KEBIJAKAN PENGELUARAN JANGKA
MENENGAH DI DAERAH
(MEDIUM TERM
EXPENDITURE FRAMEWORK/MTEF)
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Disampaikan pada:
Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 - 2019
Surabaya, 6 Maret 2014
Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan
1. Pendahuluan
2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)
3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM
(MTEF) di Indonesia
4. Implementasi KPJM (MTEF)
5. Langkah-langkah Penyempurnaan
POKOK BAHASAN:
Urgensi Reformasi Penganggaran
Mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka pencapaian tujuan bernegara;
Mendorong pembangunan yang berkelanjutan yang sesuai dengan perencanaan jangka menengah dan panjang;
Mendorong pelaksanaan anggaran/fiskal yang berkelanjutan
(fiscal sustainability);
Memastikan terciptanya keluaran (output) dari pelaksanaan penganggaran yang memberikan dampak (outcome) terhadap kesejahteraan masyarakat;
Mewujudkan harmonisasi dan sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran;
ANGGARAN SEBAGAI INSTRUMEN UTAMA
KEBIJAKAN FISKAL
Anggaran adalah instrumen atau alat utama dari kebijakan
fiskal pemerintah dalam mencapai sasaran-sasaran prioritas pembangunan, terutama dalam penyediaan dan pemenuhan pelayanan publik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan fiskal merupakan penggunaan anggaran pemerintah
untuk mempengaruhi suatu perekonomian, termasuk keputusan tentang pajak yang dipungut dan dihimpun, pembiayaan transfer termasuk subsidi, pembelian barang dan jasa oleh pemerintah, serta size defisit dan pembiayaan, yang mencakup semua tingkat pemerintahan.
UU No.17/2003 Pasal 14
Ayat (3):RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) disertai dengan
PRAKIRAAN BELANJA UNTUK
TAHUN BERIKUTNYA
setelah tahun anggaran yang sedang
disusun.
KPJM/MTEF
DASAR HUKUM
Pasal 3 Ayat (2) PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP dan
Pasal 5 Ayat (1) PP No. 90 Tahun 2010 tentang RKAK/L :
Program dan kegiatan disusun dengan pendekatan
berbasis kinerja,
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM)
, dan penganggaran terpadu.
Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan
1. Pendahuluan
2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)
3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM
(MTEF) di Indonesia
4. Implementasi KPJM (MTEF)
5. Langkah-langkah Penyempurnaan
POKOK BAHASAN:
7
KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH
(KPJM)
KPJM adalah Pendekatan Penganggaran berdasarkan
Kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan
tersebut dilakukan Dalam Perspektif Lebih Dari Satu
Tahun Anggaran, dengan mempertimbangkan Implikasi Biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya
yang dituangkan dalam prakiraan maju.
Prakiraan Maju :
Prakiraan maju adalah perhitungan kebutuhan dana untuk
tahun anggaran berikutnya dari tahun yang
direncanakan guna memastikan kesinambungan
8
Manfaat KPJM (MTEF)
1. Meningkatkan transparansi alokasi sumber daya anggaran yang lebih baik (allocative efficiency);
2. Meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran (to improve quality of planning) berupa keterkaitan antara kebijakan, perencanaan, dan penganggaran (antara KPJM, RKP, dan APBD)
3. Memperbaiki fokus terhadap kebijakan prioritas (best policy option); 4. Mengembangkan disiplin fiskal (fiscal discipline), dalam rangka
menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability);
5. Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien.
