• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 1

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

Evaluasi hasil pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja penyelenggaraan pemerintah dimulai dengan analisis gambaran Umum Kondisi Daerah. Hal ini ditujukan untuk menjelaskan dan menyajikan secara logis gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi, demografi/kepedudukan serta aspek kesejahteraan masyarakat yang berhubungan dengan isu strategis daerah, permasalahan pembangunan daerah, visi/misi kepala daerah dan kebutuhan perumusan starategi.

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi A. Aspek Geografi

1. Letak, Luas dan Batas Wilayah

Secara geografis, Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101’ 14’ – 101’ 34’ Bujur Timur dan 0’ 25’ – 0’ 45’ Lintang

Utara, dengan batas admistrasi sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar - Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan - Sebelah Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan - Sebelah Barat : Kabupaten Kampar

Kota Pekanbaru memiliki luas wilayah 632,26 Km

2

, yang terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan dan 58 (lima puluh delapan) kelurahan.

Kota Pekanbaru memiliki posisi yang sangat strategis sebagai Kota transit yang menghubungkan kota-kota utama di Pulau Sumatera. Keuntungan posisi wilayah seperti ini harus dicermati sebagai potensi sekaligus masalah yang harus diantisipasi agar pembangunan Kota kedepan benar-benar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan mampu mereduksi kemungkinan adanya pengaruh negatif yang akan ditimbulkan.

Untuk lebih jelasnya, letak dan orientasi Kota Pekanbaru dalam

(2)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 2

lingkup Provinsi Riau dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Tabel 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1

Peta Kota Pekanbaru dalam Lingkup Provinsi Riau

Tabel 2.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Pekanbaru NO. KECAMATAN LUAS (Km2) PERSENTASE LUAS

1. Tampan 59,81 9,46

2. Payung Sekaki 43,24 6,84

3. Bukit Raya 22,05 3,49

4. Marpoyan Damai 29,74 4,70

5. Tenayan Raya 171,27 27,09

6. Lima Puluh 4,04 0,64

7. Sail 3,26 0,52

8. Pekanbaru Kota 2,26 0,36

9. Sukajadi 3,76 0,59

10. Senapelan 6,65 1,05

11. Rumbai 128,85 20,38

12. Rumbai Pesisir 157,33 24,88

Jumlah 632,26 100,00

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2014

(3)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 3

Gambar 2.2

Peta Administrasi Kota Pekanbaru

Sumber : Profil Sanitasi Kota Pekanbaru, 2009

2. Kondisi Topografi a) Ketinggian

Kota Pekanbaru terletak pada ketinggian 10 – 50 meter di atas permukaan laut. Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar dengan ketinggian rata-rata antara 10-20 meter di atas permukaan laut. Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya umumnya mempunyai ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut. Kawasan yang relatif tinggi dan berbukit terutama di bagian utara kota, khususnya di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata- rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut.

Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (sekitar 44%) mempunyai tingkat kemiringan antara 0-2% atau relatif datar.

Sedangkan wilayah kota yang agak landai hanya sekitar 17%,

landai (21%), dan sangat landai (13%). Sedangkan wilayah

dengan kemiringan relatif curam hanya sekitar 4-5% terdapat

di Kecamatan Rumbai Pesisir.

(4)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 4

b) Kemiringan Lereng

Secara umum kondisi sebagian besar areal wilayah Kota Pekanbaru mempunyai kelas lereng datar, dengan luas 38.624 Ha, yang terdiri dari 2 (dua) kelas kemiringan lereng yaitu kemiringan lereng datar (0–2%) dengan luas 27.819 Ha dan kemiringan lereng agak landai (2–8%) dengan luas 10.805 Ha yang sesuai untuk pengembangan pembangunan kota.

Wilayah dengan kemiringan 0–2% terletak di bagian Selatan Kota Pekanbaru, sedangkan wilayah dengan kemiringan lereng 2–8% terletak menyebar di bagian Tenggara dan sebagian wilayah Utara Kota Pekanbaru.

Untuk kemiringan dengan kelas kelerengan 26–40% yang merupakan daerah agak curam mempunyai luasan relatif kecil yaitu 2.915 Ha, yang terletak di daerah Utara dan Tenggara Kota Pekanbaru, tepatnya di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir dan Kecamatan Tenayan Raya. Lahan dengan kondisi morfologi demikian umumnya cenderung memiliki faktor pembatas yang cukup tinggi terutama untuk kegiatan terbangun, oleh karena itu pengembangan lokasi dengan tipikal kemiringan tersebut lebih diarahkan sebagai kawasan konservasi.

Luas masing-masing kelas lereng (kemiringan) di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada 2.2 berikut.

Tabel 2.2

Luas Kelas Kemiringan Lereng Kota Pekanbaru

No. Kemiringan

Lereng Luas

(Ha) Persentase

(%) Kemiringan (%)

1. Datar 27.819 44,00 0-2

2. Agak Landai 10.805 17,09 2-8

3. Landai 13.404 21,20 9-15

4. Sangat Landai 8.283 13,10 16-25

5. Agak Curam 2.915 4,61 26-40

Jumlah 63.226 100,00

Sumber : Profil Sanitasi Kota Pekanbaru, 2009

(5)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 5

c) Morfologi

Morfologi Kota Pekanbaru sebagian besar terdiri dari dataran aluvium yang datar dan sebagian kecil terdiri dari perbukitan. Bentuk morfologi Kota Pekanbaru dapat dibagi menjadi :

(1) Satuan Morfologi Dataran

Sebarannya menempati daerah Kecamatan Kota Pekanbaru, Kecamatan Senapelan, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail, sebagian wilayah Kecamatan Rumbai, sebagian wilayah Kecamatan Rumbai Pesisir, Kecamatan Bukit Raya, sebagian wilayah Kecamatan Tenayan Raya, wilayah Kecamatan Tampan, Kecamatan Marpoyan Damai dan Kecamatan Payung Sekaki dengan persentase kurang lebih 65% dari luas keseluruhan Kota Pekanbaru. Daerah ini merupakan daerah endapan sungai dan rawa. Sebagian merupakan daerah dataran banjir (Flood plain), sedangkan daerah rawa meliputi daerah bagian barat daya dan tengah.

Daerah ini memiliki kemiringan lereng kurang dari 5%.

Adapun daerah dengan ketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut tersusun oleh batuan yang terdiri dari material lepas berukuran lempung, lempung tufan, pasir, kerikil, sisa-sisa tumbuhan (vegetasi) hasil proses abrasi dan erosi sungai dan rawa gambut. Pemanfaatan lahan ini di Kota Pekanbaru pada umumnya telah dimanfaatkan sebagai kawasan pemukiman, kebun campuran, area pertanian dan perladangan.

(2) Daerah Morfologi Perbukitan

Satuan morfologi ini terdapat pada kawasan bagian utara,

selatan dan sebagian wilayah Barat dan Timur memanjang

dari barat laut–Tenggara. Satuan morfologi ini tersusun

oleh batu lumpur, batu pasir, sedikit batu lanau, batuan

malihan dan granit.

(6)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 6

Ketinggian satuan ini berkisar antaras 20–35 meter di atas permukaan laut, membentuk perbukitan rendah yang ditumbuhi dengan semak dan alang-alang. Kawasan ini memiliki kemiringan lereng kurang dari 20 %.

