• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka

harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu

Negara berkembang memiliki angka harapan hidup penduduk yang semakin

meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang

semakin membaik.

Di sisi lain meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi

masyarakat, karena dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia meningkat

pula rasio ketergantungan lanjut usia. Artinya setiap penduduk usia produktif akan

menanggung semakin banyak penduduk lanjut usia. Peningkatan jumlah lanjut

usia dalam struktur kependudukan tentu akan menimbulkan permasalahan sosial

lanjut usia yang akan berimbas baik kepada lanjut usia itu sendiri maupun

keluarga dan lingkungan masyarakatnya

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia yang diiringi

dengan menurunya tingkat fertilitas, memicu pertambahan jumlah lanjut usia

Indonesia secara cepat. Kondisi tersebut membawa konsekuensi timbulnya

berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi jasmaniah, rohaniah dan sosial

ekonomi bagi para lanjut usia serta mengganggu kemampuan lanjut usia untuk

memenuhi kebutuhan riil serta melaksanakan peranan sosialnya dan apabila tidak

(2)

Sulaiman (1993) mengidentifikasikan paling tidak ada delapan

kecenderungan permasalahan sosial yang akan dihadapi masyarakat Indonesia

salah satu diantaranya adalah meningkatnya jumlah dan proporsi kelompok

penduduk usia lanjut disebabkan oleh transisi demografik serta semakin tingginya

rata-rata harapan hidup, yang berpadu dengan memudarnya nilai-nilai

kekeluargaan serta tuntutan kegiatan, keterlantaran penduduk usia lanjut.

(sulaiman dalam Habib Ahmad, 2007; 34). Sebuah penelitian menunjukan bahwa

jumlah penduduk Indonesia selama 40 tahun terkahir menjadi dua kali lipat,

tetapi penduduk lanjut usia menjadi sepuluh kali lipat, dari sekitar 2 juta di tahun

1970 menjadi lebih dari 20 juta pada tahun 2010 (Fadilah, rita, 2011: 44).

Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan

berpengaruh pada peningkatan Usia Harapan Hidup di Indonesia. Berdasarkan

laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 Usia Harapan

Hidup adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah

7,74%), angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan Usia

Harapan Hidup menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045

adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi

peningkatan Usia Harapan Hidup. Pada tahun 2000 Usia Harapan Hidup di

Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%).

Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase

populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2012 menjadi 69,65 tahun (dengan

(3)

Seorang pemerhati usia senja memprediksi bahwa pada tahun 2010-2014

jumlah usia senja diperkirakan menyamai jumlah anak balita bahkan melebihi,

yaitu sekitar 19 juta (8,5 persen dari jumlah penduduk). Sementara itu menurut

Proyeksi Biro Pusat Statistik (BPS) persentase balita akan terus berkurang pada

tahun 2014 sebagai hasil kampanye Keluarga Berencana, sedangkan jumlah

Lanjut Usia akan terus meningkat sampai melebihi jumlah balita berkat

peningkatan kualitas dan usia harapan hidup.

World Health Organization(WHO) melihat sebuah perbandingan pada

tahun 2002 hingga menuju tahun 2050 mendatang bahwa pertumbuhan penduduk

lanjut usia di Indonesia Mengalami pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar

414%, Thailand 337%, India 242%, dan china 220 %, jumlah lanjut usia

Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2004 sebesar

16.522.311 orang kemudian pada tahun 2006 sebesar 17.478.282, sedangkan pada

tahun 2010 sebesar 19.502.355 (8,55 % dari penduduk Indonesia), dan BPS

memprediksi bahwa pada tahun 2020 jumlah lanjut usia akan bertambah menjadi

lebih kurang 28 juta jiwa, dan angka tersebut merupakan jumlah yang sangat

besar sehingga jika tidak dilakukan upaya Peningkatan kesejahteraan Lanjut Usia

sejak saat ini akan menghasilkan permasalahan yang cukup signifikan. Menurut

data BPS pada tahun 2010 bahwa jumlah lanjut usia terlantar di Indonesia

mencapai 1.664.012 jiwa. Kemudian pada tahun 2012 sebanyak 2.881.808 jiwa.

diakses pada tanggal 19 september 2016 pukul 19.17

WIB).

Ketergantungan lanjut usia kepada usia produktif seperti yang telah

(4)

tahun 2014 mencatat Nilai rasio ketergantungan lansia sebesar 12,71

menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung

sekitar 13 orang lansia, Kemudian dibedakan antara lansia laki-laki dan

perempuan, lebih banyak lansia perempuan yang ditanggung oleh penduduk usia

produktif. Ketergantungan lansia perempuan (13,59) lebih tinggi daripada lansia

laki-laki(11,83) Rasio ketergantungan lansia di daerah perdesaan lebih tinggi

daripada di perkotaan, berturut-turut 14,09 dibanding 11,40 karena pekerjaan di

Pedesaan didominasi oleh pekerjaan bidang Pertanian yang umumnya menjadi

mata pencaharian pokok. Bekerja sebagai Petani tidak telalu membutuhkan

tingkat pendidikan yang tinggi, dimana pada tahun 2014 diketahui bahwa jumlah

lanjut usia yang tidak sekolah, tidak tamat SD, dan hanya berpendidikan SD

totalnya lebih kurang 86%. diakses pada tanggal 21

sepetember pukul 20;20 WIB)

Kota Medan merupakan wilayah metropolitan terbesar di luar Pulau Jawa

dan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Data yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Medan mengatakan bahwa laju

pertumbuhan penduduk kota Medan mengalami pertumbuhan yang fluktuatif.

Berdasarkan data BPS diketahui pada tahun 2014, jumlah penduduk kota Medan

diperkirakan meningkat menjadi 2.136.105 jiwa. Ada Peningkatan jumlah

penduduk Kota Medan dari 2.109.156 jiwa pada tahun 2013 menjadi 2.136.105

jiwa pada tahun 2014 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,91%. Hal ini

disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tingkat kelahiran, kematian, dan arus

urbanisasi. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Wilayah Medan dan sekitarnya

(5)

Jumlah penduduk Kota Medan yang semakin meningkat tidak serta merta

hanya dipengaruhi oleh tingkat kelahiran melainkan juga angka lanjut usia.

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Sumatera Utara, jumlah penduduk lanjut usia di Sumatera Utara pada tahun 2011

adalah sebanyak 905.500 jiwa (6.08%) dari total keseluruhan penduduk Sumatera

Utara yaitu 13.248.400 jiwa. Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di Wilayah

Kota Medan dan Binjai. Dinas Kesejahteraan dan Sosial kota Medan mencatat

terjadi peningkatan jumlah Lansia di kota Medan dan Binjai yang cukup

signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 13.797 jiwa. Pada

Tahun 2009 sebanyak 13.843,dan 2010 sebanyak 14.518 jiwa.serta tahun 2014

sebanyak 15.622 jiwa

Melihat peningkatan yang cukup signifikan ,muncul berbagai tuntutan

agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dialami oleh

lanjut usia baik masalah kesehatan maupun masalah pelayanan sosial yang

didapatkan. Usaha pemerintah dalam mewujudkan penduduk lansia sejahtera

dapat dilaksanakan melalui berbagai program/kegiatan pengembangan model

pelayanan. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui kerjasama lintas program

maupun lintas sektoral, antara pemerintah, organisasi sosial, dan masyarakat

secara bersama-sama. Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak

lansia yang belum mendapatkan perlindungan serta akses pelayanan sosial baik

fisik maupun nonfisik. (Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Home Care.

2007:1).

Memperhatikan permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan berbagai

(6)

kehidupan para lansia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat

mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteran Lanjut

Usia Pasal 1 Ayat 9 menyebutkan bahwa “Pemeliharaan Taraf Kesejahteraan

Sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar

lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar”.

Perlindungan terhadap lansia dimaksudkan untuk memberikan rasa aman dan

nyaman. Aman dari berbagai gangguan yang timbul dari lingkungan (alam dan

manusia), dan nyaman dalam menjalani hidup.

Masalah yang timbul selanjutnya adalah siapa yang dapat berperan sebagai

pengganti pengasuhan lanjut usia tersebut, sebagian besar memilih lansia tetap

berada di rumah dengan bantuan perawat atau suster dan sebagian besar lebih

memilih untuk menitipkannya dipanti jompo dan bahkan ada yang tidak

memperdulikan orantua mereka, sehingga memungkinkan terjadinya banyak

Lansia yang tidak diasuh langsung oleh keluarganya menjadi Lansia terlantar

yang hidup di jalanan.

Meningkatnya jumlah Lansia terlantar merupakan kegagalan keluarga

dalam memberikan pelayanan kepada orangtua mereka, yang kemudian Lansia

tersebut akan menjadi kewajiban Negara, yang akan diasuh dipanti-panti sosial

dan akan tetap berada di bawah pengawasan Pemerintah,

Pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia perlu memperhatikan dua

hal yaitu : Pertama, lanjut usia sebagai salah satu tahap siklus perkembangan

manusia. Kedua,lanjut usia sebagai manusia mempunyai berbagai dimensi, baik

(7)

usia perlu dilakukan oleh berbagai pihak melalui lembaga-lembaga sosial dengan

tenaga pemberi pelayanan yang terlatih agar kualitas pelayanan dapat terjamin

mutunya.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial lanjut usia, Departemen Sosial RI

melalui Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang secara fungsional

mempunyai tugas pokok dan fungsi menetapkan kebijakan dalam model

pelayanan sosial lanjut usia memandang perlu mengembangkan dan melakukan

berbagai program pelayanan sosial lanjut usia, baik program pelayanan yang

berbasis lembaga/ panti (institutional based services), pelayanan berbasis keluarga

(family-based services), maupun pelayanan berbasis masyarakat

(community-based services) .

Melalui Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara melalui

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan

Medan memberikan pelayanan yang mendukung Pemenuhan hak Lansia dimana

pada awalnya kebanyakan yang menjadi warga Binaan UPT ini merupakan Lansia

terlantar yang merupak hasil rajia dari Gepeng dan dengan ketentuan yang dibuat

maka sebagian besar akan dibawa ke Panti ini untuk diasuh dan dirawat agar tidak

menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang meresahkan masyarakat,

meskipun saat ini telah ada yang dititipkan oleh keluarga langsung maupun ada

beberapa dengan keinginan sendiri. UPT ini sendiri memiliki tujuan yang akan

dicapai dalam memberikan pelayanan sosial kepada orang lanjut usia antara lain

meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dan melembaganya lanjut usia dalam

kehidupan bangsa agar dapat menjalin hari tuanya dalam suasana aman, tenteram

(8)

aksebilitas bagi kesejahteraan sosial lanjut usia, meningkatkan dan memantapkan

peran kelembagaan lanjut usia bagi peningkatan kualitas pelayanan sosial lanjut

usia.

Sebagai upaya mencapai kebijakan tersebut, maka ditempuh berbagai

kegiatan pokok pelayanan lanjut usia antara lain: Pelayanan sosial lanjut usia

dalam panti dan luar panti, hal ini dimaksudkan bahwa pada awalnya sedikitnya

terdapat 3 model pelayanan sosial bagi para lanjut usia yang dilaksanakan oleh

UPT Pelayanan sosial lanjut usia wilayah Binjai dan Medan baik yang

berorientasi dalam panti ataupun diluar panti, adapun yang menjadi alasan

dilaksanakannya pelayanan sosial diluar panti adalah banyak sekali lanjut usia

terlantar diluar sana yang memang tidak mau untuk ditempatkan didalam panti,

alasan lain keluarga memang tidak ingin orangtua mereka hidup dipanti namun

bentuk pelayanan yang diberikan keluarga itu sendiri dapat dikatakan masih

kurang dan belum memadai.

Model-model pelayanan yang dulunya dilaksanakan di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia wilayah Binjai dan Medan antara lain: Home Care, Day Care,

dan Pelayanan Sosial Reguler. Namun pelaksanaan berbagai model pelayanan

sosial yang pada awalnya diharapkan mampu sebagai wadah untuk meningkatkan

taraf kesejahteraan para lansia kini berubah, dimana beberapa model tersebut kini

sudah tidak dilaksanakan lagi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia wilayah

Binjai dan Medan dikarenakan beberapa alasan seperti tidak efektifnya

pelaksanaan model pelayanan tersebut. Disamping itu juga terlihat dalam

pelaksanaanya terkadang kurang memadai misalnya saja model pelayanan day

(9)

terkadang dilaksanakan dan terkadang tidak dilaksanakan dikarenakan tidak

mempunyai instruktur senam padahal sebenarnya hal tersebut wajib dilaksanakan

untuk para lansia sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Saat ini Model Pelayanan Sosial yang dilaksanakan di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia wilayah Binjai dan Medan adalah Model Pelayanan Reguler

dimana model pelayanan ini sudah dilaksanakan dimulai tahun 2012, model

pelayanan ini diberikan kepada seluruh Lansia yang ada di Panti baik Lansia yang

rentan akan kemiskinan(Lansia Terlantar), yang datang atas kemauan sendiri,

maupun yang diserahkan langsung oleh keluarga sendiri dan sebagaian besar

tercatat sebagai Lansia terlantar. Berdasarkan data yang dihimpun dari UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan terdapat 172 Lansia

yang berada dipanti ini, terdiri dari 62 yang tidak potensial, 21 yang sudah

menderita penyakit akut,dan 89 yang dianggap masih potensial dan menerima

Pelayanan reguler.UPT ini sendiri sebagai tempat perawatan lansia dari keluarga

miskin atau kurang mampu, serta keluarga yang memiliki kesibukan luar biasa,

agar orangtua mereka tidak terlantar, dapat terpenuhi kebutuhan dasaranya,dan

mencapai hari tua yang bahagia.

Adapun penjelasan ringkas tentang model pelayanan reguler yang harus

dilakukan oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku adalah Pelayanan Sosial Dasar yang

meliputi Penampungan/tempat tinggal, perawatan, makan dan minum, kemudian

program bimbingan fisik dimana para lanjut usia diberi pemaparan secara

perlahan tentang kesehatan pribadi dan lingkungan, selain itu para Lansia juga

(10)

dan pemeriksaan kesehatan yang rutin, selanjutnya program pemberdayaan

bimbingan keterampilan dimana Lansia akan diberi keterampilan ringan seperti

bercocok tanam, dan membuat kerajinan tangan, dimana hal ini bertujuan untuk

mengisi waktu luang para lansia agar mereka mampu menyalurkan bakat, selain

itu terdapat juga bimbingan sosial dimana para lansia diberikan kegiatan

keagamaan dengan melaksanakan sholat 5 waktu bagi yang muslim dan kegiatan

gereja bagi non-muslim, kemudian ada juga konseling yang dilakukan oleh para

pekerja sosial agar para lansia tidak merasa kesepian dan memiliki semangat

hidup.

Disisi lain UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

mengalami keterbatasan sarana dan prasarana sehingga pelayanan yang diberikan

kepada klien kurang maksimal contohnya saja alat-alat untuk kegiatan pertanian

serta kegiatan Keterampilan yang sudah mulai jarang dilaksanakan karena tidak

tersedianya peralatan yang memadai serta terkadang merasa kegiatan ini kurang

efektif karena banyak lansia yang tidak mau melaksanakan lagi karena

kegiatannya itu-itu saja, selain itu dalam pemenuhan pangan juga masih terlihat

kekurangan dimana semua para Lansia diberikan makanan yang sama tanpa

memperhatikan bahwa ada lansia yang mengalami alergi dengan makanan

tertentu, hal tersebut juga yang pada akhirya menyebabkan masalah kesehatan

bagi Lansia, dalam pelaksanaanya Panti ini juga kurang sekali dalam melakukan

pemeriksaan kesehatan rutin, pemeriksaan kesehatan hanya akan dilakukan jika

ada Lansia yang sudah jatuh sakit padahal seharusnya pemeriksaan kesehatan

dilakukan rutin minimal seminggu sekali dengan tujuan agar lebih gampang

(11)

terserang penyakit, selain itu kegiatan bimbingan sosial seperti Konseling pribadi

juga jarang dilakukan, lansia lebih banyak sendiri padahal seharusnya hal tersebut

penting dilakukan mengingat banyaknya lansia yang sebenarnya tidak suka hidup

didalam Panti bahkan beberapa Lansia yang terlantar mengatakan lebih enak

hidup di jalanan karena mereka lebih merasa bebas, melihat hal tersebut tidak

jarang kita masih menemukan Lansia yang merasa Kesepian dan tidak memiliki

semangat hidup lagi karena mereka merasa tidak ada yang memperdulikan dan hal

yang juga menjadi sorotan peneliti adalah bahwa banyak sekali diantara sesama

lansia yang tidak akur, terkadang bertengkar dan memiliki sifat yang ingin

menguasai antara satu sama lain, bahkan tidak jarang juga dapat dilihat tidak

adanya suasana kehidupan yang harmonis dipanti ini sehingga banyak Lansia

yang tidak betah dan ingin pulang serta ada juga yang mengatakan lebih baik mati

daripada tinggal disini. Melihat kondisi tersebut yang menjadi perhatian peneliti

adalah bagaimana proses pelaksanaan bimbingan sosial dan bimbingan mental

spiritual terhadap para Lansia.

Permasalahan yang dilihat peneliti adalah bagaimana sebenarnya

pelaksanaan Model Pelayanan Sosial Reguler yang dilaksanakan oleh UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan yang memiliki tujuan

untuk meningkatkan keberfungsian sosial para Lansia sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 43 tahun 2004 yaitu “yang dimaksud dengan upaya

peningkatan kesejahteraan sosial lansia adalah serangkaian kegiatan yang

dilaksanakan secara terkoordinasi antara pemerintah dan masyarakat untuk

memberdayakan lansia agar lansia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan

(12)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik dan perlu untuk

mengetahui apakah Model Pelayanan Sosial Reguler ini benar-benar efektif

dilaksanakan dalam upaya peningkatan taraf kesejahteraan para lansia, sehingga

dituangkan dalam bentuk Skripsi dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Model

Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan,maka penulis

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :Apakah Pelaksanaan Model

Pelayanan Sosial Reguler Bagi Lansia oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Wilayah Binjai dan Medan efektif atau tidak efektif ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektif tidaknya

Pelaksanaan model pelayanan Sosial Reguler bagi lansia oleh UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan .

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sekaligus

sebagai referensi dalam rangka :

1. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap

(13)

dan bermanfaat dalam pembuatan keputusan dan kebijakan dalam upaya

menyikapi masalah sosial.

2. Secara Teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan

karya ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir

penulis dalam menyikapi dan menganalisis masalah-masalah sosial.

3. Secara Praktis, dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan

dan sebagai bahan evaluasi khususnya bagi UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Wilayah Binjai dan Medan serta bagi Pemerintah maupun

pihak-pihak luar secara umum guna meningkatkan model pelayanan sosial yang

diberikan kepada para Lansia di wilayah Binjai dan Medan.

4. Pengembangan Model penanganan Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia

5. Pengembangan referensi penanganan masalah dan pembuatan Kebijakan

yang dilakukan oleh Pemerintah daerah terkait dengan Pelayanan Sosial

terhadap Lanjut Usia

6. Pengembangan konsep dan teori-teori yag berkenaan dengan Pelayanan

Sosial terhadap Lanjut Usia.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I :PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sitematika penulisan.

(14)

Berisikan uraian konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan

masalah dan objek yang diteliti, kerangka Pemikiran, defenisi

konsep dan defenisi operasional.

BAB III :METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data.

BAB IV :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan sejarah singkat dan gambaran umum lokasi penelitian

serta data-data yang mendukung karya ilmiah.

BAB V :ANALISIS DATA

Berisikan tentang Uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian

beserta dengan analisisnya.

BAB VI :PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses pemecahan masalahdan hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri 2 Bengle menggunakan

Dalam manfaat besi menurut sains, besi dan berbagai jenis logam lainnya adalah ciptaan Allah yang jika dipanaskan akan mencair dan apabila didinginkan akan membeku, sehingga besi

Finite State Automata digunakan untuk mengatasi kemungkinan yang terjadi didalam sistem serta mempermudah pemain dalam melakukan permainan ini. Permasalahan yang ada ialah masih

Berdasarkan hasil perolehan pada penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media manipulatif dalam pembelajaran pengukuran sudut mengalami peningkatan,

[r]

Perbedaan ini dapat dilihat dari rata-rata nilai respon emosi maupun kecenderungan pembelian impulsif yang diperoleh dari kelompok bentuk media iklan sebagai perlakuan aatau faktor

Manfaat pelaksanaan Program Kemitraan ini dapat dirasakan oleh kedua belah pihak baik itu perusahaan (PT. Telkom Kandatel Yogyakarta) maupun masyarakat (Mitra Binaan), di

[r]