6. Meningkatkan prediktabilitas (predictabiliy) dan kesinambungan pembiayaan suatu program/kegiatan.
7. Memudahkan kerja perencanaan pada tahun-tahun berikutnya.
Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan
1. Pendahuluan
2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)
3. Bagan Arsitektur Penerapan KPJM
(MTEF) di Indonesia
4. Implementasi KPJM (MTEF)
5. Langkah-langkah Penyempurnaan
POKOK BAHASAN:
10
STRUKTUR PERENCANAAN KEBIJAKAN
STRUKTUR MANAJEMEN KINERJA
KEGIATAN PRIORITAS
MISI/SASARAN K/L
(IMPACT)
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
(OUTPUT)
INDIKATOR KINERJA FOKUS PRIORITAS
(OUTCOME)
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
(OUTCOME)
11
Sumber : Framework for Managing Programme Performance Information, National Treasury, Republic of South Africa, May 2007
Hasil pembangunan yang diperoleh
dari pencapaian outcome Apa yang ingin dirubah
DAMPAK
Manfaat yang diperoleh dalam jangka menengah untuk beneficieriestertentu
sebagai hasil dari output
Apa yang ingin dicapai
OUTCOME
Produk/barang/jasa akhir yang dihasilkan
Apa yang dihasilkan (barang) atau dilayani
(jasa)
OUTPUT
Proses/kegiatan menggunakan input menghasilkan output yang
diinginkan
Apa yang dikerjakan
KEGIATAN/ PROSES
Sumberdaya yang memberikan kontribusi dalam menghasilkan
output
Apa yang digunakan dalam bekerja
Struktur Informasi Kinerja Program dan Kegiatan
Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan
1. Pendahuluan
2. Pengertian dan Manfaat KPJM (MTEF)
3.
Bagan Arsitektur Penerapan KPJM
(MTEF) di Indonesia
4. Implementasi KPJM (MTEF)
5. Langkah-langkah Penyempurnaan
POKOK BAHASAN:
Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan
A. Landasan Konseptual dan
Instrumen KPJM (MTEF)
B. Tahapan Implementasi
C. Model/Bentuk Penerapan KPJM
(MTEF) di Indonesia
D. Capaian Implementasi
E. Kendala dan Tantangan
4.
IMPLEMENTASI KPJM (MTEF):
Instrumen
Penerapan anggaran bergulir (rolling budget)
Mempunyai Angka Dasar (Baseline)
Penetapan Parameter
Adanya mekanisme penyesuaian angka dasar
Adanya mekanisme usulan tambahan anggaran bagi kebijakan atau
inisiatif baru (additional budget for new initiatives)
Riviu Angka Dasar (Baseline Review)
Riviu Kebijakan (Policy Review)
Riviu Inisiatif Baru (New Initiative Review A. Landasan Konseptual dan Instrumen KPJM (MTEF):
RAPBD + 3 thn Prakiraan Maju
Biaya Operasional dan Biaya Non Operasional
Parameter Ekonomi dan Non-Ekonomi
Bersifat On-top, Realokasi, dan Campuran
Review Baseline Biaya Operasional dan Biaya Non Operasional;
On-goingatau Terminated
Prioritas, Kriteria, dan Sumber Pendanaan
15
Pengenalan konsep KPJM (MTEF) dalam perencanaan dan penganggaran;
Kajian Penganggaran Bergulir (rolling budget);
Kajian mekanisme penilaian dan penetapan Inisiatif Baru;
Penyesuaian angka dasar(baseline)
RPJMN/D 2015-2019;
Pelaksanaan reviu baseline tahunan RPJMN/D;
Penyesuaian proyeksi kapasitas fiskal jangka menengah setiap tahun;
Penerapan formula dan variabel dalam penghitungan pagu belanja SKPD;
Penerapan KPJMN/D dalam perencanaan dan penganggaran dg format T+3 (Tahun yang direncanakan ditambah 3 thn ke depan);
Penyusunan pedoman penyusunan dan reviu angka dasar (baseline);
