• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATUS PEREMPUANPARTAI POLITIK DPW PKB JAWA TIMUR DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STATUS PEREMPUANPARTAI POLITIK DPW PKB JAWA TIMUR DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS PEREMPUANPARTAI POLITIK DPW PKB JAWA

TIMUR DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

SKRIPSI

Oleh:

FATHOR ROSYI NIM : C03210071

Pembimbing:

NURUL ASIYA NADIFAH, M,HI NIP. 19754232003122001

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM ISLAM

JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM PRODI HUKUM PIDANA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Status Perempuan Partai Politik DPW PKB Jawa Timur” ini merupakan hasil penelitian lapangan yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana peran perempuan dalam kontestasi politik di Jawa Timur menurut Fiqh siyasah.

Data penelitian dihimpun dengan melalui wawancara dan dokumenter. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian seara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara Undang-Undang dengan fakta di lapangan. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif.

Hasil penelitian menjelaskan,perempuan di DPW PKB Jawa Timur memiliki beberapa peran yang dilakukan. Melihat dari jumlah kader perempuanya yang mewakili di Dewan Perwakilan Rakyat Jawa Timur sebesar 7 kader perempuan dari DPW PKB Jawa Timur. Terpilihnya perempuan menjadi anggota DPRD Jawa Timur berlatar belakang kader Perempuan DPW PKB Jawa Timur, menunjukkan bahwa secara kultural, posisi politik perempuan menunjukkan perkembangan signifikan. Perempuan DPW PKB Jawa Timur ternyata mampu menjadi anggota dewan dengan jumlah yang tidak sedikit, sebuah prestasi yang pantas diapresiasi. Hal ini merupakan sebuah nilai plus atas keterbukaan masyarakat Jawa Timur dalam proses kesetaraan gender, baik di bidang politik maupun yang lainnya. Selain peran tersebut Kader Perempuan DPW PKB Jawa Timur juga melakukan kegiatan sosial pada hari Kartini dengan model kegiatan mengunjungi Ibu-ibu yang melahirkan pada hari tersebut di rumah-rumah sakit yang ada di Jawa Timur. Kegiatan ini dimaksudkan bahwa kader perempuan DPW PKB Jawa Timur sangat merasa prihatin dengan masih banyaknya ibu-ibu di Jatim yang melahirkan bayinya secara prematur. Sebab kelahiran prematur sangat beresiko besar menghilangkan nyawa baik untuk ibu maupun bayinya.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 13

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Kajian Pustaka ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 17

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 17

G. Definisi Operasional ... 18

H. Metode Penelitian ... 19

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II PEREMPUAN DALAM POLITIK MENURUT PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH A. Politik Bagi Perempuan... 23

B.Hak-Hak Perempuan Dalam Berpolitik ... 27

(8)

D. Baiat Dan Syura... 27

E. Kegiatan politik... 39

BAB III STATUS PEREMPUAN PARTAI POLITIK DPW PKB JAWA TIMUR

A. PKB dalam Lintasan Sejarah... 42

B. Profil Singkat Perempuan Bangsa PKB Jawa Timur... 50

C. Karakteristik dan Arah Perjuangan Perempuan Bangsa PKB Jawa Timur... 51

D.Kontribusi Kader Perempuan Bangsa PKB Jawa Timur... 54

BAB IV ANALISIS STATUS PEREMPUAN DPW PARTAI KEBANGKITAN

BANGSA JAWA TIMUR DALAM PRESPEKTIF FIQH SIYASAH

A. Status Perempuan DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.. 56

B. Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Status Politik Perempuan di Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur. ... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diskursus perempuan dalam kancah politik Indonesia dapat

dikategorikan dilematis. Satu sisi perempuan Indonesia dituntut untuk

berperan dalam segala sektor, tetapi pada sisi lain muncul tuntutan agar

perempuan Indonesia berperan sesuai kodratnya saja, yakni di wilayah

domestik. Situasi dilematis ini dialami oleh perempuan Indonesia yang

berkarier. Perempuan karier merasa terpanggil untuk mendarmabaktikan

bakat dan keahliannya bagi perkembangan bangsa dan negara. Di samping

itu, perempuan sering dihantui oleh konstruk budaya yang telah mengakar

dalam masyarakat bahwa perempuan harus mengabdi pada keluarga1.

Kesenjangan akses, hak dan peran perempuan dalam politik

menjadi hambatan sendiri bagi perempuan dalam ikut berperan dalam

ranah politk. Pada sisi lain, hal itu juga dilatarbelakangi oleh kualitas

perempuan bila dibandingkan dengan laki-laki. Faktor tersebut tidak

sepenuhnya kesalahan kaum perempuan,mengingat konstruk budaya

masyarakat yang selalu mengekang agar perempuan tidak perlu

repot-repot menempuh pendidikan tinggi karena pada ujungnya akan kembali

1Liza Hadisdan Sri WiyantiEddyono, PengakuanPeran Gender dalamKebijakan-Kebijakan di

(10)

2

kewilayah domestik. Terlepas dari itu semua, minimnya kuantitas

perempuan dari pada laki-laki dalam ranah politik membuat perempuan

tidak mampu berbuat banyak untuk kepentingan bangsa khususnya dalam

memperjuangkan hak-hak perempuan.2 Lebih parah lagi, ketika tidak

sedikit kalangan yang menilai bahwa naiknya perempuan dalam jabatan

publik tersebut tidak terlepas dari pengaruh laki-laki.

Dominasi laki-laki atas perempuan dalam kehidupan sosial-politik

seakan telah menjadi catatan yang tak akan pernah terhapus dalam sejarah

perjalanan kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Perempuan tidak

pernah mendapat tempat layak dalam tata politik di Indonesia. Dalam

sejarahnya, perempuan hanya diapresiasi rendah. Hal tersebut dapat

dikaitkan dengan keterwakilan perempuan dalam legislatif yang belum

menunjukkan proporsi yang layak, padahal antara laki-laki dengan

perempuan secara kapasitas dan kredibilitas tidak ada bedanya, semua

kembali kepada integritas masing-masing dalam membangun komitmen

kerja.

Begitupun pada ranah hukum, masih banyak dijumpai substansi,

struktur dan budaya hukum yang diskriminatif dan tidak berkeadilan

gender. Hukum yang ada saat ini masih lemah dalam menjangkau

masalah-masalah kekerasan dan tindak kriminal lainnya. Permasalahan

lain ialah kesadaran dan akses informasi masyarakat terhadap hukum

masih sangat rendah. Salah satu faktor penyebabnya dapat lihat dari peran

2Anonim, RendahnyaAnggotaLegislatif Daerah dalamMenyuarakanPersoalanMasyarakat,

(11)

3

oraganisasi-organisasi politik, mengingat partai dan organisasi politik

merupakan ekspektasi besar dalam memberikan pendidikan politik cerdas

kepada masyarakat, khususnya pada kesamaan hak perempuan dalam

kancah politik. Dengan demikian, peran dan kuantitas perempuan di dalam

lembaga-lembaga negara (legislatif, eksekutif, yudikatif) masih jauh di

bawah dominasi kaum laki-laki.

Manusia adalah khalifah Tuhan dimuka bumi. Tugasnya

memakmurkan bumi untuk kesejahteraan manusia. Dalam wacana

Islam, politik (al-s}iy{a>sa>h) secara sederhana dirumuskan sebagai

cara mengatur urusan-urusan kehidupan bersama untuk mencapai

kesejahteraan didunia dan kebahagiaan diakhirat.

Islam adalah agama yang melindungi setiap hak-hak manusia

tanpa membedakan laki-laki maupun perempuan, yang membedakan

adalah tingkat ketakwaan manusia itu sendiri. Di antara hak-hak

manusia itu adalah hak untuk memperoleh pekerjaan, sebab dalam Islam

tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki untuk memperoleh

pekerjaan.

Islam bahkan menganjurkan manusia bekerja untuk menjadikan

kesejahteraan dan ketentraman keluarga. Islam mempunyai posisi yang

unik karena mengakui status ekonomi perempuan yang independen dan

memberi hak untuk memiliki, menggunakan dan menikmatinya tanpa

(12)

4

Selama ini, politik dan prilaku politik dipandang sebagai

aktivitas laki-laki. Perilaku politik yang dimaksudkan di sini mencakup

kemandirian, kebebasan berpendapat, dan tindakan agresif. Ketiga

karakteristik tersebut tidakpernah dianggap ideal dalam diri perempuan.

Karena itu masyarakat selalu memandang perempuan yang mandiri,

berani mengemukakan pendapat, dan agresif, sebagai orang yang tidak

dapat diterima atau diinginkan. Dengan ungkapan lain perempuan

dengan karakter seperti itu bukan tipe perempuan ideal.

