• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kepemimpinan Bidan Koordinator Dengan Kinerja Bidan Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Pws Kia Di Puskesmas Simalingkar Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Kepemimpinan Bidan Koordinator Dengan Kinerja Bidan Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Pws Kia Di Puskesmas Simalingkar Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakandan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalambentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 sampai Juli 2017.

3.3 Informan Penelitian

(2)

penelitian. Berdasarkan kedua prinsip tersebut, informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang yang terdiridari:

1. Kepala Puskesmas

2. Petugas KIA (Bidan) di puskesmas 4 orang

3. Petugas KIA (Bidan) di Puskesmas Pembantu Simalingkar A 1orang. 4. Petugas KIA (Bidan) di Puskesmas Pembantu Simalingkar B 5 orang 5. Pasien 1 orang

3.4Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu melakukan tanya jawab terhadap informan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Studi dokumentasi yaitu telaah dokumentasi pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA.

3. Pengamatan (observasi) yaitu mengamati secara langsung kegiatan, sarana dan prasarana pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung berpedoman kepada kuesioner penelitian, serta observasi (pengamatan langsung) terhadap kinerja petugas KIA dalam pencatatan dan pelaporan PWS KIA.

3.5.2 Data Sekunder

(3)

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara mendalam (indepth interview) berupa daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan topik yang akan dibicarakan, telaah dokumentasi, dan pengamatan secaralangsung (observasi). Untuk memperjelas informasi yang akan diperoleh, peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis dan alat perekam suara.

3.7 DefinisiOperasional

Untuk memudahkan penelitian, berikut beberapa defenisi operasional yang harus diketahui antara lain adalah:

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA, yang meliputi tenaga kesehatan, anggaran atau pendanaan, ,sarana, prasarana serta peralatan.

a. Kebijakan adalah terdiri dari konsep dan asas yang dirangkaimenjadigaris besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu kegiatan, pekerjaan, kepemimpinan, dan cara untuk bertindak yang dapat diterapkan bagi individu dan kelompok.

b. Tenaga kesehatan adalah seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan dibidang kesehatan formal yang melaksanakan pencatatan dan pelaporan PWS KIA.

(4)

d. Sarana, prasarana, dan peralatan adalah sesuatu yang digunakan yang dapat mendukung terlaksananya pencatatan dan pelaporan PWS KIA.

2. Proses (process) adalah serangkaian kegiatan pencatatan dan pelaporan PWS KIA melalui pelayanan KIA di puskesmas.

a. Pengumpulan data PWS KIA yaitu mengumpulkan setiap pelayanan KIA baik dari Bidan Praktik Mandiri, Klinik dan Praktik Dokter. Adapun data yang dikumpulkan meliputi pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonatus, deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonates oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat untuk menemukan ibu hamil yang mempunyaifaktor resiko dan komplikasi kebidanan pada kehamilannya, penangan komplikasi kebidanan, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan anak dan balita serta pelayanan KB berkualitas.

b. Pencatatan data PWS KIA yaitu mencatat setiap data pelayanan KIA yang masuk dari bidan praktek mandiri, klinik dan praktek dokter. Pencatatan yang dilakukan adalah :

1. Sasaran ibu hamil, K1, K4, DRT, Persalinan oleh tenaga kesehatan, persalinan dengan komplikasi, kunjungan nifas lengkap,

2. Sasaran neonatal bayi, KN1, KN lengkap, Komplikasi neonates tertangani, kunjungan bayi lengkap, kunjungan balita lengkap

(5)

4. Jumlah bayi lahir hidup, jumlah bayi ditimbang, jumlah kematian berdasarkan kasus yang dijumpai (BBLR, asfiksia, ISPA, diare dan demam), jumlah kematian berdasarkan umur.

5. Jumlah ibu hamil risti komplikasi, bumil risti yang ditangani, perkiraan neonatal risti/ komplikasi, neonatal risti/ komplikasi yang ditangani 6. Pelayanan kesehatan balita yang memiliki gejala pneumonia, asfiksia,

diare, ISPA dan sebab lain yang memliki resiko hidup maupun mati. 7. Pelayanan Kb berupakb aktif, kb baru, drop out, peserta KB pasca

persalinan yang sudah meliputi MKJP (IUD, MOW, MOP, Implan) maupun non MKJP (Kondom, suntik, pil dan obat V).

c. Pengolahan data PWS KIA yang diperoleh dari Bidan Praktek Mandiri, Klinik dan praktek Dokter.

d. Pelaporan data PWS KIA yang didahului oleh pelaporan data pelayanan KIA dari Bidan PraktekMandiri, Klinik maupun praktek dokter keBidan Pustu di wilayah kerjanyadan akhirnya dikumpulkan kepada Bidan Koordinator dengan pengawasan persetujuan dari Kepala Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

3. Keluaran (output )adalah hasil dari suatu pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA. Dari hasil tersebut diharapkan adanya kelengkapan pencatatan dan pelaporan PWS KIA di puskesmas yaitu:

a. Data adalah fakta atau gambaran kasar tentang keadaan pasien yang belum diolah yang dikumpulkan dari berbagai sumber data.

(6)

c. Data yang akurat adalah data yang diperoleh dari sumber yang tepat.

d. Data yang tepat waktu adalah data yang diserahkan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

e. Pengolahan data merupakan proses yang dilakukan setelah data terkumpul. f. Pengumpulan adalah semua proses yang berkaitan dengan terkumpulnya

data dari berbagai sumber.

g. Pengolahan data adalah proses yang berkaitan dengan cara mengolah data Menjadi informasi.

h. Penyajian dan penyebarluasan data adalah proses yang berkaitan dengan cara menyajikan dan menyebarkan data yang sudah diolah.

i. Informasi yang dihasilkan berupa informasi PWS KIA yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dikaitkan dengan perencanaan. j. Informasi yang akurat adalah informasi PWS KIA yang tepat (jelas, tidak

bias).

k. Informasi yang tepat waktu adalah informasi PWS KIA yang dihasilkan tidak terlambat.

l. Informasi yang relevan adalah informasi PWS KIA yang mempunyai manfaat untuk pihak puskesmas.

(7)

3.8 Triangulasi

Peneliti melakukan triangulasi dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini.Triangulasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu kepada Kepala Puskesmas. Triangulasisum beruntuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2005).

3.9Tehnik Analisa Data

(8)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Puskesmas Simalingkar

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Tuntungan adalah salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan, Sumatera Utara yang mempunyai luas wilayah sekitar 21,53 km²dengan ketinggian wilayah 12 meter di atas permukaan laut.Jarak Kantor Camat dengan Kantor Walikota Medan 18 Km. Puskesmas Simalingkar merupakan salah satu dari dua (2) puskesmas yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan terletak di Jalan Bawang Raya No.37 Perumnas Simalingkar, Kelurahan Mangga.Wilayah kerja Puskesmas Simalingkar memiliki luas 1.241 Ha yang terdiri dari 46 lingkungan dan 3 (tiga) kelurahan yaitu Kelurahan Mangga, Kelurahan Simalingkar B, dan Kelurahan Simpang Selayang.

Secara geografis batas-batas wilayah kerja Puskesmas Simalingkar adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Johor

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Simalingkar B d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Simpang Selayang

(9)

adil dan merata yang bermuara pada kepuasan, meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai misi tersebut, dilakukanberbagai kegiatan melalui upaya kesehatan esensial (Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu, Anak dan KB, Upaya Perbaikan Gizi, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, Upaya Pengobatan Dasar) dan Upaya Kesehatan Pengembangan (Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya Kesehatan Mata, Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional, Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Usia Lanjut, Laboratorium Sederhana, Pencatatan dan Pelaporan).

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan KK Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Tahun 2016

N

o Kelurahan

Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk

Laki-Laki

Perempuan Jumlah KK

Jumlah Lingkungan 1 Simpang

Selayang

18.491 9.970 9.579 1032 17

2 Simalingkar B

4.798 3.066 2.946 6504 5

3 Mangga 33.110 16.539 15.890 3120 24 Jumlah 56.399 29.575 26.824 10.656 46

(Sumber: Kecamatan Medan Tuntungan 2016)

(10)

daerah terpadat kedua ialah kelurahan Simpang selayang dengan jumlah penduduk sebanyak 18.491 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 1032 dan 17 lingkungan.Lalu diurutan terakhir Kelurahan Simalingkar B dengan jumlah penduduk 4.798 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 6.504 dan 5 lingkungan. Puskesmas Simalingkar didominasi penduduk berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 31.736 jiwa, sedangkan penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 29.608 jiwa.

4.1.2 Tenaga dan Sarana

4.1.2.1 Tenaga Kesehatan

Puskesmas Simalingkar termasuk yang bertugas di Pustu mempunyai 77 personil, dimana 49 orang bertugas di Puskesmas induk, 14 orang di Puskesmas Pembantu Simalingkar A, 14 orang di Puskesmas Pembantu Simalingkar B. Jumlah ketenagaan yang ada di Puskesmas Simalingkar tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No Tenaga Jumlah

1 Dokter Umum 4 orang

2 Dokter Gigi 2 orang

3 Bidan 9 orang

4 Perawat 11 orang

5 Perawat Gigi 2 orang

6 Asisten Apoteker 2 orang

7 Petugas Farmasi 3 orang

(11)

9 Penata Gizi 2 orang

10 SKM 2 orang

11 Sarjana Keperawatan 5 orang

12 Kesehatan Lingkungan 1 orang 13 Tenaga Administrasi 1 orang 14 Honor Petugas Kebersihan 1 orang

Total 49 orang

Sumber: Profil Puskesmas Simalingkar tahun 2016

Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Pembantu Sawit

No Tenaga Jumlah

1 Dokter Gigi 1 orang

2 Bidan 4 orang

3 Perawat 4 orang

4 Sarjana Keperawatan 4 orang

5 Petugas Farmasi 1 orang

Total 14 orang

Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Pembantu Simalingkar B

No Tenaga Jumlah

1 Penata Gizi 1 orang

2 Bidan 5 orang

3 Perawat 6 orang

4 Sarjana Keperawatan 1 orang

5 Petugas Farmasi 1 orang

Total 14 orang

(12)

4.1.2.2 Sarana Kesehatan

Adapun sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskermas Simalingkar Kecamatan MedanTuntungan dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.5

Sarana Kesehatan di wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan

No Sarana Jumlah

1 Rumah Sakit Negeri (Jiwa) 1

2 Rumah Sakit Swasta 3

3 Klinik Bersalin 6

4 Praktek dokter swasta 4

5 Praktek drg.swasta 4

6 Praktek dokter spesialis 1

7 Praktek bidan 9

8 Puskesmas Pembantu 2

9 Posyandu 33

10 Posyandu Lansia 8

11 Apotik 10

12 Toko Obat 3

13 Optik 2

14 Pengobatan Tradisional 7

15 Kendaraan roda 2 8

16 Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)

3

(13)

4.2 Wawancara Mendalam

(14)

IX

X

XI

XII

Sontiara

Sulastri

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Kebidanan D3 Kebidanan

SMA

49 thn

37 thn

52 thn

27 thn

B Bidan Pustu

A Pasien

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak duabelas informan, yang terdiri dari 1 informan Kepala Puskesmas Simalingkar, 1 informan Bidan Koordinatoryang berusia 59 tahun dengan pendidikan S2Kesehatan reproduksi, 3 Informan bagian KIA/KB di Puskesmas Simalingkar yang terdiri dari 1 informan bagian KB, KIA dan Bayi/Balita, 5 informan dari Puskesmas Pembantu Simalingkar B yang terdiri dari 1 informan penangungjawab KIA, 1 informan bagian KB dan 3 informan lainnya membantu kegiatan KIA, 1 informan dari Puskesmas Pembantu Simalingkar Ayang berusia 52 tahun dengan pendididikan D3 Kebidanan, serta satu orang pasien.

4.3 Kelengkapan Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA

(15)

4.3.1 Input

Terdapat 4 (empat) komponen yang menjadi perhatian dalam penelitian ini, yaitu kebijakan, tenaga pelaksana, anggaran/pendanaan,sarana dan prasarana serta prosedur dalam pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA.

1. Kebijakan

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang kebijakan mengenai Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar

Informan Pernyataan

Informan I “Untuk Program KIA kebijakannya itu misalnya untuk

pencapaian target terhadap sasaran yang telah ditetapkan. Jadi itu setiap bulan kan di laporkan kak Minar ke Dinas dan setelah itu ada tindak lanjut untuk gimana bulan kedepannya misalnya kalau mencapai atau pun tidak. Jadi saya itu memang memberikan tanggungjawab ke kak Minar untuk program KIA dan untuk tindak lanjut itu kita putuskan bersama saat rapat di Dinas dan Minilok Puskesmas. Lalu kebijakan lainnya seperti dalam pencatatan dimana semua form harus diisi dan dilaporkan sesuai dengan waktu yang

ditetapkan dari Dinas Kesehatan sebagai penanggungjawab bagian kesehatan di Kota Medan. Jadi kita yang di puskesmas tinggal menjalankan apa yag sudah ditugaskan sesuai dengan arahan dari mereka. Contohnya dalam pencapaian target KIA setiap bulannya di pantau dan dilihat apa memenuhi target atau tidak, laporan kita juga dilihat yang dikirim setiap bulannya tanggal 5 jadi kalau misalnya pas rapat bakalan di tanya kenapa tidak mencapai target dan sejauh ini pemantauan KIA memenuhi target. Jadi karna saya kan Bidan Koordinator KIA di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar dan bertanggungjawab dengan pencapaian target, makanya itu saya tugaskan bidan di Pustu A sama B untuk melaksanakan setiap kegiatan KIA dan baik juga dalam pencatatan dan pelaporan KIA karena nantinya itu dilaporkan dalam format PWS KIA”

“Kalau untuk kebijakan KIA khususnya KB itu saya hanya

(16)

brapa yang KB aktif atau KB baru gitu aja”

Informan IV “Ya kebijakan KIA kan kami dibagi kalau kami bagian

imunisasi, bayi dan balita kan memang sudah ditetapkan bersama di setiap rapat kalau di Dinas jadi kami sama dengan Puskesmas yang menetapkan brapa target untuk pelayanan imunisasi, bayi dan balita misalnya sekian ya itulah saya laporkan ke Bu Minar”

Informan V “Gimana ya, sebenarnya saya itu kadang di KIA kadang juga di Lansia. Jadi di bagian KIA itu kerjaan saya ya membantu Kak Minar dalam pelaksanaan KIA misalnya kalau ada kunjungan Antenatal Care. Jadi kalau kebijakan di KIA itu memang kami ditugaskan supaya saling membantu misalnya kalau ada yang kelapangan supaya digantikan dan juga kami bersama-sama dalam mencapai target dalam pelayanan KIA

dan KB”

Informan VI “Kebijakan mengenai KIA itu misalnya dalam pencapaian

target sesuai dengan hasil rapat dengan Bikor yang udah dibagi sesuai dengan wilayah kerjanya baik bagian Imunisasi, kunjungan antenatal care, jumlah K1, K4, KB dan lainnya yang mana di Pustu Simalingkar B itu dilaporkan setiap akhir bulan sebelum Bikor melapor ke dinas. Kebijakan dari Bu minar nya sendiri hanya bilang semakin ditingkatkan aja. Tapi kalau mengenai PWS KIA baru-baru ini ada dek apalagi karna mau Akreditasi Puskemas itu kan. Jadi memang kalau itu Bu Rosdiana jadi setiap laporan pelayanan KB saya kasih ke dia sama ke BKKBN juga karna alkon kita kan dari mereka. Jadi pengumpulan laporan itu setiap akhir bulan ke BKKBN secara manual dan mereka datang langsung ke pustu

ngambilnya”

(17)

Rosdiana aja ya lebih jelasnya”

Informan IX “Kalau tentang kebijakan PWS KIA itu setau saya ya tentang

pencapaian target pelayanan KIA dan KB sama pelaporan nya juga harus tepat waktu”

Informan X “PWS KIA itu berarti semua pelayanan KIA dan KB kan, yaa

kalau kebijakannya setau saya ya pencapaian target dan pelaporan yang tepat waktu.

Informan XI “Yaa, kalau kebijakan ya target itu lah dek. Jadi kan

Puskesmas Simalingkar punya 2 pustu jadi kami bagi tugas lah misalnya dari sekian sasaran harus bisa lah sepertiganya pustu mencapai target. Jadi sasaran itu kami bagi tiga wilayah karna kan sudah dibagi-bagi, jadi saya itu kebagian mulai dari lingkungan 6 sampai 12. Trus laporan harus tepat waktu dan pencatatan juga jangan salah. Tapi memang di Pustu Simalingkar A untuk pencapaian target masih ada yang belum mencapai target. K1 nya 90% (target 95%), K4 89,75 % (95%)”

(18)

2. Tenaga Pelaksana

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang tenaga pelaksana mengenai Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar

Informan Pernyataan

Informan I “Hmm....kalaujumlah tenaga kesehatan di puskesmas

simalingkar saya rasa sudah cukup bagus, kan sudah kamu lihat di depan ruangan saya ada daftar jumlah tenaga kesehatan di puskesmas. Jumlah dokter umum nya sebanyak 4 orang, nah kalau bidan kan ada 9 orang tapi memang khusus di bagian KIA mereka ada 4 orang karena kami sudah membagi setiap tugas tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan puskesmas. Sesuai dengan Permenkes No. 75 tahun 2014 maka jumlah standar sumber daya manusia di pelayanan tingkat pertama sudah menyukupi. Jadi meskipun hanya 4 orang bidan di bagian KIA mereka juga di bantu dengan bidan-bidan di pustu yang sudah dibagi sesuai dengan wilayah kerjanya. Nah, nanti tanya sama bu Minar aja siapa aja dan gimana pembagian kerjanya karena ibu itu penanggungjawab bagian KIA nya dia bagian Bidan Koordinator. Jadi semuanya sudah dibagi-bagi kerjaannya sesuai dengan bagiannya, mereka saling bekerjasama dalam melaksanakan pencatatan dan

pelaporan KIA”

Informan II “Pencatatan dan Pelaporan KIA itu kan kami sudah dibagi -bagi kalau di Puskesmas kami ada 4 orang Bidan di -bagian KIA yaitu saya, Bu Amo bagian KB, Bu Pestaria bagian KIA/Lansia dan Bu Rosti bagian Imunisasi Bayi/Balita. Jadi kami berempat lah yang ada di ruangan KIA ini. Tapi meskipun gitu misalnya saya ke lapangan atau salah satu dari kami ya saling membantu lah dalam mengerjakan kegiatan KIA. Memang kadang kan tiba-tiba banyak kunjungan ibu hamil misalnya untuk Antenatal Care ya kami gantian dan saling bantu. Memang kadang kekurangan tenaga tapi gimana sudah dibagi-bagi tugasnya bidan yang lain makanya di bagian KIA hanya dapat jatah 4 orang. Dan gak pernah salah satu diantara kami gak ada di Puskesmas jadi meskipun ke

lapangan ada yang tinggal”

Informan III “Kalau tenaga sejauh ini gak kurang sih dek, karna kan saling

(19)

dikerjakan meskipun misalnya itu bukan bagian dia tapi yang namanya satu program kerja ya dikerjakan bersama-sama lah”

Informan IV “Untuk tenaga sebenarnya di Puskesmas itu sudah cukup,

bidan banyak kok cuman ya gak sesuai dengan tupoksinya

karna gak ada SKM jadi nya mereka ke program lain”

Informan V “Tenaga Kesehatan khususnya bidan sejauh ini sudah

mencukupi sih memang di KIA hanya 4 orang karena yang

lainnya dialihkan ke program lain”

Informan VI “Gimana ya, kan namanya juga puskesmas pembantu ya jadi

tenaga sesuai dengan wilayah kerjanya kan. Memang Bidan disini itu ada 5 orang tapi kami itu ada tugas ganda nya apa

sih istilahnya…hmmm, double job ya. Jadi kan saya

penanggungjawab KIA di Pustu Simalingkar A. Nah, kalau keempat bidan yang lainnya itu mereka ada tugas lainnya selain KIA misalnya ada di bagian SP2TP, Inventaris, P2M dan BPJS. Makanya kami buat jadwal piket supaya bergantian kalau ada kunjungan untuk KIA. Jadi kan analisis kebutuhan tenaga itu gak pas, proporsinya gak pas. Ya, bisa dibilanglah

kurang tenaganya”

Informan VII “Seperti yang dibilang Bu Rosdiana lah dek, kami kan ada

double job gitu jadi memang kalau tenaga masih kurang tapi mungkin karna masih Puskesmas Pembantu itu. Jadi meskipun gitu kami saling membantu kalau misalnya ada tugas lapangan dan tetap ada dibagian KIA. Yaaa, sesuai dengan jadwal

piketnya lah”

Informan VIII “Tenaga di Pustu memang kurang saya rasa karna kan

misalnya KIA ini kalau pemegang program tetap hanya 1 yaitu Bu Rosdiana, kami yang 4 lagi memang program lain juga jadi memang kurang sih menurut saya setidaknya ada lah nambah

minimal 1 orang lagi bagian KIA”

Informan IX “Sejauh ini di Pustu itu memang kurang tenaga nya menurut

saya karna contohnya lah kayak saya selain bantuin kegiatan KIA juga megang bagian BPJS sama PTM. Jadi menurut saya

memang kurang tenaga di Pustu Simalingkar B ini”

Informan X “Kalau tenaga sudah kamu lihat sendiri lah kan kami disini hanya 14 orang padahal program kan banyak apalagi KIA banyak yang mau dikerjai belum lagi ke lapangan. Jadi menurut saya memang kurang tenaga tapi mau gimana lagi ya

(20)

Informan XI “Bidan di Pustu A itu kan sebenarnya ada 5 orang tapi kalau penangungjawab bagian KIA sama KB itu saya. Mereka gak ikut mengerjakan program KIA karna kan saya lihat di SK nya gak dipakai gelar bidannya karna mereka ngambil gelar perawat lagi. Jadi mulai 2014 saya pindah ke Medan ini sebelumnya saya di Taput ya memang langsung saya sendiri ditugaskan sampai sekarang ke bagian KIA. Makanya kalau tenaga masih kurang apalagi kalau mengerjakan laporan KIA ini kan banyak dan susah makanya mungkin mereka gak ada yang mau hehe. Ya.. setidaknya ada dua orang lah kan bagian KIA kalau bidan yang lainnya ya pegang program masing-masing lah. Makanya karna gak ada Bidan di Pustu saya di

taro disini”

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam ketersediaan tenaga kesehatan atau tenaga pelaksana di Puskesmas Simalingkar dan di Pustu masih ada masalah dimana tenaga kesehatan masih kurang khususnya dalam pelaksanaan pelayanan KIA. Tenaga kesehatan yang memiliki double job juga mempengaruhi bahwa penempatan tenaga kesehatan atau tenaga pelaksana kurang tepat.

3. Anggaran/ Pendanaan

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang anggaran/pendanaan mengenai Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar

Informan Pernyataan

Informan I “Kalau anggaran untuk Puskemas kan memang ada dari BOK

(21)

Informan II “Untuk pendanaan di Puskesmas Simalingkar khususnya bagian KIA itu gak ada ya kamu lihat lah kan tadi laporan verbal neonatus itu saya fotokopi dari tahun 2005 baru saya tipex lah segitu banyaknya hanya laporan kematian belum lagi yg lain kan. Bahan fotokopi sendiri jadi memang dari biaya sendiri, gak ada anggaran. Dan sudah banyak sekali uang saya

habis, tapi mau gimanalah kan”

Informan III “Untuk anggaran kalau kegiatan KB itu gak ada karna alkon

dan form laporan KB yang ke BKKBN sudah disediakan mereka. Jadi kalau untuk laporan simalingkar saya fotokopi sendiri dan memang gak ada anggaran karena kan biaya dari BPJS semua jadi gratis. Tapi untuk saya memang gak ada

sampe gak tau lah udah ikut uang BPJS itu yaa”

Informan IV “Untuk anggaran bagian pelayanan bayi dan balita misalnya

imunisasi kan sudah disediakan dari Dinkes trus untuk program MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sehat) misalnya untuk yang gizi kurang dikasih biskuit. Tapi untuk form laporan

kita inisiatif sendiri memfotokopi”

Informan V “Untuk pelayanan KIA karna saya hanya membantu setau saya

gak ada dan gak ada sampe ke saya”

Informan VI “Anggaran tidak ada di Pustu hanya ada di Puskemas induk

mungkin. Jadi kalau untuk biaya fotokopi kita pakai khas Pustu

dan lebih sering kami fotokopi sendiri”

Informan VII “Untuk anggaran di Pustu itu di bagian KB kalau alkon sama

form laporan kan memang sudah disediakan dari BKKBN. Dan kalau untuk kegiatan di PUstu memang ada uang khas tapi terkadang gak cukup ya pintar-pintar lah kan jadi kami fotokopi sendiri form laporannya”

Informan VIII “Dana di Pustu itu ada berupa uang khas tapi terkadang kami

masih fotokopi sendiri karena kurangnya anggaran dan banyak

laporan yang harus dibuat juga kan”

Informan IX “Untuk keperluan pelayanan kami upayakan anggaran uang

khas Pustu tapi kami masih tetap mengeluarkan uang dari

kantong sendiri contohnya untuk keperluan laporan”

Informan X “Anggaran untuk PWS KIA setau saya dari khas lah dek

dicukup-cukupi kalau gak cukup ya pakai uang masing-masing lah. Karena saya berurusan dengan BPJS jadi dari mereka

(22)

Informan XI “Kalau disini memang gak ada dana sama sekali untuk

kegiatan KIA ya contohnya lah kalau untuk KB alkonnya sudah dari BKKBN. Kalau untuk kegiatan KIA memang gak ada kami dapat jadi untuk buku register baik ibu, bayi, balita sama

fotokopi laporan memang kita keluarkan uang sendiri”

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan PWS KIA tidak ada anggaran/pendanaan yang diberikan kepada bidan baik di Puskesmas Simalingkar dan kedua pustu diwilayah kerjanya. Mereka mengeluarkan biaya sendiri dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan PWS KIA kecuali untuk pelayanan KB form sudah disediakan dari BKKBN.

4. Sarana, Prasarana dan Peralatan

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang sarana, prasarana dan peralatan mengenai Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA di

Puskesmas Simalingkar

Informan Pernyataan

Informan I “Sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas ini sudah

cukup baik tetapi memang untuk ruang tunggu kita masih kurang apalagi kalau kunjungan untuk KIA. Kalau untuk peralatan khususnya KIA kita sudah punya tensimeter, timbangan dan meteran, pengukur tinggi badan dan alkon juga tersedia nanti kalau KB apa aja tanya sama Bu Amo ya. Dan untuk di pustu memang kmaren bidan nya sudah mengeluhkan mengenai tensimeter dan dacin namun sudah diupayakan mengajukan proposal ke dinas kesehatan”

Informan II “Sarana dan Prasarana untuk kegiatan KIA kita sudah punya

(23)

Informan III “Untuk Peralatan KB kita punya alkonnya yang disubsidi dari BKKBN dan memang yang sering tersedia itu yang suntik, tempat tidur juga kita punya 2 di puskesmas tapi yang bias dipakai hanya satu. Untuk pencatatan kita ada form nya dari BKKBN dan juga untuk yang laporan ke puskesmas”

Informan IV “Dalam pelayanan bayi dan balita kita ada buku register bayi

dan kohort bayi, timbangan bayi dan anak, termometer dan pengukur tinggi badan dan beberapa vaksin imunisasi dan untuk saat ini kita menyediakan biskuit juga disubsidi dari

Dinkes”

Informan V “Untuk sarana dan prasarana saya rasa sudah bagus tapi

memang kadang kita kendala tiba-tiba kalau pasien kunjungan ibu berdatang serentak ruang tunggu KIA gak ada dan

kekurangan bangku”

Informan VI “Kalau untuk peralatan kita masih kurang misalnya untuk Bayi dan Balita untuk kegiatan Posyandu gak ada dacin sama timbangan. Pustu Simalingkar B itu ada 3 Posyandu jadi kita hanya punya satu saja. Kami sudah coba ajukan ke Dinkes tapi belum datang juga sampais ekarang. Ya ditunggu aja lah dulu katanya bakalan dipenuhi”

Informan VII “Untuk pelayanan KB alkon dan form kita sudah disubsidi dari

BKKBN jadi saya rasa untuk sarana dan peralatan pelayanan KB di Pustu sudah cukup.

Informan VIII “Untuk peralatan di Pustu itu kurang nya di timbangan karena kami kalau posyandu hanya punya satu dan tempat tidur juga

kita gak ada”

Informan IX “Untuk peralatan kita kurang mulai dari timbangan dan dacin

yg ada hanya satu padahal kan kegiatan posyandu ada 3 kali jadi setidaknya punya satu lah untuk setiap kegiatan di posyandu supaya gak dipindah-pindahi biar gak error timbangannya. Trus tempat tidur kita juga gak ada dank arena terbatasnya ruangan jadi untuk KIA dan Poli umum itu kita satukan makanya untuk tensimeter juga kita ganti-ganti”

Informan X “Sarana dan Prasarana di Pustu itu sebenarnya masih kurang

mulai dari timbangan dan ruangan yang kurang memadai. Untuk tempat tidur dan kursi tunggu untuk pelayanan baik poli umum dan KIA terkadang masih kurang karena namanya juga

pustu kan”

Informan XI “Di Pustu ini gak lengkap saran, prasarana sama alat kegiatan

(24)

satu di Pustu. Sebenarnya udah lama kita ajuin proposal ke Dinkes untuk peralatan KIA ini tapi sampai sekarang belum ada terealisasi”

Informan XII “Di Puskesmas ini ruang tunggunya gak ada di depan ruangan

KIA nya ya kita harus nunggu di depan kalau masih ada pasien. Kalau saya ke Puskesmas periksa hamil itu pertama ditimbang, trus di tensi setelah itu di periksa perut nya ditanya apa ada gerak-gerak gak di perut hehe. Tapi itu kalau mau USG kan memang di rujuk. Ya menurut saya memang hanya itu kali ya alatnya untuk periksa hamil. Kalau bawa anak juga saya kmaren umur 4 tahun mau berobat kan di ukur juga tinggi sama berat badannya trus dikasih biskuit gitu”

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam ketersediaan sarana, prasarana dan peralatan pelayanan KIA di Puskesmas Simalingkar dan juga di pustu masih kurang mulai dari ruang tunggu yang kurang, peralatan seperti timbangan dan dacin yang kurang dan beberapa rusak serta tensimeter yang pemakaian nya bergantian dengan poli umum. Sedangkan untuk pencatatan pelayanan baik KIA dan KB Puskesmas dan Pustu sudah memiliki buku register kohort ibu, bayi dan balita tetapi kartu ibu dan kartu bayi tidak ada karena menurut mereka sudah dilakukan pencatatan di buku register.

4.3.2 Process

(25)

1. Pengumpulan Data dalam pelaksanaan program KIA

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang pengumpulan data mengenai Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar

Informan Pernyataan

Informan II “Dalam pelaksanaan Pelayanan KIA itu ada menetapkan

sasaran untuk mencapai target mulai dari jumlah seluruh ibu hamil, jumlah seluruh ibu bersalin, jumlah ibu nifas, jumlah seluruh bayi, jumlah seluruh anak balita dan jumlah seluruh PUS trus kita lihat jumlah K1, K4 jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, jumlah KN1, KN lengkap, ibu nifas dan DRT. Udah dapat data itu baru kita tetapkan berapa target yang harus dicapai dari sasaran yang udah didapat datanya. Kalau untuk target itu kita udah ketetapan dari Dinas yang sudah dibahas bersama dan semua data itu kita kumpulkan dari

kunjungan di puskesmas, pustu, klinik dan BPS”

Informan III “Pengumpulan data itu kita mulai dari data PUS

(Pasangan Usia Subur), Peserta KB aktif MKJP (Metode KB Jangka Panjang) meliputi MOP,MOW,IUD dan Implan dan Non MKJP meliputi suntik, pil, kondom dan Obat Vbegitu juga dengan yang peserta KB baru. Data saya

kumpulkan dari BPS dan Klinik serta praktek dokter”

Informan IV “Untuk Imunisasi, bayi, balita juga kita cari tau brapa jumlah bayi dan balita, berapa yang udah di imunisasi pada saat posyandu ataupun yang datang ke puskesmas

dan kita kutip juga laporan dari klinik dan BPS”

Informan V “Pada pelayanan KIA itu data yang dikumpul mulai dari

sasaran dulu mulai ibu hamil, persalinan oleh nakes, bayi, balita dan juga data kematiannya

Informan VI “Data pelayanan KIA itu kumpulkan dari mulai jumlah ibu

(26)

kan”

Informan VII “Untuk pelayanan KB kan bukan hanya di Pustu ada di

klinik Bidan jadi kita tagih ke mereka. Biasanya yang dikumpulin itu brapa PUS nya sama berapa peserta KB

aktif dan baru nya juga”

Informan VIII “Yaa kalau data kita kumpulkan dari data pelayanan di

Pustu dan Posyandu itu ada jlh ibu hamil, K1,K4, persalinan nakes dan kunjungan neonatus. Pokoknya

sesuai dengan keperluan PWS KIA lah dek”

Informan IX “Untuk pengumpulan data itu mulai dari sasaran ibu

hami, bayi dan balita, persalinan, data kematian imunisasi

di posyandu”

Informan X “Karena saya hanya membantu pelayanan KIA kan dek jadi setau saya itu banyak data yang dikumpulin mulai antenatal care, K1,K4, Imunisasi, KB, data kematian, persalinan dank arena wilayah kerja pustu ada 5 lingkungan jadi data didapat dari kegiatan posyandu

juga”

Informan XI “Untuk mengumpulkan data KIA itu saya melakukan

penjaringan di wilayah kerja kita mulai dari ibu hamil, bayi, balita, ibu nifas, DRT, pelayanan KB juga saya kutip dari BPS ada 2 sama Klinik 1 yang mana kan ada 7 lingkungan saya pegang mulai dari lingkungan 6-12 melalui kegiatan posyandu yang direkap supaya nanti bisa

dapat jumlah K1, K4 dan gak hilang nantinya”

(27)

oleh nakes dan pelayanan bayi dan balita, DRTyang dilaporkan setiap bulannya ke bidan yang sebagai penanggungjawab diwilayah kerjanya.

2. Pencatatan data pelaksanaan PWS KIA

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang pencatatan data mengenai Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar

Informan Pernyataan

Informan I “Dalam pencatatan dan pelaporan KIA itu Bu Minar setiap

bulannya sebelum dikasih ke Dinkes itu ada beberapa lembar kira-kira ada 9 lembar mulai dari K1, K4, DRT, Neonatus, KN 1 dan KN Lengkap, jumlah kelahiran, jumlah ibu hamil, pelayanan kesehatan balta dan BBLR. Dan semua data itu dia dapat dari klinik, kunjungan di puskesmas dan pustu dan juga dari Bidan praktek mandiri. Sejauh ini saya lihat laporan PWS KIA yang dicatat sudah lengkap dan memang saya tekankan kepada bikor yaitu bu minar supaya setiap pelayanan mencapai target yang telah ditetapkan dan setelah itu saya tanda tangani supaya dapat dilaporkan ke dinkes dan biasanya awal bulan sudah dilaporkan kira-kira tgl 5.

Informan II “Kami mencatat pelayanan KIA di Puskesmas itu kan

misalnya gini pas ada kunjungan nanti setelah dicatat di bagian pendaftaran di buku register baru diisi ke kohort ibu

Informan III “Dalam pencatatan data pelayanan KB itu mencakup

berapa peserta baru dan KB aktif baik yang dia suntik, pil sama IUD serta dikumpulkan juga dari klinik dokter sama BPS kan supaya dapat berapa jumlah yang mendapatkan pelayanan KB baru setelah itu saya catat di format PWS KB Puskesmas dan juga di format yang dari BKKBN karna kita kan bekerjasama dengan mereka dan alkonnya juga dari mereka. Trus kalau ada ibu-ibu mau suntik KB misalnya itu kita da catatannya juga warna biru kadang kalua si pasien gak bawa ya kita buat yang baru trus kita suruh lagi dibawa kalau mau suntik bulan berikutnya”

(28)

dan dicatat kedalam format pelayanan Bayi, Balita dan diberikan mulai dari Antenatal Care nya, Imunisasi, pemberian tablet zat besi. Pokoknya semua pelayanan yang diberikan dicatat termasuk sasaran juga. Setelah itu nanti direkap sama Bu Minar supaya dicatat dalam satu format

PWS KIA Puskesmas Simalingkar”

Informan VI “Pencatatan pelayanan KIA itu pertama kan dia ke bagian

pendaftaran dicatat lah di buku register mau ngapain trus setelah itu dicatat di buku kohort ibu kalau ibu, kohort bayi kalau bayi, kohort balita kalau balita setelah dilakukan pemeriksaan misalnya pelayanan antenatal care ya dicatat lah di Buku KIA/KMS nya sama juga untuk pelayanan bayi dan balita baik mau imunisasi atau mendapatkan vitamin saat di posyandu juga dicatat dalam buka KMS supaya bisa dipantau MTBS nya. Untuk KB juga gitu jadi ada formatnya dari Dinas sama BKKBN meliputi jumlah peserta kb aktif atau pun peserta baru yang pakai suntik, pil maupun IUD tetapi kami lebih sering ditulis di buku bantu dulu karna kan formatnya kadang berubah”

Informan VII “Kan setiap pelayanan KB itu dicatat dalam Buku KIA atau

di buku register KB ntah apapun pelayanan KB apa yang diperoleh. Data pelayanan di pustu lalu saya catat di PWS KB baik di form yang dari BKKBN maupun untuk laporan pustu.

Informan VIII “Pencatatan data itu pastinya sasaran dan pelayanan apa

yang diberikan kepada pasien kan berarti mulai dari berapa kunjungan ibu, bayi, balita di pustu maupun kegiatan posyandu setelah dikumpulkan di catat dalam form PWS KIA. Nah, kalau mencatat ke dalam form itu tugas Bu

Rosdiana jadi saya hanya membantu kegiatannnya saja” Informan IX “Dalam pencatatan pelayanan di pustu itu kita langsung

catat di buku register baik ibu,bayi dan balita yang melakukan kunjungan tapi kalau di posyandu biasanya pakai buku bantu dulu karna kan banyak yang harus dibawa dalam kegiatan posyandu terkadang juga kita suruh kader yang mencatat lalu pas mau pencatatan ke PWS KIA kami

minta”

Informan X “Setiap pelayanan yang diberikan itu dicatat baik di buku

(29)

jadi mereka yang catat setelah itu baru dicatat ulang lagi di

form data pelayanan KIA”

Informan XI “Format pencatatan PWS KIA sudah ada dari Dinkes tapi

sebelum di masukin ke format itu kita saat kunjungan setelah dari registrasi baru ke buku kohort ada ibu, bayi, balita dan kb. Dan kita data yang sudah dari BPS dan klinik tadi kita catat ke Format PWS KIA itu ada 9 lembar setiap bulannya yang sudah ada dari Dinkes kadang saya fotokopi sendiri juga karna formatnya kadang gak ada. Kalau misalnya kegiatan posyandu biasnya saya catat dulu di buku bantu. Terkadang karena banyaknya yang mau dikerjai saya sampai lupa merekap di buku register dan langsung saya sajikan di form pelayanan KIA. Saya juga mencatat ulang kunjungan yang dari BPS dan Praktek dokter diwilayah

kerja Pustu”

Informan XII “Gimana ya. jadi sewaktu saya datang kan dibagian pendaftaran trus ditanya apa keluhan nya ada di tulis gitu di map biru kayaknya. Trus setelah itu diarahin ke ruangan ini (ruangan KIA) diperiksa sama ibu nya mulai dari timbangan, tensi sama perutnya dipegang. Setelah itu kan ada buku pink (buku kia) diisi sama ibunya sama ada di buku ibu itu juga tapi gak tau nama bukunya apa buku polio gitulah dek. Itu aja sihh setau kakak”

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam pencatatan pelayanan KIA, Bidan sudah melakukan pencatatan di buku register ibu, bayi, balita, KB dan buku KIA namun pada Kartu Ibu dan Kartu Bayi tidak dilakukan pencatatan. Namun meskipun begitu beberapa Bidan mengatakan bahwa mereka lebih memilih melakukan Pencatatan pelayanan KIA terlebih dahulu di buku bantu karena dalam format PWS KIA banyak yang harus diisi dan memotokopi sendiri format karena tidak selalu tersedia di Puskesmas.

(30)

Bidan baik di Puskesmas dan Pustu yang sudah diberi tanggungjawab dalam PWS KIA mengumpulkan nya bersamaan dengan yang dari BPM, Klinik dan Praktek Dokter.

3. Pengolahan Data PWS KIA

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang pengolahan data mengenai Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar

Informan Pernyataan

Informan II “Saya kan penanggungjawab KIA di Puskesmas jadi setelah

Bidan di Pustu Simalingkar A dan Simalingkar B mengumpulkan data di wilayah kerjanya dan telah dicatat ke form PWS KIA yang sudah ada baru dikasih ke saya dan saya olah data nya sama dengan yang di puskesmas supaya tau apa sudah mencapai target atau belum. Jadi memang saya sendiri lah yang mengolah datanya secara manual tapi sebelum diolah ke Form PWS KIA setiap data kegiatan KIA (data ibu, bayi, balita dan KB) dilihat dulu apa sudah benar dan lengkap formulirnya karna kadang mereka salah ngitunglah. Pernah juga laporan yang dikasih ke saya nihil untuk kegiatan Antenatal Care nya kan gak mungkin. Jadi harus diperiksa dulu udah betul atau belum. Setelah itu barulah kita totalin jumlah keseluruhannya dan dikelompokkan ke kolom-kolom yang ada di form PWS KIA itu mulai dari ibu, bayi, balita dan juga KB. Ada nanti dia kedalam bentuk tabel dan juga narasi untuk menjelaskan lengkapnya”

Informan VI “Saya kan wilayah kerjanya di Simalingkar B jadi setelah

(31)

Informan XI “Kalau untuk mengolah data saya gak ada, ya palingan

hanya mencatat kembali kunjungan yang saya dapat dari Klinik sama BPS sama dengan yang saya dapat di Pustu secara manual sesuai dengan form yang saya punya dan biasanya saya uraikan dalam bentuk makalah setelah itu saya kasih ke Kak Minar dialah yang ngolah”

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam pengolahan data masing-masing bidan sesuai dengan wilayah kerjanya mengolah mengolah sendiri data pelaksanaan KIA. Bidan di Pustu Simalingkar B mengolah kembali data pelayanan KIA yang didapat dan belakangan ini berubah form yang biasanya yang dilaporkan ke Bikor dalam bentuk jumlah kunjungan sekarang sudah dalam form PWS KIA. Dan begitu juga dengan Bidan penanggungjawab KIA di Pustu Simalingkar A mengolah secara manual pelayanan KIA dan KB bersamaan dengan yang didapat dari BPM dan Praktek Dokter. Namun Bikor selaku penggungjawab mengolah kembali semua data pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar karena masih ditemukannya kesalahan dalam pencatatan dan penghitungan kunjungan pelayanan KIA yang akan dicatat ke form PWS KIA.

4. Pelaporan Data PWS KIA

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang pelaporan data mengenai Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar

Informan Pernyataan

Informan II “Saya melapor hasil PWS KIA secara manual ada yang

(32)

dikoreksi kalau mau pelaporankan”

Informan III “Selain melapor ke Bu Minar saya juga melaporkan hasil

dari pelaksanaan KB ke BKKBN nanti mereka datang itu setiap akhir bulan yaa biasanya tanggal tangal 30 udah setiap akhir bulan paling lama tgl 28 sampai 30 lah. Tapi memang kadang-kadang terlambat karna kadang yang dari praktek Bidan/klinik telat juga ngasihnya seharusnya setiap tgl 23 tapi itulah kadang lewat kan karna kan banyak kerjaan KIA ini belum lagi kegiatan di Pustu juga ada kan. Nah untuk KB juga dilaporkan ke BKKBN dan

ditagih setiap akhir bulan juga”

Informan VII “Untuk pelaporan itu kan sudah ada yang ditugaskan dari Pustu yaitu Bu Rosdiana paling lama akhir bulan lah sebelum itu saya kasih lah ke dia. Nah, kalau ke BKKBN

akhir bulan juga biasanya tanggal 30 sudah ditagih”

Informan VIII “Untuk pelaporan karena saya juga bertanggungjawab SP2TP Pustu jadi itu selalu akhir bulan karena Puskesmas bakalan nagih kekami juga, Memang kadang terlambat tapi dijalin lah komunikasi supaya diberi waktu

tambahan”

Informan IX “Pelaporan setau saya itu setiap akhir bulan ke

Puskesmas dan dari Pustu diwakilkan oleh Bu Rosdiana”

Informan X “Pelaporan di pustu kami sudah serahkan tanggungjawab ke Bu Rosdiana tanya ke dia aja ya tanggal berapa pastinya karena saya hanya membantu

pelayanan KIA saja”

Informan XI “Saya melapor PWS KIA diwilayah kerja Pustu itu ke Bu

(33)

dikerjakan”

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam pelaporan PWS KIA masih ditemukan Bidan di Pustu yang terlambat melaporkan sehingga menyebabkan Bikor juga terkadang terlambat melapor ke Dinkes karena banyaknya form yang harus diisi dalam melengkapi pelaporan pelaksanaan pelayanan KIA dan juga pekerjaan di Puskesmas ataupun pustu yang menjadi penyebab terlambatnya pelaporan.

4.3.3 Output

Output kegiatan pelayanan KIA adalah kelengkapan pencatatan dan pelaporan PWS KIA. Adapun kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut serta alat monitoring sekaligus manajemen data KIA (Kemenkes RI, 2010). Kelengkapan pencatatan dan pelaporan PWS KIA dapat dilihat dari apakah pencatatan pelayanan KIA sudah ada di form ataupun buku yang ditentukan dan apakah pelaporan sesuai dengan waktu yang ditentukan dari setiap sumber datanya.

(34)

Keterangan:

Dari tabel 4.15 menunjukkan bahwa dalam kelengkapan pencatatan PWS KIA masih belum terlaksana dengan baik di Puskesmas maupun di Pustu belum sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Pada Form 1 dan Form 2 tidak dilakukan pengisian dengan alasan bahwa sudah terlalu banyak pencatatan yang dilakukan. Kelengkapan form juga didapat Bidan Pustu dari Puskesmas dengan cara memfotokopinya sendiri. Bahkan jika form tidak ada mereka memfotokopi dari laporan sebelumnya dengan cara mentipex hasil fotokopian laporan sebelumnya.

(35)

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada pelaporan masih ada yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh Puskesmas maupun Pustu, diantaranya yaitu: a. Penanggungjawab KIA Puskesmas Simalingkar telah melaksanakan pelaporan

ke Dinas Kesehatan Kota, Minilokakarya Puskesmas namun pada Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan/Kelurahan tidak dilaksanakan.

b. Penangungjawab PWS KIA di Puskesmas Pembantu Sawit melaksanakan pelaporan pada saat Minilokakarya Puskesmas, namun ke Dinas Kesehatan Kota dan pada rapat Koordinasi Tingkat Kelurahan tidak dilaksanakan.

c. Penanggungjawab PWS KIA di Puskemas Pembantu Simalingkar B melaksanakan pelaporan pada saat Minilokakarya Puskesmas, namun ke Dinas Kesehatan Kota dan pada rapat Koordinasi Tingkat Kelurahan tidak dilaksanakan.

4.4 Peranan Kepemimpinan Bidan Koordinator dalam pencatatan dan

Pelaporan PWS KIA

(36)

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan tentang Peranan Kepemimpinan Bidan Koordinator dalam pencatatan dan Pelaporan

PWS KIA

Pencatatan dan pelaporan PWS KIA

Puskesmas setiap keputusan itu didapat dari hasil

(37)

dilaporkan nanti kalau ada yang kurang dipanggil kok disuruh ganti” Pendelegasian “Kami sudah

dibagi-bagi sesuai

Motivator “Kalau motivasi dari kami sendiri aja

(38)

itu udah dosen buka

(39)
(40)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pencatatan dan Pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar

PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan layanan KIA nya masih rendah.Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut (Syafrudin,2009).