Penyusunan tata cara penilaian dan penetapan Inisistif Baru;
Penyusunan baseline dalam RPJMN/D 2010-2014;
Pelaksanaan reviu baselinetahun 2015;
Prakiraan
Maju PrakiraanMaju
Implikasi anggaran
KPJM /MTEF
Prakiraan Maju
Kebijakan baru dan berlanjut
2015 2016 2017
2014
TA 2014 dan KPJMN/D 2015 - 2017
TA 2015 dan KPJMN/D 2016 - 2018
C. Model/Bentuk Penerapan KPJM (MTEF) di Indonesia
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
17
PERUBAHAN BASELINE:
Sumber Pendanaan:
1. Penghematan dari pelaksanaan Program
2. Cadangan (contingency reserves) yang tidak terpakai
3. Peningkatan penerimaan/ketersediaan anggaran (+ defisit)
Pemanfaatan Dana:
1. Perubahan makro ekonomi (mis. inflasi)
2. Perubahan keluaran yang bukan karena perubahan kebijakan
3. Pemanfaatan untuk inisiatif baru*)
*) Pencapaian Kinerja akan menentukan pendanaan Inisiatif Baru (New Initiative)
Ruang Gerak Fiskal bagi Inisiatif Baru
RKPD dan Renja SKPD
(
Rolling Plan
3 Tahunan)
Langkah-langkah
Penerapan KPJM (MTEF)
Alokasi Anggaran
2014
Review On/Off
Program, Kegiatan dan
Output/Komponen (ON)
Prakiraan Maju
2015 2016 2017
1 2 •Pelayanan dasar; •Multi years; •Tunggakan; •Penyelesaian
kegiatan.
Costing Process
• Hasil costing;
• Penyesuaian parameter;
Baseline (Existing policy)
Program
Kegiatan
Output
19
D. Capaian Implementasi
KPJM (MTEF)
1) Tahun 2010:
Penerapan KPJM (MTEF) secara bertahap
Dilakukan sejalan dengan penyempurnaan Format RKA-K/L yang memfasilitasi
penuangan angka Prakiraan Maju untuk 3 tahun ke depan.
a. Penyajian informasi KPJM (MTEF) pada K/L dituangkan dalam Formulir 1 RKA-K/L (akumulasi untuk seluruh Unit Eselon I RKA-K/L) dan Formulir 2 RKA-RKA-K/L (untuk masing-masing unit Eselon I K/L).
b. Penghitungan KPJM (MTEF) untuk masing-masing Satker, dituangkan dalam Kertas Kerja RKA-K/L Formulir Bagian D.
2) Tahun 2013:
Informasi penerapan KPJM (MTEF) dan hasil penghitungan angka Prakiraan Maju secara
nasional sudah dituangkan dalam Bab VII Nota Keuangan.
Hal ini sejalan dengan saran dan masukan dari pihak Bank Dunia untuk mulai
mempublikasikan kepada stakeholder.
3) Sampai dengan TA 2014:
Penerapan KPJM (MTEF) masih fokus pada penghitungan Prakiraan Maju untuk belanja
K/L berdasarkan data RKA-K/L.
Belum ada sinkronisasi antara angka KPJM (MTEF) dalam RPJMN, Proyeksi Jangka
20
E. Kendala dan Tantangan (1)
Beberapa faktor penyebab kualitas penerapan KPJM (MTEF) saat ini masih belum optimal antara lain :
1) Penyusunan KPJM (MTEF) oleh masing-masing K/L banyak yg tidak konsisten dengan target kinerja dan indikasi pendanaan sesuai angka yg ditetapkan dalam RPJMN;
2) Dalam menyusun angka Prakiraan Maju, K/L masih banyak melakukan kesalahan dalam mengklasifikasikan :
a. Output atau Komponen berhenti atau berlanjut ; b. Komponen utama atau pendukung ;
3) K/L dalam menghitung angka Prakiraan Maju pada umumnya : a. Menerapkan perlakuan yang sama terhadap :
Output yg merupakan tugas fungsi;
Output dalam rangka penugasan;
Output yg bersifat multiyears project;
b. Memasukan alokasi belanja transito, output cadangan, dan tambahan dana dari Hasil Optimalisasi DPR;
21
E. Kendala dan Tantangan...(2)
