• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. G Melingkung (Simpwee)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "1. G Melingkung (Simpwee)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN MINERALISASI LOGAM DASAR DAN LOGAM LANGKA DI DAERAH G.MELINGKUNG, KAB. HULU KAPUAS, PROV. KALIMANTAN BARAT

SARI

Oleh: Simpwee S., Zulkifliu M.D., Said Ismail dan Kisman

Laporan terdahulu menyatakan bahwa di daerah Komplek Danau yang berada di dalam daerah Cagar Alam D. Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, terdapat indikasi mineralisasi timah dari anomali Sn dalam conto endapan sungai aktif yang diduga berkaitan dengan granit G. Melingkung (G. Menyukung) berumur Kapur Awal (Heryanto, dkk.1993).Penyelidikan saat ini adalah untuk menginventarisasi mineralisasi logam dasar dan langka,, meliputi pengamatan geologi di sekitar singkapan yang ditemui, pencontohan geokimia endapan sungai aktif, pencontoan konsentrat dulang serta batuan.

Geologi daerah G. Menyukung (G.Melingkung) termasuk dalam Peta Geologi Lembar Sintang sekala 1 : 250.000 (Heryanto dkk, 1993 P3G). Daerah Distrik Danau adalah daerah berdanau-danau dan pedataran diantara danau dengan satuan fisiografi Inselberg yang menonjol, berupa gunung-gunung rendah membulat.

Batuan granit G. Melingkung (G. Menyukung) diperkirakan mirip dengan granit Tipe Kaledonian yang terletak pada jalur pluton terisolir berumur Kapur yang terdiri dari dua macam yaitu Tipe I (magnetit series) dan Tipe S (Ilmenit series). Granit seri ilmenit cenderung berasosiasi dengan mineralisasi Sn (timah putih), sedangkan granit seri magnetit biasanya mempunyai kaitan dengan mineralisasi logam dasar, termasuk jenis endapan tembaga porfiri.

Mineral logam yang ditemukan adalah magnetit, ilmenit, arsenopirit, pirhotit, pirit, kalkopirit, spalerit dan oksida besi. Logam langka tidak ditemukan selain zirkon yang ada di semua conto konsentrat dulang. Batuan yang berpotensi menjadi batuan induk (host rock) mineralisasi adalah:

a. satuan batuan intrusi granit yang dikontrol oleh struktur dengan ubahan hidrotermal. b. Batuan sedimen aluvial yang berupa endapan undak yang berasal dari rework batuan

sedimen tua.

Hasil analisa conto endapan sungai aktif menunjukan hasil kandungan unsur logam tidak merata (eratic), yang mencerminkan jenis mineralisasi terjadi dari beberapa tipe baik dari tipe urat atau mineralisasi yang berkaitan dengan struktur maupun tipe kontak serta replacement pada batuan intrusi.

PENDAHULUAN

Demi menjaga ketersediaan bahan-bahan

logam bagi industri di Indonesia maka

penyelidikan bahan galian logam, diantaranya

logam dasar dan logam langka, masih harus terus

diusahakan untuk menemukan endapan baru.

Bahan galian mineral logam timah biasanya

terdapat berasosiasi dengan batuan granit berumur

Kapur, seperti tersebar cukup luas, baik di

P.Sumatra maupun P.Kalimantan.

Penyelidik terdahulu menemukan adanya

anomali Sn dalam conto endapan sungai aktif yang

diduga berkaitan dengan batuan granit G.

Melingkung (G. Menyukung) berumur Kapur

Awal yang tersingkap di daerah Peg. Meliyau.

(2)

mengandung zirkonium, titanium, yitrium,

stronsium dan unsur tanah jarang yang jauh lebih

tinggi dari pada batuan granit di daerah lain seperti

granit di daerah Sintang dan Piyabung (Heryanto,

dkk. (P3G, !993).

Secara administratif daerah penyelidikan

termasuk dalam Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi

Kalimantan Barat (Gambar 1), merupakan Hutan Cagar Alam Danau Sentarum yang dihuni berjenis satwa air, burung dan flora khas daerah

Komplek Danau. Luas daerah kerja ± 260,1 km²,

terletak ± 120 km sebelah timurlaut Sintang, atau ±

60 km sebelah baratlaut Putusibau, di sebelah utara

jalur lalulintas utama S. Kapuas.

Dalam penyelidikan ini telah dilakukan :

a. Pencontoan 75 conto sedimen sungai aktif

dianalisis kimia untuk unsur Cu, Pb, Zn, Mo, W,

Sn, Ag, Au dan As.

b. Pencontoan 75 conto konsentrat dulang

dilakukan pemeriksaan mineral butir untuk

mengetahui jenis dan prosentasi mineral-mineral

berat yang ada.

c. Pemeriksaan petrografi pada 9 conto batuan

terpilih.

d. Tiga belas conto batuan terpilih dianalisis

kimia untuk kandungan oksida unsur utama dan

unsur Cu, Pb, Zn, Mo, W, Sn, Ag, Au dan As.

e. Pemeriksaan mineral bijih pada 9 conto

batuan termineralisasi.

