Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
8
BAB. II
EVALUASI DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
A. Gambaran Umum Kondisi Daerah
1. Aspek Geografis dan Demografis
a. Aspek Geografis
1) Letak, Luas, dan Batas Wilayah
Kota Palopo secara gegrafis terletak antara 20 53’ 15” dan 30 04’ 08” Lintang Selatan dan 1200 03’ 10” BT dan 1200 14’ 34” Bujur Timur. Di
sebelah Utara, Kota Palopo berbatasan dengan Kecamatan Walenrang
Kabupaten Luwu, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone,
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bua Kabupaten Luwu
dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tondon Nanggala
Kabupaten Toraja Utara. Kota Palopo memiliki luas wilayah sekitar
247,52 km2 yang terbagi atas 9 kecamatan dan 48 kelurahan.
Posisi Kota Palopo secara geografis berada pada koordinat 20 53’ 15’’ – 30 04’ 08’’ Lintang Selatan dan 1200 03’ 10’’– 1200 14’ 34’’ Bujur Timur. Adapun batasan administrasi Kota Palopo terdiri dari :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu; dan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.
Adapun luas Kota Palopo diperinci menurut wilayah kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 2.1. dan Gambar 2.1. memperlihatkan peta
konstelasi Kota Palopo terhadap Provinsi Sulawesi Selatan dan Gambar
2.2. Peta Administrasi Kota Palopo. Untuk lebih jelasnya luas wilayah
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
9 Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kota Palopo Dirinci Per Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Prosentase (%)
1. Wara Selatan 10,66 4,31
2. Sendana 37,09 14,98
3. Wara 11,49 4,64
4. Wara Timur 12,08 4,88
5. Mungkajang 53,80 21,74
6. Wara Utara 10,58 4,27
7. Bara 23,35 9,43
8. Telluwanua 34,34 13,87
9. Wara Barat 54,13 21,87
Jumlah 247,52 100,00
Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2013
2) Kondisi Topografi
Kondisi topografi Kota Palopo meliputi ketinggian antara 0 – 1.500 m
dari permukaan air laut (dpl) dengan tingkat kemiringan lereng antara
0–2 %, 2–15 %, 15–40 %, dan > 40 %. Adapun tingkat kemiringan
lereng Kota Palopo berdasarkan luas wilayahnya yang terluas adalah
wilayah dengan tingkat kemiringan lereng 2 – 15 % dengan luas
76,677 Km2 sedangkan tingkat kemiringan lereng dengan luas wilayah
terkecil adalah tingkat kemiringan lereng 15 % - 40 % dengan luas
wilayah 57,989 Km2. Untuk lebih jelasnya, luas wilayah berdasarkan
tingkat kemiringan lereng Kota Palopo menurut kecamatan ditunjukkan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
10 Tabel 2.2.
Luas Wilayah Berdasarkan Tingkat Kemiringan Lereng Kota Palopo Menurut Kecamatan
No Kecamatan
Luas
Wilayah
(Km2)
Tingkat Kemiringan Lereng (Km2)
0-2
%
2–15
%
15–40
%
> 40
%
1. Wara Selatan 10,66 7,462 1,066 2,132 -
2. Sendana 37,09 5,564 - 22,254 9,272
3. Wara 11,49 11,490 - - -
4. Wara Timur 12,08 12,080 - - -
5. Mungkajang 53,80 2,690 - 16,140 34,97
6. Wara Utara 10,58 6,348 2,116 2,116 -
7. Bara 23,35 7,005 2,335 14,010 -
8. Tellu Wanua 34,34 24,038 3,434 6,868 -
9. Wara Barat 54,13 - - 5,413 48,717
Jumlah 247,52 76,677 8,951 68,933 57,989
Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2013
Kondisi ketinggian, bervariasi ini menunjukkan 62,85 % dari total luas
wilayah merupakan daerah ketinggian 0-500 mdl, 24,76 % terletak di
ketinggian 501-1.000 mdl, dan sekitar 12,39 % terletak diatas
ketinggian lebih dari 1.000 mdl. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
11 Tabel. 2.3
Kondisi Topografi Kota Palopo Menurut Kecamatan
No Kecamatan
Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2013
Keadaan permukaan tanah bergunung dan berbukit terutama pada
sebelah Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Toraja
Utara. Daerah dengan kondisi topografi relatif rendah dan berbukit
pada bagian Utara. Sedangkan bagian Timur merupakan daerah pantai
yang membujur dari Utara ke Selatan dengan panjang pantainya
kurang lebih 25 Km. Bagian Selatan berbukit terutama bagian Barat,
sedangkan bagian lainnya merupakan dataran rendah yang datar dan
bergelombang.
