i PENERAPAN KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE)
DALAM RESUSITASI JANTUNG PARU PASIEN GAWAT DARURAT BERBASIS SISTEM OPERASI
Penulis :
Hammad, S.Kep, M.Kep
ii Ringkasan
Latar Belakang : RJP (Resusitasi Jantung Paru) setiap hari dilakukan baik di dalam maupun di luar rumah sakit untuk menangani pasien gawat darurat yang mengalami henti jantung dan paru. era millienium masyarakat dikenalkan dengan elearning(electronic learning) yang mana merupakankegiatan belajar mengajar dengan menggunakan fasilitas digital elektronik baik di dalam kelas maupun dalam kursus tertentu dengan menggunakan berbagai alat – alat canggih masa sekarang seperti handphone cerdas (smartphone), tab, dan berbagai gadget lainnya serta dapt digunakan dengan berinterkaksi dengan orang lain baik secara sendiri maupun dengan banyak orang lain. Pembelajaran mengenai kesehatan maupun pertolongan medis banyak sekali tetapi tidak ada yang melakukan pendekatan terhadap pertolongan kegawatdaruratan CPR. Pendekatan dengan sistem Kecerdasan Buatan (AI) ini sangat penting diaplikasikan dalam pendekatan tindakan medis / kesehatan seperti misalnya tutorial tindakan pembedahan karena pendekatan seperti ini bahkan dapat memberikan tutorial yang nyata dengan melewati langkah pengenalan secara kognitif.
.
3
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Resusitasi jantung Paru atau Cardiopulmonar Resuscitation (CPR) merupakan tindakan yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam menangani kasus emergensi pada sistem kardiovaskuler dan pernafasan(Jones, 2014; K. G. et. al. Monsieurs, 2015; The American National Red Cross, 2015). Usaha ini dilakukan dalam rangka menormalkan kembali kemampuan bernafas, sirkulasi dan sistem persarafan yang sebelumnya abnormal dengan memberikan kompresi jantung dan paru (AHA, 2015; Soar et al., 2015)
Usaha ini dilakukan dalam rangka menormalkan kembali kemampuan bernafas, sirkulasi dan sistem persarafan yang sebelumnya abnormal dengan memberikan kompresi jantung dan paru.Kondisi cardiac arrest 75- 45% terjadi di rumah dan 95% meninggal sebelum ke RS(AHA, 2015; Soar et al., 2015). Early CPR pada out of hospitalsebelum kedatangan EMS akan meningkatkan harapan hidup 30 hari pasien pasca kejadian cardiac arrest dibandingkan dengan tidak dilakukan CPR saat belum tiba EMS (Hammad, 2017; Hasselqvist, 2015).
4 mencapai 42,9 % (Andrayani, 2014). Setiap tahun, layanan gawat darurat medis mengkaji adanya lebih dari 420.000 cardiac arrest terjadi luar rumah sakit di Amerika Serikat (American Heart Association,2014). Pada tahun 2013 Layanan Medis Darurat atau Emergency Medical Service (EMS) di Inggris berusaha menyadarkan sekitar 28.000 kasus out-of-hospital cardiac arrest (OHCA) (British Heart Foundation,2015). Hasil Konsorsium Jantung Epistry dan Pedoman Resusitasi menunjukkan angka kejadian henti jantung masih tinggi di seluruh negara di dunia. Sebesar 359,400 kejadian henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit pada tahun 2013 di Amerika. Sedangkan pada tahun 2012, didapatkan angka 382.800 kejadian henti jantung di luar rumah sakit. Kejadian OHCA di beberapa negara yang tergabung dalam Asia-Pasifik salah satunya Indonesia dalam tiga tahun terakhir yakni sebanyak 60.000 kasus(Doctor et al., 2017; Hock, Pin, & Alhoda, 2014)Mengenai prevalensi penderita henti jantung di Indonesia, data tiap tahun belum ada data yang spesifik menyebutkan, tetapi kemungkinan 10 ribu warga, atau 30 orang / hari dimana penderita jantung koroner merupakan jumlah yang dominan (Kemenkes, 2013).
