• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Cross Rezim Hak Cipta dan Desain Industri di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Cross Rezim Hak Cipta dan Desain Industri di Indonesia"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENYEBAB TERJADINYA SENGKETA ANTARA HAK CIPTA DAN DESAIN INDUSTRI

A. Karakter Hak Cipta dan Desain Industri

Kreativitas dan inovasi teknologi sebagaimana peningkatan ekonomi sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan masyarakat dan pengembangan industri.Melalui kreasi dan inovasi teknologi mendatangkan kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi bagi kehidupan masyarakat.Sebagai contoh dalam rangka pengembangan teknologi di bidang piranti lunak (software) komputer atau teknologi informasi yang baru diperlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang membutuhkan keahlian tertentu. Di sisi lain, kegiatan menggandakan/mengkopi, menggunakan atau memalsukan kreativitas dan inovasi yang telah dikembangkan oleh orang lain merupakan sesuatu yang mudah.42

Bagi mereka yang telah mengembangkan inovasi atas teknologi baru dengan menghabiskan banyak waktu dan biaya, apabila penggunaan teknologi oleh orang lain tanpa hak menyebabkan dorongan untuk mengembangkan teknologi lain akan menurun atau bahkan hilang, dan akibatnya pertumbuhan kreativitas manusia dan pengembangan industri dapat terhambat. Dari sudut pandang tersebut, dikembangkan suatu kaidah hukum yang dapat mendorong penelitian dan pengembangan dengan memberikan perlindungan bagi teknologi baru yang tercipta selama waktu tertentu

(2)

dengan memberikan hak eksklusif bagi para pengembang seperti Hak Kekayaan Intelektual.

Di tahun-tahun belakangan ini, sejalan dengan kondisi ekonomi seperti globalisasi ekonomi, perdagangan barang-barang selain produk seperti perdagangan jasa secara signifikan meningkat dengan pesat.Khususnya ketika ekonomi menitikberatkan pada bidang jasa, menimbulkan kendala non tarif terhadap perdagangan bebas, dan sebagai hasilnya, harmonisasi sistem HAKI43 secara internasional menjadi hal yang sangat menarik perhatian.

Sistem HAKI berbeda di setiap negara dan HAKI memiliki akibat hukum tersendiri di setiap negara. Bagaimanapun juga, meluasnya produk-produk palsu dan maraknya program komputer, musik dalam bentuk Compact Disc dan karya cipta film dalam format Video Compact Disc (VCD) bajakan akhir-akhir ini membawa kerusakan yang hebat dalam dunia perdagangan, dan sejalan dengan ini, sengketa-sengketa internasional yang berkaitan dengan HAKI pun terus meningkat. Dari permasalahan tersebut, kebutuhan perlindungan HAKI dan harmonisasi sistem HAKI secara internasional lebih meningkat dibanding sebelumnya.

(3)

dilindungi. Kekayaan seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh undang-undang. Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para penciptanya. Dengan demikian, kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi para penciptanya saja, tetapi juga bangsa dan negara.

Dalam kerangka permasalahan inilah, kehadiran undang-undang hak cipta perlu memperoleh perhatian sewajarnya. Dalam ilmu hukum, hak cipta seperti halnya hak-hak lainnya yang dikenal dalam Hak atas Kekayaan Intelektual digolongkan sebagai hak milik perorangan yang tidak berwujud. Hak ini bersifat khusus, karena hak tersebut hanya diberikan kepada pemilik atau pemegang hak yang bersangkutan untuk dalam waktu tertentu memperoleh perlindungan hukum guna mengumumkan, memperbanyak, mengedarkan, dan lain-lain hasil karya ciptanya atau memberi izin kepada orang lain untuk melaksanakannya. Hak cipta sering pula dikatakan hak eksklusif, karena mengenyampingkan orang lain untuk mengumumkan, memperbanyak, atau mengedarkan dan lain-lain, kecuali atas izin pemilik atau pemegang hak yang bersangkutan. Ciri-ciri seperti itu pula yang kemudian sering mengundang semacam kritik, bahwa hak cipta berkembang dari paham “individualisme”, bertentangan dengan paham kekeluargaan dan kegotong-royongan bangsa Indonesia.44

(4)

Hak cipta adalah bagian dari sekumpulan hak yang dinamakan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang pengaturannya terdapat dalam ilmu hukum yang dinamakan Hukum HAKI meliputi suatu bidang hukum yang membidangi hak-hak yuridis dari karya-karya atau ciptaan-ciptaan hasil olah pikir manusia bertautan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi dan moral.45 Bidang yang dicakup dalam hak-hak atas kekayaan intelektual sangat luas, karena termasuk di dalamnya semua kekayaan intelektual yang terdiri atas ciptaan sastra, seni, dan ilmu pengetahuan.

Perlindungan hukum HAKI oleh WIPO46 dan oleh praktik negara-negara, dikelompokkan secara tradisional ke dalam dua kelompok kekayaan intelektual yaitu Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights) dan Hak Cipta dan Hak Terkait (Copyrights dan Neighboring Rights).

Kekayaan Industri mencakup perlindungan invensi melalui paten, perlindungan kepentingan komersial tertentu melalui undang-undang merek dan undang-undang tentang nama dagang, dan undang-undang tentang perlindungan desain industri. Disamping itu, kekayaan industri meliputi pengendalian persaingan yang tidak wajar. Sedangkan hak cipta memberikan hak-hak tertentu kepada para pengarang atau pencipta karya intelektual lainnya (sastra, musik dan seni) untuk memberikan wewenang atau melarang untuk menggunakan karya tersebut selama

45Eddy Damian,Hukum Hak Cipta, Bandung: Alumni, 2003, Hal. 8

(5)

waktu tertentu. Secara luas, hak cipta mencakup ketentuan-ketentuan tentang perlindungan hak cipta menurut pengertian kata yang tepat dan juga perlindungan terhadap apa yang biasanya disebut dengan “hak-hak terkait”, sehingga eksklusif sifatnya.47

Perjanjian TRIPs tidak mendefenisikan kekayaan intelektual, tetapi Pasal 1 dan 2-nya menyebutkan bahwa kekayaan intelektual terdiri atas berikut ini:

a. Hak cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta seperti hak dari artis pertunjukan, produser rekaman suara dan organisasi penyiaran). b. Merek.

c. Indikasi geografis. d. Desain industri. e. Paten.

f. Desain rangkaian listrik terpadu.

g. Rahasia dagang dan data mengenai test. h. Varietas tanaman baru.

Kekayaan intelektual berhubungan dengan permohonan perlindungan atas gagasan-gagasan dan informasi yang mempunyai nilai komersial. Kekayaan intelektual merupakan kekayaan pribadi yang bisa dimiliki dan dialihkan kepada orang lain sebagaimana halnya jenis-jenis kekayaan lainnya termasuk dijual dan dilisensikan.

(6)

Konsepsi yang mendasar dalam rezim hukum hak cipta adalah bahwa hak cipta tidak melindungi ide-ide, informasi atau fakta-fakta, tetapi lebih melindungi bentuk dari pengungkapan ide-ide, informasi atau fakta-fakta tersebut (expressionof ideas). Hal ini juga diatur dan ditentukan oleh negara-negara anggota WIPO, Australia misalnya, hak cipta didefenisikan:48

copyright is form of intelectual property protection for a variaty of creative Works. It is not ideas but their expression which are subject to copyright.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hak cipta adalah ada (exist) dalam bentuk nyata (real), dan bukan ide-ide itu sendiri. Maka hak cipta tidak melindungi ide-ide atau informasi tersebut dituangkan dalam bentuk yang dapat dihitung dalam bentuk materi, dan dapat diproduksi ulang.

Hak cipta lahir sebagai hasil cipta karsa dari seorang pencipta melalui olah pikir manusia dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, yang bersifatoriginalitydan individuality. Hak Cipta diperoleh tanpa harus mendaftarkan, karena hak cipta bersifat automatic protection. Pada pokoknya, hak cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, guna penyelesaian sengketa pada proses litigasi juga bilamana pihak yang bersengketa dapat membuktikan kebenaran akan ciptaannya, maka hakim dapat menentukan pencipta yang sebenarnya. Selain itu, untuk menjamin keamanan ciptaannya, seorang pencipta dalam mengeksploitasi (tujuan komersial) akan memilih untuk mendaftarkan ciptaan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

(7)

Departemen Hukum dan HAM. Keaslian suatu karya baik berupa karangan atau ciptaan merupakan suatu hal esensial dalam perlindungan hukum melalui hak cipta. Maksudnya, karya tersebut harus benar-benar merupakan hasil karya orang yang mengakui karya tersebut sebagai karangan atau ciptaannya.49

Istilah hak cipta sebenarnya berasal dari negara yang menganut common lawsystemyakni copyright, sedangkan di Eropa seperti Perancis dikenal droit d’aueteur dan di Jerman sebagai urheberecht. Di Inggris penggunaan istilah copyright dikembangkan untuk melindungi penerbit, bukan untuk melindungi si pencipta. Namun seiring dengan perkembangan hukum dan teknologi, maka perlindungan diberikan kepada pencipta serta cakupan hak cipta diperluas tidak hanya mencakup bidang buku, tetapi juga drama, musik, artystic work, fotografi dan lain-lain. Pada dasarnya perlindungan hak cipta diberikan selama pencipta hidup dan setelah meninggal 50 tahun kemudian.50

Di dalam bidang hak cipta (copyright), yang merupakan bagian HAKI terkandung hak-hak eksploitasi atau hak-hak ekonomi (economic right) dan hak-hak moral (moral right).Berdasarkan hak-hak ekonomi yang dipunyai, memungkinkan seorang pencipta mengeksploitasi suatu karya cipta sedemikian rupa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan ekonomi, sehingga perlu dilindungi secara memadai.Terkandung di dalam suatu karya cipta yang memiliki nilai-nilai ekonomis. Oleh karena itu, suatu ciptaan jika tidak dikelola secara tertib berdasarkan

49 Endang Purwaningsih, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Dan Lisensi, Bandung, CV. Mandar Maju, 2012, Hal. 35

(8)

seperangkat kaidah-kaidahhukum, dapat menimbulkan sengketa-sengketa antara pemilik hak cipta dengan pengelola (pemegang) hak cipta atau pihak lain yang melanggarnya. Untuk pengaturannya diperlukan seperangkat ketentuan-ketentuan hukum yang efektif dari segala kemungkinan pelanggaran oleh mereka yang tidak berhak atas hak cipta yang dimiliki seseorang.

Perkembangan pengaturan hukum hak cipta sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dewasa ini, bahkan perkembangan perdagangan internasional, artinya bahwa konsep hak cipta telah sesuai dengan kepentingan masyarakat untuk melindungi hak-hak si pencipta berkenaan dengan ciptaannya, bukan kepada penerbit lagi. Di sisi lain, demi kepentingan perdagangan, pengaturan hak cipta telah menjadi materi penting dalamTRIPs agreementyang menyatu dalam GATT/WTO, selain itu konsep hak cipta telah berkembang menjadi keseimbangan antara kepemilikan pribadi (natural justice) dan kepentingan masyarakat.

Indonesia sebagai koloni kerajaan Belanda yang telah dijajah selama 3,5 abad, kedudukannya dalam hubungan internasional dan pengaturan hukum nasionalnya ditentukan dan bergantung sepenuhnya kepada Belanda. Dengan kondisi sedemikian ini, hukum positif tentang hak cipta yang secara formal berlaku di Indonesia adalah A.W.1912yang mulai berlaku pada tanggal 23 September 1912.51

Sejak negeri Belanda menandatangani naskah Konvensi Berne tentang International Convention for the Protection of Literary and Artistic Work pada tanggal 1 April 1913, sebagai negara jajahannya Indonesia diikutsertakan dalam

(9)

konvensi tersebut, sebagaimana disebutkan dalam Staadsblad Tahun 1914 Nomor 797.52

Konvensi Berne diadakan pertama kali oleh para anggotanya pada tahun 1886 yang kemudian direvisi beberapa kali merupakan basis perlindungan hak cipta secara internasional.Selanjutnya timbul gagasan untuk menciptakan hukum secara universal yang dikenal Universal Copyright Convention (UCC).Konvensi Berne bertujuan untuk melindungi hak pengarang (hak cipta) di bidang karya seni, sastra dan ilmu pengetahuan.Perlindungan mana diberikan kepada seluruh anggota dari konvensi itu dan secara bertimbal balik saling melindungi hak pengarang (hak cipta) antara Negara-negara yang menjadi anggota.Perlindungan adalah suatu jaminan supaya tidak timbul pelanggaran atau kejahatan di bidang hak pengarang (hak cipta).53

Konvensi Berne pada hakikatnya mensyaratkan Negara anggotanya untuk melindungi karya-karya, yang diantaranya sebagai berikut:54

1. Karya tertulis (written material) seperti halnya buku dan laporan. 2. Musik.

3. Karya drama dan koreografi. 4. Karya arsitektur.

5. Karya sinematografi dan video.

6. Karya adaptasi, seperti terjemahan dan aransemen music.

52 Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan & Peranannya Dalam Pembangunan, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, Hal. 134

53Ibid., Hal. 137

54Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intelectual Property Rights Kajian Hukum

(10)

7. Koleksi/kumpulan seperti ensiklopedia.

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang secara formal merupakan juga pengakhiran berlakunya tertib hukum kolonial, dilanjutkan dengan awal tertib hukum nasional berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pada tanggal 12 April 1982, pemerintah Indonesia memutuskan untuk mencabut A.W. 1912 dan sekaligus mengundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15.55

Pembaharuan Undang-Undang Hak Cipta Indonesia dilatarbelakangi karena keikutsertaan dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing the world Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Right (Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual) yang selanjutnya disebut TRIPs, melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.56

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Berne pada tahun 1997 melalui Keppres No. 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) melalui Keppres No.6 Tahun 1997. Selain itu Indonesia juga telah meratifikasi TRIPs pada tahun yang sama yang mengatur mengenai perlindungan karya melalui hak cipta, yaitu:57

1. Semua karya yang dilindungi berdasarkan Konvensi Berne.

55Bersamaan dengan pencabutan A.W. 1912, oleh Pemerintah RI dengan penetapan Dewan Perwakilan Rakyat telah menetapkan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982.

(11)

2. Program komputer. 3. Database.

4. Pertunjukan, baik langsung maupun rekaman. 5. Rekaman suara.

6. Siaran-siaran.

Walaupun Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan terakhir Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, yang selanjutnya disingkat UUHC, dimana perubahan itu telah memuat beberapa penyesuaian pasal yang sesuai denganTRIPs Agreement, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan untuk memberikan perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang hak cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tersebut di atas.

Pasal 7 Persetujuan TRIPs menyebutkan, perlindungan dan penegakan hukum HAKI bertujuan mendorong tumbuhnya inovasi, pengalihan dan penyebaran teknologi dan diperolehnya manfaat bersama antara penghasilan dan pengguna pengetahuan teknologi, dengan cara menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.Prinsip-prinsip pokok persetujuan TRIPs58, antara lain sebagai berikut:

58 A. Zen Umar Purba, Menyambut Milenium III: TRIPs, Dimensi HaKI dan Kesiapan Kita,

(12)

a. Menetapkan standar minimum untuk perlindungan dan penegakan hukum HAKI di negara-negara peserta. Dengan demikian, negara pesertabisa menetapkan standar yang lebih tinggi selama hal tersebut tidak bertentangan dengan persetujuan TRIPs.

b. Negara-negara peserta diharuskan memberikan perlindungan HAKI yang sama kepada warga negaranya sendiri dan warga negara peserta lainnya. Apapun hak yang diberikan kepada warga negaranya, juga harus diberikan pada warga negara peserta lain.

Persetujuan TRIPs memuat ketentuan mengenai penegakan hukum yang ketat disertai dengan mekanisme penyelesaian perselisihan sengketa (dengan adanya Dispute Settlement Body), yang diikuti dengan hak bagi negara yang dirugikan untuk mengambil tindakan balasan di bidang perdagangan secara silang (cross-relatiatory measures).Persetujuan TRIPs merupakan kesepakatan internasional yang paling komprehensif dalam bidang HAKI, yang juga merupakan perpaduan dari prinsip-prinsip dasar GATT dengan ketentuan-ketentuan substantif dari kesepakatan-kesepakatan internasional untuk perlindungan HAKI dalam suatu kerangka multilateral.

(13)

compliance59terhadap ketentuan dalam TRIPs Agreement ini tidak lepas dari kecenderungan masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya untuk memberikan perlindungan hukum HAKI.Ciptaan dilindungi secara tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas karya asli, termasuk bagi ciptaan yang tidak atau belum diumumkan tetapi sudah dalam bentuk kesatuan nyata (real) yang dapat diperbanyak. Ketentuan Pasal 12 Undang-undang Hak Cipta Indonesia, menyatakan bahwa ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi karya:60

1. Buku-buku, program komputer, pamflet, karya tipografis, susunan perwajahan (lay-out) karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain.

2. Ceramah, kuliah, pidato atau ciptaan lain yang sejenis dengan itu.

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. 4. Cipta lagu atau musik dengan atau tanpa teks.

5. Drama atau drama musical, tari, kareografi, pewayangan dan pantonim. 6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni

kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan. 7. arsitektur

8. Peta

59IP Complianceatau kepatuhan pada komitmen pada norma HAKI memiliki spektrum yang lebih luas. Lebih dari sekedar kesesuaian dalam pengaturan, tetapi juga menyangkut ketaat-asasan dalam sikap dan perilaku para pendukungnya: para penyelenggara negara ataupun masyarakatnya, Lihat sambutan Sekretaris Negara/Kabinet. Bambang Kesowo (pada seminar,IP Compliance Dalam Rangka Prinsip Good Corporate Governance, diselenggarakan oleh Perhimpunan Masyarakat HAKI Indonesia/IIPS, Jakarta, 27 Maret 2003) Hal. 2

(14)

9. Seni batik. 10. Karya fotografi. 11. Karya sinematografi.

12. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database61dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Begitu pula dengan desain industri yang merupakan bagian dari kekayaan intelektual yang masuk dalam bidang hak milik perindustrian disamping hak cipta, paten, rahasia dagang dan desain tata letak sirkuit terpadu.Desain industri merupakan salah satu bagian HAKI yang unik dan memerlukan suatu persamaan persepsi, mengingat adanya tumpang tindih antara desain industri dan bagian HAKI lainnya.Selain itu terdapat beberapa konsep hukum mengenai HAKI lainnya seperti paten dan hak cipta yang digunakan dalam desain industri. Dari hukum paten mengambil jangka waktu monopoli yang terbatas yang didapat melalui pendaftaran yang memberikan hak kepada pemilik/pemegang hak atas desain untuk menghentikan pihak lain untuk memproduksi produk dengan desain yang sama, dan konsep kebaharuan atas desain merupakan syarat mutlak agar suatu desain dapat didaftarkan. Sedangkan dari hukum hak cipta, desain industri meminjam konsep ide-ide menjadi bentuk-bentuk fisik yang merupakan perwujudan dari ide.62

61 Pasal 10 ayat 2 TRIPs Agreement menentukan untuk memberikan perlindungan khusus bagi kompilasi data (Compilations of Data) sebagai Karya Cipta:

“Compilation of data or other material, wheather in machine readable or other form, which by reason of the selection or arrangement of their contents contitude intellectual creations shall be protection as such. Such protection, which shall not extend to the data or material itself, shall be without prejudice to any copyright subsisting in the data or material itself”

62Ranti Fauza Mayana,Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam era Perdagangan

(15)

Perlindungan atas desain industri didasarkan pada konsep pemikiran bahwa lahirnya desain industri tidak terlepas dari kemampuan kreatifitas cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh manusia. Jadi ia merupakan produk intelektual manusia.63

Perkembangan desain industri berkembang pesat sejak lahirnya revolusi industri di Inggris. Semula terdapat desain industri dengan dua dimensi yang diatur pada tahun 1787 dan berkembang menjadi tiga dimensi yang diatur melaluiSculpture Copyright Act 1789 dan direvisi tahun 1814. Hingga kemudian lahir Registered Design Act 1949 yang menentukan desain industri sebagai bagian seni terapan (applied art), dan di Inggris dicakup tiga bentuk perlindungan desain yaitu design registration, full copyright dan design copyright. Selain berkaitan dengan hak cipta, bisa juga desain industri bersinggungan dengan hak paten dan hak merek.64

Ada kesamaan antara hak cipta bidang seni lukis (seni grafika) dengan desain industri, akan tetapi perbedaannya akan terlihat ketika desain industri itu dalam wujudnya lebih mendekati paten. Jika desain industri semula diwujudkan dalam bentuk lukisan, karikatur atau gambar/grafik, satu dimensi yang dapat diklaim sebagai hak cipta, maka pada tahapan berikutnya ia disusun dalam bentuk dua atau tiga dimensi dan dapat diwujudkan dalam satu pola yang melahirkan produk materil dan dapat diterapkan dalam aktivitas industri. Dalam wujud itulah kemudian ia dirumuskan sebagai desain industri.

63H. Oka Saidin,Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, Hal. 467

(16)

Kadang-kadang terdapat hubungan yang rancu antara hak cipta dengan hak desain, disebabkan oleh suatu desain misalnya blue print dari penampilan produk tertentu yang termasuk dalam karya seni guna perolehan hak cipta.Jika karya seni dipakai sebagai blue print untuk memproduksi suatu produk maka pemegang karya seni tersebut juga mempunyai hak cipta atas ciptaan karya seninya itu.Misalnya seseorang mendesain sebuah kursi ukir fantastis di atas kertas.Jika desain itu baru dan didaftarkan maka si pencipta desain berhak atas hak desain. Selain itu ciptaan tersebut bisa dinilai sebagai karya seni sehingga bila dia membuat kursi berdasarkan desain tersebut, juga akan memiliki hak cipta atas kursi tersebut.

Di Indonesia dahulu desain industri tercakup dalam Undang-undang nomor 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian dan sekarang ini diatur tersendiri dalam Undang-undang nomor 31 Tahun 2000 tentang desain industri65, dan secara khusus dipisahkan dari materi desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Hak desain industri diberikan untuk desain industri yang baru, yakni apabila pada tanggal penerimaan desain industri tersebut tidak samadengan desain yang telah diungkapkan sebelumnya. Pemegang hak desain memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya dan melarang siapapun yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor dan atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri.

65Istilah yang dijumpai dalam UU tersebut adalah “desain produk industri”. Sedangkan istilah

(17)

Konvensi dasar dalam perlindungan desain industri adalah Konvensi Paris pada tahun 1883 yang dilanjutkan dengan Konvensi Hague 1925 tentangThe Hague Arrangement Concerning the International Depposit of Industrial and Design. Kemudian TRIPs 1994 juga mengatur desain industri dalam cakupan HaKI. Ketenntuan hak prioritas seperti pada HaKI lain juga diterapkan pada hak desain dengan bersandar pada Konvensi Paris. Namun demikian kelengkapan berkas prioritas harus juga memenuhi syarat formal administrative di Indonesia apabila akan didaftarkan di Indonesia. Ketentuan hak prioritas diatur pada Pasal 16-17 UU Desain Industri Indonesia.

Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.66

Merujuk pada defenisi di atas maka, karakteristik desain industri itu dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Satu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warn atau gabungan keduanya.

2. Bentuk konfigurasi atau komposisi tersebut harus berbentuk dua atau tiga dimensi.

(18)

4. Kesemua itu (butir 1, 2 dan 3 di atas) harus dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, berupa barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.

Unsur yang terdapat pada karakteristik 1, 2 dan 3 lebih mendekati pada perlindungan hak cipta, namun unsur yang terdapat pada butir 4 merupakan unsur yang harus ada dalam paten.

Begitu pentingnya unsur seni atau estetis dalam desain industri ini. Seni yang mengandung unsur keindahan atau estetika itu adalah hasil kreasi atau kreativitas manusia, karenanya ia merupakan karya intelektualitas manusia yang semestinya dilindungi sebagai property rights. Di sisi lain jika karya intelektualitas itu dapat diterapkan dan menghasilkan suatu produk berupa barang atau komoditas industri, maka gabungan keduanya (antara nilai estetika dan nilai produk) dirumuskan sebagai desain industri. Oleh karena itulah hak atas desain industri dirumuskan sebagai hak eksklusif. Hal ini disebabkan hanya pendesain saja yang boleh mendapatkan hak tersebut dari negara.

Namun demikian, sekalipun merupakan hak eksklusif pemegang hak desain dapat mengizinkan kepada pihak lain untuk menikmati manfaat ekonomi dari desain industri tersebut dengan cara lisensi yakni berupa perjanjian pemberian hak, bukan pengalihan hak.

(19)

Ada 2 (dua) pendekatan filosofis terhadap desain industri sebagai bagian hak kekayaan intelektual, yaitu :

1. Pendekatan hak cipta yang berpangkal di negara-negara Eropa dengan melihat desain industri sebagai karya cipta, rasa dan karsa (budaya).

2. Pendekatan paten, yang berpangkal di negara Jepang dan Amerika Serikat dengan melihat desain industri sebagai produk yang bernilai bisnis.

Perbedaan pada cara pendekatan filosofis terhadap desain industri sebagai bagian dari hak kekayaan intelektual, menyebabkan terjadinya perbedaan dalam susunan normatif peraturan perundang-undangan tentang itu di berbagai negara.

(20)

Tujuan perlindungan hukum terhadap masing-masing bidang hak kekayaan intelektual tersebut juga berbeda. Undang-undang hak cipta misalnya, bertujuan untuk menetapkan hak-hak pencipta dan menjamin perlindungan terhadap karyanya yang berkenaan dengan eksploitasi kebudayaan (ilmu pengetahuan, seni dan sastra) yang adil dan benar dan dengan demikian dapat memberi kontribusi bagi kemajuan peradaban umat manusia.

Berbeda dengan tujuan perlindungan hukum hak cipta, undang-undang paten (sederhana) bertujuan untuk mendorong terciptanya suatu peralatan dengan mengedepankan aspek perlindungan dan kegunaan peralatan yang berkaitan dengan bentuk atau susunan, sehingga dapat memberi kontribusi bagi perkembangan industri. Sedangkan tujuan undang-undang desain industri, kegunaannya adalah untuk mendorong terciptanya suatu karya desain dengan mengedepankan unsur perlindungan dan kegunaannya, sehingga dapat memberi kontribusi bagi kemajuan industri.

Sama dengan perlindungan hak atas kekayaan intelektual lainnya perlindungan terhadap desain industri selain dilindungi berdasarkan undang-undang dalam negeri masing-masing, secara internasional perlindungan atas desain industri termaktub dalam:

1. The Paris Convention for the Protection of Industrial Property of 1883. 2. The Hague Agreement Concerning the International Deposit of Industrial

Design of 1925.

(21)

4. TRIPs Agreement under the World Trade Organization Agreement

5. The Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works of 1886.

6. The Universal Copyright Convention of 1952.

Khusus mengenaiLondon Act 1934 danHaque Act 1960, tidak semua negara tunduk pada kedua konvensi tersebut. Indonesia misalnya hanya tunduk pada Konvensi London Act 1934 bersama-sama dengan Spanyol, Tunisia, Mesir dan Holysee.

B. Kedudukan Hak Cipta dan Desain Industri

Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh St. Moh. Syah pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda yaituAuteurs Rechts.67

Dinyatakan “kurang luas” karena istilah hak pengarang itu memberikan kesan “penyempitan” arti, seolah-olah yang dicakup oleh hak pengarang itu hanyalah hak dari para pengarang saja, yang ada sangkut pautnya dengan karang mengarang. Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas dan ia mencakup juga tentang karang mengarang.

Berdasarkan Pasal 1 butir 1 UUHC Indonesia, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak

(22)

ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.68

Sebagai perbandingan, pengertian hak cipta menurut Auteurswet 1912 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta atau hak dari yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasanyang ditentukan oleh undang-undang.69

Kemudian Universal Copyright Convention dalam Pasal V (Lima) menyatakan bahwa hak cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini.70

Jika dicermati batasan pengertian yang diberikan oleh ketiga ketentuan di atas maka hampir dapat disimpulkan bahwa ketiganya memberikan pengertian yang sama. Dalam Auteurswet 1912 maupun Universal Copyright Convention menggunakan istilah “hak tunggal” sedangkan UUHC Indonesia mengunakan istilah “hak khusus” bagi pencipta.

Bila dilihat pada penjelasan Pasal 2 UUHC Indonesia yang dimaksudkan dengan “hak eksklusif dari pencipta ialah tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut kecuali dengan izin pencipta.”71

68Republik Indonesia, Lembaran Negara Tahun 2002 No. 85, Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta, Jakarta, 29 Juli 2002, dalam UU tentang Hak Cipta batasan tentang Hak Ciptaan yang dilindungi tersebut dimuat dalam Pasal 1 butir 1

69BPHN,Seminar Hak Cipta, Bandung, Binacipta, 1976, Ha. 44 70Ibid., Hal. 45

71Republik Indonesia,Tambahan Lembaran Negara No. 3217, Penjelasan Undang-Undang

(23)

Menurut Hutauruk ada 2 (dua) unsur penting yang terkandung dari rumusan pengertian hak cipta yang termuat dalam ketentuan UUHC Indonesia, yaitu:

1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.

2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan apa pun tidak dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).72

Hak yang dapat dipindahkan atau dialihkan itu sekaligus merupakan bukti nyata bahwa hak cipta itu merupakan hak kebendaan. Dalam terminologi UUHC Indonesia, pengalihan itu dapat berupa pemberian izin (lisensi) kepada pihak ketiga, misalnya untuk karya film dan program komputer, pencipta ataupun penerima hak (produser) berhak untuk memberi izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersil. Selanjutnya mengenaimoral rights, ini adalah merupakan kekhususan yang tidak ditemulan pada hak manapun di dunia ini.

Dibandingkan dengan Autersewet 1912, Universal Copyright Convention mencakup pengertian yang lebih luas, karena di sana memuat kata-kata “menerbitkan terjemahan”73 yang pada akhirnya tidak saja melibatkan pencipta tetapi juga pihak penerbit dan penerjemah. Yang menurut Ajip Rosidi mengandung sifat “economic interest”.74

Karya terjemahan haruslah dipandang sebagai hasil kemampuan intelektualitas manusia. Tidak semua orang memiliki kemampuan bahasa. Bahkan

72M. Hutauruk,Peraturan Hak Cipta Nasional, Jakarta, Erlangga, 1982, Hal. 11 73BPHN,Op. Cit., Hal. 45

(24)

orang yang mengerti bahasa asing tertentu, tidak lantas mampu membuat karya terjemahan. Sebab di samping harus memiliki kemampuan bahasa, juga harus mempunyai instituisi nilai rasa bahasa dan menguasai materi pokok yang hendak diterjemahkan itu. Jadi tidak hanya sekedar dapat berbahasa, sebab jika hanya mengandalkan itu saja, karya terjemahannya akan terasa kaku dan menimbulkan kesulitan bagi pembaca untuk memahami makna dan maksudnya.

Dalam setiap perbuatan hukum yang menimbulkan akibat hukum selalu diletakkan syarat-syarat tertentu. Menurut Vollmar, penggunaan wewenang yang tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang sudah pasti tidak memperoleh perlindungan hukum.75

Pasal 2 UUHC secara tegas menyebutkan dalam mengumumkan atau memperbanyak ciptaan, itu harus memperhatikan pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembatasan dimaksud sduah tentu bertujuan agar dalam setiap menggunakan atau memfungsikan hak cipta harus sesuai dengan tujuannya.76

Sebenarnya yang dikehendaki dalam pembatasan terhadap hak cipta ini adalah agar setiap orang atau badan hukum tidak menggunakan haknya secara sewenang-wenang. Setiap penggunaan hak harus diperhatikan terlebih dahulu apakah hal itu bertentangan atau tidak merugikan kepentingan umum. Walaupun sebenarnya Pasal 2 UUHC Indonesia ini menyatakan hak cipta itu adalah hak eksklusif, yang memberi

75Vollmar, HFA, terjemahan I.S. Adiwimarta,Pengantar Studi Hukum Perdata, (I), Jakarta, Rajawali Pers, 1983, Hal. 9

(25)

arti bahwa selain pencipta orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin pencipta. Hak itu timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan.

Ini menimbulkan kesan bahwa sesungguhnya hak individu itu dihormati, namun dengan adanya pembatasan maka sesungguhnya pula dalam penggunaannya tetap didasarkan atas kepentingan umum. Oleh karenanya Indonesia tidak menganut paham individualistis dalam arti sebenarnya. Hak individu dihormati sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

Bila dikaitkan dengan UUHC maka undang-undang inipun bertolak dari perpaduan antara sistem individu dan sistem kolektif. Perjalanan sejarah tentang pemikiran dasar tentang hak milik berkembang menurut pandangan filosofis/ideologis yang dianut oleh suatu negara.

(26)

Oleh karenanya pembatasan ini bukan sebenarnya hendak membatasi hak individu semata-mata, melainkan hendak memberikan kebahagiaan bagi masyarakat seluruhnya.

Tidak berbeda dengan hak milik lainnya, hak cipta sebagai hak kekayaan immateril di samping ia mempunyai fungsi tertentu, ia juga mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu. Mengenai sifatnya pasal 3 UUHC Indonesia memberikan jawaban sebagai berikut bahwa, “Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak”.77 Hal ini dikarenakan bahwa sebenarnya sulit untuk membedakan dan memberi tempat apakah hak cipta itu termasuk benda bergerak atau benda tidak bergerak.

UUHC Indonesia menyebutkan bahwa hak cipta dapat beralih dan dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena pewarisan hibah, wasiat, perjanjian tertulis.78

Hak cipta tidak dapat dilakukan dengan penyerahan nyata karena mempunyai sifat manunggal dengan penciptanya dan bersifat tidak berwujud.79 Sifat manunggal itu pula yang menyebabkan hak cipta tidak dapat digadaikan karena jika digadaikan hal ini berarti bahwa si pencipta harus pula ikut beralih ke tangan kreditur.

Sesuai dengan peraturan gadai yang objeknya berpindah ke tangan pihak kreditur. Berbeda dengan hipotik yang hanya dapat dilakukan terhadap benda-benda tidak bergerak, bendanya tetap berada di tangan debitur, bilamana benda tersebut dijadikan objek hipotik.

77Republik Indonesia, tentang, Hak Cipta,Op.Cit., Pasal 3. 78Ibid., Pasal 3 ayat (2)

(27)

Melihat pada kenyataan bahwa hak cipta yang mempunyai sifat manunggal dengan penciptanya ia hanya dapat dijadikan objek hipotik dan tidak mungkin untuk dijadikan objek gadai. Berdasarkan keadaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hak cipta lebih mendekati kepada sifat benda tidak bergerak.

Semua benda yang tidak dapat dilihat atau diraba dan dapat dijadikan objek hak milik adalah merupakan hak milik immateril. Oleh karna itu kedudukan hak cipta dapat dikatakan sebagai hak milik immateril. Secara implisit hal ini dapat dilihat dalam Pasal 499 KUHPerdata yang memberikan batasan tentang rumusan benda. Rumusan ini menempatkan hak cipta yang merupakan bagian dari benda. Hak cipta menurut rumusan ini dapat dijadikan objek hak milik, oleh karena itu memenuhi kriteria Pasal 499 KUHPerdata. Si pemegang hak cipta dapat menguasai hak cipta sebagai hak milik.80

Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal 1 butir (4) UUHC Indonesia.

Bila dikaitkan dengan hak cipta maka yang menjadi subjeknya adalah pemegang hak yaitu pencipta atau orang atau badan hukum yang secara sah memperoleh hak untuk itu dengan cara pewarisan, hibah, wasiat atau pihak lain dengan perjanjian sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal 3 UUHC Indonesia.

(28)

Sedangkan yang menjadi objeknya adalah benda yang dalam hal ini adalah hak cipta sebagai benda immateril.

Selanjutnya siapa saja yang dimaksudkan dengan pencipta itu dalam hal ini Pasal 5 sampai dengan Pasal 9 UUHC Indonesia memberikan jawaban sebagai berikut:

Kecuali terbukti sebaliknya yang dianggap sebagai pencipta adalah:

a. Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal

b. Orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan Pasal 5 (1). Kecuali terbukti sebaliknya pada ceramah yang tidak menggunakan vahan tertulis atau tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya, maka orang yang berceramah dianggap sebagai pencipta ceramah tersebut.

Begitu pula dengan desain industri, sebagai suatu hak atas karya intelektual, maka hak atas desain industri suatu saat harus menjadi milik publik dan menjalankan fungsi sosialnya oleh karena tenggang waktu perlindungannya dibatasi.

(29)

Mereka-mereka yang dapat diberi hak untuk memperoleh hak atas desain industri adalah :

1. Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pendesain.

2. Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, hak desain industri diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.

3. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungandinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak desain industri adalah pihak yang untuk dan/atau dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua belah pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila penggunaan desain industri itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas.

4. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 berlaku pula bagi desain industri yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan yang berlaku dalam hubungan dinas.

5. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, orang yang membuat desain industri itu dianggap sebagai pendesain dan pemegang hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua pihak.

(30)

Hak yang diberikan kepada pemegang hak desain industri adalah hak eksklusif yakni hak untuk melaksanakan hak desain industri yang dimiliknya dan untuk melarang orang lain tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dam/atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri.

Namun demikian pada pelaksanaan hak tersebut dikecualikan terhadap pemakaian desain industri untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang hak desain industri.

C. Penyebab Terjadinya Sengketa Antara Hak Cipta Dan Desain Industri

Paradigma pemberian hak berbeda dengan paradigma penegakan hak. Unsur perbedaan akan dicari sebanyak-banyaknya di dalam pemberian hak sedangkan unsur persamaan akan dicari sebanyak-banyaknya di dalam penegakan hak. Paradigma pemberian hak tidak serta merta dapat meniadakan tidak adanya pelanggaran hak.81

Tidak heran apabila para penyidik di Polri sering kesulitan pada saat menangani pemeriksaan seorang tersangka atas pelanggaran Hak Cipta dimana si tersangka ternyata memiliki sertifikat Desain Industri yang sama dengan ciptaan yang dipersangkakan terhadapnya. Hal demikian mengakibatkan mandeknya proses penyidikan terhadap pelangggaran Hak Cipta dengan dalih si tersangka juga memiliki alas hak yang sama dengan Hak Cipta milik orang lain yang dipersangkakan terhadap dirinya.

81 Kenny Wiston, Dilema Cross Rezim Penegakan Hak Desain Industri dan Hak

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Jika berhasil menemukan seluruh kata yang diminta, kurang dari waktu yang disediakan, maka player dapat menginput kata baru untuk dimasukkan ke dalam file. Namun, jika tidak

Dari hasil koefesien korelasi yang diperoleh menunjukkan bahwa besar pendapatan orang tua (0,638) menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh antara atribut intrinsik dan atribut exstrinsik secara parsial dan berganda terhadap kepuasan konsumen

L.52 Foto Analisis Kadar Gula Nira Aren dengan Refraktometer. Gambar L.52 Foto Analisis Kadar Gula Nira Aren

Oleh karena itu, implementasi metode alternatif, seperti waste separation dan composting harus lebih di tingkatkan, baik dari aspek lokasi implementasi program, maupun

Secara konfigurasi maupun kontijensi, perusahaan manufaktur dengan orientasi strategi entrepreneur yang beroperasi dalam lingkungan yang hostile, struktur saluran ekspor yang

Di sini sub-kajian kebijakan komunikasi dan demokrasi dalam beberapa hal agak memiliki kedekatan dengan studi Komunikasi Politik, Komunikasi Sosial, Komunikasi Budaya, namun kajian

Berdasarkan beberapa penjelasan teori diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah experienced regret, anticipated regret dan risk tolerance mempengaruhi