3) Kondisi Geologi
Struktur batuan di Kota Palopo pada umumnya terdiri dari 3 jenis
batuan beku. Batuan metamorf dan batuan vulkanik serta endapan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
12 beku yang dijumpai secara umum terdiri dari intrusi batuan beku granit
dan gebro serta beberapa intrusi kecil lainnya. Kemudian dijumpai pula
batua beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah membeku
yang bersusunan balstik hingga andesitik.Batuan sedimen yang
dijumpai meliputi batu gamping, batu pasir, dan konglomerat,
sedangkan batuan metamorf yang dijumpai meliputi batuan meta
sedimen. Batuan vulkanik yang dijumpai terdiri dari tufa dan breksi
vulkanik. Sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri dari
material-matrial bersusunan berangkal, kerakai, kerikil, pasir hingga lempung,
kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat
digunakan untuk mendukung pembangunan dan bangunan Kota
Palopo.
Kota Palopo mempunyai struktur batuan yang merupakan bahan galian
sebagai bahan induk pembentuk tanah, secara garis besar dapat
dikelompokkan sebagai berikut;
a. Bahan tanah liat untuk pembentuk batu bata, banyak diupayakan
oleh masyarakat di areal sawah di Kecamatan wara, wara selatan.
b. Batuan endapan sungai berupa sirtu (pasir dan batu), banyak
terdapat di sungai latuppa didominasi oleh batuan beku yang
merupakan batuan sedimen beku, ukurannjya bervariasi dari yang
sangat besar sampai yang kecil dan merupakan pecahan batu
sampai butiran.
c. Bahan galian atau butiran emas, terdapat di sungai Latuppa pada
bagian hulu di atas bukit, merupakan daerah bekas penambangan
emas di beberapa tempat pada zaman belanda. Pada saat ini masih
diolaholeh masyarakat secara tradisional.
d. Batuan sedimen, menyebar di bagian barat yang berbatasan
dengan Kabupaten Toraja Utara.
e. Batuan terobosan, yang menyebar di bagian utara yang merupakan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
13 Jenis batuan lainnya yang merupakan pelapukan bahan
pembentuk tanah, yang mempunyai kandungan potensial di Kota
Palopo, adalah ;
a. Batuan gamping dan marmer (limestone dan marble), dimana
lokasi penyebarannya di Kecamatan Telluwanua.
b. Batuan Granit dan Granodiorit, untuk bahan bangunan lantai
rumah, batu hias dinding dan sebagainya serta untuk pengerasan
jalan (aggregat) berlokasi penyebarannya di Kecamatan Wara dan
Wara Selatan.
c. Batu sabak, filit, kuarsil, batu gamping, dan batu lamau, terdapat di
Kecamatan Wara, Wara Utara dan Bagian Barat Kota Palopo.
Jenis batuan ini dikelompokkan menurut umur pembentukannya
yang diurut dari batuan yang termuda hingga yang tertua, maka
batuan-batuan ini tersusun atas 5 (lima) kelompok, yaitu;
a. Kelompok endapan alluvial (termasuk didalamnya endapan qal atau
terumbu lokal) yang termasuk didalamnya endapan alluvial berupa
karakal, kerikil, pasir dan batu, serta terumbu koral yang tersebar
disepanjang pantai adan alur aliran sungai latuppa.
b. Batuan Tmb; terdiri dari napal dan sisipan batu gamping
setempat-tempat, mengandung batu pasir gamping, konglomerat dan breksi.
