PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem mangrove selain berperan dalammencegah abrasi pantai, intrusi air laut, peredam gelombang dan penyanggaterjadinya sedimentasi, juga berfungsi sebagai habitat, tempat mencari makan(feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), dan tempatpemijahan (spawning ground) berbagai biota perairan, seperti : ikan dankrustase.Ekosistem mangrove juga merupakan kawasan potensial untukpengembangan sektor perikanan di wilayah pesisir, terutama yang memiliki nilaiekonomis tinggi seperti kepiting bakau Scylla
serrata. Tingginya produktivitas danadanya ketersediaan pakan alami pada
ekosistem ini, menjadikan kepiting bakauberukuran kecil (pasca larva dan juvenil) akan tumbuh dan berkembang menjadikepiting dewasa.
Ekosistem mangrove Belawan adalah salah satu kawasan yang terletak dipesisir timur Sumatera Utara, dan memiliki luasan mangrove sekitar 2.967,32 Ha.Kawasan ekosistem mangrove Belawan terletak pada 2 wilayah administratif yaitu: Kotamadya Medan yang memiliki luasan mangrove ± 1.967,32 Ha danKabupaten Deli Serdang dengan luasan mangrove ± 1.000 Ha. Kerusakan kawasan ekosistem mangrove kotamadya Medan sebesar 76,42% akibat adanya kegiatankonversi lahan menjadi peruntukan lain seperti lahan permukiman, perkebunan,pertambakan, dan wisata. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya penurunankualitas habitat untuk sumberdaya kepiting bakau akibat terjadinya kerusakandaerah asuhan dan mencari makan biota ini (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2011).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/permen-kp/2015 tentang penangkapan lobster (Panulirus spp.), kepiting (Scylla spp.), dan rajungan (Portunus pelagicus spp.) disebutkan bahwa keberadaan dan ketersediaan lobster, kepiting dan rajungan telah mengalami penurunan populasi, sehingga perlu dilakukan pembatasan penangkapan tersebut. Dimana setiap orang dilarang melakukan penangkapan lobster, kepiting, dan rajungan dalam kondisi bertelur dan syarat yang dapat ditangkap yaitu lobster dengan ukuran panjang karapas >8 cm (di atas delapan sentimeter), kepiting dengan ukuran lebar karapas >15 cm (di atas lima belas sentimeter) dan rajungan dengan ukuran lebar karapas >10 cm (di atas sepuluh sentimeter).
atau rekomendasi pengelolaan di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara dibutuhkandata dan informasi mengenai aspek ekologi kepiting bakau dan polapertumbuhannya. Hal ini mengingat pentingnya nilaimanfaat ekologi dari ekosistem mangrove sebagai habitat kepiting bakau maupunnilai ekonomi yang dimiliki sebagai salah satu komoditasunggulan daerah di bidang perikanan.
Perumusan Masalah
Kepiting bakau dalam menjalani kehidupannya sangat dipengaruhi olehkualitas habitat ekosistem mangrove. Kepiting Bakau yang ada di Kecamatan Sicanang mengalami penurunan populasi kepiting karena penangkapan kepiting bakau yang terus menerus meningkat diakibatkan oleh nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Semakin menurunnya populasi kepiting bakau di alam selain disebabkan adanyapenangkapan, juga disebabkan telah terjadinya penurunan kerapatan mangroveakibat adanya pengkonversian lahan untuk peruntukan lain. Kerapatan mangrove yang tinggi dapat meningkatkan kelangsungan hidupkepiting bakau, disebabkan perakaran mangrove yang menjulur ke dalam perairanmenjadikannya sebagai tempat berlindung bagi kepiting muda dari seranganpredator.
penurunan kualitas lingkungan untuksumberdaya kepiting bakau akibat terjadinya kerusakan daerah asuhan danmencari makan biota ini.
Berdasarkan uraian diatas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi ekologi mangrove di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana kelimpahan kepiting bakau di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara? 3. Bagaimana pertumbuhan kepiting bakau yang ada di Hutan Mangrove
Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara?
Kerangka Pemikiran
Pemulihan populasi kepiting bakau dapat dilakukan dengan mengetahuistruktur populasi melalui analisa kelimpahan, pola pertumbuhannya dan faktor kondisi di ekosistem mangrove Belawan Sumatera Utara. Secararingkas,pendekatan masalah tersebut digambarkan melalui kerangka pemikiran seperti padaGambar1.
Fisik-Kimia : Kualitas air dan substrat (Suhu, pH, salinitas, DO,
C-organik, Fraksi substrat dan Tekstur substrat)
Kondisi Ekologi Hutan Mangrove di KelurahanBelawan Sicanang Kecamatan Medan BelawanProvinsi Sumatera Utara Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitianadalah:
1. Untuk mengetahui kondisi ekologi mangrove di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui kelimpahan kepiting bakau (S. serrata) di Hutan Mangrove
Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui pertumbuhan kepiting bakau (S. serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Sebagai sumber informasi tentang kondisi ekologi mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat dijadikan rujukan untuk kebijakan pemanfaatan sumberdaya secara optimum dan berkelanjutan serta dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.