5.1.1 Masukan (Input)

1) Kebijakan

(41)

pencapaian sasaran di puskesmas mencapai target. Bidan penanggungjawab di Pustu baik di Simalingkar A dan B mengumpulkan data setiap pelayanan KIA dan KB selain melapor ke Bidan Koordinator juga melaporkan ke BKKBN setiap akhir bulannya.

Walaupun sampai sejauh ini kendala dalam pencapaian sasaran di Pustu tidak mencapai target masih bisa tertutupi dengan pencapaian target di puskesmas, dan juga belum tercapainya target di pustu telah diatasi dengan kegiatan penjaringan di wilayah kerja pustu berupa pendataan terhadap ibu hamil, bayi dan balita dan juga kegiatan home visit. Namun Bidan di Pustu juga mengakui bahwa dalam pencatatan dan pelaporan mereka terkadang memanipulasi ataupun mengganti hasil data temuannya pada form pelayanan KIA guna mencapai target yang telah ditetapkan.

Oleh sebab itu, peran Bidan Koordinator sangat penting dimana perlunya pengawasan kepada Bidan penanggungjawab KIA di Pustu dalam pelaksana pencatatan dan pelaporan PWS KIA dimana pengawasan sebagai suatu kegiatan memperoleh kepastian apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi. Kegiatan pemimpin untuk menilai pelaksanaan tugas-tugas bawahannya. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangan dapat dideteksi secara dini, dicegah dikendalikan atau dikurangi (Muninjaya,2004).

(42)

kasus dengan faktor resiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai (Depkes RI,2009).

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hari Basuki di Jawa Timur, yang menemukan masih adanya petugas yang pengetahuan dan sikapnya kurang, terutama dari sisi kelengkapan data dan pencapaian target dimana masih dijumpai petugas yang mengganti datanya (Hari,2005).

2) Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam ketersediaan tenaga kesehatan atau tenaga pelaksana di Puskesmas Simalingkar dan di Pustu masih ada masalah dimana tenaga kesehatan masih kurang khususnya dalam pelaksanaan pelayanan KIA.Tenaga kesehatan yang memiliki double job juga mempengaruhi bahwa penempatan tenaga kesehatan atau tenaga pelaksana kurang tepat. Tidak adanya juga insentif maupun reward bagi Bidan yang bagus kinerja nya dalam pencapaian target serta pelatihan PWS KIA juga tidak didapat oleh Bidan Penanggungjawab PWS KIA di puskesmas maupun di pustu.

Kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dalam pengelolaan data juga menjadi faktor yang mengakibatkan lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan terutama dalam hal manajemen data, termasuk dalam sistem PWS KIA. Jumlah SDM yang tersedia di lapangan masih kurang bila dibandingkan dengan jumlah inisiatif penguatan sistem informasi kesehatan secara manual ataupun terkomputerisasi (Kemenkes,2012).

(43)

yang diemban Bidan sehingga mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan arahan Bidan Koordinator selaku penanggungjawab program KIA. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Fort dan Voltero (2004) menyatakan bahwa pelatihan merupakan variabel yang berhubungan kuat dengan kinerja petugas.

Hal ini juga sesuai dengan variabel organisasi, menurut Gibson yang dikutip oleh Ilyas (2001)terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub-variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.Oleh sebab itu, kinerja Bidan Koordinator masih kurang dalam menjalankan tugas nya sebagai pemimpin ataupun penanggungjawab pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar.Hal ini didukung dengan bahwa Bidan Pustu masih kekurangan sumber daya berupa tenaga kesehatan dan tidak adanya imbalan ataupun insentif bagi petugas yang memiliki kinerja yang baik dalam pencatatan dan pelaporan PWS KIA.

3) Anggaran/Pendanaan

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan PWS KIA tidak ada anggaran/pendanaan yang diberikan kepada bidan baik di Puskesmas Simalingkar dan kedua pustu diwilayah kerjanya. Mereka mengeluarkan biaya sendiri dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan PWS KIA kecuali untuk pelayanan KB form sudah disediakan dari BKKBN.

(44)

pelayanan KIA namun para bidan mengatakan bahwa dana masih kurang terkhususnya dalam pencatatan dan pelaporan PWS KIA. Dana yang cukup untuk membiayai program KIA akan mampu meningkatkan kinerja petugas KIA.

Kinerja berasal dari pengertian performance yaitu sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara,2009).

Dengan adanya anggaran ataupun dana yang mencukupi maka berdampak pada kinerja Bidan baik di puskesmas maupun di pustu. Hal ini terlihat bahwa mereka sering mengeluarkan biaya dari kantong sendiri dalam pelaksanaan pencatatan dan pelaporan guna melaksanakan tugas nya. Namun meskipun begitu mereka tidak mengeluh dalam pelaksanaan pelayanan KIA dengan harapan perlunya tambahan anggaran maupun dana guna menunjang pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA ataupun berupa insentif sebagai hasil dari kinerja yang telah mereka lakukan.

(45)

4) Sarana, Prasarana dan peralatan

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien (Satrianegara dkk,2012). Diantaranya peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas kesehatan. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam ketersediaan sarana, prasarana dan peralatan pelayanan KIA di Puskesmas Simalingkar dan juga di pustu masih kurang mulai dari ruang tunggu yang kurang, peralatan seperti timbangan dan dacin yang kurang dan beberapa rusak serta tensimeter yang pemakaian nya bergantian dengan poli umum.Bidan Pustu juga mengatakan bahwa mereka telah mengajukan proposal perihal kebutuhan peralatan pelayanan KIA ke Dinkes tapi sampai saat ini belum terealisasi.Sedangkan untuk pencatatan pelayanan baik KIA dan KB Puskesmas dan Pustu sudah memiliki buku register kohort ibu, bayi dan balita tetapi kartu ibu dan kartu bayi tidak ada karena menurut mereka sudah dilakukan pencatatan di buku register.Sebenarnya para bidan juga sudah mengeluh mengenai banyak pencatatan dan pelaporan yang harus dikerjakan oleh bidan.

(46)

ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Dengan menerapkan pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas pelayanan antenatal dapat ditingkatkan (Permenkes RI ,2014).

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Senewe dan Yuana (2008) bahwa dalam pencatatan dan pelaporan sistem pemantauan wilayah setempat KIA oleh Bidan Desa di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2008 ketersediaan formulir dan kemudahan dalam mendapatkan form merupakan sebagai faktor pemungkin dalam pelaksanaan PWS KIA diharapkan Puskesmas maupun Dinkes menyediakan form yang mana hal ini dapat membantu para bidan untuk pencatatan dan pelaporan.

5.1.2 Proses (Process)

1) Pengumpulan Data dalam pelaksanaan program KIA

(47)

penimbangan anak dan lain lain. Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayan yang berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya(Karwati dkk, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa Bidan Koordinator telah membagi tugas pelayanan KIA dan KB dalam pengumpulan data sesuai dengan wilayah kerjanya. Mereka telah melaksanakan penjaringan terhadap tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan KIA meliputi pengumpulan data sasaran yaitu jumlah ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas, data kematian baik ibu, bayi maupun balita. Dan data pelayanan meliputi K1, K4, KB, KN lengkap persalinan oleh nakes dan pelayanan bayi dan balita, DRT yang dilaporkan setiap bulannya ke bidan yang sebagai penanggungjawab diwilayah kerjanya. Meskipun begitu masih ada bidan ataupun BPS yang terlambat dalam melaporkan pelayanan KIA.

Demikian juga hasil penelitian Dharmawan, Wigati dan Dwijayanti (2015) bahwa dalam pencatatan dan pelaporan KIA dapat dikatakan berhasil bila didukung oleh Bidan Pustu. Ketika pengumpulan data dan pelaporan data yang dilakukan Bidan Pustu ke puskesmas terlambat, maka pengumpulan dan pelaporan data dari puskesmas ke DKK juga terlambat karena Bidan Koordinator sebagai penanggungjawab program KIA terlebih dahulu harus melakukan validasi, evaluasi dan analisis data dan laporan yang masuk dari Bidan Pustu. 2) Pencatatan Data dalam pelaksanaan program KIA

(48)

pencatatan. Namun meskipun begitu beberapa Bidan mengatakan bahwa mereka lebih memilih melakukan Pencatatan pelayanan KIA terlebih dahulu di buku bantu karena dalam format PWS KIA banyak yang harus diisi dan terkadang formatnya berubah dan memotokopi sendiri format karena tidak selalu tersedia di Puskesmas. Bidan di Pustu juga terkadang lupa dalam melakukan pencatatan langsung setelah memberikan pelayanan sehingga saat melaksanakan kegiatan Posyandu juga dibantu oleh kader dalam melakukan pencatatan pelayanan setelah itu para Bidan baik di Puskesmas dan Pustu yang sudah diberi tanggungjawab dalam PWS KIA mengumpulkan nya bersamaan dengan yang dari BPS, Klinik dan Praktek Dokter.

Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan tersebut di perlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang belum diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain. Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayan yang berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya (Karwati Dewi, dan Sri,2011).

(49)

Tri dan Sriatmi (2015) membuktikan bahwa Informasi (output) dalam PWS KIA sering tidak akurat dan tidak tepat waktu karena masih dikerjakan secara manual. Hal ini dikarenakan ada masalah dalam penangkapan data (input), dimana penulisan data tidak tepat dan lengkap. Masalah juga ditemukan pada saat perekapan dan pembuatan salinan untuk pembuatan laporan (proses), seperti pada perekapan data di buku bantu pada Bidan Desa, maupun perekapan dan penyalinan buku bantu ke dalam format pelaporan di tingkat puskesmas.

3) Pengolahan data PWS KIA

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam pengolahan data masing-masing bidan sesuai dengan wilayah kerjanya mengolah sendiri data pelaksanaan KIA. Bidan di Pustu Simalingkar B mengolah kembali data pelayanan KIA yang didapat dan belakangan ini berubah form yang biasanya yang dilaporkan ke Bikor dalam bentuk jumlah kunjungan sekarang sudah dalam form PWS KIA. Dan begitu juga dengan Bidan penanggungjawab KIA di Pustu Simalingkar A mengolah secara manual pelayanan KIA dan KB bersamaan dengan yang diperoleh dari BPS dan Praktek Dokter. Namun Bikor selaku penggungjawab mengolah kembali semua data pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar karena masih ditemukannya kesalahan dalam pencatatan dan penghitungan kunjungan pelayanan KIA yang akan dicatat ke form PWS KIA.

(50)

bijaksana haruslah mendelegasikan sebagian tugas dan wewenang kepada bawahannya. Dalam pendelegasiaan wewenang, tanggungjawab dipikul bersama antara yang mendelegasikan dan yang menerima delegasi. Namun pihak yang mendelegasikan tidak terlepas dari tanggungjawab untuk tercapainya sasaran pelaksanaan tugas-tugas yang di delegasikan (Sutrisno,2009).

Setiap bulan bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua Bidan dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/ kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator(Karwati,2011). Pengolahan data meliputi Pembersihan data yaitu melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang tersedia, Validasimelihat kebenaran dan ketepatan data, Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.

(51)

Pada kenyataannya Bidan di Pustu hanya mengolah data ke dalam form kunjungan KIA dan pada awal tahun 2017 baru ditugaskan oleh Bikor bahwa form diganti dengan form PWS KIA namun sampai saat ini masih mengolah data secara manual dalam form kunjungan. Sedangkan dalam bentuk grafik maupun peta tidak dilakukan karena baru saja ditugaskan oleh Bikor untuk melaksanakannya. Padahal melalui grafik lebih mudah mengetahui apakah pencapaian pelayanan KIA mencapai target atau tidak dan memudahkan dalam pelaksanaan tindak lanjut pada bagian wilayah mana yang harus lebih diperhatikan.

Namun Bidan Koordinator juga sudah mengupayakan untuk menegakkan disiplin bagi bidan pustu untuk tetap mengumpulkan data tepat waktu karena bilamana proses pengumpulan data pelayanan KIA di wilayah kerjanya terlambat akan menyebabkan proses pengolahan terlambat dan mungkin bisa mengalami kesalahan penghitungan dan pada akhirnya informasi yang dihasilkan juga terlambat bahkan bisa menjadi tidak lengkap.

4) Pelaporan PWS KIA

(52)

kegiatan pencatatan dan pelaporan dari BPM maupun klinik yang terlambat bahkan pihak Bidan Pustu harus terlebih dahulu meminta laporan pelayanan KIA kepada mereka.

Setiap bulan bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua Bidan dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/ kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator(Karwati, Dewi dan Sri,2011).

Selama ini pihak Bidan Pustu mengatakan bahwa mereka hanya melaporkan data kunjungan saja di format data kunjungan dan Bidan Koordinator selaku penanggungjawab PWS KIA belakangan ini memerintahkan Bidan Pustu untuk melaporkan data kunjungan pelayanan KIA dalam format PWS KIA. Hanya saja Bidan Pustu belum memiliki format laporan PWS KIA sehingga mereka belum mengerjakannya karena alasan dari Bikor sendiri karena adanya Akreditasi Puskesmas maka terjadi perubahan format laporan sehingga pihak Bidan Pustunya sendiri mengakui memang belum mengerjakan karena sampai saat ini tidak pernah dibahas.

(53)

hubungan bahwa dengan adanya motivasi dan persepsi yang baik maka dapat memperlancar pelaporan pencatatan KIA.

Menurut Gibson yang dikutip oleh Ilyas (2001) bahwa perilaku dan kinerja individu salah satunya dipengaruhi oleh kepemimpinan.Hal ini terlihat bahwa peran kepemimpinan Bidan Koordinator masih kurang dalam mengarahkan dan mengawasi pekerjaan setiap Bidan Pustu dimana masih ditemukannya pelaporan yang terlambat.

5.1.3 Keluaran (Output)

Kelengkapan pencatatan PWS KIA masih belum terlaksana dengan baik di Puskesmas maupun di Pustu belum sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Kelengkapan form juga didapat Bidan Pustu dari Puskesmas dengan cara memfotokopinya sendiri. Bahkan jika form tidak ada mereka memfotokopi dari laporan sebelumnya dengan cara mentipex hasil fotokopian laporan sebelumnya.

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan KK Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Tahun 2016
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015
Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Pembantu Simalingkar B
Tabel 4.5 Sarana Kesehatan di wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan Well-defined Problem dan Ill-defined Problem Beserta Contoh Kasusnya di Medan Well-definend problem merupakan permasalahan desain yang mudah untuk dipecahkan tanpa harus

Perlunya penerapan dan optimalisasi pencatatan pelaporan dengan berbasis teknologi, terutama dengan aplikasi epi info di RSU Haji Surabaya agar lebih efektif dan e fi sien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari Yosim Pancar pada awalnya merupakan tari gembira tanpa nama, yang terinspirasi dari kehadiran pesawat jet tempur milik

(5) Dalam hal Kabupaten/Kota belum mencantumkan penerimaan Dana Transfer untuk Kegiatan SAMISAKE dalam APBD dan akan mencantumkannya dalam APBD Perubahan,

UNGKU ISMAIL MEMANDANG KIRI DAN KANAN DAN MEMANDANG KE ARAH TENGKU ZALEHA YANG DUDUK MEMBELAKANGI MEREKA TIDAK BERAPA JAUH DARI SITU.

Ketidak-berdayaaan warga masyarakat sukubangsa setempat dalam melawan pemerintah atau sistem nasional, kecuali di Aceh, mungkin dikarenakan bahwa:

Asal Perkawinan adalah seorang suami untu seorang istri, sedangan poligami bukan asal dan bukan pokok, tetapi keluarbiasaan atau ketidakwajaran yang dilakukan karena kondisi

melakukan observasi pada kelas IV bulan November semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 di SDN 09 Kaba Wetan, adapun temuan-temuan yang ditemukan ada pada kemampuan