• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Perempuan Dalam Pengelolaan Tembawang Di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Perempuan Dalam Pengelolaan Tembawang Di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN

TEMBAWANG DI DESA SUNGAI MAWANG, KECAMATAN

PURING KENCANA, KABUPATEN KAPUAS HULU,

KALIMANTAN BARAT

YASRI SYARIFATUL AINI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peranan Perempuan dalam Pengelolaan Tembawang di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

(4)

RINGKASAN

YASRI SYARIFATUL AINI. Peranan Perempuan dalam Pengelolaan Tembawang di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh NYOTO SANTOSO dan RINEKSO SOEKMADI.

Kalimantan Barat merupakan tempat tinggal masyarakat etnis Dayak Iban. Suku Dayak Iban memiliki hutan yang dikelola dan diatur berdasarkan hukum adat yaitu tembawang. Pemanfaatan sumberdaya dari tembawang adalah berburu satwaliar dan madu; tumbuhan sebagai bahan pangan, bahan bangunan, obat-obatan tradisional, kerajinan, dan upacara adat. Tembawang diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun sebagai milik adat atau keluarga seketurunan. Tembawang dikelola berdasarkan hukum adat dengan akses tidak terbatas bagi masyarakat adat, sedangkan masyarakat luar memerlukan izin petinggi adat. Tembawang memiliki fungsi dan nilai yang sangat penting untuk masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, pemenuhan aktivitas budaya dan sebagai kawasan konservasi. Pengelolaan dan pemanfaatan tembawang tidak lepas dari peranan perempuan dalam penanaman, pemanenan, pemanfaatan dan pengolahan hasil sesuai dengan kearifan tradisional. Tujuan penelitian adalah menerangkan tata nilai; kondisi sosial ekonomi dan budaya; peran dan harapan perempuan, dan merumuskan strategi peningkatan peran perempuan dalam pengelolaan tembawang.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Mei 2015 di Desa Sungai Mawang, Puring Kencana, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Data sekunder didapatkan dari penelaahan pustaka, dokumen dan laporan terkait penelian. Data primer diambil berdasarkan penyebaran kuisioner kepada 45 orang perempuan (remaja, dewasa dan tua), dianalisis secara deskriptif kualitatif yang disajikan dalam bentuk persentase. Hasil wawancara mendalam dan observasi lapang kepada Pemerintah Daerah (BAPPEDA serta Dinas-dinas terkait), perangkat desa, petinggi adat, dan perempuan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan SWOT.

Perempuan Iban memiliki peran penting dalam pengelolaan tembawang khususnya perempuan usia > 50 tahun yaitu memanen buah-buahan pada saat musim berbuah, mengolah hasil, serta sesekali menjual hasilnya. Perempuan Iban merupakan pekerja keras, 37,50% - 41,67% waktunya dalam sehari digunakan untuk melakukan kegiatan produktif/bekerja dan akan bertambah apabila panen tembawang. Alokasi waktu perempuan dalam mengelola tembawang berkurang akibat bekerja di kebun sawit untuk memenuhi kesejahteraan keluarga. Pengelolaan yang kurang intensif menyebabkan produktivitas menurun, kurangnya daya jual hasil, kurangnya kreativitas dan sulitnya mencari pasar menyebabkan ketergantungan terhadap hasil tembawang menurun. Harapan perempuan tembawang dapat dikelola secara intensif sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan secara lestari untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dan kesejahteraan keluarga.

(5)

pendataan dan pengkayaan sumber plasma nutfah dengan jenis unggul lokal, pengembangan budaya Suku Dayak Iban sebagai salah satu atraksi wisata, kejelasan dari Pemerintah Daerah mengenai penetapan tembawang sebagai kawasan strategis daerah untuk meningkatkan fungsi lindung dan konservasi tembawang, penguatan kerjasama dengan perusahaan sawit melalui penetapan tembawang sebagai kawasan NKT dan pencegahan kebakaran.

(6)

SUMMARY

YASRI SYARIFATUL AINI. Women Role in Tembawang Management at Mawang Village, Puring Kencana Sub-district, Kapuas Hulu District, West Kalimantan. Supervised by NYOTO SANTOSO and RINEKSO SOEKMADI.

West Kalimantan is home of Dayak Iban ethnic community. The community had the forest which managed and utilized based on customary law is tembawang. Utilization of tembawang resources is wildlife and honey hunted, plants as food, building materials, traditional medicines, handicrafts and Iban ceremony. Tembawang inherited by ancestors from generation to generation owned by customary or family collateral. Management of tembawang based on customary law with unrequired access for indigenous people, while the outside require permission to customary officials. Tembawang has a function and very important value for community in fulfillment of the economy needs, in activity culture, and as a conservation area. Management and utilization of tembawang can not be separated from the women roles according to traditional wisdom. Research purposes is clarify of value; social, economic and culture condition; woman role and expectation; and formulate to increase the role of woman strategy in tembawang management.

The research was conducted in March - May 2015 at the village of Sungai Mawang, Puring Kencana, Kapuas Hulu, West Kalimantan. Secondary data obatained from the review of literature, document and report of related research. Primary data retrieved by distributing questionnaires to 45 women (teens, adults and older) with descriptive qualitative analyzed, presented in the form of precentage. The results of in-depth interviews and field observation to local governments (BAPPPEDA and relevant agencies), village officials, customary officials, and women with descriptively qualitative and SWOT analyzed.

Woman play an important role in managemet of tembawang especially midle age woman (>50th) to harvest fruit during the main harvest, process the results, and sometimes sell the fruits. Iban womans are hard worker, 37,50% - 41,67% from they time used to do productive activity and increase during the main harvest. Time allocation of women in managing tembawang reduced due to working in palm plantation to fulfill of the economic needs. Less intensive management lead to productivity decreases, the lack of marketability results, lack of creativity and the difficulty of finding market led to dependence on the results of tembawang decline. Women's expectations that tembawang can be managed intensively so the result can be sustainable utilization to fulfillment of variety needs and community welfare.

The role of indigenous Dayak Iban to manage tembawang in good condition but faces a number of tough challenges that are expected to experience difficulties when just resting on the previous strategy. The strategy carried out using force to avoid or minimize the threat that is mapping and making the permanent boundary; data collection and enrichment plant species of local superior, cultural development Dayak Iban ethnic as one of the tourist attraction; clarity of local government about determination of tembawang as strategic area for increased the function of protected area and conservation area; and strengthening cooperation with the palm company through the determination of tembawang as high conservation value area and fire prevention.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

PERANAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN

TEMBAWANG DI DESA SUNGAI MAWANG, KECAMATAN

PURING KENCANA, KABUPATEN KAPUAS HULU,

KALIMANTAN BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah perempuan, dengan judul Peranan Perempuan dalam Pengelolaan Tembawang di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Nyoto Santoso, MS. dan Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F Trop. selaku pembimbing, Bapak Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si. selaku penguji serta Bapak Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.Sc.F Trop. selaku ketua siding yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada masyarakat adat Suku Dayak Iban di Desa Sungai Mawang, perwakilan dari BAPPEDA dan Dinas-dinas di Kabupaten Kapuas Hulu, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Drs. Suryana, M.SI. (ayah), Keuis Susilawati, S.Pd. (ibu), Samrotul Fuadah, S.Sy., Nida Humaida Zahra dan Fadlah Muhammad Insan (adik), seluruh keluarga, Pak Pajar dan Bu Neng Putussibau, KVT 2013, KSHE 45, sahabat MM atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2017

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Alur Pikir Penelitian 4

2 METODOLOGI PENELITIAN 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Alat dan Obyek Penelitian 6

Jenis Data 6

Metode dan Teknik Pengumpulan Data 7

Analisis Data 11

Batasan Oprasional/teknis 14

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Gambaran Umum Desa 17

Suku Dayak Iban 22

Tembawang 42

Peran Beberapa Pihak yang Mempengaruhi Eksistensi Tembawang 60

Strategi Keberlanjutan Tembawang 64

4 SIMPULAN DAN SARAN 70

Simpulan 70

Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 71

(14)

DAFTAR TABEL

1 Pembagian perempuan Suku Dayak Iban berdasarkan strata umur

(Nasution 2007) 8

2 Jenis data, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan sumber data 9 3 Alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT 14

4 Penduduk Desa Sungai Mawang 17

5 Data penduduk perempuan Desa Sungai Mawang 17 6 Pendidikan terakhir masyarakat Desa Sungai Mawang 18

7 Pekerjaan masyarakat Desa Sungai Mawang 18

8 Penghasilan perorangan atau keluarga rata-rata per bulan atau per tahun 19 9 Gambaran umum Desa Sungai Mawang dalam berbagai unsur 20

10 Tradisi/budaya Suku Dayak Iban 27

11 Pembagian tugas antara perempuan dan laki-laki di rumah 29 12 Pembagian tugas dalam pengelolaan ladang dan kebun 30 13 Efektivitas kegiatan harian perempuan sebagai pekerja sawit 31 14 Efektivitas kegiatan harian perempuan sebagai pengelola ladang 32 15 Efektivitas kegiatan harian perempuan yang bekerja di sawit serta

mengelola ladang dan kebun 32

16 Total alokasi waktu perempuan per kegiatan dalam satu hari penuh 34 17 Pengaruh tradisi rotan, karet dan lada, serta kelapa sawit tehadap kondisi

sosial, ekonomi, dan budaya Suku Dayak Iban 37 18 Tembawang Desa Sungai Mawang (nama, luas dan sejarah) 42

19 Hukum adat yang menyangkut tembawang 48

20 Intensitas aktivitas sosial budaya yang berkaitan dengan tembawang 50 21 Sumberdaya tembawang yang memiliki potensi ekonomi 50

22 Nilai ekologi tembawang 52

23 Responden perempuan untuk mengetahui peran dalam pengelolaan

tembawang 54

24 Hasil kuisioner peran perempuan dalam pengelolaan tembawang 55 25 Kebutuhan hidup yang dipenuhi dari tembawang, ladang, kebun dan

tempat lainnya selama satu tahun tanpa perlu membeli 59 26 Program kerja yang sudah pernah dilaksanakan Dinas-dinas Kabupaten

Kapuas Hulu di Desa Sungai Mawang 61

27 Program kerja yang akan dilaksanakan Dinas-dinas Kabupaten Kapuas

Hulu di Desa Sungai Mawang 62

28 Program kerja yang sedang dilaksanakan Dinas-dinas Kabupaten Kapuas

Hulu di Desa Sungai Mawang 63

(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Alur pikir penelitian 5

2 Peta lokasi Suku Dayak Iban Desa Sungai Mawang (BAPPEDA

Kabupaten Kapuas Hulu 2015) 6

3 Komponen dalam analisis data 11

4 Matriks SWOT 13

5 Kerangka pikir analisis SWOT 14

6 Struktur Organisasi Desa Sungai Mawang 21

7 Tradisi dalam pemanfaatan sumberdaya alam: (a) pemanenan lada di ladang, (b) hasil tangkapan ikan di sungai, (c) tembawang 25

8 Bagian dari rumah panjang 26

9 Rumah Panjang (a) Dusun Sungai Mawang, (b) Dusun Sungai Biruk, (c)

Dusun Melancau 27

10 Tradisi dalam upacara adat dan keagamaan: (a) Bedara’ dan sesajian, (b)

Ngajat dalam acara penyambutan tamu, (c) perayaan Paskah 28 11 Anyaman yang dibuat perempuan: (a) tikar terbuat dari bemban, (b)

ligit/tas besar terbuat dari bemban, (c) capan terbuat dari senggang 33

12 Hasil tenunan perempuan Suku Dayak Iban Desa Sungai Mawang (a) bahan tenun dari benang dan rotan sintetis, (b) pembuatan tenun, (c) baju

adat dengan menggunakan kain tenun 33

13 Anyaman yang dibuat perempuan: (a) krising/tas kecil terbuat dari empunu, (b) tebakang terbuat dari gernih/bemban dan lanje terbuat dari rotan/ui, (c) topi caping/tudung dan hiasan dinding yang terbuat dari buluh

bambu, senggang, atau ririk 33

14 Hierarki adat Suku Dayak Iban dan peranannya 35

15 Roadmap Suku Dayak Iban 41

16 Asal mula pembentukan tembawang 42

17 Lokasi penyebaran tembawang di Desa Sungai Mawang: (a) tembawang sekitar Dusun Sungai Mawang dan Sungai Biruk, (b) tembawang sekitar

Dusun Melancau (Pradityo Pres Comm 2015) 44

18 Kondisi tembawang Desa Sungai Mawang (a) lokasi tembawang yang berbatasan dengan kebun sawit, (b) pentik sebagai pengusir roh jahat dan menghindari dari musibah, (c) kuburan dan tembikar masyarakat 44 19 Durian di tembawang: (a) durian isu (Durio kutejensis), (b) durian rean

laki (Durio graviolens), dan (c) durian (Durio zibethinus) 46 20 Cara pemanfaatan tumbuhan pangan yang dihasilkan dari tembawang 48 21 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu (BAPPEDA

Kabupaten Kapuas Hulu 2016) 61

22 Matriks SWOT 66

DAFTAR LAMPIRAN

1 Panduan wawancara 76

2 Kuisioner 80

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kalimantan merupakan tempat tinggal bagi masyarakat etnis Dayak. Dayak merupakan istilah awal yang diciptakan oleh orang Eropa mengacu pada penduduk Kalimantan non-Melayu yang terdiri dari lebih 50 kelompok etnis dengan bahasa yang berbeda (Ariani et al. 2008). Dayak memiliki keragaman suku yang satu dengan yang lainnya berbeda dari sudut bahasa, budaya (kesenian dan upacara), material (sumpit, mandau, tembikar), arsi tektur rumah dan lain-lain. Ciri-ciri penting dari suku Dayak adalah bertempat tinggal di pedalaman, di tepi dan lembah sungai, sistem pertanian ladang berpindah (gulir balik), mempraktekan mengayau

di masa lalu dan meyakini agama yang dinamakan kaharingan serta sebagian mempunyai rumah panjang yang disebut lamin atau betang (Singarimbun 1996). Salah satu masyarakat adat Dayak di Kalimantan tepatnya di Kalimantan Barat adalah Suku Dayak Iban. Suku Dayak Iban merupakan suku asli Serawak yang terpisah menjadi orang Serawak dan Kalimantan Barat Indonesia akibat perebutan wilayah perbatasan (Ariani et al. 2008). Suku Dayak Iban tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu yang berbatasan dengan Serawak Malaysia salah satunya adalah Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana.

Suku Dayak Iban memiliki hutan yang dikelola dan diatur berdasarkan hukum adat yaitu tembawang. Pengelolaan tembawang dilakukan sesuai dengan kearifan tradisional yang dimilikinya. Masyarakat Suku Dayak Iban memelihara dan menjaga kawasan, melakukan pemungutan dan pemanfaatan hasil tembawang. Tembawang dikenal sebagai bentuk kebun hutan yang berasal dari sistem perladangan berpindah, sehingga merupakan suatu bagian dari tradisi, kebudayaan dan kebiasaan masyarakat. Sistem tembawang merupakan perpaduan tengkawang dan pohon buah/kayu (Harum 2012) baik yang berasal dari bekas kampung yang telah ditinggalkan maupun lokasi ladang atau kebun yang sengaja ditanam pohon buah-buahan (Sardana et al. 2011). Tembawang merupakan ekosistem yang mirip dengan hutan, memiliki stratifikasi lengkap, sistem permudaan dengan regenerasi alami dan keanekaragaman hayati yang melimpah. Kepemilikan tembawang berdasarkan sistem pewarisan dimana semua anak/keturunannya dapat memanfaatkan ladang tersebut tanpa dibagi-bagi apabila pemiliknya meninggal. Sehingga semakin tua tembawang, maka semakin banyak yang memiliki dan memanfaatkan.

(18)

2

tersebut membantu dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang berkelanjutan karena memperhatikan masalah lingkungan dan ekologi (Mulyoutami 2010). Perusakan dan alihfungsi terhadap tembawang dikenai sanksi adat.

Perempuan suku Dayak Iban memiliki peranan tersendiri di dalam hukum adat, upacara adat, pengelolaan tembawang, tradisi gotong royong dalam bercocok tanam, berburu dan lain sebagainya akan baik kehidupan sosial maupun pribadi (Ratnaningsih et al. 2010). Perempuan sangat dihargai dan dilindungi dalam segala aktivitas adat, sosial maupun pribadi yang diatur dalam hukum adat. Perempuan ikut terlibat dalam diskusi dan pembahasan masalah di rumah panjang serta kegiatan-kegiatan penting di rumah panjang dan desa. Dalam komunitas adat, perempuan mendapatkan pembagian peran penting dalam pelaksanaan tradisi/budaya. Menurut Wadley (2000), perempuan Iban memiliki peranan yang dominan dalam pengelolaan sumberdaya alam selama laki-laki berkerja di Serawak. Perempuan berperan dalam penanaman, perawatan, pemanenan, pemanfaatan dan pengolahan sumber daya alam baik itu ladang, kebun maupun tembawang berdasarkan kearifan tradisional. Hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti pangan, obat-obatan, upacara adat dan lain sebagainya. Perempuan dibolehkan untuk tetap menempuh pendidikan formal, bebas berpendapat, bekerja, melakukan kegiatan yang disukainya.

Terdapat berbagai permasalahan yang mengancam keberlanjutan tembawang. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2014 – 2034 belum menjelaskan secara rinci mengenai tembawang serta pelaksaanaan di lapangan belum optimal. Hasil tembawang belum dapat dijadikan mata pencaharian tetap masyarakat, hanya sebagai penghasilan tambahan. Kepemilikan bersama tembawang, pengelolan yang tidak intensif menyebabkan kurangnya kesadaran untuk memelihara. Selain itu, masuknya industri sawit, pengenalan budaya baru diluar Dayak Iban serta perkembangan teknologi mempengaruhi nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Budaya baru tersebut belum dapat diadaptasi dengan baik, tapi mulai mempengaruhi nilai dan tradisi Suku Dayak Iban termasuk perempuan sehingga sedikit demi sedikit mulai berubah mengikuti arus perkembangan zaman (Sandin 1990 dalam Masrina 2012). Perubahan tersebut juga berdampak pada peran perempuan dalam rumah tangga dimana memiliki tanggung jawab semakin berat dalam hal mendidik anak dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menjelaskan perubahan tata nilai, peranan dan harapan perempuan serta rekomendasi dalam pengelolaan tembawang berkelanjutan.

Perumusan Masalah

(19)

Bupati. Sampai saat ini, Peraturan Bupati tersebut belum direalisasikan dalam peraturan tertulis. Selain itu tidak dijelaskan secara rinci mengenai luas dan seluruh aspek yang berkaitan dengan tembawang. Dapat dikatakan bahwa dukungan pemerintah dalam bentuk peraturan perundangan, peraturan daerah dan lain sebagainya sudah ada, namun dalam pelaksanaannya belum optimal.

Perilaku sosial yang dianggap berubah adalah sifat konsumerisme yang umum ditemui ditengah komunitas adat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan perusahaan baik tambang, hutan, maupun perkebunan (Disbudpar Kalbar 2011). Pada mulanya masyarakat dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya baik pangan, sandang, papan, dan obat-obatan hanya mengandalkan pada alam yaitu hasil tembawang dan ladang. Kultur masyarakat pada saat itu adalah berburu dan meramu serta becocok tanam dan berkebun. Pemasukan juga hanya didapatkan setahun sekali dari penjualan hasil ladang/kebun. Masuknya kultur baru yaitu industri kelapa sawit yang berbeda dengan kultur masyarakat adat menimbulkan perubahan-perubahan yang signifikan. Masyarakat yang bekerja di perusahaan sawit merasakan mendapatkan pemasukan tetap setiap bulannya. Masyarakat juga mendapatkan ganti rugi dari penjualan/pemakaian tanahnya oleh perkebunan kelapa sawit. Pola hidup masyarakat berubah konsumtif dimana pemenuhan kebutuhan primer, sekunder dan tersier dari hasil membeli, bukan hanya mengandalkan hasil dari alam. Pemenuhan kebutuhan tersier dianggap kurang penting dan dirasa berlebihan.

Masuknya perusahaan kelapa sawit sebagai akibat dari pembangunan daerah menimbulkan dampak negatif yaitu perusakan terhadap lingkungan dan menghilangnya hutan akibat perluasan kawasan perkebunan. Hutan yang dianggap memiliki fungsi konservasi, sebagai penjerap air, penyedia iklim mikro bagi kawasan disekitarnya menjadi hilang. Dampak yang paling dirasakan adalah terhadap sungai yang menjadi bagian penting bagi masyarakat adat Suku Dayak Iban. Sungai dijadikan sebagai tempat untuk melaksanakan berbagai aktivitas seperti mandi, mencuci, mencari ikan, bermain anak-anak, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Pada musim kemarau, air sungai menjadi kering sehingga tidak ada penerangan. Air sungai menjadi keruh sehingga ikan-ikan sungai mati akibatnya sumber pangan masyarakat hilang. Dampak lingkungan akibat sawit sudah terasa, namun masyarakat tidak dapat melakukan apa-apa terkait kepentingan pemenuhan kebutuhan ekonomi.

(20)

4

peranan yang memperkuat struktur masyarakat Suku Dayak Iban. Perubahan sosial, budaya, dan politik telah mengubah aturan-aturan dan kode perilaku yang sejak lama memperkuat struktur kepekaan gender (Ratnaningsih et al. 2010).

Pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana sejarah, kepemilikan, pewarisan dan pengelolaan di tembawang? 2. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan budaya Suku Dayak Iban?

3. Bagaimana pengaruh dan kontribusi adat dalam pengelolaan tembawang? 4. Bagaimana tata nilai, peranan dan harapan perempuan pada level keluarga,

dusun/rumah panjang, adat dan Desa yang berkaitan dengan pengelolaan tembawang?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menerangkan tata nilai sosial masyarakat Suku Dayak Iban dalam pengelolaan tembawang (pewarisan, kepemilikan, dan pemanfaatan)

2. Menerangkan kondisi sosial, ekonomi dan budaya dalam pengelolaan tembawang

3. Menganalisis peranan dan harapan perempuan dalam pengelolaan tembawang 4. Merumuskan strategi peningkatan peran perempuan dalam pengelolaan

tembawang

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Data dasar dan informasi ilmiah tentang kondisi sosial, ekonomi dan budaya Dayak Iban khususnya peranan perempuan dalam pengelolaan tembawang 2. Masukan kepada masyarakat Dayak Iban dan Pemerintah Daerah yang

berkaitan dengan strategi peningkatan peran perempuan dalam pengelolaan tembawang

Alur Pikir Penelitian

Penelitian tembawang dimulai dari mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya Suku Dayak Iban, pengelolaan tembawang, serta program dan kebijakan Pemerintah Daerah. Data dan informasi didapatkan dari hasil penelaahan pustaka, dokumen dan laporan, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait (Dinas-dinas di Kabupaten Kapuas Hulu). Kajian untuk mengetahui tata nilai (kondisi sosial, ekonomi dan budaya) serta kondisi pengelolaan tembawang Suku Dayak Iban di tiga Dusun, Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan observasi lapang dan wawancara mendalam.

(21)

nilai sosial Suku Dayak Iban dalam pengelolaan tembawang berupa sejarah, pewarisan, dan kepemilikan. Kajian ekonomi dilakukan untuk menerangkan manfaat ekonomi yang didapatkan oleh masyarakat Suku Dayak Iban dari tembawang.

Dikaji apakah adanya perkembangan zaman, kebijakan pemerintah, pergeseran tata nilai Suku Dayak Iban mempengaruhi tata nilai dan peran perempuan dalam pengelolaan tembawang. Kajian-kajian tersebut dirangkum dan dirumuskan menjadi sebuah strategi peningkatan peran perempuan dalam pengelolaan tembawang. Selain itu disusun rekomendasi bagi perempuan serta pemerintah daerah maupun petinggi adat Suku Dayak Iban untuk mendukung keberlanjutan tembawang kedepannya.

Gambar 1 Alur pikir penelitian

STRATEGI PENINGKATAN PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN TEMBAWANG

PERMASALAHAN/PERGESERAN PERAN PEREMPUAN

HARAPAN PERAN

TATA NILAI

EKONOMI SOSIAL

BIOFISIK

TA

TA

N

ILA

I KEB

IJAK

A

N

(22)

6

2

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret - Mei 2015. Lokasi penelitian merupakan tempat tinggal suku Dayak Iban yang berada di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

Gambar 2 Peta lokasi Suku Dayak Iban Desa Sungai Mawang (BAPPEDA Kabupaten Kapuas Hulu 2015)

Alat dan Obyek Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera digital, perekam suara, kuisioner, panduan wawancara, Microsoft Office Excel dan Word,

dan literatur/pustaka terkait penelitian. Obyek penelitian adalah tembawang Suku Dayak Iban dan masyarakat adat Suku Dayak Iban khususnya perempuan.

Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini antara lain berupa data lapangan atau data primer dan data sekunder. Data primer adalah data dan informasi yang diperoleh langsung dari responden. Data sekunder merupakan data yang didapatkan sebelum dilakukan penelitian berdasarkan pustaka terkait data penelitian atau dokumen dan laporan terkait dengan penelitian yang dimiliki oleh pihak-pihak.

(23)

Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Sugiyono 2014), teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ada dua yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah fenomenologis (observasi partisipatif), etnografi (studi budaya melalui observasi partisipatif dan wawacara mendalam) dan gabungan ketiganya yaitu trianggulasi (oservasi partisipatif, wawacara mendalam dan dokumentasi) untuk menghasilkan informasi yang mendalam.

Studi Literatur

Referensi/literatur didapatkan dari buku, artikel ilmiah, tesis, disertasi, internet, majalah, dokumen, laporan dan lain sebagainya mengenai hal yang berhubungan dengan data yang akan diambil di lapangan. Data yang dikumpulkan berupa kondisi umum lokasi Suku Dayak Iban di Desa Sungai Mawang; sejarah, tradisi/budaya Suku Dayak Iban; kondisi sosial, ekonomi dan budaya Suku Dayak Iban; dan hubungan antar Suku Dayak Iban di berbagai daerah, Suku lainnya serta pihak-pihak lainnya; nilai dan peranan perempuan dalam pengelolaan tembawang.

Observasi Partisipan/partisipatif

Pengamatan fenomologis atau observasi partisipatif merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara peneliti terlibat dalam prilaku sosial budaya yang dilakukan oleh masyarakat terutama perempuan Suku Dayak Iban yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam khususnya tembawang. Tujuan dilakukan observasi partisipatif adalah untuk menghasilkan data berdasarkan kondisi yang sebenarnya yang terjadi di lapangan serta sebagai pembenaran dari hasil wawancara mendalam. Observasi partisipatif ini dimaksudkan agar tidak terdapat jarak antara peneliti dengan subjek penelitian sehingga data yang dihasilkan valid. Bukan hanya observasi secara visual atau melihat langsung, melainkan juga interaksi verbal antara peneliti dan berbagai individu yang diamati. Informasi verbal berupa wawancara yang dilakukan secara informal atau tanpa membuat panduan wawancara yang sistematis. Wawancara ini penting dilakukan karena dapat menghasilkan data/informasi penting yang tidak didapatkan pada wawancara mendalam. Peneliti harus selalu siap mendengarkan, mencatat dan merekam semua kegiatan dan informasi yang ada. Semua hasil observasi ini dicatat dalam membentuk suatu kerangka informasi yang dapat melengkapi data yang ada (walaupun informasi didapat secara fleksibel).

Penyebaran Kuisioner

Penyebaran kuisioner ditentukan dengan menggunakan purposive sampling

(24)

8

Tabel 1 Pembagian perempuan Suku Dayak Iban berdasarkan strata umur (Nasution 2007)

No Kategori Responden Strata Umur Jumlah Responden

1 Anak-anak/Remaja 14 - 19 tahun 15

2 Dewasa 19 - 50 tahun 15

3 Tua >50 tahun 15

Jumlah Total 45

Wawancara Mendalam

Pengamatan etnografi atau wawancara mendalam (in-depth interview) dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang disusun secara terstruktur. Penentuan narasumber dan responden lainnya ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Wawancara mendalam dilakukan dengan menunjuk informan kunci (key informant) dan subyek penelitian pada umumnya. Informan kunci adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam mengenai komunitasnya serta dapat memberikan data yang berharga yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai (Sugiyono 2014). Informasi yang digali dari hasil wawancara mendalam adalah tata nilai Suku Dayak Iban, tembawang, tata nilai dan peranan perempuan, serta peran dan kebijakan Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan tembawang dan masyarakat Suku Dayak Iban. Informan kunci dalam wawancara mendalam ini adalah:

1. Pemerintah Daerah: Kepala Bidang Penelitian dan Statistik BAPPEDA Kabupaten Kapuas Hulu; Kepala Seksi Bina Usaha dan Koperasi dan UKM Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi Kabupaten Kapuas Hulu; Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Kapuas Hulu; Kepala Bidang Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kapuas Hulu; Kasi Pembinaan dan Pengawasan Peninggalan Sejarah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu; Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kapuas Hulu 2. Petinggi Adat, yaitu Patih, Kepala Dusun/Tuai Rumah, dan Panglima

3. Pegawai Desa Sungai Mawang, yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, BPD, LKMD, KAUR, dan RT

(25)

Tabel 2 Jenis data, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan sumber data

b. Otonomi desa dan tupoksi Desa

c. Foto desa (gambaran umum Desa dan Dusun) 2. Upaya untuk mengembangkan sosekbud yang

berkelanjutan

1. Wawancara mendalam

2. Penelaahan terhadap dokumen dan laporan

Aparatur Desa dan Kepala Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat serta kajian terhadap dokumen dan laporan yang dimiliki oleh desa Sungai Mawang

Data Sekunder

Tembawang 1. Kondisi (pengertian)

2. Pewarisan dan kepemilikan tembawang 3. Tanaman di tembawang

a. Asal mula tanaman b. Cara menanam

c. Jenis dan jumlah tanaman d. Pemanfaatan

e. Pengelola

4. Nilai dan fungsi sosial, budaya, ekonomi, ekologi 5. Peran Adat dalam Pengelolaan tembawang

(kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang)

Studi Literatur Referensi dari berbagai sumber (buku, artikel ilmiah, tesis, disertasi, dan lainnya) (Tumenggung, Pateh, Panglima Adat, Tuai Rumah) di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang dianggap memiliki pengetahuan mengenai informasi yang dibutuhkan

1. Kebijakan mengenai RTRW Kabupaten dan Provinsi

2. Peraturan Daerah mengenai kebudayaan Dayak Iban Kebudayaan dan Pariwisata; Badan Pemberdayaan Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana, Kecamatan Puring Kencana di Kabupaten Kapuas

(26)

Tabel 2 Jenis data, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan sumber data (Lanjutan)

Jenis Data

Data yang Dikumpulkan

Data yang Dibutuhkan Teknik Pengumpulan Data

2. Hierarki Adat dan peranannya 3. Tradisi

4. Pengaruh zaman rotan, karet dan sawit

5. Kondisi sosial ekonomi budaya (perubahan yang terjadi)

6. Hubungan antar Suku Dayak Iban, Suku Dayak lainnya dan diluar Suku Dayak

Etnografi (wawancara (Tumenggung, Pateh, Panglima Adat, Tuai Rumah) di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan Dayak Iban serta referensi dari berbagai sumber (buku, jurnal, tesis dan lainnya) Data

Sekunder

Perempuan Suku Dayak Iban

1. Kedudukan/peranan perempuan pada level keluarga, rumah panjang, Adat, dan Desa dalam: a. Pembagian peran

b. Pengambilan keputusan c. Dampak positif dan negatif

2. Kedudukan dan peranan dalam pengelolaan tembawang berdasarkan perbandingan kelas umur (remaja, dewasa dan tua)

3. Kegiatan selama menunggu dan setelah panen 4. Peranan dalam aktivitas lainnya (berladang padi

dan bekerja di sawit) beserta pergeserannya 5. Perubahan nilai dan sikap perempuan 6. Efektivitas dan produktivitas kegiatan harian

7. Kebutuhan hidup selama setahun dari hasil tembawang, berladang, buruh kebun

8. Harapan kedepannya

Studi literatur Referensi dari berbagai sumber (buku, jurnal, tesis dan lainnya) Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat

(27)

Analisis Data

Analisis Data Sebelum dan Selama di Lapangan

Sebelum memulai penelitian di lapang, dilakukan analisis data sekunder hasil studi literatur, penelaahan dokumen, laporan dan lainnya untuk menentukan fokus penelitian. Analisis data ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memulai penelitian. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan, maka digunakan model analisis data Miles&Huberman (1984) dalam Sugiyono (2014) dengan tahapan sebagai berikut:

1. Koleksi data (data collection)  pengumpulan data berdasarkan teknik pengumpulan data yaitu etnografi (wawancara mendalam dan observasi lapang) dan trianggulasi (wawancara mendalam, observasi partisipatif, dokumentasi) 2. Reduksi data (data reduction)  merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

3. Penyajian data (data display)  menyajikan data dalam bentuk uraian singkat

dengan teks yang naratif, bagan, grafik, matrik, network, chart, dan hubungan antar kategori.

4. Kesimpulan/verifikasi (conclusion: drawing/verification)  kesimpulan dari hasil penelitian berupa temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada berupa deksripsi atau gambaran tentang suatu obyek hasil penelitian.

Gambar 3 Komponen dalam analisis data

Analisis Peran Perempuan

Faktor atau variabel yang diteliti yaitu peranan perempuan terhadap pengelolaan tembawang. Hasil dari data yang dikaji diolah menjadi data dalam bentuk persentase kemudian dijelaskan atau dideskripsikan secara jelas dari setiap poin yang dikaji. Data yang dikaji meliputi:

 Peran dalam pengelolaan tembawang dengan indikator hasil baik/tidak, pengelolaan baik/buruk, kondisi tembawang baik/buruk

 Pengaruh kebutuhan hidup sehari- hari terhadap mental merempuan dalam mengelola tembawang

 Pengaruh kepemilikan tembawang terhadap peranan dan kinerja perempuan dalam pengelolaannya  kepemilikian tembawang mempengaruhi rasa memiliki untuk mengelola tembawang dengan sebaik-baiknya sehingga didapatkan hasil panen yang baik

 Nilai hukum adat terhadap peran perempuan dalam pengelolaan tembawang

 Pengaruh kebutuhan hidup yang mempengaruhi waktu berladang perempuan

 Tingkat pengetahuan perempuan dalam pengelolaan tembawang  pengaruh cara mengelola tembawang dengan tingkat pendidikan masyarakat, ketergantungan pada alam, pertambahan penduduk

Koleksi Data

Reduksi Data

Kesimpulan/verifikas i

(28)

12

 Kondisi pengelolaan tembawang oleh perempuan dari persiapan sampai pemanenan dan pemanfaatan

 Produktivitas tembawang berdasarkan hasil pengelolan oleh perempuan  seberapa baik kualitas dan kuantitas hasil panen tembawang setiap tahunnya

 Kontribusi perempuan pada saat panen raya terhadap pengelolaan dan eksistensi tembawang  pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan selama panen raya

 Pengaruh pekerjaan di sector lainnya terhadap fokus pengelolaan tembawang  adakah perubahan kinerja yang terjadi apabila masyarakat mengelola tembawang sekaligus bekerja di tempat lainnya

 Perubahan sikap/nilai perempuan Dayak Iban dalam pengelolaan tembawang akibat perkembangan zaman

 Pengaruh perubahan sikap perempuan terhadap kondisi tembawang saat ini

Analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)

Analisis SWOT merupakan kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang digunakan sebagai dasar dalam merancang strategi. Dalam penerapan analisis SWOT terdapat dua komponen besar yang digunakan, yaitu sebagai berikut: 1. Faktor internal

Faktor internal SWOT adalah faktor yang berasal dari dalam Suku Dayak Iban yang berpengaruh terhadap seluruh aspek yang ada di dalamnya. Faktor internal merupakan lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Faktor internal pada analisis SWOT ditentukan dari kondisi atau situasi lingkungan Suku Dayak Iban itu sendiri. Faktor internal ini penting dalam menentukan SWOT dengan tujuan untuk menentukan peran Suku Dayak Iban dalam pengelolaan tembawang. Faktor internal dapat dipandang sebagai kekuatan atau kelemahan, tergantung pada dampaknya terhadap kedudukan dan peranan pemimpin adat, masyarakat dan perempuan terhadap pengelolaan tembawang. Faktor internal yang diidentifikasi mencakup variabel dan dimensi. 2. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan lingkungan eksternal atau lingkungan luar yang terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threaths). Faktor eksternal pada analisis SWOT ditentukan dari kondisi atau situasi lingkungan di luar suku Dayak Iban. Faktor eksternal ini sangat penting dalam menentukan SWOT karena untuk memberikan masukan dalam pengelolaan tembawang perlu melihat kondisi lingkungan di luar Suku Dayak Iban. Faktor eksternal terdiri dari analisis lingkungan makro dan mikro. Analisis lingkungan makro bertujuan mengidentifiksasi peluang dan ancaman makro yang berdampak terhadap nilai yang masih dilaksanakan oleh Suku Dayak Iban. Obyek pengamatan dalam analisis ini adalah kekuatan politik, kekuatan ekonomi, kekuatan sosial. Analisis eksternal mikro diterapkan pada lingkungan yang lebih dekat. Faktor eksternal yang diidentifikasi mencakup variabel dan dimensi.

Penentuan Bobot dan Rating dari Analisis SWOT

(29)

variable-variabel yang masuk kedalam kategori SWOT dan ditentukan sendiri oleh narasumber bobot dan rating tertinggi dari variable yang dibuat.

Langkah lain untuk menentukan nilai-nilai rating dari variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman adalah sebagai berikut (Rangkuti 2006):

a. Pemberian nilai untuk variabel kekuatan dan peluang. Kedua variabel memiliki pola pengaruh yang bersifat positif terhadap dalam mengelola tembawang, dimana pengaruh tersebut diberi nilai sebagai berikut:

Memiliki pengaruh positif sangat kecil 1 Memiliki pengaruh positif kecil 2 Memiliki pengaruh positif besar 3 Memiliki pengaruh positif sangat besar 4

b. Pemberian nilai untuk variabel kelemahan dan ancaman. Kedua variabel memilki pola pengaruh yang bersifat negatif dalam mengelola tembawang, dimana tingkat pengaruh tersebut diberi nilai sebagai berikut:

Memiliki pengaruh negatif sangat besar 4 Memiliki pengaruh negatif besar 3 Memiliki pengaruh negatif kecil 2 Memiliki pengaruh negatif sangat kecil 1

Bobot adalah jumlah nilai dari faktor strategis lembaga Adat dengan skala nilai 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Bobot dan rating dirumuskan sebagai berikut:

� � =� � � � �� � � 1�� �� �

Rating adalah nilai dari faktor strategis perusahaan dengan skala 1 (poor)

sampai dengan 4 (outstanding). Fungsi pemberian rating adalah untuk mengetahui apakah faktor strategis dalam mengelola tembawang dapat memberikan dampak positif (+) yaitu kekuatan dan peluang, sedangkan faktor negatif (–) dapat menjadi faktor ancaman dan kelemahan (Gambar 4).

Gambar 4 Matriks SWOT

(30)

14

Tabel 3 Alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT

Faktor Faktor Internal Eksternal

Strenght (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O) Strategi S – O Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W – O Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Strategi S – T Strategi yang

menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W – T Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Berdasarkan pemisahan antara kedua komponen besar dalam analisis SWOT tersebut, maka disusun kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 5 Kerangka pikir analisis SWOT

Batasan Oprasional/teknis

1. Suku adalah suatu kelompok masyarakat yang terkait kesatuan budaya, bahasa dan tempat tinggal, yaitu Dayak

2. Kebudayaan merupakan keseluruhan prilaku dan hasil cipta, rasa dan karsa manusia

3. Sistem kebudayaan merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat unsur keagamaan, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian dan ekonomi 4. Dayak atau Daya adalah kumpulan berbagai sub etnis Austronesia yang

dianggap sebagai penduduk asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat lagi adalah yang memiliki budaya sungai. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan “perhuluan” atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.

Rekomendasi Strategi Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang Alternatif Strategi Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang

Matrix SWOT

Penentuan Strategi Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang Analisis SWOT

Penentuan bobot, rating dan skor Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang Analisis Faktor sebagai Strategi Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang

Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

(31)

5. Suku Dayak Iban merupakan masyarakat suku Dayak yang tinggal di pedalaman Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang masih bergantung kepada alam dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan melaksanakan kearifan tradisional yang masih memegang teguh hukum adat

6. Tata nilai pada hakikatnya merupakan konsep abstrak mengarah kepada prilaku dan pertimbangan seseorang atau sekelompok masyarakat dan tidak menghakimi bahwa nilai tersebut baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak pantas, indah atau tidak indah melalui proses pertimbangan yang dipengaruhi oleh kebudayaan yang dimiliki oleh suatu kelompok tertentu dalam hal ini Suku Dayak Iban.

7. Hukum adat merupakan hukum tidak tertulis yang berasal dari sesuatu yang terus menerus diulang kembali dan akhirnya menjadi kebiasaan yang kebenarannya diyakini oleh masyarakat serta merupakan pencerminan dari kepribadian suatu masyarakat/bangsa.

8. Kearifan lokal merupakan kumpulan pengetahuan dan cara berpikir yang berakar dalam kebudayaan suatu kelompok manusia, yang merupakan hasil pengamatan selama kurun waktu yang lama. Kearifan lokal juga mencakup nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Kearifan lokal juga memiliki fungsi antara lain konservasi dan pelestarian sumberdaya alam, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

9. Perladangan gulir balik atau perladangan berpindah dimana masyarakat melakukan rotasi lahan pada waktu tertentu untuk memulihkan ladang yang sebelumnya telah terpakai

10.Tembawang adalah nama lain dari sebutan masyarakat suku Dayak Iban terhadap tembawai

11.Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

12.Pemerintah daerah adalah Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah

13.Rumah panjang/rumah betang/rumah lamin merupakan rumah tradisional dengan rangkaian tempat tinggal yang bersambung dimana bentuk bangunannya merupakan bentuk bangunan asli orang Dayak di Kalimantan yang didiami oleh keluarga besar sebagai pusat kebudayaan dimana seluruh kegiatan hidup dan adat dilakukan di sana.

14.Peran perempuan merupakan sikap, tindakan, tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh perempuan yang memiliki kedudukan dalam masyarakat

(32)

16

16.Tingkat pendidikan masyarakat Dayak Iban dapat dikelompokan menjadi 7 kelompok yaitu: tidak sekolah (TS), lulusan SD, lulusan SMP, lulusan SMA, lulusan S-1, lulusan S-2, lulusan S-3

17.Tingkat pengetahuan merupakan tingkatan dari seluruh aspek yang diketahui oleh masyarakat Suku Dayak Iban mengenai tembawang yaitu jenis-jenis tembawang; cara mengolah, menanam, mengelola, memanen, dan memanfaatkan hasil tembawang, aturan adat mengenai tembawang (tata cara, denda beserta pembagian peran dalam pengelolaan)

18.Sarana prasarana penunjang merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam berladang di kebun tembawang yaitu bibit, benih, pupuk kompos (kotoran hewan) alat-alat untuk menanam, memanen, mengolah (pisau, beliung (sejenis kampak), tombak, mandau, telawang dll)

19.Waktu berladang merupakan waktu yang digunakan untuk mengolah ladang tembawang baik kepemilikan pribadi maupun adat oleh masyarakat suku Dayak Iban baik laki-laki maupun perempuan selama satu hari (pagi, siang, sore). 20.Mental berladang merupakan hal-hal yang bersangkutan dengan batin manusia,

bukan bersifat badan atau tenaga di kawasan yang diusahakannya dalam hal ini di kebun tembawang milik atau adat.

(33)

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa

Berdasarkan data BPS Kabupaten Kapus Hulu (2013), Desa Sungai Mawang berada di Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Batas administrasi Desa Sungai Mawang yaitu Serawak Malaysia (utara), Kecamatan Empanang (selatan), Desa Merakai Panjang (timur), Desa Sungai Antu (barat). Luas Desa Sungai Mawang adalah 72.45 km2 dengan kepadatan penduduk sebesar 6 jiwa/km2.

Tabel 4 Penduduk Desa Sungai Mawang

Nama Dusun Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Kepala Keluarga (KK) Laki-laki Perempuan Total

Sungai Mawang 94 97 191 55

Sungai Biruk 60 60 120 36

Melancau 79 70 149 40

Total 223 227 460 131

Sumber: Data sensus penduduk Desa Sungai Mawang tahun 2015

Perempuan dikelompokan berdasarkan kelas umur, status perkawinan dan jenis pekerjaan (Tabel 5).

Tabel 5 Data penduduk perempuan Desa Sungai Mawang

N

Pelajar yang bersekolah di wilayah Kecamatan Puring Kencana

7 3 11 21

2 < 19 Belum Kawin

Pelajar yang bersekolah di luar wiayah Kecamatan Puring Kencana (Kapuas Hulu atau Malaysia)

10 9 3 22

3 < 19 Belum Kawin

Pelajar (sekolah di wilayah Kecamatan Puring Kencana), buruh harian lepas (BHL) di Perkebunan Kelapa Sawit

6 3 6 15 9 > 50 Kawin Buruh kelapa sawit, mengelola ladang

dan kebun

Keterangan: SM (Sungai Mawang), SB (Sungai Biruk), MC (Melancau)

(34)

18

Perempuan Desa Sungai Mawang terbanyak tinggal di daerah asalnya sebanyak 154 orang. Perempuan Suku Dayak Iban ada yang tinggal di Sungai Mawang, daerah lain di Indonesia (masih dalam wilayah Kaliamantan Barat), dan di luar negeri Serawak dan Kuching (Malaysia) atau Brunei Darussalam sebanyak 73 orang. Orang yang tinggal dan bekerja di luar negeri ini memiliki dua KTP atau kewarganegaraan. Hal tersebut dilakukan karena tuntutan pekerjaan. Selain bekerja, perempuan Suku Dayak Iban menempuh pendidikan formal yang lebih lengkap dan berkualitas diluar desanya. Diketahui tingkat pendidikan masyarakat Desa Sungai Mawang (Tabel 6).

Tabel 6 Pendidikan terakhir masyarakat Desa Sungai Mawang

Pendidikan Terakhir Dusun Total

(jiwa)

Sumber: Data sensus penduduk Desa Sungai Mawang (2015)

Perempuan percaya bahawa adanya kemajuan dalam pendidikan akan meningkatkan kualitas kehidupan dan ekonomi yang lebih baik dan layak. Dapat dilihat pekerjaan masyarakat Desa Sungai Mawang (Tabel 7). Kemajuan pendidikan dapat dilihat dengan banyaknya generasi muda yang menjadi pelajar. Profesi utama yang mendominasi masyarakat Suku Dayak Iban tetap sebagai petani baik mengelola ladang, kebun, tembawang maupun buruh sawit.

Tabel 7 Pekerjaan masyarakat Desa Sungai Mawang

Pekerjaan Dusun Total

(jiwa)

Sumber: Data sensus penduduk Desa Sungai Mawang (2015)

(35)

Tempat tinggal masyarakat Dusun Melancau terisolir, jauh dari Dusun maupun Desa lainnya. Tempat tinggal masyarakat Dusun Melancau ini berada di dalam kawasan Hutan Lindung Bukit Tuga. Lokasi Dusun Melancau berada di antara dua sungai besar yang sering meluap apabila frekuensi dan curah hujan tinggi. Selain itu sampai saat ini belum dibuat jembatan Oleh karena itu, orang dari Desa atau Kecamatan lain tidak dapat keluar masuk dengan mudah pada saat musim penghujan.

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan serta penjualan hasil ladang/kebun masyarakat Suku Dayak Iban yang tinggal di Desa Sungai Mawang, diketahui penghasilan per-bulan atau per-tahun (Tabel 8). Mayoritas masyarakat Suku Dayak Iban memiliki mata pencarian sebagai petani. Setelah masuk perusahaan sawit ke Kecamatan Puring Kencana, masyarakat yang bekerja sebagai petani, bekerja menjadi buruh di perusahaan sawit tersebut. Mayoritas masyarakat yang bekerja di perusahaan sawit adalah perempuan. Dengan bekerja di perusahaan sawit, pemasukan perempuan menjadi tetap perbulannya seperti halnya laki-laki yang bekerja menjadi perangkat desa dan pemimpin adat.

Tabel 8 Penghasilan perorangan atau keluarga rata-rata per bulan atau per tahun

N o

Jenis Pekerjaan Pendapatan Pelaku Pekerjaan

V Perempuan 2.000.000 2.000.000

2 Krani sawit V Perempuan 2.200.000 26.400.000 3 Pegawai puskesmas V Perempuan 1.784.000 21.408.000

4 Buruh sawit V Perempuan

dan laki-laki

1.600.000 19.200.000

5 Berdagang (membuka warung)

V Keluarga 1.500.000 18.000.000

6 Menjual sahang/lada hitam (300 kg/musim, harga Rp.70.000/kg)

V Keluarga 3.937.500 31.500.000

7 Patih V Laki-laki 1.325.000 15.900.000

8 Kepala Dusun V Laki-laki 1.525.000 18.300.000

9 Panglima V Laki-laki 1.525.000 18.300.000

10 Kepala Desa V Laki-laki 2.090.000 24.000.000 11 Sekretaris Desa V Laki-laki 1.525.000 18.300.000 12 Bendahara Desa V Laki-laki 950.000 11.400.000

13 KAUR V Laki-laki 1.025.000 12.300.000

14 BPD V Laki-laki 700.000 8.400.000

15 RT V Laki-laki 300.000 3.600.000

16 Mandor sawit V Laki-laki 2.000.000 24.000.000 Keterangan: B (bulanan), M (musiman), V (iya)

Sumber: Analisis data 2015

(36)

20

Tabel 9 Gambaran umum Desa Sungai Mawang dalam berbagai unsur

No Unsur Keterangan

1 Tutupan lahan Pertanian, semak belukar, tanah terbuka, hutan kering sekunder 2 Wilayah DAS Empanang dan Merakai

Ketinggian sawit (PT SKK, PT CNI Bukit Tuga Estate)

4 Sumber air bersih

Bukit Balau Dusun Sungai Mawang dan Sungai Biruk), dan Sungai Selindung (Dusun Melancau)

5 Pertanian Padi sawah 20 Ha, padi ladang 180 Ha, kebun Sawit 250 Ha 6 Peternakan Sapi sebanyak 3 ekor ditambah ternak ayam, bebek/itik, babi yang

belum dihitung populasinya

7 Bahan Pangan Harga bahan pangan dua kali lipat dibandingkan dengan di Kabupaten Kapuas Hulu. Distribusi bahan pangan cukup sulit karena jarak yang jauh dari pusat perbelanjaan baik di Kecamatan Badau (±3 jam), Kecamatan Putussibau (±7 jam) atau ke Kota Pontianak (±12 jam). Bahan pangan didatangkan dari Malaysia dengan harga yang tinggi

8 Industri Industri rumahan tenun hanya ada di Desa Sungai Antu 9 Bantuan

Pemerintah

123 KK dari total 131 KK di Desa Sungai Mawang mendapatkan beras raskin

10 Pendidikan 1 Sekolah Dasar Negeri dengan memiliki 24 orang murid dan 5 orang guru

11 Kesehatan 1 unit puskesmas pembantu, 1 unit posyandu, 1 orang bidan yang diperbantukan

12 Transportasi Transportasi umum Mini bus Damri ekonomi 2 unit dari Desa Sungai Antu, Kecamatan Puring Kencana menuju Kecamatan Putussibau dan sebaliknya yang beroperasi satu hari sekali 13 Jaringan

listrik

Pembangkit listri tenaga mikro hidro dari Sungai Merakai (Dusun Sungai Mawang danSungai Biruk), tenaga surya (Dusun Sungai Biruk),

14 Jaringan jalan Permukaan jalan di Desa Sungai Mawang adalah aspal dengan kondisi jalan rusak, belum dibangun jembatan sehingga apabila sungai meluap maka kendaraan tidak bisa melewatinya

15 Komunikasi Sinyal telepon selular yang memiliki siny al kuat (Desa Sungai Antu) dan sinyal lemah (Desa S ungai Mawang dan Langau) hanya provider Telkomsel saja

Sumber: BPS Kabupaten Kapuas Hulu (2013) dan BAPPEDA Kabupaten Kapuas Hulu (2016)

Lembaga Desa

(37)

(sarana prasarana umum, bantuan, kegiatan dan lain sebagainya), menjembatani Hukum Adat dan Masyarakat Adat.

Gambar 6 Struktur Organisasi Desa Sungai Mawang

Tugas Pokok dan Aksi (Tupoksi) dan Otonomi Desa

Berdasarkan (Lestari 2015), terdapat poin yang penting dalam pelaksanaaan tugas pokok atau kewenangan Pemerintah Desa termasuk tugas Kepala Desa, bagaimana pelaksanaan Desa dan implementasi otonomi desa supaya menjadi desa yang maju dan mandiri. Tugas dari Kepala Desa adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan antara lain pengaturan kehidupan masyararakat sesuai kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa dan pembentukan lembaga kemasyarakatan. Kemudian tugas Kepala Desa dalam hal pembangunan yaitu antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum. Sedangkan tugas kemasyarakatan Kepala Desa yaitu meliputi pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat.

Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan Desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Implementasi Kebijakan Otonomi Desa adalah kewenangan desa dalam melaksanakan atau menerapkan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Desa dalam pengambilan keputusan untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan dalam mengatur rumah tangganya sendiri seperti memilih pemimpin, menyelenggarakan pemerintahan desa, merencanakan pembangunan desa dan menggalang segenap potensi yang ada untuk peningkatan kemandirian desa.

Pengembangan Sosekbud Berkelanjutan

(38)

22

 Hak penduduk sebagai diri pribadi yang meliputi hak untuk membentuk keluarga, hak mengembangkan kualitas diri dan kualitas hidupnya, serta hak untuk bertempat tinggal dan pindah ke lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dengan diri dan kemampuannya;

 Hak penduduk sebagai anggota masyarakat yang meliputi hak untuk mengembangkan kekayaan budaya, hak untuk mengembangkan kemampuan bersama sebagai kelompok, hak atas pemanfaatan wilayah warisan adat, seta hak untuk melestarikan atau mengembangkan perilaku kehidupan budayanya;  hak penduduk sebagai warga negara yang meliputi pengakuan atas harkat dan

martabat yang sama, hak memperoleh dan mempertahankan ruang hidupnya;  hak penduduk sebagai himpunan kuantitas yang meliputi hak untuk

diperhitungkan dalam kebijaksanaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera dalam pembangunan sosial.

Dalam Undang-undang No 41 Tahun 1999 Pokok-Pokok Kehutanan Pasal 67 ayat 1 menjelaskan bahwa masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya berhak:

 Melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat masyarakat adat yang bersangkutan;

 Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-undang;

 Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya Penjelasan dari ayat 1 ini adalah masyarakat hukum adat diakui keberadaannya, jika menurut kenyataannya memenuhi unsur antara lain:

 Masyarakat masih dalam bentuk paguyuban;

 Ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adatnya;

 Ada wilayah hukum adat yang jelas;

 Ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat yang masih ditaati;

 Masih mengadakan pemungutan hasil hutan diwilayah hutan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

Dalam pasal 2 dijelaskan bahwa pengukuhan keberadaan dan hapusnya masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berdasakan Undang-undang No 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5, warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat dengan penjelasan sebagai berikut:

 Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu;

 Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus;

 Warga negara didaerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus;

 Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus;

Suku Dayak Iban

(39)

Antu sebagai pusat Kecamatan Puring Kencana, sedangkan pendatang yang tinggal di Desa Sungai Mawang merupakan orang yang terikat dalam perkawinan. Disebut masyarakat adat karena memiliki beberapa karakteristik (Direktorat Jenderal Perkebunan 2007), yaitu:

1. Tinggal di sekitar hutan selama beberapa generasi 2. Hukum adat masih berlaku

3. Perpedoman pada kearifan lokal dalam mengelola hutan

Keberadaan masyarakat adat ini diakui oleh pemerintah daerah (Kabupaten dan Provinsi) dan pusat. Hak yang diakui negara adalah mengelola dan memanfaatkan sumberdaya hutan dan terlibat dalam proses perencanaan.

Sejarah Suku Dayak Iban

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemimpin adat, Suku Dayak Iban pernah tinggal dari kecamatan Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Buktinya masih ada tiang-tiang rumah panjang khas Suku Dayak Iban di daerah tersebut. Pada saat itu terjadi perpecahan antara kelompok/keluarga satu dengan yang lainnya sehingga salah satunya kelompok pindah ke tempat lain. Pada saat terjadi perpecahan antar kelompok tersebut, tidak ada campur tangan dari pemerintah daerah maupun pusat untuk menengahi dan menangani permasalahan tersebut. Pada akhirnya salah satu kelompok pindah ke tempat lain dan terbagi menjadi dua kelompok Dayak Iban yaitu kelompok lajang pindah ke Serawak yaitu bukit Semingkang sedangkan kelompok ngumbang pindah ke hilir Sriaman yaitu bukit Semanggang. Dari tempat tersebut ada yang lari dari Jumput ke Bugau daerah Ketungau (sekarang merupakan daerah Sintang).

Suku Dayak Iban merupakan kelompok Dayak terbesar yang tinggal dan berasal dari Serawak Malaysia (Ariani et al. 2008; Eilenberg & Wadley 2009). Dayak Iban sendiri memiliki sejarah panjang migrasi dan jaringan dalam perdagangan, komunikasi dan hubungan baik sebelum masa penjajahan berakhir. Setelah merdeka pada pertengahan abad ke-20, dengan banyaknya bekas wilayah jajahan, orang yang tinggal di batas lama Kalimantan membuat batas baru sehingga orang Iban terpisah menjadi orang Indonesia dan Malaysia (Eilenberg & Wadley 2009). Pada saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia untuk memperebutkan wilayah negara yang dimenangkan oleh Indonesia. Dengan demikian, wilayah Indonesia menjadi bertambah luas dan bergeser menyesuaikan dengan batas alam berupa sungai (aliran air). Adanya perluasan wilayah Indonesia menyebabkan wilayah tempat orang Iban tinggal yang pada awalnya merupakan bagian dari negara Malaysia berubah menjadi wilayah negara Indonesia. Salah satu daerah yang menjadi bagian negara Indonesia yaitu Desa Sungai Mawang Kecamatan Puring Kencana. Jarak dari desa Sungai Mawang sampai ke perbatasan Indonesia – Malaysia berjarak ±6 km berupa bukit.

Berdasarkan Tjilik Riwut (1993) dalam Pradita (2013), suku Dayak dibagi ke dalam 7 kelompok besar yakni Dayak Ngaju, Iban, Klemantan, Apu Kayan, Murut, Punan dan Ot Danum. Dari tujuh kelompok besar ini dibagi menjadi 18 suku sedatuk, dari 18 suku sedatuk terbagi lagi kedalam 405 suku kekeluargaan. Suku Dayak di Kalimantan Barat dapat dibagi menjadi 4 besar bedasarkan bahasa dan ciri kultural dari gerak tarinya yakni (Kantor Penelitian Pengembangan dan Informatika Pemkab Kapuas Hulu, 2007) yaitu:

(40)

24

 Ribunic/Jangkang

 Tamanic/Taman

 Iban/Ibanic: Dayak Iban dan sub-sub kecil lainnya, Mualang, Ketungau, Kantuk, Sebaruk, Banyur, Tabun, Bugau, Undup, Saribas, Desa, Seberuang, dan sebagainya. Wilayah penyebarannya di Kabupaten Sambas (perbatasan), Kabupaten Sanggau/Malenggang dan sekitarnya (perbatasan) Kabupaten Sekadau (Belitang Hilir, Tengah, Hulu) Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Serawak, Sabah dan Brunai Darusalam.

Di Kalimantan Barat, orang Iban merupakan minoritas kecil terutama yang berada di lima kecamatan sepanjang perbatasan Kalimantan Barat. Populasi Dayak Iban yang tinggal di Kalimantan Barat ¼ dari jumlah populasi penduduk Serawak yaitu ±600.000. Sejumlah kecil orang Iban tinggal di Sabah (Malaysia) dan Bruney Darussalam serta di sepanjang perbatasan Kalimantan Barat (±14.000). Suku Dayak Iban yang tinggal di Indonesia mayoritas merupakan keturunan campuran dari Indonesia dan Serawak yang tinggal di daerah Batu Lintang dan Sriaman. Adanya ketentuan tata batas negara, maka Suku Dayak Iban yang terpisah tersebut tidak dapat keluar-masuk tanpa ada izin yang jelas. Namun karena mereka masih merupakan bagian dari keluarga besar Suku Dayak Iban yang ada di Serawak, mereka diizinkan masuk tanpa menggunakan pasport namun menggunakan kartu khusus yang disebut kartu biru.

Secara historis, masyarakat Iban dikenal atas kehebatannya menjelajah dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya dengan hidup yang sengsara dan susah tanpa adanya kemewahan. Hal tersebut menggambarkan bahwa kegiatan tersebut merupakan suatu tradisi penting dimana seorang pemuda Iban akan melakukan perjalanan jauh atau merantau untuk mencari peruntungan dan membangun yang disebut dengan bejalai (Ariani et al. 2008). Tujuannya adalah membuka hutan baru untuk lahan pertanian. Pada mulanya, orang Iban tinggal di dalam hutan yang kaya akan biodiveritas tinggi (dayak darat), namun tempat tersebut ditinggali oleh musuh yang mencari makan dan membunuh siapa saja yang ditemui. Suku Dayak Iban tidak mau tinggal dan menetap di pinggir sungai (hamparan dan dataran rendah), namun tinggal di bukit dan tepi jurang (400-500 meter dari sungai). Kemudia orang Iban yang tinggal di tepi sungai dan pantai (Dayak laut) juga sering terkena bencana alam berupa angin kencang karena cuaca buruk dan mudah diserang oleh musuh. Dengan kondisi yang demikian, orang Iban pindah ke bukit di Serawak (Jimbin 1972 dalam Ngui Sing Yee 1999). Pada akhirnya, orang Iban menjadi warga negara di Serawak dan menjadi etnis yang berpengaruh di sana sedangkan sebagian orang Iban masih berada di Kalimantan (perbatasan Indonesia Serawak).

(41)

untuk menghabisi musuh sehingga daerah yang ditinggalinya dapat dikuasai oleh Suku Dayak Iban sebagai wilayah tempat tinggalnya yang baru.

Awal mulanya Suku Dayak Iban ini merupakan pengumpul dan peramu yaitu mengambil dan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di dalam hutan, diolah menjadi berbagai kebutuhan hidup seperti pakaian, alat-alat rumah tangga, kerajinan tangan, pangan, papan dan lain sebagainya. Suku Dayak Iban ini melakukan kegiatan berburu satwaliar untuk memenuhi kebutuhan pangan yang dilakukan sendiri atau berkelompok pada waktu tertentu. Perburuan dilakukan di ladang, tembawang atau tempat lainnya menggunakan alat tradisional yang dibuat sendiri menggunakan bahan yang tersedia di alam. Alat-alat yang digunakan yaitu batu halus, sumpit (Singarimbun 1996), mandau, jerat, dibantu oleh anjing serta jala/bubu/panah untuk menangkap ikan.

Setelah orang Dayak Iban mulai dapat membudidayakan tanaman hutan dan mendomestikasi satwaliar menjadi hewan peliharaan, masyarakat mulai menetap dan membangun rumah. Suku Dayak Iban ini tinggal di daerah dataran tinggi, lahan kering dan perbukitan dengan mata pencaharian mayoritas bertani dengan sistem pertanian tradisional ladang gulir balik atau dikenal dengan perladangan berpindah (Ngo 1999). Kegiatan perladangan berpindah ini sudah dilakukan oleh nenek moyang hingga saat ini. Perladangan berpindah merupakan perpindahan lokasi penanaman padi kering sebagai tanaman utama dan tanaman pangan lainnya ke lahan lainnya akibat faktor ketidaksuburan tanah dengan masa pakai maksimal 3 tahun dan masa tunggu >20 tahun. Ladang tersebut merupakan tanah pribadi yang diberikan secara turun temurun dari nenek moyangnya (warisan keluarga) dengan luas yang berbeda-beda. Setiap kepala keluarga biasanya memiliki lebih dari 5 ladang padi yang tersebar acak di wilayah desa/dusun tempat tinggalnya, biasanya berada di bukit atau sekitar hutan dengan jarak yang cukup jauh dari rumah panjang. Kegiatan perladangan berpindah ini meliputi buka/tebas lahan, tanam padi, pemeliharaan padi, penyemprotan padi, panen padi, injak padi, menjemur padi dan pesta panen padi yang disebut Gawai.

(a) (b) (c)

Gambar 7 Tradisi dalam pemanfaatan sumberdaya alam: (a) pemanenan lada di kebun, (b) hasil tangkapan ikan di sungai, (c) tembawang

Rumah Panjang

Gambar

Tabel 3 Alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT
Tabel 4 Penduduk Desa Sungai Mawang
Tabel 6 Pendidikan terakhir masyarakat Desa Sungai Mawang
Tabel 8 Penghasilan perorangan atau keluarga rata-rata per bulan atau per tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian bahwa berdasarkan hasil analisis partisipasi masyarakat dalam program PNPM Mandiri Perdesaan melalui kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di desa

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik uji t untuk hipotesis pertama dan teknik regresi non linear untuk hipotesis kedua, dan

Hasil perhitungan turun tegangan dan rugi-rugi daya dari panel utama ke panel PP-SUM (pompa dan basement). Dan turun tegangan pada penghantar 2 Volt dalam

Dalam upaya untuk membuat daftar faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas sapi Bali di NTT, mungkin pada akhirnya hanya sampai pada keyakinan bahwa faktor

Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagai bukti pemenuhan syarat calon Presiden/Wakil Presiden *), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf

Terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan materi antara model pembelajaran konvensional yang menggunakan modul dengan penerapan model inquiry tantangan

Kompo- nen hasil yang memiliki korelasi nyata terha- dap hasil adalah jumlah cabang, jumlah po- long, berat polong, dan umur berbunga, se- dangkan yang