• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PENGANGGARAN JANGKA MENENGAH Musrenbang Jatim 05032014 FINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBIJAKAN PENGANGGARAN JANGKA MENENGAH Musrenbang Jatim 05032014 FINAL"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PENGELUARAN JANGKA

MENENGAH DI DAERAH

(MEDIUM TERM

EXPENDITURE FRAMEWORK/MTEF)

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan pada:

Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 - 2019

Surabaya, 6 Maret 2014

(2)

Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan

1. Pendahuluan

2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)

3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM

(MTEF) di Indonesia

4. Implementasi KPJM (MTEF)

5. Langkah-langkah Penyempurnaan

POKOK BAHASAN:

(3)

Urgensi Reformasi Penganggaran

 Mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka pencapaian tujuan bernegara;

 Mendorong pembangunan yang berkelanjutan yang sesuai dengan perencanaan jangka menengah dan panjang;

 Mendorong pelaksanaan anggaran/fiskal yang berkelanjutan

(fiscal sustainability);

 Memastikan terciptanya keluaran (output) dari pelaksanaan penganggaran yang memberikan dampak (outcome) terhadap kesejahteraan masyarakat;

 Mewujudkan harmonisasi dan sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran;

(4)

ANGGARAN SEBAGAI INSTRUMEN UTAMA

KEBIJAKAN FISKAL

Anggaran adalah instrumen atau alat utama dari kebijakan

fiskal pemerintah dalam mencapai sasaran-sasaran prioritas pembangunan, terutama dalam penyediaan dan pemenuhan pelayanan publik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan fiskal merupakan penggunaan anggaran pemerintah

untuk mempengaruhi suatu perekonomian, termasuk keputusan tentang pajak yang dipungut dan dihimpun, pembiayaan transfer termasuk subsidi, pembelian barang dan jasa oleh pemerintah, serta size defisit dan pembiayaan, yang mencakup semua tingkat pemerintahan.

(5)

UU No.17/2003 Pasal 14

Ayat (3):

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) disertai dengan

PRAKIRAAN BELANJA UNTUK

TAHUN BERIKUTNYA

setelah tahun anggaran yang sedang

disusun.

KPJM/MTEF

DASAR HUKUM

Pasal 3 Ayat (2) PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP dan

Pasal 5 Ayat (1) PP No. 90 Tahun 2010 tentang RKAK/L :

Program dan kegiatan disusun dengan pendekatan

berbasis kinerja,

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah

(KPJM)

, dan penganggaran terpadu.

(6)

Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan

1. Pendahuluan

2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)

3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM

(MTEF) di Indonesia

4. Implementasi KPJM (MTEF)

5. Langkah-langkah Penyempurnaan

POKOK BAHASAN:

(7)

7

KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH

(KPJM)

KPJM adalah Pendekatan Penganggaran berdasarkan

Kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan

tersebut dilakukan Dalam Perspektif Lebih Dari Satu

Tahun Anggaran, dengan mempertimbangkan Implikasi Biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya

yang dituangkan dalam prakiraan maju.

Prakiraan Maju :

Prakiraan maju adalah perhitungan kebutuhan dana untuk

tahun anggaran berikutnya dari tahun yang

direncanakan guna memastikan kesinambungan

(8)

8

Manfaat KPJM (MTEF)

1. Meningkatkan transparansi alokasi sumber daya anggaran yang lebih baik (allocative efficiency);

2. Meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran (to improve quality of planning) berupa keterkaitan antara kebijakan, perencanaan, dan penganggaran (antara KPJM, RKP, dan APBD)

3. Memperbaiki fokus terhadap kebijakan prioritas (best policy option); 4. Mengembangkan disiplin fiskal (fiscal discipline), dalam rangka

menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability);

5. Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien.