(3) Satuan Morfologi Perbukitan Sedang

Satuan morfologi ini menempati bagian utara wilayah Kota Pekanbaru, yang merupakan wilayah perbukitan dengan arah memanjang dari Barat Laut–Tenggara.

Wilayah ini ditumbuhi vegetasi tanaman keras sebagai hutan lindung. Ketinggiannya adalah sekitar 40 di atas permukaan laut.

Daerah perbukitan ini disusun oleh batuan lava, lahar dan batuan malihan yang umumnya bertonjolan besar dan agak tajam. Wilayah ini memiliki kemiringan lereng kurang dari 40 %.

3. Klimatologi

Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 32,4

0

C-33,8

0

C dan suhu udara minimum berkisaran antara 23,0

0

C-24,2

0

C. Curah hujan antara 66,3-392,4 mm/tahun dengan curah hujan dan hari hujan terbanyak berada pada Bulan November. Kelembaban maksimum berkisar antara 82%-83% dan kelembaban minimum berkisar antara 68-69% (Pekanbaru dalam Angka, 2013) .

4. Geologi

Berdasarkan peta geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya (M.C.G. Clarke dkk, 1982) dengan skala 1:250.000, struktur geologi yang terdapat di Kota Pekanbaru terdiri dari sesar mendatar dengan arah umum Barat Laut–Tenggara, Lipatan Sinklin dan Antiklin dengan arah penunjaman berarah relatif Timur Laut–

Barat Daya.

Struktur–struktur geologi tersebut masuk dalam sistem Patahan

Sumatera, sementara itu sesar–sesar mendatar ini termasuk dalam

sistem Patahan Semangko, diduga terjadi pada Kala Miosen

Tengah.

(7)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 7

5. Hidrologi

Kota Pekanbaru sebagian besar termasuk dalam DAS Siak (94,77

%) dan sebagian kecil DAS Kampar. Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dengan beberapa anak sungai yaitu : Sungai Sibam, Sungai Air Hitam, Sungai Senapelan, Sungai Sago, Sungai Sail dan Sungai Tenayan yang terletak di bagian selatan Kota Pekanbaru, sedangkan Sungai Umban Sari, Sungai Setukul, Sungai Pengambang dan Sungai Ukai terletak di bagian utara Kota Pekanbaru. Informasi mengenai DAS dan Sub DAS Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3

DAS dan Sub-DAS Kota Pekanbaru

No. DAS / Sub DAS Luas

(Ha) (%)

1 DAS Siak 59.919 94,77

a Sub DAS Takuana 5.760 9,11

b Sub DAS Umban 5.418 8,57

c Sub DAS Meranti 1.657 2,62

d Sub DAS Limbungan 5.488 8,68

e Sub DAS Ukai 8.112 12,83

f Sub DAS Lukud 2.156 3,41

g Sub DAS Siban 2.251 3,56

h Sub DAS Air Hitam 3.743 5,92

i Sub DAS Senapelan 3.401 5,38

j Sub DAS Sail 12.007 18,99

k Sub DAS Tenayan 7.005 11,08

l Sub DAS Pendanau 2.921 4,62

2 DAS Kampar 3.307 5,23

a Sub DAS Kelulud 3.307 5,23

Jumlah 63.226 100,00

Sumber : Profil Sanitasi Kota Pekanbaru, 2009

6. Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan Kota Pekanbaru dapat dibagi atas 2

kelompok utama, yaitu lahan terbangun (built up areas) dan lahan

belum terbangun (non-built up areas). Dari luas Kota Pekanbaru,

(8)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 8

yaitu 63.226 Ha, diperkirakan sekitar 23,55% merupakan areal yang telah terbangun.

Luas lahan terbangun sebagian besar didominasi oleh pembangunan Kawasan Perumahan (73,29%), Kawasan Industri (12,05%) danKawasan Perdagangan (4,47%). Sedangkan untuk lahan yang belum terbangun masih cukup luas dan pada umumnya merupakan kawasan potensial untuk dikembangkan pada masa mendatang. Luas lahan belum terbangun di Kota Pekanbaru diantaranya meliputi 24.733,49 Ha Kawasan Semak Belukar dan 18.372, 33 Ha merupakan kawasan perkebunan Areal ini sebagian besar terdapat di wilayah utara Kota Pekanbaru, yaitu pada Kecamatan Rumbai, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kecamatan Tenayan Raya dan sekitarnya. Informasi tentang Penggunaan Lahan di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4

Penggunaan Lahan di Kota Pekanbaru

No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)

A. Lahan Terbangun (built up areas)

1. Kawasan Perumahan 10.914,44

2. Kawasan Pemerintahan 100,23

3. Kawasan Pendidikan 282,30

4. Kawasan Perdagangan 666,07

5. Kawasan Industry 1.794,94

6. Militer 134,93

7. Bandara 276

8. Lain-lain 723,07

Jumlah A: 14.891,98

B. Lahan Tidak Terbangun (non-built up areas)

1. Kawasan Lindung 2.605,75

2. Kawasan Perkebunan 18.372,33

3. Kawasan Semak Belukar 24.733,49

4. Hutan 2.622,45

Jumlah B: 48.334,02

Jumlah A + B 63.226,00

Sumber : Profil Sanitasi Kota Pekanbaru, 2009

Hubungan antara kondisi geografis Kota Pekanbaru dengan

potensi pengembangan wilayah dapat dilihat pada gambar 2.2

berikut:

(9)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 9

Gambar 2.3

Diagram Hubungan antara kondisi geografis dengan potensi pengembangan wilayah Kota Pekanbaru

Berdasarkan kondisi geografis dan karakteristik wilayahKota Pekanbaru, dapat disimpulkan bahwa Kota Pekanbaru memiliki potensi untuk pengembangan Kawasan Pendidikan, Kawasan Permukiman, Kawasan Perdagangan, Kawasan Pertanian, Kawasan Lindung, Kawasan Industri, Kawasan Pergudangan dan Kawasan Pariwasata dengan berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru.

Kondisi geografis dan karakteristik Kota Pekanbaru juga menjelaskan bahwa wilayah kota Pekanbaru dapat diidentifikasi sebagai wilayah yang tidak berpotensi terhadap bencana alam (rendah terhadap rawan bencana alam), seperti banjir, tsunami, longsor, kebakaran hutan, gempa tektonik/vulkanik dan lain-lain, sehingga kawasan ini relatif aman dibanding dengan daerah kabupaten/kota/provinsi tetangga.

B.

Aspek Demografi

Jumlah penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2013 adalah 999.031 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 terdapat penambahan sebanyak 34.473 jiwa atau sebesar 3,57%.

Apabila jumlah penduduk pada tahun 2013 dibandingkan

dengan luas wilayah Kota Pekanbaru,didapat rata-rata kepadatan

penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2013 sebanyak 1.580,10

jiwa/km2.

(10)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 10

Tabel 2.5 berikut menginformasikan tentang kondisi Kependudukan Kota Pekanbaru dilihat dari Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga (KK) dan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin.

