• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE MENGELILINGI NARASUMBER (CIRCLE THE SAGE) PADA SISWA KELAS III MI NADLATUL ULAMA SUMOKALI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE MENGELILINGI NARASUMBER (CIRCLE THE SAGE) PADA SISWA KELAS III MI NADLATUL ULAMA SUMOKALI SIDOARJO."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SUMOKALI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

Risalul Ummah

NIM. D07212033

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Risalul Ummah, NIM D07212033, tahun 2016. “

Peningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Operasi Hitung Pecahan Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui

Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The Sage)

Pada Siswa Kelas III MI Nadlatul

Ulama Sumokali Sidoarjo”.

Hasil wawancara awal dengan guru matematika kelas III MI Nadlatul Ulama Sumokali

Sidoarjo, mata pelajaran matematiaka merupakan mata pelajaran yang paling sulit daripada

mata pelajaran yang lain, guru masih mengunakan metode pembelajaran konvesional yakni

ceramah pada materi pecahan. Sehingga siswa pasif, kurang aktif dalam proses

pembelajaran matematika materi pecahan. Sehingga kemampuan siswa dalam

menyelesaikan operasi hitung pecahan masih rendah. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil

banyaknya siswa yang belum mencapi KKM 75. Salah satu alternatif yang digunakan dalam

mengatasi rendahnya hasil kemampuan siswa mengunakan metode

circle the sage.

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian

tindakan kelas ini adalah: 1) Bagaimana penerapan metode

circle the sage

pada mata

pelajaran matematika siswa kelas III MI Nadlatul Ulama Sumokali Sidoarjo?. 2) Bagaimana

peningkatan kemampuan menyelesaikan operasi hitung pecahan pada mata pelajaran

matematika melalui metode

circle the sage

pada siswa kelas III MI Nadlatul Ulama

Sumokali Sidoarjo?.

Penelitian mengunakan metode

circle the sage

sebagai alternatif pemecahan masalah

di penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian mengunakan data kualitatif dan kuantitaf

untuk mengetahui peningkatan hasil kemampuan mnyelesaikan operasi hitung pecahan.

Penelitian ini mengunakan model Kurt Lewin dengan dua siklus, yang setiap siklusnya

terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek

dalam penelitian ini ada 35 siswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 17 perempuan.

Pengumpulan data mengunakan wawancara, observasi guru dan siswa, tes dan dokumentasi.

Hasil penelitian dapat disimpulkan, pertama, bahwa penerapan metode

circle the sage

siswa kelas III MI Nadlatul Ulama Sumokali Sidoarjo telah mengalami peningkatan yang

terlihat pada siklus I observasi guru 85 dan siswa 70 sedangkan pada siklus II observasi guru

88 dan siswa 87. Kedua, bahwa peningkatan kemampuan menyelsaikan operasi hitung

pecahan siswa kelas III MI Nadlatul Ulama Sumokali Sidoarjo pada materi pecahan

meningkat. Hal tersebut ini dapat dilihat pada prosentase ketuntasan peeningkatan

kemampuan menyelsaikan operasi hitung pecahan siswa pada siklus I mencapai 55%

dengan rata-rata nilai kelas 73, sedangkan pada siklus II mencapai 79% dengan rata-rata

nilai kelas 80.

(7)

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ...v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR RUMUS ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tindakan yang Dipilih...5

D. Tujuan Penelitian ...5

E.

Lingkup Penelitian ...6

F.

Signifikansi Penelitian ...7

BAB II KAJIAN TEORI ...9

A. Tinjauan Tentang Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung ...9

1. Pengertian Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung ...10

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menyelesaikan

Operasi Hitung...11

3. Langkah-Langkah Menyelesaikan Operasi Hitung...12

4. Indikator Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung ...12

5. Ranah-Ranah Pembelajaran ...14

B. Hakikat Pembelajaran Matematika ...19

1. Pengertian Pembelajaran Matematika ...19

2. Teori-Teori Mengajar Matematika ...21

3. Tujuan Pelajaran Matematika...22

4. Ruang Lingkup Matematika ...23

5. Materi Pecahan ...23

C. Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The Sage)

...25

1. Pengertian Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The Sage)

...25

2. Tujuan Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The Sage)

...26

3. Langkah-Langkah Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The Sage)

...27

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The Sage)

...28

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ...31

A. Metode Penelitian ...31

B. Setting dan Subjek Penelitian...33

(8)

2. Cara Pengumpulannya ...44

3. Instrumen Pengumpulan Data ...46

4. Teknis Analisis Data ...46

F. Indikator Kinerja ...51

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ...52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...55

A. Hasil Penelitian...55

1. Pra Siklus...55

2. Siklus I...59

3. Siklus II ...78

B. Pembahasan ...96

1. Siklus I...96

2. Siklus II ...98

BAB V PENUTUP...106

A. Kesimpulan ...106

B. Saran ...107

DAFTAR PUSTAKA

(9)

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses pembelajaran mendewasakan manusia.

Melalui pendidikan dapat mengubah pola pikir, perilaku, sikap, serta perbuatan

seseorang. Sebagaimana sabda Rosuluallah

1

:

“menuntut ilmu itu diwajibkan atas

tiap orang islam” (HR. Ibnu Barri).

Pendidikan memiliki berbagai ilmu

pengetahuan, salah satunya bidang ilmu pengetahuan umum. Bidang ilmu

pengetahuan umum memiliki banyak mata pelajaran salah satunya mata

pelajaran matematika. Matematika berupa pelajaran yang menekankan pada

pembahasan hitungan yang memiliki keterkaitan dan kepentingan dalam

kehidupan sehari-hari. Pelajaran matematika merupakan objek tujuan abstrak

yang bertumpu pada pola umum (deduktif), maksudnya mata pelajaran

matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek konkret dan ilmu

pasti yang membahas mengenai hitungan dalam kehidupan sehari-hari

2

.

Pentingnya mempelajari matematika untuk menjadi manusia yang lebih

teliti, cermat dan tidak ceroboh dalam bertindak karena semua ada

perhitungannya, serta bertujuan agar siswa dapat memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari serta untuk memenuhi kebutuhan praktis sehari-hari siswa

yang berkaitan dengan hitungan. Menurut

Jean Piaget

, anak-anak berada pada

fase operasional konkret yang memiliki kemampuan untuk mengingat serta

1 Heri Jauhari Mucthar, Fikih Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2012), hlm 1 2

(10)

matematika diberikan kepada anak Madrasah Ibtidaiyah (MI) kelas 1 sampai

kelas 6 karena dianggap sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting

dalam tumbuh kembang pola fikir siswa pada fase oprasional. Namun apabila

proses belajar mengajar tidak bisa menghubungkan pengalaman yang pernah

dilihat dan dialami siswa kedalam kehidupan sehari-hari dengan konsep

matematika maka pengetahuan menjadi tidak bermakna dan juga berpengaruh

pada hasil pembelajaran siswa.