6. Meningkatkan prediktabilitas (predictabiliy) dan kesinambungan pembiayaan suatu program/kegiatan.

7. Memudahkan kerja perencanaan pada tahun-tahun berikutnya.

(9)

Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan

1. Pendahuluan

2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)

3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM

(MTEF) di Indonesia

4. Implementasi KPJM (MTEF)

5. Langkah-langkah Penyempurnaan

POKOK BAHASAN:

(10)

10

STRUKTUR PERENCANAAN KEBIJAKAN

STRUKTUR MANAJEMEN KINERJA

KEGIATAN PRIORITAS

MISI/SASARAN K/L

(IMPACT)

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN

(OUTPUT)

INDIKATOR KINERJA FOKUS PRIORITAS

(OUTCOME)

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

(11)

11

Sumber : Framework for Managing Programme Performance Information, National Treasury, Republic of South Africa, May 2007

Hasil pembangunan yang diperoleh

dari pencapaian outcome Apa yang ingin dirubah

DAMPAK

Manfaat yang diperoleh dalam jangka menengah untuk beneficieriestertentu

sebagai hasil dari output

Apa yang ingin dicapai

OUTCOME

Produk/barang/jasa akhir yang dihasilkan

Apa yang dihasilkan (barang) atau dilayani

(jasa)

OUTPUT

Proses/kegiatan menggunakan input menghasilkan output yang

diinginkan

Apa yang dikerjakan

KEGIATAN/ PROSES

Sumberdaya yang memberikan kontribusi dalam menghasilkan

output

Apa yang digunakan dalam bekerja

Struktur Informasi Kinerja Program dan Kegiatan

(12)

Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan

1. Pendahuluan

2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)

3.

Bagan Arsitektur Penerapan KPJM

(MTEF) di Indonesia

4. Implementasi KPJM (MTEF)

5. Langkah-langkah Penyempurnaan

POKOK BAHASAN:

(13)

Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan

A. Landasan Konseptual dan

Instrumen KPJM (MTEF)

B. Tahapan Implementasi

C. Model/Bentuk Penerapan KPJM

(MTEF) di Indonesia

D. Capaian Implementasi

E. Kendala dan Tantangan

4.

IMPLEMENTASI KPJM (MTEF):

(14)

Instrumen

Penerapan anggaran bergulir (rolling budget)

Mempunyai Angka Dasar (Baseline)

Penetapan Parameter

Adanya mekanisme penyesuaian angka dasar

Adanya mekanisme usulan tambahan anggaran bagi kebijakan atau

inisiatif baru (additional budget for new initiatives)

Riviu Angka Dasar (Baseline Review)

Riviu Kebijakan (Policy Review)

Riviu Inisiatif Baru (New Initiative Review A. Landasan Konseptual dan Instrumen KPJM (MTEF):

RAPBD + 3 thn Prakiraan Maju

Biaya Operasional dan Biaya Non Operasional

Parameter Ekonomi dan Non-Ekonomi

Bersifat On-top, Realokasi, dan Campuran

Review Baseline Biaya Operasional dan Biaya Non Operasional;

On-goingatau Terminated

Prioritas, Kriteria, dan Sumber Pendanaan

(15)

15

 Pengenalan konsep KPJM (MTEF) dalam perencanaan dan penganggaran;

 Kajian Penganggaran Bergulir (rolling budget);

 Kajian mekanisme penilaian dan penetapan Inisiatif Baru;

 Penyesuaian angka dasar(baseline)

RPJMN/D 2015-2019;

 Pelaksanaan reviu baseline tahunan RPJMN/D;

 Penyesuaian proyeksi kapasitas fiskal jangka menengah setiap tahun;

 Penerapan formula dan variabel dalam penghitungan pagu belanja SKPD;

 Penerapan KPJMN/D dalam perencanaan dan penganggaran dg format T+3 (Tahun yang direncanakan ditambah 3 thn ke depan);

 Penyusunan pedoman penyusunan dan reviu angka dasar (baseline);

 Penyusunan tata cara penilaian dan penetapan Inisistif Baru;

 Penyusunan baseline dalam RPJMN/D 2010-2014;

 Pelaksanaan reviu baselinetahun 2015;

(16)

Prakiraan

Maju PrakiraanMaju

Implikasi anggaran

KPJM /MTEF

Prakiraan Maju

Kebijakan baru dan berlanjut

2015 2016 2017

2014

TA 2014 dan KPJMN/D 2015 - 2017

TA 2015 dan KPJMN/D 2016 - 2018

C. Model/Bentuk Penerapan KPJM (MTEF) di Indonesia

(17)

Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3

17

PERUBAHAN BASELINE:

Sumber Pendanaan:

