Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah wahana untuk mendapat pengetahuan serta
keterampilan baru, yang di dapat dari lingkungan maupun hasil belajar sendiri.
Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam
diri sehingga mampu berkembang secara optimal. Dengan proses pendidikan yang
telah dijalani, seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mampu
diaplikasikan dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Adapun Menurut
UU No. 20 tahun 2003:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan yang didapat melalui pembelajaran, pelatihan ataupun
penelitian memiliki berbagai tujuan, tujuan tersebut terbagi kedalam domain yang
perlu dikembangkan, menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria
(dalam Rusman, 2012: 171): „Klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain atau tiga
skemata, yaitu : 1) Domain Kognitif; 2) Domain Afektif; 3) Domain
Psikomotorik‟.
Domain kognitif adalah kemampuan siswa untuk memperoleh
pengetahuan baru, mampu memahami dan mampu menerapkan pengetahuan
tersebut, domain afektif adalah kemampuan siswa untuk mampu menerima
keadaan dirinya dan lingkungan, serta mampu menampilkan sambutan dan
penghargaan yang baik kepada dirinya dan lingkungan, lalu domain psikomotor
adalah kemampuan siswa untuk menerima, menganalisis sebuah aktivitas gerak
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2
Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang tidak pernah absen di
setiap jenjang pendidikan, pendidikan jasmani hadir di dunia pendidikan untuk
mengembangkan seluruh domain atau skemata dalam diri seseorang, pendidikan
jasmani memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses perkembangan
peserta didik, disamping mendorong agar peserta didik lebih giat untuk
beraktivitas jasmani, berolahraga dan membudayakan hidup sehat.
James A. Baley dan David A. Field (dalam Abduljabar, 2011: 7)
mengemukakan bahwa:
Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, danestetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.
Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang memanfaatkan kegiatan
fisik, olahraga dan permainan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaranya,
pendidikan jasmani memfasilitasi siswa untuk belajar dan bergerak didalam dan
diluar kelas berbeda dengan mata pelajaran lain yang mayoritas kegiatan
belajarnya dilaksanakan di dalam ruangan.
Adapun seorang bapak pendidikan jasmani yang berkebangsaan Amerika,
ia adalah Hetherington (dalam Abduljabar, 2010:vii) mendeklarasikan empat
tujuan pendidikan jasmani yaitu:
1. Tujuan perkembangan organik : sebagai contoh kebugaran, kesehatan,
kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak.
2. Tujuan perkembangan kognitif yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh
pemahaman kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan.
3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu : keterampilan, bergerak efektif,
kompetens, bebas mengekspresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga,
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3
4. Tujuan perkembangan afektif : sebagai contoh perkembangan karakter,
apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan.
Dengan media serta alat pembelajaran pendidikan jasmani yang sangat
kaya, pendidikan jasmani dapat dengan leluasa untuk memilih kegiatan dan
aktivitas fisik yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Dalam usia
sekolah, siswa sangat aktif bergerak mulai dari berlari, melompat, memanjat dan
aktivitas lainnya yang termasuk dalam kegiatan bermain. Sebagian dari aktivitas
permainan yang dilakukan siswa tersebut, merupakan aktivitas yang menjadi pola
gerak dominan dalam aktivitas senam.
Menurut Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan: „Senam
dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang
dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan,
koordinasi, serta kontrol tubuh‟. Aktivitas senam merupakan salah satu materi
yang terdapat dalam mata pelajaran pendidikan jasmani disekolah. Aktivitas
senam terdiri atas enam kelompok, yaitu senam artistik, senam ritmik, senam
akrobatik, senam aerobik, senam trampolin dan senam umum. Senam artistik dan
senam ritmik adalah kelompok senam yang sering dipilih menjadi alat mencapai
tujuan pendidikan oleh para guru disekolah, senam artistik adalah senam yang
menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik, salah satu alat yang digunakan
adalah lantai atau dapat dikatakan senam lantai, yang memiliki gerakan secara
umum antara lain gerakan mengguling, melompat, berputar, gerakan
keseimbangan, gerakan bertumpu dan gerakan akrobatik lainnya, selanjutnya
senam ritmik adalah senam yang dikembangkan dari senam irama, yaitu
gerakan-gerakan senam yang menghasilkan gerak tubuh yang indah berpadu dengan irama
musik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran senam disekolah, khususnya senam
lantai dan senam ritmik yang memadukan gerakan tangan, kaki, tumbling dan
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4
dialami oleh guru maupun oleh siswa, beberapa permasalahannya antara lain
kurangnya implementasi model, metode, dan pendekatan yang variatif dalam
pembelajaran senam, siswa yang belum memiliki keberanian untuk mencoba
melakukan aktivitas senam lantai, dengan alasan khawatir badannya menjadi
sakit, siswa ragu mempraktikan aktivitas senam lantai karena ia belum paham
bagaimana seharusnya sebuah keterampilan itu dipraktikan, siswa tidak mau
mempraktikan aktivitas senam karena ia pernah mendapat cedera ketika ia
melakukannya hingga membuat ia trauma, siswa tidak mau melaksanakan
aktivitas senam ritmik karena terlihat sangat melelahkan, serta siswa tidak mau
melaksanakan aktivitas senam ritmik karena variasi gerakannya yang sulit.
