• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Industri Pulp di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prospek Industri Pulp di Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Disampaikan pada Seminar

K

K

e

e

b

b

i

i

j

j

a

a

k

k

a

a

n

n

P

P

e

e

m

m

b

b

a

a

n

n

g

g

u

u

n

n

a

a

n

n

H

H

u

u

t

t

a

a

n

n

T

T

a

a

n

n

a

a

m

m

a

a

n

n

I

I

n

n

d

d

u

u

s

s

t

t

r

r

i

i

d

d

a

a

n

n

P

P

e

e

n

n

g

g

e

e

m

m

b

b

a

a

n

n

g

g

a

a

n

n

I

I

n

n

d

d

u

u

s

s

t

t

r

r

i

i

P

P

u

u

l

l

p

p

d

d

i

i

I

I

n

n

d

d

o

o

n

n

e

e

s

s

i

i

a

a

:

:

M

M

e

e

m

m

p

p

r

r

o

o

m

m

o

o

s

s

i

i

k

k

a

a

n

n

I

I

n

n

v

v

e

e

s

s

t

t

a

a

s

s

i

i

Y

Y

a

a

n

n

g

g

B

B

e

e

r

r

t

t

a

a

n

n

g

g

g

g

u

u

n

n

g

g

J

J

a

a

w

w

a

a

b

b

Diselenggarakan oleh Departemen Kehutanan Badan Litbang Kehutanan

Puslitsosek – CIFOR

(3)

Prospek industri pulp di Indonesia sangat cerah, didukung oleh keunggulan potensi Indonesia, kebijaksanaan Pemerintah, sivitas akademika dan investor yang ada dan yang akan datang.

Perkenankan kami memulainya dari awal.

I. Gambaran industri pulp kertas 1. Sejarah singkat

Industri pulp & kertas Indonesia di mulai dengan didirikannya pabrik Padalarang (1923) dan Leces (1939) dengan kapasitas masing-masing 10 ton/hari atau 3.000 ton/tahun. Sekarang 1 pabrik besar di Indonesia mampu memproduksi 3.000 ton tersebut dalam 8 jam.

Dalam 1970–an terdapat 7 pabrik / proyek, yang kesemuanya milik Negara, dengan jumlah kapasitas 50.000 ton/th kertas. Sejak 1970–an tersebut modal swasta mulai ikut aktif mendirikan pabrik, sehingga dalam 2006 ini tercatat 80 perusahaan pulp & kertas, dengan jumlah kapasitas 6,5 juta ton/th pulp dan 10 juta ton/th kertas (lampiran 1 ).

Semua jenis kertas telah diproduksi di Indonesia dan ada kelebihan untuk diekspor.

Dalam 2005 tercatat kapasitas pulp 6,5 juta ton, produksi 5,5 juta ton, konsumsi dalam negeri 3,8 juta ton ekspor 2,6 juta ton; sedang untuk kertas, kapasitas 10 juta ton, produksi 8,2 juta ton, konsumsi 5,5 juta ton, ekspor 3 juta ton (lampiran 2 & lampiran 3).

Nilai ekspor pulp, kertas dan produk-produk kertas USD. 3,3–3,5 milyar. Pasar buku tulis di Timur Tengah boleh dikata telah dikuasai Indonesia.

Seperti Pemilu-pemilu sebelumnya, Pemilu 2004 pun sepenuhnya menggunakan kertas dalam-negeri.

Dalam 2003 Indonesia menempati peringkat 9 dalam produksi pulp dunia dan peringkat 12 dalam produksi kertas dunia. (lampiran 4)

2. Pemakaian kertas per kapita

Pemakaian kertas per kapita meningkat sekitar 5% setiap tahunnya (dunia : 2-3%). Pemakaian selalu meningkat, tetapi masih rendah dibanding negara-negara maju (lampiran 5).

3. Bahan Baku

Bahan baku yang pertama-tama dipakai di Indonesia ialah merang, kemudian berkembang ke jerami, batang jagung, bagasse, bambu dll. Tetapi dengan makin meningkatnya kebutuhan, maka mulai dipakai bahan baku kayu. Kayu menjadi andalan utama. Bahan baku penting lainnya ialah kertas bekas, dimana pada waktu ini 50% kertas dunia dibuat dari kertas bekas.

4. Sumber daya manusia ( S D M )

Adanya peningkatan kapasitas (dari 50.000 menjadi 10 juta ton/th) dan penambahan jumlah pabrik (dari 7 menjadi 80) telah mengakibatkan adanya kelangkaan tenaga trampil dan timbul bajak-membajak antar pabrik.

(4)

sarjana muda yang kemudian menjadi tenaga ahli yang terampil dan manager di pabrik-pabrik. Kebutuhan SDM dapat disediakan, bajak-membajak dapat ditiadakan. Bahkan ada kelebihan yang dimanfaatkann oleh industri kertas Malaysia.

Tenaga kerja industri pulp & kertas : 110.000 orang.

II. Gambaran industri pulp

1. Pedoman Pemerintah (lampiran 6)

Pabrik pulp harus mempunyai HTI sendiri dan menggunakan kayu dari HTI-nya atau mempunyai ikatan pasokan kayu yang syah dari suatu HTI.

Pabrik pulp harus berada di luar Jawa.

Pabrik pulp harus bersahabat dengan lingkungan (environmentally friendly) dan mempunyai unit limbah (gas, cair, padat) yang memadai.

Pembuatan pulp dengan proses sulfit dilarang.

2. Pabrik dan HTI pulp yang ada.

Ada 7 pabrik pulp dengan jumlah kapaitas 5,9 juta ton/th dan jumlah areal HTI–pulp 2 juta HA (4,4 juta HA menurut data terakhir Departemen Kehutanan) (lampiran 7). Areal HTI ini adalah konsesi yang diberikan Pemerintah, yang berupa kombinasi hutan alam, hutan tanaman, semak dan lahan gundul. Pekerjaan pembangunan HTI belum selesai, baru mencapai sekitar 70%. Tetapi ada yang sudah selesai 100% (PT Tanjung Enim Lestari / Musi Hutan Persada). Pemerintah cq Departemen Kehutanan memberi kesempatan menyelesaikan HTI-pulp paling lambat 2009.

Pabrik-pabrik yakin bahwa pembangunan HTI selesai dalam 2009, bahkan sebelumnya. Pada waktu ini pasokan kayu dipenuhi dari hutan tanaman sendiri, kayu dari pembangunan HTI dan dari HTI dan sumber lain yang syah.

Bilamana HTI telah selesai dibangun, kebutuhan kayu 7 pabrik pulp akan terpenuhi sepenuhnya secara berkesinambungan, bahkan ada kelebihan kayu untuk perluasan pabrik atau mendirikan pabrik baru.

Kecuali PT. Kertas Kraft Aceh yang memproduksi pulp serat panjang, pabrik2 yang lain memproduksi pulp serat pendek.

3. Jenis dan ukuran kayu yang dipakai

Jenis kayu yang dinilai cocok ialah kayu serat pendek, Acacia dan Eucalyptus. Kayu serat pendek dapat dipanen dalam 7 tahun (di negara dingin 22-30 tahun) sedang kayu serat panjang 15-30 tahun (di negara dingin 50-100 tahun). Dari pengalaman, tanaman generasi kedua, lebih baik dari generasi pertama dan dapat dipanen lebih cepat.

Berbeda dengan industri kayu lainnya yang memerlukan kayu dengan diameter tertentu dengan batang-batang yang lurus, industri pulp dapat menerima kayu kecil, cabang dan ranting dan batang-batang yang tidak lurus.

III. Keunggulan peluang dan prospek

1. Keunggulan dan peluang. (lampiran 8)

(5)

Departemen Kehutanan menyatakan bahwa sesuai dengan kebijaksanaan pengelolaan hutan lestari, industri pulp sangat prospektif untuk dikembangkan. Menteri Kehutanan menyatakan agar Indonesia dapat membangun 8 pabrik pulp baru sampai 2014. Departemen Kehutanan mentargetkan pembangunan HTI mencapai 5 juta HA pada 2009 dan 20 juta HA pada 2025. Departemen Kehutanan menetapkan kebijaksanaan bahwa pabrik pulp baru harus mulai dengan membangun HTI terlebih dahulu dan membangun pabrik pulp belakangan, sehingga pada waktu yang bersamaan (tahun ke–7) pohon siap dipanen dan pabrik siap beroperasi. Industri pulp Indonesia menerima dan mendukung kebijaksanaan ini.

Departemen Perindustrian & Perdagangan menyatakan bahwa pulp & kertas & produk-produk kertas adalah produk andalan ekspor.

Mulai 1980-an Pemerintah /Departemen Perindustrian secara bertahap menfasilitasi penurunan bea-masuk (BM) atas pulp & kertas. BM yang tadinya 60% sekarang telah menjadi rata-rata 0-5%. Hal ini kelihatannya tidak bersahabat terhadap industri pulp & kertas. Tetapi hal ini telah menjadikan industri pulp & kertas tidak cengeng, menjadi industri yang efisien dan siap bersaing secara global.

Prof. Dr. Ir. Achmad Sumitro dari Fakultas Kehutanan UGM dalam pidato dies 2003 menyatakan a.l. : ”Pertumbuhan industri pulp & kertas menjadi peluang agar Indonesia terlepas dari kesulitan hutan yang sudah terlanjur rusak. Dengan integrasi hutan tanaman dengan hutan alam maka satu sama lain dapat saling melengkapi memenuhi kebutuhan kesejahteraan dan pelestarian hutan.”

 Sebagai negara tropis, pohon siap tebang 3 kali lebih cepat dari pohon didaerah dingin.

 Adanya air yang cukup untuk proses pembuatan pulp & kertas.

 Adanya penduduk Indonesia yang cukup besar (220 juta) dan yang makin berpendidikan. Ini menjadi konsumen kertas yang besar dan terus meningkat.

 Adanya tenaga yang terampil dan berpendidikan.

 Indonesia berada ditengah-tengah Asia yang makin maju dalam tingkat ekonomi dan pendidikannya.

 Hutan di Asean, Asia, Norscan (North America & Scandinavia), sudah tidak dapat ditambah arealnya, kecuali Indonesia, Amerika Selatan, Rusia.

(6)

buruh mesin-mesin tua). Kebutuhan naik, pasokan turun. Norscan mendapat pesaing berat dari Amerika Selatan dan China. Secara global sedang terjadi proses pergeseran pusat industri pulp & kertas dunia : industri Eropa bergeser ke Eropa Timur, Rusia, China, Amerika Selatan; Amerika Utara bergeser ke Amerika Selatan dan Ke Asia / China.

Ini semua merupakan kesempatan emas bagi negara-negara yang mempunyai potensi hutan, ini semua merupakan kesempatan emas bagi Indonesia (dan Amerika Selatan, Rusia).

 Tahun 2006 ini Amerika Selatan mengoperasikan pabrik-pabrik pulp baru 4,5 juta ton/th, sehingga kapasitas Amerika Selatan menjadi 6,2 juta ton/th (pada 2008 kapasitas menjadi 8 juta ton/th), yang ditujukan untuk mengisi pasar China. Yang ditakutkan Amerika Selatan ialah Indonesia, karena besarnya kawasan hutan Indonesia, biaya produksi yang bersaing (lebih murah) dan dekatnya jarak Indonesia dan China.

China sangat berkembang dalam kertas, tetapi tidak dalam pulp. Pembangunan HTI di China mahal yang berakibat meninggikan harga pulpnya :

- Tanah China adalah tanah granit yang kurang subur, sedangkan tanah Indonesia adalah tanah vulkanis yang sangat subur. - Tanah di China adalah milik masyarakat sehingga untuk memiliki

atau menyewanya harus bernegosiasi dengan masing-masing petani.

2. Manfaat dan peran industri pulp

Pembangunan dan pengembangan industri pulp membawa manfaat kepada bangsa dan negara.

Pada waktu ini kawasan hutan Indonesia (120 juta HA, atau 60% dari dari luasa daratan Indonesia) mengalami penyusutan areal hutannya (2 juta HA pertahun) yang disebabkan oleh penebangan liar. Penyusutan dan kerusakan ini meliputi semua jenis kawasan hutan, meskipun ada berbagai upaya dari semua fihak untuk mengatasinya.

Industri pulp yang menggunakan kayu sebagai bahan bakunya, beroperasi dengan mengelola sumber kayu tersebut melalui HTI, dengan manajemen tebang-tanam secara berkelanjutan (sustainable forest management).

(7)

Dalam mengelola HTI-pulp, industri pulp berpedoman pada 3P (Planet, People, Production).

Planet: Industri pulp memberi manfaat kepada bumi dengan penghutanan kembali, pelestarian hutan, menambah kawasan hutan lestari dan memelihara lingkungan hidup dengan mencegah pencemaran dan membuat lingkungan yang ramah. Didalam usaha hutan lestari ini, industri pulp membantu dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar membangun dan mengelola hutan-rakyat.

Lingkungan hidup yang ramah dicapai dengan melakukan pengelolaan limbah dan manajemen pengelolaan lingkungan serta tidak menggunakan proses produksi yang polutif.

Perusahaan mendapat sertifikat lingkungan seperti ISO dan Riaupulp bahkan telah mendapat sertifikat LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia).

People: Industri pulp memberi manfaat kepada rakyat melalui lapangan kerja dan pengembangan masyarakat (Community Development - CD). Penduduk sekitar mendapat lapangan kerja dan tamatan SMU mendapat pendidikan seperti di Akademi Teknologi Pulp & Kertas (ATPK) Bandung untuk menjadi tenaga operator pabrik yang trampil dan manager. CD membantu kegiatan UKM, hutan rakyat, fasilitas sosial. Riaupulp menerima Award Asian CSR 2005 (Corporate Social Responsibility).

Production/Profit: Sebagai suatu usaha bisnis, adalah wajar usaha menghasilkan produksi dan profit a.l. untuk menjamin komitmen terhadap planet dan people tersebut diatas.

3. Kesimpulan (lampiran 10)

Prospek industri pulp di Indonesia sangat cerah.

 Investor dalam negeri dan asing sangat berminat untuk melakukan investasi, baik untuk perluasan atau mendirikan pabrik baru.

 Kuncinya ialah bagaimana memikat investor untuk menanamkan modalnya, yang harus dipikat dengan iklim investasi yang konduktif.

IV. Visi dan persyaratannya 1. Visi

Dengan berbekalkan prospek yang sangat cerah, visi industri pulp Indonesia ialah menjadi salah satu pemain utama industri pulp dunia.

2. Persyaratan

(8)

 Perlu partisipasi modal asing (baik patungan maupun direct) mengingat besarnya biaya yang diperlukan. Investasi 1 pabrik 1 juta ton/th USD 1 milyar.

 Industri pulp yang ada dan calon investor (terutama investor asing) sangat berminat untuk memanfaatkan peluang emas yang ada di Indonesia. Tetapi mereka memerlukan jaminan atas keselamatan investasi mereka, ialah iklim investasi yang kondusif: kestabilan politik, kepastian hukum (dan peraturan jangka panjang yang konsisten), perburuhan, korupsi/ suap/ pungutan liar, kualitas SDM. Jaminan keamanan (seperti keamanan HTI-pulp dari penebangan liar dan penyerobotan lahan), jaminan terhadap Perda-perda, pungutan daerah yang beraneka ragam, infrastruktur, disiplin & mental nasional. Hal-hal diatas kelihatannya berlebihan, tetapi kalau Indonesia tidak menyediakannya, negara-negara lain seperti China, Vietnam, Thailand, Kamboja dapat menyediakannya dan investor masuk ke negara-negara tersebut. Bagaimanapun juga, dunia Internasional sependapat bahwa keadaan Indonesia sudah semakin baik (lampiran 9)

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi KDQ\D EHUODQJVXQJ VDWX DUDK ³ guru mengajar dan siswa belajar ´ , dalam pola belajar ini intruksi belajar dari guru masih kurang, karena guru cenderung

Oleh itu, Buku Garis Panduan Pengurusan Kejohanan Balapan dan Padang (Olahraga) di Sekolah yang diterbitkan ini akan dapat membantu pihak sekolah

Oleh karena itu, RUU PTEBT ini tidak cukup untuk memelihara dan melestarikan PTEBT Indonesia. Perlindungan PTEBT harus menerapkan upaya-upaya yang tidak hanya terkait dengan HKI

Implementasi Komponen Pendidikan terhadap Penyelenggaraan Program Studi Strategi Operasi Laut Program Magister Terapan di Seskoal disarankan untuk dapat menjadi bahan

Siswa perempuan yang mempunyai KBK sedang :keempat aspek berpikir kreatif dikuasai dengan cukup baik, sebagian besar proses berpikir kreatif dilakukan dengan cukup baik

Berdasarkan sajian data hasil wawancara dengan kepala sekolah, konselor dan guru kelas, dapat disimpulkan untuk penanganan yang telah diberikan oleh konselor untuk

Metode pengujian hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Debt to Equity Ratio (DER), Price

Peta anomali Bouguer memperlihatkan Tinggian Semitau anomali 40-60 mGal yang terbentuk di selatan dan dibagian utara dan Cekungan Ketungau terbentuk pada anomali 4-40 mGal