1. Penghematan dari pelaksanaan Program

2. Cadangan (contingency reserves) yang tidak terpakai

3. Peningkatan penerimaan/ketersediaan anggaran (+ defisit)

Pemanfaatan Dana:

1. Perubahan makro ekonomi (mis. inflasi)

2. Perubahan keluaran yang bukan karena perubahan kebijakan

3. Pemanfaatan untuk inisiatif baru*)

*) Pencapaian Kinerja akan menentukan pendanaan Inisiatif Baru (New Initiative)

Ruang Gerak Fiskal bagi Inisiatif Baru

RKPD dan Renja SKPD

(

Rolling Plan

3 Tahunan)

(18)

Langkah-langkah

Penerapan KPJM (MTEF)

Alokasi Anggaran

2014

Review On/Off

Program, Kegiatan dan

Output/Komponen (ON)

Prakiraan Maju

2015 2016 2017

1 2 •Pelayanan dasar; •Multi years; •Tunggakan; •Penyelesaian

kegiatan.

Costing Process

• Hasil costing;

• Penyesuaian parameter;

Baseline (Existing policy)

Program

Kegiatan

Output

(19)

19

D. Capaian Implementasi

KPJM (MTEF)

1) Tahun 2010:

 Penerapan KPJM (MTEF) secara bertahap

 Dilakukan sejalan dengan penyempurnaan Format RKA-K/L yang memfasilitasi

penuangan angka Prakiraan Maju untuk 3 tahun ke depan.

a. Penyajian informasi KPJM (MTEF) pada K/L dituangkan dalam Formulir 1 RKA-K/L (akumulasi untuk seluruh Unit Eselon I RKA-K/L) dan Formulir 2 RKA-RKA-K/L (untuk masing-masing unit Eselon I K/L).

b. Penghitungan KPJM (MTEF) untuk masing-masing Satker, dituangkan dalam Kertas Kerja RKA-K/L Formulir Bagian D.

2) Tahun 2013:

 Informasi penerapan KPJM (MTEF) dan hasil penghitungan angka Prakiraan Maju secara

nasional sudah dituangkan dalam Bab VII Nota Keuangan.

 Hal ini sejalan dengan saran dan masukan dari pihak Bank Dunia untuk mulai

mempublikasikan kepada stakeholder.

3) Sampai dengan TA 2014:

 Penerapan KPJM (MTEF) masih fokus pada penghitungan Prakiraan Maju untuk belanja

K/L berdasarkan data RKA-K/L.

 Belum ada sinkronisasi antara angka KPJM (MTEF) dalam RPJMN, Proyeksi Jangka

(20)

20

E. Kendala dan Tantangan (1)

Beberapa faktor penyebab kualitas penerapan KPJM (MTEF) saat ini masih belum optimal antara lain :

1) Penyusunan KPJM (MTEF) oleh masing-masing K/L banyak yg tidak konsisten dengan target kinerja dan indikasi pendanaan sesuai angka yg ditetapkan dalam RPJMN;

2) Dalam menyusun angka Prakiraan Maju, K/L masih banyak melakukan kesalahan dalam mengklasifikasikan :

a. Output atau Komponen berhenti atau berlanjut ; b. Komponen utama atau pendukung ;

3) K/L dalam menghitung angka Prakiraan Maju pada umumnya : a. Menerapkan perlakuan yang sama terhadap :

 Output yg merupakan tugas fungsi;

 Output dalam rangka penugasan;

 Output yg bersifat multiyears project;

b. Memasukan alokasi belanja transito, output cadangan, dan tambahan dana dari Hasil Optimalisasi DPR;

(21)

21

E. Kendala dan Tantangan...(2)

4) Belum ada pedoman yang standar untuk melakukan review baseline dan mekanisme penyesuaian baseline setiap tahun;

5) Belum ada mekanisme penyesuaian angka KPJM (MTEF) yg ditetapkan dalam RPJMN dengan kondisi riil setiap tahun sesuai perhitungan resource envelope dan proyeksi jangka menengah RAPBN;

6) Perlu dibangun sinergi yg semakin solid antara Kementerian Keuangan dan Bappenas dalam menjamin kualitas penerapan KPJM (MTEF), baik dalam dokumen perencanaan dan penganggaran;