4) Belum ada pedoman yang standar untuk melakukan review baseline dan mekanisme penyesuaian baseline setiap tahun;
5) Belum ada mekanisme penyesuaian angka KPJM (MTEF) yg ditetapkan dalam RPJMN dengan kondisi riil setiap tahun sesuai perhitungan resource envelope dan proyeksi jangka menengah RAPBN;
6) Perlu dibangun sinergi yg semakin solid antara Kementerian Keuangan dan Bappenas dalam menjamin kualitas penerapan KPJM (MTEF), baik dalam dokumen perencanaan dan penganggaran;
Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan
a. Evaluasi: Kelemahan dalam Penerapan KPJM
(MTEF) saat ini
b. Penyempurnaan Implementasi KPJM (MTEF)
c. Tahapan Penyempurnaan
d. Hal yang harus diperhatikan
e. Penerapan KPJM (MTEF) di daerah
f. Rancangan Kebijakan HKPD terkait KPJM
(MTEF)
5. LANGKAH-LANGKAH PENYEMPURNAAN:
1. Penerapan KPJM (MTEF) belum mencapai hasil yang optimal karena tidak ada keterkaitan antara dokumen perencanaan dan dokumen anggaran;
2. Kebijakan prioritas yang ditetapkan pemerintah terkadang
timeframe penyelesaiannya tidak jelas dan setiap tahun
selalu berubah setiap tahun sehingga mengakibatkan proses
penganggaran selalu kembali ke nol (zero based budgeting);
dan
3. Penerapan KPJM baru sebatas mencantumkan prakiraan
maju tiga tahun ke depan, namun belum ada metodologi untuk
memberikan justifikasi bahwa prakiraan maju yang
dicantumkan tersebut merupakan indikasi awal pendanaan tahun berikutnya.
5.a. Evaluasi: Kelemahan dalam Penerapan
KPJM (MTEF) Saat ini
24
5.b. Penyempurnaan Implementasi
KPJM (MTEF)
Menyiapkan pedoman review angka dasar (Baseline)2015;
Merumuskan formula penghitungan pagu dan identifikasi variabel;
Menyempurnakan penyusunan
baseline RPJMN/D 2015-2019;
Melakukan review
kebijakan secara bertahap setiap tahun;
Menyempurnakan pedoman penilaian Inisiatif Baru;
Menyempurnakan mekanisme
Trilateral Meeting;
Menyusun pedoman
review baseline
25
5.c. Tahapan Penyempurnaan
KPJM (MTEF)
2014
2015
2016
Menyiapkan pedoman review angka dasar
(Baseline);
Menyempurnakan pedoman penilaian Inisiatif Baru;
Merumuskan formula penghi-tungan pagu dan identifikasi variabel;
Menyempurnakan mekanisme Trilateral Meeting;
Menyempurnakan penyusunan baseline RPJMN/D 2015-2019;
Menyusun pedoman review baselineRPJMN/D setiap tahun;
Melakukan review kebijakan secara bertahap setiap tahun;
Melakukan reviewkebijakan secara bertahap setiap tahun;
Melakukan penyesuaian
baselineRPJMN/D tahunan;
1. Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif
memerlukan suatu tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi: penyusunan kerangka asumsi
makro, penetapan target-target fiskal, total resource envelopes, pendistribusian total pagu belanja masing-masing Satker, dan penjabaran pengeluaran ke masing-masing Program dan
Kegiatan.
2. Dalam penghitungan prakiraan maju, proses estimasi seringkali dipisah antara kebijakan yang sedang berjalan (on going
policies) dan prakiraan atas biaya dari kebijakan baru (new
policies).
3. Dalam rangka penerapan KPJM (MTEF), maka pemda harus memperhatikan kebutuhan anggaran untuk setiap output
yang dihasilkan serta tetap menjaga keselarasan dengan target dalam RPJMN/D dan Renstra serta budget constraint
untuk setiap tahun.