Tabel 2.5

Penduduk Kota Pekanbaru berdasarkan Jumlah, Kepala Keluarga (KK) dan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2009 – 2013

NO. URAIAN TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah penduduk 802,788 897.768 937.939 964.558 999.031 2 Kepala Keluarga 188,341 213.795 223.388 229.939 237.938 3 Penduduk

berdasarkan jenis kelamin :

- Laki-laki

- Perempuan 403,900

398,888 459.533

444.369 477.151

460.788 490.339

474.219 508.961 490.070 Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2014

Pada Tabel 2.6 berikut digambarkan tentang sebaran penduduk kota Pekanbaru menurut kecamatan. Kecamatan Tampan dan Kecamatan Tenayan Raya memiliki jumlah penduduk terbanyak dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kota Pekanbaru.

Terlihat pada tabel bahwa semua kecamatan Kota Pekanbaru

mengalami kenaikan jumlah penduduk pada Tahun 2013. Disamping

faktor bayi lahir yang hidup semakin membaik, yaitu 19.484 jiwa pada

Tahun 2012 dan 13.847 jiwa pada Tahun 2013, kenaikan jumlah

penduduk Kota Pekanbaru juga dapat terjadi karena peningkatan

jumlah penduduk yang masuk ke Kota Pekanbaru dari beberapa

kabupaten/ kota/ provinsi tetangga. Masuknya/ bermigrasinya

penduduk dari beberapa kabupaten/kota/provinsi tetangga

dikarenakan pesatnya pembangunan Kota Pekanbaru beberapa tahun

terakhir, yang memberikan efekpengganda terhadap beberapa sektor

pembangunan seperti lapangan pekerjaan dan perumahan, sehingga

dapat menyediakan tempat bekerja dan tempat tinggal yang lebih baik

dari tempat asal penduduk yang melakukan migrasi tersebut.

(11)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 11

Tabel 2.6

Sebaran Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan Tahun 2009 – 2013

NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

2009 2010 2011 2012 2013 1 Tampan 106,160 169.655 179.470 188.806 191.941 2 Payung Sekaki 74,439 86.584 90.991 93.479 97.667 3 Bukit Raya 87,586 91.914 97.094 101.548 104.519 4 Marpoyan Damai 127,369 125.697 130.244 130.349 139.707 5 Tenayan Raya 102,494 123.155 130.236 136.716 140.359 6 Lima Puluh 42,759 41.333 41.971 41.994 43.675 7 Sail 22,335 21.438 21.796 21.809 22.766 8 Pekanbaru Kota 30,092 25.062 25.764 25.784 26.862 9 Sukajadi 52,989 47.174 47.791 47.814 49.123 10 Senapelan 37,614 36.434 37.004 37.024 38.004 11 Rumbai 51,772 64.624 67.915 70.219 72.338 12 Rumbai Pesisir 67,179 64.698 67.663 69.016 72.070

Total 802,788 897,768 937.93

9 964.558 999.031 Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2014

Penduduk Kota Pekanbaru yang berada di pusat kota atau Wilayah Pengembangan (WP) I adalah yang terpadat diantara kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Lima Puluh (10.811 Jiwa/Km2), Kecamatan Sail (6.983 Jiwa/Km2), Kecamatan Pekanbaru Kota (11.886 Jiwa/Km2), Kecamatan Sukajadi (13.065 Jiwa/Km2) dan Kecamatan Senapelan (5.715 Jiwa/Km2). Hal ini terjadi karena 5 (lima) kecamatan tersebut memiliki luas wilayah terkecil dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu berkisar diantara 2,26 Km2 (Kecamatan Pekanbaru Kota) hingga 6,65 Km2 (Kecamatan Senapelan). Untuk lebih jelasnya, Informasi kepadatan penduduk Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini.

Tabel 2.7

Kepadatan Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan Tahun 2009 – 2013

N

O KECAMATAN KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/KM2) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Tampan 1.775 2.837 3.001 3.157 3.209 2 Payung Sekaki 1.722 2.002 2.104 2.162 2.259 3 Bukit Raya 3.972 4.168 4.403 4.605 4.740 4 Marpoyan Damai 4.283 4.227 4.379 4.383 4.698

5 Tenayan Raya 598 719 760 798 820

6 Lima Puluh 10.584 10.231 10.389 10.394 10.811

7 Sail 6.851 6.576 6.686 6.690 6.983

8 Pekanbaru Kota 13.315 11.089 11.400 11.409 11.886 9 Sukajadi 14.093 12.546 12.710 12.716 13.065 10 Senapelan 5.656 5.479 5.565 5.567 5.715

(12)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 12 N

O KECAMATAN KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/KM2) 2009 2010 2011 2012 2013

11 Rumbai 402 502 527 545 561

12 Rumbai Pesisir 427 411 430 439 458

Rata-rata 1.270 1,420 1.483 1.526 1.580 Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2014

Untuk mengetahui penduduk suatu daerah tergolong

“penduduk muda” atau “penduduk tua”, dapat dilihat dari komposisi umur penduduk untuk kelompok usia dibawah 15 tahun dan di atas 65 tahun. Dikatakan mempunyai struktur umur muda bila kelompok penduduk yang berumur dibawah 15 tahun jumlahnya lebih besar dari 35%, sedangkan kelompok penduduk usia 65 tahun ke atas kurang dari 3%. Sedangkan dikatakan berstruktur umur tua bila kelompok penduduk yang berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kurang dari 35% dan persentase jumlah penduduk diatas 65 tahun lebih dari 3%.

Pada Tabel 2.8 berikut dapat dilihat struktur penduduk Kota Pekanbaru menurut kelompok umur.

Tabel 2.8

Persentase Struktur Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kelompok Umur Tahun 2009 – 2013

NO KELOMPOK

UMUR TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013

1 0 – 14 tahun 30% 29,33% 29,30% 29,11% 15,09%

2 15 – 64 tahun 68% 68,39% 68,41% 68,66% 76,22%

3 65 tahun ke atas 2% 2,28% 2,29% 2,23% 8,71%

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2014

Dilihat dari tabel di atas, jumlah penduduk Kota Pekanbaru terbesar berada pada usia produktif yaitu pada kelompok umur 15 – 64 tahun. Dari data tahun terakhir, yaitu tahun 2013, jumlah penduduk usia produktif Kota Pekanbaru sebanyak 76,22%.

Dibandingkan Kelompok Umur 0-14 tahun (15,09%) dan Kelompok Umur 65 tahun ke atas (8,71%), jumlah tersebut menunjukkan bahwa Kota Pekanbaru memiliki potensi yang baik untuk terus berkembang, karena sebagian besar penduduknya berada pada usia produktif.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan

pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga

(13)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 13

dengan berbagai indikator- indikator yang mengukurnya. Untuk menganalisa gambaran umum kondisi daerah pada aspek kesejahteraan masyarakat dalam menyusun rancangan awal RKPD Kota Pekanbaru, terlebih dahulu disusun tabel capaian indikator setiap variabel. Indikator variabel aspek kesejahteraan masyarakat dimaksud terdiri dari :

A. Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemerataan Ekonomi 1) Pendapatan Domestik Regional Bruto

Kondisi perekonomian di Kota Pekanbaru berdasarkan indikator PDRB sangat baik. Hal ini terlihat pada nilai pertumbuhan PDRB pada tahun 2012 berdasarkan PDRB harga konstan 10,57% dan nilai pertumbuhan PDRB berdasarkan PDRB harga berlaku 23,33%.

Data secara lengkap tersaji pada Tabel 2.9 berikut ini.