(22)

Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan

a. Evaluasi: Kelemahan dalam Penerapan KPJM

(MTEF) saat ini

b. Penyempurnaan Implementasi KPJM (MTEF)

c. Tahapan Penyempurnaan

d. Hal yang harus diperhatikan

e. Penerapan KPJM (MTEF) di daerah

f. Rancangan Kebijakan HKPD terkait KPJM

(MTEF)

5. LANGKAH-LANGKAH PENYEMPURNAAN:

(23)

1. Penerapan KPJM (MTEF) belum mencapai hasil yang optimal karena tidak ada keterkaitan antara dokumen perencanaan dan dokumen anggaran;

2. Kebijakan prioritas yang ditetapkan pemerintah terkadang

timeframe penyelesaiannya tidak jelas dan setiap tahun

selalu berubah setiap tahun sehingga mengakibatkan proses

penganggaran selalu kembali ke nol (zero based budgeting);

dan

3. Penerapan KPJM baru sebatas mencantumkan prakiraan

maju tiga tahun ke depan, namun belum ada metodologi untuk

memberikan justifikasi bahwa prakiraan maju yang

dicantumkan tersebut merupakan indikasi awal pendanaan tahun berikutnya.

5.a. Evaluasi: Kelemahan dalam Penerapan

KPJM (MTEF) Saat ini

(24)

24

5.b. Penyempurnaan Implementasi

KPJM (MTEF)

Menyiapkan pedoman review angka dasar (Baseline)2015;

Merumuskan formula penghitungan pagu dan identifikasi variabel;

Menyempurnakan penyusunan

baseline RPJMN/D 2015-2019;

Melakukan review

kebijakan secara bertahap setiap tahun;

Menyempurnakan pedoman penilaian Inisiatif Baru;

Menyempurnakan mekanisme

Trilateral Meeting;

Menyusun pedoman

review baseline

(25)

25

5.c. Tahapan Penyempurnaan

KPJM (MTEF)

2014

2015

2016

 Menyiapkan pedoman review angka dasar

(Baseline);

 Menyempurnakan pedoman penilaian Inisiatif Baru;

 Merumuskan formula penghi-tungan pagu dan identifikasi variabel;

 Menyempurnakan mekanisme Trilateral Meeting;

 Menyempurnakan penyusunan baseline RPJMN/D 2015-2019;

 Menyusun pedoman review baselineRPJMN/D setiap tahun;

 Melakukan review kebijakan secara bertahap setiap tahun;

 Melakukan reviewkebijakan secara bertahap setiap tahun;

 Melakukan penyesuaian

baselineRPJMN/D tahunan;

(26)

1. Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif

memerlukan suatu tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi: penyusunan kerangka asumsi

makro, penetapan target-target fiskal, total resource envelopes, pendistribusian total pagu belanja masing-masing Satker, dan penjabaran pengeluaran ke masing-masing Program dan

Kegiatan.

2. Dalam penghitungan prakiraan maju, proses estimasi seringkali dipisah antara kebijakan yang sedang berjalan (on going

policies) dan prakiraan atas biaya dari kebijakan baru (new

policies).

3. Dalam rangka penerapan KPJM (MTEF), maka pemda harus memperhatikan kebutuhan anggaran untuk setiap output

yang dihasilkan serta tetap menjaga keselarasan dengan target dalam RPJMN/D dan Renstra serta budget constraint

untuk setiap tahun.

5.d. Hal yang Harus Diperhatikan

dalam Penerapan KPJM (MTEF)

(27)

5.e. Penerapan KPJM (MTEF) di Daerah

Sampai dengan saat ini

KPJM (MTEF)

belum

diterapkan

secara penuh di daerah

;

Penerapan lebih lanjut KPJM (MTEF) di daerah

perlu

landasan hukum

;

Untuk itu, dalam

RUU HKPD

akan diatur terkait

penerapan KPJM di daerah.

Status RUU HKPD sedang dalam proses pembahasan

bersama K/L terkait dan DPR.