5 pertolongan bisa maksimal dan teroganisir secara baik. RJP sangat bermanfaat bagi penyelamatankehidupan karena dengan pemberian kompresi dada dan paru maka sirkulasi pasien dapat kembali berjalan ke organ vital pasien terutama ke otak dan jantung itu sendiri dengan disertai pemberian napas buatan secara sederhana sehingga terjadi ventilasi dan pertukaran oksigen di paru – paru (AHA, 2015; K. G. Monsieurs et al., 2015; Soar et al., 2015).
6 Pendekatan penggunaan Artifical Intelligence (AI) atau Sistem Pakar merupakan suatu terobosan baru di dunia kesehatan dalam penanganan dan penatalaksanaan berbagai masalah terhadap pasien termasuk dalam penanganan pasien dengan kondisi kegawatdaruratan. Penggunaan AI merupakan pendekatan mutakhir dan terupdate dengan menggunakan teknologi yang terus maju dan memudahkan tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan. Dengan perkembangan teknologi yang sangat modern, maka dikembangkan pula suatu teknologi yang mampu mengadopsi cara berfikir manusia yaitu teknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. AImerupakan bagian dari kecerdasan buatan yang menggabungkan pengetahuan dan kemampuan penelusuran data yang telah dimasukkansehingga didapatkanpemecahan masalah yang memerlukan bidang keahlian tertentu. Tujuan dari sistem pakar sebenarnya bukan untuk menggantikemampuan otak maupun skill manusia, namun dalam rangka mempresentasikan kemampuan berpikirmanusia dalam bentuk sistem operasi, sehingga dapat dipergunakan oleh manusia itu sendiri. Sistem pakar akan memberikan kemampuan solusi yang sebagaimana layaknya kemampuan seorang pakar. Sistem pakar dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan di bidang tertentu yang mendekati kemampuan seseorang pada kondisi yangspesifik.(Balamba, Lumenta, & Sugiarso, 2017; Hendrata, Arifin, & Hikmah, 2016; Jonsson et al., 2015; Santoso, 2012).
7 kursus tertentu dengan menggunakan berbagai alat – alat canggih masa sekarang seperti handphone cerdas (smartphone), tab, dan berbagai gadget lainnya serta dapt digunakan dengan berinterkaksi dengan orang lain baik secara sendiri maupun dengan banyak orang lain. Pembelajaran mengenai kesehatan maupun pertolongan medis banyak sekali tetapi tidak ada yang melakukan pendekatan terhadap pertolongan kegawatdaruratan CPR (Chai, 2015; Kovic & Lulic, 2011). Pendekatan dengan sistem Kecerdasan Buatan (AI) ini sangat penting diaplikasikan dalam pendekatan tindakan medis / kesehatan seperti misalnya tutorial tindakan pembedahan karena pendekatan seperti ini bahkan dapat memberikan tutorial yang nyata dengan melewati langkah pengenalan secara kognitif (Wentink, Stassen, Alwayn, Hosman, & Stassen, 2003).
8 menerapkan sistem pakar yang kompleks dan canggih. Apalagi berkaitan dengan jiwa atau kondisi kesehatan seorang pasien / manusia baik untuk terapi maupun untuk diagnostik (Bella & Eloff, 2016; Ogata & Matsuura, 2013; Seshadri et al., 2003; Spearman et al., 2014).
1.2Konsep Resusitasi Jantung Paru
1.2.1 Pengertian
Henti jantung dan paru adalah kematian yang terjadi sebagai akibat dari hilangnya fungsi jantung dan paru secara mendadak. Keadaan ini termasuk permasalahan kesehatan yang gawat daruart dan mengenaskan karena dapat menyerang secara tiba-tiba serta terjadi pada usia tua maupun muda. Keadaan ini bisa saja terjadi pada seseorang dengan ataupun tanpa penyakit jantung atau paru sebelumnya (AHA, 2015; Jones, 2014; K. G. Monsieurs et al., 2015)
9 Resusitasi jantung paru (RJP) adalah atau Cardiopulmonar Resuscitation(CPR)merupakan tindakan yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam menangani kasus emergensi pada sistem kardiovaskuler dan pernafasan (American Red Cross, 2016) sebagai penyelamatan kehidupan dengan mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan cara memberikanpijat jantung eksternal dan atau bersamaan denganpemberian napas buatan kepada pasiendikarenakan fungsi jantung paru tersebut mengalami kegagalan total oleh sesuatu sebab yang datangnya tiba-tiba, sehingga dengan bantuan resusitasi diharapkan kedua fungsi jantung dan paru tersebut bekerja kembali (AHA, 2015; Ganthikumar, 2013; Hammad, 2017; Perkins et al., 2015; The American National Red Cross, 2015; Yurianto, 2017).