Aktivitas senam dalam pembelajaran disekolah diharapkan mampu
menghasilkan hasil belajar berupa kognitif, afektif dan psikomotor, mengacu pada
pendapat Bloom dan kawan-kawan tentang tiga kategori atau domain, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor (dalam Makmun, 2007:26). Berikut adalah
contoh belajar secara kognitif dalam menambah cakrawala pengetahuan siswa
tentang manfaat dari gerakan senam. Contohnya gerakan guling depan dalam
aktivitas senam lantai sesungguhnya berkorelasi dengan pentingnya membuat
sikap tubuh bulat ketika akan jatuh. Contoh hasil belajar secara afektif adalah
dalam pembelajaran senam secara umum diajarakan bagaimana saling membantu
dan bekerjasama dalam menguasai keterampilan baru, sehingga berkorelasi
dengan bagaimana cara bersikap dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat,
dalam contoh hasil belajar psikomotor dalam menambah kualitas keterampilan
gerak siswa, salah satu contohnya adalah bagaimana dalam setiap keterampilan
senam dibutuhkan kelentukan dan daya tahan yang baik, sehingga apabila
seseorang memiliki kelentukan dan daya tahan yang baik dapat mendukung setiap
kegiatan yang dikerjakannya.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, ada beberapa alternatif
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5
proses belajar mengajar disekolah terdapat berbagai macam pendekatan, metode,
strategi dan model yang dapat diaplikasikan untuk merekayasa proses
pembelajaran, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat
pada siswa. Adapun pengertian model pembelajaran menurut Joyce dan Weil
(dalam Rusman, 2012: 133) :
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat diaplikasikan
dalam pembelajaran senam lantai, antara lain adalah model pembelajaran inkuiri
dan model pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran inkuiri saat ini menjadi model pembelajaran yang
dianggap cocok dengan kurikulum 2013, yang sampai saat ini masih dalam tahap
pengenalan dan percobaan di beberapa sekolah dan daerah yang potensial.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengedepankan proses pembelajaran
yang bersifat ilmiah, sehingga didalamnya terdapat proses pemikiran oleh
masing-masing siswa, yang selanjutnya dianalisis hingga akhirnya mendapat kesimpulan
yang bersifat ilmiah.
Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962,
dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki
secara independen, namun dalam satu cara yang teratur (Juliantine, 2013:93).
Model pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk selalu mencari
informasi sebanyak mungkin mengenai materi yang sedang dipelajarinya, dan
mampu menyimpulkannya berdasarkan hasil-hasil temuan siswa dengan alasan
yang bersifat ilmiah.
Selanjutnya Juliantine (2013:93) menjelaskan bahwa:
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6
inkuiri adalah mencari informasi dengan menyusun sejumlah pertanyaan.
Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa berpikir dan bergerak
berdasarkan susunan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Susunan pertanyaan
yang dipersiapkan oleh guru merupakan karakteristik model pembelajaran inkuiri.
Juliantine (2013:96) menjelaskan:
Karakteristik dari model pembelajaran inkuiri adalah guru bukannya menunjukan dan menceritakan pada siswa bagaimana untuk bergerak, tetapi guru menggunakan serangkaian pertanyaan untuk memunculkan keterikatan siswa pada domain psikomotor dan kognitif.