(28)

Pokok-Pokok

Pengaturan

Kondisi

Saat Ini

Pengaturan

RUU HKPD

Peningkatan Prediktabilitas Pendapatan

Bobot kriteria DAU berubah setiap

tahun

Bobot kriteria DAU ditetapkan untuk periode 3 tahun (MTEF)

Pasal 38

Bobot masing-masing provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan bobot masing-masing kabupaten dan kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37 berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun sepanjang tidak ada penambahan Daerah baru

28

(29)

5.f. Rancangan Kebijakan HKPD terkait KPJM/MTEF

Alokasi DAK ditetapkan tahunan dan berubah-ubah bidangnya

Alokasi DAK dapat ditetapkan untuk periode 3 tahun (KPJM/MTEF) sesuai upaya pencapaian SPM

Pasal 48

(1) Daerah yang mendapat DAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a, adalah Daerah dengan indeks kemampuan keuangan Daerah di bawah rata-rata nasional dan indeks pencapaian Standar Pelayanan Minimal di bawah Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.

(2) Daerah yang mendapatkan alokasi DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk masing-masing bidang dapat ditetapkan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan tingkat pencapaian Standar Pelayanan Minimal.

(30)

TERIMA KASIH

(31)

Hubungan Kebijakan Fiskal

Nasional dan Daerah

KEBIJAKAN

• Seluruh kebijakan ekonomi makro, terutama

Kebijakan Fiskal, mempengaruhi Kebijakan Transfer ke Daerah

Inter-relasi Kebijakan Makro

31

• Kebijakan fiskal daerah

merupakan bagian yang

(32)

FUNGSI ANGGARAN

1. FUNGSI ALOKASI

(ALLOCATION)

Anggaran berfungsi sebagai alat untuk

mengalokasikan

sumber daya

yang dimiliki kepada

sektor-sektor prioritas

dalam rangka

penyediaan dan pemenuhan pelayanan

publik kepada masyarakat

;

2. FUNGSI DISTRIBUSI

(DISTRIBUTION)

Anggaran menjadi alat pemerataan tingkat kesejahteraan

masyarakat;

3. FUNGSI STABILISASI

(STABILIZATION)

Anggaran dapat menjadi alat untuk menjaga stabilitas harga,

dan mendorong pertumbuhan ekonomi;

(33)

PENGANGG

ARAN

TER

P

ADU

DISIPLIN ANGGARAN DAN BERKELANJUTAN

PENGANGG

TIGA PILAR PENGANGGARAN

1. Penganggaran Terpadu (Unified Budget)

2. Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) 3. Penganggaran dalam Perspektif Kerangka Pengeluaran Jangka

(34)

34

PENGANGGARAN TERPADU

1. Penyusunan rencana keuangan tahunan yang

dilakukan

secara terintegrasi

untuk seluruh jenis belanja guna

melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan

pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.

2. Sangat penting untuk memastikan bahwa investasi dan

biaya

operasional

yang

berulang

(

recurrent

)

dipertimbangkan secara simultan.

Dualisme

perencanaan

antara

anggaran

rutin

dan

anggaran pembangunan di masa lampau menimbulkan

peluang

duplikasi,

penumpukan,

dan

penyimpangan

anggaran.

3. Perencanaan belanja rutin dan belanja modal dilakukan

secara

terpadu

dalam rangka mewujudkan

prestasi

(35)

35

PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

1.

Mengutamakan upaya pencapaian

output

(keluaran) dan

outcomes

(hasil) atas alokasi

belanja

(input)

yang ditetapkan.

2.

Ditujukan untuk memperoleh manfaat

sebesar-besarnya dari penggunaan sumber

daya yang terbatas.

3.

Perlu adanya indikator kinerja dan

(36)

36

FOKUS PENGUKURAN KINERJA

MENGUBAH FOKUS PENGUKURAN

bergeser

Besarnya Jumlah Alokasi Sumber Daya

Hasil yang dicapai dari penggunaan sumber daya

(37)

37

MENETAPKAN TARGET KINERJA:

S.M.A.R.T

S

PECIFIC – jelas, tepat dan akurat

 Faktor apa yang paling menentukan keberhasilan?

M

EASURED – dapat dikuantifikasikan

 Karakteristik apa yang dapat dikuantifikasikan?

A

CHIEVABLE – praktis & realistis

 Apakah kinerja tahun sebelumnya dapat ditingkatkan?

R

ELEVANT bagi konsumen (masyarakat)

 Apakah konsumen menganggap bahwa target yang ditetapkan yang terpenting?