GEOLOGI

Geologi daerah G. Menyukung (G.

Melingkung) termasuk dalam Peta Geologi

Lembar Sintang sekala 1 : 250.000 (Heryanto dkk,

1993 P3G). Fisiografi daerah penyelidikan yang

terletak dalam Distrik Danau mungkin merupakan

sebuah amblesan (tanah tenggelam) masa kini

yang terhalang dari sungai utama S.Kapuas oleh

pegunungan rendah, terdiri dari daerah

berdanau-danau dan daerah pedataran diantara berdanau-danau serta

satuan satuan fisiografi Inselberg yang menonjol, berupa gunung-gunung rendah membulat, dengan

puncaknya G. Melingkung (G. Menyukung), ± 630

m dpl. ditempati oleh batuan Granit Melingkung

(Granit Menyukung, Klme), batuan bancuh

Komplek Danau (Jkld) dan batuan sedimen Tersier

Kelompok Mandai (Temd, Heryanto dkk, 1993

P3G). Gb. 1 Peta lokasi daerah penyelidikan G.Melingkung

Jauh di bagian barat dan utaranya tersebar

batuan dari Komplek Kapuas (Jklk), batuan

sedimen Formasi Kantu (Teka) berumur Eosen

Akhir dan batu pasir Tutoop (Tetu), juga berumur

Eosen Akhir. Di selatannya dibatasi oleh daerah

perbukitan bergelombang Melawi dan Ketungau

yang ditempati oleh batuan dari Komplek Semitau

(Crs), berumur Perem hingga Trias Awal, dengan

intrusi granit, granodirit serta diorit dan batuan dari

Kelompok Mandai (Temd), berumur Eosen Akhir.

Tiga satuan morfologi di daerah penyelidikan

yaitu (Gambar 2):

a) Satuan morfologi pedataran dan rawa-rawa. Sebagian besar terletak di bagian tengah.

(3)

c) Satuan morfologi perbukitan sedang merupakan perbukitan G. Meliyau dan perbukitan

G. Melingkung. Bentuk bukit membulat, di

beberapa tempat terdapat gawir-gawir sesar.

Gb. 2. Morfologi perbukitanan sedang, nampak Bk. Meliyau (granit dan ofiolit) di kiri, morfologi perbukitan rendah Bk. Pemutar dan Bk.Nibung (Granit dan aluvial) di tengah di pisahkan oleh lembah berawa-rawa sungai Embaluh Leboyan dengan Bk. Melikung (Granit) dan Bk. Semujan (Batupasir) di sebelah kanan. Foto diambil dari arah barat (Danau Luar).

Stratigrafi

Daerah penyelidikan miskin dengan singkapan

karena merupakan daerah danau, rawa-rawa dan

perbukitan rendah yang ditutupi hutan lebat.

Batuan granit Menyukung yang berumur

Kapur Awal tersingkap di utara di G. Meliyau dan

di selatan di daerah G. Melingkung (Gambar 3.).

Umumnya terdiri dari granit dan granodiorit alkali

felspar mengandung biotit, menerobos batuan

mafik kompleks mafik danau dan tertindih oleh

batu pasir kuarsa kelompok Mandai.

Urutan batuan dari yang tertua sampai yang

termuda di daerah ini seperti di bawah ini :

Satuan batuan ofiolit berumur Jura sampai Kapur Awal yang diterobos oleh batuan granit (R.

Haryanto dkk,1993), ditemukan di bagian barat

komplek Bk. Meliyau, Bk. Telatap dan Bk.

Merekas di bagian tengah daerah penyelidikan,

terutama terdiri dari batuan doleritik dan gabroik.

Batuan ini telah mengalami deformasi kuat.

Satuan batuan intrusi terdiri dari granit dan diorit berumur Kapur yang menerobos batuan

ofiolit yang lebih tua, seperti tersingkap di S.

Kendidi dan hulu S.Jabai. Pada beberapa tempat

termineralisasi sulfida seperti pirit dan sedikit

kalkopirit. Pada batuan diorit kadang ditemui urat

tipis kuarsa mengandung sedikit mineral turmalin .

Satuan batuan sedimen menempati bagian timur komplek Bk. Melingkung dan di Bk.

Semujan di barat. Sebagian besar berupa batupasir

kuarsa dari Kelompok Mandai, berumur Eosen

Akhir, terletak tidak selaras menutupi batuan

intrusi (R. Haryanto dkk,1993).

