• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Perusahaan sangat dituntut meningkatkan efisiensi dalam organisasi untuk

menjawab persaingan yang semakin ketat sekarang ini. Salah satu antisipasi yanng

dilaukan adalah mengembangkan sumber daya manusia. Penyebab pentingnya

sumber daya manusia adalah bagaimanapun tingginya suatu teknologi yang

dipergunakan dalam operasional proses pengolahan, faktor manusia tetap

merupakan unsur penting dalam pengoperasian teknologi tersebut.

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dapat diartikan sebagi ilmu

mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara efektif dan efisien sehinngga

tercapai tujuan organisasi atau perusahaan. Manajemen Sumber Daya Manusia

(MSDM) dapat juga diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengadilan atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan,

kompensasi, integrasi pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan

sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan

masyarakat (Flippo,2012:2).

Perkembangan pemikiran tentang Manajemen Sumber Daya Manusia

(MSDM) tidak terlepas dari perkembangann pemikiran manajemen secara umum.

Gerakan-gerakan pemikiran tentang Manajemen Sumber Daya Manusia secara

historis adalah :

a. Gerakan Manajemen Ilmiah (Pendekatan Mekanis)

Gerakan ini banyak didominasi oleh pemikiran F.W.Taylor.

(2)

era tersebut adalah SDM sebagai salah satu faktor produksi yang dipacu

untuk bekerja lebih produktif seperti mesin, bekerja sesuai dengan

spesialisasi yang ditentukan, yang tidak produktif harus diganti/dibuang,

pandangan ini mengakibatkan munculnya pengangguran, tidak adanya

jaminan dalam bekerja, bekurangnya rasa bangga terhadap pekerjaan dan

tumbuhnya serikat pekerja.

b. Gerakan Human Relation (Pendekatan Paternalis)

Era ini ditandai dengan adanya pemikiraan tentang peran SDM terhadap

kemajuan organisasi. Pandangan-pandangan yang muncul adalah SDM

harus dilindungi dan disayangi, tidak hanya dianggap sebagai faktor

produksi belaka tetapi sebagai pemilik perusahaan, dan disediakannya

berbagai fasilitas kebutuhan karyawan seperti tempat beribadah, tempat

istirahat, jaminan kesehatan, kantin dan perumahan sebagai bentuk

perhatian perusahaan terhadap tingkat kesejahteraan rakyat.

c. Gerakan Kontemporer (Pendekatan Sistem Sosial)

Diera ini pemikiran tentang pentingnya peran SDM dan perlunya perhatian

perusahaan terhadap kesejahteraan serta kepastian dalam bekerja semakin

berkembanng. Pandangan-pandangan yang muncul adalah bahwa

pencapaian tujuan organisasi tidak lepas dari konstribusi SDM, munculnya

teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow yaitu sebagai landasan motivasi

individu menjadi pendorong adanya pemikiran tentang perlunya motivasi

SDM dengan melihat tingkat kebutuhan yang dimilikinya, adanya

kecenderungan baru yang berdampak positif terhadap perkembangan

(3)

Menurut Dessler (M.Yani, 2012:10) Manajemen Sumber Daya Manusia

adalah kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang utuk menjalankan aspek

“orang” atau sumber daya manusia dari posisi seseorang manajeman, meliputi

perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian.

Handoko (M.Yani, 2012:10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah

penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan pengguaan sumber daya

manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.

2.2 Pelatihan dan Pengembangan Karyawann 2.2.1 Pengertian Pelatihan

Dalam kamus bahasa indonesia pelatihan diartikan sebagai pelajaran untuk

membiasakan atau memperoleh suatu keterampilan. Instruksi Presiden No. 15

tahun 1974, pengertian pelatihan dirumuskan sebagai berikut: pelatihan adalah

bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu

yang relatif singkat dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan

praktik dari pada teori

Menurut Mangkuprawira (H.M. Yani,2012;82) pelatihan bagi karyawan

merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta

sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung

jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Sedangkan pengembangan

memiliki ruang lingkup lebih luas. Dapat berupaya meningkatkan pengetahuan

(4)

Menurut Dessler (Suparno,2015:81) pelatihan memberikan karyawan baru

atau yang ada sekarang keterampilan yang mereka butuhkan untuk menajlankan

pekerjaan yang sekarang. Selain itu menurut S. Panggabean (Suparno,2015:81)

mengungkapkan bahwa pelatihan lebih berorientasi pada masa depan dan lebih

peduli terhadap pendidikan, yaitu terhadap peningkatan kemampuan seseorang

untuk memahami dan menginterprestasi pengetahuan bukan mengajarkan

kemampuan teknisi.