Selain itu terdapat beberapa kelompok intrusi batuan beku yang
terdiiri dari batuan beku granit dan gabro. Batuan granit ini
dijumpai pada Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua.
c. Batu Tol, yaitu kelompok batuan hasil pembukuan aliran larva yang
bersusun balastik hingga andesitic, kemudian breksi vulkanik, batu
pasir dan batu lamau, serta batuan setempat-tempat mengandung
fieldsphatoid. Batuan ini terususun di Bagian Selatan Kota Palopo
dan banyak tersebar di daerah Kecamatan Wara Selatan.
d. Batuan Tet, yaitu terdiri dari serpih, batu gamping dan batu pasir
dengan sisipan konlomerat. Kelompok batuan ini terdapat di
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
14 e. Batuan TKI, yaitu terdiri dari batuan-batuan yang mengalami
metamorfisme, antara lain serpihan, filit, rijang, marmer, kuarsit
dan beberapa bagian di utara Kota Palopo masuk dalam wilayah
Kecamatan Wara dan Kecamatan Wara Selatan.
4) Iklim, Suhu Udara, dan Curah Hujan
Curah hujan yang dicatat dari Data Badan Metereologi dan Geofisika di
pusat pencatatan di wilayah Pelabuhan Tanjung Ringgit Kota Palopo,
menunjukkan curah hujan untuk daerah dataran rendah mempunyai
variasi antara 500-1000 mm/th, sedangkan untuk daerah hulu
(pengunungan) berkisar antrara 1000-2000 mm/tahun. Curah hujan
dan hari hujan ini akan menentukan pula potensi air permukaan (air
sungai) maupun ketersediaan akir tanah (ground water) seperti dalam
peta hidrogeologi Kota Palopo dan wilayah Kabupaten Luwu pada
umumnya, yang dapat digunakan sebagai data potensi air tanah dalam
jika diperlukan untuk fasilitas pengairan menggunakan sistem pompa
air tanah dalam untuk kebutuhan pertanian maupun
perkebunan/peternakan.
Kondisi hari hujan harian di Kota Palopo tidak menentu karena udara
dan butir air yang diuapkan dari laut mengumpul menjadi awan dan
mengenai pengunungan, akhirnya sewaktu-waktu menjadi hujan di
Kota Palopo. Dalam hal ini dapat dirasakan, pada waktu musim
kemarau masih dapat dirasakan hujan, sebaliknya pada musim hujan
masih banyak didapatkan hari tanpa hujan, ini menjadi ciri khusus yang
memungkinkan berbagai jenis tanaman buah bergantian berbuah
sepanjang tahun. Demikian pula, panjang hari hujan lebih relatif lebih
pendek jika dibandingkan dengan wilayah lain di Luwu Raya, sehingga
lebih tepat untuk usaha pengeringan, baik untuk hasil laut maupun
hasil pertanian.
Suhu udara rata-rata tahunan di dataran rendah Kota Palopo berkisar
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
15 kenaikan 100 Meter, sehingga makin tinggi keadaan permukaan tanah
disuatu wilayah udaranya semakin tinggi.
Kelembaban udara dipengaruhi oleh keadaan ketinggian permukaan
tanah, suhu udara dan kecepatan angin. Kelembaban bervariasi antara
78,8 % sampai 85 % tergantung dari lamanya penyinaran matahari
yang bervariasi antar 5,2 sampai 8,5 jam/hari.
Kecepatan angin berkisar antara 41,9-72 km/jam dalam keadaan
normal. Angin bertiup dari laut ke daratan pada waktu pagi sampai sore
hari dan pada malam hari angin darat mengarah ke laut. Cuaca Kota
Palopo cepat berubah dari keadaan panas/kering menjadi mendung dan
hujan, hal ini disebabkan uap air laut yang dihembuskan ke arah
daratan sampai ke daerah pegunungan di wilayah bagian barat dan
sebagian utara Kota Palopo, akan mengumpul menjadi butiran air hujan
karena kelembaban udara di kawasan pegunungan, yang terbawa angin
ke daerah dataran yang lebih rendah, sehingga terjadi curah hujan
yang kebanyakan di wilayah pengunungan dan wilajyah daratan
sewaktu-waktu. Sehingga Kota Palopo seakan-akan tidak mengenal
musim kering yang berkepanjangan karean keadaan sehari-harinya
sering terjadi hujan kiriman dan mendung secara mendadak dan hilang
dengan cepat pula.
5) Kondisi Hidrologi
Keadaan Hidrologi di Kota Palopo umumnya dipengaruhi oleh sumber
air yang berasal dari Sungai Bambalu, Sungai Battang dan Sungai
Latuppa dan anak sungai serta mata air dengan debit yang bervariasi.
Disatu sisi keberadaan sungai-sungai tersebut sangat potensi
dikembangkan bagi kepentingan pariwisata, misalnya wisata rafting.
Kondisi hidrologi Kota Palopo secara umum adalah sebagai berikut; Air
tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100 meter, Air
permukaan pada umumnya berupa sungai dan genangan-genangan.
Dalam hal ini, hidrologi di Kota Palopo untuk berbagai kepentingan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
16 dijaga. Untuk itu maka potensi sumberdaya air di Kota Palopo selain
dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh
beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi
sumberdaya air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan
pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan lainnya.
Potensi sumberdaya air di wilayah Kota Palopo yang telah
termanfaatkan oleh penduduk dalam kehidupan kesehariannya untuk
berbagai keperluan bersumber dari air tanah dangkal (air permukaan
dan air tanah dalam air tanah dangkal/permukaan dapat berupa air
sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air dan lain sebagainya,
sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air melalui
pengeboran.
Penyediaan air minum merupakan suatu kebutuhan pokok penduduk di
suatu daerah, terutama pada daerah-daerah yang potensi air tanahnya
terbatas dan kualitasnya kurang memadai jika ditinjau dari aspek
kesehatan. Meskipun demikian, pengadaan air minum masih terbatas
dan umumnya penduduk menggunakan sumur air tanah dangkal,
dalam (artesis), air permukaandan mata air yang bersumber dari
pegunungan.
a) Peruntukan Air
Sungai sebagai sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan yakni kebutuhan air bersih dan kepentingan pertanian
(irigasi), dengan keberadaan beberapa sungai menurut Daerah
Aliran Sungai (DAS) di Kota Palopo. Berdasarkan pada kajian potensi
sumberdaya air maka daerah Kota Palopo terdapat beberapa Daerah
Aliran Sungai (DAS) utama, masing-masing terdiri dari DAS Latuppa
(64,18 Km2), DAS Botting (33,41 Km2) dan DAS Battang (186,45
Km2).
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
17 Sumberdaya air buatan di Kota Palopo dimanfaatkan dengan
membuat waduk Kecil sebagai aliran irigasi seperti Sungai Battang,
Sungai Latuppa dan Sungai Botting.
c) Daerah Resapan Air
Daerah resapan air yang ada di Wilayah Kota Palopo terdapat pada
beberapa wilayah kecamatan, seperti Kecamatan Wara, Kecamatan
Wara Utara, Kecamatan Wara Timur, Kecamatan Wara Selatan dan
Kecamatan Bara. Dearah-daerah tersebut merupakan dataran
rendah sehingga potensi resapan air pada wilayah tersebut cukup
besar.
6) Penggunaan Lahan
penggunaan lahan pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun. Kota Palopo
merupakan salah satu daerah urban namun dominasi penggunaan
lahannya sampai saat ini adalah masih daerah tidak terbangun, terdiri
pertanian (kebun campuran/tegalan/ladang, sawah, dan tambak),
padang rumput, taman dan kawasan lindung, selebihnya adalah daerah
terbangun, aliran sungai, dan lain-lain seluas k.l. 17.000 ha atau
sebesar 67%.
Kawasan terbangun didominasi penggunaannya oleh perumahan dan
kawasan komersial lainnya, selebihnya fasilitas umum/sosial,
pelabuhan, TPI/PPI, dan terminal seluas kl. 1900 ha atau sebesar 9%,
dan kawasan peruntukan lainnya seluas k.l. 5.812 ha atau sebesar 24%
b. Aspek Demografis
Berdasarkan data BPS, penduduk Kota Palopo Tahun 2011 sejumlah
149.419 jiwa dan Tahun 2012 telah mencapai 152.703 jiwa dengan rasio
jenis kelamin sebesar 96,19%. Laju pertumbuhan penduduk dalam waktu
lima tahun terakhir mencapai 1,38 persen pertahun yaitu dari 146.482 jiwa
pada Tahun 2008 menjadi 152.703 jiwa pada tahun 2012, rata – rata
anggota rumah tangga pada keadaan akhir tahun 2013 tercatat sebesar
4,59 atau dengan kata lain setiap rumah tangga di Kota Palopo
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
18 Jika dilihat menurut kelompok usia struktur usia penduduk didominasi oleh
kelompok usia produktif, hal ini terlihat dari 152.703 jiwa penduduk Kota
Palopo sekitar 30,14 persen berada pada usia muda (0-14 tahun) dan 3,78
persen pada kelompok usia tua (65 tahun keatas), selebihnya 66.08 persen
yang berada pada kelompok usia produktif (15 – 64 tahun ), dengan kata
lain Beban Tanggungan (Dependency Ratio) Kota Palopo Tahun 2012
sebesar 51,33 persen. Artinya, penduduk Kota Palopo yang berusia
produktif (usia 15 – 64 tahun) menanggung beban bagi penduduk yang
belum dan atau tidak produktif sekitar 51-52 orang dari jumlah penduduk
secara total.