Satuan batuan aluvium berumur Kwarter-Holosen merupakan dataran wilayah danau berupa

endapan kerikil, pasir dan lumpur.

Tektonik

Batuan ofiolit dan sedimen Samudera dari

Kompleks Mafik Danau dan Kompleks Kapuas

berumur Kapur terdeformasi ke dalam suatu baji

akresi berumur Kapur Awal selama penunjaman ke

arah selatan di bawah benua yang sekarang

diwakili oleh sebagian besar Kalimantan dan

sekitar paparan Sunda. Penunjaman yang diikuti

oleh pembentukan sebuah busur magmatis tepian

benua yang besar dan sisanya terawetkan sebagai

batolit Schwaner dan batolit lainnya (Amirudin

1989). Daerah tepi benua umumnya telah ditutupi

oleh cekungan busur muka memanjang sepanjang

parit tunjaman. Sedimen busur muka fasies lereng

benua kemungkinan berangsur menjadi sedimen

samudera dari Kompleks Kapuas yang sebagian

bergabung dalam baji akresi.

Pada Akhir Kapur Awal busur magmatis dan

sekitar tepian benua terangkat, komposisi magma

berubah dari tonalit dan granodiorit ke granit,

sedangkan tepi utara daratan menurun dan

membaji di bawah tepi selatan daratan.

Struktur sesar

Sedikitnya terdapat tiga sesar di daerah Bk.

Melingkung-Bk. Meliyau. Sesar-sesar ini diduga

merupakan kontrol mineralisaasi di daerah

(4)

Sesar Keban Batu di interpretasikan sebagai sesar naik/anjak dengan arah N700E/700S, terjadi

pada batuan ofiolit. Pada zona sesar tersebut

batuan granitik menerobos batuan ofiolit dan

terjadi mineralisasi pada batuan sampingnya. Sesar

ini berkembang juga di bagian tengah daerah

penyelidikan seperti di Bk. Telatap.

Sesar kedua adalah sesar normal berarah N400-450E/800NW terdapat di S. Kendidi pada

komplek Bk. Meliyau, terjadi pada batuan granitik

(Kapur Awal). Gejala mineralisasi ditemukan pada

zona breksi sesar dan kaolinisasi. Sesar ini

berkembang juga di S. Kenasau menerus ke S.

Peraras Putih yang ditempati oleh batuan dioritik

di Komplek G. Melingkung.

Sesar ketiga berarah hampir utara-selatan, terjadi pada batu pasir kuarsa (Eosen Akhir) di Bk.

Semujan dan di batuan granit di S. Jabai,

mengakibatkan mineralisasi pada batuan granitnya.

Geokimia

Semua conto endapan sungai aktif dan batuan

telah dianalisis di Laboratorium Kimia DIM,

untuk mengetahui kandungan unsur-unsur Cu, Pb,

Zn, Mo, Sn, W, Ag, Au dan As.

Analisis Kimia Conto Endapan Sungai Aktif Analisis statistik sederhana menetapkan 2

(dua) Harga Anomali = harga rata-rata + 1 standar deviasi dan harga rata-rata + 2 standar deviasi (Tabel 1.).

Secara umum hasil analisis unsur-unsur

menunjukan nilai rata-rata untuk Sn, W dan As

berada di atas nilai rata-rata unsur yang terdapat

pada kerak bumi, sedangkan Cu, Pb, Zn, Ag dan

Au di bawah nilai rata-rata kerak bumi. Untuk Cu,

harga anomali keduanyapun masih jauh berada di

bawah rata-rata kerak bumi (nilai clarke, menurut Taylor, 1964).

Sebaran unsur Cu, Zn, Mo, W, Ag, Au dan As

umumnya tidak merata dan sangat eratic kecuali Pb yang agak normal.

Kandungan emas (Au) dalam contoh sangat

eratic dan sangat tinggi mungkin akibat banyaknya butiran emas berukuran sangat halus terbawa dalan

conto.

Korelasi Antar Unsur

Koefisien korelasi antar unsur menunjukan

tidak adanya korelasi yang agak menonjol

(significant) antara unsur-unsur dalam conto endapan sungai aktif (Tabel 2.).

Tabel 1. Nilai Anomali Unsur Dalam Conto Endapan Sungai Aktif dan Kerak Bumi Minimum Maksimum Harga rata-rata Simpang

Baku Nilai Anomali

Catatan: Au dalam ppb

Adanya nilai koefisien korelasi antara 50%

sampai 75% pada unsur logam dasar mungkin

(5)

unsur-unsur tesebut yang biasa terdapat pada proses

pengendapan batuan beku yang sama.