Domain psikomotor, domain afektif dan domain kognitif adalah domain
yang perlu dikembangakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani disekolah,
model pembelajaran inkuiri diharapkan mampu mengembangkan ketiga domain
tersebut. Berikutnya Metzler (dalam Juliantine, 2013:97) mengemukakan bahwa: „tujuan digunakannya model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan pemikiran siswa, memecahkan masalah dan memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi‟.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran inkuiri memiliki proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa, fungsi guru adalah untuk membimbing dan mengawasi seluruh kegiatan
siswa dalam mempelajari materi. Adapun model pembelajaran yang berpusat pada
guru menurut Juliantine (2013:93):
Pembelajaran yang merujuk pada guru telah menjadi pendekatan yang dominan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pendekatan tersebut telah menjadi model yang biasa, yang sering disebut dengan “model konvensional”.
Model konvensional merupakan model pembelajaran yang merujuk pada
guru, maksudnya fungsi guru dalam model pembelajaran konvensional sangat
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7
yang saat ini banyak digunakan oleh guru, yaitu dengan metode ceramah dan
tanya jawab. Hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri
dan model pembelajaran konvesional merupakan model pembelajaran dengan
karakteristik yang berbeda, dalam pelaksanannya model pembelajaran inkuiri
berpusat pada siswa sedangkan model pembelajaran konvensional berpusat pada
guru.
Dengan kedua model pembelajaran diatas, materi mengenai aktivitas
senam berikut diharapkan dapat tersampaikan kepada seluruh siswa dengan
optimal. Berikut adalah gerakan-gerakan dalam aktivitas senam lantai, Guling
depan, guling belakang dan baling-baling merupakan beberapa gerakan yang
terdapat pada pembelajaran senam lantai. Guling depan adalah gerakan
menggulingkan badan ke arah depan dengan membentuk badan sebulat mungkin,
dimulai dari sikap jongkok dan diakhiri dengan sikap jongkok memeluk lutut.
Guling belakang adalah gerakan menggulingkan badan ke arah belakang dengan
membentuk badan sebulat mungkin, dengan sikap awal jongkok dan diakhiri
dengan sikap jongkok menghadap ke arah posisi awal gerakan. Sedangkan
baling-baling adalah gerakan berputar ke arah depan dengan tangan sebagai tumpuan
dan kaki dibuka lebar, gerakan ini diawali dengan sikap berdiri tegap dengan
salah satu kaki di depan sebagai jari-jari lalu berputar dengan tangan serta kaki
lainnya dan diakhiri dengan sikap berdiri tegap kembali. Seluruh rangkaian gerak
diatas diberikan kepada siswa melalui beberapa tahap dalam proses pembelajaran.
Untuk pembelajaran senam dalam aktivitas ritmik terdapat beberapa gerakan yang
dapat dipadukan menjadi sebuah rangkaian dengan iringan irama musik, antara
lain gerakan kaki single step, double step, easy walk, mambo, knee up, memantul,
serta cha-cha yang dipadu padankan dengan gerakan lengan antara lain
memompa, mengayun dan lain-lain.
Berdasarkan pendahuluan yang telah penulis paparkan di atas, maka
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8
model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar aktivitas senam.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Proses belajar mengajar disekolah pada saat ini membuat siswa
mendapatkan pengetahuan tentang materi yang akan dipelajarinya hanya
berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari guru, belum berdasarkan hasil
pemikiran dan pengalamannya, sehingga terkadang ketika siswa diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang sebuah materi
pembelajaran, belum mampu menjelaskan secara verbal dan praktek sesuai
dengan pemahaman dirinya masing-masing, karena ia hanya menghapal
bagaimana seharusnya gerakan itu dilakukan sesuai dengan informasi dari guru,
belum berdasarkan dengan hasil pemikiran dan pengalamannya sendiri.
Dengan keadaan pembelajaran seperti diatas hasil belajar yang akan
dicapai oleh siswa tidak akan optimal. Selanjutnya Sudjana (2009:3)
mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari
proses belajar mengajar (PBM) disekolah.
Belajar kognitif reflektif terdiri dari kemampuan dalam tingkatan
pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, memadukan serta penilaian
yang akan diukur melalui tes pengetahuan tertulis tentang materi aktivitas senam.