B. Evaluasi Pelaksanaan RKPD dan Pencapaian RPJMD
1. Bidang Sumber Daya Manusia
Secara umum, peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari
makin meningkatnya kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan masyarakat
oleh karena itu, secara makro keberhasilan pembangunan sumber daya
manusia dapat diukur dari makin meningkatnya hal – hal sebagai berikut :
a. Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan publikasi hasil perhitungan yang dilakukan oleh BPS
Provinsi Sulawesi Selatan terhadap IPM Sulawesi Selatan, nampak bahwa
IPM Kota Palopo pada tahun 2012 telah mencapai 77,18, dan apabila nilai
IPM tersebut dibandingkan dengan nilai IPM kabupaten/kota lainnya di
Sulawesi Selatan maka nilai IPM Kota Palopo berada pada peringkat ke – 3
dibawah Kota Makassar yang mencapai 78,79 dan Parepare yang mencapai
77,78. Jika dibandingkan dengan nilai IPM Sulawesi Selatan, maka apa yang
dicapai tersebut masih jauh lebih tinggi, dimana IPM Sulawesi Selatan pada
tahun 2012 hanya 71,62 sebagaimana tabel dibawah ini.
Tabel. 2.4
Pertumbuhan IPM Kota Palopo 2011 s.d. 2013
Angka IPM TAHUN
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
19
76,85 77,18 77,54
Apabila nilai IPM Kota Palopo tersebut dicermati dimana pada tahun
2011 telah mencapai 76,85 maka dalam kurun waktu tahun 2010 – 2013,
IPM daerah ini rata-rata mengalami peningkatan 0,33 persen. Apabila
pertumbuhan IPM tersebut dicermati dari tahun ke tahun nampak bahwa
pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2013 yakni 0,36 persen.
b. Angka Melek Huruf
Kemampuan membaca dan menulis bagi setiap penduduk
merupakan hal yang sangat mendasar agar dapat lebih berperan aktif
dalam pembangunan. Keberhasilan mengentaskan penduduk yang buta
huruf, tidak saja menjadi tugas pemerintah melalui berbagai programnya
akan tetapi peran serta masyarakat juga turut menentukan, sebagaimana
tabel berikut:
Tabel. 2.5 Angka Melek Huruf Tahun 2011 - 2013
Melek Huruf
TAHUN
2011 2012 2013*
97,4 97,5 97,6
Penduduk berusia 15 tahun ke atas yang melek hutuf (komplemen dari
buta huruf) di Kota Palopo dalam tiga tahun terakhir tidak mengalami
peningkatan yang cukup berarti dimana sepanjang periode tahun
2011-2013 hanya mencapai 97,5 persen dan pada tahun 2011-2013 hanya
mengalami peningkatan yang sangat kecil yakni menjadi 97,6 persen.
Indikator tersebut menunjukkan bahwa hingga tahun 2013 masih terdapat
2,4 persen penduduk Kota Palopo yang buta huruf. Secara rata-rata,
sepanjang periode tahun 2011-2013 angka melek huruf di daerah ini
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
20 Dibanding dengan Angka Melek Huruf Provinsi Sulawesi Selatan yang
mencapai 87,8 persen, maka apa yang dicapai di Kota Palopo masih jauh
lebih baik.
c. Rata-Rata Lama Sekolah
Indikator lain yang dapat mencerminkan tentang keberhasilan
pembangunan di bidang pendidikan adalah rata-rata lama sekolah
penduduk. Angka ini menggambarkan secara umum jenjang pendidikan
dan sekaligus tingkat pendidikan penduduk, sebagaimana tabel berikut:
Tabel.2.6 Rata-Rata Lama sekolah
Tahun 2011 - 2013
Rata-Rata Lama Sekolah
TAHUN
2011 2012 2013*
9,8 9,9 10,0
Dibanding dengan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Selatan yang
mencapai 7,8 tahun, maka apa yang dicapai di Kota Palopo masih jauh
lebih baik.
d. Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup penduduk Kota Palopo menunjukkan
kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006, angka
harapan hidup di daerah ini tercatat sebesar 71,60 tahun sehingga
seorang bayi yang dilahirkan pada tahun tersebut diharapkan dapat
merayakan ulang tahun sampai dengan usia 72 tahun tahun, sebagamana
tabel berikut:
Tabel. 2.7 Angka harapan hidup
Tahun 2011 - 2013
Angka Harapan Hidup
TAHUN
2011 2012 2013*
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
21 Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang bayi yang dilahirkan di
tahun 2013 diharapkan dapat hidup lebih lama dibandingkan bayi yang
lahir di tahun 2006. Dengan meningkatnya usia harapan hidup tersebut
menggambarkan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di
Kota Palopo.
2. Bidang Ekonomi Makro
a. Pertumbuhan Ekonomi.
Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Palopo periode tahun
2011 - 2013 sudah cukup menggembirakan yakni mencapai 9,26 persen
per tahun. Laju pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir, walaupun terjadi
krisis keuangan global pada akhir tahun 2008 hingga tahun 2009 yang
lalu. Kinerja tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian Kota Palopo
dari tahun ke tahun semakin membaik, sebagaimana tabel berikut:
Tabel.2.8 Pertumbuhan Ekonomi
Tahun 2011-2013
Pertumbuhan Ekonomi
TAHUN
2011 2012 2013*
8,16 8,68 9,26
Pertumbuhan ekonomi Kota Palopo jika dibanding dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang mencapai 7,13 persen per
tahun, maka nampak bahwa apa yang dicapai Kota Palopo masih lebih
tinggi. Dibanding dengan kabupaten/kota lain di Sulawesi Selatan maka
pertumbuhan ekonomi Kota Palopo berada pada peringkat ke – 2 dibawah
Kota Makassar 9,41 persen per tahun.
b. Paritas Daya Beli
Kemampuan daya beli merupakan kemampuan individu untuk
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
22 umum, dalam periode tahun 2011 – 2013 paritas daya beli di Kota Palopo
dan rata-rata di Sulawesi Selatan tidak terlalu jauh berbeda, walaupun
pada tahun 2006 hingga 2008 paritas daya beli di Kota Palopo masih lebih
tinggi dibanding rata-rata Sulawesi Selatan, namun pada tahun 2009 –
2010 rata-rata paritas daya beli di Kota Palopo nampak sedikit lebih
rendah dibanding Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2012 paritas daya beli di Kota Palopo mencapai Rp. 640,3
ribu, sementara untuk rata-rata Sulawesi Selatan mencapai Rp.643,6 ribu.
Walaupun pada tahun 2012 Paritas Daya Beli di Kota Palopo telah
mencapai Rp. 640,3 ribu namun masih rendah dibanding dengan rata-rata
Sulawesi Selatan yang telah mencapai Rp.643,6 ribu.
Dilihat dari sisi pertumbuhan indikator ini, nampak bahwa dalam
periode tahun 2007 hingga tahun 2009 pertumbuhan Paritas Daya Beli di
Kota Palopo masih lebih tinggi dengan apa yang dicapai di Sulawesi
Selatan, namun pada tahun 2013 Paritas Daya Beli di Sulawesi Selatan
sedikit lebih tinggi dibanding yang dicapai di Kota Palopo.
Pada dasarnya dari 3 (tiga) komponen utama dalam penghitungan
indeks pembangunan manusia (IPM), untuk mendorong peningkatan
capaian Kota Palopo maka komponen yang dapat secara signifikan
berpengaruh adalah paritas daya beli masyarakat Kota Palopo.
