• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECERDASAN BUATAN DALAM RESUSITASI JANTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KECERDASAN BUATAN DALAM RESUSITASI JANTU"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

i PENERAPAN KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE)

DALAM RESUSITASI JANTUNG PARU PASIEN GAWAT DARURAT BERBASIS SISTEM OPERASI

Penulis :

Hammad, S.Kep, M.Kep

(2)

ii Ringkasan

Latar Belakang : RJP (Resusitasi Jantung Paru) setiap hari dilakukan baik di dalam maupun di luar rumah sakit untuk menangani pasien gawat darurat yang mengalami henti jantung dan paru. era millienium masyarakat dikenalkan dengan elearning(electronic learning) yang mana merupakankegiatan belajar mengajar dengan menggunakan fasilitas digital elektronik baik di dalam kelas maupun dalam kursus tertentu dengan menggunakan berbagai alat – alat canggih masa sekarang seperti handphone cerdas (smartphone), tab, dan berbagai gadget lainnya serta dapt digunakan dengan berinterkaksi dengan orang lain baik secara sendiri maupun dengan banyak orang lain. Pembelajaran mengenai kesehatan maupun pertolongan medis banyak sekali tetapi tidak ada yang melakukan pendekatan terhadap pertolongan kegawatdaruratan CPR. Pendekatan dengan sistem Kecerdasan Buatan (AI) ini sangat penting diaplikasikan dalam pendekatan tindakan medis / kesehatan seperti misalnya tutorial tindakan pembedahan karena pendekatan seperti ini bahkan dapat memberikan tutorial yang nyata dengan melewati langkah pengenalan secara kognitif.

.

(3)

3

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Resusitasi jantung Paru atau Cardiopulmonar Resuscitation (CPR) merupakan tindakan yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam menangani kasus emergensi pada sistem kardiovaskuler dan pernafasan(Jones, 2014; K. G. et. al. Monsieurs, 2015; The American National Red Cross, 2015). Usaha ini dilakukan dalam rangka menormalkan kembali kemampuan bernafas, sirkulasi dan sistem persarafan yang sebelumnya abnormal dengan memberikan kompresi jantung dan paru (AHA, 2015; Soar et al., 2015)

Usaha ini dilakukan dalam rangka menormalkan kembali kemampuan bernafas, sirkulasi dan sistem persarafan yang sebelumnya abnormal dengan memberikan kompresi jantung dan paru.Kondisi cardiac arrest 75- 45% terjadi di rumah dan 95% meninggal sebelum ke RS(AHA, 2015; Soar et al., 2015). Early CPR pada out of hospitalsebelum kedatangan EMS akan meningkatkan harapan hidup 30 hari pasien pasca kejadian cardiac arrest dibandingkan dengan tidak dilakukan CPR saat belum tiba EMS (Hammad, 2017; Hasselqvist, 2015).

(4)

4 mencapai 42,9 % (Andrayani, 2014). Setiap tahun, layanan gawat darurat medis mengkaji adanya lebih dari 420.000 cardiac arrest terjadi luar rumah sakit di Amerika Serikat (American Heart Association,2014). Pada tahun 2013 Layanan Medis Darurat atau Emergency Medical Service (EMS) di Inggris berusaha menyadarkan sekitar 28.000 kasus out-of-hospital cardiac arrest (OHCA) (British Heart Foundation,2015). Hasil Konsorsium Jantung Epistry dan Pedoman Resusitasi menunjukkan angka kejadian henti jantung masih tinggi di seluruh negara di dunia. Sebesar 359,400 kejadian henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit pada tahun 2013 di Amerika. Sedangkan pada tahun 2012, didapatkan angka 382.800 kejadian henti jantung di luar rumah sakit. Kejadian OHCA di beberapa negara yang tergabung dalam Asia-Pasifik salah satunya Indonesia dalam tiga tahun terakhir yakni sebanyak 60.000 kasus(Doctor et al., 2017; Hock, Pin, & Alhoda, 2014)Mengenai prevalensi penderita henti jantung di Indonesia, data tiap tahun belum ada data yang spesifik menyebutkan, tetapi kemungkinan 10 ribu warga, atau 30 orang / hari dimana penderita jantung koroner merupakan jumlah yang dominan (Kemenkes, 2013).

(5)

5 pertolongan bisa maksimal dan teroganisir secara baik. RJP sangat bermanfaat bagi penyelamatankehidupan karena dengan pemberian kompresi dada dan paru maka sirkulasi pasien dapat kembali berjalan ke organ vital pasien terutama ke otak dan jantung itu sendiri dengan disertai pemberian napas buatan secara sederhana sehingga terjadi ventilasi dan pertukaran oksigen di paru – paru (AHA, 2015; K. G. Monsieurs et al., 2015; Soar et al., 2015).

(6)

6 Pendekatan penggunaan Artifical Intelligence (AI) atau Sistem Pakar merupakan suatu terobosan baru di dunia kesehatan dalam penanganan dan penatalaksanaan berbagai masalah terhadap pasien termasuk dalam penanganan pasien dengan kondisi kegawatdaruratan. Penggunaan AI merupakan pendekatan mutakhir dan terupdate dengan menggunakan teknologi yang terus maju dan memudahkan tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan. Dengan perkembangan teknologi yang sangat modern, maka dikembangkan pula suatu teknologi yang mampu mengadopsi cara berfikir manusia yaitu teknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. AImerupakan bagian dari kecerdasan buatan yang menggabungkan pengetahuan dan kemampuan penelusuran data yang telah dimasukkansehingga didapatkanpemecahan masalah yang memerlukan bidang keahlian tertentu. Tujuan dari sistem pakar sebenarnya bukan untuk menggantikemampuan otak maupun skill manusia, namun dalam rangka mempresentasikan kemampuan berpikirmanusia dalam bentuk sistem operasi, sehingga dapat dipergunakan oleh manusia itu sendiri. Sistem pakar akan memberikan kemampuan solusi yang sebagaimana layaknya kemampuan seorang pakar. Sistem pakar dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan di bidang tertentu yang mendekati kemampuan seseorang pada kondisi yangspesifik.(Balamba, Lumenta, & Sugiarso, 2017; Hendrata, Arifin, & Hikmah, 2016; Jonsson et al., 2015; Santoso, 2012).

(7)

7 kursus tertentu dengan menggunakan berbagai alat – alat canggih masa sekarang seperti handphone cerdas (smartphone), tab, dan berbagai gadget lainnya serta dapt digunakan dengan berinterkaksi dengan orang lain baik secara sendiri maupun dengan banyak orang lain. Pembelajaran mengenai kesehatan maupun pertolongan medis banyak sekali tetapi tidak ada yang melakukan pendekatan terhadap pertolongan kegawatdaruratan CPR (Chai, 2015; Kovic & Lulic, 2011). Pendekatan dengan sistem Kecerdasan Buatan (AI) ini sangat penting diaplikasikan dalam pendekatan tindakan medis / kesehatan seperti misalnya tutorial tindakan pembedahan karena pendekatan seperti ini bahkan dapat memberikan tutorial yang nyata dengan melewati langkah pengenalan secara kognitif (Wentink, Stassen, Alwayn, Hosman, & Stassen, 2003).

(8)

8 menerapkan sistem pakar yang kompleks dan canggih. Apalagi berkaitan dengan jiwa atau kondisi kesehatan seorang pasien / manusia baik untuk terapi maupun untuk diagnostik (Bella & Eloff, 2016; Ogata & Matsuura, 2013; Seshadri et al., 2003; Spearman et al., 2014).

1.2Konsep Resusitasi Jantung Paru

1.2.1 Pengertian

Henti jantung dan paru adalah kematian yang terjadi sebagai akibat dari hilangnya fungsi jantung dan paru secara mendadak. Keadaan ini termasuk permasalahan kesehatan yang gawat daruart dan mengenaskan karena dapat menyerang secara tiba-tiba serta terjadi pada usia tua maupun muda. Keadaan ini bisa saja terjadi pada seseorang dengan ataupun tanpa penyakit jantung atau paru sebelumnya (AHA, 2015; Jones, 2014; K. G. Monsieurs et al., 2015)

(9)

9 Resusitasi jantung paru (RJP) adalah atau Cardiopulmonar Resuscitation(CPR)merupakan tindakan yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam menangani kasus emergensi pada sistem kardiovaskuler dan pernafasan (American Red Cross, 2016) sebagai penyelamatan kehidupan dengan mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan cara memberikanpijat jantung eksternal dan atau bersamaan denganpemberian napas buatan kepada pasiendikarenakan fungsi jantung paru tersebut mengalami kegagalan total oleh sesuatu sebab yang datangnya tiba-tiba, sehingga dengan bantuan resusitasi diharapkan kedua fungsi jantung dan paru tersebut bekerja kembali (AHA, 2015; Ganthikumar, 2013; Hammad, 2017; Perkins et al., 2015; The American National Red Cross, 2015; Yurianto, 2017).

Resusitasi diberikan dan ketika itu terjadi pemberian asupan oksigen kepada organ vital terutama otak dan jantung. Resusitasi Jantung Paru pada pasien yang mengalami kegawatan pada jantung dan paru merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang terlatih dan kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis dan darurat. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis(Setyorini, 2011).

(10)

10 Recuer) secara benar apabila orang awam tersebut diberikan latihan pertolongan hidup dasar bagaimana melakukan pertolongan dengan tepat apabila menemukan pasien yang tidak sadar dan mengalami henti jantung dan atau paru(AHA, 2015; Ganthikumar, 2013; Priyonoadi, 2005; Toili, 2013).

1.2.2 Tujuan RJP

Tujuan Resusitasi Jantung Paru adalah pemberian supplai oksigen secara darurat dengan cara yang efektif dengan kompresi dada dan ventilasi buatan sehingga organ vital seperti otak dan jantung mendapatkan oksigen sehingga mencegah terjadinya hipoksia jaringan otak dan jantung yang bisa sangat berbahaya karena kalau tidak akan jatuh kedalam kondisi Systemic Cardiopulmonary Arrest. (AHA, 2015; Aprilyani Eka, 2016; Hammad, 2017; Hasselqvist, 2015; Jones, 2014; Perkins et al., 2015; Sze, 2014)

1.2.3 Indikasi RJP

(11)

11 Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu GOLDEN PERIOD (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil.

1.2.4 Prosedur Penalataksanaan Resusitasi Jantung Paru

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan secara tepat dan cepat bahkan walaupun dilakukan oleh orang awam sekalipun lebih lagi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional dalam hal ini dokter maupun perawat yang terlatih dan kompeten dalam pertolongan gawat darurat (AHA, 2015; Bossaert et al., 2015; Cahyono, 2015; Ganthikumar, 2013; Hasselqvist, 2015; K. G. Monsieurs et al., 2015; Perkins et al., 2015; Priyonoadi, 2005; Setyorini, 2011; Toili, 2013)

Adapun urutan atau langkah – langkah dalam pertolongan gawat darurat pasien yang mengalami henti jantung dan atau paru adalah sebagai berikut (AHA, 2015; Bossaert et al., 2015; K. G. et. al. Monsieurs, 2015; The American National Red Cross, 2015):

(12)

12 object), Setelah penolong dan lingkungan aman maka selanjutnya meletakan korban pada tempat yang rata, keras, kering dan jauh dari bahaya.

2) RESPON : Cek Respons / Penilaian Kesadaran Cek kesadaran korban dengan memanggil dan menepuk bahunya. Jika dengan memanggil dan menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran dengan melakukan Rangsangan Nyeri. lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang dada korban dengan cara penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk. Jika tidak ada respon dengan rangsany nyeri berarti korban tidak sadar dan dalam kondisi koma.

3) CALL FOR HELP ; Jika korban tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan (SOS) dan cara lainya. BERTERIAK : Memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Jika ada AED (Automatic External Defibrilation) maka suruh penolong lain untuk mengambil AED. MENELEPON : menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai dengan nomor dilokasi / negara masing-masing. Seperti : 911, 118, 112, 113, 999, 000, 555 dan lain-lain. EMERGENCY SIGNAL : dengan membuat asap, kilauan cahaya, suar dan lain-lain jika lokasi ada didaerah terpencil.

(13)

13 dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah samping sampe terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau tidak denyut nadi korban. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban. Jika nadi tidak teraba berarti korban mengalami henti jantung, maka segera lakukan penekanan / kompresi pada dada korban. Jika nadi teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukaan jalan napas dan pemeriksanaan napas.

Kompresi Dada Jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka harus segera dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak 30 kali. caranya : posisi penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada yaitu sekitar setengah tulang sternum (anak dan bayi sepertiga sternum), lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan diatas tulang dada. Setelah lalu tekan dada korban denga menjaga siku tetap lurus. Tekan dada korban sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 5-6 cm / 2-2.4 inci (korban dewasa), 2 inci/ 5 cm (Pada anak), 1 setengah inci / 4 cm (bayi) dengan. Dengan kecepatan 100-120 kali permenit

(14)

14 6) BREATHING ; Memberikan Napas Buatan Jika korban masih teraba berdenyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan Melihat ada tidaknya pergerakan dada (LOOK), mendengarkan suara napas (LISTEN) dan merasakan hembusan napas (FEEL).

Jika korban berdenyut jantungnya tetapi tidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan saja sebanyak 10-12 nafas buatan (1 kali per 6 detik) kali per menit. Jika korban masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban dimiringkan agar ketika muntah tidak terjadi aspirasi. Korban yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya, penolong setelah melakukan kompresi dan membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan sebanyak 2 kali.

7) Evaluasi Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2 napas buatan) Evaluasi pada pemebrian napas buatan saja dilakukan setiap 2 menit

(15)

15 1.3Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan / Sistem Pakar)

Sistem Pakar merupakan suatu terobosan baru di dunia kesehatan dalam penanganan dan penatalaksanaan berbagai masalah terhadap pasien termasuk dalam penanganan pasien dengan kondisi kegawatdaruratan. Penggunaan AI merupakan pendekatan mutakhir dan terupdate dengan menggunakan teknologi yang terus maju dan memudahkan tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan. Dengan perkembangan teknologi yang sangat modern, maka dikembangkan pula suatu teknologi yang mampu mengadopsi cara berfikir manusia yaitu teknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. AI merupakan bagian dari kecerdasan buatan yang menggabungkan pengetahuan dan kemampuan penelusuran data yang telah dimasukkan sehingga didapatkan pemecahan masalah yang memerlukan bidang keahlian tertentu(Giarratano & Riley, n.d.; Hendrata et al., 2016; Jakfari, Bandung, Bandung, & Ntroduction, 2013; Jonsson et al., 2015; Santoso, 2012).

Tujuan dari sistem pakar sebenarnya bukan untuk mengganti kemampuan otak maupun skill manusia, namun dalam rangka mempresentasikan kemampuan berpikir manusia dalam bentuk sistem operasi, sehingga dapat dipergunakan oleh manusia itu sendiri. Sistem pakar akan memberikan kemampuan solusi yang sebagaimana layaknya kemampuan seorang pakar. Sistem pakar dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan di bidang tertentu yang mendekati kemampuan seseorang pada kondisi yang spesifik. (Balamba et al., 2017; Hendrata et al., 2016; Jonsson et al., 2015; Santoso, 2012).

(16)

16 kegiatanmanusia. Dan AI di butuhkan agar komputer dalam mengatasi jumlah data yang terbatas dapat bekerja secara optimal. Agar penggunaan data lebih efisien dalam mengatasi jumlah data yang terbatas dapat bekerja secara optimal. Agar penggunaan data lebih efisien dan tidak banyak makan tempat dalam penyimpanan data(Jakfari et al., 2013; Safrina, 2015)

Seorang ahli (atau disebut pakarmerupakan seseorang yangdiakui kemampuan keilmuan dan pemahaman yang superior dalam suatu bidang ilmu. Misalnya: seorang dokter, penasehat keuangan, pakar mesin motor. Tiap ahli/ pakar dengan sistem pakar tersendiri mempunyai banyak perbedaan pada masing –masing bidang ilmu (Jonsson et al., 2015; Santoso, 2012).

(17)
(18)

18 1.4Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian (modifikasi Human Behaviour Model Rasmussen, 2003 dalam penggunaan teknologi VR)

Stimulasi Aplikasi Resusitasi berbasis

Sistem Operasi

Knowledge Based Behaviour

Rule based behaviour

Skill Based

Behaviour Pola Otomatisasi

Sensori - Motorik Fitur

Formasi

Rekognisi Hubungan antar bagian / latihan

Stored aturan-aturan dalam tindakan Identifikas Keputusan melakukan

tindakan Perencanaan tindakan

(19)

19 1.5Kesimpulan

(20)

20 Daftar Pustaka

AHA. (2015). Guidelines Update for CPR and ECC.

Andrayani, L. W. (2014). Pengalaman Perawat Melaksanakan Chain of Survival dalam Penanganan Henti Jantung di IGD RSUP NTB (Studi Fenomenologi) - bkg. Universitas Brawijaya.

Aprilyani Eka, C. (2016). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr Wahidin Sudirohusodo Mojokerto. KTI d3 Keperawatan.

Balamba, M. K., Lumenta, A. S. M., & Sugiarso, B. A. (2017). Animasi 3 Dimensi Penyakit Jantung KoronerPada Manusia. E-Journal Teknik Informatika, 11(1). Bella, M. A. B., & Eloff, J. H. P. (2016). A near-miss management system architecture for the forensic investigation of software failures. Forensic

Science International, 259, 234–245.

https://doi.org/10.1016/j.forsciint.2015.10.007

Bossaert, L. L., Perkins, G. D., Askitopoulou, H., Raffay, V. I., Greif, R., Haywood, K. L., … Nolan, J. P. (2015). European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015 Section 11. The ethics of resuscitation and end-of-life decisions. European Resuscitation Council, 95, 302–311. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2015.07.033

Cahyono, A. (2015). Ketepatan Posisi Penolong saat Resusitasi Jantung Paru terhadap Keberhasilan resusitasi Jantung Paru. Universitas Muhammadiyah Malang.

Chai, S. et. a. (2015). Pengembangan Aplikasi Mobile Learning untuk Pertolongan Pertama. Teknika, 4(1), 29–37.

Doctor, N. E., Shahidah, N., Ahmad, B., Pek, P. P., Yap, S., Eng, M., & Ong, H. (2017). The Pan-Asian Resuscitation Outcomes Study ( PAROS ) clinical research network : what , where , why and how, 58(7), 456–458. https://doi.org/10.11622/smedj.2017057

Fahmi, I., Santosa, B., Industri, J. T., & Industri, F. T. (2014). Aplikasi data mining untuk memprediksi performansi mahasiswa dengan metode klasifikasi decision tree. Jurnal Teknik, 1–6.

Ganthikumar, K. (2013). Indikasi dan Keterampilan Resustisi Jantung Paru. ISM, 6(1).

(21)

21 Programming , Fourth Edition By.

Hammad. (2017). Pendekatan Clinical Pathway dalam Praktik Keperawatan Gawat Darurat (2nd ed.). Banjarbaru.

Hasselqvist, I. (2015). Early Cardiopulmonary Resuscitation in Out-of-Hospital Cardiac Arrest. The New England Journal of Medicine, (372), 2307–2315. https://doi.org/10.1056/NEJMoa1405796

Hendrata, T. W., Arifin, A., & Hikmah, F. (2016). Sistem Monitoring Elektrokardiografi Berbasis Aplikasi Android. Teknik ITS, 5(2), 1–7.

Hock, M. O. E., Pin, P. P., & Alhoda, M. (2014). Pan-Asian Network Promotes Regional Cardiac Arrest Research.

Jakfari, M. H., Bandung, I. T., Bandung, J. G., & Ntroduction, I. I. (2013). Pohon Keputusan dan Algoritmanya dalam Permainan Catur.

Jones, S. (2014). ACLS, CPR, and PALS. DAvis Company.

Jonsson, M., Sc, B., Fredman, D., Nordberg, P., Pettersson, H. J., Ph, D., … Ph, D. (2015). Mobile-Phone Dispatch of Laypersons for CPR in Out-of-Hospital Cardiac Arrest. The New England Journal of Medicine, 372. https://doi.org/10.1056/NEJMoa1406038

Kovic, I., & Lulic, I. (2011). Mobile phone in the Chain of Survival. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2011.02.014

Monsieurs, K. G. et. al. (2015). European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. European Resuscitation Council, 95, 1–80. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2015.07.038

Monsieurs, K. G., Nolan, J. P., Bossaert, L. L., Greif, R., Maconochie, I. K., Nikolaou, N. I., … Soar, J. (2015). European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015 Section. European Resuscitation Council, 95, 1–80. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2015.07.038

Ogata, S., & Matsuura, S. (2013). A review method for UML requirements analysis model employing system-side prototyping. SpringerPlus, 2(1), 1–12. https://doi.org/10.1186/2193-1801-2-134

(22)

22 Priyonoadi, B. (2005). Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP) sebagai Salah Satu Bekal Keterampilan Profesi Guru Pendidikan Jasmani. Cakrawala Pendidikan, 289– 307.

Prototyping. (n.d.).

Safrina, V. D. (2015). Aplikasi Pohon Keputusan sebagai Alat Penggalian Data pada Toko Belanja Online.

Santoso, L. . et. al. (2012). Aplikasi Sistem Pakar berbasis Web untuk Mendiagnosa Awal Penyakit Jantung. Universitas Kristen Petra.

Seshadri, S. B., Arenson, R., Khalsa, S., Brikman, I., & van Der Voorde, F. (2003). Prototype medical image management system (MIMS) at the University of Pennsylvania: software design considerations. 1987. Journal of Digital

Imaging : The Official Journal of the Society for Computer Applications in

Radiology, 16(1), 96–102; discussion 95. https://doi.org/10.1007/s10278-002-6026-5

Setyorini, F. A. (2011). Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Ketrampilan Perawat dalam Melaksanakan resusitasi Jantung Paru di Ruang KRitis dan IGD RS Moewardi Surakarta.

Soar, J., Nolan, J. P., Böttiger, B. W., Perkins, G. D., Lott, C., Carli, P., … Smith, G. B. (2015). European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015 Section 3. Adult advanced life support. European Resuscitation Council, 95, 100–147. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2015.07.016

Spearman, J. V., Meinel, F. G., Schoepf, U. J., Apfaltrer, P., Silverman, J. R., Krazinski, A. W., … Geyer, L. L. (2014). Automated quantification of epicardial adipose tissue using CT angiography: Evaluation of a prototype software. European Radiology, 24(2), 519–526. https://doi.org/10.1007/s00330-013-3052-2

Sze, C. L. (2014). Experience of Patients with Acute Myocardial Infarction in Sarawak General Hospital Heart Center. Faculty of OF Medicine and Health Sciences.

The American National Red Cross. (2015). Basic Life Support for Healthcare Providers.

Toili, S. S. M. A. N. (2013). Pengaruh Pelatihan Teori bantuan Hidup Dasar terhadap Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru. Jurnal Keperawatan, 1. Wahyuningtyas, G., Mukhlash, I., & Soetrisno. (2014). Aplikasi Data Mining untuk

(23)

23 Dan Seni POMITS, 2(1), 1–6.

Wentink, M., Stassen, L. P. S., Alwayn, I., Hosman, R. J. A. W., & Stassen, H. G. (2003). Rasmussen’s model of human behavior in laparoscopy training. Surgical Endoscopy and Other Interventional Techniques, 17(8), 1241–1246. https://doi.org/10.1007/s00464-002-9140-z

(24)

24 Biodata Penulis

Nama Lengkap Ns. Hammad, S.Kep, M.Kep.

NIP 197705012005011005

Nomor Sertifikat Pendidik 140010010535

Jabatan Fungsional Dosen Lektor

Pangkat dan Golongan Penata Muda/ III c

Tanggal Lahir 1 Mei 1977

Tempat Lahir Martapura

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Politeknik Kesehatan Banjarmasin

Jurusan/Program studi Keperawatan/ DIII Keperawatan

No telp : a rumah b. Hp

-

085249309863

E-Mail [email protected]

Mata Kuliah yang DIampu KMB

Gawat Darurat

A. RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI

Tahun Lulus Program

Pendid ikan

Perguruan Tinggi Jurusan/Program

Studi

1999 D III PAM Keperawatan Depkes Banjarbaru Keperawatan

2003 Sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Airlangga

Keperawatan

2004 Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Airlangga

Keperawatan

2013 Magister Universitas Airlangga Keperawatan

B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

Tahun Judul Ketua / Anggota

Tim

Sumber Dana

2011 Perbandingan Tingkat

Pengetahuan Ibu tentang Pneumonia pada Balita di

Anggota Poltekkes

(25)

25 Wilayah Kerja Puskemas

Cempaka dan Puskesmas

Sungai Besar Kota

Banjarbaru

2011 Studi Korelasi Kebiasaan

Minum Kopi dengan Jenis Penyakit Jantung Non Infeksi di Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin

Ketua Poltekkes

Banjarmasin

2012 Resiko Penularan HIV/AIDS

pada Tenaga Kesehatan

Berdasarkan Prinsip Aseptik Antiseptik dalam Pelayanan Kesehatan di Masyarakat

Kabupaten/Kota Provinsi

Kalimantan Selatan

Anggota Risbinakes

2012 Tingkat Kepatuhan Pasien

Gagal Ginjal Kronik dalam Pembatasan Cairan pada Terapi Hemodialisa

Anggota Risbinakes

2013 Pengembangan Model

Loyalitas Mahasiswa

Keperawatan pada

Pendidikan Tinggi

Keperawatan

Mandiri Poltekkes

Banjarmasin

2014 Motivasi Belajar Mahasiswa

Keperawatan di Poltekkes Banjarmasin

Ketua Poltekkes

Banjarmasin

C. PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH DALAM 5 Tahun Terakhir

Tahun Judul Penerbit / Jurnal

2011 Perbandingan Tingkat Pengetahuan Ibu

tentang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskemas Cempaka dan

Puskesmas Sungai Besar Kota

Banjarbaru

Jurnal Al Ulum Volume 49 No 3 Juli 2011 (Jurnal Lokal)

2011 Studi Korelasi Kebiasaan Minum Kopi

dengan Jenis Penyakit Jantung Non Infeksi di Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin

Jurnal Skala Kesehatan

Politeknik Kesehatan

Banjarmasin Volume 2 No. 2 Juli 2011 (Jurnal Lokal)

2012 Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik dalam Pembatasan Cairan pada Terapi Hemodialisa

Jurnal Ners Volume 7 No 1 April 2012 (Jurnal Nasional Terakreditasi)

2012 Resiko Penularan HIV AIDS pada Tenaga

Kesehatan Berdasarkan Prinsip Aseptik Antiseptik dalam Pelayanan Kesehatan di Masyarakat Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan

(26)

26

2013 Pengembangan Model Loyalitas

Mahasiswa Keperawatan pada

Pendidikan Tinggi Keperawatan

Jurnal Ners Volume 8 No 1 April 2013 (Jurnal Nasional Terakreditasi)

2013 Critical Review Pengaruh Pemberian

Mikronutrien Pada Perawatan Pasien TB Paru

Jurnal Citra Keperawatan, Jilid I, No 4 Desember 2013(Jurnal Lokal)

D. MAKALAH / POSTER

Tahun Judul Penyelenggara

E. PENYUNTING/ EDITOR/ REVIEWER/ RESENSI

Tahun Judul Penyelenggara

KONFERENSI/ SEMINAR/ LOKAKARYA/ SIMPOSIUM

Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara Peranan sebagai

Panitia/ Pembicara/ Peserta

2013 Seminar Nasional

Keperawatan Advance

Nursing Practice in

Clinical Setting

Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga Surabaya

Pembicara

2015 Seminar Internasional

Kepera atan “Updating E idence Base “ UGM Yogyakarta

Fakultas Keperawatan

Universitas Gajah

Mada YOgyakarta

Peserta

2016 ETAR Conference Global

Illuminator

Universitas Lambung Mangkurat

Pembicara

2017 Simposium sehari

Manajemen Nyeri dan Pelantikan Pengurus IDI HSS

Ikatan Dokter

Indonesia

Pembicara

.F Karya Buku 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman

Penerbit 1 Pendekatan Clinical Pathway

dalam Penanganan Gawat Darurat

2016, 2017 9ed revisi)

50 CV Radius

Madiun

G. Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

1 Pendekatan Clinical Pathway dalam Penanganan Gawat Darurat

(27)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian (modifikasi Human Behaviour

Referensi

Dokumen terkait

Indikator promosi menurut Ristania dan Jerry (2014) dalam Aliyah (2017:24) yaitu antara lain : a) Jangkauan Promosi Jangakauan promosi merupakan perkiraan jumlah

Kajian ini diambil penulis untuk dijadikan penelitian karena penulis tertarik untuk mengetahui strategi online personal branding yang dilakukan oleh Eugenie

Berdasarkan hasil olah data yang diterima pada analisis faktor variabel kepuasaan konsumen, seluruh indikator layak sebagai pembentuk variabel kepuasan konsumen dengan

Iran, penelitian sejenis yang diikuti 129 partisipan menunjukkan prevalensi stres pada mahasiswa fakultas kedokteran adalah 61,47% dimana 26,22% diantaranya merupakan stres

Sifat khusus dari bentonit adalah kemampuan untuk membentuk gel thixotrophic dengan air, kemampuan untuk menyerap besar jumlah air, dan kapasitas kation tukar

Beberapa informasi penting yang harus dicantumkan dalam suatu tabel normal adalah spesies, daerah tempat mengumpulkan sampel pohon/tegakan, penyusun, unit volume atau sortimen

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2014) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan transaksional

Namun karena beragamnya jenis kayu tropis yang ada, khususnya di Indonesia, dan semakin berkembangnya industri produk komposit kayu seperti kayu lapis, papan