Menurut Oemar Hamalik (Suparno,2015:81) pelatihan juga diberikan dalam

bentuk pemberian bantuan. Bantuan dalam hal ini berupa pengarahan, bimbingan,

fasilitas, penyampaian informasi, latihan keterampilan, pengorganisasian suatu

lingkungan belajar, yang pada dasarnya peserta telah memiliki potensi dan

pengalaman, motivasi untuk meelaksanakan sendiri kegiatan latihan dan

memperbaiki dirinya sendiri sehingga dia mampu membantu dirinya sendiri.

Istilah pemberian bantuan bersifat humanistik (manusiawi) dan tidak

memperlakukan peserta sebagai mesin (mekanistik). Bimbingan merupakan proses

bantuan yang diberikan kepada individu. Bimbingan bermanfaat bagi karyawan

dalam membantu agar mereka siap menerima pekerjaan atau penugasan yang

memerlukan keterampilan baru, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan

tercapailah kesejahteraan hidup.

Simamora (Suparno,2015:82) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian

aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan,

pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang individu.

Berdasarkan beberapa pendapat yang disebutkan diatas pelatihan merupakan

(5)

secara sistematis sehingga mampu memiliki kinerja yang profesional

dibidangnya.Bagi karyawan baru program pelatihan adalah untuk mengetahui

pengoperaisan peralatan pabrik, pada siapa bertanggung jawab, mengatasi

kecelakaan dan keselamatan kerja, sedangkan bagi karyawan lama pelatihan

meningkatkan kualitas kerja, mencegah penurunan produktivitas kerja, persiapan

untuk karyawan yang akan dipromosi.

2.2.2Jenis-Jenis Pelatihan

Menurut Mathis dan Jackson (M.Yani, 2012:83) pelatihan dapat dirancang

untuk memenuhi tujuan berbeda dan dapat diklasifikasikan kedalam berbagai

cara, yang meliputi:

1. Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin: dilakukan untuk memenuhi berbagai

syarat hukum yang haruskan dan berlaku sebagai pelatihan untuk semua

karyawan (orientasi karyawan baru)

2. Pelatihan pekerjaan/teknis; memungkinkan para karyawan untuk melakukan

pekerajaan, tugas dan tangung jawab mereka dengan baik.

3. Pelatihan antar-pribadi dan pemecahan masalah: dimaksudkan untuk mengatasi

masalah operasional dan antar pribadi serta meningkatkan hubungan dalam

pekerjaan organisasional.

4. Pelatihan perkembangan dan inovatif: menyediakan fokus jangka panjang

untuk meningkatkan kapabilitas individual dan organisasional untuk masa

(6)

2.2.3 Indikator Pelatihan

Indikator-indikator pelatihan menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2013:62)

1. Jenis Pelatihan

Berdasarkan analisis kebutuhan program pelatihan yang telah dilakukan, maka

diperlukan pelatihan peningkatkan kinerja pegawai dan etika kerja bagi tingkat

bawah dan menengah.

2. Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan harus konkrit dan dapat diukur, oleh karena itu pelatihan yang

akan diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kerja agar

peseerta mampu mencapai kinerja secara maksimal dan meningkatkan

pemahaman peserta terhadap etika kerja yang harus diterapkan.

3. Materi.

Materi pelatihan dapat berupa: pengelolaan(manajemen) tata naskah,

psikologis kerja, komunikasi kerja, disiplin dan etika kerja, kepemimpinan kerja

dan pelaporan kerja.

4. Metode Yang Digunakan.

Metode yang digunakan adalah metode pelatihan dengan teknik partisipatif

yaitu diskusi kelompok, konfrensi, simulasi, bermain, peran (demonstrasi) dan

games, latihan dalam kelas, test, kerja tim dan study visit(studi banding).

5. Kualifikasi Peserta.

Peserta pelatihan adalah egawai perusahaan yang memenuhi kualifikasi

persyaratan seperti karyawan tetap dn staff yang mendapat rekomendasi

(7)

6. Kualifikasi pelatih

Pelatih/instruktur yang akan memberikan materi pelatihan harus memenuhi

kualifikasi persyaratan antara lain: mempunyai keahlian yang berhubungan

dengan materi pelatihan, mampu membangkitkan motivasi dan mampu

menggunakan metode partisipatif.

7. Waktu (Banyaknya Sesi)

Banyaknya sesi materi pelatihanterdiri dari67 sesi materi dan 3 sesi pembukaan

dan penutupan pelatihan kerja. Dengan demikian jumlah sesi pelatihan ada 70 sesi

atau setara dengan 52,2 jam. Makin sering petugas mendapat pelatihan, maka

cenderung kemampuan dan keterampilan pegawai semakin meningkat.

2.2.4 Pengertian Pengembangan

Pengembangan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya untuk

memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan sifat-siafat

kepribadian, atau dengan kata lain pengembangan lebih menekankan pada

peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan

datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain

untuk mengubah perilaku kerja (Sunyoto, 2012).

Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatkan kemampuan dalam

pengambilan keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation)

bagi manajeman tingkat atas dan manajeman tingkat menengah. Pengembangan

sering dikatagorikan secara eksplisit dalam pengembangan manajemen, organisasi

dan pengembangan individu karyawan. Penekanan lebih pokok adalah pada

pengembangan manajemen. Dengan kata lain, fokusnya tidak pada pekerjaan kini

(8)

2.2.5 Tujuan Pengembangan

Menurut Hasibuan (M.Yani, 2012:84) pengembangan karyawan bertujuan dan

bersifat bagi perusahaan, karyawan, konsumen atau masyarakat yang

mengkonsumsi barang/jasa yang dilaksanakan perusahaan. Tujuan pengembangan

menyangkut hal-hal berikut:

a. Produktivitas Kerja

Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan akan meningkatkan,

kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill, human

skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik.

b. Efisiensi

Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisensi tenaga,

waktu, bahan baku, dan menguarangi hausnya mesin-mesin. Pemborosan

berkurang, biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing perusahaan

semakin besar.

c. Kerusakan

Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang,

produksi, mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan trampil dalam

melaksanakan pekerjaannya.

d. Kecelakaan

Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan

karyawan, sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan semakin

(9)

e. Pelayanan

Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik

dari karyawan kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan

yang baik merupakan daya penarik yang sangat penting bagi

rekanan-rekanan perusahaan bersangkutan.

f. Moral

Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian

dan keterampilannya sesuai pekerjaannya sehingga antusias untuk

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

g. Karier

Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan

semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih

baik. Promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi kerja

seseorang.

h. Konseptual

Dengan pengembangan, manejer semakin cakap dan cepat mengambil

keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill, dan

managerial skill-nya lebih baik.

i. Kepemimpinan

Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik,

human relation-nya lebih luwes, memotivasinya lebih terarah sehingga

(10)

j. Balas jasa

Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah, insentif, dan benefits)

karyawan meningkatkan karena prestasi kerja mereka semakin besar.

k. Konsumen

Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang baik bagi

masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau

pelayanan yang lebih bermutu.

2.2.6 Indikator Pengembangan

Indikator pengembangan menurut Hasibuan (2000:82)

1. Prestasi Kerja Karyawan

Apabila prestasi kerja atau produktivitas kerja karyawan setelah mengikuti

pengembangan, baik kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat, maka berarti

metode pengembangan yang dilakukan baik, tapi jika prestasi kerjanya tetap,

berarti pengembangan yang dilakukan kurang baik, jadi perlu dilakukan

perbaikan.

2. Kedisiplinan Karyawan.

Jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan semakin baik,

berarti metode pengembangan yang dilakukan baik, tetapi jika kedisiplinan tidak

mengingkat berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.

3. Absensi Karyawan.

Jika absensi karyawan setelah mengikuti pengembangan menurun, berarti

metode pengembangan yang dilakukan cukup baik, jika absensi karyawan tetap

(11)

4. Tingkat Kerusakan Produksi, Alat Dan Mesin-Mesin.

Jika tingkat kerusakan produksi, alat dan mesin-mesin karyawan setelah

mengikuti pengembangan berkurang, berrti metode pengembangan yang

dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap berarti metode pengembangan yang

diterapkan kurang baik.

5. Tingkat Kecelakaan Karyawan.

Tingkat kecelakaan karyawan harus berkurang setelah mereka mengikuti

program pengembangan. Jika tidak berkurang berarti metode pengembangan yang

dilakukan kurang baik jadi perlu disempurnakan.

6. Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu.

Jika tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu berkurang, berarti

metode pengembangan yang dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap berarti

metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.

7. Tingkat kerjasama.

Tingkat kerjasama karyawan harus semakin serasi, harmonis dan baik setelah

mereka mengikuti pengembangan.

8. Tingkat upah intensif karyawan.

Jika tingkat upah intensif karyawan meningkat, berarti metode pengembangan

yang dilakukan baik. Tetapi sbaliknya jika tetap brarti metode pengembangan

yang diterapkan kurang baik.

9. Prakasa karyawan.

Prakasa Karyawan harus meningkat setelah mengikuti metode pengembangan

(12)

kurang baik. Dalam hal ini karyawan diharapkan dapat bekerja mandiri serta bisa

mengembangkan kreativitasnya.

10. Kepemimpinan dan keputusan manajer.

Kepemimpinan dan keputusan yang di tetapkan oleh manajer setelah

mengikuti pengembangan harus semakin baik, kerja sama semakin serasi, sasaran

yang dicapai semakin besar, ketegangan beerkurang serta kepuasan krja karyawan

meningkat.

