BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Data Hasil Penelitian
3. Bentuk-bentuk Pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan
PKSA adalah anak bisa mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan baik itu melalui pendidikan formal maupun dengan mengikuti program pekat A, B, Pelatihan-pelatihan, dan Program Pendampingan Belajar yang diadakan oleh Rumah singgah dan Belajar Diponegoro (RSBD) dengan harapan anak yang menjadi dampingan RSBD tidak lagi melakukan aktifitas di jalanan.
3. Bentuk-bentuk Pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA) RSBD Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Melalui Pemanfatan Dana PKSA.
Sebagian warga belajar yang dibina dan dibimbing di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro mengalami putus sekolah karena faktor ekonomi, Dropout karena terkena masalah, pola asuh orang tua, Anak kurang kasih sayang (Psikis), dan juga masalah kesehatan (berkebutuhan khusus). Keluarga mereka tidak mampu memenuhi biaya sekolah, sehingga anak-anak lebih memilih berhenti sekolah. Maka dari itu untuk menunjang dalam pendampingan maka perlu adanya pembelajaran terhadap anak-anak yang bertujuan untuk mengajarkan dan mengambangkan pengetahuan, nilai-nilai agar nantinya mereka dapat mandiri dan diterima di masyarakat.
Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro (RSBD) sebagai lembaga program kesejahteraan sosial anak (LPKSA) Memberikan akses dan perlindungan terbaik kepada anak sesuai dengan kebutuhan
hidup dan tingkat perkembangan anak, Menjalankan usaha kesejahteraan dan pelayanan sosial kepada anak, dan Mengembangkan bentuk-bentuk program alternatif dalam rangka mempersiapkan dan memantapkan masa depan anak.
Bentuk-bentuk pelayanan yang dilaksanakan di RSBD sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hak dasar pendidikan melalui pemanfaatan bantuan PKSA yaitu: Remedial Course dan Pre Remedial Course (Bridging Course).
a. Layanan Pemantapan Belajar (Remedial Course)
Pembelajaran bagi anak-anak yang secara khusus mengalami permasalahan dalam pendidikan dan terancam putus sekolah yang diakibatkan permasalahan akademis. Untuk sebagian anak dilakukan oleh orang tua yang mengarahkan anak untuk mengikuti pelajaran tambahan di sekolah, sehingga RSBD berperan untuk memberikan dukungan motivasi dan monitoring kondisi anak.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mba “DV” selaku pendamping RSBD menyatakan bahwa :
“Pelayanan sesuai dengan kebutuhan anak. Misalnya kebutuhan anak terhadap pelayanan pendidikan. Bentuk pelayanan pendidikan meliputi layanan (remidial course) intinya mengembalikan dan menawarkan anak jalanan untuk bersekolah, ada juga anak yang sudah bersekolah sampai kelas 2 SD tidak dilanjutnya karena harus bekerja ngamen di bangjo,setelah mandeg/berhenti 2 tahunan, Rumah singgah menawarkan suruh sekolah lagi dan akan di biayai, akhirnya anaknya mau sampai sekarang SMP.”
Pembelajaran bagi anak-anak yang secara khusus mengalami permasalahan dalam pendidikan dan terancam putus sekolah yang diakibatkan karena permasalahan akademis, Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro mengembalikan dan menawarkan anak jalanan untuk bersekolah dengan pelayanan-pelayanan pendampingan yang dilaksanakan serta mendampingi selama proses pendidikan dan pelatihan, dengan jenis kegiatan misalnya : mendaftarkan sekolah, absensi kehadiran sekolah, menyediakan tutor PKBM, seni music, seni tari, keterampilan, dll. Belajar pelajaran-pelajaran di sekolah yang sulit dipahami oleh anak, konseling dan penghubung dengan guru sekolah, dan menjadi tutor keagamaan.
b. Layanan Perantaraan dan/ atau Penghantaran (Pre Remedial Course / Bridging Course)
Sejauh ini tahapan ini banyak dilakukan pada anak yang tinggal di Rumah Singgah yang berlatar belakang anak jalanan. Dengan metode pembelajaran mandiri diharapkan anak siap dan mampu mengikuti ujian kesetaraan. Metode modul akademis, merupakan kumpulan soal yang disusun dan setara dengan materi SD (anak sebagian besar belum lulus SD) merupakan sarana dalam pembelajaran mandiri dan termasuk didalamnya adalah proses stimulasi anak untuk mengikuti vocarional training sebagai pilihan bentuk pendidikan lainnya. Selain itu anak diikutkan pada program
Keaksaraan Fungsional (KF) dari dinas pendidikan Sleman sebagai modal awal bagi anak terutama untuk materi Membaca, Menulis dan Berhitung (Calistung).
