STATUS PEREMPUANPARTAI POLITIK DPW PKB JAWA
TIMUR DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH
SKRIPSI
Oleh:
FATHOR ROSYI NIM : C03210071
Pembimbing:
NURUL ASIYA NADIFAH, M,HI NIP. 19754232003122001
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM ISLAM
JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM PRODI HUKUM PIDANA ISLAM
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Status Perempuan Partai Politik DPW PKB Jawa Timur” ini merupakan hasil penelitian lapangan yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana peran perempuan dalam kontestasi politik di Jawa Timur menurut Fiqh siyasah.
Data penelitian dihimpun dengan melalui wawancara dan dokumenter. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian seara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara Undang-Undang dengan fakta di lapangan. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif.
Hasil penelitian menjelaskan,perempuan di DPW PKB Jawa Timur memiliki beberapa peran yang dilakukan. Melihat dari jumlah kader perempuanya yang mewakili di Dewan Perwakilan Rakyat Jawa Timur sebesar 7 kader perempuan dari DPW PKB Jawa Timur. Terpilihnya perempuan menjadi anggota DPRD Jawa Timur berlatar belakang kader Perempuan DPW PKB Jawa Timur, menunjukkan bahwa secara kultural, posisi politik perempuan menunjukkan perkembangan signifikan. Perempuan DPW PKB Jawa Timur ternyata mampu menjadi anggota dewan dengan jumlah yang tidak sedikit, sebuah prestasi yang pantas diapresiasi. Hal ini merupakan sebuah nilai plus atas keterbukaan masyarakat Jawa Timur dalam proses kesetaraan gender, baik di bidang politik maupun yang lainnya. Selain peran tersebut Kader Perempuan DPW PKB Jawa Timur juga melakukan kegiatan sosial pada hari Kartini dengan model kegiatan mengunjungi Ibu-ibu yang melahirkan pada hari tersebut di rumah-rumah sakit yang ada di Jawa Timur. Kegiatan ini dimaksudkan bahwa kader perempuan DPW PKB Jawa Timur sangat merasa prihatin dengan masih banyaknya ibu-ibu di Jatim yang melahirkan bayinya secara prematur. Sebab kelahiran prematur sangat beresiko besar menghilangkan nyawa baik untuk ibu maupun bayinya.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TRANSLITERASI ... xi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 13
C. Rumusan Masalah ... 14
D. Kajian Pustaka ... 15
E. Tujuan Penelitian ... 17
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 17
G. Definisi Operasional ... 18
H. Metode Penelitian ... 19
I. Sistematika Pembahasan ... 21
BAB II PEREMPUAN DALAM POLITIK MENURUT PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH A. Politik Bagi Perempuan... 23
B.Hak-Hak Perempuan Dalam Berpolitik ... 27
D. Baiat Dan Syura... 27
E. Kegiatan politik... 39
BAB III STATUS PEREMPUAN PARTAI POLITIK DPW PKB JAWA TIMUR
A. PKB dalam Lintasan Sejarah... 42
B. Profil Singkat Perempuan Bangsa PKB Jawa Timur... 50
C. Karakteristik dan Arah Perjuangan Perempuan Bangsa PKB Jawa Timur... 51
D.Kontribusi Kader Perempuan Bangsa PKB Jawa Timur... 54
BAB IV ANALISIS STATUS PEREMPUAN DPW PARTAI KEBANGKITAN
BANGSA JAWA TIMUR DALAM PRESPEKTIF FIQH SIYASAH
A. Status Perempuan DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.. 56
B. Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Status Politik Perempuan di Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur. ... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diskursus perempuan dalam kancah politik Indonesia dapat
dikategorikan dilematis. Satu sisi perempuan Indonesia dituntut untuk
berperan dalam segala sektor, tetapi pada sisi lain muncul tuntutan agar
perempuan Indonesia berperan sesuai kodratnya saja, yakni di wilayah
domestik. Situasi dilematis ini dialami oleh perempuan Indonesia yang
berkarier. Perempuan karier merasa terpanggil untuk mendarmabaktikan
bakat dan keahliannya bagi perkembangan bangsa dan negara. Di samping
itu, perempuan sering dihantui oleh konstruk budaya yang telah mengakar
dalam masyarakat bahwa perempuan harus mengabdi pada keluarga1.
Kesenjangan akses, hak dan peran perempuan dalam politik
menjadi hambatan sendiri bagi perempuan dalam ikut berperan dalam
ranah politk. Pada sisi lain, hal itu juga dilatarbelakangi oleh kualitas
perempuan bila dibandingkan dengan laki-laki. Faktor tersebut tidak
sepenuhnya kesalahan kaum perempuan,mengingat konstruk budaya
masyarakat yang selalu mengekang agar perempuan tidak perlu
repot-repot menempuh pendidikan tinggi karena pada ujungnya akan kembali
1Liza Hadisdan Sri WiyantiEddyono, PengakuanPeran Gender dalamKebijakan-Kebijakan di
2
kewilayah domestik. Terlepas dari itu semua, minimnya kuantitas
perempuan dari pada laki-laki dalam ranah politik membuat perempuan
tidak mampu berbuat banyak untuk kepentingan bangsa khususnya dalam
memperjuangkan hak-hak perempuan.2 Lebih parah lagi, ketika tidak
sedikit kalangan yang menilai bahwa naiknya perempuan dalam jabatan
publik tersebut tidak terlepas dari pengaruh laki-laki.
Dominasi laki-laki atas perempuan dalam kehidupan sosial-politik
seakan telah menjadi catatan yang tak akan pernah terhapus dalam sejarah
perjalanan kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Perempuan tidak
pernah mendapat tempat layak dalam tata politik di Indonesia. Dalam
sejarahnya, perempuan hanya diapresiasi rendah. Hal tersebut dapat
dikaitkan dengan keterwakilan perempuan dalam legislatif yang belum
menunjukkan proporsi yang layak, padahal antara laki-laki dengan
perempuan secara kapasitas dan kredibilitas tidak ada bedanya, semua
kembali kepada integritas masing-masing dalam membangun komitmen
kerja.
Begitupun pada ranah hukum, masih banyak dijumpai substansi,
struktur dan budaya hukum yang diskriminatif dan tidak berkeadilan
gender. Hukum yang ada saat ini masih lemah dalam menjangkau
masalah-masalah kekerasan dan tindak kriminal lainnya. Permasalahan
lain ialah kesadaran dan akses informasi masyarakat terhadap hukum
masih sangat rendah. Salah satu faktor penyebabnya dapat lihat dari peran
2Anonim, RendahnyaAnggotaLegislatif Daerah dalamMenyuarakanPersoalanMasyarakat,
3
oraganisasi-organisasi politik, mengingat partai dan organisasi politik
merupakan ekspektasi besar dalam memberikan pendidikan politik cerdas
kepada masyarakat, khususnya pada kesamaan hak perempuan dalam
kancah politik. Dengan demikian, peran dan kuantitas perempuan di dalam
lembaga-lembaga negara (legislatif, eksekutif, yudikatif) masih jauh di
bawah dominasi kaum laki-laki.
Manusia adalah khalifah Tuhan dimuka bumi. Tugasnya
memakmurkan bumi untuk kesejahteraan manusia. Dalam wacana
Islam, politik (al-s}iy{a>sa>h) secara sederhana dirumuskan sebagai
cara mengatur urusan-urusan kehidupan bersama untuk mencapai
kesejahteraan didunia dan kebahagiaan diakhirat.
Islam adalah agama yang melindungi setiap hak-hak manusia
tanpa membedakan laki-laki maupun perempuan, yang membedakan
adalah tingkat ketakwaan manusia itu sendiri. Di antara hak-hak
manusia itu adalah hak untuk memperoleh pekerjaan, sebab dalam Islam
tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki untuk memperoleh
pekerjaan.
Islam bahkan menganjurkan manusia bekerja untuk menjadikan
kesejahteraan dan ketentraman keluarga. Islam mempunyai posisi yang
unik karena mengakui status ekonomi perempuan yang independen dan
memberi hak untuk memiliki, menggunakan dan menikmatinya tanpa
4
Selama ini, politik dan prilaku politik dipandang sebagai
aktivitas laki-laki. Perilaku politik yang dimaksudkan di sini mencakup
kemandirian, kebebasan berpendapat, dan tindakan agresif. Ketiga
karakteristik tersebut tidakpernah dianggap ideal dalam diri perempuan.