Hal tersebut terjadi pada MI Nadlatul Ulama Sumokali Sidoarjo.

Berdasarkan data hasil wawancara dengan bapak Drs. Fathur selaku guru mata

pelajaran matematika kelas III menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan

belajar pada standar kompetensi memahami pecahan sederhana dan

penggunaannya dalam pemecahan masalah, kompetensi dasarnya adalah

memecahkan masalah berkaitan dengan pecahan sederhana. Kebanyakan siswa

belum mengerti materi pecahan pada penyelesaian operasi hitung pecahan

dengan soal cerita. Dari nilai ulangan harian tersebut terlihat bahwa hanya

sekitar 40% dari 35 siswa dinyatakan tuntas, sedangkan 60% belum tuntas

dengan rata-rata nilai 65

4

.

Hal ini disebabkan oleh pemakaian metode ceramah yang digunakan

pada pengajaran matematika materi pecahan yang hanya mengacu pada buku

paket dan LKS menyebabkan siswa kurang aktif, kurang variatif hingga bosan,

3 Ibid, hlm 1.

(11)

kesulitan pada materi pecahan itu sendiri. Dari faktor itulah siswa tidak memiliki

semangat dalam mengikuti pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada

hasil belajar siswa yang kurang dari memuaskan.

Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas, bahwa kesulitan siswa

dalam melakukan kemampuan menyelesaikan operasi hitung pecahan pada

materi pecahan kelas III di MI Nadlatul Ulama Sumokali Sidoarjo. Oleh karena

itu, diperlukannya metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Peneliti telah melakukan peningkatkan kemampuan

menyelesaikan operasi hitung pecahan dengan mengunakan metode

mengelilingi narasumber

(circle the sage).

Metode ini digunakan untuk

membangun sikap bekerja sama siswa dan saling bertukar informasi serta dapat

menumbuhkan semangat siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Mengelilingi Narasumber

(circle the sage)

merupakan metode yang

variatif dan inovatif pada pembelajaran yang diawali dengan pengecekkan

pemahaman siswa yang kemudian dipilih si bijak yang nantinya menjadi

narasumber teman-tamannya. Kelebihan metode mengelilingi narasumber

(circle the sage)

untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar karena

melakukan diskusi pada metode mengelilingi narasumber

(circle the sage)

sehingga siswa dapat menerapkan kegiatan bertukar informasi bersama

temannya dengan mengelilingi narasumber (si bijak) untuk dapat memecahkan

(12)

menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena mata pelajaran matematika

mata pelajaran yang paling dianggap sulit dari pada mata pelajaran lainnya

sehingga sebagai upaya meningkatkan kemampuan menyelesaikan operasi

hitung pecahan siswa, karena sesuai dengan karakteristik siswa kelas III yang

aktif dan tidak bisa diam, serta diharapkan agar dapat menumbuhkan rasa

semangat siswa dalam belajar matematika pada materi pecahan. Dari latar

belakang di atas maka penelitian ini

mengambil judul “PENINGKATAN

KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA

MATA

PELAJARAN

MATEMATIKA

MELALUI

METODE

MENGELILINGI NARASUMBER

(CIRCLE THE SAGE)

PADA SISWA

KELAS III MI NADLATUL ULAMA SUMOKALI SIDOARJO”.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan

diuraikan speneliti adalah peningkatan kemampuan menyelesaikan operasi

hitung pecahan siswa kelas III MI Nadhatul Ulama Sumokali Sidoarjo. Peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana penerapan metode mengelilingi narasumber

(circle the

sage)

pada mata pelajaran matematika siswa kelas III MI Nadlatul

Ulama Sumokali Sidoarjo?

2.

Bagaimana peningkatan kemampuan menyelesaikan operasi hitung

(13)

Sumokali Sidoarjo?

C.

Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih pemecahan masalah yang dihadapi oleh peneliti

pada siswa kelas III MI Nadlatul Ulama Sumokali Sidoarjo dalam pembelajaran

matematika yaitu meningkatkan kemampuan menyelesaikan operasi hitung

pecahan dengan mengunakan metode mengelilingi narasumber

(circle the

sage)

. Metode mengelilingi narasumber

(circle the sage

) dapat meningkatkan

kemampuan menyelesaikan operasi hitung pecahan, karena siswa dapat belajar

matematika dengan aktif, kritis serta menyenangkan dan tidak hanya

mendengarkan penjelasan dari guru serta dapat berdiskusi dengan teman yang

menjadi narasumber dalam menyelesaikan permasalahan pada materi pecahan,

sehingga

dalam

pembelajaran

lebih

mudah

dalam

menyelesaikan

permasalaahan materi pecahan dan menyenangkan karena dapat belajar dengan

teman sebaya.

D.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat di tentukan tujuan

Penelitian Tindakan Kelas diantaranya, sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui Penerapan metode mengelilingi narasumber

(circle

the sage)

pada mata pelajaran matematika siswa kelas III MI Nadlatul

(14)

hitung pecahan pada mata pelajaran matematika melalui metode

mengelilingi narasumber

(circle the sage)

pada siswa kelas III MI

Nadlatul Ulama Sumokali Sidoarjo.

E.

Lingkup Penelitian

Pada kali ini peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada mata

pelajaran matematika kelas III di MI Nadlatul ulama Sumokali Sidoarjo dengan

1.

Penelitian

ini

membahas

mengenai

peningkatan

kemampuan

menyelesaikan operasi hitung pecahan mata pelajaran matematika materi

pecahan pada siswa kelas III MI Nadlatul Ulama Sumokali Sidoarjo.

2.

Penelitian ini membahas materi pecahan kelas III MI Nadlatul Ulama

Sumokali Sidoarjo, pada Standar kompetensi: 3. Memahami pecahan

sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah dan kompetensi

dasar: 3.3 memecahkan masalah berkaitan dengan pecahan sederhana

dengan Indikator:

3.3.1 mengidentifikasi unsur-unsur soal cerita.

3.3.2 menghitung operasi hitung pecahan.

3.3.3 menyelesaikan operasi hitung pecahan.

3. Subyek peneliti ini hanya dikenakan pada siswa kelas III MI Nadlatul

Ulama Sumokali Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 35 yang

terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

4. Peneliti ini mengunakan instrumen soal-soal tes tulis yang mengarah pada

(15)

penerapan metode mengelilingi narasumber

(circle the sage)

berlangsung.

F.

Signifikasi Penelitian

Jika hasil tujuan penelitian tindakan dapat dicapai, maka peneliti

mengharapkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dapat bermanfaat

Manfaat secara umum:

1.

Dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan operasi hitung

pecahan siswa pada dengan materi pecahan melalui metode

mengelilingi narasumber

(circle the sage)

.

2.

Dapat meningkatkan pemahaman serta wawasan peneliti dalam

membuat karya ilmiah.

