Copyright © 2016
bandi.staff.fe.uns.ac.id.
S
e
s
i
2
S
e
s
i
Lingkup Keuangan Negara,
2. Memahamkan Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara, Pembagian Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara
3. Memahamkan pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Peran APBN terhadap Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi 4. Memahamkan Struktur Utama APBN dan Asumsi, Faktor-faktor Penentu
APBN
5. Memahamkan Dasar Hukum APBN, Format dan Postur APBN 6. Memahamkan RPJP
SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA-Siklus
SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA-Siklus
MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA
MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA
MKN meliputi antara lain:
1.
Sistem Administrasi Keuangan Negara (SAKN)
2.
Sistem Penganggaran
• UU 17/ 2003: Keuangan Negara
• UU15/ 2004: Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
• UU25/ 2004: Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional membagi dokumen perencanaan pembangunan nasional
• UU 33/2004: Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
• PP 20/2005: Rencana Kerja
• PP 21/2005: Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara Lembaga
• PP 24/2005: Standar Akuntansi Pemerintahan
• PP 06/2006: Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
• PP 08/2006: Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
Keuangan Negara (UU
17/ 2003 tentang Keuangan
Negara, ps 1 dan 2)
• adalah semua hak dan kewajiban negara
• yang dapat dinilai dengan uang,
• serta segala sesuatu baik berupa uang/ barang
• yang dapat dijadikan milik negara
• berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Keuangan Negara meliputi:
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan negara dan penerimaan daerah; d. Pengeluaran negara dan pengeluaran daerah;
e. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
g. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
• Pengelolaan keuangan negara (psl 3) yaitu, keuangan negara dikelola secara
• tertib,
• taat pada peraturan perundang-undangan,
• efisien,
• ekonomis,
• efektif,
• transparan, dan
• bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
• Pengelolaan mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan,
penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Ruang Lingkup Keuangan Negara
• Perumusan keuangan negara dapat ditinjau melalui sisi :
• obyek,
• subyek,
• proses dan
• tujuan.
• sisi obyek -- keuangan negara meliputi
• semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
• termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan,
Ruang Lingkup Keuangan Negara--
Sisi subyek
•
keuangan negara meliputi keseluruhan pelaku
• yang terkait dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas
• yang dimiliki negara,
• dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada
Ruang Lingkup Keuangan Negara--
Sisi
proses,
• seluruh rangkaian kegiatan
• yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas
Ruang Lingkup Keuangan Negara--Sisi tujuan,
• seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum
• yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas
• Penyelenggaraan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang, akan menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.
• perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.
• Kekuasaan pengelolaan keuangan negara diatur dalam bab II UU 17/2003 psl 6 ayat (1):
• Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
• kekuasaan tersebut meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus.
Kekuasaan keuangan meliputi
• kewenangan bersifat umum dan
Kewenangan--umum meliputi:
•
penetapan arah,
•
kebijakan umum,
•
strategi, dan
•
prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain
• penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN,
• penetapan pedoman penyusunan rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga (K/L),
• penetapan gaji dan tunjangan, serta
• pedoman pengelolaan penerimaan negara.
Kewenangan-- khusus meliputi:
•
keputusan/ kebijakan teknis yang berkaitan dengan
pengelolaan APBN,
•
antara lain
• keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN,
• keputusan rincian APBN,
• keputusan dana perimbangan, dan
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
;
Pendelegasian Kewenangan dalam Pelaksanaan AnggaranPresiden (sebagai CEO)
Kepala KPPN
(se laku Kuasa CFO) Ke pala Kantor
(se laku Kuasa COO)
M e nteri Ke uangan (se bagai CFO) M e nteri Te knis
(se bagai COO)
Pendelegasian kew enangan pelaksanaan program
Comptabel beheer
Menteri Teknis
Menteri Keuangan
.
PENGUJIAN
M e nt e ri Te k nis
Se la k u Pe ngguna Anggaran
PEMBUATAN
Laporan Kuangan dikonsolidasikan oleh Menkeu, dan diaudit oleh BPK, dan dilaporkan kepada DPR
JADWAL PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN
JADWAL PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN
Penguasaan Pengelolaan Keuangan Negara
Penguasaan Pengelolaan Keuangan Negara
Kekuasaan Keuangan Negara oleh Presiden
dikuasakan:
1. Menteri Keuangan
Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan
2. Menteri/Pimpinan Lembaga
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
3. Gubernur/bupati/walikota
Kepada MenKeu:
• sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan
• pada hakekatnya berperan sebagai Chief Financial of Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia.
Kepada MenKeu:
Dalam pengelolaan fiskal, mempunyai tugas sebagai berikut (a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, (b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN, (c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran,
(d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan,
(e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang- undang,
(f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara,
(g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN,
(h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.
Kepada MenKeu:
Dalam pengelolaan fiskal, dan Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi
• pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro,
• penganggaran,
• administrasi perpajakan,
• administrasi kepabeanan,
• perbendaharaan, dan
• pengawasan keuangan.
Kepada Menteri/Pimpinan Lembaga
• selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
• Setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief of Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan,
Kepada Menteri/Pimpinan Lembaga, Sebagai
Chief of
Operational Officer (COO), tugas:
(a) menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, (b) menyusun dokumen pelaksanaan anggaran,
(c) melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya, (d) melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan
menyetorkannya ke kas negara,
(e) mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya,
(f) mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya,
(g) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya,
Kepada Gubernur/bupati/walikota
• selaku kepala pemerintahan daerah • untuk mengelola keuangan daerah dan
• mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Kepada Gubernur/bupati/walikota
• Sesuai asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah diatur sebagai berikut:
a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD
Kepada Gubernur/bupati/walikota
asas desentralisasi--kekuasaan pengelolaan keuangan daerah:a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dengan tugas:
- menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD; - menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; - melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
- melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
- menyusun laporan keuangan yang merupakan per-tanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Kepada Gubernur/bupati/walikota
asas desentralisasi--kekuasaan pengelolaan keuangan daerah:b. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah, dengan tugas:
- menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; - menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
- melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; - melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
- mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
- mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
• UUD 1945 psl 18A ayat (2)
• hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
• Hubungan Keuangan Pemerintah pusat diatur dalam bab V
dan VI UU 17/ 2003 tentang Keuangan Negara
Hubungan Keuangan: Pemerintah Pusat Dan Bank Sentral, Pemerintah
Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara/Daerah, Perusahaan Swasta serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
Hubungan Keuangan: Pemerintah Pusat Dan Bank Sentral, Pemerintah
Hubungan Keuangan Pemerintah pusat diatur dalam bab V dan
VI UU 17/ 2003 tentang Keuangan Negara
a. Pemerintah Pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter;
b. Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerah;
c. Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah, Lembaga Asing atau sebaliknya (dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat);
d. Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman kepada/menerima pinjaman dari daerah lain (dengan persetujuan DPRD);
Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara/Daerah, Perusahaan Swasta serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
Hubungan Keuangan Pemerintah pusat diatur dalam bab V dan
VI UU 17/ 2003 tentang Keuangan Negara
e. Pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/ penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah yang terlebih dahulu harus ditetapkan dalam APBN/APBD;
f. Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan negara;
g. Gubernur/bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan daerah;
h. Pemerintah Pusat dapat melakukan penjualan dan/atau privatisasi perusahaan negara setelah mendapat persetujuan DPR;
i. Pemerintah Daerah dapat melakukan penjualan dan/atau privatisasi perusahaan daerah setelah mendapat persetujuan DPRD;
Hubungan Keuangan: Pemerintah Pusat Dan Bank Sentral, Pemerintah
Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara/Daerah, Perusahaan Swasta serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
Hubungan Keuangan: Pemerintah Pusat Dan Bank Sentral, Pemerintah
Hubungan Keuangan Pemerintah pusat diatur dalam bab V dan
VI UU 17/ 2003 tentang Keuangan Negara
j. Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan perekonomian nasional, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan modal
kepada perusahaan swasta setelah mendapat persetujuan DPR;
k. Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Pusat; l. Gubernur/bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada badan
pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Daerah.
Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara/Daerah, Perusahaan Swasta serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
• APBN adalah undang-undang, sehingga merupakan kesepakatan antara Pemerintah dan DPR,
• pasal 23 UUD 1945: APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
• APBN ditetapkan setiap tahun dengan UU
• dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab • untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
• UU 17/ 2003 pasal 1, APBN
• adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
• yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
• Pemerintah menyusun APBN setiap tahun
• dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan
• untuk mencapai tujuan bernegara.
• APBN tersebut harus dikelola secara tertib dan bertanggung jawab
• sesuai kaidah umum praktik penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik.
Kebijakan fiskal
• adalah salah satu perangkat kebijakan ekonomi makro dan
• merupakan kebijakan utama pemerintah yang diimplementasikan melalui APBN.
• memiliki peran yang penting dan sangat strategis dalam mempengaruhi perekonomian, terutama dalam upaya mencapai target-target
pembangunan nasional.
Kebijakan fiskal
• Perannya terkait dengan tiga fungsi utama pemerintah, yaitu 1. fungsi alokasi,
2. fungsi distribusi, dan 3. fungsi stabilisasi.
• APBN harus didesain sesuai tiga fungsi tersebut,
• untuk mendukung penciptaan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas.
Dalam penjelasan UUU 17/ 2003: fungsi alokasi
• mengandung arti bahwa anggaran negara
• harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
• meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian;
APBN: fungsi alokasi & distribusi
• berkaitan dengan intervensi Pemerintah terhadap perekonomian dalam mengalokasikan sumber daya ekonominya,
• sedangkan fungsi distribusi berkaitan dengan pendistribusian barang-barang yang diproduksi oleh masyarakat.
APBN: fungsi alokasi & distribusi
• Peran penting kebijakan fiskal dalam redistribusi dan alokasi anggaran pemerintah antara lain
• adalah penanggulangan kemiskinan, dan
• peningkatan kesejahteraan rakyat.
• kebijakan fiskal dapat dipergunakan untuk mempengaruhi sektor-sektor ekonomi atau kegiatan tertentu,
• untuk menyeimbangkan pertumbuhan pendapatan antarsektor ekonomi, antar daerah, atau antargolongan pendapatan.
• Peran kebijakan fiskal juga penting dalam menanggulangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam, wabah penyakit, dan konflik sosial.
Dalam penjelasan UUU 17/ 2003: fungsi distribusi
• mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara
• harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
Dalam penjelasan UUU 17/ 2003: fungsi stabilisasi
• mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
• untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental ekonomi.
APBN: fungsi stabilisasi
• berkaitan dengan upaya menjaga stabilitas dan akselerasi kinerja ekonomi,
• sehingga perekonomian tetap pada kesempatan kerja penuh (full employment) dengan harga yang stabil.
• Fungsi stabilisasi yang ditujukan untuk meminimalisir volatilitas atau fluktuasi dalam perekonomian,
• merupakan esensi utama kebijakan APBN.
• Dengan peran stabilisasinya, kebijakan fiskal dipandang sebagai salah satu alat yang efektif untuk memperkecil siklus bisnis.
APBN: fungsi stabilisasi
• Sejarah kebijakan fiskal Indonesia menunjukkan bukti tersebut
• selama periode krisis ekonomi 1997/1998, dan krisis 2009.
• Kebijakan ekspansif fiskal melalui pengalokasian stimulus fiskal pada tahun 2009
• mampu menahan ekonomi Indonesia dari dampak krisis,
• bahkan mampu membuat ekonomi tumbuh positif di tengah kondisi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia.
• Stabilitas ekonomi terjaga, dan
• kesehatan fiskal dapat diwujudkan.
• hal tersebut dapat diwujudkan tidak semata melalui kebijakan fiskal yang tepat, tetapi didukung oleh kebijakan moneter dan kebijakan lain yang saling bersinergi.
Secara garis besar struktur APBN adalah, (a) Pendapatan Negara dan Hibah,
(b) Belanja Negara,
(c) Keseimbangan Primer, (d) Surplus/Defisit Anggaran, (e) Pembiayaan.
• Asumsi dasar makro ekonomi sangat berpengaruh pada besaran komponen dalam struktur APBN.
Asumsi dasar tersebut adalah (a) pertumbuhan ekonomi, (b) inflasi,
(c) tingkat bunga SPN 3 bulan,
(d) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, (e) harga minyak dan
(f) produksi/lifting minyak atau (g) lifting gas.
• Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-account.
• Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-account.
• Dalam beberapa hal, isi dari I-account sering disebut postur APBN.
• Penjelasan lebih lanjut mengenai komponen dalam struktur APBN terdapat pada poin yang membahas mengenai postur APBN.
Gambar Tabel berikut (1.1) menunjukkan I-Account ringkas APBN dan APBN-P disertai besaran asumsi dasar ekonomi makro
• yang dipakai sebagai dasar.
• Dari tabel dapat dilihat pengaruh perubahan asumsi dasar ekonomi makro terhadap perubahan angka dari APBN menjadi APBN-P.
,
• UUD 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi dalam struktur perundang-undangan di Indonesia.
• Pengaturan keuangan negara didasarkan pada undang-undang ini,
Dasar hukum APBN adalah
• UUD 1945 Amandemen IV pasal 23 mengatur APBN,
• UU 17/ 2003 tentang Keuangan Negara
• UU 27/ 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3)
• PP 90/ 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga sebagai pengganti PP nomor 21 tahun 2004 tentang hal yang sama
Bab VIII UUD 1945 Amandemen IV pasal 23 mengatur APBN, pasal 23:
• ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah . Berdasarkan hal tersebut maka Pemerintah bersama-sama DPR menyusun Rancangan
Undang-Undang APBN untuk nantinya ditetapkan, sehingga akan menjadi dasar bagi Pemerintah dalam mengelola APBN dan bagi DPR sebagai alat
Bab VIII UUD 1945 Amandemen IV pasal 23 mengatur APBN, pasal 23:
• ayat (3): Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu .
PP 90/ 2010 (lihat yang lebih baru), mngatur:
• Pertama: pendekatan dan dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L),
PP 90/ 2010 (lihat yang lebih baru), mngatur: Pertama: pendekatan dan dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L),
• penyusunan RKA-K/L tersebut disusun untuk setiap Bagian Anggaran,
• Penyusunan RKA-K/L menggunakan pendekatan a) kerangka pengeluaran jangka menengah, b) Penganggaran terpadu, dan
c) penganggaran berbasis kinerja.
• Selain itu RKA-K/L juga disusun menurut klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja, serta menggunakan instrumen
a) indikator kinerja, b) standar biaya, c) evaluasi kinerja.
PP 90/ 2010 (lihat yang lebih baru), Kedua: mengatur tentang proses
penyusunan RKA-K/L dan penggunaannya dalam penyusunan rancangan APBN.
• Proses penyusunan RKA-K/L pada dasarnya mengatur tentang proses
• yang dimulai dari penetapan arah kebijakan oleh Presiden dan prioritas pembangunan nasional
• sampai dengan tersusunnya RKA-K/L,
• serta peranan dari Kementerian Perencanaan, Kementerian Keuangan dan Kementerian Negara/Lembaga lainnya.
• RKA-K/L yang telah disusun tersebut digunakan sebagai bahan
• penyusunan nota keuangan,
• Rancangan APBN,
Format APBN
• Sebelum tahun 2000: format T-account
• Sejak APBN tahun 2000:, format I-account menggantikan format T-account.
Format APBN : T-account vs I-account
Format
T-account
,
• pencantuman untuk penerimaan berada di sebelah kiri dan belanja di sebelah kanan serta menggunakan prinsip berimbang dan dinamis.
Format
I-account
• pencantuman pendapatan dan belanja berada pada satu kolom,
• sehingga dapat terlihat besaran surplus/ defisit
• yang didapat dari besaran pendapatan negara dikurangi besaran belanja negara.
• jika terdapat defisit maka besaran pembiayaan untuk menutupinya pun dapat dilihat dalam format I-account.
Format T-account, vs Format I-account
Format
T-account
Format
I-account
• penerimaan berada di sebelah kiri dan belanja di sebelah kanan
• pendapatan dan belanja berada pada satu kolom
• menggunakan prinsip berimbang dan dinamis
• besaran surplus/ defisit , besaran pendapatan dikurangi belanja negara
• pinjaman proyek bersifat in-out, masuk dalam penerimaan negara (penerimaan pembangunan) dan masuk dalam pengeluaran negara (pengeluaran pembangunan)
Format T-account, vs Format I-account
Format dan Postur APBN
Format
T-account
Format
I-account
• pembayaran bunga dan cicilan utang dijadikan satu dalam pengeluaran rutin
• pembayaran bunga utang dan cicilan utang terpisah, yaitu pembayaran bunga utang termasuk pengeluaran rutin, pembayaran utang/ pembayaran cicilan pokok termasuk dalam
pembiayaan anggaran
• untuk tahun yang sama jumlah
penerimaan maupun pengeluaran pada APBN format T-account berbeda
dengan APBN format I-account, namun secara kumulatif sama
• untuk tahun yang sama jumlah
penerimaan maupun pengeluaran pada APBN format T-account berbeda
Format I-account
• Keuntungan penggunaan format I-account:
• meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN,
• mempermudah pemantauan dalam pelaksanaan pengelolaan APBN,
• karena disesuaikan dengan Government Finance Statistic (GFS), yang merupakan standar internasional, maka memudahkan dalam analisa komparasi dengan APBN pada negara-negara lain, serta
• memudahkan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
•
Sejak 2005, dengan UU 17/ 2003, pemerintah mulai
menjalankan format Belanja Negara (khususnya
Pemerintah Pusat) yang mengacu kepada kaidah-kaidah
yang berlaku secara internasional.
•
Sebelumnya, pemerintah menggunakan anggaran dual
budgeting
• di mana dipisahkan antara Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan.
Pemisahan antara Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan tujuannya
• adalah untuk menekankan pentingnya pembangunan,
• Kelemahan pemisahan dalam pelaksanaannya:
(1) kurang jelasnya pemisahan antara belanja rutin dan belanja pembangunan yang menyebabkan terjadinya duplikasi belanja;
(2) kurang efisien dalam penyusunan belanja karena untuk satu jenis belanja terdapat akun untuk belanja rutin dan akun untuk belanja
pembangunan; dan juga kesulitan dalam mengaitkan output/outcome dengan penganggaran organisasi (untuk belanja pembangunan),
mengingat proyek sifatnya sementara dan keberlanjutan tanggung jawab atas asset serta kewajiban dari suatu proyek yang sudah selesai masih
• Maka mulai tahun 2005 digunakan unified budgeting ,
• tidak ada lagi pemisahan antara belanja rutin dan belanja pembangunan.
• Belanja Pemerintah Pusat terdiri atas 8 jenis belanja, yaitu: 1. Belanja Pegawai,
2. Belanja Barang, 3. Belanja Modal,
4. Pembayaran Bunga Utang, 5. Subsidi,
6. Belanja Hibah,
7. Bantuan Sosial dan 8. Belanja Lain-lain.
• Beberapa perubahan dalam belanja yang cukup signifikan
Beberapa perubahan dalam belanja yang cukup signifikan:
• gaji/upah proyek yang sebelumnya merupakan belanja pembangunan maka diklasifikasikan sebagai Belanja Pegawai;
• Pengeluaran Pembangunan diklasifikasikan lagi menjadi
• Belanja Pegawai,
• Belanja Barang,
• Belanja Modal, dan
• Belanja Lain-lain sesuai dengan belanjanya;
• belanja-belanja yang sifatnya mengandung nama lain-lain dan tersebar pada hampir semua pos belanja diklasifikasikan sebagai Belanja Lain-lain.
• Perubahan-perubahan untuk peningkatan efisiensi anggaran dengan tidak adanya lagi belanja yang tumpang tindih (duplikasi belanja).
• Konversi
Postur APBN
• Penyusunan postur APBN dimulai dari pemerintah menetapkan
parameter/ asumsi dasar makro ekonomi, yang terdiri atas enam (6) parameter yaitu:
(i) pertumbuhan ekonomi (%); (ii) Tingkat inflasi (% yoy);
(iii) Nilai tukar atau kurs US$ terhadap Rupiah (Rp/US$); (iv) Tingkat suku bunga (SPN 3 bulan);
Postur APBN
• Setelah ditetapkannya asumsi dasar makro ekonomi, diproyeksikan besaran komponen-komponen lainnya yang merupakan postur APBN, yang terbagi atas tiga (3) kelompok besar:
(i) Pendapatan Negara dan Hibah; (ii) Belanja Negara; dan
(iii) Pembiayaan.
• Besaran komponen-komponen disesuaikan dengan kebijakan umum pemerintah dalam pengelolaan APBN,
• apakah bersifat balanced budget (besaran Pendapatan Negara dan Hibah sama dengan besaran Belanja Negara atau zero deficit) ataukah
• ekspansif (besaran Belanja Negara lebih besar dari pada besaran Pendapatan Negara dan Hibah atau defisit).
Keuangan Negara (UU 17/ 2003):
(a) Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara, (b) Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara,
(c) Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih,
(d) Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih,
(e) Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
Tiga kelompok besar komponen postur APBN:
1. Pendapatan Negara dan Hibah
2. Belanja Negara
3. Pembiayaan
Postur APBN: 2. Belanja
UU 27/ 2009 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pasal
69 ayat (1),
•
DPR mempunyai fungsi:
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan
UU 17/ 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025
a. perubahan UUD 1945 mengakibatkan perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu dengan tidak dibuatnya GBHN sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional
b. Indonesia memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh
yang akan dilakukan secara bertahap
c. Pasal 13 ayat (1) UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan RPJP Nasional yang ditetapkan dengan UU
1. RPJP Nasional Th 2005 2025: dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 -2025
2. RPJP Daerah Th 2005 2025: dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005- 2025.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, RPJM Nasional: adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahunan,
yaitu
• RPJM Nasional I Tahun 2005-2009,
• RPJM Nasional II Tahun 2010-2014,
• RPJM Nasional III Tahun 2015-2019, dan
• RPJM Nasional IV Tahun 2020-2024,
RPJM
Renstra KL Renja - KL
Renstra
Diserasikan melalui Musrenbang