5.d. Hal yang Harus Diperhatikan
dalam Penerapan KPJM (MTEF)
5.e. Penerapan KPJM (MTEF) di Daerah
Sampai dengan saat ini
KPJM (MTEF)
belum
diterapkan
secara penuh di daerah
;
Penerapan lebih lanjut KPJM (MTEF) di daerah
perlu
landasan hukum
;
Untuk itu, dalam
RUU HKPD
akan diatur terkait
penerapan KPJM di daerah.
Status RUU HKPD sedang dalam proses pembahasan
bersama K/L terkait dan DPR.
Pokok-Pokok
Pengaturan
Kondisi
Saat Ini
Pengaturan
RUU HKPD
Peningkatan Prediktabilitas Pendapatan
Bobot kriteria DAU berubah setiap
tahun
Bobot kriteria DAU ditetapkan untuk periode 3 tahun (MTEF)
Pasal 38
Bobot masing-masing provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan bobot masing-masing kabupaten dan kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun sepanjang tidak ada penambahan Daerah baru
28
5.f. Rancangan Kebijakan HKPD terkait KPJM/MTEF
Alokasi DAK ditetapkan tahunan dan berubah-ubah bidangnya
Alokasi DAK dapat ditetapkan untuk periode 3 tahun (KPJM/MTEF) sesuai upaya pencapaian SPM
Pasal 48
(1) Daerah yang mendapat DAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a, adalah Daerah dengan indeks kemampuan keuangan Daerah di bawah rata-rata nasional dan indeks pencapaian Standar Pelayanan Minimal di bawah Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.
(2) Daerah yang mendapatkan alokasi DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk masing-masing bidang dapat ditetapkan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan tingkat pencapaian Standar Pelayanan Minimal.
TERIMA KASIH
Hubungan Kebijakan Fiskal
Nasional dan Daerah
KEBIJAKAN
• Seluruh kebijakan ekonomi makro, terutama
Kebijakan Fiskal, mempengaruhi Kebijakan Transfer ke Daerah
Inter-relasi Kebijakan Makro
31
• Kebijakan fiskal daerah
merupakan bagian yang
FUNGSI ANGGARAN
1. FUNGSI ALOKASI
(ALLOCATION)
Anggaran berfungsi sebagai alat untuk
mengalokasikan
sumber daya
yang dimiliki kepada
sektor-sektor prioritas
dalam rangka
penyediaan dan pemenuhan pelayanan
publik kepada masyarakat
;
2. FUNGSI DISTRIBUSI
(DISTRIBUTION)
Anggaran menjadi alat pemerataan tingkat kesejahteraan
masyarakat;
3. FUNGSI STABILISASI
(STABILIZATION)
Anggaran dapat menjadi alat untuk menjaga stabilitas harga,
dan mendorong pertumbuhan ekonomi;
PENGANGG
ARAN
TER
P
ADU
DISIPLIN ANGGARAN DAN BERKELANJUTAN
PENGANGG
TIGA PILAR PENGANGGARAN
1. Penganggaran Terpadu (Unified Budget)
2. Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) 3. Penganggaran dalam Perspektif Kerangka Pengeluaran Jangka
34
PENGANGGARAN TERPADU
1. Penyusunan rencana keuangan tahunan yang
dilakukan
secara terintegrasi
untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan
pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.
2. Sangat penting untuk memastikan bahwa investasi dan
biaya
operasional
yang
berulang
(
recurrent
)
dipertimbangkan secara simultan.
Dualisme
perencanaan
antara
anggaran
rutin
dan
anggaran pembangunan di masa lampau menimbulkan
peluang
duplikasi,
penumpukan,
dan
penyimpangan
anggaran.
3. Perencanaan belanja rutin dan belanja modal dilakukan
secara
terpadu
dalam rangka mewujudkan
prestasi
35
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
1.
Mengutamakan upaya pencapaian
output
(keluaran) dan
outcomes
(hasil) atas alokasi
belanja
(input)
yang ditetapkan.
2.
Ditujukan untuk memperoleh manfaat
sebesar-besarnya dari penggunaan sumber
daya yang terbatas.
