitu:

1. Tujuan perkembangan organik : sebagai contoh kebugaran, kesehatan,

kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak.

2. Tujuan perkembangan kognitif yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh

pemahaman kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan.

3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu : keterampilan, bergerak efektif,

kompetens, bebas mengekspresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga,

(3)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3

4. Tujuan perkembangan afektif : sebagai contoh perkembangan karakter,

apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan.

Dengan media serta alat pembelajaran pendidikan jasmani yang sangat

kaya, pendidikan jasmani dapat dengan leluasa untuk memilih kegiatan dan

aktivitas fisik yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Dalam usia

sekolah, siswa sangat aktif bergerak mulai dari berlari, melompat, memanjat dan

aktivitas lainnya yang termasuk dalam kegiatan bermain. Sebagian dari aktivitas

permainan yang dilakukan siswa tersebut, merupakan aktivitas yang menjadi pola

gerak dominan dalam aktivitas senam.

Menurut Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan: „Senam

dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang

dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan,

koordinasi, serta kontrol tubuh‟. Aktivitas senam merupakan salah satu materi

yang terdapat dalam mata pelajaran pendidikan jasmani disekolah. Aktivitas

senam terdiri atas enam kelompok, yaitu senam artistik, senam ritmik, senam

akrobatik, senam aerobik, senam trampolin dan senam umum. Senam artistik dan

senam ritmik adalah kelompok senam yang sering dipilih menjadi alat mencapai

tujuan pendidikan oleh para guru disekolah, senam artistik adalah senam yang

menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik, salah satu alat yang digunakan

adalah lantai atau dapat dikatakan senam lantai, yang memiliki gerakan secara

umum antara lain gerakan mengguling, melompat, berputar, gerakan

keseimbangan, gerakan bertumpu dan gerakan akrobatik lainnya, selanjutnya

senam ritmik adalah senam yang dikembangkan dari senam irama, yaitu

gerakan-gerakan senam yang menghasilkan gerak tubuh yang indah berpadu dengan irama

musik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran senam disekolah, khususnya senam

lantai dan senam ritmik yang memadukan gerakan tangan, kaki, tumbling dan

(4)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4

dialami oleh guru maupun oleh siswa, beberapa permasalahannya antara lain

kurangnya implementasi model, metode, dan pendekatan yang variatif dalam

pembelajaran senam, siswa yang belum memiliki keberanian untuk mencoba

melakukan aktivitas senam lantai, dengan alasan khawatir badannya menjadi

sakit, siswa ragu mempraktikan aktivitas senam lantai karena ia belum paham

bagaimana seharusnya sebuah keterampilan itu dipraktikan, siswa tidak mau

mempraktikan aktivitas senam karena ia pernah mendapat cedera ketika ia

melakukannya hingga membuat ia trauma, siswa tidak mau melaksanakan

aktivitas senam ritmik karena terlihat sangat melelahkan, serta siswa tidak mau

melaksanakan aktivitas senam ritmik karena variasi gerakannya yang sulit.

Aktivitas senam dalam pembelajaran disekolah diharapkan mampu

menghasilkan hasil belajar berupa kognitif, afektif dan psikomotor, mengacu pada

pendapat Bloom dan kawan-kawan tentang tiga kategori atau domain, yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor (dalam Makmun, 2007:26). Berikut adalah

contoh belajar secara kognitif dalam menambah cakrawala pengetahuan siswa

tentang manfaat dari gerakan senam. Contohnya gerakan guling depan dalam

aktivitas senam lantai sesungguhnya berkorelasi dengan pentingnya membuat

sikap tubuh bulat ketika akan jatuh. Contoh hasil belajar secara afektif adalah

dalam pembelajaran senam secara umum diajarakan bagaimana saling membantu

dan bekerjasama dalam menguasai keterampilan baru, sehingga berkorelasi

dengan bagaimana cara bersikap dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat,

dalam contoh hasil belajar psikomotor dalam menambah kualitas keterampilan

gerak siswa, salah satu contohnya adalah bagaimana dalam setiap keterampilan

senam dibutuhkan kelentukan dan daya tahan yang baik, sehingga apabila

seseorang memiliki kelentukan dan daya tahan yang baik dapat mendukung setiap

kegiatan yang dikerjakannya.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, ada beberapa alternatif