Manfaat secara spesifik:

1.

Sekolah

Dapat memberikan kontribusi dalam hal meningkatkan mutu tenaga

pendidik, dan siswa.

2.

Guru

a.

Dapat memberikan kontribusi dalam hal inovasi atau variasi metode

di dalam proses pembelajaran.

b.

Dapat memberikan masukan kepada tenaga pendidik untuk

melakukan penelitian tindakan kelas serta untuk meningkatkan

kemampuan menyelesaikan operasi hitung pecahan siswa.

(16)

pecahan, serta meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung.

b.

Dapat menghilangkan kejenuhan, kebosanan dalam proses KBM

berlangsung.

c.

Dapat

sebagai

wadah

dalam

meningkatkan

kemampuan

menyelesaikan masalah operasi hitung pecahan siswa.

4.

Peneliti

Dapat dijadikan sebagai pengalaman, masukan, refleksi peneliti

ketika menjadi tenaga pendidik dan untuk melakukan penelitian

(17)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Tinjauan Tentang Kemammpuan Menyelesaikan Operasi Hitung

1.

Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata

dasar “

mampu

yang berarti kuasa. Kemampuan mendapat imbuhan

ke-an

sehingga arti kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, seseorang

dalam malakukan suatu usaha untuk dirinya sendiri yang menjadi

tanggung jawabnya

5

. Kemampuan yang berkaitan dengan usaha salah

satunya usaha dalam meningkatkan kemampuan, dan meningkatkan

kemampuan menyelesaikan operasi hitung pada mata pelajaran

matematika. Jika seseorang dapat melakukan operasi hitung dengan

cekatan dikatakan mampu dalam menyelesaikan masalah hitungan.

Operasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan

pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan

6

. Sedangkan menurut

Kamus Bahasa Indonesia “Hitung” berarti perihal membilang,

menjumlahkan, mengurangi, menambah, memperbanyak, mengalihkan

7

.

Jadi, Menyelesaikan operasi hitung adalah kecakapan siswa dalam

melakukan usaha menyelesaikan rencana yang dikembangkan dalam

menghitung matematika terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dicari

5

Depatemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm 1386.

(18)

penyelesaiannya dengan mengunakan unsur-unsur kalimat matematika

yang memuat bilangan operasi hitung.

2.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menyelesaikan

Operasi Hitung

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah

matematika diantaranya:

a.

Kemampuan memahami ruang lingkup masalah dan mencari informasi

yang relevan untuk mencapai solusi.

b.

Kemampuan dalam memilih pendekatan pemecahan atau strategi

pemecahan masalah yang mana kemampuan ini dipengaruhi oleh

keterampilan siswa dalam mempresentasikan masalah struktur

pengetahuan siswa.

c.

Keterampilan berpikir dan bernalar siswa yaitu kemampuan berpikir

yang fleksibel dan objektif.

d.

Kemampuan metakognitif atau kemampuan untuk melakukan

monitoring dan control selama proses memecahkan masalah.

e.

Persepsi tentang matematika.

f.

Sikap siswa, mencakup kepercayaan diri, tekad,

kesungguhan-sungguhan dan ketekunan siswa dalam mencari pemecahan masalah.

g.

Latihan-latihan

8

.

8 Herty Indah A., Peningkatan Kemamuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Melalui Model

(19)

Demikian

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kemampuan

memecahakan masalah matematika oleh siswa dan nantinya memilki

dampak besar dalam keberhasilan siswa mengerjakan soal matematika.

3.

Langkah-Langkah Menyelesaikan Operasi Hitung Pecahan

Dalam menyelesaikan operasi hitung pecahan harus berfikir agar

mampu menyelesaikan soal operasi hitung pecahan. Rumus dan teori

dalam matematika tidak dapat langsung digunakan, karena penyelesaian

masalah yang satu dengan yang lainnya tidak selalu sama dalam

penyelesainnya. Menurut Polya dalam buku Matematika Untuk SD,

langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut

9

:

a.

Pemahaman terhadap masalah, dengan cara mengerti masalah dan

memahami masalah dengan cara:

1)

Masalah atau soal harus dibaca secara berulang-ulang agar dapat

memahami maksud dari kalimat matematika pada soal.

2)

Menentukan/ mengidentifikasi apa yang diketahui dari masalah

atau soal.

3)

Menentukan/ mengidentifikasi apa yang ditanyakan/apa yang

dikehendaki dari kalimat matematika pada soal.

b.

Perencanaan

pemecahan

masalah,

maksdunya

dengan

menghubungkan soal dengan rumus yang digunakan dalam

menyelesaikan masalah atau soal. Dalam menyusun perencanaan

pemecahan masalah atau soal dibutuhkan kreativitas dalam

(20)

mengerjakan pemecahan masalah atau soal, antara lain sebagai

berikut:

1)

Menduga

2)

Menyatakan kembali permasalahan dalam bentuk kalimat

matematika

3)

Mengunakan rumus

Dengan demikian langkah-langkah dalam menyelesaikan operasi

hitung pecahan yang bertujuan agar siswa dengan mudah mengerjakan

soal.

4.

Indikator Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung Pecahan

Menurut Suydam dalam Klurik dan Reys sebagaimana dikutip oleh

Sumarmo, mengenai karakteristik siswa dalam menyelesaikan atau

memecahkan masalah matematika, dalam hal ini menyelesaikan operasi

hitung pecahan sebagai berikut:

a.

Mampu memahami konsep dan istilah matematika.

b.

Mampu menggambarkan dan menginterpretasikan fakta yang ada pada

soal.

c.

Mampu mengunakan metode / cara yang tepat.

d.

Mampu menganalisis atau mencerna kalimat matematika soal.

e.

Mampu mengidentifikasi unsur data yang benar dari soal matematika

seperti pada soal cerita mana yang diketahui dan mana yang ditanya.

(21)

g.

Memiliki kepercayaan diri yang kuat disertai hubungan baik dengan

sesama siswa.

h.

Memiliki rasa cemas yang rendah

10

.

Indikator kemampuan meyelesaikan operasi hitung diatas

digunakan untuk mengetahui dan menilai aspek kemampuan siswa dalam

menyelesaikan operasi hitung pecahan selain dari hasil

post test.

Kriteria

keberhasilan dalam menilai aspek indikator kemampuan menyelesaikan

operasi hitung pecahaan dapat dilihat rubrik di bawah ini:

Tabel 2.1

Kriteria penilaian aspek indikator menyelesaikan operasi hitung pecahan

Skor

Kriteria Penilaian

3

(Memuaskan)

a.

Menunujukkan

pemahaman

yang

lebih

terhadap konsep-konsep

b.

Mengunakan

cara

penyelesaian

soal

matematika dengan tepat dan benar

c.

Perhitunganya benar

2

(Cukup Memuaskan

Dengan Sedikit

Kesalahan)

a.