Koefisien korelasi 56%-58% yang

ditunjukan antara unsur Ag dan As dengan Zn

mungkin mengindikasikan adanya mineral yang

mengandung Ag (misalnya argentit) sebagai

inklusi dalam mineral yang mengandung seng

(seperti spalerit).

Tabel 2. Koefisien Korelasi Antar Unsur Dalam Conto Endapan Sungai Aktif

Unsur Cu Pb Zn Mo W Sn Ag Au As

Cu 1

Pb 0,54 1

Zn 0,48 0,75 1

Mo 0,02 0,53 0,46 1

W -0,14 -0,22 -0,20 0,07 1

Sn 0,13 0,15 0,22 0,24 -0,10 1

Ag 0,55 0,35 0,25 0,05 0,16 0,01 1

Au 0,27 -0,02 -0,12 -0,16 0,20 -0,05 0,46 1

As 0,29 0,41 0,58 0,10 -0,14 0,09 0,11 -0,12 1

Catatan : Au dalam ppb Analisis Kimia Conto Batuan.

Sebanyak 13 conto batuan terpilih dari

singkapan maupun bongkah telah dianalisis

untuk unsur Cu, Pb, Zn, Mo, Sn, W, Ag, Au dan

As (Tabel 3).

Tabel 3. Daftar Hasil Analisis Kimia Conto Batuan, Daerah G. Melingkung

KODE Cu Pb Zn W Sn Mo Ag Au As

CONTO (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppb) (ppm)

MK0102/R 39 32 131 20 0 20 3 6 7,5

MK0105/R 8 15 193 20 0 15 2 0 5

MK0107/F 4 18 70 15 0 3 3 0 0

MK01010/F 10 21 137 4 0 6 3 0 5

MK01012/R 77 902 773 2 0 0 5 2 5

MK01018/F 33 13 34 0 0 8 1 0 0

MK01034/R 36 37 82 22 0 15 2 0 0

MK01039/F 90 30 79 4 0 6 3 0 5

MK01040/F 28 37 94 20 0 8 3 0 0

MK01041/R 167 30 182 6 1600 5 3 0 0

MK01045/R 324 28 73 6 0 6 3 0 0

MK01049/R 8 14 7 15 0 6 2 2 0

MK01050/R 6 43 92 12 20 5 2 6 0

Kerak Bumi 55 13 70 1,5 2 1,5 0,07 40 1,8

Bila dibandingkan dengan kandungan

rata-rata unsur logam dalam kerak bumi, maka ada

(6)

kandungan unsur logam Cu, Pb, Zn, dan Sn

yang cukup tinggi (anomali).

Analisa kimia unsur utama batuan (major element) granit G. Menyukung.

Sebanyak empat conto batuan granit dan

satu conto batuan diorit dianalisis untuk unsur

utama batuannya (Tabel 4).

Hasil analisis kemudian dibandingkan

dengan analisis batuan granit dari daerah

tersebut hasil penyelidikan terdahulu (conto No.

83 PP 101B, Amiruddin, 2000). Secara umum

conto batuan granit tersebut menunjukan

kesamaan komposisi. Sedangkan satu conto

batuan diorit (MK01042/R) mempunyai

komposisi yang cukup berbeda.

Analisa Fisika Mineral

Hasil pemisahan mineral berat dari 75

conto sedimen yang diperoleh membuktikan

bahwa seluruh conto mengandung mineral

berat. Dapat diindentifikasi 18 mineral berat

yaitu, magnetit, ilmenit, hematit, epidot,

ampibol, piroksen, garnet, zirkon, turmalin,

biotit, muskovit, anatas, pirit, rutil, leukosin,

korundum, emas dan kasiterit Ada lima

kelompok mineral berat:

Kelompok oksida/hidroksida adalah Ilmenit (FeTiO3), Leukosen (mineral ubahan

dari ilmenit) dan Hematit (Fe2O3) merupakan

mineral bijih besi.

Kelompok sulfida: berupa mineral pirit dll. yang sebagian telah teroksidasi menjadi limonit.

Kelompok silikat: terdiri dari mineral garnet, turmalin, amfibol/hornblende,

muskovit, biotit dan epidot.

Kelompok logam langka: yang teramati adalah zirkon, sedangkan yang lainnya seperti

monasit dan xenotim sangat sukar teramati.

Zirkon ditemukan hampir di semua conto

konsentrat dulang.

Kelompok logam mulia: berupa butiran emas letakan, dengan ukuran vfc sampai mc,

berbentuk lembaran, framboidal maupun jarum

Tabel 4. Daftar Hasil Analisis Major Elements Conto Batuan Daerah G. Melingkun, Kal. Bar.