Hal ini diungkapkan oleh Mba “DV” selaku pendamping RSBD dan UP PKSA Dinsos DIY.
“(Bridging course) itu lebih ke pendampingan Belajar mba anak-anak di ajarkan materi SD/ SMP, selanjutnya diikutkan kesetaraan paket A dan B lha ujiannya ikut di pon pes Diponegoro.”
Layanan perantaraan atau penghantaran (Bridging Course) tahapan ini banyak dilakukan pada anak yang tinggal di Rumah Singgah yang berlatar belakang anak jalanan. Dengan metode pembelajaran mandiri diharapkan anak siap dan mampu mengikuti ujian kesetaraan yang dilaksanakan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro.
Untuk mendukung pencapaian tujuan dari pelayanan tersebut RSB Diponegoro mempunyai beberapa program yang dilaksanakan yaitu :
1) Pendampingan
Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro sebagai LKSA memiliki peran yang penting dalam memberikan pendampingan kepada anak, keluarga dan masyarakat untuk mencegah anak terpaksa bekerja dan atau hidup di jalan. Proses pendampingan yang diberikan RSBD kepada anak diharapkan dapat merubah
perilaku anak, sehingga anak sadar bahwa jalanan bukan tempat yang aman bagi anak sehingga anak tidak berada lagi di jalan.
Hal ini disampaikan oleh Mba “DV” selaku pendamping RSBD dan UP-PKSA , mengatakan bahwa :
“Tujuan dari pendampingan itu ya untuk mengentaskan anak dari jalanan. Biar tidak lagi ke jalan. Sehingga waktu anak lebih banyak di rumah dan anak memiliki kegiatan yang positif.”
Hal serupa disampaikan oleh Mas “AJ” selaku pendamping RSBD mengatakan bahwa :
“Untuk mengurangi aktivitas anak di jalanan mba”
Dalam proses pendampingan memerlukan pendekatan, pendekatan yang dilakukan dalam pendampingan anak jalanan adalah pendekatan secara personal agar anak lebih mengenal, dapat terbuka dalam segala hal juga anak merasa lebih nyaman dengan pendamping RSBD. Seperti yang dikemukakan oleh Mas “AJ” selaku pendamping RSBD bahwa :
“Pendekatan personal, kekeluargaan. Karena pendekatan itu sangat mempengaruhi anak untuk berinteraksi yang mayoritas anak beraktifitas dijalan disebabkan adanya masalah di rumah seperti : brokenhome, kekerasan dalam rumah tangga, dll.”
Pendamping lain yaitu Mba “DV” juga mengemukakan bahwa: “Pendekatan yang digunakan dalam pendampingan yaitu melalui pendekatan personal agar anak lebih mengenal dan anak menjadi nyaman dengan kita.”
Tujuan dari pendampingan adalah untuk mengurangi aktivitas anak di jalanan, anak yang putus sekolah dapat bersekolah
kembali, anak sudah tidak kembali kejalan dan anak juga memiliki kegitan yang positif. Proses pendampingan juga memerlukan pendekatan, pendekatan yang dilakukan oleh RSBD juga diungkapkan oleh Mba “MK” selaku Pendamping bahwa:
“karena mereka kurang akses pendidikan, transportasi, fasilitas dan beserta dukungan lingkungan dan keluarganya, dengan melakukan pendekatan psikologis terhadap anak dan keluarganya.”
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendampingan bertujuan agar dapat mengentaskan anak dari aktivitas dijalanan, anak memperoleh pendidikan, memiliki keterampilan juga dapat meningkatkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang positif.
Pendampingan terhadap anak tidak akan efektif jika pendampingan terhadap keluarga anak yang bersangkutan tidak dilakukan. Keluarga harus diberdayakan agar keluarga mampu memberikan pengasuhan dan pemenuhan hak-hak dasar anak khususnya akses pendidikan, sehingga keluarga menjadi tempat yang aman untuk tumbuh kembang anak, diantaranya keluarga mampu memanfaatkan bantuan itu untuk kebutuhan dasar anak.