3.
Perlu adanya indikator kinerja dan
36
FOKUS PENGUKURAN KINERJA
MENGUBAH FOKUS PENGUKURAN
bergeser
Besarnya Jumlah Alokasi Sumber Daya
Hasil yang dicapai dari penggunaan sumber daya
37
MENETAPKAN TARGET KINERJA:
S.M.A.R.T
•
S
PECIFIC – jelas, tepat dan akurat Faktor apa yang paling menentukan keberhasilan?
•
M
EASURED – dapat dikuantifikasikan Karakteristik apa yang dapat dikuantifikasikan?
•
A
CHIEVABLE – praktis & realistis Apakah kinerja tahun sebelumnya dapat ditingkatkan?
•
R
ELEVANT – bagi konsumen (masyarakat) Apakah konsumen menganggap bahwa target yang ditetapkan yang terpenting?
•
T
IMELINESS – batas atau tenggang waktu Seberapa cepat dapat dicapai?
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Contingency Reserves (1-2% Total
Anggaran)
Contingency Planning (mengamankan
baseline)
Resources Envelope
Tahun 4
MTFF
Total Anggaran
Baseline
MTEF
Operasionalisasi: RPJMD dan Renstra SKPD
(
MTEF Baseline
5 Tahun)
Integritas | Profesionalisme | Sinergi | Pelayanan | Kesempurnaan
Pengintegrasian Sistem
Informasi Keuangan Daerah
Transformasi
Beragamnya aplikasi pengelolaan keuangan daerah: SIMDA, SIPKD, SIMAKDA, dll
Data yang disampaikan Pemda kepada DJPK hanya data keuangan
Time-lagdata relatif lama: semesteran
Seragamnya aplikasi pengelolaan keuangan daerah: Newsystem
Data yang disampaikan Pemda kepada DJPK: data keuangan dan nonkeuangan
Time-lagdata relatif pendek: bulanan dan ditarik secara otomatis
Amanat peraturan perundangan:
PP 56 Th 2005: Kementerian Keuangan penyelengaara SIKD secara Nasional PP 71 Th 2010: Mulai Jan 2015 pencatatan keuangan berbasis akrual
PP 45 Th 2013: Terintegrasinya sistem informasi keuangan pusat dan daerah
Mewujudkan SIKD Nasional yangrealtime-onlinedan terintegrasi dengan Sistem Informasi Keuangan Pusat
(SPAN)
Eksisting Ideal
Objective
PENGINTEGRASIAN
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH
URGENSI:
LATAR BELAKANG
PENGINTEGRASIAN
▪ Masih beragamnya sistem pengelolaan keuangan di daerah sehingga output yang dihasilkan belum dapat dikonsolidasikan secara langsung;
▪ Time-lag informasi terlalu lama, yaitu ‘Data Semesteran/Triwulanan’;
▪ Perlunya perluasan coverage data guna memenuhi kebutuhan analisis dan pemeringkatan daerah;
▪ KOMANDAN sebagai aplikasi pengumpulan data elektronik:
o Belum secara langsung menyediakan informasi keuangan yang
terkonsolidasi;
o Output belum mengakomodir peraturan perundangan terkini; dan o Proses penyampaian informasi keuangan daerah belum terintegrasi
dengan sistem transaksi keuangan di daerah;
▪ Belum tersedianya tools analisis informasi keuangan daerah dengan konsep business inteligence secara online/web.
SIKD
Modul Input Data
Existing System
N E W System
SIMDA
SIPKD
Others
KONSEP PENGINTEGRASIAN
Eksisting Sistem Informasi Keuangan Daerah
DJPK saat ini telah memiliki beberapa
core information
systems
, antara lain:
▪
Input Data
secara manual: APBD, Realisasi APBD dan
Neraca
▪
KOMANDAN:
penyampaian informasi keuangan daerah
secara elektronik
▪
MOFISDA:
visualisasi informasi dalam bentuk peta
▪
SIPRIDA:
sistem penerimaan pajak dan retribusi daerah
▪
SIMTRADA:
informasi transfer online dan realtime bagi
Pemda
Partials to Unity
New System
• Seluruh Pemda menggunakan 1 sistem yang sama dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, yaitu Modul Newsystem.