Sedangkan belajar afektif terdiri dari komponen penerimaan, sambutan,
penghargaan, pengorganisasian, serta karakterisasi, internalisasi, penjelmaan,
yang akan diukur melalui observasi atau justifikasi observer. Selanjutnya belajar
psikomotor terdiri dari komponen gerakan jasmaniah biasa, gerakan indah,
komunikasi nonverbal dan perilaku verbal yang akan diukur melalui tes
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan
hasil belajar senam lantai adalah perubahan tingkah laku siswa dalam bidang
kognitif, afektif dan psikomotor dalam pengusaan keterampilan senam lantai dan
senam aerobik sebagai hasil belajar melalui pemikiran dan pengalaman yang
dialaminya.
Dalam proses pembelajaran terdapat model pembelajaran yang dapat
diaplikasikan, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered) serta yang berpusat pada guru (teacher centered).
Model pembelajaran inkuiri adalah salah satu model yang berpusat pada
siswa, karena dalam pelaksanaannya, fungsi guru adalah untuk membimbing dan
mengawasi siswa dalam proses pembelajaran. Trianto (dalam Juliantine, 2013:93) menjelaskan bahwa: „inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi‟. Proses inkuiri dalam pembelajaran terjadi oleh adanya stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
guru kepada siswa.
Sedangkan model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran
yang berpusat pada guru, fungsi guru dalam model pembelajaran ini sangat
dominan. Djamarah dan Zein (2010:97) mengemukakan: “Metode ceramah adalah
metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini
telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik
dalam proses belajar mengajar”.
Setelah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, seorang guru
diharapkan mampu untuk mengukur apa yang telah dicapai oleh peserta didik
selama proses pembelajaran, adapun yang harus di ukur yaitu hasil belajar yang
terdiri atas tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Komponen kognitif peserta didik dapat dilihat dengan apa yang
ditampilkan peserta didik ketika dihadapkan dengan permasalahan pembelajaran
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10
pembelajaran maupun diakhir proses pembelajaran, lalu komponen afektif peserta
didik dapat dilihat dan dikenali oleh guru dengan melihat apa yang ditampilkan
oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan bagaimana
peserta didik bersikap, berbicara, menghargai dirinya dan menghargai
lingkungannya, selanjutnya komponen psikomotor dapat dilihat dan diukur
dengan memperhatikan apa yang peserta didik praktikan ketika sedang
mempelajari keterampilan baru dan melihat penampilan peserta didik dalam
mempraktikan hasil belajar keterampilan yang telah dipelajarinya di akhir masa
pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, serta dengan
berbagai permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran saat ini, maka
rumusan masalah penelitiannya adalah :
1. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri terhadap hasil
belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.
2. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.
3. Bagaimana perbandingan pengaruh antara model pembelajaran inkuiri
dengan model pembelajaran konvesional terhadap hasil belajar aktivitas
senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah yang akan dituju dalam sebuah
penelitian, yang harus selalu sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah.
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1
Bandung.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X
SMK Negeri 1 Bandung.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh antara model
pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvesional terhadap
hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.
D. Batasan Masalah
Batasan masalah mutlak diperlukan agar proses penelitian lebih terfokus
pada tujuan yang ingin dicapai, Menurut Sugiyono (2013: 385):
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti, untuk itu maka peneliti memberi batasan.
Berdasarkan penjelasan diatas, selanjutnya penulis membatasi masalah
penelitian ini sebagai berikut :
1. Permasalahan penelitian adalah mengenai perbandingan model
pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1
Bandung.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1
Bandung, yang berjumlah 432 siswa.
3. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bandung.
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12
Penelitian tentang model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran
konvensional ini diharapkan menghasilkan manfaat yang baik dan berguna untuk
semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, diantaranya:
1. Secara Teoritis
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
proses penyusunan rencana pengajaran dan memberi kontribusi dalam
pengaplikasian model pembelajaran dalam pendidikan jasmani.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti, semoga hasil penelitian ini memberikan pengalaman
dan manfaat yang dapat diaplikasikan oleh peneliti selanjutnya.
b. Bagi guru, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan
maupun pembanding bagi proses pembelajaran, khususnya dalam
merencanakan proses perencanaan pengajaran, sehingga diharapkan
membuahkan perencanaan pembelajaran yang lebih baik sehingga
output yang dihasilkan lebih baik pula.
c. Bagi siswa, diharapkan memperoleh pengalaman pembelajaran yang
lebih beragam dan efektif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan aktivitas senam.
d. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi input
yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah