IMPL JALANA PENDID LEMENTA AN (PKS-A DIKAN ANA DIP D gu PROGRA JUR ASI PROGR NJAL) SEB AK JALAN PONEGOR Diajukan kep Univer untuk Mem una Memper S.N N
AM STUD RUSAN PEN
FAKULT O
RAM KESE BAGAI UP NAN DI RU RO SLEMA SKRIP pada Fakult rsitas Neger menuhi Seba roleh Gelar Oleh Nur Zaenatu NIM 111022 DI PENDID NDIDIKAN TAS ILMU OKTOBER EJAHTER PAYA PEM UMAH SIN AN YOGYA PSI
tas Ilmu Pen ri Yogyakar agian Persy Sarjana Pe h un Aisah 241045 DIKAN LUA N LUAR S
PENDIDIK R 2015 RAAN SOS MENUHAN NGGAH D AKARTA ndidikan rta yaratan ndidikan AR SEKOL SEKOLAH KAN IAL ANAK N HAK DA
AN BELAJ
LAH K ASAR
MOTTO
Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu
orang yang beriman (Terjemahan Thoha 3:139)
Sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan dan sesungguhnya
dalam kemudahan itu ada kesulitan maka apabila kamu selesai dari suatu
urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lainnya dan hanya
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah SWT
Karya ini akan saya persembahkan untuk:
1. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.
2. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar dan pengalaman yang luar biasa.
3. Ayahanda, Ibunda tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih
sayangnya dan memanjatkan doa-doa yang mulia untuk keberhasilan
IMPLEMENTASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JALANAN (PKS-ANJAL) SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN HAK DASAR
PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DAN BELAJAR DIPONEGORO SLEMAN YOGYAKARTA
Oleh
S. Nur Zaenatun Aisah NIM 11102241045
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Implementasi (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Di RSBD. 2) Hasil yang ingin dicapai dari peran RSBD melalui PKSA. 3) Bentuk-bentuk pelayanan LPKSA melalui pemanfatan dana PKSA. 4) faktor penghambat Implementasi PKSA di RSBD. 5) Faktor pendukung Implementasi PKSA di RSBD.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian yaitu pengelola, pendamping, anak binaan, dan orangtua anak di RSBD. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai sumber/ narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
Hasil penelitian ini antara lain: 1). Implementasi PKS-Anjal di RSBD yaitu dengan memberikan pelayanan pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan dengan pemanfaatkan dana dukungan PKSA, 2). Hasil yang ingin dicapai dari peran RSBD melalui PKSA antara lain anak bisa mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan baik itu melalui pendidikan formal maupun dengan mengikuti program Kesetaraan paket A, B, kegiatan pelatihan RSBD serta Program pendampingan belajar dengan harapan anak tidak lagi melakukan aktifitas di jalanan, 3). Bentuk-bentuk pelayanan LPKSA melalui pemanfaatan dana PKSA meliputi Layanan Pemantapan Belajar (Remedial Course) dan Layanan Perantaraan dan/ atau Penghantaran Pre Remedial Course (Bridging Course), 4). Faktor penghambat Implementasi PKSA di RSBD antara lain masih kurangnya SDM, 5). Faktor pendukung Implementasi PKSA di RSBD antara lain adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak baik itu dari Kemensos RI, lembaga-lembaga terkait.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Kesejahteraan
Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar
Pendidikan di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro Kab Sleman,
Yogyakarta”.
Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bimbingan, bantuan, motivasi dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan
mengucapkan terima kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah
memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran di
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Aloysius Setya Rohadi, M.Kes, selaku pembimbing skripsi yang telah
berkenan mengarahkan dan membimbing penyusunan skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan.
6. Bapak Fauzan Setyanegara M.Ag. selaku Pimpinan Rumah Singgah Dan
Belajar Diponegoro, yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.
7. Bapak dan Ibu Pendamping, wali anak dampingan serta anak dampingan
Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro yang telah berkenan membantu dalam
penelitian.
8. Bapak, Ibu, Kakak dan adik-adik ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan
9. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk
penulisan penelitian serta dukungan yang diberikan selama ini.
10. Teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011 yang
memberikan bantuan dan motivasi perjuangan meraih kesuksesan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga seluruh dukungan yang diberikan dapat
menjadi amal dan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT dan semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pemerhati Pendidikan
Luar Sekolah dan pendidikan masyarakat serta para pembaca umumnya. Amin.
Yogyakarta, 3 September 2015
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah SWT
Karya ini akan saya persembahkan untuk:
1. Ayahanda, Ibunda tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih
sayangnya dan memanjatkan doa-doa yang mulia untuk keberhasilan
penulis dalam menyusun karya ini.
2. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar dan pengalaman yang luar biasa.
3. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
vii
IMPLEMENTASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JALANAN (PKS-ANJAL) SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN HAK DASAR
PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DAN BELAJAR DIPONEGORO SLEMAN YOGYAKARTA
Oleh
S. Nur Zaenatun Aisah NIM 11102241045
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Implementasi (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro. (2) Hasil yang ingin dicapai dari peran Rumah Singgah melalui PKSA. (3) Bentuk-bentuk pelayanan LPKSA melalui pemanfatan dana PKSA. (4) faktor penghambat Implementasi PKSA. (5) Faktor pendukung Implementasi PKSA.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian yaitu pengelola, pendamping, anak binaan, dan orangtua anak di RSBD. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. triangulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai sumber/ narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) implementasi Program kesejahteraan sosial anak jalanan dilaksanakan dengan pemberian pelayanan-pelayanan untuk pemenuhan hak dasar pendidikan meliputi transportasi anak, pembelian perlengkapan sekolah serta pemenuhan nutrisi dan gizi anak, (2) implementasi PKSA memiliki tujuan antara lain anak jalanan memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal, mengikuti program pelatihan, program pendampingan belajar serta anak tidak beraktifitas dijalanan, (3) bentuk pelayanan melalui dana PKSA dilaksanakan dengan program Layanan Pemantapan Belajar (Remedial Course) dan Layanan Perantaraan dan Penghantaran Pre Remedial Course (Bridging Course), (4) implementasi Program kesejahteraan sosial anak memiliki faktor penghambat antara lain masih kurangnya Sumber Daya Manusia di Rumah Singgah Diponegoro, (5) implementasi program kesejahteraan sosial anak memiliki faktor pendukung antara lain adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak yaitu dari Kemensos RI, lembaga-lembaga terkait, orang tua anak penerima dana PKSA serta partisipasi anak jalanan penerima dana PKSA.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Kesejahteraan
Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar
Pendidikan di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro Kab Sleman,
Yogyakarta”.
Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bimbingan, bantuan, motivasi dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan
mengucapkan terima kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah
memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran di
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Aloysius Setya Rohadi, M.Kes, selaku pembimbing skripsi yang telah
berkenan mengarahkan dan membimbing penyusunan skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan.
6. Bapak Fauzan Setyanegara M.Ag. selaku Pimpinan Rumah Singgah Dan
Belajar Diponegoro, yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.
7. Bapak dan Ibu Pendamping, wali anak dampingan serta anak dampingan
Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro yang telah berkenan membantu dalam
penelitian.
8. Bapak, Ibu, Kakak dan adik-adik ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan
9. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk
penulisan penelitian serta dukungan yang diberikan selama ini.
10. Teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011 yang
memberikan bantuan dan motivasi perjuangan meraih kesuksesan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga seluruh dukungan yang diberikan dapat
menjadi amal dan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT dan semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pemerhati Pendidikan
Luar Sekolah dan pendidikan masyarakat serta para pembaca umumnya. Amin.
Yogyakarta, 3 September 2015
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 13
C. Batasan Masalah ... 14
D. Rumusan Masalah ... 14
E. Tujuan Penelitian ... 15
F. Manfaat Penelitian ... 16
G. Batasan Istilah ... 17
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka... ... 19
1. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)... 19
a. Pengertian PKSA ... 19
b. Tujuan PKSA ... 23
c. Sasaran PKSA ... 23
d. Kebijakan ... 25
e. Kriteria Penerima Manfaat ... 26
g. Prasyarat dan Kewajiban Penerima layanan ... 27
2. Anak Jalanan ... 28
a. Pengertian Anak Rawan ... 28
b. Pengertian Anak Jalanan ... ... 29
c. Faktor Penyebab Keberadaan Anak Jalanan ... 30
3. Hak Dasar Anak Jalanan ... 31
a. Hak Dasar Anak ... 31
b. Hak Dasar Pendidikan ... 35
4. Tinjauan Tentang Rumah Singgah ... 38
a. Pengertian Rumah Singgah ... 38
b. Tujuan Rumah Singgah ... 39
c. Prinsip-prinsip Rumah Singgah ... 39
d. Pendekatan Pelayanan Rumah singgah ... 39
e. Tahapan-tahapan Pelayanan Rumah Singgah ... 40
B. Penelitian yang Relevan ... 43
C. Kerangka Pikir... ... 46
D. Pertanyaan Penelitian... 48
BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 50
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 51
C. Instrumen Penelitian ... 52
D. Sampel Sumber Data ... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ... 53
F. Teknik Analisis Data ... 57
G. Pengujian Keabsahan Data ... 58
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62
1. Deskripsi Lembaga ... 62
a. Profil Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro .. 62
b. Visi dan Misi RSBD ... 63
d. Program Kegiatan RSBD ... 64
e. Sumber Daya Manusia RSBD ... 65
f. Sarana/ Fasilitas RSBD ... 69
g. Dukungan Dana dan Kemitraan ... 71
B. Data Hasil Penelitian ... 77
1. Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Anak Jalanan ... 77
2. Hasil yang ingin dicapai dari peran RSBD Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) ... 92
3. Bentuk-bentuk Pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA) RSBD Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Melalui Pemanfatan Dana PKSA ... 93
4. Faktor Penghambat Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di RSBD ... 105
5. Faktor Pendukung Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di RSBD ... 107
C. Pembahasan ... 109
1. Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro ... 109
3. Bentuk-bentuk pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan
Sosial Anak (LPKSA) RSB Diponegoro sebagai upaya
pemenuhan hak dasar pendidikan melalui pemanfatan dana
PKSA ... 115
4. Faktor penghambat Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro ... 118
5. Faktor pendukung Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan Hak Dasar pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah Dan Diponegoro ... 119
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 121
B. Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Sarana dan Prasarana RSBD Diponegoro ... 73
Tabel 2. Dukungan Dana RSB Diponegoro ... 74
Tabel 3. Daftar instansi ... 76
Tabel 4. Panduan Penggunaan Operasional PKSA ... 94
Tabel 5. Pedoman Observasi ... 135
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 135
Lampiran 2. Catatan Lapangan ... 150
Lampiran 3. Analisis Data... 175
Lampiran 4. Hasil Dokumentasi ... 200
Lampiran 5. Struktur Organisasi ... 209
Lampiran 6. Sumber Daya Manusia RSBD ... 210
Lampiran 7. Data Anak PKSA ... 211
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Perubahan pembangunan di sektor ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi di Indonesia telah menghasilkan perkembangan yang cukup
pesat. Namun, selama pembangunan dan perubahan itu berlangsung, tidak
dapat dipungkiri menghasilkan dampak yang kurang baik, antara lain
munculnya kesenjangan sosial di Indonesia, baik di level nasional maupun
daerah. Kesenjangan sosial merupakan sesuatu yang menjadi sebuah
momok atau tugas besar bagi pemerintah untuk diselesaikan. Dimana
kesenjangan sosial merupakan masalah yang sukar untuk diselesaikan
karena menyangkut aspek-aspek yang harus diketahui secara mendalam
dan pendekatan lebih dalam serta adanya saling keterkaitan berbagai
aspek. Kesenjangan sosial sebuah keadaan ketidak seimbangan sosial yang
ada di masyarakat misalnya, kesenjangan antara orang kaya dan miskin.
Kesenjangan sosial tersebut memunculkan permasalahan di
Indonesia khususnya pedesaan maupun perkotaan yang masalahnya lebih
komplek. Dari sekian dampak perubahan pembangunan nasional yang
tidak merata, mengakibatkan permasalahan. Salah satunya ialah masalah
kemiskinan yang belum teratasi secara efektif secara memberikan
konstribusi pada ketelantaran anak. Selain itu menjadi pendorong banyak
anak yang terpaksa beraktifitas di jalanan untuk mencari uang, salah
satunya adalah munculnya anak jalanan. Memang tidak bisa di sama
berada di jalan karena tekanan ekonomi keluarga, boleh jadi karena
pergaulan, pelarian, atau atas dasar pilihannya sendiri.
Keadaan anak jalanan sangat menyimpang dari fungsi sosial anak,
ini terlihat dari aktifitas mereka yang menghabiskan sebagian besar waktu
dijalan untuk mengais dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah, dimana
seharusnya anak mendapatkan pendidikan layak di usianya yang tergolong
muda, karena dipaksa atau terpaksa turun kejalan dengan alasan tertentu,
sehingga kebutuhan hak dasar anak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak tidak terpenuhi. Setiap anak memiliki hak yang sama untuk hidup,
tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan potensinya.
Berikut sebagian besar hak-hak anak yang belum terpenuhi antara lain:
pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, kehidupan normal atau
standar seperti masyarakat pada umumnya, belum terpenuhinya makanan
dan tempat untuk hidup yang layak, belum terpenuhinya air bersih, belum
terlindungi dari eksploitasi sex, ekonomi, penyalahgunaan dan peredaraan
narkoba, mendapatkan perlindungan hukum dan memperoleh informasi
serta bimbingan untuk mengoptimalkan peran sesuai dengan tingkat
usianya.
Secara berlapis, dimulai dari tingkat keluarga dan kerabat,
masyarakat sekitar, pemerintah lokal sampai pusat, hingga masyarakat
internasional yang berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan
Tahun 2014, Perubahan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak :
Pasal 21 (1) Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati pemenuhan Hak Anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental.
Banyak program yang diupayakan pemerintah untuk memenuhi
hak-hak anak dan meningkatkan kesejahteraan sosial khususnya
kesejahteraan sosial anak. Pembangunan kesejahteraan sosial ini menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional dimana
pembangunan kesejahteraan sosial berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas hidup bangsa Indonesia. Kesejahteraan sosial merupakan program
pelayanan maupun pertolongan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hal ini karena pada prinsipnya konstruksi pembangunan kesejahteraan
sosial terdiri atas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk
memajukan kondisi kehidupan manusia melalui koordinasi dan
keterpaduan antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam upaya
penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam mengatasi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) menjadi kerangka kegiatan yang
utuh, menyeluruh, berkelanjutan dan bersinergi, sehingga kesejahteraan
sosial masyarakat lambat laun dapat meningkat salah satunya ialah
masalah kesejahteraan sosial anak.
Perubahan kebijakan dan program kesejahteraan sosial anak selaras
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, diperlukan penyempurnaan
program bantuan sosial berbasis keluarga khususnya bidang kesejahteraan
sosial anak untuk balita terlantar, anak jalanan, anak dengan kecacatan,
anak berhadapan dengan hukum, dan anak yang membutuhkan
perlindungan khusus. Berdasarkan ketetapan Presiden Nomor 1 Tahun
2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional,
ditetapkan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai program
prioritas nasional yang meliputi Program Kesejahteraan Sosial klaster
Anak Balita, Program Kesejahteraan Sosial klaster Anak Jalanan, Program
Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Program Kesejahteraan
Sosial Anak Dengan Kecacatan dan Program Kesejahteraan Sosial Anak
yang Membutuhkan Perlindungan Khusus.
Definisi Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sendiri
adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial dan bantuan kesejahteraan sosial anak bersyarat
(conditional cash transfer) yang meliputi :
1. Bantuan sosial/subsidi pemenuhan hak dasar (akte kelahiran, tempat tinggal, nutrisi, air bersih, dll.)
2. Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar (akses pendidikan dasar, akses pelayanan kesehatan, akses pelayanan rehabilitasi sosial, dll.)
3. Pengembangan potensi diri dan kreativitas anak.
4. Penguatan tanggung jawab orang tua/keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak.
Tujuan PKSA adalah terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan
perlindungan terhadap anak dari keterlantaran, kekerasan, eksploitasi, dan
diskriminasi, sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan
partisipasi anak dapat terwujud. (Pedoman PKSA, 2011 : 11-12).
Program Kesejahteraan Sosial Anak Kluster (kelompok) Anak
Jalanan (PKS-Anjal) adalah program kesejahteraan sosial anak yang
diperioritaskan kepada anak-anak jalanan dengan komponen program
bantuan sosial/Subsidi Hak Dasar Anak, meliputi : 1) pemenuhan
kebutuhan identitas anak yaitu: pembuatan akte kelahiran anak. 2)
pemenuhan kebutuhan fisik yaitu : makanan, pakaian, sarana dan
perumahan. 3) pemenuhan kebutuhan emosional yaitu : kasih sayang dari
orang tua dan keluarga, peningkatan rasa percaya diri, kemampuan
mengenali dan memecahkan masalah. 4) pemenuhan kebutuhan sosial
yaitu: berteman, berelasi dengan orang lain yang ada di lingkungan,
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan kehidupannya.
(Pedoman PKSA, 2011)
Hanya jika setiap lapisan pemangku tugas tersebut dapat berfungsi
dengan baik dan mampu menjalankan kewajiban dan tanggungjawabnya,
maka anak akan dapat memiliki kehidupan berkualitas yang
memungkinkannya tumbuh-kembang secara optimal sesuai dengan
potensinya. Namun meskipun banyak upaya telah dilakukan, masih
membuat kualitas tumbuh kembang dan kelangsungan hidupnya terancam.
Salah satunya adalah munculnya anak jalanan.
Secara psikologis anak jalanan adalah anak-anak yang pada taraf
tertentu belum mempunyai bentuk mental emosional yang kuat, sementara
pada saat yang sama harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan
cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan
kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial,
dimana lebilitas, emosi dan mental anak jalanan ditunjang dengan
penampilan yang kumuh melahirkan pencitraan positif dan negatif oleh
sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan. Citra positif anak
jalanan membantu ekonomi keluarga yang sangat lemah, citra negatif anak
jalanan identik dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri,
dan sampah masyarakat yang harus diasingkan.
Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mencari nafkah di jalanan, pusat kegiatan ekonomi dan
pusat keramaian. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan
adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari
nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.
Anak adalah sesorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. (Kemensos RI,
2011:9).
Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan
ekonomi, sebagai pekerja anak di jalan, namun masih punya hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Children of the
street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik
secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Dalam kategori ini anak-anak rawan terhadap tindak kekerasan/perlakuan salah, baik secara emosional-sosial, fisik maupun seksual. Children from families of
the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup
di jalanan mereka bisa ditemui di kolong-kolong jembatan, rumah-rumah liar di kereta api atau tepi sungai.
Anak jalanan merupakan anak yang membutuhkan perlindungan
khusus, karena rentan dari tindak kekerasan fisik dan psikis, eksploitasi
secara ekonomi dan atau seksual. Kompleksnya permasalahan anak
jalanan juga diantaranya berhadapan dengan hukum baik sebagai korban
maupun sebagai pelaku, menjadi korban trafiking anak, menjadi korban
perlakuan salah serta ketelantaran lainnya. Kondisi anak yang hidup dan
bekerja dijalanan ini berada dalam keadaan pilihan yang tidak
menyenangkan, tidak layak untuk berkembang, ketidakpastian masa
depan, dan tidak jarang menjadi permasalahan berbagai pihak.
Komposisi masyarakat yang terlantar umumnya terdiri dari
anak-anak dan lansia. Pada tahun 2006 terdapat 78,96 juta anak-anak di bawah usia
18 tahun, 35,5% dari total seluruh penduduk Indonesia. Sebanyak 40%
atau 33,16 juta diantaranya tinggal di perkotaan dan 45,8 juta sisanya
tinggal di perdesaan. Sebagian besar anak-anak ini berasal dari keluarga
miskin dan tertinggal, yang tidak mempunyai kemampuan untuk
memberdayakan dirinya, sehingga rentan terhadap kekerasan, eksploitasi,
Depsos pada tahun 2004, sebanyak 3.308.642 anak termasuk ke dalam
kategori anak terlantar.
Menurut Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri menyatakan bahwa
pada 2014 atau saat masa berakhirnya Kabinet Indonesia Bersatu II,
Indonesia terbebas dari anak jalanan yang sekarang secara nasional
jumlahnya 230.000 orang.
Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementrian Sosial
mencatat jumlah anak jalanan tahun 2007 sebanyak 230.000 jiwa. Adapun
BPS bersama ILO mengestimasi jumlah aak jalanan sebanyak 320.000
pada tahun 2009. (pedoman PKSA Kemensos RI, 2011 : 3).
Data Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) DIY
menyatakan bahwa Anak Jalanan pada Tahun 2008 sebanyak 1.200,
Tahun 2009 sebanyak 1.200, Tahun 2010 sebanyak 448, Tahun 2011
sebanyak 312, dan pada Tahun 2012 sebanyak 497 anak.
Anak jalanan merupakan salah satu aset bangsa dan penerus masa
depan bangsa. Keberadaannya dijalanan perlu dientaskan dan salah satu
cara mengentaskannya adalah dengan menyelenggarakan rumah singgah.
Di dalam rumah singgah anak jalanan diberikan pelayanan kesejahteraan
sosial diantaranya melalaui pemberdayaan anak jalanan. Pemberdayaan
pada anak jalanan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh rumah singgah.
Menurut Depsos RI, rumah singgah adalah wahana yang
yang membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses informal yang
memberikan suasana resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat. Rumah singgah diharapkan akan
menjadi tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan
selanjutnya. Karena itu ditekankan pentingnya menciptakan rumah
singgah sebagai tempat yang aman, menarik dan menyenangkan bagi anak
jalanan. (Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial Humana, hal 65).
Lembaga Pelayanan Sosial Anak jalanan atau Rumah singgah
adalah suatu wahana yang menyediakan pelayanan sosial bagi anak
jalanan, baik yang bersifat rehabilitasi, pengembangan, maupun tindak
lanjut baik yang diselenggarakan oleh lembaga milik pemerintah maupun
lembaga milik masyarakat. (Depsos RI. 2008 : 7)
Rumah disadari sebagai kebutuhan bagi anak hidup di jalan. Selain
dimaksudkan sebagai tempat bernaung. Rumah juga diharapkan menjadi
basis bagi pelayanan berikutnya, seperti pelayanan kesehatan dan
pendidikan, pendampingan serta konseling bagi anak yang sedang
bermasalah. Selain itu, rumah juga diharapkan menjadi ruang komunikasi
yang harmonis antara anak dan pihak yang menaruh perhatian pada
kehidupan anak. (YLPS Humana, hal 64-65).
Salah satu cara yang dipakai dalam rangka menangani anak-anak
jalanan adalah pemberdayaan anak jalanan dengan menyediakan rumah
singgah bagi mereka seperti Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro
lembaga yang merupakan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak memiliki
peran untuk mencapai tujuan PKS-Anjal. RSB Diponegoro yang berada di
Jl. Gudang Pusri No.9 A Kembang, RT/01 RW/61, Kel. Maguwoharjo,
Kec. Depok, Kab. Sleman, Provinsi DIY. Merupakan lembaga yang
bergerak dibidang Sosial, Pendidikan dan Keagamaan. Berdiri sejak tahun
1999 secara terus-menerus memberikan pelayanan sosial, kesehatan,
maupun keterampilan kepada para warga binaan.
RSB Diponegoro merupakan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)
yang didirikan sebagai sayap lembaga Yayasan Pondok Pesantren
Diponegoro yang menangani pengamen anak, yatim/piatu dan dhu’afa
dengan akta notaris No.36 Tanggal 21/Juli/YPPP
Diponegoro/1999/Muhammad Agus Hanafi, SH. RSB Diponegoro
didirikan sebagai bentuk kepedulian dan tindakan terhadap permasalahan
anak jalanan dan terlantar. Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh RSB
berupa :
1. Pengamatan masalah anak jalanan
2. Identifikasi dan pendampingan anak
3. Pelatihan dan penyuluhan kepada anak
4. Konseling anak
5. Sekolah rakyat
6. Advokasi kesehatan dan pelayanan pendidikan
Dengan Visi “ 1) Memberikan pelayanan kepada anak-anak
aspek individu dan mencapai kematangan emosional dan spiritual. 2)
Membantu anak jalanan dalam pengembangan aktualisasi diri guna
mencapai kemampuan hidup dan pengembangan diri dalam upaya
mempersiapkan masa depan yang lebih baik”, dan mempunyai Misi “1)
Memberikan pelayanan sosial kepada anak jalanan untuk memperoleh
pendidikan yang memadai, hak untuk menikmati kehidupan anak-anak dan
perlindungan. 2) Memberikan ruang aktualisasi diri kepada anak dalam
upaya pengembangan diri. 3) Memberikan pendidikan kepada anak untuk
membentuk kemampuan hidup agar dapat bertahan dan mandiri di tengah
kehidupan bermasyarakat. 4) Meminimalisir pemanfaatan anak yang dapat
mengganggu perkembangan psikologis mereka”.
Program Pokok yang direncanakan oleh Rumah Singgah dan
Belajar Diponegoro (RSB Diponegoro) antara lain :
1. Sekolah MURAH dan layanan belajar
2. Pengamatan masalah anak jalanan
3. Identifikasi dan pendampingan anak
4. Pelatihan dan penyuluhan kepada anak
5. Advokasi dan pelayanan kesehatan
6. Pengembalian anak ke lingkungan keluarga
7. Program referal/ layanan rujukan
Lembaga tersebut melakukan pemberian bantuan kepada
Anak jalanan yang menjadi binaan Rumah Singgah Diponegoro
yang menerima manfaat dana PKSA yaitu berjumlah 60 anak, anak
tersebut tidak hanya berasal dari jogja tetapi juga dari luar jogja yang
beraktifitas di jogja. Syarat dasar penerima manfaat dana PKSA yaitu anak
yang beraktifitas di jalan (anak jalanan). kemudian dana tersebut
dimanfaatkan untuk kegiatan pendampingan anak. Pendampingan tersebut
tersebar di beberapa titik dampingan yaitu di titik monjali, titik badran,
titik uin (ambarukmo), dan Demak ijo. Disetiap titik rata-rata ada sekitar 8
– 10 anak yang mengikuti kegiatan pendampingan yang berlangsung yaitu
kegiatan belajar mengajar, membantu anak dalam kegiatan belajar. Tujuan
dari pendampingan tersebut adalah untuk mengurangi aktifitas anak
dijalan. Dana tersebut juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah
anak, seperti membantu biaya pendidikan, membeli tas, membeli buku,
kegiatan rekreasi dan kegiatan-kegiatan lain di sekolah ataupun diluar
sekolah. Tujuan dana PKSA secara luas yaitu untuk memenuhi kebutuhan
hak dasar anak. Anak yang menerima dana PKSA sebagian masih
bersekolah di pendidikan formal. Bagi anak yang tidak bersekolah di
pendidikan formal, RSB Diponegoro menyediakan layanan program
kesetaraan paket A, Paket B dan paket C.
Dari latar belakang masalah di atas, penulis memutuskan untuk
membahas Implemantasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan
(PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan di Rumah
judul dalam penyususnan skripsi ini penulis mengambil lokasi penelitian
di Rumah Singgah dan Belajar (RSB) Diponegoro di Jl. Gudang Pusri No.
9 A Kembang, RT/01 RW/61, Kel. Maguwoharjo, Kec. Depok, Kab.
Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti
lebih memfokuskan untuk meneliti Implementasi Program Kesejahteraan
Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar
Pendidikan Anak Jalanan Di RSB Diponegoro Sleman Yogyakarta dapat
diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Pembangunan nasional yang kurang merata menimbulkan permasalahan
sosial salah satunya fenomena anak jalanan yang sering menggangu
ketertiban masyarakat.
2. Masih tingginya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial anak
yag meliputi rendahnya gizi, pendidikan dan kesehatan, masalah
kemiskinan yang belum dapat diatasi secara efektif memberikan
kontribusi pada ketelantaran anak, kenakalan anak yang masih
meresahkan masyarakat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak
yang membutuhkan perlindungan khusus karena mengalami kekerasan,
anak yang menjadi korban eksploitasi seksual.
3. Kesulitan ekonomi keluarga, yang memaksa anak turun kejalan untuk
4. Meningkatnya jumlah anak jalanan pertahun, sehingga membawa bentuk
permasalahan di dalam lingkungan anak jalanan itu sendiri maupun
permasalahan dengan masyarakat dan pemerintah.
5. Kondisi anak-anak jalanan yang kian terpuruk hanya teramati dari
tampilan fisiknya, disebabkan makin rumitnya krisis ekonomi, hukum,
dan moral yang melanda Indonesia.
6. Aktivitas sehari-hari anak jalanan yang menghabiskan waktu di jalanan
dapat membahayakan anak jalanan itu sendiri maupun masyarakat umum
yang menggunakan jalanan.
7. Hak-hak anak jalanan tidak terpenuhi, rentan akan exploitasi sex,
ekonomi dan penyalahgunaan narkoba dan perdagangan manusia.
8. Mendapatkan hak-hak dasar anak perlindungan hukum untuk anak masih
kurang teroptimal.
C. Batasan Masalah
Identifikasi permasalahan di atas tidak semuanya dibahas dalam
penelitian ini, penelitian ini lebih terfokus dan mendalam pada
Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal)
Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah
Singgah dan Belajar Diponegoro Sleman Yogyakarta.
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah serta
batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam program penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak
(PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak
Jalanan Di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro?
2. Bagaimana hasil yang ingin dicapai dari peran Rumah Singgah dan
Belajar Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan
melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak ?
3. Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan
Sosial Anak (LPKSA) RSB Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak
dasar pendidikan melalui pemanfatan dana PKSA?
4. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan Program
Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar
pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro?
5. Apa saja yang menjadi faktor pendukung Pelaksanaan Program
Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar
pendidikan anak jalanan di rumah singgah diponegoro?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak
Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar
Pendidikan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Dan Belajar
2. Untuk mengetahui hasil yang ingin dicapai dari peran Rumah
Singgah dan Belajar Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar
pendidikan melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak ?
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelayanan Lembaga Program
Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA) RSB Diponegoro sebagai upaya
pemenuhan hak dasar pendidikan melalui pemanfatan dana PKSA?
4. Untuk mengetahui faktor penghambat Implementasi Program
Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar
pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro?
5. Untuk mengetahui faktor pendukung Implementasi Program
Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan Hak Dasar
pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah Dan Diponegoro?
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a) Memperkaya kajian tentang ilmu Pendidikan Luar Sekolah
khususnya ilmu tentang kesejahteraan sosial dan menambah
pengetahuan bagi peneliti yang tertarik pada studi anak jalanan
yang mengupayakan perlindungan dan pemberdayaan anak dan
kehidupan sosialnya.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada pengelola Pendidikan Luar Sekolah dan pengamat anak
jalanan dalam upaya mengentaskan anak jalanan serta
c) Memberikan masukan kepada penelitian lebih lanjut tentang
kesejahteraan sosial khususnya kesejahteraan sosial anak.
2. Manfaat praktis
a) Penelitian ini berguna bagi pengembangan PKS-Anjal di Rumah
Singgah dan Belajar Diponegoro secara langsung khususnya
dalam melihat apakah Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro
sudah memberikan Hak Dasar Anak Jalanan sesuai dengan
pedoman Program Kesejahteraan Sosial Anak yang diberikan
Kementerian Sosial.
b) Memberikan masukan serta wawasan bagi lembaga lain sejenis
yang juga menjalankan program PKS-Anjal.
c) Penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan dalam
mengembangkan serta menangani permasalahan anak jalanan di
Yogyakarta dan Indonesia secara keseluruhan serta menjadi saran
bagi pemerintah untuk menjalankan program PKS-Anjal labih
baik lagi.
9. Batasan Istilah
1. Program Kesejahteraan sosial Anak (PKSA) adalah upaya yang
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial
guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan
peningkatan potensi diri, dan kreativitas anak, penguatan orang
tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak.
2. Hak Dasar Pendidikan Anak adalah setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakat.
3. Anak adalah orang yang belum berusia 18 Tahun, termasuk juga
anak yang masih dalam kandungan.
4. Anak Jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan
waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau
tempat-tempat umum lainnya.
5. Rumah singgah adalah suatu tempat pemusatan sementara yang
bersifat non formal untuk memperoleh informasi dan pembinaan
awal antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu anak
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka
1. Kajian tantang Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
a. Pengertian PKSA
Sebelum masuk ke definisi Program Kesejahteraan Sosial Anak
(PKSA) sebaiknya kita mengetahui apa definisi Kesejahteraan Sosial
Secara Umum. Menurut Toton Witono dalam jurnal ilmu kesejahteraan
Sosial (2012 : 119) :
Cita-cita nasional bangsa Indonesia untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur memerlukan prasyarat kesejahteraan sosial (kessos). Cita-cita mulia ini telah dirumuskan para pendiri (founding father) Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, pancasila, dan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa Pemerintah Negara Indonesia dibentuk dalam rangka “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.” Pencasila juga menegaskan hal berikut dalam sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurut Friendlander dalam Zaenudin (2012 : 2) kesejahteraan
sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial
dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu
dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang
memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan
mereka dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya
Pengertian itu juga selaras dengan isi UU Kesejahteraan Sosial
nomor 11 tahun 2009 pada bab 1 pasal 1 yang menyebutkan kesejahteraan
sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mempu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Kesajahteraan sosial
menurut zaztrow (dalam yogi pratama, 2012 : 14) kesejahteraan sosial
adalah memenuhi finansial, sosial, kesehatan, rekreasional yang terdapat
pada setiap individu di dalam masyarakat.
Secara substansial pengertian kesejahteraan sosial diatas sejalan
dengan pandangan Islam tentang Kesejahteraan Sosial, yaitu pada
prinsipnya Islam dalam lewat al-Qur’an dan Hadist menganjurkan hidup
yang lebih baik, sejahtera lahir dan batin dengan bekerja keras untuk
mensejahterakan keluarga. (Hadis Riwayat Abu Hurairah dalam
Muhammad Fuad A. 2005 : 182). Menurut Maulana Muhammad Ali
(dalam Zaenudin, 2012 : 10) di dalam Al-Qur’an juga banyak ayat yang
menjelaskan kehidupan sejahtera atau kehidupan yang baik (hasanah), di
dunia dan akhirat. Menurut teori diatas, peneliti dapat menguraikan bahwa
menurut Islam kesejahteraan sosial itu terkait dengam kebutuhan material
dan spiritual, oleh karena itu orang yang terpenuhi kebutuhan pokok
kehidupan sehari-harinya dia akan disebut dengan sejahtera lahir batin.
Kesejahteraan sosial anak adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial anak agar dapat hidup layak dan mampu
(Kemensos RI, 2011 : 9 ). Menurut Mulia Astuti dkk (2013 :1-2) bahwa
kesejahteraan dan perlindungan anak di Indonesia telah diatur oleh
berbagai kebijakan dan program, antara lain mulai dari Undang Undang
Dasar 1945, dimana anak terlantar dan fakir miskin dipelihara oleh
Negara. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979
Tentang Kesejahteraan Anak telah mengatur tentang hak anak yaitu “anak
berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan
kasih sayang baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk
tumbuh dan berkembang dengan wajar”, dan tanggung jawab orangtua
yaitu bahwa “orangtua bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak”
Kemensos RI (2011 : 9) anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang msih dalam kandungan.
Dalam kesejahteraan sosial anak ini tercangkup pula pelayanan
kesejahteraan sosial bagi anak agar mereka dapat berkembang dan
terpenuhi kebutuhan hak dasarnya. Kesejahteraan anak sangat penting
karena mencangkup usaha-usaha untuk membantu mensejahterakan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dan meningkatkan kehidupan
keluarga sebagaimana yang tertuang dalam UU nomor 4 tahun 1979
Tentang kesejahteraan anak. Kesejahteraan anak adalah suatu tata
kehidupan dan perlindungan anak yang tidak menjamin pertumbuhan dan
perkembangan dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
Pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak ditujukan untuk
membantu memperbaiki kondisi anak dan keluarga, serta membantu dalam
memenuhi kebutuhan hak dasar anak. Dibuatlah program kesejahteraan
sosial anak (PKSA). Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
merupakan wahana untuk membangun sistem bantuan sosial berbasis
keluarga dan mengimplementasikan penguatan tanggung jawab orang tua/
keluarga. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) merupakan :
Upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri, dan kreativitas anak, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. (Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Nomor : 29/RS-KSA/KEP/2011 : 9-10).
Menurut Mulia Astuti dkk (2013) Program Kesejahteraan Sosial
Anak (PKSA) merupakan bagian dari sistem Kesejahteraan Sosial secara
luas. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
Sosial. Kesejahteraan sosial sendiri adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Dalam konsep kesejahteraan sosial, harus terdapat aspek
pencegahan (primer), penanganan resiko (sekunder), maupun penanganan
korban (tersier). Program Kesejahteraan Sosial Anak juga mencakup aspek
perlindungan anak. Disini, titik berat ada pada penanganan masalah yang
dialami anak. Konsep ini masuk dalam pelayanan tersier. Dalam PKSA,
Terlantar, Anak Terlantar yang tercakup di dalamnya Anak Jalanan, Anak
Berhadapan dengan Hukum, Anak dengan Kedisabilitasan, dan Anak
Memerlukan Perlindungan Khusus.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah Upaya yang terarah,
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan
dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar,
aksesibilitas pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri, dan
kreativitas anak, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga
kesejahteraan sosial anak. Serta mampu mengembangkan diri, sehingga
dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
b. Tujuan PKSA
Tujuan Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah terwujudnya
pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari
keterlantaran, kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi sehingga tumbuh
kembang, kelangsungan hidup dan partisispasi anak dapat terwujud.
(Kemensos RI, 2011 : 11)
c. Sasaran PKSA
Sasaran PKSA diprioritaskan kepada anak-anak yang miliki
kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria
ketunaan soaial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/ atau
korban tindak kekrasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Menurut Kementrian Sosial RI dalam buku pedoman PKSA ( 2011
: 13) sasaran penerima manfaat dibagi dalam 6 (enam) kelompok,
meliputi:
1) Anak balita/usia dini yang terlantar/ tanpa asuhan yang layak a) Anak yang berasal dari keluarga sangat miskin / miskin b) Anak yang kehilangan hak asuh dari orangtua/ keluarga c) Anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan
oleh orangtua/ keluarga
d) Anak yang di eksploitasi secara ekonomi seperti anak balita yang disalahgunakan orangtua menjadi pengemis di jalanan.
e) Anak yang menderita gizi buruk atau kurang. 2) Anak terlantar/ tanpa asuhan yang layak, meliputi :
a) Anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tua/ keluarga, atau
b) Anak kehilangan hak asuh dari orang tua/ keluarga. 3) Anak terpaksa bekerja di jalanan, meliputi :
a) Anak yang rentan bekerja di jalanan b) Anak yang bekerja di jalanan
c) Anak yang bekerja dan hidup di halanan. 4) Anak yang berhadapan dengan hukum, meliputi:
a) Anak yang diindikasikan melakukan pelanggaran hukum b) Anak yang mengikuti proses peradilan
c) Anak yang berstatus diversi
d) Anak yang menjalanai masa hukuman pidana
e) Anak yang menjadi korban perbuatan pelanggaran hukum f) Anak yang berperilaku nakal
5) Anak dengan kecacatan, dengan kategori : a) Mampu didik dan mampu latih
b) Cacat ringan dan sedang, meliputi: anak dengan kecacatan fisik, anak dengan kecacatan mental, anak dengan cacat fisik dan mental
c) Cacat berat yang belum diakses Program Jaminan Sosial oarang dengan kecacatan
6) Anak yang memerlukan perlindungan khusus lainnya, meliputi: a) Anak dalam situasi darurat dan berada dalam lingkungan
yang buruk/ diskriminasi
c) Anak korban kekrasan, baik fisik dan/ atau mental dan seksual
d) Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, serta dari komunitas adat terpencil
e) Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotopika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) f) Anak yang terinfeksi HIV/ AIDS.
Sasaran PKSA yang akan dicapai dalam periode RPJMN II (tahun
2010-2014) adalah :
1) Meningkatnya presentase anak dan balita terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dengan kecacatan dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus untuk memperoleh akses pelayanan sosial dasar.
2) Meningkatnya presentase orangtua/keluarga yang bertanggung jawab dalam pengasuhan dan perlindungan anak.
3) Menurunnya prosentase anak yang mengalami masalah sosial. 4) Meningkatnya lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan
perlindungan terhadap anak.
5) Meningkatnya Pekerja Sosial Profesional, tenaga Kesejahteraan Sosial dan Relawan Sosial terlatih, yang memberikan pendampingan di bidang pelayanan kesejahteraan sosial anak.
6) Meningkatnya peranan Pemerintah Daerah (provinsi /kabupaten/ kota) dalam mensinergiskan PKSA dengan program kesejahteraan dan perlindungan anak yang bersumber dari APBD.
7) Meningkatnya produk hukum pengasuhan dan perlindungan anak sebagai landasan hukum pelaksanana PKSA.
d. Kebijakan
1) Mengedepankan kemitraan dengan berbagai pihak dalam
mewujudkan sistem kesejaheraan sosial anak yang terarah, terpadu,
dan berkelanjutan,
2) Mengupayakan perluasan jangkauan layanan untuk seluruh anak
yang mengalami masalah sosial,
3) Mengedepankan pengembangan sistem pelayanan dan program
4) Menempatkan keluarga sebagai pusat pelayanan dalam rangka
memperkuat tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam
memberikan pengasuhan dan perlindungan bagi anak,
5) Mendorong peningkatan kemampuan dan keterlibatan masyarakat
dalam upaya mensejahterakan dan melindungi anak.
e. Kriteria Penerima Manfaat
Sasaran PKSA diprioritaskan kepada anak-anak yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan, ketelentaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, ekspoitasi dan diskriminasi. (pedoman PKSA, 2011 : 13).
f. Program-program PKSA
PKSA dibagi menjadi 6 kelompok (kluster) Program, yaitu :
1) Program Kesejahteraan Sosial Anak balita (PKS-AB)
2) Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar (PKS-Antar)
3) Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal)
4) Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan
Hukum (PKS-ABH)
5) Program Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan
(PKSA-ADK)
6) Program Kesejahteraan Sosial Anak Dengan Perlindungan Khusus
(PKS-AMPK)
PKSA dirancang sebagai upaya yang terarah, Terpadu dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial dan bantuan kesejahteraan
sosial anak bersyarat (conditional cash transfer) yang meliputi:
1) Bantuan Sosial/ subsidi pemenuhan hak dasar (akte kelahiran,
tempat tinggal, nutrisis, air bersih, dll.)
2) Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar (akses
pendidikan dasar, akses pelayanan kesehatan, akses oelayanan
rehabilitasi sosial, dll)
3) Pengembangan potensi diri dan kretifitas anak.
4) Penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam pengasuhan
dan perlindungan anak.
5) Penguatan kelembagaan kesejahteraan sosial anak
g. Prasyarat dan Kewajiban Penerima layanan
Sasaran penerima layanan PKSA : anak, orang tua/ keluarga
maupun lembaga kesejahteraan sosial yang menjadi mitra pendamping,
harus memenuhi persyaratan (conditionalities) sebagai berikut :
1) Adanya perubahan sikap dan perilaku sosial anak ke arah positif
2) Intensitas kehadiran anak dalam layanan sosial dasar dari
berbagai organisasi/lembaga semakin meningkat.
3) Intensitas kehadiran anak dalam kegiatan pengembangan potensi
diri/ kreativitas anak semakin meningkat.
4) Tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam pengasuhan dan
5) Peran Lembaga Kesejahteraan Sosial anak yang bermitra dengan
Kementerian Sosial semakin efektif dalam mendampingi anak
sehingga anak dapat terhindar dari penelantaran, eksploitasi,
kekerasan dan diskriminasi.
2. Kajian tentang Anak Jalanan
a. Pengertian Anak Rawan
Sebelum menjelaskan mengenai pengertian anak jalanan,
terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian anak rawan itu
sendiri, apa yang dimaksud dengan anak rawan, ciri-ciri anak rawan
serta kategori penggolongan anak rawan.
1) Pengertian anak rawan
Anak rawan sendiri pada dasarnya adalah sebuah istilah untuk
menggambarkan kelompok anak-anak yang karena situasi, kondisi,
dan tekanan-tekanan kultur maupun struktur menyebabkan mereka
belum atau tidak terpenuhi hak-haknya, dan bahkan acap kali pula
dilanggar hak-haknya (Bagong, 2010: 3-4).
2) Ciri-ciri anak rawan
Inferior, rentan dan marginal adalah beberapa ciri yang
umumnya diidap oleh anak-anak rawan. Dikatakan inferior, karena
mereka biasanya tersisih dari kehidupan normal dan terganggu proses
tumbuh kembangnya secara wajar. Adapun dikatakan rentan karena
mereka sering menjadi korban situasi dan bahkan terlempar dari
tersebut tergolong marginal karena dalam kehidupan sehari-harinya
biasanya mereka mengalami berbagai bentuk eksploitasi dalam
diskriminasi, mudah diperlakukan salah dan bahkan acap kali pula
kehilangan kemerdekaannya (Bagong, 2010: 3-4).
3) Penggolongan anak rawan
Penggolongan anak rawan diantaranya: anak korban
perkosaan, anak-anak yang dilacurkan, buruh anak, anak jalanan,
pengungsi anak, anak yang ditelantarkan, anak korban kekerasan, dan
anak-anak yang mempunyai perlindungan khusus (Children in Need of
Special Protection) sesungguhnya adalah kelompok manusia yang
rawan diperlakukan salah. Mereka bukan saja sering tidak dipenuhi
ahak dasarnya dan ditelantarkan, tetapi juga sering dilanggar
hak-haknya: diperlakukan kasar dan menjadi korban Child abuse.
Anak-anak yang terkategori rawan ini biasanya memang tidak
kelihatan dan suaranya pun nyaris tak terdengar, mereka tersembunyi
di kolong jembatan, hidup dirumah-rumah petak yang berhimpitan
dengan gedung bertingkat, dan ditampung di camp-camp
pengungsi.dan berserakan diwilayah pedesaan yang terisolasi (Bagong,
2010: 2-3)
b. Pengertian Anak Jalanan
dengan lingkungan kota yang keras , dan bahkan sangat tidak bersahabat (Bagong, 2010: 185-186).
Anak jalanan yakni adalah anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak dijalan, namun masih
mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian
penghasilan mereka dijalan diberikan kepada orang tuanya (Soedijar,
1984; Sanusi, 1995; Bagong, 2010), menurut UU Tentang Perubahan
atas UU No 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 6 Tentang Perlindungan Anak.
Anak Terlantar adalah Anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara
wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
Anak jalanan adalah yang berusia dibawah 18 tahun
melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk
melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan termasuk
dilingkungan pasar, pertokoan dan pusat-pusat keramaian lainnya.
(Depsos RI. 2008 : 7)
Menurut uraian tentang pengertian anak jalanan diatas dapat
disimpulkan bahwa anak jalanan merupakan anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi sebagai pekerja dijalan, anak-anak yang tersisih,
marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena
kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan
dengan lingkungan kota yang keras.
Menurut Aan T. Subhansyah Dkk: Faktor pendorong
hadirnya anak hidup di jalan ditenggarai sebagaian besar berasal
dari masalah kemiskinan dan kekerasan dalam keluarga.
Faktor Penyebab Keberadaan Anak Jalanan yaitu: Kesulitan
keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, Ketidak harmonisan
keluarga/tekanan orang tua, Pengaruh teman atau
kerabat/pergaulan, Sebagai pelarian dari keluarga, Pilihan hidup
anak itu sendiri
3. Hak Dasar Anak Jalanan
a. Hak Dasar Anak
Anak di Indonesia berhak atas hak dasarnya dalam memenuhi
kebutuhan hidup selayaknya anak normal. Hak dasar tersebut
seharusnya diketahui oleh setiap lapisan masyarakat guna menciptakan
partisipasi mereka dalam pemenuhan hak dasar anak. Dinamika
kehidupan sosial sering kali membuat anak tidak bisa mendapatkan
haknya. Dinamika sosial tersebut akhirnya membentuk permasalahan
anak yang sampai sekarang tidak bisa hilang dimuka bumi. Maka dari
itu perlu dibuat peraturan perundangan yang menjadi landasan
terciptanya pemenuhan kebutuhan hak dasarnya.
Menurut Undang – Undang Dasar 1945 dengan amandemen
menyebutkan,“anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”.
Dengan kata lain negara memiliki tanggung jawab terhadap
Hak asasi anak terlantar pada umumnya sama dengan hak asasi
manusia lain, seperti tercantum dalam Undang – Undang Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Menurut UU Tentang Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002
pasal 1 ayat 6 Tentang Perlindungan Anak bahwa Hak Anak adalah
bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah,
dan pemerintah daerah. Setiap anak di indonesia berhak atas hak
dasarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup selayaknya anak normal.
Anak jalanan kurang terpenuhi kebutuhan hak dasar anak seperti
pendidikan, kebutuhan tumbuh kembang, partisipasi, dan
perlindungan. (Depsos RI, 2008 :31). Menurut sekjen PBB pada
tanggal 20 November 1989 dan konvensi PBB ini berlaku pada tanggal
2 September 1990 khususnya pada artikel 32 ayat 1 berbunyi: “pihak
Negara mengakui hak anak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi
dan dari melakukan setiap pekerjaan yang mungkin akan berbahaya
atau menggangu pendidikan anak, atau membahayakan kesehatan atau
perkembangan fisik dan mental, spiritual, moral atau sosial anak”.
Menurut Kemensos (2010 : 10) Hak-hak anak merupakan
bagian integral dari HAM, berkaitan dengan peranan negara, maka tiap
negara mengembankan kewajiban yaitu : 1) melindungi (to protect), 2)
Hak-hak anak berdasarkan kewajiban negara dimaksud maka
sistem kesejahteraan anak dan keluarga diimplementasikan dalam
kerangka kebijakan yang sifatnya kontinum dari tingkat makro sampai
mikro.
Kementrian Sosial RI dalam Pedoman Operasional Bantuan
Sosial Melalui LKSA (2013 : 3) dijelaskan bahwa:
Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan kasih sayang dari keluarga, hak mendapat perlindungan dari segala bentuk kekrasan dan eksploitasi, hak mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, identitas diri dan hak partisipasi. Hal ini sangat penting diperoleh dari keluarga sebagai fondasi bagi tumbuh kembang anak. Namun, maslah kemiskinan yang dihadapi banyak keluarga telah menyebabkan ketidakmampuan keluarga menjalankan peran pengasuhan sehingga hak-hak anak menjadi tidak terpenuhi, hal ini menyebabkan anak terpaksa turun ke jalan untuk hidup dan bekerja di jalan.
Pemenuhan hak dasar seperti pemenuhan gizi/ nutrisi/ susu,
perawatan, kesehatan dasar di rumah, penyediaan pakaian sehari-hari,
penyediaan peralatan mandi, penyediaan alat permaianan edukatif,dll.
(Kemensos RI, 2011 : 39). Menurut Undang-undang No.23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak Pasal 4 Bahwa anak memiliki hak untuk
dapat hidup, tumbuh dan berkembang. (Depsos RI, 2008 : 33)
Menurut uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hak Anak
adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi,
dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara,
pemerintah, dan pemerintah daerah. Setiap anak berhak atas hak
dasarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup selayaknya anak normal.
pendidikan, kebutuhan tumbuh kembang, partisipasi, dan
perlindungan. Maka dari itu perlu dibuat peraturan perundangan yang
menjadi landasan terciptanya pemenuhan kebutuhan hak dasarnya.
Terkait pemenuhan hak dasar anak diindonesia, permasalahan anak
jalanan menjadi salah satu permasalahan anak yang belum bisa
mendapatkan hak-hak dasarnya. Kementrian Sosial RI, dalam tujuan
pedoman pelaksanaan PKS-Anjal dijelaskan beberapa poin mengenai
upaya penanganan masalah anak jalanan. Pemenuhan hak dasar ini
diharapkan bisa menekan anak jalanan untuk melakukan aktivitas
ekonomi dijalan berikut adalah empat hak dasar yang menjadi prioritas
program untuk mengatasi permasalahn anak jalanan (Pedoman PKSA,
2011 : 39) :
1) Pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pemenuhan gizi/ nutrisi/ susu, perawatan kesehatan dasar di rumah, penyediaan pakaian sehari-hari, penyediaan peralatan mandi, penyediaan alat permainan edukatif, dll.
2) Aksesibilitas terhadap layanan sosial dasar, seperti untuk mengurusan akte kelahiran, penyediaan pakaian seragam, penyediaan sepatu sekolah, penyediaan buku-buku sekolah yang tidak dibiayai Biaya Operasional Sekolah (BOS), transportasi dalam mengakses layanan kesehatan dipuskesmas/ rumah sakit, sarana aksesibilitas/ peralatan bantu bagi anak dengan kecacatan, dll. Layanan sosial dasar dari program-pogram berbagai sektor pemerintah tidak selayaknya menggunakan tabungan anak, seperti Jamkesmas, BOS, biaya administrasi Akte Kelahiran, dll. 3) Peningkatan potensi diri dari kretivitas anak, meliputi biaya
kegiatan bimbingan mental spiritual (alat dan pakaian ibadah, transport ke tempat ibadah pada hari-hari besar, dll) 4) Pengutan tanggung jawab orang tua/ keluarga (seperti
akses/ transport mengantar anak mengurus pelayanan kesehatan dasar, perbaikan nutrisi ibu hamil korban kekrasan di rumah, layanan akses konseling/ peservasi orang tua, dll.). layanan yang seharusnya diperoleh dari program-program pemberdayaan keluarga miskin dari berbagai sektor pemerintah tidak selayaknya mengguakan tabungan anak, seperti pembelian Raskin, Modal Usaha dari PNPM, Usaha Ekonomi Produktif KUBE, pembuatan KTP, dll. Selama proses pelaksanaan PKSA, maka LKSA harus menupayakan agar para orang tua, wali mempunyai tabungan sendiri, sehingga pemanfaatan tabungan anak dapat sepenuhnya diperuntukkan untuk kepentingan anak.
b. Hak Dasar Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan
manusia. Pendidikan telah dimulai sejak manusia berada di muka bumi
ini, dengan berkembangnya kehidupan dan peradaban manusia maka
perkembangan penyelenggaraan pendidikan sejalan dengan kehidupan
manusia. Pendidikan mempunyai peran untuk membentuk
pribadi-pribadi manusia menjadi lebih baik dan terarah.
Pendidikan mempunyai beberapa artian diantanya menurut T.
Sulistyono (2011 : 1) Pendidikan sebagai usaha sadar bagi
pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada pemikiran
tertentu. Dengan kata lain, upaya memanusiakan manusia melalui
pendidikan. Undang-Undang No 35 tahun 2014 pasal 9 ayat 1 : “Setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik
secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Sugihartono dkk, 2007 : 3)
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah
“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Dalam memenuhi hak dasar anak untuk memperoleh
pendidikan PKSA memberikan pelayanan Aksesibilitas Pelayanan
Sosial Dasar adalah kemampuan menjangkau pelayanan sosial dasar
untuk anak penerima manfaat PKSA berupa pelayanan kesehatan
dasar, pendidikan, identitas diri, peningkatan keterampilan, sarana,
tempat tinggal, air bersih, rekreasi, dan kebutuhan dasar lainnya.
(Pedoman PKSA, 2011 : 11)
Menurut Undang-undang Tentang Perubahan Atas UU No 23
Th 2002 Tentang Perlindungan Anak, Setiap Anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya
dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. Anak
jalanan harus diberikan pendidikan guna pengembangan mental dan
kecerdasan. Terkait dengan masalah pendidikan, UU tersebut juga
pada Pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa: “Setiap anak berhak
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.” Anak jalanan sering dipandang sebelah mata oleh
masyarakat. Pada dasarnya mereka memiliki hak yang sama dalam
memperoleh pendidikan dan pengajaran sesuai minat dan bakatnya.
seperti anakanak lainnya. Untuk itu, pendidikan harus diberikan
kepada masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi, jenis
kelamin dan lain sebagainya termasuk anak jalanan.
Menurut uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat,
mendasarkan pada pemikiran tertentu. Setiap Anak berhak
memperolah pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat
anak. Diantara hak-hak mendasar bagi anak-anak adalah tercukupinya
kesempatan pendidikan, dan kebutuhan untuk mengapresiasikan diri
dalam ko