(7)

Tabel 5. Sebaran mineral berat dan langka dalam conto konsentrat dulang

Mineral Jml. Conto Mineral Jml. Conto

Ilmenit 75 Pirit 18

Zirkon 72 Biotit 14

Piroksen 71 Magnetit 10

Hematit 68 Leukosen 9

Amfibol/Hornblende 49 Emas 6

Epidot 41 Korundum 5

Anatas 25 Muskovit 4

Rutil 19 Garnet 2

Turmalin 18 Kasiterit 1

.

Gb. 4. Fotomikrograp Butir Emas Letakan,

Bk.Semujan.

Mineragrafi

Beberapa conto batuan granit terpilih dibuat

sayatan poles dan dianalisis mineragrafi untuk

mengetahui mineral logam yang terjadi dan

mineral asosiasinya.

Kalkopirit berwarna kuning, berbutir sangat halus, terdapat tersebar tidak merata

bersama pirhotit. Beberapa ditemukan sebagai

chalcopyrite deseases dalam mineral sfalerit, ditemukan juga mineral ilmenit-arsenopirit-pirit

tersebar di dalam batuan granit.

Sfalerit, terdapat bersama kalkopirit, menunjukkan refleksi dalam merah kecoklatan.

Pirit terdapat beberapa butir tersebar tidak merata, sebagian terubah ke oksida besi.

Magnetit sebagian terubah ke oksida besi, tersebar merata dalam batuan.

Ilmenit tersebar tidak merata dalam batuan baik sebagai individu kristal maupun

mengelompok. Arsenopirit tersebar tidak merata

dalam batuan. Pirhotit, trace, sebagian terubah ke oksida besi, tersebar tidak merata dalam

batuan, beberapa terdapat bersama kalkopirit.

Ubahan Hidrotermal.

Ubahan hidrotermal yang dapat diamati

adalah pada mineral pembentuk batuan seperti

ortoklas, plagioklas, biotit dan hornblende,

mengalami ubahan hidrotermal dalam bentuk

serisit-klorit-pirit-lempung (ubahan phyllik?)

seperti pada batuan granitik di S. Kendidi,

berintensitas kuat sampai lemah. Di S. Keban

Batu ditemukan mineral-mineral ubahan kalsit

dan klorit pada batuan ofiolit.

Zona Mineralisasi

Zona mineralisasi logam di daerah ini

teridentifikasi baik dari pengamatan yang

dilakukan di lapangan diperkuat dengan hasil

analisis mineragrafi conto batuan, yaitu :

Zona Mineralisasi S. Kendidi, ditandai oleh hadirnya mineral-mineral magnetit, pirit,

kalkopirit, sfalerit dan galena (?) tersebar di

dalam batuan granit yang telah mengalami

(8)

conto batuan, dari lokasi ini adalah: Cu = 77

ppm, Pb = 902 ppm, Zn = 773 ppm.

Zona Mineralisai S. Kedungkang dan S. Keban Batu. Mineral pirit, pirhotit, sedikit kalkopirit terdapat tersebar secara sporadik dan

pengisian retakan (fractur filling) di dalam batuan ofiolit (dolerit, gabroik) dengan ubahan

kalsit-klorit, diduga karena adanya intrusi

batuan granitik terhadap batuan ofiolit tersebut.

Arsenopirit tersebar dan mengisi retakan.

Zona Mineralisasi S. Bejabang. Terdapat mineralisasi logam pirhotit-pirit-kalkopirit dan

oksida besi tersebar tidak merata di dalam

batuan granit yang telah mengalami ubahan

serisit-lempung-klorit. Hasil analisis kimia

menunjukan kandungan unsur: Cu = 39 ppm, Pb

= 32 ppm, Zn = 131 ppm, W = 20 ppm, Mo =

20 ppm, Ag = 3 ppm dan Au = 6 ppb.

Zona Mineralisasi S. Jabai. Terdapat mineral magnetit-pirit-kalkopirit yang teramati

tersebar secara tidak merata (sporadic) di dalam batuan granit dengan ubahan lempung, serisit,

sedikit epidot dan klorit. Analisis kimia

memperlihatkan kandungan unsur: Cu = 324

ppm, Pb = 28 ppm dan Zn = 73 ppm. Adanya

sesar berarah hampir utara-selatan diduga

merupakan kontrol dari mineralisasi di daerah

tersebut.

Zona Mineralisasi Bukit Semujan. Ditemukan butiran emas dominan menyudut

runcing sampai menyudut tanggung berukuran

dari 50 mikron sampai 400 mikron. Melihat dari

bentuknya butiran emas ini mungkin tidak jauh

di transport dari sumbernya. Conto batuan urat

kuarsa terbreksikan dari daerah ini mengandung

unsur Cu = 6 ppm, Pb = 43 ppm, Zn = 12 ppm

dan Sn = 20 ppm. Dari gravel dan kerikil yang

didulang sangat banyak mengandung kerakal

urat-urat kuarsa dan kuarsit terbreksikan.

Batuan induk (host rock) pembawa mineral

emas ini belum diketemukan sehingga sulit

untuk menentukan dengan pasti tipe

mineralisasi emas di daerah ini.

Zona Mineralisasi Bk. Nibung-Bk. Lubang Papau teridentifikasi dari hasil analisis mineragrafi (MK01027R), yang menemukan

mineral ilmenit-arsenopirit-pirit tersebar di

dalam batuan granit.

PEMBAHASAN

Keberadaan granit pembawa timah.

Amiruddin (2000) menyatakan bahwa

granit G. Melingkung termasuk kedalam deretan

granit pluton terisolasi (isolated granite plutons) yang biasanya terdiri dari granit dan granodiorit.

Komposisinya adalah calc alkali sampai alkali atau metaluminous sampai peraluminous. Amiruddin (2000) juga menyatakan bahwa ada

dua tipe granit orogen berumur Kapur di

Kalimantan Barat. Granit tersebut umumnya

mempunyai ciri-ciri granit orogenik Tipe

Kordileran dan Tipe Kaledonian.

Secara umum empat conto batuan granit

hasil penyelidikan yang sekarang (MK0103/R,

MK01014/R, MK01044/R dan MK01056/R)

menunjukan kesamaan komposisi kimia dengan

conto batuan granit hasil penyelidikan terdahulu

(conto No. 83 PP 101B, Amiruddin, 2000).

Dengan demikian conto batuan granit Komplek

G. Melingkung (G.Menyukung) mungkin mirip

dengan batuan granit tipe Kaledonian juga.

Granit seri ilmenit cenderung berasosiasi

dengan mineralisasi Sn (timah putih),

sedangkan granit seri magnetit biasanya

mempunyai kaitan dengan mineralisasi logam

dasar, termasuk jenis endapan tembaga porfiri

(Takahashi dkk.1980).

Penyelidikan yang telah dilakukan saat ini

menemukan kandungan unsur Sn dalam conto

batuan granit dari S. Kedungkang sebesar 1600

(9)

kasiterit (trace) dalam konsentrat dulang.

Dengan demikian kecurigaan akan adanya

granit pembawa timah di daerah ini cukup

beralasan.

Geokimia

Secara umum hasil analisis unsur-unsur

menunjukan nilai rata-rata untuk Sn dan W

berada di atas nilai rata-rata unsur yang terdapat

pada kerak bumi. Tingginya nilai kandungan Sn

mungkin karena adanya batuan granit pembawa

timah di daerah ini, sedangkan tingginya nilai

kandungan W biasanya terkait dengan

mineralisasi yang berhubungan dengan batuan

plutonik (temperatur tinggi).

Pada unsur Cu, Pb, Zn, Mo, Ag, Au dan As

nilai kandungan rata-rata berada di bawah nilai

rata-rata kerak bumi. Khusus pada unsur Cu,

harga anomali kedua-nyapun masih jauh berada

di bawah rata-rata kerak bumi (nilai clarke, Taylor, 1964). Hal ini berarti mineralisasi dari

unsur-unsur tersebut terjadi tidak berkaitan

langsung dengan batuan pluton, mungkin

berupa tipe urat yang berkaitan dengan struktur

(daerah sesar), walaupun pada beberapa conto

batuan ditemukan pula mineralisasi logam dasar

tipe replacement.

Hasil analisis kimia terhadap conto endapan

sungai aktif menyimpulkan bahwa pada daerah

penyelidikan terdapat empat lokasi daerah

anomali (Gambar 5 dan 6). Cu mengelompok di

sekitar S. Kedungkang berasosiasi dengan

batuan ofiolit terubah, kontak dengan batuan

granitik. Pada lokasi ini harga anomali Cu ini

disertai pula anomali Pb dan Zn, sedangkan di

lokasi S. Baung yang ditempati oleh batuan

granit berasosiasi dengan anomali Pb, Zn dan

Au. Di daerah lain masih di Kedungkang,

anomali Cu berasosiasi dengan anomali Pb,Zn

dan As.

Bila dibandingkan dengan kandungan

rata-rata unsur logam dalam kerak bumi, maka ada

beberapa conto batuan yang menunjukan

kandungan unsur logam Cu, Pb, Zn, dan Sn

yang cukup tinggi (anomali), yaitu pada conto

batuan: MK01012R (S. Kedindi) Cu= 77 ppm,

Pb=902 ppm dan Zn=773 ppm, MK01041R

(S.Kedungkang) Cu=167 ppm, Pb=30 ppm,

Zn=182 ppm dan Sn=1600 ppm, MK01045R

(S. Jabai ) Cu=324 ppm, Pb=28 ppm dan Zn=73

ppm.

Relatif tingginya kandungan unsur-unsur

logam dasar dalam batuan tersebut berkaitan

dengan zona mineralisasi di daerah sesar yang

mengenai batuan granit dan ofiolit serta relatif

berkaitan erat dengan zona anomali geokimia

yang muncul.

Kandungan unsur emas (Au) dalam conto

endapan sungai aktif sangat eratic dari minimum 0,10 ppb sampai maksimum 15.384

ppb. Nilai tinggi tersebut terdapat pada conto

dari daerah Bk. Semujan. Sedemikian tingginya

kandungan Au pada conto dari daerah tersebut

mungkin akibat banyaknya butiran emas

berukuran sangat halus (mikro) yang terbawa

dalam conto endapan sungai aktif. Karena

dalam conto konsentrat dulang pada lokasi yang

sama dari daerah tersebut ternyata banyak

mengandung butiran emas letakan. Analisis butir konsentrat dulang.

Sebaran mineral rombakan ilmenit, zirkon,

piroksen, hematit dan amfibol dalam conto

kosentrat dulang di daerah ini mencerminkan

asal mineral tersebut yang sebagian besar

ditempati oleh batuan granitan. Hadirnya

mineral kontak seperti epidot, anatas, korundum

dan garnet mungkin juga mencerminkan

terjadinya proses metasomatik kontak, sedangkan adanya mineral turmalin dan kasetrit

(10)

mineralisasi greisen pada kontak batuan granit. Hadirnya butiran emas dalam konsentrat dulang

mengelompok di daerah tertentu mungkin

berkaitan dengan adanya batuan sedimen tua

(batu pasir) yang menjadi batuan dasar daerah

danau.

Mineragrafi

Dari beberapa sayatan poles ditemukan

adanya mineralisasi sulida logam, seperti pirit,

kalkopirit, galena dan arsenopirit, ada yang

terbentuk dalam batuan sebagai replacement mineral mafik (tipe tersebar) dan ada pula yang

berasosiasi dengan urat kuarsa. Umumnya

mineralisasi logam ini berkaitan atau dikontrol

oleh sesar, yang kebanyakan berupa sesar

normal. Paragenesa yang dapat diamati adalah

mula-mula pembentukan magnetit dan ilmenit

kemudian pengendapan pirhotit, arsenopirit dan

pirit selanjutnya pembentukan kalkopirit dan

spalerit, diakhiri dengan pembentukan oksida

besi.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Batuan granit G. Melingkung (G.

Menyukung) diperkirakan mirip dengan granit

Tipe Kaledonian yang terletak pada jalur pluton terisolir berumur Kapur yang terbentuk akibat tumbukan kerak benua utara dan benua selatan

di tepi batas benua. Ada dua macam yaitu Tipe I

(magnetit series) dan Tipe S (Ilmenit series) dengan sumber magma yang berbeda. Granit

tipe seri ilmenit cenderung berasosiasi dengan

mineralisasi Sn (timah putih), sedangkan granit

seri magnetit biasanya mempunyai kaitan

dengan mineralisasi logam dasar, termasuk jenis

endapan tembaga porfiri.

2. Mineral logam yang ditemukan adalah

magnetit, ilmenit, arsenopirit, pirhotit, pirit,

kalkopirit, spalerit dan oksida besi. Logam

langka tidak teramati selain zirkon yang ada di

semua conto konsentrat dulang. Paragenesanya

adalah mula-mula pembentukan magnetit dan

ilmenit kemudian pengendapan pirhotit,

arsenopirit dan pirit selanjutnya pembentukan

kalkopirit dan spalerit, diakhiri dengan

pembentukan oksida besi.

3. Adanya ubahan hidrotermal dan

penemuan mineral bijih sulfida mengandung

logam dasar serta terdapatnya logam emas

letakan maka batuan yang berpotensi menjadi

batuan induk (host rock) mineralisasi adalah:

a. Satuan batuan intrusi granit yang

dikontrol oleh struktur dengan ubahan

hidrotermal.

b. Batuan sedimen aluvial yang berupa

endapan undak yang berasal dari rework batuan sedimen tua.

4. Hasil analisa conto endapan sungai aktif

menunjukan hasil kandungan unsur logam tidak

merata (eratic), yang mencerminkan jenis mineralisasi terjadi dari beberapa tipe baik dari

tipe urat atau mineralisasi yang berkaitan

dengan struktur maupun tipe kontak serta replacement pada batuan intrusi.

5. Daerah mineralisasi logam yang menarik

adalah di daerah Bk. Semujan dan hulu S.

Sputat yang merupakan lokasi keterdapatan

logam emas dan di S. Kendidi, S. Keban

Batu-Kedungkang untuk mineralisasi timah serta di

daerah S.Pelai serta S. Jabai sebagai lokasi

terdapatnya indikasi mineralisasi sulfida logam

dasar.

Ucapan Terimakasih

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih

dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Yth.

Bupati Kapuas Hulu, Camat Batang Lupar di

Lanjak, Camat Jongkong, Camat Embau di

Semitau dan pihak Jajaran Pemda setempat serta

semua pihak yang telah membantu kelancaran

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Amiruddin, 2000. Petrology and

geochemistry of the Sepauk Tonalite and its

Economic Aspect in the Schwaner Batholith

West Kalimantan. Journal Geol. Dan

Sumberdaya Mineral, Vol. X, No. 100, Januari

2000. DJGSM.

2. Amiruddin, 2000. Characteristics of Cretaceous Singkawang and Triassic Sanggau Batholiths West Kalimantan. Journal Geol. Dan Sumberdaya Mineral, Vol. X, No. 103, April

2000.DJGSM.

3. Heryanto R., Harahap B.H., Sanyoto P.,

Williams P.R., & Pieters P.E. 1993. Geologi Lembar Sintang, Kalimantan, skala 1:250.000, P3G.

4. Ishihara, S., 1981, The Granitoid Series and Mineralization. Econ. Geol. The Econ. Geol. Publish. Co., in Skinner, B.J., Ed.,

Pennsylvania, 75th Aniv., Vol., pp. 458 – 484.

5. Takahashi M., et. al. 1980, Magnetite-serie/ilmenite-series vs. I-type/S-type granitoids. In Ganitic Magmatism and Related

Mineralization. Min. Geol. Special Issue, No. 8,

The Soc. of Min. Geol. of Japan.

6. Lehman, B., 1989, Metalogenesis of Tin, in : Project Workshop Bearing and

Tin-Barren Granites, Primary Tin Mineralisation in

Southeast Asia, 1989, Ipoh, Perak, Malaysia,

pp.19

7. Tholib A., Setiawan B., Dwi Nugroho S.,

Karno. 1994. Penyelidikan Pendahuluan Logam

Langka Di Daerah Tikus, Burung Mandi dan

sekitarnya, Kab. Belitung, Sumatera Selatan.

DSM

8. Tholib A., Suhaedi E., Tambunan A.

1996. Laporan Eksplorasi Mineral Logam

Langka di derah Tikus dan Badaw, Kab.

Belitung, Sumatera Selatan. DSM.

9. William P.R., Heryanto R., Harahap

B.H., and Abidin H.Z., 1986. Geological Data Record Sintang 1 : 250.000, West Kalimantan. GRDC & BMR.

10. Simpwee S., Zulkifli MD., Said I., dan

Kisman, 20001: Laporan Penyelidikan

Mineralisasi Logam Dasar dan Langka di

daerah G. Melingkung (G. Menyukung), Kab.

Kapuas Hulu, Prov. Kalimanyan Barat, DIK-S

(12)
(13)
(14)

Gambar

Tabel  1. Nilai Anomali Unsur Dalam Conto Endapan Sungai Aktif dan Kerak Bumi
Tabel 3. Daftar Hasil Analisis Kimia Conto Batuan, Daerah G. Melingkung

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di sungai Kapuas Hilir untuk mengetahui densitas plankton di kawasan limbah CPO ( Crue Palm Oil ) peraian sungai Kapuas Hilir Kalimantan Barat

Di Pulau Kalimantan terdapat Taman Nasional: Betung Kerihun, Kayan Mentarang, Bukit Baka Bukit Raya, Gunung Palung, Danau Sentarum, Sebangau dan Kutai.. Sementara di

Program Studi di Luar Kampus Utama Politeknik Negeri Pontianak di Kabupaten Kapuas Hulu yang selanjutnya disebut PSDKU Polnep di Kabupaten Kapuas Hulu adalah perguruan

Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 612 Tahun 2012 tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Hulu tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan

Untuk mendukung Pembentukan Badan Usaha Perseroan Terbatas Penjaminan Kredit Daerah Kalimantan Barat, Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu perlu ikut berperan serta memberikan

“Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Umur 6-36 Bulan Di Wilayah Pedalaman Kecamatan Silat Hulu, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.” Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia Indonesian

Pengaturan pemberian Izin Gangguan di Kabupaten Kapuas Hulu selama ini diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Hulu Nomor 12 Tahun 2015 tentang Izin Gangguan, yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman pewarna alam oleh masyarakat penenun di Desa Batu Lintang Kecamatan Embaloh Hulu Kabupaten Kapuas Hulu