(5)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5

proses belajar mengajar disekolah terdapat berbagai macam pendekatan, metode,

strategi dan model yang dapat diaplikasikan untuk merekayasa proses

pembelajaran, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat

pada siswa. Adapun pengertian model pembelajaran menurut Joyce dan Weil

(dalam Rusman, 2012: 133) :

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat diaplikasikan

dalam pembelajaran senam lantai, antara lain adalah model pembelajaran inkuiri

dan model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran inkuiri saat ini menjadi model pembelajaran yang

dianggap cocok dengan kurikulum 2013, yang sampai saat ini masih dalam tahap

pengenalan dan percobaan di beberapa sekolah dan daerah yang potensial.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengedepankan proses pembelajaran

yang bersifat ilmiah, sehingga didalamnya terdapat proses pemikiran oleh

masing-masing siswa, yang selanjutnya dianalisis hingga akhirnya mendapat kesimpulan

yang bersifat ilmiah.

Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962,

dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki

secara independen, namun dalam satu cara yang teratur (Juliantine, 2013:93).

Model pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk selalu mencari

informasi sebanyak mungkin mengenai materi yang sedang dipelajarinya, dan

mampu menyimpulkannya berdasarkan hasil-hasil temuan siswa dengan alasan

yang bersifat ilmiah.

Selanjutnya Juliantine (2013:93) menjelaskan bahwa:

(6)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6

inkuiri adalah mencari informasi dengan menyusun sejumlah pertanyaan.

Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa berpikir dan bergerak

berdasarkan susunan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Susunan pertanyaan

yang dipersiapkan oleh guru merupakan karakteristik model pembelajaran inkuiri.

Juliantine (2013:96) menjelaskan:

Karakteristik dari model pembelajaran inkuiri adalah guru bukannya menunjukan dan menceritakan pada siswa bagaimana untuk bergerak, tetapi guru menggunakan serangkaian pertanyaan untuk memunculkan keterikatan siswa pada domain psikomotor dan kognitif.

Domain psikomotor, domain afektif dan domain kognitif adalah domain

yang perlu dikembangakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani disekolah,

model pembelajaran inkuiri diharapkan mampu mengembangkan ketiga domain

tersebut. Berikutnya Metzler (dalam Juliantine, 2013:97) mengemukakan bahwa: „tujuan digunakannya model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan pemikiran siswa, memecahkan masalah dan memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi‟.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

model pembelajaran inkuiri memiliki proses pembelajaran yang berpusat pada

siswa, fungsi guru adalah untuk membimbing dan mengawasi seluruh kegiatan

siswa dalam mempelajari materi. Adapun model pembelajaran yang berpusat pada

guru menurut Juliantine (2013:93):

Pembelajaran yang merujuk pada guru telah menjadi pendekatan yang dominan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pendekatan tersebut telah menjadi model yang biasa, yang sering disebut dengan “model konvensional”.

Model konvensional merupakan model pembelajaran yang merujuk pada

guru, maksudnya fungsi guru dalam model pembelajaran konvensional sangat

(7)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7

yang saat ini banyak digunakan oleh guru, yaitu dengan metode ceramah dan

tanya jawab. Hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri

dan model pembelajaran konvesional merupakan model pembelajaran dengan

karakteristik yang berbeda, dalam pelaksanannya model pembelajaran inkuiri

berpusat pada siswa sedangkan model pembelajaran konvensional berpusat pada

guru.

Dengan kedua model pembelajaran diatas, materi mengenai aktivitas

senam berikut diharapkan dapat tersampaikan kepada seluruh siswa dengan

optimal. Berikut adalah gerakan-gerakan dalam aktivitas senam lantai, Guling

depan, guling belakang dan baling-baling merupakan beberapa gerakan yang

terdapat pada pembelajaran senam lantai. Guling depan adalah gerakan

menggulingkan badan ke arah depan dengan membentuk badan sebulat mungkin,

dimulai dari sikap jongkok dan diakhiri dengan sikap jongkok memeluk lutut.