2.3 Pengertian Pelatihan dan Pengembangan

Wexley dan Yulk (Suparno Eko Widodo,2015;80) mengemukakan bahwa

“ Traning and development are term in referring to planned efforts designed

facilitate the acquisition of relevant skills, knowledge and attitudes by

organizations members. Development focuses more on improving the dicision

making and human relations skills and the presentation of a more factual and

narrow subject matter.”

Pendapat Wexley dan Yulk menjelaskan bahwa pelatihan dan pengembangan

adalah sesuatu yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan usaha-usaha

berencana yang dilaksanakan untuk mencapai penguasaan keterampilan,

pengetahuan dan sikap karyawan atau anggota organisasi.

Menurut Efendi (M.Yani, 2012; 82) “Latihan dan pengembangan dapat

didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai”. Selanjutnya Mariot Tua

menambahkan pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama,

yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Tetapi

(13)

lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang

spesifik pada saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan

pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang

dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk

mengubah perilaku kerja.

Dari berbagai macam pendapat para ahli diatas, dapat ditarik satu kesimpulan

kalau pelatihan dan pengembangan bagi sumber daya manusia adalah suatu

kegiatan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia agar bisa menjadi

sumber daya yang berkualitas baik bagi segi pengetahuan, keterampilan bekerja,

tingkat profesionalisme yang tinggi dalam bekerja agar bisa meningkatkan

kemampuan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dengan baik.

2.3.1 Tujuan Pelatihan dan Pengembangan

Menurut Carrel et all (Suparno,2015:83) tujuan umum pelatihan dan

pengembangan bagi karyawan adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kinerja (improve performance). Karyawan yang kinerjanya

kurang memuaskan karena minimnya kecakapan merupakan target utama

dalam program pelatihan dan pengembangan.

b. Memperbarui keterampilan karyawan (update employee’s skill). Manajer

diharuskan tanggap pada perkembangan teknologi yang akan membuat

fungsi organisasinya lebih efektif. Perubahan teknologi berati perubahan

lingkup pekerjaan yang menadkaan bahwa harus adanya pembaruan

pengetahuan yang telah ada sebelumnya.

c. Menghindari keusangan manajerial (avoid managerial absolescence).

(14)

baru. Perubahan teknis dan lingkungan sosial yang cepat berpengaruh pada

kinerja. Bagi karyawan yang gagal menyesuaikan diri akan apa yang

mereka miliki sebelumnya menjadi „usang‟.

d. Memecahkan permasalahan organisasi (solve organizational problem).

Disetiap organisasi tentulah banyak sekali konflik yang terjadi dan

pastinya dapat diselesaikan degan beragam cara. Pelatihan dan

pengembangan memberikan keterampilan kepada karyawan guna

mengatasi konflik yang terjadi.

e. Mempersiapkan diri untuk promosi dan suksesi manajerial (preparefor

promotion, and managerial succession). Hal penting guna menarik,

mempertahankan dan memotivasi karyawan yaitu dengan program

pengembangan karier. Dengan mengikuti program pelatihan dan

pengembangan karyawan dapat memperoleh keterampilan-keterampilan

yang diperlukan untuk promosi, dan memudahkan dalam perpindahan ke

tanggungjawab pekerjaan yang lebih tinggi.

f. Memenuhi kebutuhan kepuasan pribadi (satisfy personal growth needs).

Banyak karyawan yang berorientasi lebih kepada prestasi dan butuh

tantangan baru pada pekerjaannya.

Tujuan pelatihan dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas, meningkatkan moral

anggota, memberikan kompensasi tidak langsung, meningkatkan kesehatan dan

keselamatan kerja, mencegah kadaluarsa kemampuan dan pengetahuan personel;

(15)

Pelatihan dan perkembangan karyawan dirancang untuk membantu

organisasi mencapai tujuan-tujuannya. Oleh karena itu penentuan dari kebutuhan

pelatihan organisasional mencerminkan tahapan diagnostik dai penentuan tujuan

pelatihan. Penilaian ini melihat pada masalah-masalah kinerja karyawan dan

organisasional untuk menentukan apakah dengan diadakannya pelatihan akan

menolong (Mathis dan Jackson, 2006:308).

Pengetahuan karyawan mengenai pelaksanaan tugas maupun pengetahuan

umum yang ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas, menentukan

keberhasilan pelaksanaan tugas itu sendiri. Keterampilan karyawan merupakan

salah satu faktor utama dalam usaha mencapai sukses bagai pencapaian tujuan

organisasi. Bagi karyawan baru atau yang menghadapi pekerjaan baru, dibutuhkan

tambahan keterampilan untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik.

Namun, pengetahuan dan keterampilan saja belum cukup untuk mencapai

suksesnya tujuan. Sikap (attitude) karyawan terjadap pelaksanaan tugas

merupakan faktor kunci dalam mencapai keberhasilan. Oleh karena itu pembinaan

sikap juga harus dilaksanakan dalam kerangka pengembangan kemampuan

karyawan secara kseluruhan.

Adanya perbedaan dalam objek pengembangan, yaitu pengetahuan,

keterampilan dan sikap karyawan, membawa konsekuensi pada metode

peningkatan efektifitas karyawan. Perkembangan pengetahuan bisa dilaksanakan

dengan cara perkuliahan, menggunakan audiovisual aids (AVA), dan instruksi

yang telah diprogramkan. Keterampilan dapat dikembangkan melalui

(16)

pembinaan sikap hanya bisa dilakukan melalui proses dinamika kejiwaan, yaitu

melalui metode permainan (games), sensitivity training dan lain-lain yang sejenis.

Menurut Mangkunegara (2001:45) tujuan penelitian dan pengembangan

yaitu:

1. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.

2. Meningkatkan produktivitas kerja.

3. Meningkatkan kualitas kerja.

4. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.

5. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara maksimal.

6. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

7. Menghindari keusangan (obsolescence)

8. Meningkatkan perkembangan pegawai.

Menurut Rivai (2008:229) tujuan atau sasaran dan pelatihan dan

pengembangan pada dasarnya dapat dikembangkan dari serangkaian pertanyaan

sebagai berikut:

1. Keefektifan/Validasi Pelatihan

Apakah peserta memperoleh keahlian, pengetahuan dan kemampuan selama

pelatihan.

2. Keefektifan Pengalihan/Transfer Ilmu Pengetahuan

Apakah pengetahuan, keahlian atau kemampuan yang dipelajari dalam

pelatihan dapat meningkatkan kinerja-kinerja dalam melakukan tugas.

(17)

Apakah kinerja pekerjaan dari grup baru yang menjalani program pelatihan

diperusahaan yang sama dapat dibandingkan dengan kinerja pekerjaan dari

grup sebelumnya.

4. Keefektifan/Validasi Interorganisasional

Dapatkahsuatu program pelatihan yang ditetapkan disatu perusahaan akan

berhasil diperusahaan yang lain.

2.3.2 Manfaat Pelatihan Dan Pengembangan

Para karyawan memerlukan pelatihan untuk mengurangi atau menghilangkan

kebiasaan-kebiasaan kerja yang jelek atau untuk mempelajari

keterampilan-keterampilan baru yang akan meningkatkan kinerja mereka.

Manfaat penting pelatihan:

a. Dapat meningkatkan produktivitas kerja, dimana kecakapan yang lebih

tinggi dapat meningkatkan hasil yang lebih baik.

b. Dapat mengurangi kecelakaan, pelatihan diutamakan segi-segi keamanan

diharapkan dapat mengurangi kecelakaan.

c. Dapat mengurangi pengawasan (supervisi). Orang yang terlatih adalah

orang yang mensupervisi dirinya sendiri, dan jika pengawasan dilakukan

dengan ketat bisa menghabiskan waktu.

Manfaat penting pengembangan:

a. Menambah pengetahuan, terutama penemuan-penemuan terakhir dalam

bidang ilmu pengetahuan.

b. Menambah dan memperbaiki keahlian dalam bidang tertentu sekaligus

memperbaiki cara-cara pelaksanaan yang lama.

(18)

d. Memperbaiki atau menambah imbalan atau balas jasa yang diperoleh dari

organisasi tempat bekerja.

2.3.3 Pemicu Pelatihan dan Pengembangan

Terdapat beberapa fenomena organisasional yang dapat dikategorikan

sebagai gejala pemicu munculnya kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Tidak

tercapainya standar pencapaian kerja, karyawan tidak mampu melaksanakan

tugasnya, karyawan tidak produktif, tingkat penjualan menurun, tingkat

keuntungan menurun adalah beberapa contoh gejala-gejala yang umum terjadi.

Gejala yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut menurut Blanchard and

Huszco (M.Yani. SH, 2012:89) mencontohkan terdapat tujuh gejala utama dalam

organisasi atau perusahaan yang membutuhkan penanganan yaitu:

1. Low productivity;

2. High absenteeism;

3. High turnover;

4. Low employe morale;

5. High grievances;

6. Strike;

7. Low profitability.

Dalam situasi ini program pelatihan sangat mengandalkan Training Need

Analysis (TNA) atau analisis kebutuhan pelatihan, dan me-orientasi kepada

pengembangan karyawan meliputi:

1. Adanya pegawai baru, memberikan orientasi pekerjaan atau tugas pokok

organisasi kepda pegawai yang baru direkrut sebelum yang bersangkutan

(19)

2. Adanya peralatan kerja baru, mempersiapkan pegawai dalam penggunaan

peralatan baru dengan teknologi yang lebihh baru sehingga tidak terjadi

adanya kecelakaan kerja dan meningkatkan efesiensi kerja.

3. Adanya perubahan sistemmanajemen/administrasi birokrasi. Mempersiapkan

pegawai dalam melakukan pekerjaan dengan menggunnakan sistem yang baru

dibangun.

4. Adanya standar kualitas kerja yang baru, mempersiapkan pegawai dalam

melakukan pekerjaan dengan menggunakan sistem yang baru dibangun.

5. Adanya kebutuhan untuk menyegarkan ingatan, memberikan nuansa baru

6. Adanya penurunan dalam hal kinerja pegawai. Meningkatkan kualitas kerja

pegawai sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategis.

7. Adanya rotasi/relokasi pegawai, meningkatkan pegawai dalam menghadapi

pekerjaan dan situasi kerja yang baru.

Fungsi Training Need Analysis(TNA) yaitu :

1. Mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling pekerja;

2. Mengumpulkan informasi tentang job content dan job context;

3. Medefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang

operasional;

4. Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan;

5. Memberi data untuk keperluan perencanaan

2.3.4 Tahapan Pelatihan dan Pengembangan

Pelatihan dan pengembangan juga sangat perlu dirancanakan jauh hari

sebelumnya, agar kegiatan pelatihan tidak menjadi sia-sia apalagi sampai

(20)

lainnya. Untuk itu pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia harus

dimasukkan ke dalam program oleh manajer.

Adapun tahapan-tahapan dalam melaksanakan perencanaan pelatihan dan

pengembangan bagi sumber daya manusia aalah sebagai berikut:

1. Analisis kebutuhan pelatihan (tranning need analysis)

Pada tahap ini organisasi sangat memerlukan fase penilaian yang ditandai

dengan satu kegiatan utama yaitu analysis kebutuhan pelatihan. Terdapat 3 situasi

dimana organisasi diharuskan melakukan analisis tersebut yaitu performance

problem, new system and technology serta automatic and habitual training.

Situasi pertama, berkaitan dengan kinerja dimana karyawan organisassi

mengalami degradasi kualitas atau kesenjangan antara untuk kerja dengan standar

kerja yang telah ditetapkan.Situasi kedua, berkaitan dengan komputer, prosedur

atau teknologi baru yang diadopsi untuk memperbaiki efesiensi operasional

perusahaan. Situasi ketiga, berkaitan dengan pelatihan yang secara tradisional

dilakukan berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu.

2. Perencanaan dan pembuatan desain pelatihan.

Desain pelatihan adalah esensi dari pelatihan, karena pada tahap ini bagaimana

kita dapat meyakinkan bahwa pelatihan akan dilaksanakan.

3. Implementasi pelatihan.

Tahap berikutnya untuk membentuk sebuah kegiatan peltihan yang efektif

adalah implementasi dari program pelatihan.

4. Evaluasi pelatihan.

Untuk memastikan keberhasilan pelatihan dapat dilakukan melalui evaluasi.

(21)

diabaikan sementara fungsinya sangat vital untuk memastikan bahwa pelatihan

yang telah dilakukan berhasil mencapai tujuan ataukah justru sebaliknya.

2.4 Prestasi Kerja

Pada umumnya orang-orang yang berkecimbung dalam manajemen sumber

daya manusia sependapat bahwa penilaian prestasi kerja para pegawai merupakan

bagian penting dari seluruh proses karyawan pegawai yang bersangkutan.

Penilaian pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan secara formal berdasarkan

serangkaian kriteria yang ditetapkan secara rasional serta diterapkan secara

obyektif serta didokumentasikan secara sistematik.

Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang

dalammelaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.(Hasibuan, 2006).Dalam

melakukan penilaian atas prestasi kerja pada pegawai harus terdapat interaksi

positif dan interaksi kontinu antara pejabat pimpinan dan bagian kepegawaian.

Interaksi tersebut tidak hanya menjamin persyaratan obyektivitasdan

pendokumentasian yang rapi, akan tetapi juga menumbuhkan loyalitas dan

kegairahan kerja karena mereka merasa memperoleh perlakuan yang adil.

Yang dimaksud dengan sistem penilaian prestasi kerja ialah suatu pendekatan

dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai dimana terdapat berbagai

faktor, yaitu:

1. Yang dinilai adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu

(22)

2. Penilaian yang dilakukan pada serangkain tolak ukur tertentu yang realistik,

berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang diterapkan

secara obyektif.

3. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan tiga

maksud, yaitu:

a. Dalam hal penilaian tersebut positif, menjadi dorongan kuat bagi pegawai

yang bersangkutan untuk menjadi lebih berprestasi lagi dimasa yang akan

datang sehingga kesempatan meniti karier lebih terbuka baginya.

b. Dalam hal penilaian tersebut bersifat negatif, pegawai yang bersangkutan

mengetahui kelemahannya dan dengan demikian dapat mengambil

berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut.

c. Jika seseorag merasa mendapat penilain yang tidak obyektif, kepadanya

diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatannya sehingga pada

akhirnya dapat memahami dan menerima hasil penilain yang diperolehnya.

4. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokuntasikan dengan rapi

dalam arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi yang

hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawaian.

5. Hasil penilaian prestassi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu diturut

dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi

pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun

dalam pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.

Metode penilaian prestasi kerja yang lazim menurut Handoko dalam

(Situmorang: 2004) adalah menggolongkan penilaian-penilaian prestasi kerja

(23)

1. Penilaian Prestasi Orientasi Konvensional

a. Rating Scale (skala pencapaian) yaitu pengukuran dibuat berdasarkan

skala prestasi kuantitatif dan kualitatif yang sudah distandarisasi dan

diakui konvensi.

b. Check List (daftar contengan/isian) dialukan yang dipilih dan ditandai

berdasrkan ukuran-ukuran yang ukuran-nya sudah diskalakan.

c. Critical Incident Method (catatan insiden) dibuat berdasarkan penilaian

positif atau negatif pencapaian sesorang disuatu periode kerja yang dinilai.

d. Field Review Method(reviu kelapangan) yang dibuat berdasarkan

peninjauan langsung bersama supervisor kelompok kerja ke bidang atau

lapangan kerja karyawan

e. Performance Test and Observation (uji penampilan dan pengamatan) yaitu

uji keterampilan dan pengetahuan tentang kinerja dan bidang pekerjaan.

f. Comparative Evaluation Approaches (pendekatan evaluasi

memperbandingkan) yaitu pendekatan evaluasi yang kemudian

membandingkan pencapaian seseorang dengan standar ukur yang

ditetapkan.

2. Future Oriented Appraisal Methods (Penilaian Berorentasi Masa Depan)

a. self Appraisals (penilaian diri sendiri) dilakukan secara mandiri oleh setiap

karyawan untuk evaluasi pengembangan diri sendiri.

b. Management by Objectives (manajemen berdasrkan tujuan) dibuat

bersama-sama disetiap periode tertetu tidak terlalu lama oleh karyawan

serta supervisor. Ada kemungkinan penyesuaian objektif kerja dilakukan

(24)

c. Psychological Appraisals (penilaian psikologis) dibuat berdasarkan

pertimbangan psikologis oleh psikolog yang dipercayai oleh manajemen.

d. Assessment Centers (pengujian terpusat) yang penilaian dibuat

berdasarkan nilai-nilai standa yang terpusat didalam suatu organisasi.

Penilaian prestasi kerja karyawan harus dilakukan secara sistematis dan

konsisten.

2.4.1 Penilaian Prestasi Kerja berdasarkan Job Description

Penilaian prestasi kerja identik dengan evaluasi yang disebut sebelumnya.

Bila evaluasi dimasa paska pelatihan dapat dianggap layak sebagai bagian

pengendalian untuk kualitas pelatihan dapat dianggap layak sebagai bagian

pengedalian untuk kualitas pelatihan sendiri, hasil evaluasi yang sama dapat

diumpankan kebagian SDM yang mengelola daftar penilaian prestasi pegawai.

Hasil penilaian prestasi tersebut sebenarnya adalah hasil memperbandingkan apa

yang dihasilkan selama periode kerja dengan apa saja yang diharapkan/dituliskan

dalam job description pertarget kerja setiap pegawai.

Adalah suatu budaya/prosedur yang syah dan handal bila setiap pegawai

selalu merundingkan dengan supervisornya apa saja yang seharusnya ia perlu

capai diakhir setiap periode, yang dapat dihitungkan sebagai prestasi kerja

seseorang. Dilingkungan perkantoran pemerintah dokumen pencatatan target kerja

umumnya disebut tipoksi (tiga pokok dan fungsi) atau uraian tugas. Uraian tugas

akan selalu efektif dan objektif menilai prestasi kerja setiap pegawai bila

(25)

2.4.2 Indikator Prestasi Kerja

Indikator prestasi kerja menurut Nasution (2000:99) menyatakan:

1. Kualitas kerja

Kriteria penilaiannya adalah ketepatan kerja, ketrampilan kerja, ketelitian

kerja dan kerapian kerja.

2. Kuantitas kerja

Kriteria penilaiannya adalah kecepatan kerja.

3. Disiplin kerja.

Kriteria penilaiannya adalah mengikuti instruksi atasan, mematuhi peraturan

perusahaan, dan ketaatan waktu hadiran.

4. Inisiatif.

Kriteria penilaiannya adalah selalu aktif atau semangat menyelesaiakn

pekerjaan tanpa menunggu perintah atasan artinya tidak pasif atau bekerja atas

dorongan dari atasan.

5. Kerjasama.

Kriteria peilaiannya adalah kemampuan bergaul dan menyesuaikan diri serta

kemaampuan untuk memberikan bantuan kepada karyawan lain dalam batas

kewenangannya.

2.5 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

bebas yaitu bahwa pelatihan (X1), pengembangan (X2) berpengaruh terhadap

prestasi kerja (Y). Dapat dilihat pada gambar kerangka konseptual dibawah bahwa

(26)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Hasil Penelitian (2016 diolah)

2.6 Penelitian Terdahulu

Salah satu faktor yang mendukung penelitian ini adalah penelitian-penelitian

sebelumnya dengan tema pembahasan yang sama. Diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Elfina Marlia, 2007 (Universitas Widyatama)

Penelitian ini berjudul Pengaruh Program Pendidikan dan Pelatihan Terhadap

Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Inti (Persero) Bandung. Variabel

independen (X) yaitu variabel yang mempunyai masalah lain terjadi. Dalam

penelitian ini, pendidikan dan pelatihan yang dilakukan perusahaan merupakan

variabel yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Variabel Dependen (Y)

yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Prestasi kerja merupakan

variabel dependen yang dipengaruhi oleh pendidikan dan pelatihan.

2. Yerri Suryoadi, 2012 (Universitas Diponegoro Semarang) Penelitian ini

berjudul Pengaruh Pelatihan dan Kepuasan Kompensasi Terhadap Kinerja

Karyawan Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang. Dimana

variabel Kinerja Karyawan (Y), Pelatihan (X1), Kepuasan Kompensasi (X2),

Hasil penelitian menunjukan Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang X1

Pelatihan

X2 Pengembangan

(27)

danKepuasan Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja

karyawan pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.

3. Dayu Indah Novriani Parta 2011 (Universitas Riau) penelitian ini berjudul

Pengaruh Pendidikan & Pelatihan, Pengembangan Karir dan Kompetensi

Terhadap Kepuasan Kerja Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Kerja

Karyawan PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Riau Dan Kepulauan Riau.

Dimana menunjukkan bahwa prestasi kerja pegawai di PT . Jasa Raharja

(Persero) cabang Riau dan Kepulauan Riau sebesar 60,6% dapat dijelaskan

oleh variasi yang terjadi pada variabel kepuasan kerja. Dengan demikian maka

tersisa 39,4% pengaruh dari faktor-faktor lain di luar kepuasan kerja yang bisa

mempengaruhi prestasi kerja pegawai. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh

yang cukup besar dari dinamika kepuasan kerja dalam menentukan tinggi

rendahnya prestasi kerja para pegawai.

4. Ahmad Aulia, 2011 (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya

Insani Terhadap Peningkatan Etos Kerja Pegawai Bank Syariah Bukopin

Cabang Melawai. Hasil penelitian menunjukan dimana variabel X1 hasi

pelatiahan, yaitu penerapan program pelatihan pada setiap pekerjaan, X2 hasil

pengembangan yaitu penerapan program pada setiap pekerjaan, dan Y

peningkatan etos kerja, yaitu etos kerja setelah melakukan pelatihan dan

pengembangan.

5. Rosmadia, 2009 (Universitas Sumatera Utara)

Penelitian Ini Berjudul Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Serta Prestasi

(28)

Wanita Klas IIA di Medan. Hasil penelitian ini menunjukan variabel secara

parsial diketahui thitung variabel pelatihan dan pengembangan 2,275 dan

prestasi kerja sebesar 5,477. Selanjutnya dengan drajat bebas 73 pada taraf

kepercayaan 95% diperoleh ttabel sebesar 2,00 maka dapat disimpulkan bahwa

baik pelatihan dan pengembangan maupun prestasi kerja pegawai secara

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Albuminuria and risk of cardiovascular events, death, and heart failure in diabetic and nondiabetic individuals.. Micro-albuminuria in the US population: third national

When more water is added, the fresh density is less which creates pores in the hardened matrix due to water evaporation and bleeding, and hence increasing

Hanya saja dalam pelaksanaan pelayanan, UPT.TIK harus mengukur dirinya sendiri guna mengetahui apakah layanan yang diberikan telah sesuai dan tepat diberikan

Analisa Penjadwalan Proyek dengan Metode PERT di PT.HASANA DAMAI PUTRA Yogyakarta Pada Proyek Perumahan Tirta Sana,.. Jurnal BENTANG

Secara keseluruhan, baik siswa laki-laki maupun perempuan, berpendapat bahwa media televisi sebagai sumber informasi tentang otoritas politik lebih banyak dari

Table entry for z is the area under the standard normal curve. to the left of

Jagung merupakan sumber bahan baku utama dalam produk pakan ternak karena mengandung protein dan air yang baik buat ternak.. Jagung yang digunakan berasal dari jagung

Pelajaran IPA jenjang Sekolah Dasar hendakanya dapat memberikan rasa keingintahuan siswa yang tinggi agar siswa mampu meningkatkan keterampilan bertanya membantu mereka