Resusitasi diberikan dan ketika itu terjadi pemberian asupan oksigen kepada organ vital terutama otak dan jantung. Resusitasi Jantung Paru pada pasien yang mengalami kegawatan pada jantung dan paru merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang terlatih dan kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis dan darurat. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis(Setyorini, 2011).
10 Recuer) secara benar apabila orang awam tersebut diberikan latihan pertolongan hidup dasar bagaimana melakukan pertolongan dengan tepat apabila menemukan pasien yang tidak sadar dan mengalami henti jantung dan atau paru(AHA, 2015; Ganthikumar, 2013; Priyonoadi, 2005; Toili, 2013).
1.2.2 Tujuan RJP
Tujuan Resusitasi Jantung Paru adalah pemberian supplai oksigen secara darurat dengan cara yang efektif dengan kompresi dada dan ventilasi buatan sehingga organ vital seperti otak dan jantung mendapatkan oksigen sehingga mencegah terjadinya hipoksia jaringan otak dan jantung yang bisa sangat berbahaya karena kalau tidak akan jatuh kedalam kondisi Systemic Cardiopulmonary Arrest. (AHA, 2015; Aprilyani Eka, 2016; Hammad, 2017; Hasselqvist, 2015; Jones, 2014; Perkins et al., 2015; Sze, 2014)
1.2.3 Indikasi RJP
11 Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu GOLDEN PERIOD (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil.
1.2.4 Prosedur Penalataksanaan Resusitasi Jantung Paru
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan secara tepat dan cepat bahkan walaupun dilakukan oleh orang awam sekalipun lebih lagi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional dalam hal ini dokter maupun perawat yang terlatih dan kompeten dalam pertolongan gawat darurat (AHA, 2015; Bossaert et al., 2015; Cahyono, 2015; Ganthikumar, 2013; Hasselqvist, 2015; K. G. Monsieurs et al., 2015; Perkins et al., 2015; Priyonoadi, 2005; Setyorini, 2011; Toili, 2013)
Adapun urutan atau langkah – langkah dalam pertolongan gawat darurat pasien yang mengalami henti jantung dan atau paru adalah sebagai berikut (AHA, 2015; Bossaert et al., 2015; K. G. et. al. Monsieurs, 2015; The American National Red Cross, 2015):
12 object), Setelah penolong dan lingkungan aman maka selanjutnya meletakan korban pada tempat yang rata, keras, kering dan jauh dari bahaya.
2) RESPON : Cek Respons / Penilaian Kesadaran Cek kesadaran korban dengan memanggil dan menepuk bahunya. Jika dengan memanggil dan menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran dengan melakukan Rangsangan Nyeri. lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang dada korban dengan cara penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk. Jika tidak ada respon dengan rangsany nyeri berarti korban tidak sadar dan dalam kondisi koma.
3) CALL FOR HELP ; Jika korban tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan (SOS) dan cara lainya. BERTERIAK : Memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Jika ada AED (Automatic External Defibrilation) maka suruh penolong lain untuk mengambil AED. MENELEPON : menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai dengan nomor dilokasi / negara masing-masing. Seperti : 911, 118, 112, 113, 999, 000, 555 dan lain-lain. EMERGENCY SIGNAL : dengan membuat asap, kilauan cahaya, suar dan lain-lain jika lokasi ada didaerah terpencil.
13 dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah samping sampe terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau tidak denyut nadi korban. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban. Jika nadi tidak teraba berarti korban mengalami henti jantung, maka segera lakukan penekanan / kompresi pada dada korban. Jika nadi teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukaan jalan napas dan pemeriksanaan napas.
Kompresi Dada Jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka harus segera dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak 30 kali. caranya : posisi penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada yaitu sekitar setengah tulang sternum (anak dan bayi sepertiga sternum), lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan diatas tulang dada. Setelah lalu tekan dada korban denga menjaga siku tetap lurus. Tekan dada korban sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 5-6 cm / 2-2.4 inci (korban dewasa), 2 inci/ 5 cm (Pada anak), 1 setengah inci / 4 cm (bayi) dengan. Dengan kecepatan 100-120 kali permenit
14 6) BREATHING ; Memberikan Napas Buatan Jika korban masih teraba berdenyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan Melihat ada tidaknya pergerakan dada (LOOK), mendengarkan suara napas (LISTEN) dan merasakan hembusan napas (FEEL).
Jika korban berdenyut jantungnya tetapi tidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan saja sebanyak 10-12 nafas buatan (1 kali per 6 detik) kali per menit. Jika korban masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban dimiringkan agar ketika muntah tidak terjadi aspirasi. Korban yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya, penolong setelah melakukan kompresi dan membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan sebanyak 2 kali.
7) Evaluasi Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2 napas buatan) Evaluasi pada pemebrian napas buatan saja dilakukan setiap 2 menit
15 1.3Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan / Sistem Pakar)
Sistem Pakar merupakan suatu terobosan baru di dunia kesehatan dalam penanganan dan penatalaksanaan berbagai masalah terhadap pasien termasuk dalam penanganan pasien dengan kondisi kegawatdaruratan. Penggunaan AI merupakan pendekatan mutakhir dan terupdate dengan menggunakan teknologi yang terus maju dan memudahkan tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan. Dengan perkembangan teknologi yang sangat modern, maka dikembangkan pula suatu teknologi yang mampu mengadopsi cara berfikir manusia yaitu teknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. AI merupakan bagian dari kecerdasan buatan yang menggabungkan pengetahuan dan kemampuan penelusuran data yang telah dimasukkan sehingga didapatkan pemecahan masalah yang memerlukan bidang keahlian tertentu(Giarratano & Riley, n.d.; Hendrata et al., 2016; Jakfari, Bandung, Bandung, & Ntroduction, 2013; Jonsson et al., 2015; Santoso, 2012).
Tujuan dari sistem pakar sebenarnya bukan untuk mengganti kemampuan otak maupun skill manusia, namun dalam rangka mempresentasikan kemampuan berpikir manusia dalam bentuk sistem operasi, sehingga dapat dipergunakan oleh manusia itu sendiri. Sistem pakar akan memberikan kemampuan solusi yang sebagaimana layaknya kemampuan seorang pakar. Sistem pakar dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan di bidang tertentu yang mendekati kemampuan seseorang pada kondisi yang spesifik. (Balamba et al., 2017; Hendrata et al., 2016; Jonsson et al., 2015; Santoso, 2012).
16 kegiatanmanusia. Dan AI di butuhkan agar komputer dalam mengatasi jumlah data yang terbatas dapat bekerja secara optimal. Agar penggunaan data lebih efisien dalam mengatasi jumlah data yang terbatas dapat bekerja secara optimal. Agar penggunaan data lebih efisien dan tidak banyak makan tempat dalam penyimpanan data(Jakfari et al., 2013; Safrina, 2015)
Seorang ahli (atau disebut pakarmerupakan seseorang yangdiakui kemampuan keilmuan dan pemahaman yang superior dalam suatu bidang ilmu. Misalnya: seorang dokter, penasehat keuangan, pakar mesin motor. Tiap ahli/ pakar dengan sistem pakar tersendiri mempunyai banyak perbedaan pada masing –masing bidang ilmu (Jonsson et al., 2015; Santoso, 2012).
18 1.4Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian (modifikasi Human Behaviour Model Rasmussen, 2003 dalam penggunaan teknologi VR)
Stimulasi Aplikasi Resusitasi berbasis
Sistem Operasi
Knowledge Based Behaviour
Rule – based behaviour
Skill Based
Behaviour Pola Otomatisasi
Sensori - Motorik Fitur
Formasi
Rekognisi Hubungan antar bagian / latihan
Stored aturan-aturan dalam tindakan Identifikas Keputusan melakukan
tindakan Perencanaan tindakan
19 1.5Kesimpulan
20 Daftar Pustaka
AHA. (2015). Guidelines Update for CPR and ECC.
Andrayani, L. W. (2014). Pengalaman Perawat Melaksanakan Chain of Survival dalam Penanganan Henti Jantung di IGD RSUP NTB (Studi Fenomenologi) - bkg. Universitas Brawijaya.
Aprilyani Eka, C. (2016). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr Wahidin Sudirohusodo Mojokerto. KTI d3 Keperawatan.
Balamba, M. K., Lumenta, A. S. M., & Sugiarso, B. A. (2017). Animasi 3 Dimensi Penyakit Jantung KoronerPada Manusia. E-Journal Teknik Informatika, 11(1). Bella, M. A. B., & Eloff, J. H. P. (2016). A near-miss management system architecture for the forensic investigation of software failures. Forensic
Science International, 259, 234–245.
https://doi.org/10.1016/j.forsciint.2015.10.007
Bossaert, L. L., Perkins, G. D., Askitopoulou, H., Raffay, V. I., Greif, R., Haywood, K. L., … Nolan, J. P. (2015). European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015 Section 11. The ethics of resuscitation and end-of-life decisions. European Resuscitation Council, 95, 302–311. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2015.07.033
Cahyono, A. (2015). Ketepatan Posisi Penolong saat Resusitasi Jantung Paru terhadap Keberhasilan resusitasi Jantung Paru. Universitas Muhammadiyah Malang.
Chai, S. et. a. (2015). Pengembangan Aplikasi Mobile Learning untuk Pertolongan Pertama. Teknika, 4(1), 29–37.
Doctor, N. E., Shahidah, N., Ahmad, B., Pek, P. P., Yap, S., Eng, M., & Ong, H. (2017). The Pan-Asian Resuscitation Outcomes Study ( PAROS ) clinical research network : what , where , why and how, 58(7), 456–458. https://doi.org/10.11622/smedj.2017057
Fahmi, I., Santosa, B., Industri, J. T., & Industri, F. T. (2014). Aplikasi data mining untuk memprediksi performansi mahasiswa dengan metode klasifikasi decision tree. Jurnal Teknik, 1–6.
Ganthikumar, K. (2013). Indikasi dan Keterampilan Resustisi Jantung Paru. ISM, 6(1).
21 Programming , Fourth Edition By.
Hammad. (2017). Pendekatan Clinical Pathway dalam Praktik Keperawatan Gawat Darurat (2nd ed.). Banjarbaru.
Hasselqvist, I. (2015). Early Cardiopulmonary Resuscitation in Out-of-Hospital Cardiac Arrest. The New England Journal of Medicine, (372), 2307–2315. https://doi.org/10.1056/NEJMoa1405796
Hendrata, T. W., Arifin, A., & Hikmah, F. (2016). Sistem Monitoring Elektrokardiografi Berbasis Aplikasi Android. Teknik ITS, 5(2), 1–7.
Hock, M. O. E., Pin, P. P., & Alhoda, M. (2014). Pan-Asian Network Promotes Regional Cardiac Arrest Research.
Jakfari, M. H., Bandung, I. T., Bandung, J. G., & Ntroduction, I. I. (2013). Pohon Keputusan dan Algoritmanya dalam Permainan Catur.
Jones, S. (2014). ACLS, CPR, and PALS. DAvis Company.
Jonsson, M., Sc, B., Fredman, D., Nordberg, P., Pettersson, H. J., Ph, D., … Ph, D. (2015). Mobile-Phone Dispatch of Laypersons for CPR in Out-of-Hospital Cardiac Arrest. The New England Journal of Medicine, 372. https://doi.org/10.1056/NEJMoa1406038
Kovic, I., & Lulic, I. (2011). Mobile phone in the Chain of Survival. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2011.02.014
Monsieurs, K. G. et. al. (2015). European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. European Resuscitation Council, 95, 1–80. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2015.07.038
Monsieurs, K. G., Nolan, J. P., Bossaert, L. L., Greif, R., Maconochie, I. K., Nikolaou, N. I., … Soar, J. (2015). European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015 Section. European Resuscitation Council, 95, 1–80. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2015.07.038
Ogata, S., & Matsuura, S. (2013). A review method for UML requirements analysis model employing system-side prototyping. SpringerPlus, 2(1), 1–12. https://doi.org/10.1186/2193-1801-2-134
22 Priyonoadi, B. (2005). Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP) sebagai Salah Satu Bekal Keterampilan Profesi Guru Pendidikan Jasmani. Cakrawala Pendidikan, 289– 307.
Prototyping. (n.d.).
Safrina, V. D. (2015). Aplikasi Pohon Keputusan sebagai Alat Penggalian Data pada Toko Belanja Online.
Santoso, L. . et. al. (2012). Aplikasi Sistem Pakar berbasis Web untuk Mendiagnosa Awal Penyakit Jantung. Universitas Kristen Petra.
Seshadri, S. B., Arenson, R., Khalsa, S., Brikman, I., & van Der Voorde, F. (2003). Prototype medical image management system (MIMS) at the University of Pennsylvania: software design considerations. 1987. Journal of Digital
Imaging : The Official Journal of the Society for Computer Applications in
Radiology, 16(1), 96–102; discussion 95. https://doi.org/10.1007/s10278-002-6026-5
Setyorini, F. A. (2011). Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Ketrampilan Perawat dalam Melaksanakan resusitasi Jantung Paru di Ruang KRitis dan IGD RS Moewardi Surakarta.
Soar, J., Nolan, J. P., Böttiger, B. W., Perkins, G. D., Lott, C., Carli, P., … Smith, G. B. (2015). European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015 Section 3. Adult advanced life support. European Resuscitation Council, 95, 100–147. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2015.07.016
Spearman, J. V., Meinel, F. G., Schoepf, U. J., Apfaltrer, P., Silverman, J. R., Krazinski, A. W., … Geyer, L. L. (2014). Automated quantification of epicardial adipose tissue using CT angiography: Evaluation of a prototype software. European Radiology, 24(2), 519–526. https://doi.org/10.1007/s00330-013-3052-2
Sze, C. L. (2014). Experience of Patients with Acute Myocardial Infarction in Sarawak General Hospital Heart Center. Faculty of OF Medicine and Health Sciences.
The American National Red Cross. (2015). Basic Life Support for Healthcare Providers.
Toili, S. S. M. A. N. (2013). Pengaruh Pelatihan Teori bantuan Hidup Dasar terhadap Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru. Jurnal Keperawatan, 1. Wahyuningtyas, G., Mukhlash, I., & Soetrisno. (2014). Aplikasi Data Mining untuk
23 Dan Seni POMITS, 2(1), 1–6.
Wentink, M., Stassen, L. P. S., Alwayn, I., Hosman, R. J. A. W., & Stassen, H. G. (2003). Rasmussen’s model of human behavior in laparoscopy training. Surgical Endoscopy and Other Interventional Techniques, 17(8), 1241–1246. https://doi.org/10.1007/s00464-002-9140-z
24 Biodata Penulis
Nama Lengkap Ns. Hammad, S.Kep, M.Kep.
NIP 197705012005011005
Nomor Sertifikat Pendidik 140010010535
Jabatan Fungsional Dosen Lektor
Pangkat dan Golongan Penata Muda/ III c
Tanggal Lahir 1 Mei 1977
Tempat Lahir Martapura
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Politeknik Kesehatan Banjarmasin
Jurusan/Program studi Keperawatan/ DIII Keperawatan
No telp : a rumah b. Hp
-
085249309863
E-Mail [email protected]
Mata Kuliah yang DIampu KMB
Gawat Darurat
A. RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
Tahun Lulus Program
Pendid ikan
Perguruan Tinggi Jurusan/Program
Studi
1999 D III PAM Keperawatan Depkes Banjarbaru Keperawatan
2003 Sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Airlangga
Keperawatan
2004 Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Airlangga
Keperawatan
2013 Magister Universitas Airlangga Keperawatan
B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun Judul Ketua / Anggota
Tim
Sumber Dana
2011 Perbandingan Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Pneumonia pada Balita di
Anggota Poltekkes
25 Wilayah Kerja Puskemas
Cempaka dan Puskesmas
Sungai Besar Kota
Banjarbaru
2011 Studi Korelasi Kebiasaan
Minum Kopi dengan Jenis Penyakit Jantung Non Infeksi di Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin
Ketua Poltekkes
Banjarmasin
2012 Resiko Penularan HIV/AIDS
pada Tenaga Kesehatan
Berdasarkan Prinsip Aseptik Antiseptik dalam Pelayanan Kesehatan di Masyarakat
Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Selatan
Anggota Risbinakes
2012 Tingkat Kepatuhan Pasien
Gagal Ginjal Kronik dalam Pembatasan Cairan pada Terapi Hemodialisa
Anggota Risbinakes
2013 Pengembangan Model
Loyalitas Mahasiswa
Keperawatan pada
Pendidikan Tinggi
Keperawatan
Mandiri Poltekkes
Banjarmasin
2014 Motivasi Belajar Mahasiswa
Keperawatan di Poltekkes Banjarmasin
Ketua Poltekkes
Banjarmasin
C. PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH DALAM 5 Tahun Terakhir
Tahun Judul Penerbit / Jurnal
2011 Perbandingan Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskemas Cempaka dan
Puskesmas Sungai Besar Kota
Banjarbaru
Jurnal Al Ulum Volume 49 No 3 Juli 2011 (Jurnal Lokal)
2011 Studi Korelasi Kebiasaan Minum Kopi
dengan Jenis Penyakit Jantung Non Infeksi di Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin
Jurnal Skala Kesehatan
Politeknik Kesehatan
Banjarmasin Volume 2 No. 2 Juli 2011 (Jurnal Lokal)
2012 Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik dalam Pembatasan Cairan pada Terapi Hemodialisa
Jurnal Ners Volume 7 No 1 April 2012 (Jurnal Nasional Terakreditasi)
2012 Resiko Penularan HIV AIDS pada Tenaga
Kesehatan Berdasarkan Prinsip Aseptik Antiseptik dalam Pelayanan Kesehatan di Masyarakat Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan
26
2013 Pengembangan Model Loyalitas
Mahasiswa Keperawatan pada
Pendidikan Tinggi Keperawatan
Jurnal Ners Volume 8 No 1 April 2013 (Jurnal Nasional Terakreditasi)
2013 Critical Review Pengaruh Pemberian
Mikronutrien Pada Perawatan Pasien TB Paru
Jurnal Citra Keperawatan, Jilid I, No 4 Desember 2013(Jurnal Lokal)
D. MAKALAH / POSTER
Tahun Judul Penyelenggara
E. PENYUNTING/ EDITOR/ REVIEWER/ RESENSI
Tahun Judul Penyelenggara
KONFERENSI/ SEMINAR/ LOKAKARYA/ SIMPOSIUM
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara Peranan sebagai
Panitia/ Pembicara/ Peserta
2013 Seminar Nasional
Keperawatan Advance
Nursing Practice in
Clinical Setting
Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya
Pembicara
2015 Seminar Internasional
Kepera atan “Updating E idence Base “ UGM Yogyakarta
Fakultas Keperawatan
Universitas Gajah
Mada YOgyakarta
Peserta
2016 ETAR Conference Global
Illuminator
Universitas Lambung Mangkurat
Pembicara
2017 Simposium sehari
Manajemen Nyeri dan Pelantikan Pengurus IDI HSS
Ikatan Dokter
Indonesia
Pembicara
.F Karya Buku 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman
Penerbit 1 Pendekatan Clinical Pathway
dalam Penanganan Gawat Darurat
2016, 2017 9ed revisi)
50 CV Radius
Madiun
G. Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir
No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 Pendekatan Clinical Pathway dalam Penanganan Gawat Darurat