Guling belakang adalah gerakan menggulingkan badan ke arah belakang dengan

membentuk badan sebulat mungkin, dengan sikap awal jongkok dan diakhiri

dengan sikap jongkok menghadap ke arah posisi awal gerakan. Sedangkan

baling-baling adalah gerakan berputar ke arah depan dengan tangan sebagai tumpuan

dan kaki dibuka lebar, gerakan ini diawali dengan sikap berdiri tegap dengan

salah satu kaki di depan sebagai jari-jari lalu berputar dengan tangan serta kaki

lainnya dan diakhiri dengan sikap berdiri tegap kembali. Seluruh rangkaian gerak

diatas diberikan kepada siswa melalui beberapa tahap dalam proses pembelajaran.

Untuk pembelajaran senam dalam aktivitas ritmik terdapat beberapa gerakan yang

dapat dipadukan menjadi sebuah rangkaian dengan iringan irama musik, antara

lain gerakan kaki single step, double step, easy walk, mambo, knee up, memantul,

serta cha-cha yang dipadu padankan dengan gerakan lengan antara lain

memompa, mengayun dan lain-lain.

Berdasarkan pendahuluan yang telah penulis paparkan di atas, maka

(8)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8

model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar aktivitas senam.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Proses belajar mengajar disekolah pada saat ini membuat siswa

mendapatkan pengetahuan tentang materi yang akan dipelajarinya hanya

berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari guru, belum berdasarkan hasil

pemikiran dan pengalamannya, sehingga terkadang ketika siswa diberi

kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang sebuah materi

pembelajaran, belum mampu menjelaskan secara verbal dan praktek sesuai

dengan pemahaman dirinya masing-masing, karena ia hanya menghapal

bagaimana seharusnya gerakan itu dilakukan sesuai dengan informasi dari guru,

belum berdasarkan dengan hasil pemikiran dan pengalamannya sendiri.

Dengan keadaan pembelajaran seperti diatas hasil belajar yang akan

dicapai oleh siswa tidak akan optimal. Selanjutnya Sudjana (2009:3)

mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari

proses belajar mengajar (PBM) disekolah.

Belajar kognitif reflektif terdiri dari kemampuan dalam tingkatan

pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, memadukan serta penilaian

yang akan diukur melalui tes pengetahuan tertulis tentang materi aktivitas senam.

Sedangkan belajar afektif terdiri dari komponen penerimaan, sambutan,

penghargaan, pengorganisasian, serta karakterisasi, internalisasi, penjelmaan,

yang akan diukur melalui observasi atau justifikasi observer. Selanjutnya belajar

psikomotor terdiri dari komponen gerakan jasmaniah biasa, gerakan indah,

komunikasi nonverbal dan perilaku verbal yang akan diukur melalui tes

(9)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan

hasil belajar senam lantai adalah perubahan tingkah laku siswa dalam bidang

kognitif, afektif dan psikomotor dalam pengusaan keterampilan senam lantai dan

senam aerobik sebagai hasil belajar melalui pemikiran dan pengalaman yang

dialaminya.

Dalam proses pembelajaran terdapat model pembelajaran yang dapat

diaplikasikan, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

centered) serta yang berpusat pada guru (teacher centered).

Model pembelajaran inkuiri adalah salah satu model yang berpusat pada

siswa, karena dalam pelaksanaannya, fungsi guru adalah untuk membimbing dan

mengawasi siswa dalam proses pembelajaran. Trianto (dalam Juliantine, 2013:93) menjelaskan bahwa: „inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi‟. Proses inkuiri dalam pembelajaran terjadi oleh adanya stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

guru kepada siswa.

Sedangkan model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran

yang berpusat pada guru, fungsi guru dalam model pembelajaran ini sangat

dominan. Djamarah dan Zein (2010:97) mengemukakan: “Metode ceramah adalah

metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini

telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik

dalam proses belajar mengajar”.