Padahal ada tiga unsur yang merajut kepemimpinan dalam diri

seseorang, yaitu kekuasaan, kompetensi diri, dan agresif kreatif.

Kekuasaan, sebagai unsur penting dalam membangun dan memimpin

seseorang, selalu didefinisikan sebagai kekuatan atau ketegaran atau

kemampuan bertindak yang diperlukan guna mencapai sesuatu demi

tujuan yang lebih besar. Pada hakekatnya, kekuasaan bersifat netral,

bisa digunakan untuk kebaikan dan sekaligus untuk kejahatan.3Kajian

tentang perempuan dan gender terus menemukan momentumnya,

perhatian hampir tidak pernah di berikan kepada ulama perempuan.

Terdapat cukup banyak ulama perempuan dan sekaligus para

perempuan yang memiliki peran penting dalam keilmuan Islam.

Demikian juga terdapat perempuan perempuan yang memiliki peran

(13)

5

krusial dalam pembentukan lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti

madrasah dan lain-lain.

Meski demikian, masih banyak yang harus dilakukan untuk

mengungkapkan sejarah keulamaan dan keilmuan di kalangan

perempuan muslim, tidak hanya di Timur Tengah dan kawasan muslim

lain, tetapi juga di Indonesia. Sebab seperti disimpulkan baik setelah

mengkaji kehidupan keagamaan perempuan muslim. Posisi perempuan

dalam masyarakat muslim termasuk di Indonesia tidak bisa dipahami

tanpa apresiasi menyeluruh tentang konteks di mana mereka hidup,

berbagai faktor budaya, politik, ekonomi, sosial dan bahkan agama

saling mempengaruhi dalam menentukan posisi perempuan, tidak

terkecuali ulama perempuan.

Di sini faktor religio-sosiologis menjadi sangat penting. Di

lingkungan masyarakat muslim Indonesia. Seseorang baru benar-benar

diakui sebagai ulama, jika telah diakui oleh komunitas nya sendiri

sebagai ulama. Pengakuan itu datang bukan semata-mata

mempertimbangkan keahlian dalam ilmu agama, khususnya fiqh, tetapi

juga integritas moral dan akhlak nya dilengkapi dengan kedekatan

dengan umat, khususnya pada tingkat grass root (akar rumput).

(14)

6

dengankepemilikan dan pengasuhannya terhadap pesantren atau

madrasah. Seperti lazimnya di lingkungan NU.4

Peranan perempuan untuk tugas-tugas seperti itu tidak

dibedakandari laki-laki. Potensi-potensi atau kemampuan-kemampuan

untuk bertindak secara otonom diperlukan bagi tanggung jawab

menunaikan amanah tersebut. Pembahasan tentang perempuan sebagai

suatu kelompok memunculkan sejumlah kesulitan. Konsep “posisi perempuan” dalam masyarakat memberi kesan bahwa, ada beberapa posisi vital yang diduduki oleh perempuan di semua lapisan

masyarakat. Kenyataannya bahwa, bukan semata-mata tidak ada

pernyataan yang sederhana tentang “posisi perempuan” yang universal,

tetapi di sebagian besar masyarakat tidaklah mungkin berkata bahwa

perempuan sebagai kelompok yang memiliki kepentingan bersama.

Perempuan ikut andil dalam stratifikasi sosial di masyarakat. Ada

perempuan kaya, ada pula yang miskin, ada yang pandai, ada pula yang

bodoh. Selain itu, latar belakang kelas kaum perempuan mungkin sama

penting dengan gendernya dalam menentukan posisi mereka di

masyarakat.5

Pada dasarnya perbedaan laki-laki dan perempuan dapat

diwakili oleh dua konsep, yaitu jenis kelamin dan gender. Perbedaan

4JajatBurhanudin.UlamaPerempuanIndonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal.81 5Istibsyaroh, Hak-Hak Permpuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al-Sya’rawi, Jakarta: Pena

(15)

7

jenis kelamin mengacu pada perbedaan fisik, terutama pada perbedaan

fungsi reproduksi. Sementara itu gender merupakan konstruksi

sosio-kultural. Pada prinsipnya gender merupakan interpretasi kultural atas

perbedaan jenis kelamin. Bagaimanapun gender memang berkaitan

dengan perbedaan jenis kelamin, akan tetapi tidak selalu berhubungan

dengan perbedaan fisiologis seperti selama ini banyak dijumpai dalam

masyarakat.6

Dalam al-Qur’an telah jelas terungkap bahwa kedudukan dan

kemuliaan seseorang baik laki-laki maupun perempuan dinilai bukan

dari kekuatan (superioritas) maupun kepintarannya. Tetapi lebih karena

ketakwaannya, firman Allah :

     

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa danbersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat : 13).7

Dari ayat tersebut maka jelaslah bahwa Islam itu menghargai

harkat, martabat, derajat, hak setiap perempuan, tanpa membedakan

6FauziRidjal, DinamikaGerakan Perempuan DiIndonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2001, hal.30

7DepartemenAgamaRepublikIndonesia.Al-Qur’an dan

(16)

8

dengan laki-laki. Perempuan bebas untuk mengembangkan ekonominya

dan tidak lagi termarginalkan.8

Perempuan kini berhadapan dengan perspektif modernitas yang

semakin terbuka lebar. Keterbukaan ruang bagi perempuan untuk

mengikuti pendidikan sampai setinggi-tingginya telah melahirkan

kemampuan-kemampuan (al-ahliyah) mereka dalam segala urusan yang

sebelumnya diklaim hanya menjadi milik laki-laki. Persepsi tendensius

bahwa kaum perempuan kurang rasional, lebih emosional dan kurang

kompenten menangani urusan domestik dan publik dibanding kaum

laki-laki kini telah gugur dan tidak lagi popular. Kaumperempuan kini

tengah bergerak merengkuh masa depanya dan mengubur masa lalu yang

suram dan penuh nestapa.9

Diktum-diktum Islam telah memberikan ruang pilihan bagi

perempuan juga laki-laki untuk menjalani peran-peran politik domestik

maupun publik, untuk menjadi cerdas dan terampil. Sejarah kenabian

mencatat sejumlah besar perempuan yang ikut memainkan peran-peran ini

bersama kaum laki-laki. Khadijah, Aisyah, Umm Salamah, dan para isteri

Nabi yang lain, adalah perempuan-perempuan terkemuka yang cerdas.

Mereka sering terlibat dalam diskusi-diskusi tentang tema-tema sosial dan

politik bahkanmengkritik kebijakan-kebijakan domestik maupun publik

8Mansour Fakih, Analisis Gender Dan Transformasi Sosial, Jakarta: INSISTPress, 2008, hal. 148 9 Husein Muhammad.Spiritualitas Kemanusiaan Perspektif Islam Pesantren, Yogyakarta: LKiS

(17)

9

yang patriarkis. Partisipasi perempuan juga muncul dalam sejumlah baiat

(perjanjian, kontrak) untuk kesetiaan dan loyalitas kepada pemerintah.10

Selain itu juga di Indonesia pada masa era Orde Baru perempuan

lebih ditempatkan sebagai penggembira dengan wilayah garapan yang

sangat terbatas, lazim disebut wilayah domestik. Perempuan di bawah

kekuasaan militeristik Suharto hanya dijadikan warga negara kelas dua,

dimana haknya dibatasi oleh sekat-sekat yang membuai. Dan kini gerakan

perempuan memasuki babak baru dari sekian banyak episode kehidupan

global yang sedang bergulir.

Perasaan dan mental kegelisahan gerakan perempuan masih dalam

hembusan nafas yang sama, yakni melakukan perlawanan terhadap segala

bentuk ketidakadilan atas sosok perempuan dan seluruh sisi kehidupan

yang melingkupimya. Gerakan perempuan telah tampil ke permukaan

dengan wajah yang jauh lebih baik, dibandingkan pada masa rezim silam.

Karena secara kuantitas dan kualitas, perempuan di beberapa tempat

terbuktidan berhasil mengungguli kaum laki-laki. Dapat dikatakan,

walaupun masih jauh dari sempurna bahwa di masa kini perempuan sukses

melakukan gerakan strukturalmaupun kultural untuk turut mengubah

wajah dunia.11

10Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, Yogyakarta: LKiS, 2007, hal.165. 11Statistik lain hasil studi Patricia Morgan bertitel “Runtuhnya Dunia laki-laki”(1996)

(18)

10

Khusus keterlibatan seorang perempuan dalam politik di Indonesia

pada era reformasi telah menemukan momentumnya ketika pada tanggal

18 Februari 2003, DPR mengesahkan Undang-undang Pemilu dimana

salah satu klausul penting dalam pasal 65 ayat (10 yang dianggap progesif

sekaligus kontroversial adalah dicantumkanya kuota 30% perempuan

dalam nominasi calon legislatif di berbagai tingkatan. Kuota 30%

perempuan tersebut diakui merupakkan langkah awal bagi partisipasi

politik perempuan di republik ini.12 Aturan ini kemudian menjadi salah

satu jalan bagi hadirnmya perbaikkan nasib perempuan melalui

mekanisme legislasi parlemen.