Menunujukkan pemahaman terhadap

konsep-konsep

b.

Mengunakan

cara

penyelesaian

soal

matematika dengan sebagian benar

c.

Perhitunganya sebagian besar benar

1

(Kurang

Memuaskan

Dengan Banyak

Kesalahan)

a.

Menunujukkan

pemahaman

sedikit

pemahaman terhadap konsep-konsep

b.

Mengunakan

cara

penyelesaian

soal

matematika tidak sesuai

c.

Perhitunganya salah atau tidak benar

10
(22)

5.

Ranah-Ranah Pembelajaran

Menurut

Bloom

, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus

dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain

(bidang), yaitu

11

:

a.

Domain kognitif

Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan

dengan kemampuan intelektual dan kemampuan memecahkan masalah.

Domain kognitif menurut

Bloom

terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

12

1)

Pengetahuan (

Knowledge

)

Pengetahuan (

Knowledge

) adalah kemampuan mengingat dan

kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah

dipelajarinya (

recall

). yakni mengetahui tentang hal-hal khusus,

peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

Kemampuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang

paling rendah.

2)

Pemahaman (

comprehension

)

Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek

atau subjek pemblajaran. Kemampuan untuk memahami akan

mungkin terjadi manakala didahului sejumlah pengetahuan

(

Knowledge

). Oleh sebab itu, pemahaman tingkatannya lebih

tinggi daripada pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar

mengingat

fakta,

tetapi

berkenaan

dengan

kemampuan

11

Tim Pengembang MKDP, Kurikulim dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal 48. 12

(23)

menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan

menangkap makna atau arti suatu konsep.

3)

Penerapan (

aplication

)

Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep,

prinsip, prosedur pada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan

merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya

dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini

berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan

pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil,

hukum, konsep, ide dan lain sebagainya ke dalam situasi baru yang

konkret.

4)

Analisis

Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu

bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta

hubungan antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan

pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan

dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan

memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan

kemampuan nalar.

(24)

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian

ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan

tema, rencana atau hubungan abstrak dari berbagai informasi yang

tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisa

mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis adalah

kemampuan menyimpan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu

yang utuh.

6)

Evaluasi

Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain

kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat

penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria

tertentu serta kemampuan untuk memberikan suatu keputusan

dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.

Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan

dikelas atau berupa tes tulis. Ranah kognitif juga dapat diukur

dengan menggunakan portofolio.

b.

Domain afektif

Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi.

Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari

domain kognitif. Domain afektif memiliki lima tingkatan, yaitu

13

:

1)

Penerimaan

13

(25)

Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang

terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang

memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu

manakala mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau

objek yang ada.

2)

Merespons

Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk

menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi,

kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya.

3)

Menghargai

Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian

atau kepercayaan kepada gejala atau objek tertentu.

4)

Mengorganisasi

Tujuan yang berkenaan dengan organisasi ini berkenaan

pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk

hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.

5)

Karakteristik Nilai

Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem

nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang

dibangunnya itu dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan

pedoman bertindak dan berperilaku. Ada beberapa skala yang

digunakan untuk mengukur sikap:

(26)

Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan

diikuti oleh 5 respon yang menunjukkan tingkatan, misal :

SS

: sangat setuju

S

: setuju

TB

: tidak berpendapa

TS

: tidak setuju

STS

: sangat tidak setuju

(b)

Skala Pilihan Ganda

Bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda.

(c)

Skala Thursione

Merupakan suatu instrumen yang jawabannya menunjukkan

tingkatan.

(d)

Skala Guttmctu

Berupa tiga atau empat buah pernyataan yang

masing-masing harus di jawab “ya”atau “tidak”

.

(e)

Smantic Differential

Mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi yaitu baik -

tidak baik, kuat - lemah dan cepat - lambat atau aktif - pasif.

(27)

c.

Domain Psikomotor

Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan

kemampuan keterampilan atau

skill

seseorang. Ada tujuh tingkatan

yang termasuk dalam domain ini

14

:

1)

Persepsi (

perception

)

Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang

sesuatu yang dapat dipermasalahkan.

2)

Kesiapan (

set

)

Kesiapan merupakan berhubungan dengan kesediaan seseorang

untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan

dengan prilaku-prilaku khusus.

3)

Meniru (

imitation

)

Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan

gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.

4)

Membiasakan (

Habitual

)

Membiasakan

merupakan

kemampuan

seseorang

untuk

mempraktikkan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat

contoh.

5)

Menyesuaikan (

Adaptation

)

Menyesuaikan merupakan kemampuan beradaptasi gerakan atau

kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan

kondisi yang sudah ada.

14

(28)

6)

Menciptakan (

Organization

)

Menciptakan merupakan kemampuan seseorang untuk berkreasi

dan mencipta sendiri suatu karya.Tes untuk mengukur aspek

psikomotorik adalah tes yang dilakukan untuk mengukur penampilan

atau perbuatan atau kinerja

(performance)

yang telah dikuasai siswa.

Contoh tes penampilan atau kinerja diantaranya yaitu: a) Tes tertulis,

b) Tes identifikasi, dan c) Tes simulasi.

B.

Hakikat Pembelajaran Matematika

1.

Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan keterpaduan dari dua aktivitas belajar dan

mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis dapat dikatakan lebih

dominan pada siswa, sedangkan mengajar secara metodoligis dapat

dikatakan intruksional yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran adalah

proses interaksi siswa dengan guru pada lingkungan belajar yang

mengunakan sumber belajar

15

. Matematika menurut Russefendi adalah

bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara

induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan strukutur yang terorganisasi

16

.

Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi

secara sistematik dan logis

17

. Hakikat pembelajaran matematika pada

tingkat sekolah dasar adalah kemampuan menghitung dalam proses

15

Ahmad Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sedekolah Dasar, (Jakarta:Kencana Prenadamedia Group,2013), hlm 19

16

Heruman, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: PT Remaja Roesdakarya, 2007), hlm 1 17

(29)

berfikir untuk mengoprasikan logika meskipun masih berhubungan dengan

objek yang bersifat konkret.

Pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar masuk pada fase

konkret yang mana semua objek kajian matematika dihubungkan dalam

kehidupan sehari-hari untuk memecahakan masalah hitungan. Dalam

matematika setiap konsep yang abstrak perlu diberikan penguatan agar

dapat dipahami oleh siswa serta bertahan lama dalam memori ingatan

siswa. Pada pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar harus

terdapat keterkaitan dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.

2.

Teori-Teori Mengajar Matematika

Keberhasilan mengajar matematika tidak terlepas dari persiapan dan

proses mengajar guru, oleh karenannya tenaga pendidik dalam mengajar

matematika harus berupaya untuk mengembangkan minat, motivasi siswa

belajar siswa dengan kata lain teori belajar mengajar harus dipahami. Teori

mengajar matematika menurut Morris Kline dalam bukunya Juju S.