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, seorang guru

diharapkan mampu untuk mengukur apa yang telah dicapai oleh peserta didik

selama proses pembelajaran, adapun yang harus di ukur yaitu hasil belajar yang

terdiri atas tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Komponen kognitif peserta didik dapat dilihat dengan apa yang

ditampilkan peserta didik ketika dihadapkan dengan permasalahan pembelajaran

(10)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10

pembelajaran maupun diakhir proses pembelajaran, lalu komponen afektif peserta

didik dapat dilihat dan dikenali oleh guru dengan melihat apa yang ditampilkan

oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan bagaimana

peserta didik bersikap, berbicara, menghargai dirinya dan menghargai

lingkungannya, selanjutnya komponen psikomotor dapat dilihat dan diukur

dengan memperhatikan apa yang peserta didik praktikan ketika sedang

mempelajari keterampilan baru dan melihat penampilan peserta didik dalam

mempraktikan hasil belajar keterampilan yang telah dipelajarinya di akhir masa

pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, serta dengan

berbagai permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran saat ini, maka

rumusan masalah penelitiannya adalah :

1. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri terhadap hasil

belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

2. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

3. Bagaimana perbandingan pengaruh antara model pembelajaran inkuiri

dengan model pembelajaran konvesional terhadap hasil belajar aktivitas

senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah yang akan dituju dalam sebuah

penelitian, yang harus selalu sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah.

(11)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri

terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1

Bandung.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X

SMK Negeri 1 Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh antara model

pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvesional terhadap

hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah mutlak diperlukan agar proses penelitian lebih terfokus

pada tujuan yang ingin dicapai, Menurut Sugiyono (2013: 385):

Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti, untuk itu maka peneliti memberi batasan.

Berdasarkan penjelasan diatas, selanjutnya penulis membatasi masalah

penelitian ini sebagai berikut :

1. Permasalahan penelitian adalah mengenai perbandingan model

pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1

Bandung.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1

Bandung, yang berjumlah 432 siswa.

3. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bandung.

(12)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12

Penelitian tentang model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran

konvensional ini diharapkan menghasilkan manfaat yang baik dan berguna untuk

semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, diantaranya:

1. Secara Teoritis

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

proses penyusunan rencana pengajaran dan memberi kontribusi dalam

pengaplikasian model pembelajaran dalam pendidikan jasmani.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, semoga hasil penelitian ini memberikan pengalaman

dan manfaat yang dapat diaplikasikan oleh peneliti selanjutnya.

b. Bagi guru, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan

maupun pembanding bagi proses pembelajaran, khususnya dalam

merencanakan proses perencanaan pengajaran, sehingga diharapkan

membuahkan perencanaan pembelajaran yang lebih baik sehingga

output yang dihasilkan lebih baik pula.

c. Bagi siswa, diharapkan memperoleh pengalaman pembelajaran yang

lebih beragam dan efektif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan aktivitas senam.

d. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi input

yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas

Ketapang Tahun Anggaran 2017 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada Paket tersebut di atas sebagai berikut :. : #Seratus Lima Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Lima Puluh

In more detail, those 76 adjective clauses use 20 zero relative pronouns, 31 relative pronouns denoting subject, 7 relative pronouns denoting object, 2

Melatih guru dalam manajemen e- learning berbasis moodle untuk menyajikan materi pelajaran dan menerapkan dalam mata pelajaran yang diampu.. Melatih guru untuk membuat

Jika kita menerapkan hukum volume konstan pada proses pembentukan logam, maka dapat dibuktikan bahwa besarnya tegangan pada arah sumbu yang tegak lurus bidang aliran (bidang

biaya dan manfaat dari investigasi varian ini kemudian akan dipakai oleh manajemen atas untuk menganalisis kinerja DM yang bertanggung jawab atas varian

Farid Sufian Shuaib, Tajul Aris Ahmad Bustami & Mohd Hisham Mohd Kamal, Administration of Islamic Law in Malaysia Text and Materials, 2001, MLJ..

Kondisi akhir dari tahap pembentukan norma ini adalah terciptanya suasana penuh keharmonisan dalam kelompok, sehingga hubungan antar pribadi yang semula penuh dengan keraguan