Masuknya perempuan dalam lembaga legislatif diharapkan dapat

menjadi kekuatan penekan sekaligus eksekutor dalam isu-isu publik

khususnya yang menyangkut hajat hidup perempuan. Partisipasi

perempuan di parlemen juga membesitkan secercah harapan, dimana

perempuan dapat mengeliminasi kebijakan publik yang selama ini

cenderung bercorak patriarkis.

Dalam setiap negara demokrasi, peranan partai partai politik

menenmpati posisi sentral sebagai salah satu pilar tegaknya demokrasi. Di

Indonesia pasca tumbang Rezim Orde Baru, partai politik kembali

memainkan peranan penting dalam menentukkan arah pengambilan

keputusan dari suatu kebijakan pemerintah. Dari sekian banyak partai

keluarga berkulit putih dan 56% berkulit hitam tidak mampu memberikkan penghidupan kepada keluarganya secara layak.(Harioan Al-Hayat, 31 Oktober 1999)

(19)

11

politik yang berdiri di Indonesia, disana terdapat Partai Kebangkitan

Bangsa yang didirikkan oleh KH. Abdurrahman Wahid atau lebih populer

disebut Gus Dur.

Partai Kebangkitan Bangsa adalah partai politik dengan basis

dukungan berasal dari kalangan tradisionalis khususnya warga NU.

Namun, walaupun demikian dalam “Mabda Siyasi” partai, PKB

menegaskan diri sebagai partai terbuka dalam pengertian lintas agama,

suku, ras dan lintas golongan yang dimanifestasikan dalam bentuk visi,

misi, progam perjuangan, keanggotaan dan kepemimpinan. Artinya,

keterbukaan PKB tidak hanya disimbolkan dalam kehadiran kepengurusan

atau keanggotaan yang pluralistik namun yang lebih subtansial lagi adalah

keterbukaan dalamn sikap dan perilaku politik serta rumusan cita-cita

partai tersebut.

Pada kerangka itulah PKB menjadi partai yang banyak

mengakomodir isu-isu politik kontemporer yang tengah berkembang pada

ranah politik global, termasuk salahsatunya peranan politik perempuan.

PKB yang memiliki keterkaitan erat dengan para Ulama-ulama pondok

pesantren melakukan tafsir ulang terhadap nash-nash al-Qur’an dan kitab

-kitab fiqh yang pada masa lalu menempatkan perempuan sebagai manusia

kelas dua.13

13Gerakan penafsiran ulang terhadap teks-teks keagamaan yang dianggap mendiskriminasi kaum

(20)

12

Pada era selanjutnya kegiatan-kegiatan tersebut memicu

munculnya wacana-wacana tafsir fiqh baru terhadap perempuan yang

dilakukan intelektulal muda Islam. Kondisi ini memumculkan kesadaran

untuk menggagas kembali berapa tafsir kaidah Fiqh Al-Nisayang dianggap

kurang memberikkan keadilan bagi perempuan. Terlepas dari Pro dan

Kontra terhadap gagasan para penganut paham fiqh moderat tersebut,

tradisi baru ini juga menjadi pemicu menguatnya wacan kesetaraan gender

dalam masyarakat. Dan Partai Kebangkitan Bangsa berada pada baris

terdepan dalam mempromosikan gagasan tersebut. Untuk merealisasikan

ide pemberdayaan perempuan, PKB kemudian membentuk sebuah sayap

partai khusus perempuan yang dinamai dengan Pergerakkan Perempuan

Kebangkitan Bangsa (PPKB).

Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa PKB adalah salah satu

partai politik yang menyambut baik keterlibatan aktif kaum perempuan

dalam dunia politik. Dalam hal ini sangat terbukti keberpihakan PKB

terhadap kaum perempuan pada saat pemilu 2004, dimana calon anggota

legislatif perempuan diberikan jatah 30% dan menempati no urut jadi. Hal

lain dari komitmen PKB terhadap Perempuan adalah ketika DPP PKB

menunjuk Ida Fauziyah menjadi ketua fraksi PKB di DPR, penunjukkan

ini sekaligus juga menempatkan Ida Fauziyah menjadi satu-satunya

perempuan yang menduduki jabatan ketua fraksi DPR RI.14

14www.GP-anshor.com, Tentang Gerakan Politik Perempuan, di akses Pada tanggal 28 Februari

(21)

13

Selain dari fakta yang telah disebutkan diatas di Jawa Timur

sendiri sudah terbukti kalau PKB memang konsisten dalam mengawal

peran perempuan di Indonesia, ini terbukti dengan keterwakilanya 7

perempuan anggota legislatif di Dewan Perwakilan Daerah Jawa Timur,

selain itu juga di Jawa Timur sendiri juga ada perwakilan di daerah

Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa yang pada Muktamar PKB

2014 di Surabaya berubah namanya menjadi Perempuan Bangsa.

Dengan adanya kepengurusan DPW Perempuan Bangsa di Jawa

Timur penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Status Perempuan Partai

Politik Dalam Perspektif Fiqh Siyasah”

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah menjelaskan kemungkinan-kemungkinan

capaian yang muncul dalam penelitian dengan mengidentifikasi

sebanyak mungkin yang seterusnya diduga sebagai masalah.

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka penulis

mengidentifikasi permasalahan yang muncul didalamnya, yaitu:

a. Faktor yang melatarbelakangi status politik perempuan

b. Undang-undang Pemilu dimana salah satu klausul penting dalam

pasal 65 ayat 10 yang dianggap progresif sekaligus kontroversial

(22)

14

c. Status perempuan dalam Partai politik dalam hal ini Partai

Kebangkitan Bangsayang telah melahirkan sebuah sayap partai

khusus bagi Perempuan.

d. Ditunjuknya kader perempuan PKB di DPR RI untuk menjadi

Ketua Fraksi.

e. Status politik Perempuan yang mendapat 7 kursi di DPRD Jawa

Timur.

2. Batasan Masalah

Mengingat terlalu luas bahasan pada objek yang akan

dijadikkan penelitian ini, maka penulis kiranya sangat penting dalam

memberikan batasan dalam penelitian ini, di antaranya sebagai berikut:

1. Status politik perempuan dalam Status Perempuan Partai Politik

Dalam Perspektif Fiqh Siyasah

2. Pandangan Politik Islam tentang Status Politik Perempuan di Partai

Kebangkitan Bangsa Jawa Timur dalam Perspektif Fiqh Siyasah.

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti akan membahas

bagaimana peran politik perempuan pesantren dalam proses menuju

pemilu legislatif. Maka pokok permasalahan yang akan diangkat dalam

(23)

15

1. Bagaimana Status Perempuan Partai Politik Dewan Pimpinan

Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur

2. Bagaimana Status Perempuan Dewan Pimpinan Wilayah Partai

Kebangkitan Bangsa Jawa Timur Dalam Prespektif Fiqh Siyasah?

D. Kajian Pustaka

Kajian tentang perempuan dalam politik telah banyak di tulis oleh

para pemikir dan teman-teman dalam Skripsinya, berdasarkan temannya

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Amatullah Shafiyyah dalam bukunya Kiprah Politik Muslimah

Konsep Dan Implementasinya. Pada Tahun 2005 Fakultas SyariahJurusan

Siyasah Jinayah, yang di dalam buku ini menjelaskan tindakan politik atau

sama dengan istilah partisipasi politik, bagi kaum muslimah terasa begitu

jauh. Politik di abad-abad terakhir telah menjadi ruang yang gelap dan

tabuh bagi muslimah. Para muslimah dan juga kaum perempuan pada

umumnya. Pada saat ini, para muslimah dalam dimensi ruang dan waktu

yang berbeda disadari atau tidak telah melakukan aktivitas politik. Contoh

partisipasi politik yang paling sederhana dan hampir di lakukan semua

orang adalah ikut dalam pemilihan umum (pemilu).15

Nur Laili Rohmah Fakultas Ushuludin Jurusan Aqidah Filsafat

tahun 2004. Peranan Perempuan Dalam Politik Menurut Pandangan Islam.

Skripsi ini membahas tentang perempuan yang memangku jabatan

15 Amatullah Shafiyyah. Kiprah Politik Muslimah Konsep Dan Implementasinya, Skripsi fakultas

(24)

16

menurut pandangan Islam. Islam mengakui adanya persamaan kedudukan

dalam masyarakat, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Hal itu disebabkan Islam datang membawa persamaan antara laki-laki dan

perempuan, sebab. Sebagian dari mereka berasal dari sebagian yang lain.

Laki-laki dari perempuan dan perempuan dari laki-laki. Tidak ada

perbedaan antara mereka dalam hal esensi alami sehingga keduanya di

bebani hak dan kwajiban yang sama untuk menegakkan Amar Ma’ruf

Nahi Munkar walaupun ada perbedaan berkaitan dengan status dan

peranan masing-masing.16

So’idah. Fakultas Syariah Jurusan Ahwalus Syakhsiyah. Tahun 2002. skripsi yang berjudul Peranan Wanita Dalam Bidang Politik Di

Indonesia Menurut Persepektif Hukum Islam. Yang di mana, di

dalamnya, Hukum Islam membolehkan wanita untuk memegang peranan

dalam dunia politik pada masa sekarang ini jika dia memang mempunyai

potensi dan mampu menangani di bidang politik tersebut tanpa

berbenturan dengan kemaslahatan umat dankeluarga.17

Skripsi yang mengangkat “Status Perempuan Partai Politik Dalam

Perspektif Fiqh Siyasah”ini merupakan penelitian tentangkajian-kajian

yang berkenaan dengan popularitas gender yang terkait dengan kekuasaan

dan kepemimpinan yaitu mereka calon anggota legislatif (Caleg) yang

sekarang banyak didominasi oleh kaum perempuan, yang dianggap

16Nur Laili Rohmah. Peranan Perempuan Dalam Politik Menurut Pandangan Islam. Skripsi

fakultas Ushuludin pada tahun. 2004.

17So’idah. Peranan Wanita Dalam Bidang Politik Di Indonesia Menurut Persepektif HukumIslam.

(25)

17

mumpuni dalam mengembangkan kesejahteraan masyarakat dan bisa

menjadi memimpin yang lebih baik. Yang membedakan skripsi ini dengan

penelitian-penelitian sebelumnya adalah kekhususannya akan pembahasan

akan status perempuan dalam partai politik yang ditinjau dari perspektif

Fiqh Siyasah.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui Status Perempuan Partai Politik Dalam Perspektif

Fiqh Siyasah

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Fiqh Siyasah tentang Status

Politik Perempuandi Partai Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.

F. Kegunaan Pelitian

Hasil dari studi ini diharapkan dapat berguna:

1. Secara Teoritis:

a. Untuk memperkaya khazanah keilmuan dalam fiqh siyasah terutama

dalam kaitannya dengan peran politik perempuan dalam Partai

Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.

b. Untuk memahamiperan politik perempuan dalam Partai Kebangkitan

Bangsa Jawa Timur.

2. Secara Praktis : untuk dijadikan bacaan, referensi, dan rangsangan bagi

penelitian berikutnya, terutama yang berkaitan tentang peran politik

(26)

18

G. Definisi Operasional

1. Status : Keadaan atau kedudukan (orang

atau badan dan sebagaiannya) dalam

hubungan dengan masyarakat di

sekelilingnya.18

2. Perempuan : salah satu dari dua jenis kelamin

manusia; satunya lagi adalah lelaki

atau pria. Berbeda dari wanita, istilah

"perempuan" dapat merujuk kepada

orang yang telah dewasa maupun

yang masih anak-anak.19

3.Perempuan Bangsa (PB) : Adalah barisan perempuan kader

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

yang merupakan salah satu

organisasi sayap pkb yang konsen

terhadap perempuan baik dalam

bidang politik, sosial, budaya dan

agama. Kehadiran organisasi sayap

perempuan ini, diharapkan dapat

bermanfaat bagi masyarakat secara

18PusatBahasaDepartemenPendidikanNasional,

KamusBesarBahasaIndonesiaEdisi3.Jakarta:PT.(Persero)PenerbitandanPercetakanBalaiPustaka,20 05, hal, 936

(27)

19

luas terutama kalangan perempuan.

Sebagai mahluk feminis, perempuan

kerap menjadi salah satu objek dari

ketidak adilan gender di berbagai hal

dalam kehidupan nyata.20

4. Fiqh Siyasah : Ilmu yang membahas tentang cara

pengaturan masalah ketatanegaraan

semisal (bagaimana mengadakan)

perundang-undangan dan berbagai

peraturan (lainnya) yang sesuai

dengan prinsip-prinsip islam,

kendatipun mengenai penataan

semua persoalan tersebut tidak ada

dalil khusus yang mengaturnya.21

Status politik perempuan dalam Partai Kebangkitan Bangsa adalah sebagai

pelaku kekuasaan untuk membuat aturan hukum dan melaksanakannya dalam

kehidupan masyarakat di dalam kancah politik atau pemilu legislatif khususnya di

Jawa Timur.

H. Metode Penelitian

20http://pkb.or.id/perempuan-bangsa-harus-jadi-motor-penyelesaian

permasalahan-perempuan-indonesia, Diakses pada tanggal 01 Mei 2016 pukul 14.30 Wib.

21Abdul Wahab Khalaf, al siyasah syar’iyyah aw nidzham al dawlah al islamiyyah (Al Kaherah:

(28)

20

1. Data Yang Dikumpulkan

a. Data yang berkenaan dengan status politik perempuan yang ada di

Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.

b. Data tentang Analisi Fiqh Siyasah status perempuan dan posisi

perempuan di Partai Politik.

2. Sumber Data.

a. Sumber Data Primer : Cara yang dihasilkan dari orang atau

wawancara dengan kader perempuan di PKB Jawa Timur

b. Sumber Data Skunder : Yaitu literatur-literatur masalah perempuan

dalam berpolitik diperoleh dari buku-buku atau kitab-kitab yang

berkaitan dengan masalah perempuan dalam berpolitik.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penyusunan skripsi ini penulis

menggunakan tahapan teknik sebagai berikut :

a. Wawancara atau interview adalah mengadakan wawancara dengan

informan dalam hal ini yang menjadi informan adalahkader

perempuan PKB Jawa Timur yang terlibat dalam peranan politik.

b. Observasi adalah dengan melihat atau mencatat sendiri peristiwa

yang terjadi di lapangan.

c. Dokumenter adalah sebuah data yang ada di lingkungan Partai

Kebangkitan Bangsa Jawa Timuryang berhubungan dengan

(29)

21

d. Kajian pustaka adalah data yang diperoleh dari buku-buku atau

literatur- literatur dan dokumen-dokumen yang membahas tentang

perempuan dalam berpolitik.

4. Teknik Analisis Data

Skripsi ini menggunakan teknik analisa data deskriptif analisis

Yudikatif yaitu teknik analisis data dengan memaparkan data dengan

apa adanya, dalam penelitian ini adalah, peran perempuan di DPW PKB

Jawa Timur kemudian dianalisa dan diverifikasi dengan menggunakkan

teori fiqh Siyasah, yaitu teori tentang peranan perempuan dalam kancah

perpolitikan menurut perspektif fiqh siyasah,yang diambil dari

dalil-dalil al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar.

I. Sistematika Pembahasan

Supaya pembahasan skripsi ini sistematis dan terarah maka penulis

menguraikan bab demi bab. Dari bab tersebut di bagi menjadi sub bab,

kemudian untuk menjadi jelasnya penulis paparkan sebagi berikut.

Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisikan gambaran

umum yang membuat pola dasar penulisan skripsi ini meliputi: latar

belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,

kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan

sistematika pembahasan

Bab kedua merupakan landasan teoritik yang mengkaji tentang

(30)

22

kepemimpinan perempuan, baiat dan syuro, kegiatan politik dalam

perspektif Fiqh Siyasyah.

Bab ketiga berisi tentang data-data di lapangan terkait dengan

status politik perempuan di Dewan Perwakilan Wilayah Partai

Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.

Bab keempat menjelaskan analisa tentang status poltik perempuan

dalam Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur beserta tinjauan fiqh

siyasah. Dalam hal ini penulis juga menganalisa motif dan faktor-faktor

yang melatarbelakangi lahirnya Badan Otonom Perempuan Bangsa.

Bab kelima Penutup bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan analisis terhadap data

yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, dan

merupakan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah, sedang saran

(31)

BAB II

PEREMPUAN DALAM POLITIK MENURUT PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH

A. Politik Bagi Perempuan

Politik pada hakekatnya adalah kekuasaan (power) dan pengambilan

keputusan. Lingkupnya dimulai dari institusi keluarga hingga institusi

politik formal tertinggi. Oleh karena itu pengertian politik pada prinsipnya

meliputi masalah-masalah pokok dalam kehidupan sehari-hari yang pada

kenyataannya selalu melibatkan perempuan. Keterlibatan perempuan dalam

politik bukanlah dimaksudkan untuk menjatuhkan, menurunkan, atau

merebut kekuasaan dari laki-laki, melainkan dimaksudkan agar bisa menjadi

mitra sejajar laki-laki.1

Ketika bicara politik, harus berbicara insan politiknya. Insan politik

yang dimaksud di sini adalah manusia sebagai pelaku dan sekaligus obyek

politik. Pada dasarnya semua wacana pelaku politik telah menjadi kajian dan

ulasan dari kitab-kitab fiqh politik, namun dalam hal ini masih ada wacana

pelaku politik yang terlupakan, yaitu wacana politik kaum perempuan.

Sebagai salah satu pelaku dan pencipta wacana politik, kaum perempuan

tidak mendapat tempat yang berarti, bahkan termaginalkan. Diakui atau

tidak, domain yang disediakan oleh fiqh politik, misalnya tentang

lembaga-lembaga pemerintahan, seperti Imamah, perwakilan, kementerian dan

1

(32)

25

sebagainya. Tampaknya lebih akrab dengan aktivitas laki-laki dibandingkan

dengan aktivitas perempuan.2

Oleh karena itu kedudukan perempuan dalam fiqh politik ini

merupakan agenda tersendiri dan sangat penting untuk dilihat. Persoalannya

tidak sekedar mempertanyakan kembali boleh dan tidaknya perempuan

menjadi imam (pemimpin), tetapi bagaimana konsepsi fiqh dalam

memandang peran politik perempuan secara umum. Secara garis besar,

dalam membicarakan keberadaan hak-hak kaum perempuan berpolitik ada

tiga pendapat yang berkembang sebagaimana yang diterangkan di bawah ini:

1. Pendapat Konservatif

Pendapat konservatif ini mengemukakan argumentasi bahwa

dalam praktik politik, Islam tidak mengakui persamaan politik antara

laki-laki dan perempuan. Ulama-ulama yang mendukung pendapat seperti

ini, misalnya, Imam al-Ghozali yang menyatakan bahwa seorang

perempuan tidak bisa didudukan sebagai imam (kepala negara).

Menurutnya bagaimana bisa seorang perempuan melaksanakan

pemerintahan sedangkan dia sendiri tidak memiliki hak untuk

memutuskan perkara besar dan tidak mampu memberikesaksian dalam

perbagai persoalan keputusan hukum.3Pendapat yang sama dilontarkan

juga oleh al-Qalqasyandi. Dengan jelasia mengatakan bahwa perempuan

2

Syafiq Hasyim Hal-Hal Yang Tak Terpikiurkan Tentang Isu-Isu Keperempuanan Dalam Islam. h. 189.

3

(33)

26

dilarang menjadi kepala pemerintahan karena dia memilikikekurangan

dalam dirinya. Mereka berlandasan dari hadist :

ٍةَمِلَكِب َللا َِِعَفَ ن ْدَقَل َلاَق َةَرْكَب َِِأ ْنَع ِنَسَْْا ْنَع ٌفْوَع اََ ثَدَح ِمَثْيَْْا ُنْب ُناَمْثُع اََ ثَدَح

َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص ََِِلا َغَلَ ب اَمَل ِلَمَْْا َماَيَأ ملسو يلع ها يلص ه لوسر نم اهتعم

َلاَق َرْسِ ن ب مهيلع اوُكَلَم دق ِراَ ل ا َنَأ

ةَأَرْما ْمَُرْمَأ اْوَلَو ٌمْوَ ق َحِلْفُ ي ْنَل

(

اور

يراخبلا

)

Artinya:“tidak akan berjaya suatu kaum yang mengangkat seorang wanita

sebagai pemimpin mereka”(H.R. Bukhari)

Hadits ini dari segi riwayat tidak seorang pun pakar Hadits yang

mempersoalkan kesahihannya. Sedangkan dari segi diroyah; dalalah

hadits ini menunjukkan dengan pasti haramnya wanita memegang

kekuasaan negara. Menurut faham konservatif ini, Islam telah

menentukan peran perempuan dalam wilayah khusus (domestic role).

Menurut mereka, Islam tidak pernah menyandarkan urusan publik kepada

perempuan, bahkan sejak masa kenabian tak satupun perempuan yang

terlibat secara langsung dalam kegiatan politik.

2. Pendapat Liberal-Progresif

Pendapat liberal-progresif adalah yang menyatakan bahwa Islam

sejak awal telah memperkenalkan konsep keterlibatan perempuan dalam

peran politik. Secara eksplisit kelompok ini mengatakan bahwa

perempuan mempunyai hak pilih dalam berpolitik. Mereka juga diizinkan

(34)

27

Kaum ulama dari golongan dari kelompok Khawarij dan Musyabbihah

menggunakan dalil-dalil al-Qur’an tentang konsep adalah (keadilan) dan

musawah (persamaan) yang selalu dijunjung tinggi dalam Islam, dan juga

sebagai organisasi Islam terbesar di indonesia, Nahdlatul ulama (NU)

tidak saja selalu menghiasi wacana publik Indonesia, tetapi juga menjadi

inspirasi bagi gerakan dan pemikiran keislaman yang berwawasan

kebangsaan, respon terhadap perubahan dan akomodatif terhadap

kebudayaan lokal nusantara. NU selalu memposisikan diri sebagai jangkar

nusantara, terutama yang digalang oleh kader-kader mudanya.

Mereka mempunyai gagasan keagamaan progresif dalam

merespon modernitas dengan menggunakan basis pengetahuan tradisional

yang mereka miliki setelah di persentuhkan dengan pengetahuan baru dari

berbagai khazanah modern. Mereka tidak hanya peduli dengan modernitas

yang terus di kritik dan disikapi secara hati-hati, tetapi juga melakukan

revitalisasi tradisi.4

Dalam konteks ini, NU menjadikan kepercayaan teologis sebagai

basis pengembangan masyarakat dengan mengusung isu-isu universal

seperti, HAM, demokrasi, civil society termasuk juga kesetaraan gender,

dengan munculnya calon-calon ulama perempuan di Indonesia ini sebagai

salah satu indikator awal akan terbebasnya perempuan dari belenggu

penindasan dan ketidakadilan. Pengertian ulama sebagai penerus Nabi

4

(35)

28

ulama’u waratsatul ambiya’) tidak hanya tertentu bagi kaum laki-laki.

Perempaun yang seringkali hanya ditempatkan di dalam rumah, sudah

saatnya tampil ke ruang publik untuk mengayomi seluruh umat, baik

laki-laki maupun perempuan. Pada biasanya, laki-laki-laki-laki dengan sifat

keperkasaannya menjadi ulama atau pimpinanan agama, sehingga tidak

jarang ia anarkis dan destruktif. Dengan demikian, kehadiran ulama

perempuan menjadi sungguh dinantikan oleh seluruh umat manusia

3. Pendapat Apologis

Pendapat apologis adalah yang menyatakan bahwa ada bagian

wilayah politik tertentu yang bisa dimasuki perempuan dan ada wilayah

tertentu yang sama sekali tidak boleh dijamah oleh perempuan. Menurut

kelompok ini, yang menjadi wilayah politik perempuan adalah menjadi

ibu. Di samping itu, kelompok ini masih menganggap bahwa porsi

emosional perempuan lebih besar di bandingkan dengan porsi

rasionalnya.5Ketiga pendapat ini pada dasarnya mewakili corak pandang

para ahli Fiqh zaman klasik.

B. Hak-Hak Perempuan Dalam Berpolitik

Al-Qur’an berbicara tentang perempuan dalam berbagai surat dan

ayat yang menyangkut berbagai sisi kehidupannya. Adapula yang

menguraikan keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah

5Syafiq Hasyim, “

(36)

29

kemanusiaan secara umum,misalnya dalam surat an-Nisa’ayat 32 yang

menunjukkan hak-hak perempuan.

اوُبَسَتْ ا اَِِ ٌبيِصَن ِلاَجِرلِل ٍضْعَ ب ىَلَع ْمُكَضْعَ ب ِِب َُللا َلَضَ اَم اْوَ َمَتَ ت َََو

ٍءْيَش ِلُكِب َناَ ََللا َنِإ ِِلْضَ ْنِم ََللا اوُلَأْساَو ََْْسَتْ ا اَِِ ٌبيِصَن ِءاَسِلِلَو

اًميِلَع

Artinya: “Karena bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan dan bagi para perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka

usahakan”6

Menurut ayat di atas hak politik menurut ahli hukum adalah hak

yang dimiliki dan digunakan oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai

anggota dalam organisasi politik seperti hak memilih dan dipilih,

mencalonkan diri dan memegang jabatan umum dalam negara. Selain itu,

hak politik bisa diartikan sebagai hak-hak dimana individu memberi andil

melalui hak tersebut dalam mengelola negara.

Ada yang berpendapat bahwa Islam tidak menetapkan persamaan

antara perempuan dan laki-laki, khususnya dalam memperoleh hak-hak

politik. Masalah hak perempuan dalam pencalonan memiliki dua dimensi

lain, yaitu pertama : perempuan menjadi anggota di parlemen, kedua: ikut

serta dalam pemilihan anggota di parlemen. Untuk mengetahui ketentuan

dalam kedua masalah ini, yang pertama mengandung kewenangan dalam

(37)

30

urusan-urusan umum, maka harus dijelaskanbahwa kewenangan itu ada dua,

yaitu kewenangan umum dan kewenangan khusus.

Kewenangan umum adalah kekuasaan dalam urusan-urusan

masyarakat, seperti kewenangan pembuatan undang-undang, keputusan

proses pengadilan, implementasi hukum, dan kontrol terhadap para penegak

hukum. Sedangkan kewenangan khusus adalah kekuasaan mengatur masalah

tertentu, seperti wasiat kepada anak yang masih kecil, kewenangan terhadap

harta, dan pengaturan wakaf.

Syariat memberikan kesempatan kepada perempuan dalam

kewenangan yang nomor dua di atas. Dalam hal itu, ia memiliki kekuasaan

seperti yang dimiliki laki-laki, sebagaimana memiliki kekuasaan dalam

mengatur kepentingan-kepeningan khusus dirinya.7Pendapat ini didasarkan

pada surat At Taubah ayat 71:

ٍضْعَ ب ُءاَيِلْوَأ ْمُهُضْعَ ب ُتاَِمْؤُمْلاَو َنوُِمْؤُمْلاَو

ۚ

َنوُميِقُيَو ِرَكُْمْلا ِنَع َنْوَهْ َ يَو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَي

َُلوُسَرَو ََللا َنوُعيِطُيَو َةاَ َزلا َنوُتْؤُ يَو َة َََصلا

ۚ

َُللا ُمُهََُْرَ يَس َكِئَٰلوُأ

ٌميِكَح ٌزيِزَع ََللا َنِإ

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kebaikan, mencegah kemungkaran, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rosul-Nya. Mereka itu akan di beri rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah itu maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS.

At Taubah[9]:71).8

7

Ikhwan Fauzi, perempuan dan kekuasaan, menulusuri hak politik dan kekuasaan gender dalam Islam hlm. 36-38.

8Depag RI, Alqur’

(38)

31

Ayat ini menunjukkan bahwa perempuan seperti laki-laki.

Masing-masing mereka boleh berpartisipasi dalam politik dan mengatur urusan

masyarakat, dan mempunyai hak dalam mengatur kepentingan umum.

Hak-hak politik ini mencakup :

1. Hak dalam mengungkapkan pendapat dalam pemilihan dan refrendum

dengan berbagai cara.

2. Hak dalam pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan dan anggota

setempat.

3. Hak dalam pencalonan menjadi presiden dan hal-hal lain yang

mengandung persekutuan dan penyampaian pendapat yang berkaitan

dengan politik.9

Berkaitan dengan posisi perempuan dan memperoleh hak-hak

politik, Islam mengakui pentingnya peran kaum perempuan dalam kehidupan

masyarakat dan dampaknya dalam kehidupaun politik. Oleh karena itu kaum

perempuan telah diberikan hak-hak politik yang mencerminkan status

mereka yang bermartabat, terhormat dan mulia dalam Islam. Sebagian

hak-hak tersebut adalah sebagi berikut :

1. Kebebasan untuk Menyampaikan Pendapat.

Saling bertukar pikiran adalah prinsip yang sangat penting

dalamIslam. Metodologi yang disusun oleh Islam untuk menciptakan

(39)

32

sebuah bangsa yang berhasil ini mengajak setiap anggotanya untuk

salingmenasehati dan bermusyawarah satu sama lain. Allah SWT

berfirman :

َنوُقِفُي ْمُاَْ قَ َر اََِِو ْمُهَ ْ يَ ب َروُش ْمُُرْمَأَو َة َََصلا اوُماَقَأَو ْمِِ َرِل اوُباَ َتْسا َنيِ َلاَو

Artinya: “Dan bagi orang-orang yang menerimah (mematuhi) seruan tuhan Nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (di putuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. (QS : Asy-syura 42:38)10

Ayat di atas menjelaskan pentingnya musyawarah dalam

menyelesaikan sebuah masalah. Karena kaum muslimin disuruh

menyelesaikan segala urusan mereka dengan bermusyawarah, maka semua

muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib menyampaikan

pendapatnya, jika mereka merasa bahwa dengan melakukan itu mereka

dapat memberikan nasehat yang berharga dan bijaksana untuk

kepentingan umat Islam dan juga mengikuti prinsip menyuruh kebaikan

dan melarang kejahatan (amar ma’ruf nahi munkar).

Karena agama Islam menghormati hak kebebasan berfikir dan

mengungkapkan pendapat kepada seluruh umat manusia. Kebebasan

berpendapat ini tidak hanya diberikan kepada warga negara ketika

melawan tirani. Namun juga bagi warga suatu negara untuk bebas

(40)

33

mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda dan mengekspresikannya

berbagai masalah.11

2. Hak Terhadap Pemilihan

Keputusan tentang persoalan-persoalan politik sangat

diperhitungkan dan dihargai dalam rangka memberikan pengaruh yang

besar dalam pembentukan masyarakatnya sendiri.12 Dalam al-Qur’an

Allah berfirman:

ْمُكِْم ِرْمَْْا ِِوُأَو َلوُسَرلا اوُعيِطَأَو ََللا اوُعيِطَأ اوَُمآ َنيِ َلا اَه يَأ اَي

ٍءْيَش ِِ ْمُتْعَ اََ ت ْنِإَ

ِرِخ ْْا ِمْوَ يْلاَو َِللاِب َنوُِمْؤُ ت ْمُتُْ ْنِإ ِلوُسَرلاَو َِللا ََِإ ُودُرَ

ۚ

ًَيِوْأَت ُنَسْحَأَو ٌرْ يَخ َكِلَٰ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri di antara kamu, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah dan Al-Qur’an dan rosul atau sunnahnya. Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu yang lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. (QS. An-nisa’ 4:59)13

Ayat tersebut menjelaskan tentang administrasi pemerintahan

dalam suatu negara dipercayakan bagi seorang amir atau pemimpin.

Semua orang muslim yang telah dewasa mendapat hak untuk ikut serta

dalam pemilihan seorang pemimpin, baik secara langsung dan tidak

langsung.

11

Fatimah Umar Nasif, Hak Dan Kewajiban Perempuan Dalam Islam, Terjemahan Burhan Wirasubrata, hlm.170

12

Syekh Syaukat Hussein, HAM dan Islam. Terj. Abdul Rochim, hlm. 18

(41)

34

Dengan demikian sebagai anggota umat secara keseluruhan,

perempuan juga berhak untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib

bangsanya. Karena semua individu mempunyai hak untuk memilih

kepalanegara dan menduduki jabatan di jajaran pemerintahan.14Syura

(musyawarah) menurut Al-Quran hendaknya merupakan salah satu prinsip

pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama, termasuk kehidupan

politik. Ini dalam arti bahwa setiap warga negara dalam hidup

bermasyarakat dituntut untuk senantiasa mengadakan musyawarah.

Sejarah Islam juga menunjukkan betapa kaum perempuan tanpa

kecuali terlibat dalam berbagai bidang kemasyarakatan. Al-Quran

menguraikan permintaan para perempuan di zaman Nabi Saw. untuk

melakukan bai'at (janji setia kepada Nabi dan ajarannya), sebagaimana

disebutkan dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12 sebagai berikut :

اَي

اَه يَأ

َِِلا

اَ ِإ

َكَءاَج

ُتاَِمْؤُمْلا

َكَْعِياَبُ ي

ٰىَلَع

ْنَأ

ََ

َنْ ِرْ ُي

َِللاِب

اًئْيَش

َََو

َنْقِرْسَي

َََو

َ ِنْزَ ي

َََو

َنْلُ تْقَ ي

َنَُد ََْوَأ

َََو

َ ِتْأَي

ٍناَتْهُ بِب

َُيَِ ْفَ ي

َْ َ ب

َنِهيِدْيَأ

َنِهِلُجْرَأَو

َََو

َكَيِصْعَ ي

ِِ

ٍفوُرْعَم

َنُهْعِياَبَ

ْرِفْ َ تْساَو

َنَُْ

ََللا

َنِإ

ََللا

ٌروُفَ

ٌميِحَر

Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-Mumtahanah : 12).15

14

Fatimah Umar Nasif, hak dan kewajiban, hlm. 172

(42)

35

3. Hak Mendapat Perlindungan Kehormatan

Hak penting ketiga yang diberikan Islam kepada perempuan

adalah berupa perlindungan kehormatan. Kaum muslimin dilarang untuk

saling menyerang kehormatan orang lain dengan cara apapun. Hal ini

disampaikan rasulullah pada haji wada’nya. Kaum muslimin terikat untuk

menjaga kehormatan orang lain, dapat dihukum oleh pengadilan hukum

setelah terbukti kesalahanya. Negara juga harus melindungi kehormatan

warganegaranya tanpa diskriminasi apapun. Allah berfirman didalam

al-Qur’an :

ٍءاَسِن ْنِم ٌءاَسِن َََو ْمُهْ ِم اًرْ يَخ اوُنوُكَي ْنَأ ٰىَسَع ٍمْوَ ق ْنِم ٌمْوَ ق ْرَخْسَي ََ اوَُمآ َنيِ َلا اَه يَأ اَي

َنُهْ ِم اًرْ يَخ َنُكَي ْنَأ ٰىَسَع

ِباَقْلَْْاِب اوُزَ باََ ت َََو ْمُكَسُفْ نَأ اوُزِمْلَ ت َََو

ُمْس َِا َسْئِب

ِناَمِْْا َدْعَ ب ُقوُسُفْلا

ۚ

َنوُمِلاَللا ُمُ َكِئَٰلوُأَ ْبُتَ ي َْ ْنَمَو

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman. Janganlah suatu kaum mengolok-olok suatu kaum yamg lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari pada mereka.(QS. Al-Hujarat 49:11).16

Ayat di atas menjelaskan perlindungan kehormatan sesama

manusia, harus berbuat baik dan saling tolong menolong antara sesama

manusia, terlebih kaum perempuan, karena Allah memerintahkan kepada

kita untuk melindungi dan membela kaum perempuan, membantu

16Depag RI, Alqur’

(43)

36

integrasi mereka ke dalam masyarakat dan memberikan kehidupan yang

terhormat.17

4. Hak Pengawasan

Umat dan individu memiliki hak mengawasi kepala negara dan

seluruh jabatan dijajaran pemerintah. Dalam pekerjaan dan tingkah laku

mereka menyangkut urusan negara. Hak pengawasan ini dimaksudkan

untuk meluruskan kepala negara jika dia menyimpang dari jalan yang

lurus. Karena Islam telah menganugerahkan hak bagi seluruh umat

manusia untuk mengecam kedzaliman pemerintah.

C. Kepemimpinan Perempuan

Sebagai seorang muslim sudah selayaknya menjadikan Islam

sebagai cara pandangnya dalam memandang, menghadapi dan menyelesaikan

segala persoalan. Di mana dalam bidang kepemimpinan perempuan, Islam

bertolak dari status manusia sebagai khalifah. Akhir surat al-Ahzab

mempertegas kekhalifahan manusia ini di muka bumi. Bumi sebagi

pengemban amanat Allah untuk mengolah, memelihara, dan

mengembangkan bumi. QS al-Ahzab ayat 35 sebagai berikut :

ِتاَقِداَصلاَو َ ِقِداَصلاَو ِتاَتِناَقْلاَو َ ِتِناَقْلاَو ِتاَِمْؤُمْلاَو َ ِِمْؤُمْلاَو ِتاَمِلْسُمْلاَو َ ِمِلْسُمْلا َنِإ

ِتاَمِئاَصلاَو َ ِمِئاَصلاَو ِتاَقِدَصَتُمْلاَو َ ِقِدَصَتُمْلاَو ِتاَعِشاَْْاَو َ ِعِشاَْْاَو ِتاَرِباَصلاَو َنيِرِباَصلاَو

اًميِلَع اًرْجَأَو ًةَرِفْ َم ْمَُْ َُللا َدَعَأ ِتاَرِ اَ لاَو اًِْثَ ََللا َنيِرِ اَ لاَو ِتاَلِ اَْْاَو ْمُهَجوُرُ َ ِلِ اَْْاَو

17

(44)

37

Artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan tetap dalam ketaatanya, laki-laki dan perempuan dalam yang benar, laki-laki dan perempuan dalam keadaan sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang beresedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki- laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.(Qs al-Ahzab :35).18

Inilah tugas pokok manusia tidak berbeda antara perempuan dengan

laki-laki. Di situ disebutkan setiap orang adalah mukallaf (penerima

amanat).Islam mengangkat derajat manusia dan memberikan kepercayaan

yang tinggi, karena setiap manusia secara fungsional dan sosial adalah

pemimpin. Akan tetapi, ada manusia yang bisa merealisasikan potensinya

dan ada manusia yang tidak mampu merealisasikan potensinya menjadi

pemimpin. Orang yang tampil sebagai pemimpin adalah orang-orang yang

melengkapi dirinya dengan segala macam persyaratan kepemimpinan.

Ini adalah penjelasan yang berkaitan dengan perkembangan

peradaban dan budaya manusia, yang pada giliranya menempatkan laki-laki

sebagi kepala keluarga, artinya laki-laki berfungsi sebagai suami dan ayah,

yang berarti pemimpin untuk seluruh keluarga. Ibu dalam pengertian

pemimpin rumah tangga.19 Pemimpin dalam hal ini mempunyai

kecendrungan konotasi keibuannya, yang bertugas mendidik dan sebagainya.

18Depag RI, Alqur’an dan Terjemah. Jakarta. hlm. 673 19

(45)

38

Maka dalam hal ini kita harus memahami duduk persoalan

kepemimpinan perempuan di dalam ajaran Islam, yang didukung oleh

fakta-fakta peradaban manusia sejak dahulu hingga sekarang, dan tidak ada kitab

fiqh yang mengatakan perempuan tidak boleh menjadi pemimpin di dalam

rumah tangga. Semua kebudayaan mengakui hal ini. Sebagian ulama

berpendapat bahwa perempuan tidak boleh memegang jabatan penting

seperti jabatan kepala negara, hakim dan sebagainya. Akan tetapi, kalau di

lihat realitasnya dalam sejarah Islam yang tampil sebagai pemimpin. Aisyah

istri Nabi diakui sebagi seorang mufti. Maka dia memberikan fatwa kepada

segenap sahabat Nabi yang lain (Abu bakar, Umar, Ibnu Abbas, dan lainnya).

Bahkan kedudukanya sebagai panglima pada perang unta juga diakui.20Ada

tiga negara Islam yang saat ini menampilkan perempuan sebagai pemimpin,

yaitu Pakistan dan Bangladesh. Tentu di negara-negara tadi banyak ulama

dan mengerti, namun karena luasnya wawasan mereka, maka mereka

menerima perempuan sebagai pemimpin pemerintahan.

D. Baiat Dan Syura

Dalam ruang lingkup yang lebih luas (rumah tangga negara). Baiat

merupakan suatu komitmen bersama dari semua komponen masyarakat

Islam untuk selalu bertindak sesuai dengan ketetapan undang-undang dan

taat pada tugasnya masing-masing. Baiat merupakan jaminan sebagai

legitimasi penempatan kedudukan politik termasuk bagi perempuan yang di

20

(46)

39

dalamnya terdapat kesepakatan dari anggota masyarakat untuk dapat

menerima perempuan sebagai pemegang kebijaksanaan publik (yang

tertuang dalam lembaga-lembaga politik).21

Variabel yang kedua adalah syura dalam prinsip demokrasi.

Musyawarah menjadi ciri utamanya. Dalam syura keterlibatan unsur-unsur

yang berada dalam masyarakat menutup kemungkinan timbulnya konflik

yang disebabkan kesalah pahaman dan ketidak sepakatan dalam menentukan

suatu kebijaksanaan. Syura merupakan mekanisme yang terbaik untuk

membuat keputusan, yang memberi peluang agar tercapai konsensus secara

terbuka, yang melalui pengambilan keputusan terbaik dari berbagai pendapat

tanpa adanya paksaan. Jadi walaupun pemegang jabatan kekuasaan politik

itu adalah perempuan. Sebagaimana yang tercantum dalam (QS : Asy-syura

42:38) sebelumnya.

Akan tetapi hal ini berarti tetap terkontrol dalam kerangka aturan

hukum yang telah disepakati. Bahkan seorang presiden perempuan pun tidak

akan menjadi persoalan besar manakala sistem kontrol (legislatif melalui

undang-undang dan yudikatif sebagai pengawas) dapat menjamin

kelangsungan pelaksanaan sistem ketatanegaraan. Syura merupakan media

menentukan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh orang-orang beriman

yang mempunyai wawasan berfikir luas (menerima seruan Tuhannya,

21

(47)

40

mendirikan shalat, lemah lembut, tidak bersifat keras dan berhati kasar).