T

IMELINESS batas atau tenggang waktu

 Seberapa cepat dapat dicapai?

(38)

Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3

Contingency Reserves (1-2% Total

Anggaran)

Contingency Planning (mengamankan

baseline)

Resources Envelope

Tahun 4

MTFF

Total Anggaran

Baseline

MTEF

Operasionalisasi: RPJMD dan Renstra SKPD

(

MTEF Baseline

5 Tahun)

(39)

Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan

Pengintegrasian Sistem

Informasi Keuangan Daerah

(40)

Transformasi

Beragamnya aplikasi pengelolaan keuangan daerah: SIMDA, SIPKD, SIMAKDA, dll

Data yang disampaikan Pemda kepada DJPK hanya data keuangan

Time-lagdata relatif lama: semesteran

Seragamnya aplikasi pengelolaan keuangan daerah: Newsystem

Data yang disampaikan Pemda kepada DJPK: data keuangan dan nonkeuangan

Time-lagdata relatif pendek: bulanan dan ditarik secara otomatis

Amanat peraturan perundangan:

PP 56 Th 2005: Kementerian Keuangan penyelengaara SIKD secara Nasional PP 71 Th 2010: Mulai Jan 2015 pencatatan keuangan berbasis akrual

PP 45 Th 2013: Terintegrasinya sistem informasi keuangan pusat dan daerah

Mewujudkan SIKD Nasional yangrealtime-onlinedan terintegrasi dengan Sistem Informasi Keuangan Pusat

(SPAN)

Eksisting Ideal

Objective

PENGINTEGRASIAN

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH

URGENSI:

(41)

LATAR BELAKANG

PENGINTEGRASIAN

▪ Masih beragamnya sistem pengelolaan keuangan di daerah sehingga output yang dihasilkan belum dapat dikonsolidasikan secara langsung;

Time-lag informasi terlalu lama, yaitu ‘Data Semesteran/Triwulanan’;

▪ Perlunya perluasan coverage data guna memenuhi kebutuhan analisis dan pemeringkatan daerah;

▪ KOMANDAN sebagai aplikasi pengumpulan data elektronik:

o Belum secara langsung menyediakan informasi keuangan yang

terkonsolidasi;

o Output belum mengakomodir peraturan perundangan terkini; dan o Proses penyampaian informasi keuangan daerah belum terintegrasi

dengan sistem transaksi keuangan di daerah;

▪ Belum tersedianya tools analisis informasi keuangan daerah dengan konsep business inteligence secara online/web.

(42)

SIKD

Modul Input Data

Existing System

N E W System

SIMDA

SIPKD

Others

KONSEP PENGINTEGRASIAN

(43)

Eksisting Sistem Informasi Keuangan Daerah

DJPK saat ini telah memiliki beberapa

core information

systems

, antara lain:

Input Data

secara manual: APBD, Realisasi APBD dan

Neraca

KOMANDAN:

penyampaian informasi keuangan daerah

secara elektronik

MOFISDA:

visualisasi informasi dalam bentuk peta

SIPRIDA:

sistem penerimaan pajak dan retribusi daerah

SIMTRADA:

informasi transfer online dan realtime bagi

Pemda

(44)

Partials to Unity

New System

• Seluruh Pemda menggunakan 1 sistem yang sama dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, yaitu Modul Newsystem.

• Untuk melakukan konsolidasi data informasi keuangan daerah secara detil (sampai rincian obyek) dari seluruh Pemda digunakan Modul Integrator. Modul ini bekerja secara otomatis menarik data dari Newsystem yang ada di seluruh Pemda.

• Modul Input APBD berfungsi untuk melakukan validasi data yang dihasilkan oleh Modul Integrator. Modul ini berupa webform yang input datanya dikerjakan oleh pegawai Pemda dan data yang diinput bersifat summary (tidak detil). Proses input pada modul relatif cepat karena dikerjakan oleh seluruh Pemda (banyak orang) dan data yang dihasilkan dapat lebih valid karena divalidasi oleh masing-masing pemilik data (Pemda).

• Modul Input Data Non-Keuangan berfungsi untuk melakukan input data-data seperti: jumlah penduduk, luas wilayah, IPM, dan sebagainya.