C. Permasalahan Pembangunan Daerah
1. Bidang Pemerintahan Umum
Mencermati dinamika di tengah masyarakat yang dapat merupakan
fenomena dampak perkembangan Kota dalam perkembangan terakhir dan
perkembangan kedepan, beberapa isu stratejik bidang pemerintahan umum
yang penting mendapat perhatian yaitu :
a. Desakan perlunya pengaturan dan pelimpahan tugas dan kewenangan
tertentu oleh Pemerintah Kota kepada Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
23 b. Kondisi sarana dan prasarana gedung perkantoran bagi SKPD agar lebih
representatif dan maksimal dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat,
khususnya dampak kerusuhan pasca PILKADA Kota Palopo berupa
hancurnya sejumlah gedung Perkantoran dan isinya.
c. Kapasitas anggaran Pemerintah Kota Palopo yang rendah atau Fiscal Gap
yang relatif besar, sehingga upaya untuk mendorong percepatan
pembangunan melalui program strategis kurang optimal, indikasi lain dari
kondisi ini antara lain adalah pada struktur APBD dimana lebih dari 50 %
anggaran belanja terserap untuk belanja tidak langsung yang di dominasi
oleh belanja pengeluaran dan perkembangan kontribusi pendapatan asli
daerah (PAD) pada penerimaan hingga lima tahun terakhir kurang dari 7 %.
d. Sorotan terhadap kinerja pengelolaan anggaran oleh Pemerintah Daerah
yang kurang baik sehingga diharapkan meraih prestasi yang jauh lebih baik
kedepan.
e. Perlunya antisipasi gejala kerawanan keamanan dan ketertiban masyarakat
(kamtibmas) yang warnai oleh tindak pencurian, tindak kekerasan,
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), trafficking, NARKOBA dan panyakit
sosial lainnya.
f. Meningkatnya pelanggaran tertib lalu lintas dan angka kecelakaan lalu lintas.
g. Meningkatnya potensi rawan kamtribmas menjelang Pemilihan Umum di
Tahun 2014.
h. Tindakan pelanggaran hukum dan peraturan lainnya oleh kalangan aparatur
Pemerintah Daerah khususnya berupa praktek kolusi, korupsi dan nepotisme
(KKN).
2. Bidang Fisik dan Prasarana Daerah.
Beberapa isu strategis menyangkut ketersediaan sarana dan prasarana
utilitas publik di Kota Palopo kiranya perlu terus mendapat perhatian serius dari
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
24 juga kalangan swasta dan seluruh komponen masyarakat. Isu stretejik dan
tantangan yang dihadapi tersebut diantaranya yaitu :
a. Kebutuhan mendesak untuk merampungkan pembangunan jalan lingkar
timur Kota Palopo, dimana masih diperlukan pembebasan lahan masyarakat
yang bersertifikat sepanjang lebih kurang 1,5 km pada ruas TPI- Pantai
Labombo, oleh karena itu diperlukan dana cukup besar yang diharapkan
juga bersumber dari Pemerintah Provinsi dan Pusat ;
b. Kebutuhan untuk melanjutkan pembangunan Terminal Regional Kota
Palopo, dimana diperlukan dukungan yang lebih optimal dari alokasi dana
Pemerintah Pusat dan Propvinsi ;
c. Kebutuhan untuk merealisasikan pemanfaatan KIPA, dalam hal ini
diperlukan penyediaan sarana dan prasana penunjang ;
d. Dengan kondisi wilayah yang rawan terhadap bencana alam, maka
diperlukan upaya antisipasi, pencegahan dan penanggulangan bencana
alam khususnya banjir dan tanah longsor. Dalam hal ini diperlukan dana
yang relatif besar untuk langkah penanganan seperti pembagian arus air
sungai, pemasangan talut, pengerukan dan penataan drainase, pengadaan
alat berat untuk normalisasi sungai secara berkala dan swakelolah, dan
revitalisasi hutan di daerah hulu.
e. Percepatan pembebasan lahan Kawasan Industri Palopo dan penguatan
kerjasama antar wilayah terhadap pengawasan hutan lindung.
f. Tuntutan pemerataan pembangunan antar wilayah dengan meningkatkan
akses transportasi dan penyediaan prasarana dan sarana utilitas bagi
kawasan terpencil, dalam hal ini sangat diperlukan adanya komitmen dan
koordinasi lintas sektor ;
g. Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana infrastruktur
perkotaan (Salemo), Rehabilitasi Trotoar dan Drainase, Pembangunan Jalan
Lingkar Timur serta penataan lingkungan pemukiman, pengolahan air
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
25 dalam hal ini diperlukan dokumen perencanaan yang berkualitas serta upaya
menarik sumber-sumber pendanaan non-APBD.
3. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan
Beberapa isu stratejik sebagai tantangan yang akan dihadapi di tahun
2015 yaitu:
a. Sorotan terhadap manajemen pengembangan sumber daya manusia (SDM)
aparatur Pemerintah Kota Palopo terutama pada aspek rekrutmen PNS, pola
pembinaan karir (penempatan dalam jabatan dan promosi) serta sanksi atas
tindak pelanggaran disiplin dan kinerja kerja yang buruk.
b. Kebutuhan mendesak adanya regulasi mengatur tentang standarisasi
pelayanan untuk program pendidikan gratis paripurna agar tepat sasaran
dan regulasi tentang sekolah unggulan.
c. Kebutuhan untuk pembenahan, pemanfaatan dan pengelolaan kembali
fasilitas / asset Pemerintah Kota di bidang olahraga.
d. Arus urbanisasi ke dalam wilayah Kota Palopo yang perlu dikendalikan dan
diawasi diantaranya melalui tertib administrasi kependudukan.
e. Dibutuhkan optimalisasi fungsi Balai Latihan Kerja (BLK) melalui pengadaan
sarana dan prasarana, penyediaan tenaga pelatihan yang terampil dan
penguatan kelembagaannya sebagai salah satu alternatif pemecahan
masalah ketenagakerjaan di Kota Palopo.
f. Pengarusutamaan gender dalam rangka keberdayaan perempuan pada
berbagai aspek kehidupan masyarakat yang masih perlu didorong dan
ditingkatkan.
g. Pembinaan remaja dan generasi muda yang masih perlu ditingkatkan.
4. Bidang Ekonomi
Dengan mencermati beberapa sasaran penting yang hendak dicapai dalam
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
26 tingkat pertumbuhan ekonomi, memanfaatkan momentum dan mendorong
percepatan pergeseran struktur mendorong ekonomi yang normal dari sektor
pertanian menuju sektor-sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan
perindustrian yang berbasis pertanian, percepatan pemulihan ekonomi serta
untuk lebih memperkuat landasan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan
dan berkeadilan berdasarkan sistim ekonomi kerakyatan, maka isu dan
tantangan yang akan dihadapi di tahun 2015 yaitu :
a. Pada sektor Pertanian Umum, isu-isu adalah :
- Menurunnya produktifitas komoditi andalan Kota Palopo, terutama coklat,
dan cengkeh akibat belum teratasinya hama dan hewan pengganggu
tanaman, serta usia tanaman yang semakin tua dan tidak produktif.
- Banyaknya lahan masyarakat yang tidak produktif.
- Minimnya sarana dan prasarana penunjang produksi pangan seperti
irigasi teknis dan jalan tani.
- Menurunnya produktifitas perikanan tangkap dan usaha perikanan
budidaya.
- Harga dasar komoditi pertanian yang tidak stabil.
- Minimnya pengetahuan petani dalam pengolahan pasca panen.
- Terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian produktif menjadi lahan
terbangun.
b. Sektor Industri dan Perdagangan, pertumbuhan industri kecil berjalan sangat
lambat, dan lemahnya interkoneksi antar wilayah.
c. Pada sektor Koperasi dan UMKM, akses masyarakat terhadap
lembaga-lembaga keuangan yang masih kurang, kualitas SDM pengelola koperasi dan
UMKM perlu ditingkatkan dan rendahnya animo masyarakat untuk
menjadikan koperasi sebagai lembaga ekonomi potensial berbasis
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :
27 d. Investasi, masih perlu ditingkatkan promosi potensi investasi, kerjasama
antar daerah se Tana Luwu dalam rangka mendorong investasi skala besar
dan belum memadainya instrumen hukum yang menjamin pelaksanaan
investasi.
e. Pariwisata, masih perlu dioptimalkan pengelolaan potensi wisata daerah