Semua ini ditujukan pada orang-orang yang beriman secara keseluruan tidak

ada perbedaan jenis kelamin, baik laki-laki atau perempuan.

Lembaga legislatif dengan menggunakan dua mekanisme tersebut

dapat mengatur kompetensi politik perempuan maupun laki-laki dengan

tidak adanya larangan partisipasi perempuan dalam kedudukan politik. Maka

yang menjadi penentu peran atau keterlibatan mereka adalah kembali pada

ukuran-ukuran semula. Yang menjadi persyaratan pejabat politik yang telah

disepakati para ulama dengan mengesampingkan persyaratan gender.

E. Kegiatan politik

Kegiatan politik juga di pandang sebagai kewajiban karena itu dapat

di kelompokan sebagai fardhu ain (seperti baiat atau sumpah kesetiaan dan

bermusyawarah) dan fardhu kifayah (seperti jihad, jabatan pemerintah,

memerintahkan kebaikan dan melarang kejelekan).

Lebih dari itu persoalan-persoalan yang menyangkut

kemasyarakatan dan politik yang paling pentingadalah faktor kemaslahatan.

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, mengutip ucapan ibnu Aqil dengan tegas

mengatakan:

Dalam urusan-urusan politik yang di perlukan adalah cara-cara yang dapat

mengantarkan masyarakat pada kehidupan yang menjamin kemaslahatan

(48)

41

itu tidak pernah di lakukan oleh Rasulullah dan tidak wahyu tuhan. (di kutip

dari ibnu aqil)

Kaidah yang benar dalam hal ini tindak penguasa terhadap

rakyatnya harus di dasarkan dalam kemaslahatan mereka. Kemaslahatan

dalam kegiatan umum atau pablik antara lain dapat di tegakkan melalui

cara-cara kepemimpinan demokratis dan berdasarkan konstitusi, serta

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, bukan kekuasaan tirani,

otoriter dan sentralistis. Jadi semua jelas dan kuat bahwa kepemimpinan

pablik tidak ada kaitanya sama sekali dengan urusan jenis kelamin.

Melainkan pada kualifikasi pribadi, integritas intelektual dan moral serta

sistem politik yang mendukungnya.22 Sifat wajib, kegiatan berpolitik

berdasarkan konsep perwakilan Tuhan terhadap manusia di bumi (khalifah)

di mana laki-laki dan perempuan membawa tanggung jawab pribadi juga

bersama untuk memenuhi perintah Tuhan di bumi.23

(49)

BAB III

STATUS PEREMPUAN PARTAI POLITIK DPW PKB JAWA TIMUR

A. PKB dalam Lintasan Sejarah

Setelah hampir tiga puluh dua (32) tahun, era tinggal landas

pembangunan yang ditetapkan Orde Baru terpaksa kandas di tengah jalan

ketika badai krisis ekonomi dan moneter menerjang kawasan Asia pada Juli

tahun 1997. Di Indonesia, peristiwa tersebut membawa dampak pada

goyangnya tonggak pembangunan ekonomi yang dipancangkan penguasa

Orde Baru. Kemudian krisis mata uang regional tersebut berujung pada kisruh

politik, ekonomi dan keamanan yang sangat hebat bagi Indonesia. Dan pada

gilirannya, legitimasi Orde Baru dari sisi pembangunan ekonomi dan

stabilitas politik pun setahap demi setahap sirna.

Muara dari segala petaka tersebut berujung pada tuntutan rakyat

perihal pergantian pucuk pimpinan nasional. Mantan Presiden Suharto beserta

para punggawanya tak kuasa membendung hantaman gelombang demonstrasi

dari kalangan kampus dan non-kampus yang mendesak dirinya agar sesegera

mungkin meletakkan mandatnya sebagai Presiden. Tuntutan reformasi politik

berkembang dalam eskalasi krisis politik yang menunjukan kekuatan

reformasi dan tidak mungkin bisa dibendung lagi. Akhirnya, tepat pada

tanggal 21 Mei 1998, Soeharto pun bersedia menanggalkan jabatannya

(50)

43

memasuki suatu era transisi dari sistem pemerintahan otoriter ke suatu sistem

yang lebih demokratis.1

Tumbangnya rezim otoritarian Orde Baru meniupkan angin segar

perubahan, yang kemudian mendobrak sekat-sekat tiranik yang selama ini

mengurung bangsa Indonesia. Demokratisasi menjadi senandung syahdu yang

diperdengarkan pada setiap bilik-bilik rakyat di negeri ini. Momentum

kejatuhan Soeharto menjadi sebuah pemantik yang dahsyat bagi demokrasi,

hal inilah yang kemudian mendorong segenap warga Nahdliyin berinisiatif

mengadakan diskusi dan halaqah politik yang intensif dalam kerangka

menyongsong perubahan tersebut.

Pertemuan-pertemuan tersebut membicarakan bagaimana seharusnya

peran warga NU yang telah lama termarginalisasi dalam arus perubahan yang

tengah bergerak akseleratif nyaris tak terkendali itu. Berbagai masukan,

desakan dan ragam interpretasi pun bermunculan menyikapi situasi politik

nasional yang sarat dengan ketidakpastian. Arah pembicaraan pun kemudian

semakin mengkristal pada sebuah pilihan, yaitu tentang perlunya warga NU

memiliki suatu wadah untuk menampung aspirasi politiknya.2 Dalam konteks

ini sebagian besar warga NU menginginkan pada masa-masa mendatang

terjadinya sebuah pengambilalihan kekuasaan secara konstitusional dan

demokratis melalui perpanjangan tangan politik yang berbentuk partai politik.

Hal tersebut merupakan konsekuensi politik mengingat sebagian besar warga

negara Indonesia merupakan warga Nahdhatul 'Ulama.

1

Max Lane, Bangsa Yang Belum Selesai: Indonesia, Sebelum dan Sesudah Soeharto (Jakarta: Reform Institute, 2007), h. 193.

2

(51)

44

Namun demikian, dalam merespon wacana yang mengemuka di

tengah-tengah penganutnya, PBNU bertindak hati-hati dan tidak gegabah

dalam menentukan sikap politiknya agar tidak berakibat tidak baik bagi

pengikutnya. Kehati-hatian sikap para pengurus PBNU terjadi karena ada satu

konsensus bersama yang tidak boleh dilanggar oleh NU secara institusional.

Di mana pada Muktamar ke-27 di Situbondo, NU secara organisasional

menetapkan tidak terkait dengan partai politk manapun dan tidak melakukan

kegiatan politik praktis dan diputuskan kembali kepada khittah 1926.76

Menyaksikan sikap para pimpinan teras PBNU tersebut, kemudian memicu

kekecewaan dan ketidakpuasan di kalangan internal kaum santri itu,

khususnya pada tataran akar rumput.3

Menyikapi kondisi sosial dan realitas politik yang sedang berlangsung

saat itu, PBNU

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan evaluasi Dokumen Penawaran Saudara untuk pekerjaan PEMBANGUNAN JALAN DAN TPT DESA MOROPELANG, maka bersama ini diharap kehadirannya besok pada :.. LAYANAN

Pada hari ini, sabtu tanggal tiga belas bulan agustus tahun dua ribu enam belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini Pokja ULP Dinas Perikanan dan

Penerapan Metode Eksperimen..., Triwibowo, FKIP UMP, 2013.. Sony Irianto, M.Pd selaku selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan banyak masukan

Hiranyakasipu memiliki saudara kembar yang bernama Hiranyaksa, sebelum bernama Hiranyakasipu dan Hiranyaksa ia bernama Jaya Wijawa.Garapan ini merupakan sebuah garapan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanaman jagung ( Zea mays L.) dengan pola penanaman dan waktu pencabutan gulma yang berbeda maka dapat disimpulkan bahwa

Kandungan unsur hara dan sifat kimia tanah pada kedua tipe tutupan lahan tidak jauh berbeda, dan ada indikasi berkurangnya ketebalan solum tanah hingga 10 cm dalam

Revitalisasi Pasar Inpres di Kawasan Transit Oriented Development (TOD), Jakarta Selatan 89 Penataan Pola Tata Ruang Dalam Pasar Legi Tradisional Kota Blitar.

Pelaksanaan Tindakan, Secara terperinci pelaksanaan penelitian telah dilaksanakan sesuai dengan rencana jadwal yaitu : Pertemuan pertama dikumpulkan data berupa kemampuan