• Untuk melakukan konsolidasi data informasi keuangan daerah secara detil (sampai rincian obyek) dari seluruh Pemda digunakan Modul Integrator. Modul ini bekerja secara otomatis menarik data dari Newsystem yang ada di seluruh Pemda.
• Modul Input APBD berfungsi untuk melakukan validasi data yang dihasilkan oleh Modul Integrator. Modul ini berupa webform yang input datanya dikerjakan oleh pegawai Pemda dan data yang diinput bersifat summary (tidak detil). Proses input pada modul relatif cepat karena dikerjakan oleh seluruh Pemda (banyak orang) dan data yang dihasilkan dapat lebih valid karena divalidasi oleh masing-masing pemilik data (Pemda).
• Modul Input Data Non-Keuangan berfungsi untuk melakukan input data-data seperti: jumlah penduduk, luas wilayah, IPM, dan sebagainya.
• Data Warehouse merupakan kumpulan seluruh database baik berupa data keuangan maupunn data non-keuangan yang telah final dan siap disajikan dalam bentuk laporan (report).
SIKD
Lapis Presentasi
Lapis Layanan Data
Lapis Konsolidasi
Lapis Transaksional Dashboard/
Analytical Report Website
LINGKUP ARSITEKTUR SIKD
LINGKUP ARSITEKTUR SIKD
No Lapis /Layer Uraian Pihak Terkait /Tool
1. Transaksional Operasional di daerah :
Perencanaan
Penganggaran
Penatausahaan
Pertanggungjawaban
Pemda
New System
2. Konsolidasi Konsolidasi data di tingkat nasional
Kemenkeu
Interface Pemda 3. Layanan Data Proses lebih lanjut untuk
keperluan Kementerian
Keuangan dan pihak terkait : SPAN, GFS, instansi terkait
Kemenkeu
Interface Pusat
4. Presentasi Penyajian Informasi Keuangan Daerah kepada masyarakat berupa dashboard, laporan, website
Kemenkeu
Dashboard dan Website
Integrasi SIKD ke SPAN-GFS
Lapis Presentasi
Lapis Layanan Data
Lapis Konsolidasi
Lapis Transaksional
SIKD
SPAN
GFS
Integrasi antara SIKD dengan SPAN dilakukan di lapis Layanan Data. Dengan menggunakan interface (Service-Oriented Architecture), data informasi keuangan daerah secara nasional dari SIKD dikirimkan ke SPAN untuk dikonsolidasikan dengan data Keuangan Negara.
Data yang sudah terkonsolidasi di SPAN di-mapping ke GFS (Government Finance Statistics).
INTERFACE
1. Database Aplikasi transaksional (Newsystem). 2. Interface Pemda. 3. Interface Pusat. 4. Data warehouse
pusat.
5. Aplikasi dashboard dan reporting pusat. 6. Interface Pusat. 7. Data warehouse
Pemda di BUD. 8. Aplikasi dashboard
dan reporting pemda.
5
KOMUNIKASI DATA DAERAH KE PUSAT
Dampak Pengintegrasian SIKD
Pemanfaatan SIKD yang lebih optimal
Media untuk mendukung analisis kebijakan desentralisasi fiskal oleh
pemerintah
Referensi untuk analisis di bidang keuangan
negara-daerah oleh masyarakat/akademisi
Terwujudnya penyajian laporan keuangan daerah
satu pintu: format informasi dapat
Tersedinaya Data Keuangan dan Nonkeuangan
Lebih Efektif dan Efisien dengan integrasi sistem internal yang sudah ada (SIMTRADA, MOFISDA,
dll)
Penyajian Informasi yang Cepat (terkini)
Terintegrasinya IKD-IKP