• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA WAKTU UNTUK MELAKUKAN MIGRASI PERTAMA KALI KARENA ALASAN EKONOMI DI INDONESIA, ANALSIS HAZARD DENGAN DATA SUPAS 2005 MEMPERGUNAKAN

MODEL REGRESI COX.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan komposisi

wilayah terluas merupakan lautan. Semenjak pelaksanaan otonomi daerah pembangunan yang

pada era orde baru berpusat di Pulau Jawa telah terdesntraslisasi hingga ke tingkat

kabupaten/kota dimana otonomi dilaksanakan. Perbedaan tingkat pembangunan di setiap daerah

memberikan gambaran adanya ketimpangan kemampuan dalam melakukan pembangunan antar

wilayah satu dengan yang lainya. Perbedaan ini yang akan memicu perbedaan tingkat

perkembangan ekonomi di setiap daerah.

Keadaan yang berbeda antar daerah akan memicu perbedaan tingkat kesejahteraan

masyarakatnya secara umum. Daerah dengan pembangunan yang tertinggal cenderung memiliki

pergerakan ekonomi yang lambat, akibatnya masyarakat juga terkena dampaknya. Rendahnya

tingkat penghidupan inilah yang akan mendorong seseorang untuk melakukan migrasi. Menurut

Alatas (1995) seseorang melakukan migrasi adalah salah satu jalan untuk memperbaiki taraf

hidup mereka dan juga keluarganya.

Seperti dikemukakan oleh Ravenstein (1885) bahwa motif utama untuk melakukan

(2)

terutama daya tarik ekonomi serta keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik akan

menarik seseorang untuk bermigrasi. Apalagi dengan kondisi saat ini dimana sarana transportasi

dan telekomunikasi semakin canggih akan lebih memudahkan pergerakan migrasi yang pada

awalnya masih dibatasi oleh jarak sebagai penghalang utama.

Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Motif ekonomi sebagai salah satu faktor pendorong migrasi sangat menarik untuk dikaji

lebih jauh. Penelitian yang telah ada selama ini hanya memberikan gambaran faktor apa saja

yang mendorong orang untuk bermigrasi tetapi tidak melihat berapa lama waktu yang mereka

butuhkan sehingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk bermigrasi. Lamanya waktu yang

diperlukan untuk bermigrasi untuk pertama kali menarik untuk diteliti karena diharapkan mampu

memberikan gambaran mengenai bagaimana pola migrasi yang ada di Indonesia dikaitkan

dengan faktor alasan ekonomi dan umur pertama kali melakukan migrasi.

Pola bermigrasi pertama kali sama dengan migrasi pada umumnya juga memiliki

karakteristik yang berbeda untuk berbagai status demografi seseorang. Perbedaan latar belakang

demografi ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai bagaimana pola migrasi

pertama kali karena alasan ekonomi. Mempergunakan data hasil SUPAS 2005 alasan ekonomi

yang dapat dipergunakan diambil dari pertanyaan alasan kepindahan seseorang apakah karena

pekerjaan atau mencari kerja.

Faktor-faktor demografi yang akan dipergunakan untuk melihat pola migrasi pertama kali

adalah jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan tempat tinggal. Perbedaan jenis

kelamin, pendidikan, status perkawinan dan tempat tinggal diduga memiliki kaitan dengan pola

(3)

daripada perempuan. Begitu juga dengan tingkat pendidikan, semakin rendah penidikan

seseorang akan semakin cepat dia masuk ke dunia kerja sehingga peluang untuk melakukan

migrasi juga semakin besar. Seseorang yang terikat dalam status perkawinan diduga akan lebih

sulit untuk melakukan migrasi karena berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan keluarga

sehingga membutuhkan waku yang panjang bagi mereka dalam mengambil melakukan migrasi.

Daerah perkotaan merupakan tempat yang menarik bagi para migran sehingga patut diduga

mereka yang sekarang tinggal perkotaan akan memberikan perbedaan dalam pola migrasi.

Tujuan Studi/Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pola lamanya seseorang untuk melakukan

migrasi untuk pertama kali karena alasan ekonomi. Penelitian ini akan menggali pola yang ada

pada penduduk usia produktif di Indonesia dalam hal keputusan untuk bermigrasi yang pertama

kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja. Pola yang ada apakah dipengaruhi oleh

latar belakang demografis seseorang.

Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melihat lamanya waktu seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi yang pertama

kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja dikaitkan dengan jenis kelamin.

2. Melihat lamanya waktu seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi yang pertama

kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja dikaitkan dengan tingkat

pendidikan.

3. Melihat lamanya waktu seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi yang pertama

kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja dikaitkan dengan status

(4)

4. Melihat lamanya waktu seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi yang pertama

kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja dikaitkan dengan daerah tempat

tinggal.

Manfaat Studi

Penggunaan analisis survival dalam dunia demografi terutama migrasi masih relatif baru.

Metode ini biasa dipergunakan dalam bidang kesehatan untuk melihat tingkat ‘survive’

obyek-obyek penelitian untuk melewati kondisi tertentu. Variabel bebas dari penelitian tersebut adalah

lamanya waktu obyek untuk gagal atau tidak survive.

Penerapan dalam demografi tertutama migrasi adalah untuk melihat lamanya waktu yang

dibutuhkan seseirang sehingga akhirnya memutuskan untuk melakukan migrasi. Diharapkan

dengan hasil studi ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar dalam analisa data migrasi

karena pada studi sebelumnya para demografer selalu mempergunakan model regresi logit atau

regresi sederhana.

TINJAUAN LITERATUR

Keputusan seseorang untuk bermigrasi memiliki kecenderungan bahwa semakin muda

umur maka semakin besar proporsi mereka yang melakukan migrasi karena alasan ekonomi. Hal

ini diungkapkan oleh Abdullah (1996) yang menemukan bahwa proporsi mereka yang

bermigrasi didominasi oleh penduduk usia muda dan produktif. Pada usia muda peluang untuk

memasuki pasar kerja sangat besar karena mereka masih dalam usia produktif dan demand untuk

(5)

Latar belakang pendidikan ternyata juga mempengaruhi keputusan seseoarang untuk

melakukan migrasi. Dohar (1999) menemukan bahwa keputusan untuk bermigrasi juga

ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang dan tingkat perekonomian daerah tujuan dimana

semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan semakin menarik bagi migran untuk

datang dan mengadu nasib.

Menurut Rangkuti (2009), kesenjangan penghasilan antar daerah akan semakin

memperbesar peluang untuk melakukan migrasi, karena migrasi secara empiris memberikan

dampak positif terhadap peningkatan penghasilan individu. Hasrat untuk memperbaiki taraf

kehidupan menjadi alasan atau pendorong seseorang untuk melakukan migrasi setelah

memperhitungkan untung rugi dalam melakukan migrasi.

KERANGKA PIKIR KONSEPTUAL

Peristiwa migrasi merupakan proses berpindahnya seseorang dalam batas wilayah

tertentu. Perpindahan ini banyak dipengaruhi oleh berbagai latar belakang sebagai faktor

pendorong dan penarik. Menurut Lee (1966) pada dasarnya ada empat faktor yang

mempengaruhi terhadap keputusan seseorang untuk bermigrasi yaitu :

1. Faktor faktor yang terdapat di daerah asal

2. Faktor-faktor yang berada di daerah tujuan

3. Faktor rintangan

4. Faktor Pribadi

Faktor pribadi yang merupakan salah satu faktor yang kuat dalam menentukan seseorang

untuk bermigrasi atau tidak. Faktor yang berada diluar pribadi dikumpulkan dalam diri individu

(6)

bermigrasi atau tidak. Pertimbangan-pertimbangan dari keadaan daerah asal, daerah tujuan dan

rintangan yang menantang akan menjadi satu bahan pemikiran bagi individu mengenai untung

ruginya bermigrasi.

Lamanya seseorang mengambil keputusan untuk bermigrasi inilah yang menjadi dasar

dalam tulisan ini. Faktor internal dari individu yang direpresentasikan dalam latar belakang

demografi di kaitkan dengan keputusan untuk bermigrasi terutama karena dorongan ekonomi.

Untuk lebih jelasnya maka dibuatlah kerangka fikir sebagai berikut :

Grafik 1. Kerangka Pikir Analisis

Kerangka pikir analisis di atas diharapkan mampu memberikan mengenai latar belakang

lamanya seseorang memutuskan untuk melakukan migrasi pertama kali karena alasan ekonomi.

