i
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI
BEHAVIOR UNTUK MENGATASI PERILAKU MALADATIF
MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I. )
Oleh :
Wan Mohd Hafiz Bin Wan Salleh NIM: B43211073
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
vii ABSTRAKSI
Wan Mohd Hafiz Bin Wan Salleh, (B43211073) “BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI PERILAKU MALADATIF MAHASISWA THAILAND DI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA”.
Fokus penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavioral untuk mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya? (2) Bagaimana hasil bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavioral untuk mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif komparatif. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, setelah data terkumpul analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil serta membandingkan bimbingan dan konseling islam antara teori dan lapangan serta membandingkan kondisi konseli sebelum dan sesudah mendapatkan konseling dalam menganalisa.
Dalam penelitian ini di simpulkan bahwa:(1) proses bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavioral untuk mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini menggunakan teknik live model (model nyata) yang mana konselor mengajak konseli melakukan pengamatan atau observasi pada diri model tentang penampilan fisik, berinteraksi, keramahan, dan bertanggujawab. Presentasi singkat dari konseli pemberian dukungan nasehat dan saran dari konselor sepanjang langkah konseling menggunakan teknik modeling tersebut. (2) hasil akhir dari proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavioral untuk mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini dikatakan cukup berhasil dengan prosesntase 83% yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada kondisi konseli atau sikap kurang baik mulai menjadi lebih, yakni proses menyesuaikan diri sehinnga konseli mampu bersam lingkungan baru setelah mendapatkan BKI dengan teknik modeling.
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNAYATAAN PERTANGGUJAWABAN PENULIS SKRIPSI ... vi
ABSTRAKSI ... vii
2. Pengertian Terapi Behavior ... 47
3. Perilaku maladatif ... 54
4. Bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavior dalam menangani perilaku maladatif ... 61
B. Penelitian Terdahulu Yang Releven ... 63
BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 66
1. Deskripsi lokasi penelitian ... 66
2. Deskripsi konselor ... 70
3. Deskripsi konseli ... 72
4. Deskripsi masalah ... 76
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79
1. Deskripsi proses dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior dalam mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. ... 79 2. Diskripsi hasil Bimbingan dan Konseling Islam
xi
maladatif mahasiswa Thailand di Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. ... 101 BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Proses Proses Bimbingan Dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior untuk Mengatasi Perilaku Maladatif Mahasiswa Thailand di
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. ... 104 B. Analisis Hasil Dari Bimbingan dan Konseling Islam
Dengan Terapi Behavior untuk Mengatasi Perilaku Maladatif Mahasiswa Thailand di Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya. ... 113 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 116 B. Saran ... 117 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya manusia adalah makluk yang sempurna, mulia
dan utama dengan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki jauh
berbeda dengan mahluk lainya. Akan tetapi dengan segala kelebihan dan
sifat kesempurnaanya itu, manusia juga memiliki keterbatasan dan
kekurangan yang merupakan watak dasar manusia, sehingga manusia
dalam kehidupan sehari hari tidak bisa terlepas dari berbagai masalah yang
senantiasa silih berganti mewarnai kehidupanya baik yang bersifat ringan
maupun berat, masalah itupun bisa bersifat sederhana maupun kompleks.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara hakiki
merupakan mahluk sosial, sejak ia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan
dengan orang orang lain untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan
biologisnya, makanan, minuman, dan lain lain.1
Dengan sifat yang sosial itu tentunya manusia selalu berhubungan
dengan manusia yang lainya dalam hal ini dikatakan sebagai bentuk
pergaulan, dengan adanya pergaulan tersebut bermaksud manusia
melakukan interaksi, yaitu suatu hubungan yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih. Dimana tingkah laku individu yang satu akan mempengaruhi,
mengubah atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain. Dengan
2
demikian maka dapat kita ketahui bahwa perilaku manusia sebagai mahluk
sosial pada dasarnya dipengaruhi dan ditentukan oleh interaksi dengan
lingkungan sosialnya, baik manusia itu sebagai anggota kelompok maupun
peribadi.
Keterasingan hidup manusia dilingkungan sekitarnya berakibat
buruk pada manusia, sebab hal ini bisa menjadikan seseorang akan merasa
sedih, dan resah tidak hanya keterangsingan yang menimbulkan
kecemasan, tetapi kecemasan bisa ditimbulkan oleh banyak faktor antara
lain kegagalan bertubi tubi, cepat tersinggung, marah, sering dalam
keadaan excited, atau gempar gelisah, namun ia juga cepat menjadi
depresif disertai bermacam macam fantasi, delusi, ilusi dan rasa dikejar
kejar oleh sesuatu yang tidak jelas.2
Perlu disadari bahawa kecemasan adalah sesuatu karakteristik
dasar manusia, kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman, ia menyerang
inti keberadaan dan kecemasan adalah apa yang dirasakan ketika
keberadaan diri terancam.3
Setiap manusia pasti pernah mengalami dan menemui kesulitan
seperti: sedih, takut, keluh kesah dan macam macam bentuk kekesalan
jiwa . tinggal bagaimana seorang itu menghadapi agar dirinya terbebas dari
rasa tersiksa yang mencekam dirinya, akan tetapi kebanyakan manusia
2 Kartini Kartono, Patologi Sosial 3 Gangguan Gangguan Kejiwaan (Jarkata: Rajawali,
1986), hal. 147-148.
3 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Bandung: PT. Refika
3
kalau menghadapi suatu kesulitan mereka cenderung putus asa, sedih,
resah, dan berkeluh kesah.
Kalau manusia benar benar mau memahami dan mengerti tentang
kehidupan akan sadar bahwa setiap orang hidup akan menemui cobaan
walaupun sekecilpun sebab hal ini digariskan oleh Allah dalam al Quran
surah al Balad ayat 4:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah4
Dalam surah ini menjelaskan bahwa manusia tercipta dalam
bentuk kepayahan dan bermacam macam: dan ada susah miskin, susah
kerana ditinggal seseorang yang dikasihi dan ada yang susah kerana tidak
bisa memenuhi keinginanya, dalam arti gagal dalam mencapai
keinginanya, jika segala bentuk kesulitan itu dihadapi dengan hati yang
lapang dan penuh pengertian maka tidak ada seseorang yang menderita
gangguan jiwa.
Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda beda antara
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, di samping itu manusia
mempunyai tipe yang berbeda beda pula, seperti halnya pendapat tentang
tipologi dimana tipologi manusia itu bedasarkan atas dominasi daya
kognitif, afektif, dan konatif, dan dari ketiga tipe ini ada satu dominan dari
masing masing daya ini ada yang seimbang, ada yang berfungsi secara
menentu dan ada yang tidak sehat.daya yang seimbang diantaranya: tipe
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Jakarta: Cahaya Qur’an, 2006),
4
seimbang, tipe amorph dan tipe apatis, sedangkan daya yang berfungsi tidak menentu diantaranya tipe tidak stabil, tipe teguh hati, dan tipe
kontradiktif dan yang ketiga adalah tipe tidak sehat diantaranya: tipe
hypochandris (keadaan yang merisaukan sebagai akibat perhatian yang
berlebihan terhadap gejala penyakit yang belum terjadi sesungguhnya,)
tipe malankolis (orang yang berjiwa murung sedih dan lambat berfikir)
tipe hysteria (orang yang pikirya merasa terganggu akibat tekanan
emosional dan gejala gejalanya datang dari kehidupan rohani yang tak
sadar. Secara tak sadar meniadakan fungsi salah satu anggota tubuhnya
sendiri, sehingga organ tubuhnya benar benar lumpuh.5
Sering kali perilaku maladatif seorang mahasiswa Thailand di
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, itu tidak hanya berupa
penyesuaian diri dengan cara cara yang tertentu terhadap lingkungan saja,
akan tetapi mahasiswa Thailand di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
juga harus melakukan adaptasi terhadap kehidupan psikis atau batiniah
sendiri. Misalnya adaptasi terhadap dorongan, berbahasa, perubahan
suasana, temperamen, keinginan, dambaan, perasaan halusnya, hati nurani,
dan lain lain. Jika proses adaptasi terhadap kehidupan psikis ini terganggu,
dan kemudian berlangsung secara progresif, maka kejadian itu disebut
sakit secara psikis.
Setiap individu mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan kelas sendiri disebabkan atas kesulitan dalam berbahasa
5
seseorang ia tergantung daya pikul yang terbatas. Jika beban pikul
melebihi daya pikul seseorang baik yang psikis maupun fisik maka remaja
menjadi sakit jiwa dan rohani.6
Penanganan masalah terhadap mahasiswa Thailand di Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya merupakan kegiatan yang bersifat
sosial dalam program pendidikan formal, maupun bimbingan sosial,
keterampilan, mental sebagai upaya mempersiapkan keperibadian agar
mahasiswa Thailand mampu melaksanakan fungsi sosisalnya dalam
kehidupan.
Meskipun kemungkinan terjadinya m aladatif terhadap mahasiswa Internasional semakin banyak di kampus Indonesia, namun minat untuk
membahas mengenai maladatif ini belum banyak di temui dalam berbagai
pembahasan. Mengingat hal tersebut, penulis memandang perlunya
mengangkat topik maladatif, seperti yang dialami sobirin mahasiswa dari
Thailand semester 6 fakultas adab jurusan sastera arab ini awalnya
pertama ia datang di lingkungan baru, walaupun sudah siap, tetap merasa
terkejut begitu sadar bahwa di sekelilingnya begitu berbeda dengan
lingkungan lamanya. Sobirin merasa beperilaku maladatif yang
disebabkan kultural oleh kehilangan tanda tanda dalam pergaulan sosial
mahupun interaksi. Misalnya apabila berjabat tangan orang apa yang harus
dikatakan bila bertemu dengan orang. Dan bagaimana kita memberikan
tipe dan sebagaianya. Dan inilah yang terjadi pada sobirin saat ini.
6 Kartini Kartono, Patologi Sosial 3 Gangguan Kejiwaan (Jarkata: Rajawali, 1986), hal.
6
Maladatif yang dialami sobirin disebabkan perbedaan komunikasi
yang ia tinggali saat ini, kerana menurut pengakuan teman teman di
kontrakanya kalau di kontrakan dia sobirin ini adalah seorang yang
peramah, bertanggujawab, suka membantu teman dan suka berkongsi dan
bertukar pendapat dengan temanya “sangat bertolak belakang dengan
kenyataan saat dia di kampus atau keluar kontrakan sobirin menjadi
cenderung pendiam dan terus keadaan serius dan binggung dengan
banyaknya teman yang memiliki cara berbicara dan batas Pergaulan yang
membuat sobirin terus tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan teman di
kampus, yang suka berbaur dengan teman wanita yang lain sehingga hal
itu menjadi kaku dalam situasi di waktu perkuliahan. Terkadang ia kenal
dan tidak mengetahui bagaimana harus bersosialisasi dengan teman teman
di kampus. bahkan saat dosen menerangkan materi terus terdiam dan tidak
terlalu aktif sehingga merasa tertekan disebabkan suka menyendiri dan
tidak suka berdiskusi sama teman sendiri, sampai hal itu tidak berdaya
karena tidak mampu menghadapi lingkungan asing dan seringkali dalam
kebingungan.
Untuk mengatasi perilaku maladatif yang di alami sobirin, peneliti
berencana akan melakukan terapi behavior yang berorentasi pada
pemecahan masalah dengan terapi yang dipusatkan pada keadaan “masa
sekarang” yang memandang individu sebagai pengambil keputusan
penting tentang tujuan atau masalah yang akan dipecahkan dalam proses
7
mengatasi masalahnya dan dengan pemahaman yang memadai tentang
teknik yang digunakan untuk mengatasi masalahnya. Melihat kasus sobirin
ini konselor ingin menggunakan teknik terapi behavior agar supaya sobirin
bisa mengubah perilaku maladatif supaya bisa berbaur di perkuliahan,
sehingga konselor ingin membantu konseli berfikir bahwa ia juga perlu
mengubah perilakunya mau berkumpul dan beradaptasi dengan lingkungan
baru yang ia tempati, tidak menutup diri hanya berteman dengan sesama
negaranya, namun, tetap tidak mampu bersama lingkungan kelas yang
ada.sehingga Konselor berancana untuk mengatasi perilaku yang ada pada
sobirin disebabkan suka membolos pada saat ini.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hal ini dikeranakan penulis
ingin mengangkat kasus yang terjadi pada sobirin, metode penelitian
kualitatif ini sendiri merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
dimana peneliti adalah instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan kepada
generalisasi7.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut di atas maka
peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling Islam dengan terapi
behavioral untuk mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Bagaimana hasil bimbingan dan konseling Islam dengan terapi
behavioral untuk mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti uraikan diatas maka
tujuan peneliti adalah:
1. Mengetahui proses bimbingan dan konseling Islam dengan terapi
behavioral untuk mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Mengetahui hasil bimbingan dan konseling Islam dengan terapi
behavioral untuk mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
D. Manfaat Peneliti
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan memberi manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis bagi para pembacanya, antara lain
9
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khazanah keilmuan bagi peneliti yang lain dalam hal
Bimbingan Konseling Islam dengan terapi behavioral dalam
mengatasi perilaku maladatif terhadap mahasiswa.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi jurusan Bimbingan
dan Konseling Islam khususnya bagi mahasiswa Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya dalam Bimbingan dan Konseling
Islam terhadap mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu menagani
perilaku maladatif mahasiswa dengan lebih efektif.
b. Sebagai bahan masukan, informasi dan acuan bagi penerapan
Bimbingan dan Konseling Islam bagi para pembaca.
E. Definisi Konsep
Sebelum lebih jauh dalam perlaksanaan penelitian yang berjudul
“Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi behavioral untuk
mengatasi perilaku maladatif mahasiswa Thailand di Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya agar terhindar dari
kesalahpahaman dan memahami makna serta dan dapat memudahkan
dalam mempelajari isi, maksud dan tujuan penelitian skripsi ini.
10
1. Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan di
akhirat.
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar menyedari kembali akan eksistensisnya sebagai makhluk
Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.8
Bimbingan Konseling Islam ialah: segala kegiatan yang
dilakukan oleh seorang dalam rangka memberikan bantuan kepada
orang lain yang mengalami kesulitan kesulitan rohaniah dalam
lingkungan hidupnya agar supaya orang tersebut mampu mengatasinya
sendiri kerana timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap tuhan
yang maha esa sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya
harapan kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa depanya.9
2. Terapi Behavior
Setiap konselor berhak memilih teknik yang sesuai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh konseli. Pada skripsi ini
peneliti menggunakan teknik terapi behavior dalam mengatasi perilaku
8 Farid, Imam Suyuti, B im b ingan Konseling Islam sebagai teknik dakwah (Surabaya: Biro
Penerbitan Fakultas Dakwah, 1992), hal.6.
9 M. Arifin, pokok pokok pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jarkata:
11
maladatif mahasiswa Thailand di Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.
Menurut Gerald Corey, konseling Behavior adalah
pendekatan-pendekatan terhadap konseling psikoterapi yang berurusan dengan
perubahan tingkah laku bermasalah.10
Jadi, Behavioral Therapy atau biasa disebut dengan terapi tingkah laku adalah sebuah pendekatan untuk psikoterapi yang
didasarkan pada teori belajar yang bertujuan untuk merawat
psikopatologi melalui teknik yang dirancang untuk memperkuat yang
diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
Terapi tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan
terapi lainnya, ditandai oleh: (a) Pemusatan perhatian pada tingkah
laku yang tampak dan spesifik, (b) Kecermatan dan penguraian tujuan-
tujuan treatment, (c) perumusan prosedur treatment yang spesifik yang
sesuai dengan masalah, dan (d) penaksiran objektif atas hasil- hasil
terapi11.
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-
kondisi baru yang lebih baik melalui proses belajar sehingga perilaku
simtomatik dapat dihilangkan. Sedangkan tujuan secara khusus adalah
mengubah tingkah laku maladaptif dengan cara memperkuat tingkah
laku yang diharapkan dan meniadakan tingkah laku yang tidak
10 Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi (Bandung: Refika Aditama, 1997), hal.196. 11Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapy, (Bandung: Refika
12
diharapkan serta berusaha menemukan cara- cara bertingkah laku yang
tepat12.
Adapun terapi behavior dengan bermasalah peneliti akan
memberikan penguatan positif kepada konseli sebagai proses belajar
untuk menampilkan tingkah laku yang lebih baik secara terus menerus.
Yang lebih spesifik lagi yaitu dengan pencontohan, sobirin akan
mencontoh tingkah laku yang lebih adatif. Selanjutnya memberi
umpan balik yang nantinya konselor memberikan saran kepada sobirin
tentang apa yang seharusnya dia lakukan, jika dia tidak bersama
lingkungan teman di kelas, dan terus membolos bagaimana kalau
temanya juga akan melakukan hal yang sama kepada sobirin.
3. Maladatif
Adapun beberapa pengertian maladatif menurut para ahli:
a. Menurut Kartini Kartono
Maladatif merupakan tingkah laku yang tidak bisa
diterima oleh lingkungan yang ada.13
b. Syamsu Yusuf
Mendefinisikan maladatif merupakan proses pemenuhan
kebutuhan atau upaya pemecahan masalah dengan cara cara yang
tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung
tinggi oleh masyarakat14.
12Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar- dasar Konseling, (Jakarta: Kencana,
2011), hal.171
13
c. Menurut scott(1958) mendefinisikan sebagai keadaan dimana
seseorang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya, merasa tidak bahagia15.
d. Maladatif adalah gangguan dengan berbagai tingkat keparahan(
stuart dan sundeen,1998) maladatif terdiri dari dari manipulasi
sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi antara
respon adatif dengan maladatif sehingga individu cenderung
berfikir kearah negatif.
Dari beberapa definisi di atas dikemukakan oleh beberapa ahli
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud maladatif yaitu mahasiswa
normal yang sedang mengalami kegoncangan pribadi semacam tekanan
kejiwaan akibat tidak memiliki kemampuan untuk mengadakan
penyesuaian diri secara harmonis baik terhadap lingkunganya maupun
terhadap dirinya sendiri sehingga menimbulkan salah adatif dalam
bertindak dan bertingkah laku.
F. Metode Penelitian
Metode adalah cara tepat untuk melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara saksama dalam mencapai suatu tujuan.
Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,
merumuskan, dan menganalisa suatu yang diteliti sampai menyusun suatu
15Wiramihardja Sutardjo, Pengantar Psikologi Klinis (Bandung: Refika Aditama, 2004),
14
laporan.16 Jadi, metode penelitian merupakan suatu strategi yang dilakukan
untuk mengumpulkan data dan menganalisanya.
Adapun metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif.17
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikeranakan data
data yang di dapatkan nantinya adalah data kualitatif berupa kata kata
atau tulisan tidak berbentuk angka dan untuk mengetahui serta
memahami fenomena secara terinci, mendalam, dan menyeluruh.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
(komunitas) atau situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah
sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti.18
16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999), hal. 3.
17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 9.
18 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
15
Kerana objek penelitian bersifat studi kasus, maka dalam hal
ini jenis penelitian yang relevansi dengan penelitian kasus tersebut
adalah dengan menggunakan metode kualitatif dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Peneliti merupakan alat pengumpulan data utama.
b. Bersifat deskriptif komparatif.
c. Lebih mengutamakan proses daripada hasil.
Demikian tiga ciri yang dikemukan oleh Lexy dalam
bukunya “Metode Penelitian Kualitatif” dimana diterangkan bahwa
penulis atau peneliti sebagai perancana, perlaksana pengumpulan
data analisis, penafsiran data pada akhinya menjadi pelopor hasil
penelitian.
Menurut Baq dan Taylor: Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata
tertulis atau lisan dari orang orang atas perilaku yang diamati.19
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Subjek peneliti adalah tempat memperoleh informasi, yang
dapat diperoleh dari seseorang maupun sesuatu, yang mengenainya
ingin diperoleh keterangan.20 Dalam hal ini yang menjadi subjek
penelitian ini adalah Setthawat Khlengmadkhan dari Thailand sebagai
19 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Posdakarya,
2011), hal. 3.
20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jarkata: Rineka
16
data primer sedangkan data sekundernya adalah para sahabat baik di
kontrakkan maupun di kampusnya.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil wilayah
yang merupakan tempat tinggal sementara Setthawat Khlengmadkhan
yang sekarang terletak di Jemurwonosari gang IAIN no, 2 Surabaya.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang
bersifat non statistik, data yang diperoleh nantinya dalam bentuk
kata verbal (deskripsi) bukan dalam bentuk angka.
Adapun jenis data dalam penelitian ini ada dua, yaitu data tidak
tertulis berupa kata- kata dan tindakan, serta data tertulis.
1. Kata kata dan tindakan
Kata- kata dan tindakan orang yang diteliti dan
diwawancarai merupakan sumber utama. Pada penelitian ini,
peneliti melakukan pencatatan sumber data utama melalui
pengamatan, wawancara dengan konseli dan orang- orang terdekat
dengan konseli yaitu teman perkuliahan, dan teman kontrakan
yang berperan sebagai informan dalam penelitian ini.
2. Data tertulis
Data tertulis merupakan jenis data kedua yang tidak dapat
17
identitas klien, foto, keadaan lingkungan keseharian, dan teman
sama kontrakkan dan dsb.
b. Sumber Data
Untuk mendapat keterangan dan informasi, peneliti
mendapatkan informasi dari sumber data, yang di maksudkan
dengan sumber data adalah subjek dari mana data diperolehi.21
Adapun yang dijadikan sumber data adalah:
1. Sumber data Primer, yaitu data yang langsung diambil dari
lapangan yaitu informasi langsung dari klien
2. Sumber Data Sekunder, yaitu data yang diambil dari sumber
kedua atau berbagi sumber guna melengkap data primer,
Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan
keseharian dan teman sama kontrakkan. Data yang menjadi
sumber datanya adalah:
a. Informan adalah orang yang memberikan informasi
mengenai kondisi objek yang diteliti. Informan dalam
penelitian ini antara lain: teman- teman konseli. Peneliti
akan mewawancarai orang- orang disekitar sobirin, yaitu
tetangga sobirin dan teman perkuliahan maupun teman
kontrakan.
Teman perkuliahan: melakukan wawancara dengan teman
sebaya bagaimana perilaku sobirin jika dalam bergaul
21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek (Jakarta:
18
Teman kontrakkan: bagaimana tanggapan teman dengan
perilaku sobirin apabila sudah di kontrakkan.
4 Tahap tahap Penelitian
Adapun tahap tahap penelitian menurut buku metodologi
penelitian kualitatif adalah:
a. Tahap Pra Lapangan
1. Menyusun Rancangan Penelitian
Dalam konteks ini peneliti terlebih dahulu membuat
permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian, untuk
kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum
melaksanakan penelitian hingga membuat proposal.
2. Memilih Lapangan Penelitian
Setelah menyusun rancangan penelitian, peneliti mengamati
fenomena tentang kasus perilaku maladatif. Kemudian
mengasumsikan, mempertimbangkan teori dengan yang ada
di lapangan, maka peneliti memilih di Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya.
3. Mengurus Perizinan Penelitian
Hal yang dilakukan selanjutnya adalah menguruskan surat
izin untuk melakukan penelitian kepada pihak jurusan
Bimbingan Konseling Islam di Falkutas Dakwah, setelah
itu peneliti juga meminta izin kepada piahk yang akan
19
4. Menjejaki dan Menilai Keadaan Lapangan
Sebelum memasuki lapangan, peneliti melakukan penelitian
dan observasi terlebih dahulu tentang situasi dan kondisi
lapangan penelitian agar peneliti bisa mempersiapkan diri
baik mental, fisik maupun perlengkapan lain selama
penelitian berlangsung di lapangan.
5. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi di lapangan, usaha
untuk menemukan informan yakni melalui keterangan
orang orang yang berwenang baik secara formal maupun
informal.22 Dalam hal ini yang menjadi informan adalah
teman dekat klien.
6. Menyiapakan Perlengkapan Penelitian
Dalam tahap perlengkapan penelitian, persiapan yang
dilakukan adalah menyiapkan pedoman wawancara, alat
tulis, perlengkapan fisik, izin penelitian, kertas, buku,
semua itu bertujuan untuk mendapatkan deskripsi data
lapangan dan akhinya menghasilkan rencana penelitian di
samping itu peneliti juga menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan yang menjadi tempat penelitian.
22 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Posdakarya,
20
7. Persoalan Etika Penelitian
Etika penelitian pada dasarnya yang menyangkut hubungan
baik antara peneliti dengan subjek penelitian, baik secara
perseorangan maupun kelompok. Maka peneliti harus
mampu memahami kebudayaan atau pun bahasa yang
digunakan, kemudian untuk sementara peneliti menerima
seluruh nilai dan norma sosial yang ada di dalam
lingkungan latar penelitinya.23
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
1. Memahami Latar Penelitian
Sebelum memasuki lapangan, peneliti perlu memahami
latar penelitian, atau tahu menempatkan diri, menyesuikan
penampilan dengan kebiasaan dan kultur dari tempat
penelitian, agar memudahkan hubungan dengan subjek dan
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.
2. Memasuki Lapangan
Yang perlu dilakukan disaat memasuki lapangan adalah
menjalin keakraban hubungan dengan subjek subjek
penelitian, sehingga akan memudahkan penelitian untuk
mendapatkan data. Di samping itu juga harus mampu
mempelajari bahasa supaya dapat mempermudahkan dalam
menjalin suatu keakraban.
23 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
21
3. Berperan dalam Mengumpulkan Data
Dalam tahap ini yang harus dilakukan adalah pengarahan
batas studi serta mulai untuk menghitung batas waktu,
tenaga atau biaya. Disamping itu juga mencatat data yang
telah di dapat di lapangan yang kemudian dianalisis di
lapangan.
c. Tahap Analisis Data
Sutau proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, katogori, dan setuan uraian dasar. Peneliti
menganalisis data yang dilakukan dalam suatu proses yang
berarti perlaksanaanya sudah mulai dilakukan sejak
pengumpulan data dan dikerjakan secara intesif.
5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian membutuhkan data data yang releven
dengan tujuan penelitian. Sedangkan untuk mendapatkan data-data
tersebut perlu menggunakan metode yang sesuai. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data,
di antaranya yaitu:
a. Metode Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi tentang suatu subjek yang diteliti agar
22
dengan pengamatan secara langsung ke lapangan.24 Observasi
bertujuan untuk mengoptimalkan dari segi motif, kepercayaan,
perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
Observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang
dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan
pula peneliti menjadi sumber data25. Dalam proses, peneliti
mengamati keadaan di sekitar rumah kontrakan konseli,
disekitar kampus, di kelas konseli, ucapan konseli, dan sikap
konseli kepada konselor.
b. Metode Wawancara
Wawancara juga disebut interview yaitu pengumpulan data melalui Tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara
sistematis dan berdasarkan pada tujuan pendidikan.26 Dalam
hal ini peneliti sekaligus konselor sebagai pewawancara dan
klien sebagai terwawancara. Adapun yang akan peneliti gali
yakni segala informasi secara mendalam pada diri klien yang
meliputi: Identitas diri klien (tempat tanggal lahir, usia,
pendidikan), cara pergaulan klien di lingkungan kontrakan, dan
ekonomi klien, keseharian klien, permasalahan yang dialami
klien, kondisi klien saat mengalami permasalahan, serta proses
konseling yang dilakukan.
24 S. Nasution, Metode Reseach atau Penelitian Ilmiah (Jarkata: Rineka Cipta, 1998), hal.
102.
23 Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal, 175
23
Selain menggali data dari klien peneliti juga berupaya
untuk menggali data dari orang-orang yang dekat dengan klien
agar data yang di dapatkan lebih akurat.
c. Metode Dokumentasi
Tehnik pengumpulan data melalui dokumentasi
diartikan sebagai upaya untuk memperoleh data dan informasi
berupa catatan tertulis/gambar yang tersimpan berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi merupakan fakta
dan data yang tersimpan dalam berbagai macam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia
adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatatan
harian, biografi, simbol, dan data lain yang tersimpan27
Adapun yang akan peneliti cari melalui dokumentasi
yakni: riwayat pendidikan klien, gambaran lokasi penelitian
sehingga pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik
dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang didukung
dari data sekunder.
27 Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama,
24
Table 1.1
Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data
Sumber Data TPD
A Data Primer
1 Deskripsi tentang biografi konseli, latar belakang dan permasalahan konseli
Klien dan Informan
(teman konseli) W+O
2 Bentuk perilaku maladatif pada
mahasiswa Klien dan Informan (teman konseli) W+O 3 Terapi behavior dalam mengatasi
perilaku maladatif mahasiswa Konseli dan Konselor W B Data sekunder
1 Gambaran lokasi penelitian Informan (Kampus
UIN) O+W+D
Keterangan:
TPD : Teknik Pengumpulan Data
O : Observasi
W : Wawancara
D : Dokumentasi
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan
lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan ke
dalam ketegori, menjabarkan ke dalam unit unit, melakukan sistesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
25
diri sendiri maupun orang lain.28 Di dalam perlaksanaan penelitian
setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis dengan analisa
deskriptif komparatif, yaitu setelah data terkumpul dan diolah maka
langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut.
Untuk mengetahui proses Bimbingan dan Konseling Islam
melalui Terapi Behavioral untuk mengatasi perilaku maladatif
mahasiswa Thailand di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, maka dianalisis dengan cara membandingkan antara teori
dengan data lapangan. Maka dianalisis dengan cara membandingkan
antara sebelum Konseling dan sesudah Konseling
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif tidak menjamin perlaksanaan
penelitian akan mendapatkan hasil yang optimal, kesalahan pada
peneliti juga besar kemungkinan akan terjadi. Dalam hal ini, peneliti
menganalisa data langsung di lapangan untuk menghindari kesalahan
pada data data tersebut. Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil yang
optimal peneliti perlu memikirkan keabsahan data yaitu:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Yaitu lamanya waktu keikutsertaan peneliti dalam
pengumpulan data serta dalam meningkatkan derajat
kepercayaan data yang dilakukan dalam waktu yang relatif
panjang.
28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
26
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan keabsahan
dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut terjadi tidak
hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan
perpanjngan keikutsertaan pada peneliti. Keikutsertaan
dimaksudkan untuk membangun kepercayaan terhadap peneliti
dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Ketekunan Pengamatan
Bermaksud menentukan ciri- ciri dan unsur- unsur dalam
situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan pada hal hal tersebut
secara rinci. Ketekunan pengamatan sangat diperlukan dalam
sebuah penelitian agar data yang diperoleh bisa
dipertanggujawabkan dan dapat diuji kebenaranya.
Dengan kata lain menelaah data data yang terkait dengan
focus penelitian, sehingga data tersebut data dipahami dan tidak
diragukan. Penelitian melakukan pengamatan yang lebih
mendalam mengenai data data yang berkaitan dengan klien.
Trianggulasi
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pemeriksaan
atau sebagai perbandingan terhadap data itu, peneliti memeriksa
data yang diperoleh dengan subjek peneliti, baik melalui
27
peneliti bandingkan dengan data yang ada diluar yaitu dari
sumber lain, sehingga keabsahan data bisa
dipertanggujawabkan29. Ada empat macam trianggulasi yaitu:
1. Data Triangulatioan
Yaitu trianggulasi data, dimana peneliti menguji keabsahan
data dengan membandingkan data yang diperoleh dari
beberapa sumber tentang data yang sama. Seperti dari teman
kontakan dan kampus.
2. Investigator Teiangulation
Adalah pengujian data yang dilakukan dengan
membandingkan data yang diperolehi dari beberapa peneliti
dalam mengumpulkan data.
3. Theory Triangulation
Yaitu analisis data dengan menggunakan beberapa
perpspektif teori yang berbeda
4. Methodologi Triangulation
Yaitu penguji data dengan jalan membandingkan data
peneliti yang dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode yang berbeda tentang data yang semacam30.
29 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet 33 (Bandung: Remaja
Rosdakarya 2014), hal. 327-332.
30 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki
28
G. Sistematika Pembahasan
1. Bahagian Awal
Bahagian awal terdiri dari: Judul Penelitian(sampul),
Persetujuan Pembimbing, Pengesahan Tim Penguji, Moto dan
Persembahan, Penyataan Otentisitas Skripsi, Abstrak, Kata
Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Tabel.
2. Bahagian Inti
Bab 1. Dalam bab ini berisi Pendahuluan yang meliputi:
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Defenisi Konsep, Metode Penelitian yang
meliputi Pendekatan dan Jenis Penelitian, Sasaran Lokasi Penlitian,
Jenis dan Sumber Data, Tahap Tahap Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan
Keabsahan Data, serta dalam bab satu ini berisi tentang Sistematika
Pembahasan.
BAB 2. Dalam bab ini berisi kerangka Teoritik yang
meliputi: Tinjauan Pustaka tentang Bimbingan dan Konseling Islam,
Definisi Bimbingan dan Konseling Islam, Tujuan dan Fungsi
Bimbingan dan Konseling Islam, Unsur, prinsip dan Azas
Bimbingan dan Konseling Islam, dalam bab ini juga berisi tentang
Terapi Behavior, terdiri dari Pengertian dan Definisi Terapi
Behavior, Tujuan dan Teknik Terapi Behavior, maladatif terdiri dari:
29
Dampak dari Maladatif, Dalam bab ini juga berisi penelitian
terdahulu yang releven.
Bab 3. Dalam bab ini berisi tentang penyajian data yang
terdiri diskripsi umum objek penelitian yang meliputi: diskripsi
lokasi Penelitian, diskripsi konselor, deskripsi konseli, diskripsi
masalah dan selanjutnya yaitu tentang deskripsi hasil hasil penelitian
yang berisi: deskripsi proses dari Bimbingan dan Konseling Islam
dengan terapi behavior dalam mengatasi perilaku maladatif
mahasiswa, diskripsi hasil proses Bimbingan dan Konseling Islam
dengan terapi behavior dalam mengatasi perilaku maladatif
mahasiswa.
Bab 4. Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang tersiri
dari: analisis proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi
behavior dalam mengatasi perilaku maladatif mahasiswa, analisis
akhir proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior
dalam mengatasi perilaku maladatif mahasiswa.
Bab 5. Dalam bab ini berisi tentang penutup yang
didalamnya terdapat poin, yaitu: Kesimpulan dan Saran.
3. Bahagian Akhir
Dalam bagian akhir ini berisi tentang daftar pustaka,
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Bimbingan dan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling terdiri dari dua kata, yaitu
Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari
guidance yang di dalamnya. Sertzer dan Stone mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot,
manager or steer, yang artinya: menunjukkan, mengarahkan,
menentukan, mengatur, atau mengemudikan31.
Menurut Djumhur dan Moh. Surya Bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada
individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai
kemampuan untuk memahami dirinya (self-understanding),
kemampuan untuk menerima dirinya (self-acceptance), kemampuan
untuk mengarahkan dirinya(self-direction), dan kemampuan untuk
merealisasikan dirinya (self-realization) sesuai dengan potensi atau
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan,
baik keluarga sekolah dan masyarakat32.
31 Anas Salahuddin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal.
13.
32 Sulistriyani dan Mohammad Jauhar, Dasar-Dasar Konseling Panduan Lengkap
Memahami Prinsip -Prinsip Pelaksanaan Konseling (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), hal. 26.
31
Adapun pendapat Jones, Staffire dan Stewart yang menyatakan
bahwa Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu
dalam membuat pilihan– pilihan dan penyesuaian – penyesuaian yang
bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang
merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan
hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hal orang lain.
Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan (diwarisi),
tetapi harus dikembangkan33.
Dari beberapa pengertian Bimbingan di atas, yang dinamakan
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu
untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki agar mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi dan menentukan jalan
hidupnya sendiri dengan tanggungjawab tanpa harus bergantung
kepada orang lain.
Sedangkan konseling berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counsilium, artinya “bersama” atau “bicara
bersama”. Pengertian berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah
pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa klien
(counselee)34.
Dalam bukunya Namora Lumongga Lubis Rogers yang dikutip
dari Lesmana mengartikan konseling sebagai hubungan membantu
dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan
33 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004), hal. 94 – 95
32
kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat
menghadapi persoalan /konflik yang dihadapi dengan lebih baik35.
Adapun yang berpendapat bahwa istilah konseling berasal dari
kata “counseling” adalah kata dalam bentuk mashdar dari “to counsel”
secara etimologi berarti “to give advice” atau memberikan saran dan
nasihat. Konseling juga memiliki arti memberikan nasihat atau
memberi anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face).
Jadi, konseling berarti pemberian nasihat kepada orang lain secara
individual yang dilakukan dengan tatap muka (face to face)36.
Shertzer dan Stone mendefinisikan konseling sebagai upaya
membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia
dan efektif perilakunya37.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dimaknai kembali
konseling adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan guna untuk
memecahkan masalah bersama yang dilakukan secara face to face
antara konselor dan klien.
35 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan
Praktek (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 2
36 Samsul Munir Arifin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 10
– 11.
37 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling “Dalam Berbagai Latar dan
33
Setelah mengetahui beberapa definisi bimbingan dan konseling
sebagaimana telah dijabarkan di atas, dapat dirasakan bahwa
bimbingan dan konseling masih belum mampu mengatasi
permasalahan kehidupan manusia secara menyeluruh. Hal ini karana
belum ada nilai spriritualitas yang mampu menggerakkan batin
manusia untuk merubah keadaan dirinya sendiri. Oleh karena itu,
dibutuhkan Bimbingan dan Konseling Islam yang dianggap mampu
membantu manusia dalam mengatasi masalah kehidupan manusia.
Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan
dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah
yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat38.
Menurut Ahmad Mubarok, MA. dalam bukunya konseling
agama teori dan kasus, pengertian bimbingan dan konseling Islam
adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok
orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam
menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan
agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin di dalam
dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya39.
38 Tohari Musnamar, D asar-D asar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam
(Yogyakarta: UII PRESS, 1992), hal. 5.
39 Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta: Bina Rencana
34
Bimbingan dan Konseling Islam merupakan proses pemberian
bantuan terarah, kontinue dan sistematis kepada setiap individu agar ia
dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Al-qur’an dan Hadist Rasulullullah SAW ke
dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan
tuntunan Al-qur’an dan hadist40.
Hakikat Bimbingan dan Konseling Islami adalah upaya
membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali
kepada fitrah, dengan cara memberdayakan (enpowering) iman, akal,
dan kemauan yang dikaruniakan Allah SWT. Kepadanya untuk
mempelajari tuntunan Allah dan Rasul-Nya, agar fitrah yang ada pada
individu itu berkembang dengan benar dan kukuh sesuai tuntunan
Allah SWT41.
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Bimbingan dan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan
dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dialami konseli
dengan bekal potensi dan fitrah agama yang dimiliki oleh konseli
secara optimal dengan menggunakan nilai-nilai ajaran Islam
berdasarkan Al-qur’an dan Sunnah Rasul yang mampu
membangkitkan kekuatan batin sehingga manusia akan mendapatkan
dorongan dan mampu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya
40 Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: CiputatPers, 2002), hal. 17.
41 Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teoridan Praktek), (Yogyakarta:
35
serta akan mendapatkan kehidupan yang selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam secara umum adalah
membantu individu untuk mempunyai pengetahuan tentang posisi
dirinya dan mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan
melakukan suatu kegiatan yang dipandang baik, benar dan
bermanfaat bagi kehidupan dunia dan kepentingan akhiratnya42.
Adapun tujuan khususnya adalah:
1. Untuk menghasilkan perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi baik, tenang, dan
damai, bersikap lapang dada, mendapat pemecahan serta hidayah
tuhan.
2. Agar mendapat suatu kesopanan tingkah laku yang dapat
memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, lingkungan keluarga,
sosial dan sekitarnya.
3. Agar mendapat kecerdasan pada individu agar muncul rasa
toleransi pada dirinya dan orang lain.
4. Agar menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga mampu melakukan
tugas sebagai khalifah di dunia dengan baik dan benar43.
42 Ahmad Mubarok, Konseling Agama TeoridanKasus, Cet. 1 (Jakarta: Bina Rencana
Pariwara, 2002), hal. 89.
43 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi Konseling Islam,(Yogyakarta: Fajar Pustaka
36
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam.
Dalam pelaksanaannya, Bimbingan dan Konseling Islam
memiliki beberapa fungsi yang nantinya dapat membantu tercapainya
tujuan dari Bimbingan dan Konseling Islam. Diantara fungsi
Bimbingan dan Konseling Islam adalah:
1. Fungsi Preventif (Pencegahan)
Yaitu membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk
melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah kejiwaaan,
upaya ini meliputi: pengembangan strategi dan program yang dapat
digunakan mengantisipasi resiko hidup yang tidak perlu terjadi.
Yang dimaksud dengan pencegahan ini adalah menghindari dari
perbuatan perbuatan yang tidak baik atau menjauhkan diri dari
larangan Allah. Sesuai dengan firman Allah surat al-Ankabut: 45
45. bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan44
Ayat di atas menerangkan bahwa sesuatu yang dilarang
Allah itu merupakan pencegahan agar kita tidak melakukannya,
jika kita ingin selamat, kita harus mencegah dari segala perbuatan
yang dilarang Allah.
37
2. Fungsi Remedial atau Rehabilitatif
Yaitu koseling banyak memberikan penekanan pada fungsi
remedial karena sangat dipengaruhi psikologi klinik dan psikiatri.
Fokus peranan remedial adalah: penyesuaian diri,menyembuhkan
masalah psikologis yang dihadapi dan mengembalikan kesehatan
mental serta mengatasi gangguan emosional.
3. Fungsi Edukatif (Pengembangan atau Developmental)
Yaitu berfokus pada membantu meningkatkan keterampilan
dalam dalam kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan
masalah hidup serta meningkatkan kemampuan menghadapi
transisi dalam kehidupan45.
4. Fungsi Kuratif (Korektif)
Yaitu membantu individu memecahkan masalah yang
sedang dihadapi atau dialaminya sehingga masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan baik. Koseling Islami adalah membantu klien
mengatasi masalahnya dengan cara mengubah sikap dan prilaku
klien yang melanggar tuntunan Islam menjadi sikap dan prilaku
hidup yang sesuai dengan tuntunan Islam46.
d. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam
Prinsip-prinsip adalah hal-hal yang dapat menjadi pegangan di
dalam proses bimbingan dan konseling, dalam bukunya Tohari
45 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2002), hal. 217.
38
Musnamar mengemukakan prinsip-prinsip Bimbingan dan penyuluhan
(konseling), sebagai berikut:
1. Membantu individu untuk mengetahui, mengenal dan memahami
keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya (mengingatkan kembali
akan fitrahnya).
2. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana
adanya, baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya, sebagai
sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah, namun manusia
hendaknya menyadari bahwa diperlukan ikhtiar sehingga dirinya
mampu bertawakkal kepada Allah SWT
3. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah
4. Membantu individu mengembangkan kemampuannya
mengantisipasi masa depan, sehingga mampu memperkirakan
kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan sekarang
dan memperkirakan akibat yang akan terjadi, sehingga membantu
mengingat individu untuk lebih berhati-hati dalam melakukan
perbuatan dan bertindak47.
e. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam
Unsur-unsur yang ada dalam Bimbingan dan Konseling Islam
yaitu:
47 Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam
39
1. Konselor
Menurut Imam Sayuti Farid, dalam bukunya “ pokok-pokok
bahasan tentang Bimbingan penyuluhan islam sebagai teknik
Dakwah” mendefinisikan konselor adalah orang yang mempunyai
kewenangan untuk melakukan Bimbingan dan Konseling Islam di
dalam melaksanakannya seyogyanya terdiri dari:
a. Ahli Bimbingan Konseling
b. Ahli Psikologi
c. Ahli Pendidikan
d. Ahli Agama
e. Ahli Kedokteran
f. Ahli Pekerjaan Sosial48.
2. Klien
Klien adalah orang yang mempunyai masalah, namun tidak
mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapi tanpa bantuan
orang lain. Klien itu hendaknya mempunyai sikap diantaranya:
terbuka, percaya dan bertanggung jawab. Terbuka maksudnya,
bahwa klien bersedia mengungkapkan segala informasi yang
diperlukan dalam proses konseling. Percaya, artinya seorang klien
percaya semua proses bimbingan semua berjalan secara efektif,
percaya pada konselor yang bisa membantu dan tidak akan
mmebocorkan pada siapapun. Serta tanggung jawab yang artinya
48Imam Sayuti Farid, pokok pokok bahasan tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama
40
klien bersedia dengan sungguh sungguh melibatkan diri dan ikut
serta dalam proses bimbingan49.
3. Masalah
Masalah adalah kata yang digunakan untuk
menggambarkan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan
antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang
membingungkan50. Dua faktor tersebut adalah:
a. Masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang harus
diselesaikan
b. Masalah disadari “ada” saat seorang individu menyadari
keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang ia
inginkan.
Diantara masalah yang ada dalam Bimbingan dan Konseling
yaitu:
1. Pernikahan dan keluarga
2. Pendidikan
3. Sosial (kemasyarakatan).
4. Pekerjaan, jabatan
5. Keagamaan51
49Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah
Maupun di Luar Sekolah (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hal. 25.
50 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi”suatu pengantar” (Jakarta: Indeks,2008),
hal.70.
51 Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
41
f. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam
Di dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam harus
memenuhi sejumlah asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam untuk
memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan
layanan/kegiatan. Apabila dalam pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling Islam tidak memenuhi asas-asas tersebut maka akan
menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta
mengurangi atau mengaburkan hasil layanan kegiatan Bimbingan dan
Konseling Islam itu sendiri.
Asas-asas bimbingan dan konseling Islam yang dimaksud
antara lain:
1. Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Kebahagiaan hidup di dunia bagi seorang muslim hanya
merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan
akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat
merupakan kebahagiaan yang abadi.
2. Asas Fitrah
Manusia menurut Islam dilahirkan dengan membawa fitrah,
yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan mempunyai
kemampuan untuk beragama, maka dari itu gerak tingkah laku
dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui52
3. Asas Lillahi Ta’ala
Bimbingan dan Konseling Islam diselenggarakan
semata-mata karena Allah, konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing
melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih.
Sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta
bimbingan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua
pihak merasa bahwa yang dilakukan adalah karena dan untuk
mengabdi kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan
tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi
kepada-Nya.
4. Asas Bimbingan Seumur Hidup
Manusia hidup betapapun tidak akan ada yang sempurna
dan selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia
akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena
itu, maka Bimbingan Konseling Islam diperlukan selama hayat
dikandung badan.
43
5. Asas Kesatuan Jasmani dan Rohani
Bimbingan dan Konseling Islam memperlakukan
konselinya sebagai makhluk jasmaniah. Rohaniah tidak
memandang sebagai makhluk biologis semata. Bimbingan dan
Konseling Islam membantu individu untuk hidup dalam
keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.
6. Asas Keseimbangan Ruhaniyah
Rohani manusia memiliki unsur dan daya kemampuan pikir,
merasakan atau menghayati dan kehendak hawa nafsu serta juga
akal. Orang yang dibimbing diajak mengetahui apa yang perlu
diketahuinya, kemudian memikirkan apa yang perlu dipikirkan,
sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja,
tetapi tidak menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami apa
yang perlu dipahami dan dihayatinya setelah berdasarkan
pemikiran dan analisa yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.
7. Asas Kemaujudan Individu
Bimbingan dan Konseling Islam, berlangsung pada citra
menusia menurut Islam, memandang seorang individu merupakan
suatu maujud (Eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak,
mempunyai perbedaan individu dari apa yang lainnya dan
mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari
44
8. Asas Sosialitas Manusia
Dalam Bimbingan dan Konseling Islam, sosialitas manusia
diakui dengan memperhatikan hak individu (jadi bukan
komunisme) hak individu juga diakui dalam batas tanggungjawab
sosial.
9. Asas Kekhalifahan Manusia
Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan,
sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidak
seimbangan tersebut yang diperbuat oleh manusia iu sendiri.
10. Asas Pembinaan Akhlaqul Karimah
Bimbingan dan Konseling Islam membantu konseli atau
yang dibimbing, memelihara, mengembangkan, menyempurnakan
sifat-sifat yang tidak baik tersebut.
11. Asas Kasih Sayang
Setiap orang memerlukan cinta kasih dan sayang dari orang
lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan
banyak hal. Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan
berdasarkan kasih sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah
bimbingan bimbingan dan konseling dapat berhasil.
12. Asas Saling Menghargai dan Menghormati
Dalam Bimbingan dan Konseling Islam, kedudukan
pembimbing atau konselor dengan yang dibimbing pada dasarnya
45
yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu
menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak yang
dibimbing merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai
dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah.
13. Asas Keselarasan dan Keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan dan
keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain,
Islam menghendaki manusia berlaku “adil” terhadap hak dirinya
sendiri, hak orang lain “hak” alam semesta (hewan dan tumbuhan
dan lain sebagainya)dan juga hak tuhan
14. Asas Keahlian
Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan oleh
orang-orang yang memang memiliki kemampuan, keahlian dibidang
tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik
bimbingan dan konseling maupun dalam bidang yang menjadi
permasalahan (obyek garapan/materi) bimbingan konseling
15. Asas Musyawarah
Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan asas
musyawarah, artinya antara pembimbing (konselor) dengan yang