Suriasumantri yang berjudul

Ilmu Dalam Perspektif

bahwa jatuh

bangunnya suatu negara tergantung dari kemajuan ilmu bidang

matematika

18

. Menurut Russefendi dalam bukunya yang berjudul

Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran

Matematika

menyatakan bahwa teori mengajar matematika ada beberapa

antara lain

19

:

a.

Aliran Latihan Mental

(30)

Menyatakan bahwa anak belajar harus diberikan banyak latihan,

karena semakin banyak latihan maka akan semakin baik keras dan kuat

latihannya hasilnya semakin baik.

b.

Teori

Thorndike

Menyatakan bahwa setiap pelajaran harus diperlatihhapalkan dengan

cara stimulus respons berupa hadiah dengan nilai yang baik

(reward)

dan atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa, serta

pendidik juga memberikan jawaban.

c.

Teori

Dewey

Teori

Deway

termasuk aliran pendidikan yang progresif menyatakan

bahwa siswa yang belum “siap” jangan dipaksa belajar, menunggu

hingga siswa siap untuk belajar atau dengan mengatur suasana

pengajaran senyaman, semenarik mungkin hingga siswa tertarik dan

siap untuk belajar.

d.

Aliran Psikologi

“Gestalt” (Wiliam Brownell)

Aliran psikologi

Gestalt

saling mendukung dengan aliran

Thorndike

dan aliran pendidikan progresif

Dewey

bahwa pengajaran

ditekankan pada pengertian belajar, belajar merupakan proses latihan

yang kemudian siswa akan paham mengenai materi yang dipelajari,

yang maksudnya siswa diberikan pengertian, setelah siswa mengerti

maka dilatihhapalkan kemudia siswa dapat belajar bermakna dengan

(31)

e.

Teori

Jean Pieget

Menyatakan bahwa belajar pada tingkat sekolah dasar terdapat pada

fase oprasional yang mana pada fase ini merupakan fase konkret,

maksudnya pada saat mengajar matematika pendidik mengkonkritkan

hal-hal yang abstrak dan disesuaikan dengan pengalaman yang dimiliki

oleh siswa.

3.

Tujuan Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Menurut Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 Tahun 2006 dalam

buku

matematika 1

bahwa Mata pelajaran matematika diajarkan di

sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut

20

:

a.

Memahami

konsep

matematika,

menjelaskan

keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b.

Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c.

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

d.

Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(32)

e.

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

4.

Ruang Lingkup Matematika

Ruang lingkup matematika SD/MI menurut PERMENDIKNAS Nomor

23 Tahun 2006 yakni

21

:

a.

Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan

sifat-sifatnya, serta mengunakannya dalam pemecahan masalah

kehidupan sehari-hari.

b.

Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana meliputi

unsur-unsur dan sifat-sifatnya serta menerapkannya dalam pemecahan

masalah kehidupan sehari-hari.

c.

Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas,

volume, sudut, waktu, kecepatan, debit serta mengalikasikannya dalam

pemecahan sehari-hari.

d.

Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan

mengunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

5.

Materi Pecahan

Pecahan adalah bagian dari keseluruhan. Bilangan pecahan pada

matematika sekolah dasar didasarkan atas pembagian suatu benda atau

(33)

himpunan atas beberapa bagian

22

. Materi pecahan pada kelas III

merupakan pecahan sederhana yang mana penyebut memiliki angka yang

sama. Materi pecahan pada kelas III yakni memahami pecahan sederhana

dan membadingkan pecahan sederhana meliputi

23

:

a.

Pada pecahan sederhana telah diketahui beberapa pecahan sederhana

yaitu setengah, seperempat, seperenam misalnya

24

:

= ¼

Karena, bagian kotak yang berwarna biru merupakan bagian 4 bagian,

yang berarti ditulis

¼

.

b.

Untuk membandingkan dua pecahan yang diharus diperhatikan adalah

pembilang dan penyebutnya.misalnya1/5 ... 4/5 maka jawabannya <

(lebih kecil).

c.

Jika salah satu benda dibagi menjadi dua bagian sama besar maka

masing-masing bagian adalah setengah atau ½.

d.

½ dibaca satu perdua, seperdua atau setengah.

1/3

dibaca satu pertiga, sepertiga, atau pertiga.

¼ dibaca satu perempat, seperempat.

1/6

dibaca satu perenam atau seperenam.

22

Linaswati Simanjuntak, Metode Mengajar Matematika 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm 153 23

Indriyastuti,matematika untuk kelas III SD dan MI, (Solo: PT Tiga Serangkai, 2015), hlm 131-132

24

(34)

C.

Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The Sage)

1.

Pengertian Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The Sage

)

Metode adalah cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan

tertentu

25

. Metode bertujuan untuk memberikan kemudahan siswa dalam

menerima suatu materi pelajaran, membangkitkan motivasi atau semangat

siswa dalam proses pembelajaran. Metode dapat mempengaruhi kebiasaan

dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Metode

circle the sage

atau disebut sebagai struktur keliling si

bijak yang merupakan aktivitas mendorong siswa yang dipilih atau

ditunjuk sebagai si bijak atau ahli

(the sage)

yang berani menjawab atau

mampu menyelesaikan soalyang diberikan oleh guru, berpikir kritis dan

mandiri, kreatif, yang lainnya cermat dalam mendengarkan, mengajukan

pertanyaan dan mencatat

26

.

Metode

circle the sage

termasuk pada struktur

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan yang

dirancang lebih sederhana, serta mudah mengimplementasikannya.

Circle the sage

termasuk dalam pembelajaran

cooperative

learning. Cooperative learning

merupakan lingkungan belajar di dalam

kelas yang memungkinkan siswa bekerja sama dalam suatu kelompok

kecil yang heterogen dengan mengerjakan tugas-tugasnya secara aktif,

diskusi dan bertanggung jawab

27

. Johson & johson menyatakan

pembelajaran

cooperative learning

adalah penerapan pembelajaran

25Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Ynag Mempengaruhinnya, (Jakarta:Rineka Cipta, 1995), hlm 82

26

Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif, (Bandung: PT Remaja Roedakarya, 2012), hlm 233-244

27

(35)

kelompok kecil sehingga siswa dapat memaksimalkan pembelajaran baik

dengan aktif dan berkelompok

28

. Tujuan pembelajaran

cooperative

learning

yakni:

a.

Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti bekerja sama dalam

kelompok, mengemukakan pikiran atau ide, menghargai pendapat orang

lain, aktif bertanya dan menjawab.

b.

Dapat menerima teman-teman di lingkungan sekitarnya yang memiliki

latar belakang yang berbeda.

c.

Dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik

29

.

2.

Tujuan Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The Sage)

Tujuan metode

circle the sage

yakni:

a.

Dapat mengembangkan kebiasaan siswa dalam berpikir kritis serta

analis dan mandiri.

b.

Dapat mengembangkan kebiasaan dalam mengambil keputusan.

c.

Dapat menumbuhkan sifat berani, berani dalam mengemukakan

pendapat, dan cermat

30

.

Demikian tujuan dari metode

circle the sage

yang dapat memberikan

inovasi kepada pengajar untuk mengemabangkan kebiasaan siswa dalam

berpikir kritis, aktif dalam pembelajaran serta memiliki sifat berani

mengemukakan pendapat.

28 Ibid, hlm 161 29

(36)

3.

Langkah-Langkah Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle The

Sage)

Langkah-langkah metode pembelajaran

circle the sage

sebagai berikut:

a.

Siswa dibagi menjadi dalam kelompok.

b.

guru mengecek, siswa untuk melihat yang memiliki pengetahuan

tertentu yang dapat saling berbagi. Pengetahuan yang dimiliki,

misalnya siswa mampu menyelesaikan permasalahan matematika

yang sulit yang terkait dengan materi yang dipelajari.

c.

siswa yang terpilih sebagai

the sage

menyebar keseluruh ruangan.

d.

Guru menugasi para siswa lainnya untuk mengelilingi para

the sage

namun kelompok yang berasal sama dengan

the sage

tidak boleh

mengelilingi

the sage.

e.

Si bijak atau ahli

(The sage)

menjelaskan apa yang dipahaminya, dan

siswa yang mengelilingi mendengar, mengajukan pertanyaan dan

mencatat informasi.

f.

Semua siswa kemudian kembali kekelompoknya.

g.

Anggota kelompok menjelaskan apa yang dipelajarinya dan

dipereolehnya informasi dari si bijak kemudian membandingkan hasil

informasi yang diperoleh dari berbagai bijak yang telah dikunjungi.

h.

Jika tidak ada kecocokan penjelasan antar si bijak, maka kelompok itu

sendiri dapat memutuskan mana informasi yang benar sehingga pada

akhirnya tim mencapai kesamaan jawaban.

(37)

j.

Penutup

31

.

Demikian langkah-langkah metode

circle the sage

yang dikembangkan

oleh spenser kagan sebagai alternatif memberi kemudahan siswa dalam

memecahkan

masalah

khususnya

matematika

dan

guru

untuk

mengaktifkan siswa dalam kelas sehingga memberikan dampak pada hasil

belajar siswa.

4.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Mengelilingi Narasumber

(Circle

The Sage)

Metode

circle the sage

merupakan pengembangan dari struktur

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan menjadi

lebih sederhana, tidak terlalu rumit sehingga mudah diimplementasikan

32

.

Dengan demikian kelebihan metode

circle the sage

bersumber dari

manfaat pembelajaran

cooperative learning

meliputi:

a.

Meningkatkan kualitas kemampuan hasil belajar dan prestasi akademik.

b.

Meningkatkan rasa percaya diri ada siswa.

c.

Mengembangkan keterampilan sosial siswa.

d.

Membantu siswa berfikir kritis, berani mengemukakan pendapat, serta

mengembangkan keterampilan komunikasi siswa.

e.

Menyakinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri

33

.

Demikian kelebihan metode

circle the sage

namun setiap metode

memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelemahan dari metode

circle

the sage

dapat disimpulkan dari kelebihan metode

circle the sage

bahwa

31 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2014), hlm 201-2012 32

(38)

jumlah siswa yang besar sangat mempengaruhi kesempatan siswa yang

tidak memahami cara menyelesaikan soal karena terbatasnya si bijak atau

narasumber disebabkan dalam satu kelas hanya ada beberapa siswa yang

(39)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.

Metode Penelitian

Metode penelitian mengunakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini dipilih untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas

33

. PTK dalam istilah bahasa inggris adalah

Classroom

Actions Research

(CAR). Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif,

karena menggambarkan bagaimana suatu strategi pembelajaran diterapkan

dan bagaimana hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai. Penelitian

tindakan ini dilakukan untuk membenahi perbaikan mutu pada proses

pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti terjun ke lapangan untuk mengamati

dan meneliti secara langsung pada saat guru melakukan proses pembelajaran

atau mengajar. Peneliti dalam melakukan penelitian tindakan mengunakan

bentuk kolaboratif, dimana guru sebagai mitra kerja peneliti. Menurut Susilo,

mendefinisikan PTK sebagai sebuah proses penelitian yang terkendali secara

berulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru atau calon

guru yang bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem,

cara kerja, proses, isi, kompetensi atau situasi pembelajaran. Selain itu

menurut, Seharsini, Suhardjono dan Supardi menyatakan mengenai

pengertian PTK dengan memisahkan kata-kata dari penelitian

tindakan

kelas

34

:

33 Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Press Group, 2013), hlm 4

(40)

1.

Penelitian adalah menunjukkan kegiatan mencermati suatu objek, dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk mendapatkan

data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu dalam

hal yang diminati.

2.

Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja

dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian

siklus kegiatan untuk siswa.

3.

Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi

dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok siswa dalam

waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Penelitian ini, mengunakan model Kurt Lewin dalam penelitian

tindakan kelas karena mudah diimplemtasikan dalam proes pembelajaran dan

jika pada siklus I tidak berhasil maka melanjutkan ke siklus II tidak perlu

menganti metode namun hanya teknik pembelajarannya. Model Kurt Lewin

berbentuk spiral yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan tidak hanya

sekali namun berulang. Kurt Lewin menyatakan bahwa dalam satu siklus

terdapat empat langakah pokok, meliputi perencanaan (

planning

),

pelaksanaan (

acting

), pengamatan atau observasi (

observing

) dan refleksi

(

reflecting

)

35

.

35 Arip Badrujaman dan Dede Rahmat Hidayat, Cara mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk

(41)
[image:41.595.127.511.111.535.2]

Gambar 3.1

Diagram Alur PTK Model Kurt Lewin

B.

Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

1.

Tempat

Penelitian dilakukan di MI Nadhatul Ulama Sumokali Sidoarjo

pada Kelas III.

2.

Waktu

Penelitian dilaksanakan pada awal semester genap yaitu 6

Oktober 2015 observasi awal, PTK siklus I pada tanggal 18 Desember

2015 dan PTK siklus II pada tanggal 8 Januari 2015.

3.

Karakteristik Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Nadhatul Ulama

Sumokali Sidoarjo tahun pelajaran 2015-2016. Dengan jumlah siswa

35 siswa dalam satu kelas, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 17

siswa perempuan. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP dengan

kompetensi dasar (KD) 3.3 memecahkan masalah berkaitan dengan

(42)

kemampuan menyelesaikan operasi hitung pecahan siswa kelas III MI

Nadhatul Ulama Sumokali Sidoarjo yang masih jauh dibawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM). Untuk melakukan peningkatan KKM

maka peneliti mengunakan metode

circle the sage.

C.

Variabel yang Diselidiki

Penelitian ini mengunakan variabel peningkatan kemampuan

menyelesaikan operesi hitung pecahan pada mata pelajaran matematika

melalui metode

circle the sage

pada siswa kelas III MI Nadlatul Ulama

Sumokali Sidoarjo untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada

penelitian tersebut terdapat beberapa variabel diantaranya, sebagai berikut:

1.

Variabel Input

: Siswa kelas III MI Nadhatul Ulama

Sumokali Sidoarjo.

2.

Variabel Proses

:

Penerapan

Metode

Mengelilingi

Narasumber

(circle the sage).

3.

Variabel Output

: Kemampuan menyelesaikan operasi hitung

pecahan pada materi pecahan.

D.

Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan peneliti memilih dan mengunakan model

dari Kurt Lewin yakni 1) pelaksanaan, 2) perencanaaan, 3) pengamatan,

4) refleksi karena pada penerapan metode

circle the sage

masih terdapat

kekurangan hingga melakukan pengulangan kembali dan melakukan

perbaikan-perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan yang

(43)

pada siklus I dan siklus II belum berhasil maka peneliti akan melanjutkan

dengan siklus-siklus selanjutnya.

Siklus I

1.

Perencanaan

(Planning)

Pada tahap perencanan peneliti menyusun rencana pembelajaran

mengenai menyelesaikan operasi hitung pecahan dengan mengunakan

metode

circle the sage

yang meliputi:

a.

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): pada tahap

ini peneliti membuat RPP yang akan dilaksanakan di siklus I.

b.

Mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung RPP:

meliputi media pembelajaran, sarana pendukung yang diperlukan

pada saat pembelajaran berlangsung.

c.

mempersiapkan instrumen untuk penilaian serta menganalisis

proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan

siswa.

2.

Pelaksanaan

(Acting)

Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan pembelajaran pada

materi pecahan dengan menerapakan metode

circle the sage.

Kegiatan

pelaksanaan yang dilakukan sesuai RPP pada siklus I sebagai berikut:

a.

Guru memberikan motivasi kepada siswa, agar siap dalam

(44)

b.

Guru melakukan apersepsi mengenai pengaitan materi dengan

materi sebelumnnya atau mengaitakan materi dengan pengalaman

yang dimiliki oleh siswa.

c.

Guru memperkenalkan kepada siswa mengenai metode yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran yakni metode

circle the

sage

.

d.

Guru melakukan umpan balik dan selanjutnya memberikan

post

test

kepada siswa dengan penerapan metode

circle the sage

yang

sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP Siklus I,

sebagai berikut:

1)

Kegiatan Pendahuluan

(a)

Guru mengucapkan salam

“Assalamulaikum Wr.Wb”.

(b)

Ketua kelas memimpin doa dan dilanjutkan dengan doa

secara bersama-sama.

(c)

Guru mengecek kehadiran siswa-siswi.

(d)

Guru menanyakan kabar

“bagaimana kabarnya hari ini”.

siswa menjawab:

Alhamdulilah, Allahu Akbar semangat

belajar, yess!!!.

(e)

Guru memberikan motivasi atau

ice breaking

untuk

membangkitakan motivasi atau semangat siswa dalam

melakukan proses pembelajaran.

(f)

Guru melakukan apersepsi dengan mengaitakan materi

(45)

pengalaman yang dimiliki oleh siswa

“jika kalian membeli

1 buah semangka kemudian kalian bagi kepada kakak,

adik, ayah, ibu. Jadi mendapat berapa bagian adik, kakak,

ayah, ibu?”.

(g)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

(h)

Guru menyampaikan manfaat dari pembelajaran hari ini

2)

Kegiatan Inti

Eksplorasi

(a)

Siswa mendengarkan penjelasan prosedur metode yang

akan digunakan hari ini yakni prosedur dalam metode

circle the sage.

(b)

Siswa membaca materi pecahan.

(c)

Siswa mendengarkan sedikit penjelasan dari guru materi

pecahan.

(d)

Siswa membentuk kelompok kecil (7 kelompok setiap

kelompok beranggota 5-6 orang).

(e)

Guru mengecek pemahaman siswa yang nnatinya akan

dipilih sebagai ahli, yang mana 7 kelompok akan

mengelilingi narasumber (ahli) ini yang berada di setiap

kelompok.

(f)

Siswa mendapat lembar kerja siswa yang dikerjakan

secara berkelompok

.

LK 1.1 Pecahan (Terlampir 2).

(46)

(g)

Siswa mulai berdiskusi dengan teman kelompoknya dan

mulai mengelilingi si bijak.

(h)

Siswa sebagai (ahli) memberikan penjelasan mengenai

informasi yang mereka pahami.

(i)

Guru memberikan fasilitator kepada siswa ketika diskusi.

(j)

Setelah selesai, guru meminta untuk setiap kelompok

menyampaikan inforamsi yang diperoleh dari kunjugan ke

narasumber atau berbagai ahli di setiap kelompok.

Konfirmasi

(k)

Guru memberikan penguatan atas jawaban dari informasi

yang diperoleh siswa dari kunjungan ke narasumber atau

si ahli.

(l)

Guru memberikan penjelasan mengenai materi pecahan.

3)

Kegiatan Penutup

(a)

Guru memberikan kesimpulan atas materi hari ini.

(b)

Guru melakukan refleksi atas materi menyelesaikan

operasi hitung pecahan yang telah dipelajari. Umpan balik:

bandingkan 1/6...5/6. Apa tanda perbandingan yang

tepat?.

(c)

Guru

memberikan

evaluasi

pada

siswa

dengan

memberikan post test siklus I.

LK 1.2

Evaluasi Pecahan

(Terlampir 2).

(47)

(d)

Guru

memberikan

motivasi

kepada

siswa

untuk

mendorong peserta didik mempelajari lagi materi pecahan.

(e)

guru mengakhir materi pada hari ini dengan membaca

Hamdalah dan dilanjutkan doa secara bersama-sama.

(f)

guru mengucapkan salam

e.

menyiapkan lembar pengumpulan data dengan bantuan guru yang

mengajar. Peneliti melakukan penelitian pada semua proses

pembelajaran serta aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru

dalam melakukan pembelajaran.

f.

Melaksanakan tes untuk semua siswa pada akhir siklus I.

3.

Pengamatan

(Observing)

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan

mengenai sebagai berikut:

a.

Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

b.

Memantau kegiatan diskusi metode

circle the sage,

dengan

mengelilingi narasumber oleh kelompok.

c.

Mengamati pemahaman dan penguasaan materi penyelesaian

operasi hitung pecahan melalui metode

circle the sage.

Pengamatan di siklus I dilakukan untuk melihat berhasil tidaknya

pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, jika tidak berhasil maka

proses perbaikan pembelajaran melalui metode

circle the sage

pada

kelas III MI Nadhatul Ulama Sumokali Sidoarjo akan dilanjutkan pada

(48)

4.

Refleksi

(Reflecting)

Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus I

meliputi:

a.

Mencatat hasil observasi: mencatat kendala yang telah terjadi pada

siklus I dengan penerapan metode

circle the sage .

b.

Mengevalusasi hasil observasi: mengevaluasi kendala yang telah

terjadi pada siklus I dengan penerapan metode

circle the sage.

Pada

tahap ini peneliti dapat melakukan evaluasi dengan berdiskusi

dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan yang

dilakukan di siklus I.

c.

Menganalisis hasil pembelajaran: pada tahap ini peneliti

menganalisis hasil pembelajaran apakah sudah sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang telah yang telah ditetapkan dalam RPP.

d.

Menentukan kelemahan-kelemahan pada metode

circle the sage

untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya.

e.

Evaluasi tindakan siklus I. Peneliti melakukan evaluasi, yang mana

agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus I seperti apakah

kegiatan siklus I dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan

operasi hitung pecahan oleh siswa kelas III pada materi pecahan.

Setelah pelaksanan siklus I dengan empat tahapan tersebut

berdasarkan

evaluasi

dan

analisis,

peneliti

menyatakan

meningkatkan atau tidaknya hasil belajar siswa kelas III MI

(49)

perlu melanjutkan siklus II. Namun apabila pada pelaksanaan

siklus I yang telah diketahui hambatan, kekurangan pada proses

pembelajaran maka perlu adanya pengulangan yakni dengan

melanjutkan ke siklus ke II. Pada umunya kegiatan siklus II

memiliki banyak tambahan, karena siklus II ada untuk

memperbaiki siklus I yang belum berhasil.

Siklus II

Siklus II merupakan pengulangan dari siklus I dengan melakukan

perbaikan dari masalah yang ada pada siklus I. Siklus II meliputi:

1.

Perencanaan

(Planning)

Pada tahap perencanaan siklus II peneliti menyusun rencana

pembelajaran kembali berdasarkan dari kekurangan yang ada pada

siklus Imengenai kemampuan menyelesaikan operasi hitung pecahan

dengan mengunakan metode

circle the sage

. Pada siklus II peneliti

mempersiapkan rencana pembelajaran yang telah direvisi dari siklus I,

instrumen untuk penialain serta menganalisis proses dan hasil tindakan

seperti lembar observasi untuk guru dan siswa, mempersiapkan sarana

prasaran

yang

dibutuhkan.

Berikut

rancangan

pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II yang direvisi dari siklus I.

Format

rencana pembelajaran siklus II terlampir (lampiran 3.1).

2.

Pelaksanaan

(Acting)

Pada tahap pelaksanaan siklus II peneliti melaksanakan

(50)

the sage

tidak jauh berbeda. RPP yang dilakukan berdasarkan hasil

refleksi atau evaluasi siklus I.

3.

Pengamatan

(Observing)

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan

mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung pada

siklus II untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan

metode

circle the sage

pada kelas III MI Nadhatul Ulama Sumokali

Sidoarjo. Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:

a.

Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

pada siklus II.

b.

Mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran

matematika menyelesaiakan operasi hitung pecahan dengan

mengunakan metode

circle the sage

pada siklus II.

c.

Memantau kegiatan diskusi kelompok dengan mengunakan metode

circle the sage.

d.

Meneliti data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar

observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar

pengamatan guru, lembar kerja siswa yang berupa

post tes.

e.

Mengamati peningkatan kemampuan menyelesaikan operasi hitung

pecahan terhadap materi pecahan yang telah dirancang sesuai

dengan tujuan PTK pada siklus II.

(51)

Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus II.

Peneliti melakukan evaluasi, dan membandingkan peningkatan

kemampuan meyelesaikan operasi hitung pada siklus I, yang mana

agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus II seperti apakah

kegiatan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada

materi pecahan. Setelah pelaksanan siklus II dengan empat tahapan

tersebut berdasarkan evaluasi dan analisis, peneliti menyatakan

meningkatkan atau tidaknya hasil belajar siswa kelas III MI Nadhatul

Ulama Sumokali Sidoarjo. Jika meningkat maka tidak perlu

melanjutkan

siklus-siklus

selanjutnya.

Namun

apabila

pada

pelaksanaan siklus II yang telah diketahui kembali adanya hambatan,

kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu adanya pengulangan

yakni dengan melanjutkan ke siklus-siklus selanjutnya. Pada umumnya

kegiatan siklus selanjutnya akan memiliki banyak tambahan, karena

siklus selanjutnya ada untuk memperbaiki siklus I dan II yang belum

berhasil.

E.

Data dan Cara Pengumpulannya

1.

Sumber Data

Sumber penelitian tindakan kelas yakni:

a.

Guru

Dari sumber data guru, untuk melihat tingkat keberhasilan,

kegagalan, implementasi dari metode

circle the sage.

(52)

Dari sumber data siswa, untuk mendapatkan data mengenai

hasil penerapan peningkatan kemampuan menyelesaikan operasi

hitung pecahan pada materi pecahan.

2.

Cara Pengumpulannya

Teknik pengumpulan data yang diambil atau dilakukan peneliti

adalah teknik observasi, wawancara, tes, dokumentasi. Teknik

pengumpulan data tersebut dilakukan oleh peneliti diupayakan agar

mendapatkan data yang valid, maka peneliti melakukan

pengumpulann data dengan cara diantarannya sebagai berikut:

a.

Observasi

Observasi merupakan proses pengindraan secara langsung

Gambar

  Tabel 2.1                       Kriteria penilaian aspek indikator menyelesaikan operasi hitung pecahan
Gambar 3.1 Diagram Alur PTK Model Kurt Lewin
             Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Belajar
  Tabel 4.1           Nilai hasil awal pra siklus sebelum mengunakan metode
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi anggaran PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Tobelo telah sesuai atau tepat pemanfaatannya, bahwa masyarakat

Sehingga keputusan yang diambil adalah terima

Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film Rudy Habibie secara keseluruhan dengan durasi 120 menit. Setiap scene terdiri dari beberapa adegan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi dan Prestasi Belajar Akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sleman Tahun Ajaran

Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk membantu dalam pencarian lokasi pondok pesantren bagi para pendatang , dibangunlah sebuah aplikasi yang dapat membantu dalam

Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,dengan mengamati cerminan perilaku diri sendiri terhadap respon yang diberikanoleh orang lain maka

Barisan Masyarakat Adat Sulawesi Utara (BARMAS) yang merupakan salah satu organisasi masyarakat adat turut ambil bagian membantu dan meringankan beban warga masyarakat

Untuk menghindari gunungan sampah di TPA menurut ketua komunitas KerDUS sebaiknya masyarakat diberikan edukasi tentang pentingnya mengurangi jumlah sampah dengan mengolah barang