Seperti telah diuraikan diatas karakteristik yang akan dilihat adalah hanya faktor demografi

sedangkan faktor eksternal yang berada di luar individu tidak diikutkan dalam analisis.

METODE DAN PROSEDUR

Sumber Data Dan Kerangka Sampel

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Survey Penduduk Antar

(7)

Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Pemilihan sampel Blok Sensus (BS) dilakukan dengan

teknik PPS (Probability Proportional to Size)-Linear Systematic Sampling yaitu setiap BS

mempunyai peluang terpilih sebanding dengan jumlah rumah tangganya. Kerangka sampel yang

digunakan dalam SUPAS 2005 adalah daftar blok sensus dalam setiap kabupaten/kota yang

dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Pelaksanaan pencacahan SUPAS 2005

meliputi kegiatan:

a. Pendaftaran semua rumah tangga pada BS terpilih untuk mengetahui jumlah rumah tangga

biasa.

b. Pemilihan sampel rumah tangga sebanyak 16 setiap BS dengan teknik linier systematic.

Rumah tangga khusus tidak ikut dalam kerangka sampel.

c. Pencacahan rumah tangga dan setiap anggota rumah tangga sampel.

Konsep Operasional Migrasi

Migrasi merupakan proses berpindahnya penduduk dari suatu tempat ketempat lain

melewati batas wilayah administrasi atau geografis. Dalam studi migrasi batas lintasan

perpindahan biasanya dipakai dengan batasan wilayah administrasi seperti desa/kelurahan,

kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, dan batas negara. Sehingga ada migrasi antar negara, antar

propinsi, antar kabupaten/kota, antar kecamatan, dan migrasi antar desa/kelurahan. Selain antar

batas wilayah administrasi, analisis migrasi juga dilakukan antar wilayah fungsional, seperti

antarpulau/kepulauan, antara perdesaan/perkotaan dan sebagainya.

Biasanya data migrasi yang tertangkap oleh sensus penduduk hanya menyajikan

perpindahan antarpropinsi dan antar kabupaten/kota. Disamping itu juga dapat disajikan

karakteristik migran menurut umur, status perkawinan, pendidikan, ketenagakerjaan, alasan

(8)

Penentuan status migrasi pada SUPAS 2005 diperoleh dari keterangan yang dikumpulkan

melalui 3 pertanyaan, yaitu tempat lahir, tempat tinggal terakhir dan tempat tinggal 5 tahun yang

lalu. Keterangan ini didasarkan pada beberapa pertanyaan dalam kuesioner, yaitu:

a. P607; Propinsi dan kabkota tempat lahir.

b. P609; propinsi dan kabkota tempat tinggal terakhir sebelum di tempat tinggal sekarang

(maksudnya pada saat pencacahan).

c. P614: tempat tinggal 5 tahun yang lalu (Oktober 2000) yang terdiri dari propinsi,

kabupaten/kota.

Dari ketiga keterangan tersebut, secara langsung dapat diperoleh tiga jenis migrasi antarwilayah

propinsi ataupun kabupaten/kota, yaitu :

1. Migran semasa hidup (life time migrant) adalah mereka yang pindah dari tempat lahir ke

tempat tinggal sekarang, atau mereka yang tempat tinggalnya sekarang bukan di wilayah

propinsi tempat kelahirannya.

2. Migran risen (recent migrant) adalah mereka yang pindah melewati batas propinsi dalam

kurun 5 tahun terakhir sebelum pencacahan. Secara operasional, adalah penduduk yang

tempat tinggalnya sekarang tidak sama dengan tempat tinggal 5 tahun yang lalu.

3. Migran total (total migrant) adalah mereka yang pernah pindah antar kabupaten/kota tanpa

memperhatikan waktu kepindahannya, sehingga propinsi tempat tinggal sebelumnya berbeda

dengan propinsi tempat tinggal sekarang.

Dari ketiga jenis migrasi tersebut, yang sering muncul dalam berbagai bahasan adalah

migrasi risen. Karena jenis migrasi ini lebih cenderung menggambarkan dinamika mobilitas

(9)

Disamping itu, batasan kurun waktu terjadinya dinamika tersebut lebih jelas dibandingkan

dengan migrasi total.