• Data Warehouse merupakan kumpulan seluruh database baik berupa data keuangan maupunn data non-keuangan yang telah final dan siap disajikan dalam bentuk laporan (report).

(45)

SIKD

Lapis Presentasi

Lapis Layanan Data

Lapis Konsolidasi

Lapis Transaksional Dashboard/

Analytical Report Website

LINGKUP ARSITEKTUR SIKD

(46)

LINGKUP ARSITEKTUR SIKD

No Lapis /Layer Uraian Pihak Terkait /Tool

1. Transaksional Operasional di daerah :

 Perencanaan

 Penganggaran

 Penatausahaan

 Pertanggungjawaban

 Pemda

 New System

2. Konsolidasi Konsolidasi data di tingkat nasional

 Kemenkeu

 Interface Pemda 3. Layanan Data Proses lebih lanjut untuk

keperluan Kementerian

Keuangan dan pihak terkait : SPAN, GFS, instansi terkait

 Kemenkeu

 Interface Pusat

4. Presentasi Penyajian Informasi Keuangan Daerah kepada masyarakat berupa dashboard, laporan, website

 Kemenkeu

 Dashboard dan Website

(47)

Integrasi SIKD ke SPAN-GFS

Lapis Presentasi

Lapis Layanan Data

Lapis Konsolidasi

Lapis Transaksional

SIKD

SPAN

GFS

Integrasi antara SIKD dengan SPAN dilakukan di lapis Layanan Data. Dengan menggunakan interface (Service-Oriented Architecture), data informasi keuangan daerah secara nasional dari SIKD dikirimkan ke SPAN untuk dikonsolidasikan dengan data Keuangan Negara.

Data yang sudah terkonsolidasi di SPAN di-mapping ke GFS (Government Finance Statistics).

INTERFACE

(48)

1. Database Aplikasi transaksional (Newsystem). 2. Interface Pemda. 3. Interface Pusat. 4. Data warehouse

pusat.

5. Aplikasi dashboard dan reporting pusat. 6. Interface Pusat. 7. Data warehouse

Pemda di BUD. 8. Aplikasi dashboard

dan reporting pemda.

5

KOMUNIKASI DATA DAERAH KE PUSAT

(49)

Dampak Pengintegrasian SIKD

Pemanfaatan SIKD yang lebih optimal

Media untuk mendukung analisis kebijakan desentralisasi fiskal oleh

pemerintah

Referensi untuk analisis di bidang keuangan

negara-daerah oleh masyarakat/akademisi

Terwujudnya penyajian laporan keuangan daerah

satu pintu: format informasi dapat

Tersedinaya Data Keuangan dan Nonkeuangan

Lebih Efektif dan Efisien dengan integrasi sistem internal yang sudah ada (SIMTRADA, MOFISDA,

dll)

Penyajian Informasi yang Cepat (terkini)

Terintegrasinya IKD-IKP

SPAN

GFS, dll

Referensi

Dokumen terkait

Program aplikasi komputer SIMDA keuangan adalah suatu program aplikasi yang ditujukan untuk membantu pemerintah daerah dalam Pengelola keuangan daerahnya. Dengan aplikasi

Tata Usaha Cetak Laporan Nilai Siswa Kepala Sekolah.. ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN NILAI PADA SMP N 3 SATU ATAP LUBUK BESAR

Hasonlóképpen látja Barbara Kellerman (1984, p. 70) is a vezetést, amely akkor nyilvánul meg, ha „egy személy konzisztens módon nagyobb hatást gyakorol, mint mások a

[(c) Suatu cip TLD dengan ketebalan 0.5 mm digunakan untuk menentukan dos terserap dalam air akibat suatu sumber gamma Co-60.. (i) Bolehkan teorem rongga Bragg-Gray cavity

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata keaktifan dan hasil belajar matematika pada materi perbandingan dan skala peserta didik kelas VII SMP Darul

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

engoperasian alat tangkap ini dibutu!kan unit penangkapan yaitu berupa kapal& %apal ini  berfungsi ketika pengoperasian yaitu untuk melingkarkan "aring pada

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Tahun 2010-2014 yang selanjutnya disebut RPJMN 2010-2014 adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, sebagaimana dimaksud