RSBD memiliki Titik area dampingan yang menjadi garapan, Titik pendampingan belajar yang dilakukan oleh RSB Diponegoro yaitu:
a) Pendampingan Di Titik UIN
bantaran sungai Gajah Wong, belakang Toko buku sosial Agensi Baru. Dan dekat dengan pusat keramaian Jl. Adi Sucipto. Daerah tersebut adalah salah satu titik garapan dari program pendampingan belajar yang dilakukan oleh Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro Yogyakarta.
Sasaran dari program tersebut adalah anak-anak usia 6 tahun sampai 18 tahun yang pada usianya berada di bangku sekolah, berbeda dengan titik dampingan yang lain yang mayoritas anak-anak putus sekolah. Di Titik dampingan UIN adalah Anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah serta beraktivitas di jalan yang juga sebagai penerima manfaat dari Kementrian Sosial dalam Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Kegiatan pendampingan dilakukan di salah satu rumah anak binaan di wilayah tersebut. Dalam Satu minggu, pendampingan belajar dilaksanakan Dua kali, yaitu hari Senin dan Rabu pada pukul 16:30-18:30 WIB. kegiatan pendampingan belajar sangat diperlukan sebagai bentuk fasilitator Anak-anak untuk memberikan ilmu pengetahuan baik di bidang ilmu pengetahuan umum maupun Agama. Sehingga anak memperoleh wawasan dan mampu menyelesaikan tugas serta mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi di sekolah maupun di lingkungan.
b) Pendampingan Di Titik Badran
Pendampimgan di Titik Badran, tepatnya di sebelah selatan Universitas Jana Badra Yogyakarta. Daerah tersebut adalah salah satu titik garapan dari program pendampingan belajar yang dilakukan oleh RSB Diponegoro.
Sasaran dari program tersebut adalah anak-anak usia sekolah SD-SMA yang putus sekolah kemudian menjadi anak jalanan yang tinggal di daerah tersebut yang mendapat bantuan dari kementrian sosial dalam program kesejahteraan sosial anak (PKSA). Pembelajarannya dilakukan di salah satu rumah warga didaerah tersebut. Dalam seminggu, pendampingan belajar dilakukan satu kali, hari Sabtu dari jam 14.00-16.00. Program pendampingan belajar dirasa perlu untuk memfasilitasi anak-anak agar tetap bisa mengenyam pendidikan di luar sekolah. Salah satu tujuan dari program pendampingan belajar tersebut adalah mengentaskan pendidikan dasar untuk anak melalui kesetaraan. Sebenarnya anak-anak sudah didaftarkan disalah satu lembaga penyelenggara kesetaraan dengan menggunakan dana dari program PKSA, akan tetapi lembaga tersebut sudah
angkat tangan dalam melaksanakan pembelajaran untuk anak-anak jalanan di Badran.
c) Pendampingan Di Titik Monjali
Pendampingan di titik monjali menjadi garapan RSB karena di titik inilah banyak terdapat anak-anak jalanan mangkal ngamen disana dan banyak komunitas anak jalanan di titik monjali. Pendampingan dilaksanakan seminggu sekali setiap hari jum’at. Pola pendampingan di titik monjali bebas karena murni anak-anak jalanan yang tidak bersekolah, maksudnya yaitu menyesuaikan dengan kebutuhan anak jalanan dengan memberikan keterampilan dan juga wawasan umum dan agama.
d) Pendampinan Di titik Demak Ijo, Congdong catur, dan Kadirojo.
Pendampingan di titik demak ijo tepatnya di perempatan demak ijo di salah satu rumah anak dampingan, di titik demak ijo, congcat dan kadirojo adalah murni anak-anak jalanan yang tidak bersekolah, pendampingan di demak ijo tidak terjadwal begitu juga dengan di condong catur dan kadirojo yaitu pendampingan disesuaikan dengan kebutuhan saja karena dahulu dipegang oleh Mba “NV” selaku pekerja sosial tetapi sekarang dipindahtugaskan ke kota kendal jadi belum ada
pendamping untuk menggantikannya dan letaknya yang cukup jauh di titik demak ijo sehingga kegiatan pendampingan belajarnya tidak rutin sesuai kebutuhan saja semisal ada masalah pada anak-anak dampingan nanti kita akan jangkau kesana. Anak-anak dampingan di tiga titik ini juga mendapat dana manfaat PKSA dan mengikuti program kesetaraan di RSBD.
2) Esuk-Esuk Ojo Nonton Tv
Esuk-esuk Ojo Nonton Tv merupakan Program
KBM Kesetaraan paket A yang dilaksanakan di rumah singgah, dengan jumlah anak yang mengikuti yaitu 3 anak yang tinggal di RSBD, materi yang disampaikan yaitu materi-materi sekolah dasar seperti matematika, ipa, ips, agama, pkn, dll. Program ini dilaksanakan seminggu tiga kali yaitu setiap hari senin, rabu, dan jum’at pukul 07.30-09.00 WIB di rumah singgah dan belajar diponegoro. 3) Sore-Sore Ojo Turu
Sore-Sore Ojo Turu yaitu sajian pendampingan
belajar yang berisi keagamaan, yang dilaksanakan seminggu 2 kali yaitu setiap hari selasa sore dan sabtu sore pukul 16.45-17.25 WIB. dengan memberikan ilmu pengetahuan agama untuk kehidupan sehari-hari dengan Referensi Kitab “Riyadusshalihin”. diharapkan dalam
program pendampingan ini Anak-anak dampingan memiliki pengetahuan baik umum maupun agama. Sehingga anak dapat memiliki wawasan dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan masalah yang dihadapi baik sekolah maupun lingkungannya. Anak-anak dampingan mempunyai motivasi untuk gemar belajar, Anak-anak dampingan mampu menerapkan ilmu umum dan agama di lingkungan sehari-hari. Anak-anak dampingan juga dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
4) Pelatihan Corel Draw
Pelatihan Coreldraw adalah program kegiatan yang diadakan oleh RSBD, kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari kamis pagi pukul 09.00-09.40 WIB bertempat di rumah singgah, dengan tujuan agar anak memiliki keterampilan dan keahlian mengoperasikan komputer sehingga bisa menjadi bekal anak dimasa mendatang. 5) Kelas Memasak (Cooching Class)
Kelas memasak adalah keterampilan mengolah makanan dengan membuat berbagai macam makanan ringan, kue, puding dan makanan tradisional, yang dilaksanakan 1 bulan 2 kali yaitu setiap hari jum’at pukul 13.00-15.00 WIB di Rumah Singgah dan Belajar
Diponegoro. Pelaksanaaan kelas memasak terlebih dahulu anak-anak akan diberikan materi singkat cara pembuatan makanan tersebut dan langsung praktek, karena anak-anak dampingan lebih senang langsung praktek daripada terlalu banyak materi.
6) TPQ
TPQ merupakan salah satu kegiatan yang diadakan oleh RSBD untuk anak-anak sekitar rumah singgah, kegiatan TPQ adalah kegiatan belajar Al-Qur’an dengan menggunakan IQRO jilid 1-6, Juz ‘Amma, dan Al-Qur’an yang dilaksanakan setiap hari kamis pukul 16.00-17.30 WIB di RSBD, dengan tujuan agar Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar lembaga.
7) Pelatihan Keterampilan Tangan
Pelatihan keterampilan tangan adalah kegiatan yang diadakan oleh RSBD dengan sasaran anak-anak dampingan perempuan di Desa Kadirojo, dilaksanakan setiap hari minggu sore pukul 15.00-16.30 WIB bertempat di serambi Masjid At-Taqwa Kadirojo. pelatihan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan membuat berbagai kerajinan tangan, mengajarkan mereka agar dapat melakukan kegiatan wirausaha, memberikan
motivasi kepada remaja perempuan agar dapat hidup mandiri dari kegiatan wirausahanya. Dan juga agar remaja perempuan mampu memanfaatkan waktu luangnya untuk kegiatan yang positif dan produktif.
Dengan pelatihan keterampilan yang diberikan anak dampingan merasa senang karena dapat mengoptimalkan potensinya, membuat karya sesuka hati, dan memiliki keterampilan yang tidak mereka dapatkan di bangku sekolah. Setelah pelatihan selesai, anak juga diberi bantuan alat untuk praktek sendiri di rumah. Sehingga lebih maksimal dalam mendukung anak untuk berkarya. Hasil Pelatihan yang di hasilkan ialah Bros dari kain perca (sisa kain jahit), Bunga Cantik dari limbah plastik, Menghias Jilbab dengan benang Rajut, Bros dari Rajutan dan Lampu Hias dari benang.
4. Faktor Penghambat Implementasi Program Kesejahteraan Sosial