Karena itu masyarakat selalu memandang perempuan yang mandiri,
berani mengemukakan pendapat, dan agresif, sebagai orang yang tidak
dapat diterima atau diinginkan. Dengan ungkapan lain perempuan
dengan karakter seperti itu bukan tipe perempuan ideal.
Padahal ada tiga unsur yang merajut kepemimpinan dalam diri
seseorang, yaitu kekuasaan, kompetensi diri, dan agresif kreatif.
Kekuasaan, sebagai unsur penting dalam membangun dan memimpin
seseorang, selalu didefinisikan sebagai kekuatan atau ketegaran atau
kemampuan bertindak yang diperlukan guna mencapai sesuatu demi
tujuan yang lebih besar. Pada hakekatnya, kekuasaan bersifat netral,
bisa digunakan untuk kebaikan dan sekaligus untuk kejahatan.3Kajian
tentang perempuan dan gender terus menemukan momentumnya,
perhatian hampir tidak pernah di berikan kepada ulama perempuan.
Terdapat cukup banyak ulama perempuan dan sekaligus para
perempuan yang memiliki peran penting dalam keilmuan Islam.
Demikian juga terdapat perempuan perempuan yang memiliki peran
5
krusial dalam pembentukan lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti
madrasah dan lain-lain.
Meski demikian, masih banyak yang harus dilakukan untuk
mengungkapkan sejarah keulamaan dan keilmuan di kalangan
perempuan muslim, tidak hanya di Timur Tengah dan kawasan muslim
lain, tetapi juga di Indonesia. Sebab seperti disimpulkan baik setelah
mengkaji kehidupan keagamaan perempuan muslim. Posisi perempuan
dalam masyarakat muslim termasuk di Indonesia tidak bisa dipahami
tanpa apresiasi menyeluruh tentang konteks di mana mereka hidup,
berbagai faktor budaya, politik, ekonomi, sosial dan bahkan agama
saling mempengaruhi dalam menentukan posisi perempuan, tidak
terkecuali ulama perempuan.
Di sini faktor religio-sosiologis menjadi sangat penting. Di
lingkungan masyarakat muslim Indonesia. Seseorang baru benar-benar
diakui sebagai ulama, jika telah diakui oleh komunitas nya sendiri
sebagai ulama. Pengakuan itu datang bukan semata-mata
mempertimbangkan keahlian dalam ilmu agama, khususnya fiqh, tetapi
juga integritas moral dan akhlak nya dilengkapi dengan kedekatan
dengan umat, khususnya pada tingkat grass root (akar rumput).
6
dengankepemilikan dan pengasuhannya terhadap pesantren atau
madrasah. Seperti lazimnya di lingkungan NU.4
Peranan perempuan untuk tugas-tugas seperti itu tidak
dibedakandari laki-laki. Potensi-potensi atau kemampuan-kemampuan
untuk bertindak secara otonom diperlukan bagi tanggung jawab
menunaikan amanah tersebut. Pembahasan tentang perempuan sebagai
suatu kelompok memunculkan sejumlah kesulitan. Konsep “posisi perempuan” dalam masyarakat memberi kesan bahwa, ada beberapa posisi vital yang diduduki oleh perempuan di semua lapisan
masyarakat. Kenyataannya bahwa, bukan semata-mata tidak ada
pernyataan yang sederhana tentang “posisi perempuan” yang universal,
tetapi di sebagian besar masyarakat tidaklah mungkin berkata bahwa
perempuan sebagai kelompok yang memiliki kepentingan bersama.
Perempuan ikut andil dalam stratifikasi sosial di masyarakat. Ada
perempuan kaya, ada pula yang miskin, ada yang pandai, ada pula yang
bodoh. Selain itu, latar belakang kelas kaum perempuan mungkin sama
penting dengan gendernya dalam menentukan posisi mereka di
masyarakat.5
Pada dasarnya perbedaan laki-laki dan perempuan dapat
diwakili oleh dua konsep, yaitu jenis kelamin dan gender. Perbedaan
4JajatBurhanudin.UlamaPerempuanIndonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal.81 5Istibsyaroh, Hak-Hak Permpuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al-Sya’rawi, Jakarta: Pena
7
jenis kelamin mengacu pada perbedaan fisik, terutama pada perbedaan
fungsi reproduksi. Sementara itu gender merupakan konstruksi
sosio-kultural. Pada prinsipnya gender merupakan interpretasi kultural atas
perbedaan jenis kelamin. Bagaimanapun gender memang berkaitan
dengan perbedaan jenis kelamin, akan tetapi tidak selalu berhubungan
dengan perbedaan fisiologis seperti selama ini banyak dijumpai dalam
masyarakat.6
Dalam al-Qur’an telah jelas terungkap bahwa kedudukan dan
kemuliaan seseorang baik laki-laki maupun perempuan dinilai bukan
dari kekuatan (superioritas) maupun kepintarannya. Tetapi lebih karena
ketakwaannya, firman Allah :
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa danbersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat : 13).7
Dari ayat tersebut maka jelaslah bahwa Islam itu menghargai
harkat, martabat, derajat, hak setiap perempuan, tanpa membedakan
6FauziRidjal, DinamikaGerakan Perempuan DiIndonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2001, hal.30
7DepartemenAgamaRepublikIndonesia.Al-Qur’an dan
8
dengan laki-laki. Perempuan bebas untuk mengembangkan ekonominya
dan tidak lagi termarginalkan.8
Perempuan kini berhadapan dengan perspektif modernitas yang
semakin terbuka lebar. Keterbukaan ruang bagi perempuan untuk
mengikuti pendidikan sampai setinggi-tingginya telah melahirkan
kemampuan-kemampuan (al-ahliyah) mereka dalam segala urusan yang
sebelumnya diklaim hanya menjadi milik laki-laki. Persepsi tendensius
bahwa kaum perempuan kurang rasional, lebih emosional dan kurang
kompenten menangani urusan domestik dan publik dibanding kaum
laki-laki kini telah gugur dan tidak lagi popular. Kaumperempuan kini
tengah bergerak merengkuh masa depanya dan mengubur masa lalu yang
suram dan penuh nestapa.9
Diktum-diktum Islam telah memberikan ruang pilihan bagi
perempuan juga laki-laki untuk menjalani peran-peran politik domestik
maupun publik, untuk menjadi cerdas dan terampil. Sejarah kenabian
mencatat sejumlah besar perempuan yang ikut memainkan peran-peran ini
bersama kaum laki-laki. Khadijah, Aisyah, Umm Salamah, dan para isteri
Nabi yang lain, adalah perempuan-perempuan terkemuka yang cerdas.
Mereka sering terlibat dalam diskusi-diskusi tentang tema-tema sosial dan
politik bahkanmengkritik kebijakan-kebijakan domestik maupun publik
8Mansour Fakih, Analisis Gender Dan Transformasi Sosial, Jakarta: INSISTPress, 2008, hal. 148 9 Husein Muhammad.Spiritualitas Kemanusiaan Perspektif Islam Pesantren, Yogyakarta: LKiS
9
yang patriarkis. Partisipasi perempuan juga muncul dalam sejumlah baiat
(perjanjian, kontrak) untuk kesetiaan dan loyalitas kepada pemerintah.10
Selain itu juga di Indonesia pada masa era Orde Baru perempuan
lebih ditempatkan sebagai penggembira dengan wilayah garapan yang
sangat terbatas, lazim disebut wilayah domestik. Perempuan di bawah
kekuasaan militeristik Suharto hanya dijadikan warga negara kelas dua,
dimana haknya dibatasi oleh sekat-sekat yang membuai. Dan kini gerakan
perempuan memasuki babak baru dari sekian banyak episode kehidupan
global yang sedang bergulir.
Perasaan dan mental kegelisahan gerakan perempuan masih dalam
hembusan nafas yang sama, yakni melakukan perlawanan terhadap segala
bentuk ketidakadilan atas sosok perempuan dan seluruh sisi kehidupan
yang melingkupimya. Gerakan perempuan telah tampil ke permukaan
dengan wajah yang jauh lebih baik, dibandingkan pada masa rezim silam.
Karena secara kuantitas dan kualitas, perempuan di beberapa tempat
terbuktidan berhasil mengungguli kaum laki-laki. Dapat dikatakan,
walaupun masih jauh dari sempurna bahwa di masa kini perempuan sukses
melakukan gerakan strukturalmaupun kultural untuk turut mengubah
wajah dunia.11
10Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, Yogyakarta: LKiS, 2007, hal.165. 11Statistik lain hasil studi Patricia Morgan bertitel “Runtuhnya Dunia laki-laki”(1996)
10
Khusus keterlibatan seorang perempuan dalam politik di Indonesia
pada era reformasi telah menemukan momentumnya ketika pada tanggal
18 Februari 2003, DPR mengesahkan Undang-undang Pemilu dimana
salah satu klausul penting dalam pasal 65 ayat (10 yang dianggap progesif
sekaligus kontroversial adalah dicantumkanya kuota 30% perempuan
dalam nominasi calon legislatif di berbagai tingkatan. Kuota 30%
perempuan tersebut diakui merupakkan langkah awal bagi partisipasi
politik perempuan di republik ini.12 Aturan ini kemudian menjadi salah
satu jalan bagi hadirnmya perbaikkan nasib perempuan melalui
mekanisme legislasi parlemen.
Masuknya perempuan dalam lembaga legislatif diharapkan dapat
menjadi kekuatan penekan sekaligus eksekutor dalam isu-isu publik
khususnya yang menyangkut hajat hidup perempuan. Partisipasi
perempuan di parlemen juga membesitkan secercah harapan, dimana
perempuan dapat mengeliminasi kebijakan publik yang selama ini
cenderung bercorak patriarkis.
Dalam setiap negara demokrasi, peranan partai partai politik
menenmpati posisi sentral sebagai salah satu pilar tegaknya demokrasi. Di
Indonesia pasca tumbang Rezim Orde Baru, partai politik kembali
memainkan peranan penting dalam menentukkan arah pengambilan
keputusan dari suatu kebijakan pemerintah. Dari sekian banyak partai
keluarga berkulit putih dan 56% berkulit hitam tidak mampu memberikkan penghidupan kepada keluarganya secara layak.(Harioan Al-Hayat, 31 Oktober 1999)
11
politik yang berdiri di Indonesia, disana terdapat Partai Kebangkitan
Bangsa yang didirikkan oleh KH. Abdurrahman Wahid atau lebih populer
disebut Gus Dur.
Partai Kebangkitan Bangsa adalah partai politik dengan basis
dukungan berasal dari kalangan tradisionalis khususnya warga NU.
Namun, walaupun demikian dalam “Mabda Siyasi” partai, PKB
menegaskan diri sebagai partai terbuka dalam pengertian lintas agama,
suku, ras dan lintas golongan yang dimanifestasikan dalam bentuk visi,
misi, progam perjuangan, keanggotaan dan kepemimpinan. Artinya,
keterbukaan PKB tidak hanya disimbolkan dalam kehadiran kepengurusan
atau keanggotaan yang pluralistik namun yang lebih subtansial lagi adalah
keterbukaan dalamn sikap dan perilaku politik serta rumusan cita-cita
partai tersebut.
Pada kerangka itulah PKB menjadi partai yang banyak
mengakomodir isu-isu politik kontemporer yang tengah berkembang pada
ranah politik global, termasuk salahsatunya peranan politik perempuan.
PKB yang memiliki keterkaitan erat dengan para Ulama-ulama pondok
pesantren melakukan tafsir ulang terhadap nash-nash al-Qur’an dan kitab
-kitab fiqh yang pada masa lalu menempatkan perempuan sebagai manusia
kelas dua.13
13Gerakan penafsiran ulang terhadap teks-teks keagamaan yang dianggap mendiskriminasi kaum
12
Pada era selanjutnya kegiatan-kegiatan tersebut memicu
munculnya wacana-wacana tafsir fiqh baru terhadap perempuan yang
dilakukan intelektulal muda Islam. Kondisi ini memumculkan kesadaran
untuk menggagas kembali berapa tafsir kaidah Fiqh Al-Nisayang dianggap
kurang memberikkan keadilan bagi perempuan. Terlepas dari Pro dan
Kontra terhadap gagasan para penganut paham fiqh moderat tersebut,
tradisi baru ini juga menjadi pemicu menguatnya wacan kesetaraan gender
dalam masyarakat. Dan Partai Kebangkitan Bangsa berada pada baris
terdepan dalam mempromosikan gagasan tersebut. Untuk merealisasikan
ide pemberdayaan perempuan, PKB kemudian membentuk sebuah sayap
partai khusus perempuan yang dinamai dengan Pergerakkan Perempuan
Kebangkitan Bangsa (PPKB).
Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa PKB adalah salah satu
partai politik yang menyambut baik keterlibatan aktif kaum perempuan
dalam dunia politik. Dalam hal ini sangat terbukti keberpihakan PKB
terhadap kaum perempuan pada saat pemilu 2004, dimana calon anggota
legislatif perempuan diberikan jatah 30% dan menempati no urut jadi. Hal
lain dari komitmen PKB terhadap Perempuan adalah ketika DPP PKB
menunjuk Ida Fauziyah menjadi ketua fraksi PKB di DPR, penunjukkan
ini sekaligus juga menempatkan Ida Fauziyah menjadi satu-satunya
perempuan yang menduduki jabatan ketua fraksi DPR RI.14
14www.GP-anshor.com, Tentang Gerakan Politik Perempuan, di akses Pada tanggal 28 Februari
13
Selain dari fakta yang telah disebutkan diatas di Jawa Timur
sendiri sudah terbukti kalau PKB memang konsisten dalam mengawal
peran perempuan di Indonesia, ini terbukti dengan keterwakilanya 7
perempuan anggota legislatif di Dewan Perwakilan Daerah Jawa Timur,
selain itu juga di Jawa Timur sendiri juga ada perwakilan di daerah
Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa yang pada Muktamar PKB
2014 di Surabaya berubah namanya menjadi Perempuan Bangsa.
Dengan adanya kepengurusan DPW Perempuan Bangsa di Jawa
Timur penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Status Perempuan Partai
Politik Dalam Perspektif Fiqh Siyasah”
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah menjelaskan kemungkinan-kemungkinan
capaian yang muncul dalam penelitian dengan mengidentifikasi
sebanyak mungkin yang seterusnya diduga sebagai masalah.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka penulis
mengidentifikasi permasalahan yang muncul didalamnya, yaitu:
a. Faktor yang melatarbelakangi status politik perempuan
b. Undang-undang Pemilu dimana salah satu klausul penting dalam
pasal 65 ayat 10 yang dianggap progresif sekaligus kontroversial
14
c. Status perempuan dalam Partai politik dalam hal ini Partai
Kebangkitan Bangsayang telah melahirkan sebuah sayap partai
khusus bagi Perempuan.
d. Ditunjuknya kader perempuan PKB di DPR RI untuk menjadi
Ketua Fraksi.
e. Status politik Perempuan yang mendapat 7 kursi di DPRD Jawa
Timur.
2. Batasan Masalah
Mengingat terlalu luas bahasan pada objek yang akan
dijadikkan penelitian ini, maka penulis kiranya sangat penting dalam
memberikan batasan dalam penelitian ini, di antaranya sebagai berikut:
1. Status politik perempuan dalam Status Perempuan Partai Politik
Dalam Perspektif Fiqh Siyasah
2. Pandangan Politik Islam tentang Status Politik Perempuan di Partai
Kebangkitan Bangsa Jawa Timur dalam Perspektif Fiqh Siyasah.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti akan membahas
bagaimana peran politik perempuan pesantren dalam proses menuju
pemilu legislatif. Maka pokok permasalahan yang akan diangkat dalam
15
1. Bagaimana Status Perempuan Partai Politik Dewan Pimpinan
Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur
2. Bagaimana Status Perempuan Dewan Pimpinan Wilayah Partai
Kebangkitan Bangsa Jawa Timur Dalam Prespektif Fiqh Siyasah?
D. Kajian Pustaka
Kajian tentang perempuan dalam politik telah banyak di tulis oleh
para pemikir dan teman-teman dalam Skripsinya, berdasarkan temannya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Amatullah Shafiyyah dalam bukunya Kiprah Politik Muslimah
Konsep Dan Implementasinya. Pada Tahun 2005 Fakultas SyariahJurusan
Siyasah Jinayah, yang di dalam buku ini menjelaskan tindakan politik atau
sama dengan istilah partisipasi politik, bagi kaum muslimah terasa begitu
jauh. Politik di abad-abad terakhir telah menjadi ruang yang gelap dan
tabuh bagi muslimah. Para muslimah dan juga kaum perempuan pada
umumnya. Pada saat ini, para muslimah dalam dimensi ruang dan waktu
yang berbeda disadari atau tidak telah melakukan aktivitas politik. Contoh
partisipasi politik yang paling sederhana dan hampir di lakukan semua
orang adalah ikut dalam pemilihan umum (pemilu).15
Nur Laili Rohmah Fakultas Ushuludin Jurusan Aqidah Filsafat
tahun 2004. Peranan Perempuan Dalam Politik Menurut Pandangan Islam.
Skripsi ini membahas tentang perempuan yang memangku jabatan
15 Amatullah Shafiyyah. Kiprah Politik Muslimah Konsep Dan Implementasinya, Skripsi fakultas
16
menurut pandangan Islam. Islam mengakui adanya persamaan kedudukan
dalam masyarakat, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Hal itu disebabkan Islam datang membawa persamaan antara laki-laki dan
perempuan, sebab. Sebagian dari mereka berasal dari sebagian yang lain.
Laki-laki dari perempuan dan perempuan dari laki-laki. Tidak ada
perbedaan antara mereka dalam hal esensi alami sehingga keduanya di
bebani hak dan kwajiban yang sama untuk menegakkan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar walaupun ada perbedaan berkaitan dengan status dan
peranan masing-masing.16
So’idah. Fakultas Syariah Jurusan Ahwalus Syakhsiyah. Tahun 2002. skripsi yang berjudul Peranan Wanita Dalam Bidang Politik Di
Indonesia Menurut Persepektif Hukum Islam. Yang di mana, di
dalamnya, Hukum Islam membolehkan wanita untuk memegang peranan
dalam dunia politik pada masa sekarang ini jika dia memang mempunyai
potensi dan mampu menangani di bidang politik tersebut tanpa
berbenturan dengan kemaslahatan umat dankeluarga.17
Skripsi yang mengangkat “Status Perempuan Partai Politik Dalam
Perspektif Fiqh Siyasah”ini merupakan penelitian tentangkajian-kajian
yang berkenaan dengan popularitas gender yang terkait dengan kekuasaan
dan kepemimpinan yaitu mereka calon anggota legislatif (Caleg) yang
sekarang banyak didominasi oleh kaum perempuan, yang dianggap
16Nur Laili Rohmah. Peranan Perempuan Dalam Politik Menurut Pandangan Islam. Skripsi
fakultas Ushuludin pada tahun. 2004.
17So’idah. Peranan Wanita Dalam Bidang Politik Di Indonesia Menurut Persepektif HukumIslam.
17
mumpuni dalam mengembangkan kesejahteraan masyarakat dan bisa
menjadi memimpin yang lebih baik. Yang membedakan skripsi ini dengan
penelitian-penelitian sebelumnya adalah kekhususannya akan pembahasan
akan status perempuan dalam partai politik yang ditinjau dari perspektif
Fiqh Siyasah.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui Status Perempuan Partai Politik Dalam Perspektif
Fiqh Siyasah
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Fiqh Siyasah tentang Status
Politik Perempuandi Partai Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.
F. Kegunaan Pelitian
Hasil dari studi ini diharapkan dapat berguna:
1. Secara Teoritis:
a. Untuk memperkaya khazanah keilmuan dalam fiqh siyasah terutama
dalam kaitannya dengan peran politik perempuan dalam Partai
Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.
b. Untuk memahamiperan politik perempuan dalam Partai Kebangkitan
Bangsa Jawa Timur.
2. Secara Praktis : untuk dijadikan bacaan, referensi, dan rangsangan bagi
penelitian berikutnya, terutama yang berkaitan tentang peran politik
18
G. Definisi Operasional
1. Status : Keadaan atau kedudukan (orang
atau badan dan sebagaiannya) dalam
hubungan dengan masyarakat di
sekelilingnya.18
2. Perempuan : salah satu dari dua jenis kelamin
manusia; satunya lagi adalah lelaki
atau pria. Berbeda dari wanita, istilah
"perempuan" dapat merujuk kepada
orang yang telah dewasa maupun
yang masih anak-anak.19
3.Perempuan Bangsa (PB) : Adalah barisan perempuan kader
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
yang merupakan salah satu
organisasi sayap pkb yang konsen
terhadap perempuan baik dalam
bidang politik, sosial, budaya dan
agama. Kehadiran organisasi sayap
perempuan ini, diharapkan dapat
bermanfaat bagi masyarakat secara
18PusatBahasaDepartemenPendidikanNasional,
KamusBesarBahasaIndonesiaEdisi3.Jakarta:PT.(Persero)PenerbitandanPercetakanBalaiPustaka,20 05, hal, 936
19
luas terutama kalangan perempuan.
Sebagai mahluk feminis, perempuan
kerap menjadi salah satu objek dari
ketidak adilan gender di berbagai hal
dalam kehidupan nyata.20
4. Fiqh Siyasah : Ilmu yang membahas tentang cara
pengaturan masalah ketatanegaraan
semisal (bagaimana mengadakan)
perundang-undangan dan berbagai
peraturan (lainnya) yang sesuai
dengan prinsip-prinsip islam,
kendatipun mengenai penataan
semua persoalan tersebut tidak ada
dalil khusus yang mengaturnya.21
Status politik perempuan dalam Partai Kebangkitan Bangsa adalah sebagai
pelaku kekuasaan untuk membuat aturan hukum dan melaksanakannya dalam
kehidupan masyarakat di dalam kancah politik atau pemilu legislatif khususnya di
Jawa Timur.
H. Metode Penelitian
20http://pkb.or.id/perempuan-bangsa-harus-jadi-motor-penyelesaian
permasalahan-perempuan-indonesia, Diakses pada tanggal 01 Mei 2016 pukul 14.30 Wib.
21Abdul Wahab Khalaf, al siyasah syar’iyyah aw nidzham al dawlah al islamiyyah (Al Kaherah:
20
1. Data Yang Dikumpulkan
a. Data yang berkenaan dengan status politik perempuan yang ada di
Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.
b. Data tentang Analisi Fiqh Siyasah status perempuan dan posisi
perempuan di Partai Politik.
2. Sumber Data.
a. Sumber Data Primer : Cara yang dihasilkan dari orang atau
wawancara dengan kader perempuan di PKB Jawa Timur
b. Sumber Data Skunder : Yaitu literatur-literatur masalah perempuan
dalam berpolitik diperoleh dari buku-buku atau kitab-kitab yang
berkaitan dengan masalah perempuan dalam berpolitik.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penyusunan skripsi ini penulis
menggunakan tahapan teknik sebagai berikut :
a. Wawancara atau interview adalah mengadakan wawancara dengan
informan dalam hal ini yang menjadi informan adalahkader
perempuan PKB Jawa Timur yang terlibat dalam peranan politik.
b. Observasi adalah dengan melihat atau mencatat sendiri peristiwa
yang terjadi di lapangan.
c. Dokumenter adalah sebuah data yang ada di lingkungan Partai
Kebangkitan Bangsa Jawa Timuryang berhubungan dengan
21
d. Kajian pustaka adalah data yang diperoleh dari buku-buku atau
literatur- literatur dan dokumen-dokumen yang membahas tentang
perempuan dalam berpolitik.
4. Teknik Analisis Data
Skripsi ini menggunakan teknik analisa data deskriptif analisis
Yudikatif yaitu teknik analisis data dengan memaparkan data dengan
apa adanya, dalam penelitian ini adalah, peran perempuan di DPW PKB
Jawa Timur kemudian dianalisa dan diverifikasi dengan menggunakkan
teori fiqh Siyasah, yaitu teori tentang peranan perempuan dalam kancah
perpolitikan menurut perspektif fiqh siyasah,yang diambil dari
dalil-dalil al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar.
I. Sistematika Pembahasan
Supaya pembahasan skripsi ini sistematis dan terarah maka penulis
menguraikan bab demi bab. Dari bab tersebut di bagi menjadi sub bab,
kemudian untuk menjadi jelasnya penulis paparkan sebagi berikut.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisikan gambaran
umum yang membuat pola dasar penulisan skripsi ini meliputi: latar
belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan
sistematika pembahasan
Bab kedua merupakan landasan teoritik yang mengkaji tentang
22
kepemimpinan perempuan, baiat dan syuro, kegiatan politik dalam
perspektif Fiqh Siyasyah.
Bab ketiga berisi tentang data-data di lapangan terkait dengan
status politik perempuan di Dewan Perwakilan Wilayah Partai
Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.
Bab keempat menjelaskan analisa tentang status poltik perempuan
dalam Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur beserta tinjauan fiqh
siyasah. Dalam hal ini penulis juga menganalisa motif dan faktor-faktor
yang melatarbelakangi lahirnya Badan Otonom Perempuan Bangsa.
Bab kelima Penutup bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan analisis terhadap data
yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, dan
merupakan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah, sedang saran
BAB II
PEREMPUAN DALAM POLITIK MENURUT PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH
A. Politik Bagi Perempuan
Politik pada hakekatnya adalah kekuasaan (power) dan pengambilan
keputusan. Lingkupnya dimulai dari institusi keluarga hingga institusi
politik formal tertinggi. Oleh karena itu pengertian politik pada prinsipnya
meliputi masalah-masalah pokok dalam kehidupan sehari-hari yang pada
kenyataannya selalu melibatkan perempuan. Keterlibatan perempuan dalam
politik bukanlah dimaksudkan untuk menjatuhkan, menurunkan, atau
merebut kekuasaan dari laki-laki, melainkan dimaksudkan agar bisa menjadi
mitra sejajar laki-laki.1
Ketika bicara politik, harus berbicara insan politiknya. Insan politik
yang dimaksud di sini adalah manusia sebagai pelaku dan sekaligus obyek
politik. Pada dasarnya semua wacana pelaku politik telah menjadi kajian dan
ulasan dari kitab-kitab fiqh politik, namun dalam hal ini masih ada wacana
pelaku politik yang terlupakan, yaitu wacana politik kaum perempuan.
Sebagai salah satu pelaku dan pencipta wacana politik, kaum perempuan
tidak mendapat tempat yang berarti, bahkan termaginalkan. Diakui atau
tidak, domain yang disediakan oleh fiqh politik, misalnya tentang
lembaga-lembaga pemerintahan, seperti Imamah, perwakilan, kementerian dan
1
25
sebagainya. Tampaknya lebih akrab dengan aktivitas laki-laki dibandingkan
dengan aktivitas perempuan.2
Oleh karena itu kedudukan perempuan dalam fiqh politik ini
merupakan agenda tersendiri dan sangat penting untuk dilihat. Persoalannya
tidak sekedar mempertanyakan kembali boleh dan tidaknya perempuan
menjadi imam (pemimpin), tetapi bagaimana konsepsi fiqh dalam
memandang peran politik perempuan secara umum. Secara garis besar,
dalam membicarakan keberadaan hak-hak kaum perempuan berpolitik ada
tiga pendapat yang berkembang sebagaimana yang diterangkan di bawah ini:
1. Pendapat Konservatif
Pendapat konservatif ini mengemukakan argumentasi bahwa
dalam praktik politik, Islam tidak mengakui persamaan politik antara
laki-laki dan perempuan. Ulama-ulama yang mendukung pendapat seperti
ini, misalnya, Imam al-Ghozali yang menyatakan bahwa seorang
perempuan tidak bisa didudukan sebagai imam (kepala negara).
Menurutnya bagaimana bisa seorang perempuan melaksanakan
pemerintahan sedangkan dia sendiri tidak memiliki hak untuk
memutuskan perkara besar dan tidak mampu memberikesaksian dalam
perbagai persoalan keputusan hukum.3Pendapat yang sama dilontarkan
juga oleh al-Qalqasyandi. Dengan jelasia mengatakan bahwa perempuan
2
Syafiq Hasyim Hal-Hal Yang Tak Terpikiurkan Tentang Isu-Isu Keperempuanan Dalam Islam. h. 189.
3
26
dilarang menjadi kepala pemerintahan karena dia memilikikekurangan
dalam dirinya. Mereka berlandasan dari hadist :
ٍةَمِلَكِب َللا َِِعَفَ ن ْدَقَل َلاَق َةَرْكَب َِِأ ْنَع ِنَسَْْا ْنَع ٌفْوَع اََ ثَدَح ِمَثْيَْْا ُنْب ُناَمْثُع اََ ثَدَح
َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص ََِِلا َغَلَ ب اَمَل ِلَمَْْا َماَيَأ ملسو يلع ها يلص ه لوسر نم اهتعم
َلاَق َرْسِ ن ب مهيلع اوُكَلَم دق ِراَ ل ا َنَأ
ةَأَرْما ْمَُرْمَأ اْوَلَو ٌمْوَ ق َحِلْفُ ي ْنَل
(
اور
يراخبلا
)
Artinya:“tidak akan berjaya suatu kaum yang mengangkat seorang wanita
sebagai pemimpin mereka”(H.R. Bukhari)
Hadits ini dari segi riwayat tidak seorang pun pakar Hadits yang
mempersoalkan kesahihannya. Sedangkan dari segi diroyah; dalalah
hadits ini menunjukkan dengan pasti haramnya wanita memegang
kekuasaan negara. Menurut faham konservatif ini, Islam telah
menentukan peran perempuan dalam wilayah khusus (domestic role).
Menurut mereka, Islam tidak pernah menyandarkan urusan publik kepada
perempuan, bahkan sejak masa kenabian tak satupun perempuan yang
terlibat secara langsung dalam kegiatan politik.
2. Pendapat Liberal-Progresif
Pendapat liberal-progresif adalah yang menyatakan bahwa Islam
sejak awal telah memperkenalkan konsep keterlibatan perempuan dalam
peran politik. Secara eksplisit kelompok ini mengatakan bahwa
perempuan mempunyai hak pilih dalam berpolitik. Mereka juga diizinkan
27
Kaum ulama dari golongan dari kelompok Khawarij dan Musyabbihah
menggunakan dalil-dalil al-Qur’an tentang konsep adalah (keadilan) dan
musawah (persamaan) yang selalu dijunjung tinggi dalam Islam, dan juga
sebagai organisasi Islam terbesar di indonesia, Nahdlatul ulama (NU)
tidak saja selalu menghiasi wacana publik Indonesia, tetapi juga menjadi
inspirasi bagi gerakan dan pemikiran keislaman yang berwawasan
kebangsaan, respon terhadap perubahan dan akomodatif terhadap
kebudayaan lokal nusantara. NU selalu memposisikan diri sebagai jangkar
nusantara, terutama yang digalang oleh kader-kader mudanya.
Mereka mempunyai gagasan keagamaan progresif dalam
merespon modernitas dengan menggunakan basis pengetahuan tradisional
yang mereka miliki setelah di persentuhkan dengan pengetahuan baru dari
berbagai khazanah modern. Mereka tidak hanya peduli dengan modernitas
yang terus di kritik dan disikapi secara hati-hati, tetapi juga melakukan
revitalisasi tradisi.4
Dalam konteks ini, NU menjadikan kepercayaan teologis sebagai
basis pengembangan masyarakat dengan mengusung isu-isu universal
seperti, HAM, demokrasi, civil society termasuk juga kesetaraan gender,
dengan munculnya calon-calon ulama perempuan di Indonesia ini sebagai
salah satu indikator awal akan terbebasnya perempuan dari belenggu
penindasan dan ketidakadilan. Pengertian ulama sebagai penerus Nabi
4
28
ulama’u waratsatul ambiya’) tidak hanya tertentu bagi kaum laki-laki.
Perempaun yang seringkali hanya ditempatkan di dalam rumah, sudah
saatnya tampil ke ruang publik untuk mengayomi seluruh umat, baik
laki-laki maupun perempuan. Pada biasanya, laki-laki-laki-laki dengan sifat
keperkasaannya menjadi ulama atau pimpinanan agama, sehingga tidak
jarang ia anarkis dan destruktif. Dengan demikian, kehadiran ulama
perempuan menjadi sungguh dinantikan oleh seluruh umat manusia
3. Pendapat Apologis
Pendapat apologis adalah yang menyatakan bahwa ada bagian
wilayah politik tertentu yang bisa dimasuki perempuan dan ada wilayah
tertentu yang sama sekali tidak boleh dijamah oleh perempuan. Menurut
kelompok ini, yang menjadi wilayah politik perempuan adalah menjadi
ibu. Di samping itu, kelompok ini masih menganggap bahwa porsi
emosional perempuan lebih besar di bandingkan dengan porsi
rasionalnya.5Ketiga pendapat ini pada dasarnya mewakili corak pandang
para ahli Fiqh zaman klasik.
B. Hak-Hak Perempuan Dalam Berpolitik
Al-Qur’an berbicara tentang perempuan dalam berbagai surat dan
ayat yang menyangkut berbagai sisi kehidupannya. Adapula yang
menguraikan keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah
5Syafiq Hasyim, “
29
kemanusiaan secara umum,misalnya dalam surat an-Nisa’ayat 32 yang
menunjukkan hak-hak perempuan.
اوُبَسَتْ ا اَِِ ٌبيِصَن ِلاَجِرلِل ٍضْعَ ب ىَلَع ْمُكَضْعَ ب ِِب َُللا َلَضَ اَم اْوَ َمَتَ ت َََو
ٍءْيَش ِلُكِب َناَ ََللا َنِإ ِِلْضَ ْنِم ََللا اوُلَأْساَو ََْْسَتْ ا اَِِ ٌبيِصَن ِءاَسِلِلَو
اًميِلَع
Artinya: “Karena bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan dan bagi para perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka
usahakan”6
Menurut ayat di atas hak politik menurut ahli hukum adalah hak
yang dimiliki dan digunakan oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai
anggota dalam organisasi politik seperti hak memilih dan dipilih,
mencalonkan diri dan memegang jabatan umum dalam negara. Selain itu,
hak politik bisa diartikan sebagai hak-hak dimana individu memberi andil
melalui hak tersebut dalam mengelola negara.
Ada yang berpendapat bahwa Islam tidak menetapkan persamaan
antara perempuan dan laki-laki, khususnya dalam memperoleh hak-hak
politik. Masalah hak perempuan dalam pencalonan memiliki dua dimensi
lain, yaitu pertama : perempuan menjadi anggota di parlemen, kedua: ikut
serta dalam pemilihan anggota di parlemen. Untuk mengetahui ketentuan
dalam kedua masalah ini, yang pertama mengandung kewenangan dalam
30
urusan-urusan umum, maka harus dijelaskanbahwa kewenangan itu ada dua,
yaitu kewenangan umum dan kewenangan khusus.
Kewenangan umum adalah kekuasaan dalam urusan-urusan
masyarakat, seperti kewenangan pembuatan undang-undang, keputusan
proses pengadilan, implementasi hukum, dan kontrol terhadap para penegak
hukum. Sedangkan kewenangan khusus adalah kekuasaan mengatur masalah
tertentu, seperti wasiat kepada anak yang masih kecil, kewenangan terhadap
harta, dan pengaturan wakaf.
Syariat memberikan kesempatan kepada perempuan dalam
kewenangan yang nomor dua di atas. Dalam hal itu, ia memiliki kekuasaan
seperti yang dimiliki laki-laki, sebagaimana memiliki kekuasaan dalam
mengatur kepentingan-kepeningan khusus dirinya.7Pendapat ini didasarkan
pada surat At Taubah ayat 71:
ٍضْعَ ب ُءاَيِلْوَأ ْمُهُضْعَ ب ُتاَِمْؤُمْلاَو َنوُِمْؤُمْلاَو
ۚ
َنوُميِقُيَو ِرَكُْمْلا ِنَع َنْوَهْ َ يَو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَي
َُلوُسَرَو ََللا َنوُعيِطُيَو َةاَ َزلا َنوُتْؤُ يَو َة َََصلا
ۚ
َُللا ُمُهََُْرَ يَس َكِئَٰلوُأ
ٌميِكَح ٌزيِزَع ََللا َنِإ
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kebaikan, mencegah kemungkaran, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rosul-Nya. Mereka itu akan di beri rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah itu maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS.
At Taubah[9]:71).8
7
Ikhwan Fauzi, perempuan dan kekuasaan, menulusuri hak politik dan kekuasaan gender dalam Islam hlm. 36-38.
8Depag RI, Alqur’
31
Ayat ini menunjukkan bahwa perempuan seperti laki-laki.
Masing-masing mereka boleh berpartisipasi dalam politik dan mengatur urusan
masyarakat, dan mempunyai hak dalam mengatur kepentingan umum.
Hak-hak politik ini mencakup :
1. Hak dalam mengungkapkan pendapat dalam pemilihan dan refrendum
dengan berbagai cara.
2. Hak dalam pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan dan anggota
setempat.
3. Hak dalam pencalonan menjadi presiden dan hal-hal lain yang
mengandung persekutuan dan penyampaian pendapat yang berkaitan
dengan politik.9
Berkaitan dengan posisi perempuan dan memperoleh hak-hak
politik, Islam mengakui pentingnya peran kaum perempuan dalam kehidupan
masyarakat dan dampaknya dalam kehidupaun politik. Oleh karena itu kaum
perempuan telah diberikan hak-hak politik yang mencerminkan status
mereka yang bermartabat, terhormat dan mulia dalam Islam. Sebagian
hak-hak tersebut adalah sebagi berikut :
1. Kebebasan untuk Menyampaikan Pendapat.
Saling bertukar pikiran adalah prinsip yang sangat penting
dalamIslam. Metodologi yang disusun oleh Islam untuk menciptakan
32
sebuah bangsa yang berhasil ini mengajak setiap anggotanya untuk
salingmenasehati dan bermusyawarah satu sama lain. Allah SWT
berfirman :
َنوُقِفُي ْمُاَْ قَ َر اََِِو ْمُهَ ْ يَ ب َروُش ْمُُرْمَأَو َة َََصلا اوُماَقَأَو ْمِِ َرِل اوُباَ َتْسا َنيِ َلاَو
Artinya: “Dan bagi orang-orang yang menerimah (mematuhi) seruan tuhan Nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (di putuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. (QS : Asy-syura 42:38)10
Ayat di atas menjelaskan pentingnya musyawarah dalam
menyelesaikan sebuah masalah. Karena kaum muslimin disuruh
menyelesaikan segala urusan mereka dengan bermusyawarah, maka semua
muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib menyampaikan
pendapatnya, jika mereka merasa bahwa dengan melakukan itu mereka
dapat memberikan nasehat yang berharga dan bijaksana untuk
kepentingan umat Islam dan juga mengikuti prinsip menyuruh kebaikan
dan melarang kejahatan (amar ma’ruf nahi munkar).
Karena agama Islam menghormati hak kebebasan berfikir dan
mengungkapkan pendapat kepada seluruh umat manusia. Kebebasan
berpendapat ini tidak hanya diberikan kepada warga negara ketika
melawan tirani. Namun juga bagi warga suatu negara untuk bebas
33
mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda dan mengekspresikannya
berbagai masalah.11
2. Hak Terhadap Pemilihan
Keputusan tentang persoalan-persoalan politik sangat
diperhitungkan dan dihargai dalam rangka memberikan pengaruh yang
besar dalam pembentukan masyarakatnya sendiri.12 Dalam al-Qur’an
Allah berfirman:
ْمُكِْم ِرْمَْْا ِِوُأَو َلوُسَرلا اوُعيِطَأَو ََللا اوُعيِطَأ اوَُمآ َنيِ َلا اَه يَأ اَي
ٍءْيَش ِِ ْمُتْعَ اََ ت ْنِإَ
ِرِخ ْْا ِمْوَ يْلاَو َِللاِب َنوُِمْؤُ ت ْمُتُْ ْنِإ ِلوُسَرلاَو َِللا ََِإ ُودُرَ
ۚ
ًَيِوْأَت ُنَسْحَأَو ٌرْ يَخ َكِلَٰ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri di antara kamu, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah dan Al-Qur’an dan rosul atau sunnahnya. Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu yang lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. (QS. An-nisa’ 4:59)13
Ayat tersebut menjelaskan tentang administrasi pemerintahan
dalam suatu negara dipercayakan bagi seorang amir atau pemimpin.
Semua orang muslim yang telah dewasa mendapat hak untuk ikut serta
dalam pemilihan seorang pemimpin, baik secara langsung dan tidak
langsung.
11
Fatimah Umar Nasif, Hak Dan Kewajiban Perempuan Dalam Islam, Terjemahan Burhan Wirasubrata, hlm.170
12
Syekh Syaukat Hussein, HAM dan Islam. Terj. Abdul Rochim, hlm. 18
34
Dengan demikian sebagai anggota umat secara keseluruhan,
perempuan juga berhak untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib
bangsanya. Karena semua individu mempunyai hak untuk memilih
kepalanegara dan menduduki jabatan di jajaran pemerintahan.14Syura
(musyawarah) menurut Al-Quran hendaknya merupakan salah satu prinsip
pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama, termasuk kehidupan
politik. Ini dalam arti bahwa setiap warga negara dalam hidup
bermasyarakat dituntut untuk senantiasa mengadakan musyawarah.
Sejarah Islam juga menunjukkan betapa kaum perempuan tanpa
kecuali terlibat dalam berbagai bidang kemasyarakatan. Al-Quran
menguraikan permintaan para perempuan di zaman Nabi Saw. untuk
melakukan bai'at (janji setia kepada Nabi dan ajarannya), sebagaimana
disebutkan dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12 sebagai berikut :
اَي
اَه يَأ
َِِلا
اَ ِإ
َكَءاَج
ُتاَِمْؤُمْلا
َكَْعِياَبُ ي
ٰىَلَع
ْنَأ
ََ
َنْ ِرْ ُي
َِللاِب
اًئْيَش
َََو
َنْقِرْسَي
َََو
َ ِنْزَ ي
َََو
َنْلُ تْقَ ي
َنَُد ََْوَأ
َََو
َ ِتْأَي
ٍناَتْهُ بِب
َُيَِ ْفَ ي
َْ َ ب
َنِهيِدْيَأ
َنِهِلُجْرَأَو
َََو
َكَيِصْعَ ي
ِِ
ٍفوُرْعَم
َنُهْعِياَبَ
ْرِفْ َ تْساَو
َنَُْ
ََللا
َنِإ
ََللا
ٌروُفَ
ٌميِحَر
Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-Mumtahanah : 12).15
14
Fatimah Umar Nasif, hak dan kewajiban, hlm. 172
35
3. Hak Mendapat Perlindungan Kehormatan
Hak penting ketiga yang diberikan Islam kepada perempuan
adalah berupa perlindungan kehormatan. Kaum muslimin dilarang untuk
saling menyerang kehormatan orang lain dengan cara apapun. Hal ini
disampaikan rasulullah pada haji wada’nya. Kaum muslimin terikat untuk
menjaga kehormatan orang lain, dapat dihukum oleh pengadilan hukum
setelah terbukti kesalahanya. Negara juga harus melindungi kehormatan
warganegaranya tanpa diskriminasi apapun. Allah berfirman didalam
al-Qur’an :
ٍءاَسِن ْنِم ٌءاَسِن َََو ْمُهْ ِم اًرْ يَخ اوُنوُكَي ْنَأ ٰىَسَع ٍمْوَ ق ْنِم ٌمْوَ ق ْرَخْسَي ََ اوَُمآ َنيِ َلا اَه يَأ اَي
َنُهْ ِم اًرْ يَخ َنُكَي ْنَأ ٰىَسَع
ِباَقْلَْْاِب اوُزَ باََ ت َََو ْمُكَسُفْ نَأ اوُزِمْلَ ت َََو
ُمْس َِا َسْئِب
ِناَمِْْا َدْعَ ب ُقوُسُفْلا
ۚ
َنوُمِلاَللا ُمُ َكِئَٰلوُأَ ْبُتَ ي َْ ْنَمَو
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman. Janganlah suatu kaum mengolok-olok suatu kaum yamg lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari pada mereka.(QS. Al-Hujarat 49:11).16
Ayat di atas menjelaskan perlindungan kehormatan sesama
manusia, harus berbuat baik dan saling tolong menolong antara sesama
manusia, terlebih kaum perempuan, karena Allah memerintahkan kepada
kita untuk melindungi dan membela kaum perempuan, membantu
16Depag RI, Alqur’
36
integrasi mereka ke dalam masyarakat dan memberikan kehidupan yang
terhormat.17
4. Hak Pengawasan
Umat dan individu memiliki hak mengawasi kepala negara dan
seluruh jabatan dijajaran pemerintah. Dalam pekerjaan dan tingkah laku
mereka menyangkut urusan negara. Hak pengawasan ini dimaksudkan
untuk meluruskan kepala negara jika dia menyimpang dari jalan yang
lurus. Karena Islam telah menganugerahkan hak bagi seluruh umat
manusia untuk mengecam kedzaliman pemerintah.
C. Kepemimpinan Perempuan
Sebagai seorang muslim sudah selayaknya menjadikan Islam
sebagai cara pandangnya dalam memandang, menghadapi dan menyelesaikan
segala persoalan. Di mana dalam bidang kepemimpinan perempuan, Islam
bertolak dari status manusia sebagai khalifah. Akhir surat al-Ahzab
mempertegas kekhalifahan manusia ini di muka bumi. Bumi sebagi
pengemban amanat Allah untuk mengolah, memelihara, dan
mengembangkan bumi. QS al-Ahzab ayat 35 sebagai berikut :
ِتاَقِداَصلاَو َ ِقِداَصلاَو ِتاَتِناَقْلاَو َ ِتِناَقْلاَو ِتاَِمْؤُمْلاَو َ ِِمْؤُمْلاَو ِتاَمِلْسُمْلاَو َ ِمِلْسُمْلا َنِإ
ِتاَمِئاَصلاَو َ ِمِئاَصلاَو ِتاَقِدَصَتُمْلاَو َ ِقِدَصَتُمْلاَو ِتاَعِشاَْْاَو َ ِعِشاَْْاَو ِتاَرِباَصلاَو َنيِرِباَصلاَو
اًميِلَع اًرْجَأَو ًةَرِفْ َم ْمَُْ َُللا َدَعَأ ِتاَرِ اَ لاَو اًِْثَ ََللا َنيِرِ اَ لاَو ِتاَلِ اَْْاَو ْمُهَجوُرُ َ ِلِ اَْْاَو
17
37
Artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan tetap dalam ketaatanya, laki-laki dan perempuan dalam yang benar, laki-laki dan perempuan dalam keadaan sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang beresedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki- laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.(Qs al-Ahzab :35).18
Inilah tugas pokok manusia tidak berbeda antara perempuan dengan
laki-laki. Di situ disebutkan setiap orang adalah mukallaf (penerima
amanat).Islam mengangkat derajat manusia dan memberikan kepercayaan
yang tinggi, karena setiap manusia secara fungsional dan sosial adalah
pemimpin. Akan tetapi, ada manusia yang bisa merealisasikan potensinya
dan ada manusia yang tidak mampu merealisasikan potensinya menjadi
pemimpin. Orang yang tampil sebagai pemimpin adalah orang-orang yang
melengkapi dirinya dengan segala macam persyaratan kepemimpinan.
Ini adalah penjelasan yang berkaitan dengan perkembangan
peradaban dan budaya manusia, yang pada giliranya menempatkan laki-laki
sebagi kepala keluarga, artinya laki-laki berfungsi sebagai suami dan ayah,
yang berarti pemimpin untuk seluruh keluarga. Ibu dalam pengertian
pemimpin rumah tangga.19 Pemimpin dalam hal ini mempunyai
kecendrungan konotasi keibuannya, yang bertugas mendidik dan sebagainya.
18Depag RI, Alqur’an dan Terjemah. Jakarta. hlm. 673 19
38
Maka dalam hal ini kita harus memahami duduk persoalan
kepemimpinan perempuan di dalam ajaran Islam, yang didukung oleh
fakta-fakta peradaban manusia sejak dahulu hingga sekarang, dan tidak ada kitab
fiqh yang mengatakan perempuan tidak boleh menjadi pemimpin di dalam
rumah tangga. Semua kebudayaan mengakui hal ini. Sebagian ulama
berpendapat bahwa perempuan tidak boleh memegang jabatan penting
seperti jabatan kepala negara, hakim dan sebagainya. Akan tetapi, kalau di
lihat realitasnya dalam sejarah Islam yang tampil sebagai pemimpin. Aisyah
istri Nabi diakui sebagi seorang mufti. Maka dia memberikan fatwa kepada
segenap sahabat Nabi yang lain (Abu bakar, Umar, Ibnu Abbas, dan lainnya).
Bahkan kedudukanya sebagai panglima pada perang unta juga diakui.20Ada
tiga negara Islam yang saat ini menampilkan perempuan sebagai pemimpin,
yaitu Pakistan dan Bangladesh. Tentu di negara-negara tadi banyak ulama
dan mengerti, namun karena luasnya wawasan mereka, maka mereka
menerima perempuan sebagai pemimpin pemerintahan.
D. Baiat Dan Syura
Dalam ruang lingkup yang lebih luas (rumah tangga negara). Baiat
merupakan suatu komitmen bersama dari semua komponen masyarakat
Islam untuk selalu bertindak sesuai dengan ketetapan undang-undang dan
taat pada tugasnya masing-masing. Baiat merupakan jaminan sebagai
legitimasi penempatan kedudukan politik termasuk bagi perempuan yang di
20
39
dalamnya terdapat kesepakatan dari anggota masyarakat untuk dapat
menerima perempuan sebagai pemegang kebijaksanaan publik (yang
tertuang dalam lembaga-lembaga politik).21
Variabel yang kedua adalah syura dalam prinsip demokrasi.
Musyawarah menjadi ciri utamanya. Dalam syura keterlibatan unsur-unsur
yang berada dalam masyarakat menutup kemungkinan timbulnya konflik
yang disebabkan kesalah pahaman dan ketidak sepakatan dalam menentukan
suatu kebijaksanaan. Syura merupakan mekanisme yang terbaik untuk
membuat keputusan, yang memberi peluang agar tercapai konsensus secara
terbuka, yang melalui pengambilan keputusan terbaik dari berbagai pendapat
tanpa adanya paksaan. Jadi walaupun pemegang jabatan kekuasaan politik
itu adalah perempuan. Sebagaimana yang tercantum dalam (QS : Asy-syura
42:38) sebelumnya.
Akan tetapi hal ini berarti tetap terkontrol dalam kerangka aturan
hukum yang telah disepakati. Bahkan seorang presiden perempuan pun tidak
akan menjadi persoalan besar manakala sistem kontrol (legislatif melalui
undang-undang dan yudikatif sebagai pengawas) dapat menjamin
kelangsungan pelaksanaan sistem ketatanegaraan. Syura merupakan media
menentukan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh orang-orang beriman
yang mempunyai wawasan berfikir luas (menerima seruan Tuhannya,
21
40
mendirikan shalat, lemah lembut, tidak bersifat keras dan berhati kasar).
Semua ini ditujukan pada orang-orang yang beriman secara keseluruan tidak
ada perbedaan jenis kelamin, baik laki-laki atau perempuan.
Lembaga legislatif dengan menggunakan dua mekanisme tersebut
dapat mengatur kompetensi politik perempuan maupun laki-laki dengan
tidak adanya larangan partisipasi perempuan dalam kedudukan politik. Maka
yang menjadi penentu peran atau keterlibatan mereka adalah kembali pada
ukuran-ukuran semula. Yang menjadi persyaratan pejabat politik yang telah
disepakati para ulama dengan mengesampingkan persyaratan gender.
E. Kegiatan politik
Kegiatan politik juga di pandang sebagai kewajiban karena itu dapat
di kelompokan sebagai fardhu ain (seperti baiat atau sumpah kesetiaan dan
bermusyawarah) dan fardhu kifayah (seperti jihad, jabatan pemerintah,
memerintahkan kebaikan dan melarang kejelekan).
Lebih dari itu persoalan-persoalan yang menyangkut
kemasyarakatan dan politik yang paling pentingadalah faktor kemaslahatan.
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, mengutip ucapan ibnu Aqil dengan tegas
mengatakan:
Dalam urusan-urusan politik yang di perlukan adalah cara-cara yang dapat
mengantarkan masyarakat pada kehidupan yang menjamin kemaslahatan
41
itu tidak pernah di lakukan oleh Rasulullah dan tidak wahyu tuhan. (di kutip
dari ibnu aqil)
Kaidah yang benar dalam hal ini tindak penguasa terhadap
rakyatnya harus di dasarkan dalam kemaslahatan mereka. Kemaslahatan
dalam kegiatan umum atau pablik antara lain dapat di tegakkan melalui
cara-cara kepemimpinan demokratis dan berdasarkan konstitusi, serta
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, bukan kekuasaan tirani,
otoriter dan sentralistis. Jadi semua jelas dan kuat bahwa kepemimpinan
pablik tidak ada kaitanya sama sekali dengan urusan jenis kelamin.
Melainkan pada kualifikasi pribadi, integritas intelektual dan moral serta
sistem politik yang mendukungnya.22 Sifat wajib, kegiatan berpolitik
berdasarkan konsep perwakilan Tuhan terhadap manusia di bumi (khalifah)
di mana laki-laki dan perempuan membawa tanggung jawab pribadi juga
bersama untuk memenuhi perintah Tuhan di bumi.23
BAB III
STATUS PEREMPUAN PARTAI POLITIK DPW PKB JAWA TIMUR
A. PKB dalam Lintasan Sejarah
Setelah hampir tiga puluh dua (32) tahun, era tinggal landas
pembangunan yang ditetapkan Orde Baru terpaksa kandas di tengah jalan
ketika badai krisis ekonomi dan moneter menerjang kawasan Asia pada Juli
tahun 1997. Di Indonesia, peristiwa tersebut membawa dampak pada
goyangnya tonggak pembangunan ekonomi yang dipancangkan penguasa
Orde Baru. Kemudian krisis mata uang regional tersebut berujung pada kisruh
politik, ekonomi dan keamanan yang sangat hebat bagi Indonesia. Dan pada
gilirannya, legitimasi Orde Baru dari sisi pembangunan ekonomi dan
stabilitas politik pun setahap demi setahap sirna.
Muara dari segala petaka tersebut berujung pada tuntutan rakyat
perihal pergantian pucuk pimpinan nasional. Mantan Presiden Suharto beserta
para punggawanya tak kuasa membendung hantaman gelombang demonstrasi
dari kalangan kampus dan non-kampus yang mendesak dirinya agar sesegera
mungkin meletakkan mandatnya sebagai Presiden. Tuntutan reformasi politik
berkembang dalam eskalasi krisis politik yang menunjukan kekuatan
reformasi dan tidak mungkin bisa dibendung lagi. Akhirnya, tepat pada
tanggal 21 Mei 1998, Soeharto pun bersedia menanggalkan jabatannya
43
memasuki suatu era transisi dari sistem pemerintahan otoriter ke suatu sistem
yang lebih demokratis.1
Tumbangnya rezim otoritarian Orde Baru meniupkan angin segar
perubahan, yang kemudian mendobrak sekat-sekat tiranik yang selama ini
mengurung bangsa Indonesia. Demokratisasi menjadi senandung syahdu yang
diperdengarkan pada setiap bilik-bilik rakyat di negeri ini. Momentum
kejatuhan Soeharto menjadi sebuah pemantik yang dahsyat bagi demokrasi,
hal inilah yang kemudian mendorong segenap warga Nahdliyin berinisiatif
mengadakan diskusi dan halaqah politik yang intensif dalam kerangka
menyongsong perubahan tersebut.
Pertemuan-pertemuan tersebut membicarakan bagaimana seharusnya
peran warga NU yang telah lama termarginalisasi dalam arus perubahan yang
tengah bergerak akseleratif nyaris tak terkendali itu. Berbagai masukan,
desakan dan ragam interpretasi pun bermunculan menyikapi situasi politik
nasional yang sarat dengan ketidakpastian. Arah pembicaraan pun kemudian
semakin mengkristal pada sebuah pilihan, yaitu tentang perlunya warga NU
memiliki suatu wadah untuk menampung aspirasi politiknya.2 Dalam konteks
ini sebagian besar warga NU menginginkan pada masa-masa mendatang
terjadinya sebuah pengambilalihan kekuasaan secara konstitusional dan
demokratis melalui perpanjangan tangan politik yang berbentuk partai politik.
Hal tersebut merupakan konsekuensi politik mengingat sebagian besar warga
negara Indonesia merupakan warga Nahdhatul 'Ulama.
1
Max Lane, Bangsa Yang Belum Selesai: Indonesia, Sebelum dan Sesudah Soeharto (Jakarta: Reform Institute, 2007), h. 193.
2
44
Namun demikian, dalam merespon wacana yang mengemuka di
tengah-tengah penganutnya, PBNU bertindak hati-hati dan tidak gegabah
dalam menentukan sikap politiknya agar tidak berakibat tidak baik bagi
pengikutnya. Kehati-hatian sikap para pengurus PBNU terjadi karena ada satu
konsensus bersama yang tidak boleh dilanggar oleh NU secara institusional.
Di mana pada Muktamar ke-27 di Situbondo, NU secara organisasional
menetapkan tidak terkait dengan partai politk manapun dan tidak melakukan
kegiatan politik praktis dan diputuskan kembali kepada khittah 1926.76
Menyaksikan sikap para pimpinan teras PBNU tersebut, kemudian memicu
kekecewaan dan ketidakpuasan di kalangan internal kaum santri itu,
khususnya pada tataran akar rumput.3
Menyikapi kondisi sosial dan realitas politik yang sedang berlangsung
saat itu, PBNU