Tabel 2.9

Produk Domestik Regional Bruto dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekanbaru Tahun 2009-2013

Tahun Harga Berlaku Harga Konstan

Juta Rupiah Pertumbuhan

(%) Juta Rupiah Pertumbuhan (%) 2009 30.037.936,86 20,55 8.302.631,95 8,81 2010 36.753.481,40 22,36 9.047.929,45 8,98 2011 45.257.046,38 23.14 9.913.360,31 9.05 2012 55.816.890,62 23,33 10.961.317,98 10,57 2013 67.144.673,92 20,00 12.135.325,22 9,01 Sumber : Pendapatan Ekonomi Regional Kota Pekanbaru Menurut Lapangan

Usaha 2009-2013

Pertumbuhan PDRB Kota Pekanbaru pada tahun 2013 sebesar 9,01 persen. Pertumbuhan ini sudah mengacu pada penggunaan tahun dasar 2000. Besarnya pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru ini merupakan perpaduan masing-masing sektor yang ada dimana pertumbuhan di dominasi dari sektor-sektor yang dominan seperti keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, perdagangan, dan sektor angkutan dan komunikasi. Dengan kondisi yang sama pada tahun 2013, dimana ketiga sektor tersebut juga mendominasi pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru.

Diharapkan dengan berkembangnya sektor-sektor unggulan tersebut akan dapat memacu pertumbuhan sektor-sektor lainnya sehingga akan tercipta struktur ekonomi yang kokoh, seimbang, dan dinamis.

Data secara lengkap tersaji pada Tabel 2.10 berikut ini.

(14)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 14 Tabel 2.10

Pertumbuhan Tiap Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kota Pekanbaru Tahun 2009-2013

No Lapangan Usaha Pertumbuhan per Sektor (%) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 3,95 3,78 3,74 3,66 3,68 2 Pertambangan dan

Penggalian 3,89 3,47 3,88 3,94 3,69 3 Industri Pengolahan 6,13 5,98 5,46 4,76 6,93 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,53 5,57 5,31 6,09 6,12

5 Bangunan 8,85 8,96 9,04 9,26 9,18

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 9,66 9,83 10,08 12,61 9,76 7 Angkutan dan Komunikasi 9,38 9,83 10,11 14,24 10,01 8 Keuangan, Sewa dan Jasa

Perusahaan 10,50 10,86 10,50 11,16 9,06 9 Jasa-jasa 8,34 8,37 8,32 8,52 8,13 PDRB 8,81 8,98 9,05 10,57 9,01 Sumber : Pendapatan Ekonomi Regional Kota Pekanbaru Menurut Lapangan

Usaha 2009-2013

Namun jika dilihat dari peranan per sektor terhadap PDRB, pada tahun 2013 sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 32,00%. Hal ini dapat kita cermati dari pertumbuhan Hotel dan Restoran yang semakin menjamur di Kota Pekanbaru dalam beberapa tahun belakangan ini, terutama untuk memenuhi kebutuhan penginapan yang mana Kota Pekanbaru akan menjadi salah satu destinasi untuk kota bisnis dan jasa tentunya akan dibanjiri oleh banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia.

Tabel 2.11

Kontribusi Per Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kota Pekanbaru Tahun 2009-2013

No Lapangan Usaha Distribusi Persentase PDRB (%) 2009 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 1,45 1,38 0,68 1,23 1,17

2 Pertambangan dan

Penggalian 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02

3 Industri Pengolahan 10,14 9,86 17,20 8,99 8,82 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,15 1,12 0,82 1,03 1,00

5 Bangunan 16,75 16,75 27,72 16,67 16,69

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 31,68 31,93 25,65 32,67 32,00

7 Angkutan dan Komunikasi 14,83 14,95 6,58 15,80 15,95 8 Keuangan, Sewa dan Jasa

Perusahaan 6,94 7,06 13,46 7,16 7,16

9 Jasa-jasa 17,02 16,93 7,88 16,42 16,29

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Pendapatan Ekonomi Regional Kota Pekanbaru Menurut Lapangan

Usaha 2009-2013

(15)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 15

Pendapatan per kapita lebih sering disebut PDRB per kapita yang merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Perkembangan pendapatan per kapita Kota Pekanbaru dari tahun 2009 hingga tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan sebesar 20,00% berdasarkan harga berlaku dan 9,01% berdasarkan harga konstan.

Untuk lebih meningkatkan pendapatan per kapita, maka laju pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan dan sebaliknya laju pertumbuhan penduduk perlu untuk dikendalikan. Karena pada dasarnya laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi terutama sekali terhadap perkembangan pendapatan regional. Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk maka semakin rendah pendapatan regionalnya dan sebaliknya semakin rendah laju pertumbuhan penduduk maka semakin tinggi pendapatan regionalnya dengan asumsi laju pertumbuhan ekonominya tetap. Oleh sebab itu pengendalian penduduk guna meningkatkan pendapatan regional harus dipikirkan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

Tabel 2.12

PDRB Per Kapita Kota Pekanbaru dan Pertumbuhannya Tahun 2007 - 2013

Tahun

PDRB Per Kapita (Rp) Pertumbuhan (%) Atas Dasar

Harga Berlaku Atas Dasar

Harga Konstan Atas Dasar

Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2007 23.260.324,51 8.089.508,46 17,46 5,73 2008 27.724.764,22 8.490.412,65 19,19 4,96 2009 32.177.108,43 8.893.909,38 16,06 4,75 2010 38.032.079,80 9.362.693,32 18,20 5,27 2011 45.197.933,90 9.853.473,37 18.84 5.24 2012 57.867.782,71 11.364.072,06 28,03 15,33 2013 67.144.673,92 12.135.325,22 20,00 9,01

Rata-Rata Pertumbuhan 19,68 7,18

Sumber : Pekanbaru dalam angka 2014

(16)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 16

2) Laju Inflasi

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dalam persentase. Secara tahunan (yoy), inflasi Kota Pekanbaru pada triwulan IV-2013 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, bahkan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata historisnya sejak tahun 2009-2013 (7,18%). Kelompok transportasi (13,48%) tercatat mengalami inflasi tertinggi diikuti oleh kelompok bahan makanan (12,36%). Namun apabila dilihat dari andilnya, kelompok bahan makanan memberikan kontribusi tertinggi sebesar 3,12% terhadap inflasi Kota Pekanbaru diikuti oleh kelompok transportasi yang tercatat sebesar 1,89%. Kenaikan harga bumbu-bumbuan (pembatasan impor hortikultura) yang diikuti dengan kenaikan harga BBM bersubsidi dan tarif listrik, merupakan pendorong utama meningkatnya inflasi pada kelompok tersebut.

Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan komoditasnya, inflasi tertinggi dialami oleh komoditas

cabe hijau diikuti oleh petai dan cabe merah. Namun, jika dilihat

dari andilnya terhadap inflasi Pekanbaru triwulan IV-2013 maka

bensin (1,39%) tercatat memberikan kontribusi tertinggi diikuti oleh

cabe merah (0,65%) dan beras (0,51%). Di sisi lain, penurunan

harga emas perhiasan, gula pasir, beberapa jenis ikan, dan bawang

putih merupakan faktor yang meredam tekanan inflasi Pekanbaru

pada triwulan laporan.

(17)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 17

B. Fokus Kesejahteraan Sosial

Aspek kesejahteraan berikutnya adalah kesejahteraan sosial yang berfokus pada beberapa indikator seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK), angka kematian bayi, angka harapan hidup.

APM merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan MDGs dalam mengukur pencapaian kesetaraan gender dibidang pendidikan.

APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun, dan SMA untuk penduduk usia 16-18 tahun.

Indikator yang lain yang sering digunakan untuk mengukur pencapaian kesetaraan gender pada bidang pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK menurut ”The UN Guidelines Indicators for Monitoring the Millenium Development Goals”, angka ini lebih baik daripada perbandingan jumlah absolute murid laki-laki dan perempuan. APK diperlukan karena adanya perbedaan yang relatif besar antara jumlah penduduk perempuan dan laki-laki, sehingga rasio jumlah siswa saja belum dapat menggambarkan kesetaraan dan keadilan gender. APK juga digunakan, mengingat masih tingginya siswa berusia lebih tua dari kelompok usia yang semestinya (overage), sehingga APM di tingkat SD, SLTP dan SMU lebih rendah dibandingkan dengan APK. Nilai APK dan APM Kota Pekanbaru selengkapnya bisa dilihat pada tabel 2.13 berikut.

Tabel 2.13

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Kota Pekanbaru Tahun 2009-2013

NO URAIAN SATUAN

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 1

Angka Partisipasi Kasar

(APK) :

- SD/MI % 121.55 122.74 102.36 99,61 103,62 - SMP/MTs % 110.72 111.32 98.56 99,28 110,92 - SMA/MA/SMK % 89.07 89.69 102.6 114,70 116,72

2

Angka Partisipasi Murni (APM) :

- SD/MI % 104.59 102.00 92.27 98,92 98,13 -SMP/MTs % 94.15 .92 71.01 78,79 88,31 -SMA/MA/SMK % 64.98 63.62 75.26 118,97 74,81

(18)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 18

Sumber : Pekanbaru dalam angka 2014

Program atau kebijakan pemerintah dewasa ini dalam bidang pendidikan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk menampung jumlah murid sebanyak-banyaknya. Penekanan program adalah pada aspek kuantitas. Hal ini sangat dimaklumi karena pemerintah ingin agar penduduk Riau khususnya dan penduduk Indonesia pada umumnya terbebas dari masalah buta huruf, buta bahasa Indonesia dan pemerataan kesempatan pendidikan dasar.

Kemampuan baca tulis adalah kemampuan dasar untuk meningkatkan kualitas manusia, sehingga diharapkan dengan meningkatnya kemampuanbaca tulis maka akan meningkat akses terhadap berbagai informasi yang pada akhirnya pengetahuannya pun akan ikut meningkat. Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Jika dilihat dari indikator melek huruf, terlihat bahwa penduduk Kota Pekanbaru yang bisa membaca dan menulis meningkat dari 99,7 persen pada tahun 2008 menjadi 99,90 persen pada tahun 2013.

Secara umum pembangunan manusia di Kota Pekanbaru selama

periode 2008-2013 mengalami peningkatan. Hal ini erat kaitannya

dengan situasi perekonomian Kota Pekanbaru yang secara keseluruhan

cenderung membaik. Membaiknya situasi perekonomian ini ditandai

dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional per

tahun yang secara rata-rata tumbuh sekitar 5-7 persen selama enam

tahun terakhir. Harus diakui, bahwa pertumbuhan ekonomi

merupakan syarat perlu dalam pembangunan manusia yang secara

langsung maupun tidak langsung akan membawa dampak perbaikan

terhadap peningkatan kapasitas dasar penduduk. Namun demikian

masih ada persyaratan lain yang harus dilaksanakan secara konsisten,

yakni pemerataan distribusi pendapatan dan alokasi belanja publik

yang memadai. Dengan melakukan dua hal ini maka kapabilitas dasar

penduduk secara bertahap akan dapat ditingkatkan yang kesemuanya

akan terangkum dalam nilai IPM .

(19)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 19

Pada tahun 2013, IPM Kota Pekanbaru tercatat sebesar 79,47 Angka IPM ini cenderung meningkat dibandingkan angka IPM tahun 2011 yang sebesar 78,72 dan dengan IPM tahun 2012 yang sebesar 79,16. Menurut kategori, IPM Kota Pekanbaru masuk dalam status menengah atas.

Tabel 2.14

Perkembangan IPM Kota Pekanbaru Tahun 2007-2013

Tahun IPM

2009 77,86

2010 78,27

2011 78,72

2012 79,16

2013 79,47

Sumber : Keadaan Sosial Ekonomi Kota Pekanbaru 2014 Tabel 2.15

Perkembangan Komponen IPM Kota Pekanbaru Tahun 2009-2013

NO URAIAN Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 IPM 77,86 78,27 78,72 79,16 79,47

2 Angka Harapan Hidup 71,24 71,45 71,67 71,88 71,94 3 Angka Melek Huruf 99,80 99,87 99,89 99,90 99,90 4 Rata-rata Lama Sekolah 11,32 11,33 11,34 11,35 11,42 5 Rata-rata

Pengeluaran per Kapita Riil (Rp.000)

640,6 644,0 648,05 652,20 655,07

Sumber : Keadaan Sosial Ekonomi Kota Pekanbaru 2014

C. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Aspek kesejahteraan masyarakat yang terakhir adalah Seni

budaya dan olahraga. Kota Pekanbaru telah banyak melakukan event-

event seni budaya yang menandakan klub-klub dan sanggar sanggar

kesenian telah berkembang di Kota Pekanbaru. Event-evet kesenian itu

antara lain : Terlaksananya acara Petang Megang, Festival lampu

colok, Karnaval/ Pawai Ta’ruf, Pawai budaya yang bernuansa Islami

dalam rangka Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat kecamatan, kota

dan provinsi, Kegiatan Pelaksanaan Aqiqah Adat Melayu serta Festival

Rebana setiap tahunnya dalam rangka pelestarian budaya melayu.

(20)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 20

Fasilitas olahraga di kota Pekanbaru sudah ada tapi belum memadai.

Tabel berikut adalah data Fasilitas Olahraga di Kota Pekanbaru.

Tabel 2.16

Data Fasilitas Olahraga di Wilayah Kota Pekanbaru

NO JENIS FASILITAS ALAMAT/KEC. MILIK/ASSET KONDISI 1. Stadion Utama Riau Kampus UNRI Pemprov. Riau Baru 2. Venue Soft Ball Jl. Yos Sudarso Pemprov. Riau Baru 3. Rumbai Sport Center Jl. Yos Sudarso Pemprov. Riau Baru 4. Arena Panjat Tebing Kampus UNRI Pemprov. Riau Baru 5. Stadion Panahan Riau Kampus UIR Pemprov. Riau Baru 6. Hall Olahraga Volley

Indoor Kampus UIR Pemprov. Riau Baru

7. Hall Olahraga Sepak

Takraw Kawasan Purna MTQ Pemprov. Riau Baru 8. Arena Softball Kampus UNILAK Pemprov. Riau Baru 9. Arena Baseball Kampus UIR Pemprov. Riau Baru 10. Hall Olah Raga Basket Kampus UNRI Pemprov. Riau Baru 11. Hall Olah Raga Senam Kawasan SCR Pemprov. Riau Baru 12. Hall Olah Raga Wushu Kawasan SCR Pemprov. Riau Baru 13. Hall Olah Raga Tinju Kawasan SCR Pemprov. Riau Baru 14. Gedung PKM UNILAK

(anggar) Kampus UNILAK Pemprov. Riau Baru 15. Kolam Renang Rumbai Jl. Pattimura Pemprov. Riau Baik 16. HALL Basket Rumbai Jl. Pattimura Pemprov. Riau Baik 17. GOR Tribuana Jl. Diponegoro Pemprov. Riau Baik 18. Gelanggang Olahraga

Remaja Jl. Jend. Sudirman Pemprov. Riau Baik 19. HALL Indor Tenis Jl. Komp.

Gubernuran Pemprov. Riau Baik 20. Lapangan Tenis DPRD Jl. Jend. Sudirman Pemprov. Riau Baik

21. Lapangan Sepak Bola Jl. Subrantas ARHANUD Kurang Baik 22. Lapangan Sepak Bola Jl. Adi Sucipto AURI Kurang Baik 23. Lapangan Sepak Bola Jl. Sutomo KOREM Kurang Baik 24. Lapangan Sepak Bola Jl. Imam Munandar ARHANUD Kurang Baik 25. Lapangan Sepak Bola

SMEA Jl. Hangtuah Pemko Kurang Baik

26. Lapangan Basket Jl. Senapelan Masyarakat Kurang Baik 27. Stadion UNRI Komp. UNRI UNRI Kurang Baik 28. Lapangan Sepak Bola Caltex Caltex Kurang Baik 29. Lapangan Sepak Bola Jl. Belimbing Pemko Kurang Baik 30. GOR Bumi Sejahka Jl. Tengku Bey Pemko Kurang Baik 31. GOR Badminton Tanjung Raya Pribadi Kurang Baik 32. GOR Exandi I Jl. Rajawali Pribadi Kurang Baik 33. GOR Surya Dumai Jl. Kuantan I SDG Kurang Baik 34. Lapangan Sepakbola Jl. Kaharuddin Nst. Perhubungan Kurang Baik 35. GOR Hotel Nuansa Jl. Tanjung Datuk Pribadi Kurang Baik 36. Lapangan Palapa Jl. Susanto Pemprov. Riau Kurang Baik 37. GOR Tugimin Jl. Pattimura POLDA Riau Kurang Baik 38. GOR 45 Jl. Empat Lima Pribadi Kurang Baik 39. Gedung Badminton Jl. Tanjung Raya Pribadi Kurang Baik 40. GOR Bulutangkis Air

Dingin Jl. Kaharuddin Nst. Pribadi Kurang Baik 41. Lapangan Sepak Bola Jl. Sapta Taruna Pribadi Kurang Baik 42. GOR Exandi 2 Jl. Paus Pribadi Kurang Baik 43. Lapangan Basket

Senapelan Jl. A. Yani Swasta Baik

44. Gor Bulutangkis Jl. Selindit Pribadi Baik 45. GOR Bulutangkis Jl. Panam Pribadi Baik

(21)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 21

NO JENIS FASILITAS ALAMAT/KEC. MILIK/ASSET KONDISI 46. Lapangan Voli Ball Jl. Kandis Pribadi Baik 47. Lapangan Sepak Bola Jl. Kesehatan Pemko Baik 48. Lapangan Sepak Bola Jl. Cipta Karya Pemko Baik 49. Lapangan Sepak Bola Jl. Lily Pemko Baik 50. Lapangan Tenis Jl. Sumatera Pemko Baik

Sumber : Dinas Pemuda dan Olah Raga Tahun 2013.

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Indikator variabel aspek pelayanan umum terdiri dari: Fokus Layanan Urusan Wajib dan Fokus Layanan Urusan Pilihan.

A. Fokus Layanan Urusan Wajib

Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu bidang urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika dan perpustakaan.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.17

Indikator-Indikator Kinerja Penyelenggaraan Urusan Wajib

NO URUSAN INDIKATOR CAPAIAN KINERJA

2009 2010 2011 2012 2013 1 Pendidikan

Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) 146 196 - - 196

Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak

71,24 71,45 71,67 71,88 71,94

(22)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 22

NO URUSAN INDIKATOR CAPAIAN KINERJA

2009 2010 2011 2012 2013 buta aksara)

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A

104,59 102 92,27 93,28 98,92

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B

94,15 94,92 71,01 69,22 78,79

Angka Partisipasi Murni (APM)) SMA/SMK/MA/Pak et C

64,98 63,62 75,26 63,26 118,97

Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI

84 76 85 77 67

Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs

148 147 124 112 137

Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA

193 215 209 149 204

Angka Kelulusan

(AL) SD/MI 13.945 14.633 14.501 13.945 14.633 Angka Kelulusan

(AL) SMP/MTs 11.351 10.610 11.952 12.853 13.655 Angka Kelulusan

(AL) SMA/SMK/MA 11.102 10.966 11.219 10.966 12.642 Angka Melanjutkan

(AM) dari SD/MI ke SMP/MTs

13.157 12.998 14.681 14.533 14.987

Angka Melanjutkan (AM) dari

SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

12.912 12.696 14.641 15.073 15.981

Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

3.235 3.514 3.170 4.257 4.654

2 Kesehatan Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

88,80% 96,23

% 99,59

% 85,66

% 91,20%

Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

74% 100% 97% 55,17

% 82,75

%

Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan

11,40% 11,70% 9% 5,70% 0,004

% Cakupan

penemuan dan penanganan

91% 100% 100% 100% 100%

(23)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 23

NO URUSAN INDIKATOR CAPAIAN KINERJA

2009 2010 2011 2012 2013 penderita penyakit

TBC BTA Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

347 322 326 397 202

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100% 100% 100% 100% 100%

Cakupan kunjungan

bayi - - - - -

3 Koperasi &

UKM Koperasi aktif 558 601.00 558 710 735

Usaha Mikro dan Kecil

4 Kependudukan

& Catatan Sipil

Kepemilikan KTP 137.765 138.43

8 168.68

8 90.693 115.617 Kepemilikan akta

kelahiran per 1000 penduduk

69,80

% 63,15

% Penerapan KTP

Nasional berbasis NIK

Sudah/

Belum*) 49,11

% 66,70

% 5 Ketenaga

kerjaan Tingkat partisipasi angkatan kerja Pencari kerja yang

ditempatkan 3.356 8.319 5.125 5.285 4.407 6 Budaya

Penyelenggaraan

festival seni dan budaya

8 kali 8 kali 8 Kali 8 Kali 8 Kali

Sarana

penyelenggaraan seni dan budaya

8 buah 8 Buah 8

Buah 8 Buah 8 Buah Benda, Situs dan

Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan

- 1 Buah 1 Buah 2 Buah

B. Fokus Layanan Urusan Pilihan

Analisis kinerja atas layanan urusan pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan daerah, yaitu bidang urusan pertanian, kehutanan, energi dan sumberdaya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, industri dan ketransmigrasian. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Kota Pekanbaru mempunyai potensi sumber daya perikanan, baik

berupa penangkapan ikan di perairan umum maupun perikanan

budidaya, hal ini dikarenakan Kota Pekanbaru memiliki daerah

(24)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 24

perairan seluas + 7.058.89 Ha yang terdiri dari beberapa anak sungai yaitu Sungai Sail, Air Hitam, Ukai, Senapelan, Tenayan, Pengambang, Umban Sari yang semuanya bermuara di Sungai Siak dan Danau Buatan serta daerah rawa-rawa.

Selain itu, Kota Pekanbaru sebagai pusat perdagangan merupakan kawasan strategis untuk pemasaran ikan atau pun sebagai kota transit perdagangan ikan yang akan dipasarkan untuk kota–kota sekitarnya seperti Kerinci, Siak dan Perawang.

Pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Pekanbaru memerlukan produksi perikanan setidaknya 37,3 ton/hari, penangkapan ikan di perairan umum tidak dapat memenuhi kebutuhan penduduk akan konsumsi ikan. Hal ini menciptakan peluang usaha/investasi bagi masyarakat dalam memanfaatkan potensi perikanan yang ada baik berupa budidaya kolam, keramba ikan di sungai maupun keramba apung di waduk/danau

Tabel 2.18

Indikator-Indikator Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pilihan

No Urusan Indikator Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 1 Kelautan dan

Perikanan Produksi perikanan tangkap (ton)

139,37 100,04 97,60 99,60 99,80

Budidaya

Keramba (ton) 20,20 44,00 55,20 97,44 73,00 Budidaya Kolam

(ton) 216,21 360,9

0 612,00 685,61 896,0 0 Pembenihan Ikan

(ton) 21,39

juta 125,34

juta 127,21

juta 138,47

juta 125,63 juta 2 Pertanian Produktivitas

padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar

6 2 11

3 Pariwisata

Kunjungan wisata 18,735

orang 13,645

orang 14,223

orang 14,459

orang 16,984 orang Kontribusi sektor

pariwisata terhadap PDRB Tahun 2010

24,39 25,30 26,11 25,51

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah

dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

(25)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 25

berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi lainnya yang berdekatan, domestik atau internasional. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.

A. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Analisis distribusi setiap komponen penggunaan dapat menunjukkan gambaran tentang seberapa besar suatu komponen penggunaan mampu menyumbang terhadap pembentukan ekonomi Kota Pekanbaru atau dengan kata lain dapat dilihat komposisi setiap komponen penggunaan di dalam perekonomian Kota Pekanbaru.

Sehingga bagi pembuat kebijakan dapat melihat dan mengambil keputusan guna memacu perkembangan setiap komponen penggunaan tersebut.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang paling dominan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Penggunaan Kota Pekanbaru. Komponen lain yang mempunyai kontribusi yang cukup besar adalah pembentukan modal tetap bruto, diikuti oleh konsumsi pemerintah. Sedangkan komponen yang peranannya relatif kecil adalah komponen lembaga swasta nirlaba.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mendominasi struktur PDRB menurut penggunaan Kota Pekanbaru dengan kontribusi sebesar 63,57 persen di tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak dari gejolak naik turunnya perekonomian Kota Pekanbaru, walaupun dilihat dari angka persentasenya sedikit mengalami kenaikan dan penurunan selama periode 2009-2013.

Selanjutnya kontribusi yang cukup besar disumbangkan oleh

komponen pembentukan modal tetap bruto dengan besaran 33,16

persen di tahun 2012 dan kembali turun pada angka 32,56 persen

pada tahun 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan

daerah yang berupa pembangunan gedung, jalan, jembatan, dan

infrastruktur lain telah berjalan dengan baik sejak diberlakukannya

otonomi daerah.

(26)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 26

Selanjutnya kontribusi yang relatif cukup besar diberikan oleh konsumsi pemerintah dengan besaran mencapai 25,49 persen di tahun 2013. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2008, sehingga peran konsumsi pemerintah menjadi cukup penting di dalam mengkonsumsi (final demand) produksi yang diciptakan di Kota Pekanbaru. Hal ini tampaknya sejalan dengan nuansa otonomi daerah yang sudah berlangsung beberapa tahun sejak diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah dan UU No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Sementara komponen konsumsi lembaga swasta nirlaba dan net ekspor memiliki kontribusi yang relatif kecil dengan masing-masing hanya mencapai 2,06 persen dan -26,32 persen di tahun 2013.

Untuk komponen konsumsi lembaga swasta nirlaba, tahun 2013 sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Dengan kontribusi yang relatif kecil, sebaiknya perlu untuk memacu perkembangan organisasi masyarakat, organisasi budaya, dan sejenisnya guna berkembang sejalan dengan perkembangan perekonomian. Karena lembaga-lembaga semacam ini yang menjadikan gerak pembangunan daerah berkembang menuju Visi Kota Pekanbaru 2020, dengan perkataan lain, tidak saja aspek ekonomi yang meningkat tetapi sosial juga harus turut serta memantapkan roda pembangunan daerah.

Ekspor dan impor dapat menjadi ukuran seberapa besar keterbukaan ekonomi suatu daerah terhadap daerah lain termasuk luar negeri, sehingga kedua komponen ini sangat penting untuk dianalisis.

Ekspor biasanya disebit sebagai salah satu komponen dari sisi

permintaan, sementara impor merupakan komponen dari sisi

penawaran. Melalui kedua komponen ini dapat diketahui apakah

suatu daerah mengalami surplus atau defisit dari neraca

perdagangannya. Neraca perdagangan dikatakan surplus apabila

ekspor lebih besar daripada impor, sementara dikatakan defisit apabila

ekspor lebih kecil daripada impor.

(27)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 27

Dalam kontribusinya terhadap PDRB Kota Pekanbaru, ekspor neto pada tahun 2013 tercatat mengalami defisit sebesar 26,32 persen.

Dan jika dilihat pada periode selanjutnya maka defisit tersebut cenderung semakin besar. Defisit sempat mengecil pada tahun 2009 sebesar 19,50 persen namun naik lagi menjadi defisit 26,32 persen.

Defisit terjadi terutama karena kenaikan nilai impor yang cukup tajam akibat daya saing produk luar negeri yang menampilkan kualitas produk yang baik dengan harga bersaing. Selain itu juga ada beberapa komoditi yang diproduksi di Pekanbaru tetapi kegiatan ekspornya tidak melalui pelabuhan Pekanbaru. Tabel berikut memperlihatkan kontribusi ekonomi menurut komponen pengeluaran atas dasar harga berlaku, tahun 2009 -2013.

Tabel 2.19

Kontribusi Ekonomi menurut Komponen Pengeluaran ADHB 2009-2013

NO KOMPONEN 2009 2010 2011 2012 2013

1 Konsumsi Rumah Tangga

(%) 62,62 62,92 63,08 63,35 63,57

2 Konsumsi Swasta Nir Laba

(%) 1,71 1,83 1,89 1,98 2,06

3 Konsumsi Pemerintah (%) 23,73 24,08 24,43 25,28 25,49

4 PMTB (%) 29,22 30,13 31,46 33,16 32,56

5 Perubahaan Stok (%) 2,22 2,34 2,41 2,53 2,64 6 Ekspor netto (%) -19,50 -21,30 -23,44 -26,30 -26,32 Sumber : Pendapatan Ekonomi Regional Kota Pekanbaru Menurut Penggunaan

2009-2013

B. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Sedangkan fasilitas wilayah/Infrastruktur dilihat dah diukur

dari indikator-indikator: panjang jalan, jumlah kendaraan, jumlah

orang/ barang melalui dermaga/bandara/terminal pertahun, jenis dan

jumlah bank dan cabang, jumlah penginapan/hotel, persentase rumah

tangga (RT) yang menggunakan air bersih, ketersediaan daya listrik,

persentase rumah tangga yang menggunakan listrik. Dapat dilihat pada

tabel berikut :

(28)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 28 Tabel 2.20

Jaringan Jalan Kota Pekanbaru Berdasarkan Kondisi Jalan Tahun 2007-2013

Tahun Kondisi Jalan (km) Jumlah

Baik Sedang Rusak

2007 1.076,966 552,963 835,672 2.465,601 2008 1.129,512 500,411 872,655 2.502,578 2009 1.148,219 525,431 866,466 2.540,116 2010 1.205,599 551,702 820,916 2.578,217 2011 1.231,769 550,526 834,595 2.616,890

2012 1.266,07 541,86 850,57 2.658,50

2013 1.309,30 569,37 847,65 2.726,31

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka 2014 Tabel 2.21

Jaringan Jalan Kota Pekanbaru Berdasarkan Jenis Konstruksi Tahun 2007-2013

Tahun Jenis Konstruksi (km)

Jumlah

Aspal Kerikil Tanah

2007 1.242,854 304,125 918,616 2.465,601 2008 1.279,635 275,227 947,716 2.502,578 2009 1.305,848 288,988 945,280 2.540,116 2010 1.371,109 303,437 903,671 2.578,217 2011 1.396,926 302,791 917,173 2.616,890

2012 1.420,02 306,99 931,49 2.658,50

2013 1.475,83 302,51 947,97 2.726,31

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka 2014 Tabel 2.22

Jumlah Kendaraan (Umum dan Pribadi) No. Jenis Kendaraan 2011

(Unit) 2012

(Unit) 2013 (Unit) 1. Sedan, Jeep & Station

Wagon 83.332 84.833 97.559

2. Bus, Micro Bus 4.027 1.191 2.427

3. Truck, Pick Up 44.454 45.531 46.168

4. Kendaraan Khusus 6 0 0

5. Kendaraan Bermotor Roda 2 342.272 292.292 319.401

6. Kendaraan Bermotor Roda 3 83 0 8

7. Alat-alat Berat & Alat-alat Besar 422 341 419 J u m l a h 474.596 424.188 465.982 Sumber : Pekanbaru Dalam Angka 2014

Data diatas menjelaskan Infrastuktur jalan di Kota Pekanbaru

mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Penambahan

infrastuktur ini sangat terlihat pada jalan kota yang semakin

bertambah. Pada tahun 2007 panjang jalan di Kota Pekanbaru yang

dalam kondisi baik sebesar 41,7% dan berkonstruksi aspal sebesar

48,7%. Kondisi ini meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2012,

(29)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 29

panjang jalan di Kota Pekanbaru yang dalam kondisi baik mencapai 47,62% dari total panjang jalan dengan jenis konstruksi sebesar 53,41% merupakan konstruksi aspal. Dengan pertambahan panjang jalan ini secara otomatis diikuti oleh pertumbuhan kendaraan yang sangat signifikan pula.

Tabel 2.23

Perkembangan Bank di Kota Pekanbaru Tahun 2009 – 2013

NO JENIS BANK TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013 1 Bank Umum

Pemerintah 45 100 95 96 134

2 Bank Pembangunan

Daerah 21 4 22 22 36

3 Bank Umum Swasta

Nasional 93 114 123 134 145

Jumlah 159 218 240 252 315

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka 2014

Tabel 2.24

Banyaknya Hotel di Kota Pekanbaru dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2013

NO KECAMATAN HOTEL

BERBINTANG HOTEL

MELATI JUMLAH

1 Tampan 3 6 9

2 Payung Sekaki 2 6 8

3 Bukitraya 3 3 6

4 Marpoyan Damai 2 13 15

5 Tenayan Raya 0 1 1

6 Limapuluh 7 7 14

7 Sail 2 3 5

8 Pekanbaru Kota 15 12 27

9 Sukajadi 0 8 8

10 Senapelan 4 8 12

11 Rumbai 0 0 0

12 Rumbai Pesisir 0 0 0

JUMLAH 38 67 105

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka 2014

Data perkembangan bank dan hotel di Kota Pekanbaru

menunjukan perputaran uang di kota ini sangat cepat. Bank

memprentasikan uang yang beredar dan digunakan sedangkan hotel

memprentasikan banyaknya orang yang datang kekota ini untuk

melakukan aktifitas terutama aktifitas bisnis. Dapat kita simpulkan

bahwa fasilitas/infrastuktur utama untuk berbisnis telah dapat dipenuhi

oleh kota ini.

(30)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016

II- 30

Tabel 2.25

Penggunaan Air bersih

TAHUN JUMLAH

PELANGGAN KUBIKASI AIR NILAI

2001 18.660 4.059.010 9.785.969

2002 19.742 4.010.365 10.230.245

2003 20.122 3.959.452 10.415.789

2004 20.021 3.952.102 11.143.840

2005 19.924 3.803.058 10.408.762

2006 19.499 4.926.791 13.849.766

2007 18.701 5.563.814 16.074.292

2008 18.189 4.372.388 12.165.873

2009 18.136 9.311.520 15.633.539

2010 14.254 3.387.020 14.571.474

2011 13.848 3.072.390 14.048.732

2012 13.398 3.279.003 12.172.807

2013 12.646 3.307.262 10.900.717

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka 2014 Tabel 2.26

Banyaknya Produksi Tenaga Listrik Tahun 2013

NO JENIS LANGGANAN JUMLAH

PELANGGAN PENGGUNAAN (KwH)

1 Pabrik/Industri 112 61.180.181

2 Kantor Pemerintah 32.320 415.499.140

3 Kantor / Tempat Usaha

Swasta 875 38.300.008

4 Sekolah, Rumah Sakit, Tempat Ibadah / Fasilitasa

Sosial Lainnya 3.951 59.920.250

5 Rumah Tangga 309.451 752.865.824

6 Lampu Jalan 352 91.507.063

7 Pemakaian Sendiri 0 0

8 Hilang/Lost 441 62.081.979

9 Tower 1.134 34.568.516

JUMLAH 350.284 1.424.415.898

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka 2014

Dari tabel diatas dapat kita gambarkan untuk infarstuktur air bersih dan listrik penggunaannya dari tahun ketahun terus meningkat.

Kedua fasilitas ini adalah fasilitas yang vital dengan fasilitas ini kota

pekanbaru telah mampu menyediakan fasilitas wilayah yang sangat

penting.

Gambar

Diagram Hubungan antara kondisi geografis dengan potensi   pengembangan wilayah Kota Pekanbaru
Tabel berikut adalah data Fasilitas Olahraga di Kota Pekanbaru.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melakukan penyesuaian jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Riset dan Teknologi sebagaimana diatur

Para ulama berpendapat yang dimaksud dengan perkataan "Allah memusnahkan riba" ialah Allah memusnahkan keberkatan harta riba itu karena akibat melakukan

Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam.

RAJA DEWANU PUTRA

Berangkat dari pemikiran umum tentang kenyataan dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dan realitas empirik yang terjadi pada lembaga-lembaga MTs di

EHS memiliki aktivitas terendah didugan karena komponen antioksidan dalam ekstrak tersebut hanyalah eugenol yang dapat larut dalam pelarut heksana yang bersifat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, semua media perlakuan yang dicobakan pada media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh mampu mendorong organogenesis eksplan

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Infeksi dan Derajat Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Perah di