Migrasi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah mereka yang berusia produktif 15

sampai 65 tahun, dan melakukan migrasi untuk pertama kalinya. Variabel yang akan diteliti

adalah lamanya waktu (dalam tahun) seseorang bertahan di tempat lahirnya setelah berusia 15

tahun, sebelum memutuskan untuk bermigrasi karena alasan ekonomi yaitu bekerja atau mencari

pekerjaan. Lamanya waktu bertahan sebelum memutuskan untuk pindah diambil dari kombinasi

usia responden, tempat lahir, tempat tinggal terakhir sebelum menetap di tempat tinggal

sekarang, lamanya tinggal di tempat sekarang dan tempat tinggal sekarang.

(10)

Metode Analisis

Metode yang dipergunakan untuk melihat pola ketahanan seseorang untuk migrasi

dilakukan dengan dua cara yaitu analisis deskriptif dengan mempergunakan grafik dan analisis

survival dengan regresi cox untuk mengestimasi parameter model. Survival Analysis merupakan

metode untuk melihat terjadinya perubahan keadaan suatu objek penelitian dari suatu situasi

yang dikondisikan, perubahan tersebut diistilahkan dengan gagal. Observasi penelitian adalah

waktu yang diperlukan suatu objek untuk failed, dalam kasus ini adalah waktu yang diperlukan

seseorang sampai dia memutuskan untuk bermigrasi.

Regresi cox menawarkan prosedur proportional hazard model yang bisa diperluas

melalui stratifikasi variabel atau kovariat yang bergantung kepada waktu. Proportional hazard

model mengasumsikan bahwa panjang waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu kejadian

saling berkaitan dengan variabel bebas (kovariat) melalui sebuah persamaan yang disebut model

hazard.

Fungsi Hazard merupakan sebuah ukuran potensial dari sebuah kejadian akan timbul

pada waktu tertentu yaitu t, meskipun kejadian tersebut belum tentu muncul. Nilai hazard yang

besar menggambarkan bahwa secara potensial kejadian tersebut muncul juga lebih besar.

(11)

Metode estimasi yang dipergunakan untuk mendapatkan koefisien pada model adalah

Maximum Likelihood Estimators. Model yang didapat akan diuji secara statistik dengan

mempergunakan Uji Fdan uji parsial mempergunakan uji statustik Wald.

Variabel bebas yang diajukan kedalam model adalah variabel yang berkaitan dengan

status demografi individu. Variabel demografi yang pertama adalah tempat tinggal yang terdiri

dari pedesaan dan perkotaan. Pola migrasi yang terlihat hanyalah pola migrasi masuk karena

merujuk kepada tempat tinggal migran sekarang yang diambil dari pertanyaan P105.

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Variabel

Y Lamanya Tinggal Di Tempat Lahir Sebelum Pindah

Variabel Kategori Dummy Dummy Keterangan

P105 1=Perkotaan 1

2=Perdesaan 0 reference

SEX 1=Laki-laki 1

2=Perempuan 0 reference

DIDIK 1,00=Rendah 1 0

2,00=Menengah 0 1

3,00=Tinggi 0 0 reference

KAWIN 1,00=kawin 1

2,00=lainnya 0 reference

Variabel bebas kedua adalah jenis kelamin yang dipergunakan untuk melihat pengaruh

jenis kelamin terhadap pola migrasi. Apakah perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi

(12)

Variabel bebas ketiga adalah tingkat pendidikan yang dibagi dalam tiga kategori yaitu

rendah bagi mereka yang berpendidikan SD ke bawah, menengah bagi mereka yang

berpendidikan SMP hingga SMA sederajat dan tinggi bagi mereka yang berpendidikan di atas

SMA. Selain itu variabel status kawin yang dibagi menjadi dua kategori yaitu mereka yang

berstatus kawin dan mereka yang tidak dalam ikatan perkawinan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dipergunakan untuk melihat pola dari lamanya waktu yang diperlukan

untuk bermigrasi pertama kali jika dihubungkan dengan karakteristik demografi dari para

pelakunya. Untuk melihat statistik deskriptif dari data maka dipergunakan software Minitab versi

13.3, sedangkan untuk plot data berupa grafik dipergunakan SPSS versi 11.5. Paduan kedua

software ini saling melengkapi karena ada beberapa output yang diperlukan tidak tersedia di

salah satu software pengolahan.

Grafik 1 Survival Function at Mean Covariate.

(13)

Secara rata rata kecenderungan orang untuk melakukan migrasi berada pada usia 20

tahun. Hal ini terlihat dari tabel diatas bahwa jumlah orang yang berusia 15 tahun hingga 65

tahun mulai bermigrasi karena alasan ekonomi banyak terjadi pada usia 20 tahun hingga 35

tahun. Atau dengan kata lain pelaku migran pertama kali banyak terjadi pada usia produktif, hal

ini lumrah terjadi karena pada usia awal 20 merupakan pertama kali mereka masuk dunia kerja,

dan salah satu untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan harapan adalah dengan melakukan

migrasi.

Pola migrasi pertama kali jika dikaitkan dengan status pendidikan dapat dilihat pada

grafik dan statistik deskriptif. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung lebih cepat untuk

bermigrasi terlihat dari Q1 (25 persen migran) memutuskan pindah pada periode 6 tahun

pertama, sedangkan yang berpendidikan menengah dan tinggi lebih lambat yaitu 8 dan 9 tahun.

Hal ini wajar karena pada usia 15 tahun mereka yang berpendidikan rendah telah menyelesaikan

pendidikannya sehingga mereka juga lebih cepat masuk ke dunia kerja dan mengambil keputusan

(14)

16,2188 0,2461 15,7365 16,7011 Median = 15,0000

IQR = 9,0000 Q1 = 11,0000 Q3 = 20,0000

Namun median lamanya waktu untuk pindah yang lebih rendah berada pada mereka yang

berpendidikan menengah atau SMP dan SMA sederajat. Situasi ini memberikan gambaran bahwa

walaupun mereka pada awalnya memutuskan untuk bermigrasi lebih lambat karena mereka juga

lebih lambat masuk ke dunia kerja namun mereka lebih cepat mengambil keputusan untuk

bermigrasi dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lain. Lebih jelas terlihat pada grafik

dimana trend survival untuk pendidikan menengah berada paling bawah dan Q3 juga lebih

rendah yaitu 15 tahun.

Grafik 2. Survival Function untuk Variabel Pendidikan.

Survival Function for patterns 1 - 3

(15)

Kecenderungan untuk bermigrasi yang lebih cepat bagi mereka yang berpendidikan

menengah memberikan gambaran bahwa begitu mereka melihat peluang kerja di tempat tujuan

lebih menjanjikan maka mereka langsung memutuskan untuk bermigrasi berbeda dibandingkan

dengan mereka yang beperndidikan tinggi yang sepertinya rela untuk menunggu pekerjaan yang

sesuai baru kemudian memutuskan dalam jangka waktu lebih panjang akan bermigrasi. Inter

Quatile Range (IQR) yang diperoleh juga menunjukan kecepatan kelompok pendidikan

masing-masing dari 25 persen total ke 75 persen dari total kelompok yang telah melakukan migrasi, yang

tercepat tetap mereka yang berpendidikan menengah dengan IQR =8 dan pendidikan tinggi

adalah 9 sedangkan mereka yang berpendidikan rendah memiliki waktu lebih lambat yaitu 15

tahun.

Grafik 2. Survival Function untuk Variabel Jenis Kelamin.

Survival Function for patterns 4 - 5

MIG_HIT

Pola migrasi untuk laki-laki dan perempuan karena alasan ekonomi tidak begitu memiliki

(16)

lebih cepat bermigrasi dibandingkan dengan perempuan, pada grafik terlihat jika pola migrasi

laki-laki berada dibawah garis pola perempuan.

Pola migrasi untuk variabel kawin memiliki perbedaan pola yang sangat mencolok.

Variabel kawin terdiri dari dua kategori yaitu mereka yang terikat dalam perkawinan dan mereka

yang belum atau tidak terikat dalam perkawinan. Ada anggapan bahwa mereka yang terikat

dalam perkawinan akan lebih sulit memutuskan untuk bermigrasi dibandingkan dengan mereka

yang tidak terikat dalam lembaga perkawinan, hal ini lumrah karena biasanya orang yang telah

menikah tidak hanya memikirkan untung rugi suatu keputusan terhadap dirinya sendiri tetapi

juga kepada anggota keluarganya.

OUTPUT MINITAB 2

Variable: MIG_HIT KAWIN = 1

Characteristics of Variable

Standard 95,0% Normal CI Mean(MTTF) Error Lower Upper 17,8139 0,1350 17,5492 18,0785

Median = 16,0000

IQR = 10,0000 Q1 = 12,0000 Q3 = 22,0000

KAWIN = 2

Standard 95,0% Normal CI Mean(MTTF) Error Lower Upper 8,8736 0,09794 8,6816 9,0656

Median = 7,0000

IQR = 6,0000 Q1 = 5,0000 Q3 = 11,0000

Terdapat perbedaan kecepatan waktu untuk bermigrasi pertama kali setelah usia 15 tahun

anatara mereka yang dalam status menikah dan mereka yang tidak. Q1 untuk mereka yang tidak

dalam lembaga pernikahan adalah 5 yang berarti 25 persen dari kelompok tersebut melakukan

(17)

Q1 lebih tinggi yaitu 12 atau pada usia 27 tahun. Perbedaan kecepatan untuk melakukan migrasi

juga dapat dilihat dari median waktunya Q2 = 7 untuk yang tidak dalam lembaga pernikahan dan

16 untuk mereka yang menikah.

Bagi mereka yang tidak dalam ikatan perniakahan apalagi bagi mereka yang belum

menikah keputusan untuk bermigrasi dilakukan lebih cepat karena mereka masih berada pada

usia muda yang produktif. Jika kita melihat dari Q3, menggambarkan 75 persen dari sampel telah

melakukan migrasi pada jangka waktu 11 tahun dari usia 15 tahun sedangkan mereka yang

menikah Q3 lebih panjang yaitu 22 tahun. Perbedaan kecepatan ini juga dapat kita lihat dari

pendeknya Inter Quatile Range (IQR) untuk mereka yang tidak menikah yaitu 6 tahun sedangkan

untuk mereka yang menikah adalah 10 tahun.

Grafik 3. Survival Function untuk Variabel Status Pekawinan.

Survival Function for patterns 6 - 7

(18)

Perbedaan pola untuk bermigrasi ini setidaknya memberikan gambaran bahwa untuk

mreka yang berstatus menikah memiliki waktu lebih panjang untuk memutuskan bermigrasi

dibandingkan dengan mereka yang berstatus tidak/belum menikah. Kemungkinan sisi

rasionalitas untuk bermigrasi menjadi lebih kompleks karena biasanya mereka yang telah

menikah sudah memiliki pekerjaan di tempat asal, sehingga ketika mereka memutuskan untuk

bermigrasi harus dipertimbangkan kelebihan dari melakukan migrasi. Alasan lain yang mungkin

adalah biaya yang timbul dari migrasi baik finansial maupun psikis yang harus ditanggung harus

dipehitungkan secara matang sebelum melaksanakan migrasi.

OUTPUT MINITAB 3

Variable: MIG_HIT P105 = 1

Standard 95,0% Normal CI Mean(MTTF) Error Lower Upper 12,4338 0,1056 12,2268 12,6409

Median = 10,0000

IQR = 10,0000 Q1 = 6,0000 Q3 = 16,0000 Variable: MIG_HIT

P105 = 2

Standard 95,0% Normal CI Mean(MTTF) Error Lower Upper 15,6580 0,2149 15,2369 16,0792 Median = 14,0000

IQR = 11,0000 Q1 = 9,0000 Q3 = 20,0000

Daya tarik kota merupakan salah satu faktor penarik migrasi, tingkat perekonomian yang

pastinya lebih maju dari pedesaan serta fasilitas yang lebih lengkap bagaikan kunang-kunang di

waktu malam. Kesempatan kerja di perkotaan yang merupakan pusat dari perekonomian

mendorong orang untuk berbondong-bondong bermigrasi ke kota, dan mencoba peruntungan

(19)

migrasi lebih besar ke perkotaan. Daerah tempat tinggal di sini adalah daerah tempat tinggal

sekarang sehingga migrasi yang terjadi sebetulnya adalah migrasi masuk ke tempat tinggal

sekarang.

Terdapat perbedaan kecepatan waktu untuk bermigrasi pertama kali setelah usia 15 tahun

anatara mereka yang tinggal di perkotaan dan tinggal di pedesaan. Q1 untuk mereka yang tinggal

di perkotaan adalah 10 yang berarti 25 persen dari kelompok tersebut melakukan migrasi

pertama kali pada usia 15 sampai 30 tahun, sedangkan mereka yang tinggal di pedesaan Q1 lebih

tinggi yaitu 11 atau pada usia 15 sampai 27 tahun. Perbedaan kecepatan untuk melakukan

migrasi juga dapat dilihat dari median waktunya Q2 = 10 untuk yang tinggal di perkotaan dan 14

untuk mereka yang tinggal di pedesaan.

Grafik 4. Survival Function untuk Variabel Tempat Tinggal.

Survival Function for patterns 8 - 9

(20)

Bagi mereka yang bertujuan untuk pindah ke kota keputusan untuk bermigrasi dilakukan

lebih cepat karena mereka masih berada pada usia muda yang produktif dan berharap dapat

bersaing karena usianya tersebut. Jika kita melihat dari Q3, menggambarkan 75 persen dari

sampel telah melakukan migrasi pada jangka waktu 16 tahun dari usia 15 tahun yang tinggal di

perkotaan, sedangkan mereka yang tinggal di pedesaan Q3 lebih panjang yaitu 20 tahun.

Perbedaan kecepatan ini juga dapat kita lihat dari pendeknya Inter Quatile Range (IQR) untuk

mereka yang tinggal di perkotaan yaitu 10 tahun sedangkan untuk mereka yang tinggal di

pedesaan adalah 14 tahun.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tempat tinggal yang dicakup adalah tempat

tinggal sekarang sehingga analisa data adalah migrasi masuk. Grafik diatas menggambarkan

untuk daerah perkotaan migran masuk pertama kali karena alasan pekerjaan lebih cepat

dibandingkan dengan daerah pedesaan, sehingga dapat kita simpulkan bahwa daya tarik kota

akan membuat para pencari kerja memutuskan lebih cepat migrasi ke kota untuk mengadu nasib.

Analisis Inferensial

Analsisis inferendial dipergunakan untuk menjelaskan hubungan/ asosiasi pada

masing-masing variabel yang dipergunakan. Pada model regresi cox akan melihat kaitan variabel

lamanya waktu yang diperlukan ditenpat asal sebelum akhirnya bermigrasi untuk pertama kali

dikaitkan dengan variabel demografi seperti pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan dan

tempat tinggal. Pola yang telah digambarkan pada analisis deskriptif di atas akan lebih gamblang

kecenderungan yang terjadi dan akan dijelaskan dalam model.

Variabel demografi yang telah dijelaskan sebelumnya di masukan kedalam metode

analisis regresi cox dengan mempergunakan paket program SPSS versi 11.5. Metode

(21)

saja yang bisa masuk kedalam model dan tidak ditinjau dari tingkat signifikansinya. Variabel

terikat yang dipergunakan di model adalah lamanya seseorang tinggal di tempat lahirnya

sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pindah bagi mereka yang berusia 15 tahun ke atas, atau

dengan kata lain lamanya waktu yang diperlukan seseorang untuk bermigrasi setelah berusia 15

tahun (masuk ke usia kerja).

Grafik 2. Omnibus Tests of Model Coefficients(a,b)

-2 Log Likelihood

Overall (score) Change From Previous Step

Change From Previous Block

Chi-square df Sig. Chi-square df Sig. Chi-square df Sig.

130317,860 3855,465 5 ,000 3502,856 5 ,000 3502,856 5 ,000

a Beginning Block Number 0, initial Log Likelihood function: -2 Log likelihood: 133820,716 b Beginning Block Number 1. Method = Enter

Baik tidaknya suatu model untuk di pergunakaan dapat kita lihat dari uji kebaikan model

yang menikuti distribu peluang chi-square. Berdasarkan output hasil pengolahahan SPSS di atas

memberikan gambaran bahwa model secara keseluruhan signifikan sehingga kita dapat

mempergunakan model tersebut. Hal ini terlihat dari tabel di atas yang memberikan p value

0,000, kemudian dapat kita simpulkan dengan tingkat kepercayaan saru persen model tersebut

signifikan sehingga dapat dikatakan model tersebut sudah tepat.

(22)

Secara keseluruhan jika kita melihat hasil statistik Wald maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa semua variabel bebas yang diajukan telah memenuhi syarat untuk dimasukan

ke dalam model. Dengan demikian model yang terbentuk adalah :

St = -0,192 didik(1) + 0,313 didik(2) -1,244 kawin + 0,161 sex + 0,265 P105

Hasil pengujian terhadap parameter variabel Didik secara keseluruhan menghasilkan nilai

yang signifikan secara statistik. Hal ini mengindikasikan bahwa ada perbedaan lamanya waktu

seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi untuk pertama kali yang signifikan antara

kelompok pendidikan rendah dan menengah jika dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan tinggi. Jika dibandingkan dengan analisis deskriptif sebelumnya maka kita dapat

menarik kesimpulan walaupun pada awalnya mereka yang berpendidikan menegah lebih lambat

untuk memutuskan bermigrasi pertama kali karena alasan pekerjaan namun mereka lebih pada

akhirnya kelompok ini lebih cepat untuk bermigrasi.

Mereka yang berpendidikan rendah ternyata jika dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan lebih lambat untuk bermigrasi. Hal ini terlihat dari

model yang didapat dengan estimasi parameter B=-0,192 dan Exp (B)=0,825 yang berarti slope

negatif menggambarkan lebih lambat sedangkan rasio kecenderungan exp b memberikan

penjelasan terdapat perbedaan kecepatan dalam melakukan migrasi sebesar 0,825 kali.

Mereka yang berpendidikan menengah ternyata jika dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan lebih cepat untuk bermigrasi. Hal ini terlihat dari

model yang didapat dengan estimasi parameter B=0,313 dan Exp (B)=1,367 yang berarti slope

positif menggambarkan lebih cepat sedangkan rasio kecenderungan exp b memberikan

penjelasan terdapat perbedaan kecepatan dalam melakukan migrasi sebesar 1,367 kali.

Laki-laki ternyata jika dibandingkan dengan perempuan memiliki kecenderungan lebih

cepat untuk bermigrasi pertama kali. Hal ini terlihat dari model yang didapat dengan estimasi

parameter B=0,161 dan Exp (B)=1,174 yang berarti slope positif menggambarkan lebih cepat

sedangkan rasio kecenderungan exp b memberikan penjelasan terdapat perbedaan kecepatan

dalam melakukan migrasi sebesar 1,174 kali. Jika kita telaah lebih jauh maka sebenarnya

(23)

Mereka dengan status kawin ternyata jika dibandingkan dengan mereka yang tidak terikat

perkawinan memiliki kecenderungan lebih lambat untuk bermigrasi pertama kali. Hal ini terlihat

dari model yang didapat dengan estimasi parameter B=-1,244 dan Exp (B)=0,288 yang berarti

slope negatif menggambarkan lebih lambat sedangkan rasio kecenderungan exp b memberikan

penjelasan terdapat perbedaan kecepatan dalam melakukan migrasi sebesar 0,288 kali.

Wilayah perkotaan bagi para migran ternyata lebih menarik untuk didatangi jika

dibandingkan dengan wilayah pedesaan karena jika kita melihat kecenderungan bahwa mereka

yang tinggal di perkotaan memiliki kecenderungan lebih cepat untuk bermigrasi ke wilayah

mereka tinggal sekarang. Hal ini terlihat dari model yang didapat dengan estimasi parameter

B=0,265 dan Exp (B)=1,304 yang berarti slope positif menggambarkan lebih cepat sedangkan

rasio kecenderungan exp b memberikan penjelasan terdapat perbedaan kecepatan dalam

Gambar

Grafik 1. Kerangka Pikir Analisis
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
Grafik 1 Survival Function at Mean Covariate.
grafik dan statistik deskriptif. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung lebih cepat untuk
+6

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun perpustakaan bermanfaat sebagai salah satu sumber belajar untuk semua mata pelajaran (termasuk pelajaran sejarah), namun dalam kenyataan ada kecenderungan

Vol. 2, Desember 2017 109 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencoba menggali lebih dalam tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang