• Tidak ada hasil yang ditemukan

Qanun NAD NOMOR 20 TAHUN 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Qanun NAD NOMOR 20 TAHUN 2002"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

NOMOR 20 TAHUN 2002

TENTANG

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Menimbang :

a.

bahwa sumber daya al am merupakan anugerah All ah Yang Maha Kuasa dan mempunyai Kedudukan sert a peran pent ing bagi kehidupan manusia, oleh karenanya harus dikelola dan dimanf aat kan secara adil dan berkelanj ut an;

b.

bahwa sumber daya al am sebagai komponen lingkungan hidup perlu dij aga

kelest arian f ungsinya dal am menj alankan pembangunan yang berkelanj ut an dan berwawasan l ingkungan

c.

bahwa pemanf aat n sumber daya al am perlu dilakukan secara bij aksana dengan memperhit ungkan kemampuan sumber daya alam t ersebut memenuhi

kebut uhan generasi kini dan masa mendat ang;

d.

bahwa berdasarkan hal t ersebut diat as dipandang perlu unt uk dit et apkan dalam suat u Qanun;

Mengingat :

1.

Undang-undang nomor 24 t ahun 1956 t ent ang Pembent ukan Daerah Ot onom Provinsi Aceh dan Perubahan Perat uran Pembent ukan Provinsi Sumat era Ut ara (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);

2.

Undang-undang Nomr 5 Tahun 1960 Tent ang Perat uran Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

3.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tent ang Ket ent uan Pokok-Pokok Pert ambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);

4.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);

5.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

6.

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3639);

7.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
(2)

9.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 Tent ang Penat aan Ruang (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3505);

10.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 Tent ang Pengesahan Unit ed Nat ions Convent ion on Biological Diversit y (Konvensi Perserikat an Bangsa-bangsa mengenai keanekaragaman Hayat i) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41);

11.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 Tent ang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647);

12.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);

13.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ah Daerah (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

14.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tent ang Kehut anan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

15.

Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan Keist imewaan Daerah Ist imewa Aceh; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

16.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus Bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussal am (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);

17.

Perat uran Pemerint ah Nomor 20 Tahun 1990 t ent ang Perlindungan Hut an (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1990 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294);

18.

Perat uran Pemerint ah Nomor 20 Tahun 1990 Tent ang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3409);

19.

Perat uran Pemerint ah Nomor 27 Tahun 1991 Tent ang Rawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3441);

20.

Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 1991 t ent ang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445);

21.

Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1999 Tent ang Pengawet an Jenis

Tumbuhan dan Sat wa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3803);

22.

Perat uran Pemerint ah Nomor 9 Tahun 1999 Tent ang Pemanf aat an Jenis Tumbuhan dan Sat wa Liar (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3802);

23.

Perat uran Pemerint ah Nomor 19 Tahun 1999 t ent ang Pengendalian Pencemaran dan at au Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3816);

24.

Perat uran Pemerint ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

25.

Perat uran Pemerint ah Nomor 41 t ahun 1999 t ent ang Pengendal ian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3853);
(3)

Berbahaya dan beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3910);

27.

Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3910);

28.

Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 2000 t ent ang Lembaga Penyedia Jasa

Pelayanan Penyelesaian Sengket a Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);

29.

Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t et ang Pengelolaan Kawasan Lindung;

30.

Keput usan Presiden Nomor 33 Tahun 1998 t ent ang Pengelol aan Kawasan

Ekosist em Leuser;

31.

Keput usan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 t et ang Teknik Penyusunan Perat uran Perundang-undangan, dan Bent uk Rancangan Undang-undang, Rancangan Perat uran Pemerint ah, dan Rancangan Keput usan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 nomor 70);

Dengan perset uj uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGOE ACEH DARUSSALAM

MEMUTUSKAN :

Menet apkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TETANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM.

BAB I

KETENTUAN UMUMM

Bagian Pertama

Pengertian

Pasal 1

Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan

1.

Provinsi adal ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2.

Pemerint ah adalah gubernur besert a perangkat daerah Ot onom yang lain sebagai Badan Eksekut if Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. .

3.

Gubernur adalah Gubernur Nanggroe Aceh Darussal am. .

4.

BAPEDALDA adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. .

5.

Sumber daya adal ah unsur lingkungan hidup yang t erdiri at as sumber daya manusia, sumberdaya alam baik hayat i maupun non hayat i dan sumberdaya buat an.

(4)

7.

sumberdaya alam hayat i adalah unsur-unsurhayat i di alam yang t erdiri dari sumberdaya alam nabat i(t umbuhan)dan sumber daya alam hewani(sat wa)yang bersama dengan unsur non hayat i disekit arnya secara keseluruhan membent uk ekosist em.

8.

sumber daya non hayat i adalah sumber daya al am yang meliput i air, t anah, udara, bahan galian dan f ormasi geograf i.

9.

konservasi adalah pengelol aan sumber daya al am unt uk menj amin pemanf aat annya secara bij aksana dan berkesinambungan dengan t et ap memelihara dan meningkat kan lualit as nilai sert a keanekaragamannya.

10.

konservasi bahan gal ian adalah usaha perlindungan dan pemanf at an bahan

galian secara t erkont rol dan t erkendali dengan maksud agar menghasilkan perolehan maksimal bagi kesej aht eraan daerah dan masyarakat set empat .

11.

kawasan suaka al am adalah kawasan dengan ciri khas t ert ent u, baik didarat

maupun di perairan yang mempunyai f ungsi pokok sebagai kawasan pengawet an keaekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya dan j uga dapat berf ungsi sebagai wilayah sist em penyangga kehidupan.

12.

kawasan hut an lindung adalah kawasan hut an yang memiliki sif at khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekit ar maupun bawahannya sebagai pengat ur t at a air, pencegah banj ir dan erosi sert a memel ihara

kesuburan t anah.

13.

kawasan lindung adal ah kawasan yang dit et apkan dengan f ungsi ut ama melindungi kelest arian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buat an, dan nil ai sej arah sert a budaya bangsa guna kepent ingan pembangunan berkelanj ut an.

14.

sumber daya energi adal ah sumber daya alam yang dimanf aat kan secara langsung at au t idak langsung sebagai sumber energi.

15.

baku mut u udara ambien adal ah ukuran bat as at au kadar zat , energi, dan at au komponen yang ada at au yang seharusnya ada dan at au unsur pencemar yang dit enggang keberadaanya dalam udara ambien.

16.

baku mut u emisi gas adal ah ukuran bat as at au kadar zat , energi, dan at au komponen yang ada at au yang seharusnya dan at au unsur pencemaran dit enggang keberadaanya didal am emisi gas.

17.

pencemaran udara adal ah masuknya at au dimasukkannya zat , energi dan at au komponen lain kedalam udara ambien oleh kegiat an manusia, sehingga mut u udara ambien t urun sampai ket ingkat t ert ent u yang menyebabkan udara ambien t idak dapat memenuhi f ungsinya.

18.

sat wa liar adalah semua binat ang yang hidup di darat , dan at au diair, dan at au udara yang masih mempunyai sif at -sif at liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.

19.

rawa adal ah genangan air secara alamiah yang t erj adi t erus-menerus at au musiman akibat drainase alamiah yang t erhambat sert a mempunyai ciri-ciri khusus secara f isik, kimiawi dan biologis.

20.

sungai adalah t empat -t empat dan wadah-wadah sert a j aringan pengaliran air mulai dari mat a air dengan dibat asi kanan dan kirinya sert a sepanj ang pengalirannya oleh garis sempadan.

21.

pengendalian adal ah upaya pencegahan dan at au penanggulangan dan at au pemulihan.

22.

orang adalah orang perseorangan, dan at au keleompok orang dan at au badan hukum.

23.

pengawet an adal ah pelest arian dan pemeliharaan unt uk menj amin keberadaan suat u komponen sumber daya secara t erus menerus.
(5)

25.

pl asma nut f ah adal ah subst ansi yang t erdapat dal am kelompok makhluk hidup dan merukan sif at ket urunan yang dapat dimanf aat kan dan dikembangkan at au dirakit unt uk mencipt akan j enis unggul at au kult ivar baru.

26.

Jenis endemis adalah spesies t umbuhan at au hewan yang hanya t erdapat dal am suat u kawasan t ert ent u dan t idak t erdapat dit empat lain.

27.

Konservasi eksit u adal ah upaya pelest arian sumber daya al am dal am kawasan habit at aslinya.

28.

konservasi eksit u adal ah upaya pel est arian sumber daya al am diluar kawasan habit at aslinya.

29.

PPNS adalah Pegawai negeri sipil yang diangkat menj adi penyidik dalam lingkungan Depart emen/ Pusat dan Pemerint ah Provinsi.

30.

Masyarakat set empat adal ah sekelompok orang yang t inggal di darat an sekit ar kawasan ynag berdasarkan pada kesamaan wil ayah t empat t inggal.

Bagian Kedua

Lingkup Pengaturan

Pasal 2

Lingkup pengat uran Konservasi Sumber Daya Alam dalam Qanun ini meliput i kegiat an perlindungan, pengendal ian, pengawasan, pemant auan, pemulihan, pengawet an dan pemanf aat an secara lest ari dan rasional.

Pasal 3

Unsur-unsur Konservasi Sumber Daya Alam sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2

t erdiri at as :

a.

sist em penyangga kehidupan;

b.

t anah, air dan udara;

c.

keanekaragaman hayat i;

d.

kelaut an dan perikanan;

e.

bahan galian 2 energi; dan

f.

bent ang al am;

BAB II

TUJUAN DAN SASARAN KONSERVASI

Pasal 4

(6)

(2) Sasaran konservasi Sumber Daya Alam adal ah :

a.

t ercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan ant ara manusia dengan Sumber Daya Alam;

b.

t erj aminnya f umgsi Sumber Daya Alambagi kepent ingan generasi masa kini dan masa depan;

c.

t erkendalinya pemamf aat an Sumber Daya Alam; dan

d.

t erarahnya kebij akan dal am pemamf aat an konservasi Sumber Daya Alam

BAB III

PENGATURAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

Bagian Pertama

Sistem penyangga Kehidupan

Pasal 5

(1) Sist em penyangga kehidupan merupakan suat u proses al ami dari berbagai unsur hayat i dan non hayat i yang menj amin kelangsungan kehidupan mahluk.

(2) Perlindungan sist em penyangga kehidupan dit uj ukan bagi t erpeliharanya proses ekol ogi yang menunj ang kelangsungan kehidupan ut uk meningkat kan kesej aht raan masyarakat .

(3) Perlindungan sist em penyangga kehidupan dilakukan dengan memperhat ikan ket erkait an ant ara komponen didal am suat u ekosist em dan ant ara beberapa ekosist em di suat u kawasan.

Pasal 6

Dalam rangka pel aksanaan perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) maka daerah aliran sungai, kawasan hut an lindung dan wilayah-wil ayah lainnya yang memenuhi krit eria kawasan hut an yang harus dilindungi sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku dit et apkan sebagai wilayah perlindungan sist em penyangga kehidupan.

Pasal 7

(1) Penet apan wilayah perlindungan sit em penyangga kehidupan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 5 t idak merubah st at us kepemilikan areal dan/ at au kawasan.

(7)

(3) Pemanf aat an wilayah perlindungan sist em penyangga kehidupan yang t ernyat a mengganggu f ungsi kawasan hut an lindung harus segera dihent ikan unt uk mencegah t erj adinya kerusakan yang t idak dapat dipul ihkan kembali.

(4) Pemerint ah daeraah dapat mengambil t indakan guna mencegah gangguan f ungsi kawasan sebagai mana dalam ayat (3).

Pasal 8

(1) Pemanf aat an wil ayah perl indungan sist em penyangga kehidupan dilakukan berdasarkan :

a.

rencana t at a ruang wilayah Provinsi perlindungan sist em penyangga kehidupan waj ib dimasukkan dalam Qanun t ent ang Rencana Tat a Ruang Provinsi; dan

b.

hasil kaj ian daya dukung kawasan lindung, aspek ekologi dan penghargaan

t erhadap adat sert a azas mamf aat bagi masyrakat yang t inggal di sekit arnya.

(2) Pemanf aat an wil ayah perl indungan sist em penyangga kehidupan secara t erbat as dit et apkan dalam suat u keput usan Gubernur.

Bagian Kedua

Tanah, Air dan Tanah

Pasal 9

(1) Pemanf aat an lahan unt uk kegiat an pembangunan harus berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan.

(2) Kemampuan dan kesesuaian lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dit et apkan berdasarkan hasil kaj ian dengan memperhat ikan aspek ekologis, aspek sosial budaya dan resiko danpak pemanf aat annya yang dibuat oleh set iap

penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an, hasil kaj ian dari Lembaga Konservasi t erkait sert a mendapat perset uj uan inst ansi t eknis.

(3) Syarat dan krit eria kemampuan kesesuaian lahan dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.

Pasal 10

(1) Pengat uran pemanf aat an dan pengamanan sumber daya air lint as Kabupat en/ Kot a dit et apkan ol eh Gubernur.

(8)

(3) Pedoman t eknis pencegahan pencemaran dan perusakan sumber daya ai r dit et apkan dengan keput usan Gubernur.

Pasal 11

(1) Set iap orang yang melakukan kegiat an / usaha waj ib mencegah t erj adinya pencemaran udara.

(2) Baku mut u udara ambien dan baku mut u emisi gas dit et apkan dengan Keput usan Gubernur

Pasal 12

(1) Unt uk mencegah t erj adinya kerusakan dan pencemaran sumber daya al am sebagaimana dimaksud dal am pasal 9, 10 dan 11 perl u dilakukan pengendalian, pemant auan dan evaluasi.

(2) Pemant auan dan evaluasi sebagaimana yang dimaksud dal am ayat (10) dilakukan oleh pemerint ah daerah dan masyarakat .

(3) Tat a cara pemant auan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dit et apkan dengan keput usan gubernur.

Bagian Ketiga

Keanekaragaman Hayati

Pasal 13

Konservasi keanekaragaman hayat i dil aksanakan melalui kegiat an :

a.

Perlindungan keanekaragaman j enis t umbuhan (f lora) dan sat wa (f auna) besert a ekosist emnya;

b.

Pengawet an j enis t umbuhan (f lora) dan sat wa (f auna) besert a ekosist emnya.

Pasal 14

Pengawet an keanekaragaman j enis t umbuhan (f lora)dan sat wa (f auna) besert a ekosist emnya, dilaksanakan didalam kawasan konservasi (insit u) di luar kawasan konservasi (exsit u) yang dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.

(9)

Pasal 15

(1) Pengawet an j enis t umbuhan dan sat wa dilakukan dengan maksud

mempert ahankan keberadaan, j enis-j enis t umbuhan dan sat wa dalam suat u ekosist em t erut ama yang merupakan j enis endemik lokasi dan daerah.

(2) Jenis-j enis plasma nut f ah spesif ik lokasi dan daerah dit et apkan oleh Keput usan Gubernur.

(3) Pengawet an j enis t umbuhan dan sat wa secara in-sit u dan ex-sit u di daerah dilakukan oleh pemerint ah daerah dan masyarakat .

(4) Pemindahan dan pemasukan j enis t umbuhan at au sat wa t ert ent u dari dan ke suat u ekosist em yang bukan ekosist em aslinya dal am rangka pengawet an harus dilakukan set elah ada st udi ilmiah t ent ang dampak kegiat an t ersebut .

(5) Set iap orang dilarang menangkap, memperdagangkan, membunuh dan/ at au memusnahkan j enis t umbuhan dan/ at au sat wa langka dan yang dilindungi oleh Undang-undang .

Pasal 16

(1) Pemerint ah Daerah dan masyarakat mempert ahankan dan memelihara habit at sat wa liar baik berada didalam maupun diluar kawasan suaka alam

(2) Pada habit at sat wa l air yang mengalami f ragment asi akibat pembangunan, pemerint ah dan masyarakat membangun dan menj aga lint asan / koridor unt uk menghubungkan habit at t ersebut .

(3) Pemerint ah Daerah menat a kembali kegiat an masyarakat yang t ernyat a berada pada lint asan/ koridor sat wa

Bagian Keempat

Kelautan dan Perikanan

Pasal 17

(1) Konservasi sumber daya al am di bidang kelaut an dan perikanan meliput i

perlindungan, pengawet an dan pemanf aat an secara l est ari plasma nut f ah spesif ik lokasi sert a suaka perairan dai wilayah perairan umum.

(2) Plasma nut f ah spesif ik lokasi dan j enis-j enisnya dit erapkan dengan Keput usan Gubernur.

(3) Perlindungan, pengawet an dan pengat uran pemanf aat n secara lest ari sumber daya al am kelaut an dan perikanan dilakukan ol eh pemerint ah dengan melibat kan masyarakat secara part isipat if .

(10)

Pasal 18

(1) Ket ent uan-ket ent uan mengenai konservasi sumber daya al am bidang kel aut an dan perikanan sebagaimana dimaksud dal am pasal 18 yang meliput i :

a.

alat -alat dan cara penangkapan ikan;

b.

j umlah, j enis sert a ukuran ikan yang boleh dit angkap;

c.

daerah, j alur dan wakt u at au musim penangkapan;

d.

pencegahan pencemaran dan kerusakan, rehabilit asi dan peningkat an sumber daya ikan sert a lingkungan;

e.

penebaran ikan j enis baru at au eksot ik ; dan

f.

pencegahan dan pemberant asan hama dan penyakit ikan dit et apkan lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.

(2) Dalam rangka pelest arian sumber daya al am bidang kel aut an dan perikanan, set iap oran at au badan usah dilarang mel akukan penangkapan ikan diwilayah perairan umum dengan menggunakan bahan peledak, racun, at au arus list rik dan bahan l ain at au al at l ain yang dapat merusak kelest arian sumber daya ikan.

Bagian Kelima

Bahan Galian dan Energi

Pasal 19

(1) Konservasi bahan galian dilakukan dengan prinsip :

a.

Pemanf aat an pot ensi bahan galian harus mempert imbangkan penat aan wilayah pembangunan, dampak f isik dan sosial budaya kemampuannya memenuhi kebut uhan dan kemampuannya unt uk memperbaharui diri ;

b.

Mengamankan pot ensi bahan galian yang belum ekonomis saat ini

Pasal 20

Dalam mengont rol kegiat an konservasi bahan galian sebagaiman dimaksud dal am pasal 20 ayat (1) Pemerint ah Daerah melakukan kegiat an-kegiat an sebagai berikut :

a.

menet apkan zonasi pert ambangan dan pot ensi bahan galian;

b.

menguj i pet a lokasi permohonan izin usaha pert ambangan; dan

c.

mengawasi pel aksanaan konservasi dan produksi bahan galian.

Pasal 21

(1) konservasi sumber daya al am energi dilaksanakan mel alui upaya perlindungan sumber energi t ersebut dan kawasan yang ada disekit arnya.

(11)

(3) Pemanf aat an sumber daya energi dilakukan secara t erkont rol dan t erkendali sert a mengupayakan pembangunan sumber energi alt ernat if .

BABIV

HAK , DAN KEWAJIBAN DAN PERANSERTA MASYARAKAT

Bagian pertama

Hak

Pasal 22

(1) Set iap orang mempunyai hak yang sama unt uk mengelola sumber daya al am secara lest ari, adil dan demokrat is.

(2) Hak pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mencakup upaya perlindungan, pengawet an dan pemanf aat an sumber df aya al am secara lest ari.

(3) Set iap orang mempunyai hak unt uk memberi saran, pendapat dan/ at au t anggapan at as rencana t ersel enggaranya upaya konservasi sumber daya al am.

(4) Set iap orang mempunyai hak unt uk memperoleh inf ormasi t ent ang upaya konservasi sumber daya al am.

(5) Lembaga kaj ian lingkungan dan inst ansi t erkait waj ib menyampaikan masukan mengenai lingkungan dan konservasi sumber daya al am unt uk mencegah t erj adinya perusakan sumber daya al am.

Pasal 23

(1) Pemerint ah Daerah dapat memberikan hak kepada masyarakat unt uk melakukan kegiat an konservasi sumber daya al am sesuai dengan ket ent uan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan kegiat an konservasi, masyarakat dapat melakukan kegiat an kerj asama dengan pihak-pihak yang diat ur lebih lanj ut dengan keput usan Gubernur berdasarkan masukan dari Bupat i/ Wal ikot a.

Bagian kedua

Kewaj iban

Pasal 24

(1) Dalam upaya konservasi sumber daya al am set iap orang berkewaj iban unt uk :

a.

melindungi dan mengawet kan sumber daya alam;

(12)

(2) Set iap orang berkewaj iban memberikan inf ormasi yang benar dan akurat mengenai t erj adinya gangguan dan kerusakan sumber daya al am baik secara lisan at au pun t ert ulis.

Bagian ketiga

Peran Serta Masyarakat

Pasal 25

Masyarakat l okal yang ada dalam dan at au sekit ar kawasan sumber daya lam dapat diberi priorit as unt uk berperan set a dalam kegiat an konservasi sumber daya al am.

Pasal 26

(1) Konservasi sumber daya al am dilakuakan oleh Pemerint ah Daerah besert a masyarakat .

(2) Pemerint ah Daerah mendorong peran sert a masyarakat dal am upaya konservasi sumber daya alam mel alui bidang kegiat an secara berdaya dan berhasil guna.

(3) Pelaksanaan peran sert a masyarakat sebagai mana dimaksud dalam ayat (2) diat ur lebih lanj ut dengan keput usan Gubernur.

BAB VI

KEWENANGAN DAN KOORDINASI

Pasal 28

(1) Gubernur dan Bupat i/ Wal i kot a berwenang mengendalikan pengelolaan dan dampak lingkungan t erhadap upaya konsevasi sumberdaya al am yang meliput i :

a.

perlindungan, pel est arian dan pemanf aat an sumber daya al am secara berkecinambungan;

b.

pemilihan sumber daya, rehabil it as dan pencegahan pencemaran/ kerusakan;

c.

invent arisasi;

d.

penet apan perizinan, dan

e.

pengawasan.

(3) Pelaksanaan wewenang pengelol aan konservasi sumber daya al am sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dapat dilimpahkan kepada inst ansi yang t erkait .

(4) Pelaksanaan wewenang dampak l ingkungan sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) dapat dilimpahkan kepada inst ansi yang dit ugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup.

(5) Pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et ap kan dengan keput usan Gebernur.

(13)

Gubernur at au Bupat i/ Wal ikot a mel akukan koordinasi pengendalian upaya konservasi sumber daya alam dengan memperhat ikan saran pendapat dari Lembaga Konservasi.

BAB VII

PERIZINAN

Pasal 30

(1) Set iap orang melakukan usaha dan/ at au kegiat an ekspl oirasi dan ekspl oit asi sumber daya alam baik hayat i maupun non hayat i yang berdampak t erhadap konservasi summber daya alam waj ib memiliki izin melakukan usaha dan/ at au kegiat an.

(2) Izin melakukan usaha dan/ at au kegiat an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diberikan ol eh pej abat yang berwenang sesuai dengan perat uran perundang-undang yang berlaku.

(3) Tat a cara dan persyarat an unt uk memperoleh izin dimaksud dal am ayat (2) pasal ini diat ur l ebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.

BAB VIII

PENGAWASAN

Pasal 31

(1) Set iap orang at au penanggung j awab usaha / kegiat an waj ib menyampaikan laporan pelaksanaan konservasi sumber daya al am kepada Gubernur dan inst ansi yang berwenang.

(2) Pengawasan t erhadap pel aksanaan konservasi didal am maupun diluar kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dilakukan oleh pemerint ah Daerah bersama-sama dengan masyarakat .

(3) Inst ansi yang diberi t ugas mengendalikan dampak lingkungan melakukan:

a.

pengawasan dan pengeval uasian t erhadap kegiat an dampak lingkungan konservasi sumber daya al am;

b.

penilaian t erhadap l aporan yang disampaikan oleh pelaksana kegiat an dampak lingkungan konservasi sumber daya alam; dan

c.

pennyampaian laporan pengawasan dan evaluasi kepada Gubernur secara berkal a sekurang-kurangnya 2(dua) kal i dalam set ahun.

(4) Set iap inf ormasi dari masyarakat mengenai kegiat an konservasi sumber daya alam perlu dit indak lanj ut i oleh Lembaga Konservasi yang t erkait .

(14)

(6) Set iap pengawas waj ib memperlihat kan surat t ugas dan/ at au t anda pengenal sert a waj ib memperlihat kan sit uasi dan kondisi t empat pengawasan t ersebut dan membuat laporan evaluasi kunj ungan.

Pasal 32

Pemerint ah daerah mel akukan pengawasan t erhadap pelaksanaan pemanf aat an secara lest ari keanekaragaman t umbuhan dan sat wa besert a ekosist emnya yang berasal dari dan/ at au yang ada didal am maupun diluar kawasan l indung di daerah.

Pasal 33

Tat a l aksana pengawasan dan laporan sebagaimana dimaksud dal am pasal 32 diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.

BAB IX

PEMBIAYAAN

Pasal 34

Pengelol aan kegiat an konservasi sumber daya al am dibiayai mel al ui Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara, Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah sert a sumber dana lainnya sesuaimdengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 35

(1) Set iap orang yang melanggar ket ent uan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3), Pasal 15 ayat (4), Pasal 25 ayat (2), Pasal 31 ayat (1), Pasal 32 ayat (1) dan ayat (4) diancam dengan t indak pidana kurungan pal ing lama 6 ( enam) bulan at au denda paling banyak Rp 5. 000. 000. - (lima j ut a rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) adal ah pel anggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) merupakan pendapat an daerah dan harus diset or langsung ke kas Pemerint ah Daerah.

Pasal 36

Set iap orang yang mel anggar ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 10 ayat (2), Pasal 15 ayat (5) dan pasal 19 ayat (2), diancam hukuman pidana sesuai dengan

Perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI

KETENTUAN PENYIDIKAN

(15)

(1) Selain Pej abat Penyidik Umum yang bert ugas menyidik t indak pidana, penyidik at as t indak pidana sebagai mana yang dimaksud dal am pasal 35 dan pasal 36, dapat j uga dilakukan dilakukan oleh Penj abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan pemerint ah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang

pengangkat annya dilakukan sesuai dengan perat uran perundangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksakan t ugas penyidikan para Penj abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagai mana yang disebut dalam ayat (1) berwenang :

a.

menerima laporan at au pengaduan dari seseorang t ent ang adanya t indak pidana ;

b.

melakukan t indakan pert ama pada saat it u ket empat kej adian dan melakukan pemeriksaan;

c.

menyuruh berhent i seseoran t ersangka dan memeriksa t anda pengenal diri t ersangka;

d.

melakukan penyit aan benda at au surat ;

e.

mengambil sidik j ari dan memot ret seseorang;

f.

memanggil seseorang unt uk didengar dan diperiksa sebagai t ersangka at au saksi;

g.

mendat angkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h.

mengadakan penghendian penyidikan set elah mendapat pet unj uk dari penyidik umum bahwa t idak t erdapat cukup bukt i at au perist iwa t ersebut bukan merupakan t indak pidana dan selanj ut nya penyidik umum memberit ahukan hal t ersebut kepada penunt ut umum, t ersangka at au kel uarga; dan

i.

mengadakan t indakan l ain menurut hukum yang dapat dipert anggung j awabkan.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 38

Semua j enis kegit an konservasi yang t elah ada sej ak dit et apkannya Qanun ini mempunyai dampak pent ing t erhadap lingkungan hidup, waj ib mengikut i ket ent uan-ket ent uan sebagaimana yang dimaksud dalam qanun ini.

Pasal 39

Dengan berlakunya Qanun ini, maka segala ket ent uan yang ada dinyat akan masih berlaku, sepanj ang t idak bert ent angan dengan Qanun ini.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

Pengawasan at as pelaksanaan ket ent uan Qanun ini, secara t eknis dan operasional dit ugaskan inst ansi yang berwenang.

(16)

Hal-hal yang bel um diat ur dalam Qanun ini sepanj ang mengenai pel aksanaannya akan diat ur lebih l anj ut dengan keput usan gubernur.

Pasal 42

Qanun ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

Agar semua orang dapat menget ahuinya memerint ahkan pengundangan Qanun ini dengan penempat annya dal am Lembaran Daer ah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Disahkan di Banda Aceh

Pada t anggal 14 Okt ober 2002 7 Sya’ ban 1423

GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

t t d.

ABDULLAH PUTEH

Diundangkan di Banda Aceh

Pada t anggal 15 Okt ober 2002 8 Sya’ ban 1423

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

t t d.

THANTHAWI ISHAK

LEMBARAN NEGARA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2002 NOMOR 63 SERI E NOMOR 10

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan analisis data kuantitatif yang peneliti maksud di dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kapasitas kognitif, afektif, dan psikomotorik mahasiswa S1

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien penyakit kronis penyandang parkinson mengenai hubungan

Oleh karena itu, harus ada kemauan yang menimbulkannya (bersifat aktif). Ditinjau dari segi banyaknya objek yang dicakup oleh perhatian pada saat yang bersamaan,

Memberikan kontribusi terhadap pengetahuan tentang karakteristik struktur mikro dan kekuatan tarik pada bahan baja ST 60 yang dihasilkan dari proses temper dengan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan perilaku sehat orang tua balita penderita Infeksi Saluran

Dari persamaan tersebut, maka hasil persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diinterpretasikan, yaitu bahwa: (1) nilai konstanta sebesar 28,066 memiliki arti jika β

Penentuan Kepala Madrasah MAN 2 Pidie Jaya sebagai responden mengingat Kepala Madrasah penanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan dengan

Guna meningkatkan pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas, dilakukan analisis berupa emergy analysis untuk menentukan kondisi yang tepat untuk diterapkan di