• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makrosomia

2.1.1 Defenisi Makrosomia

Makrosomia atau bayi besar adalah bila berat badan bayi melebihi dari 4000 gram. (Prawirohardjo, 2006). Dalam dunia kedokteran makrosomia disebut giant baby.

Menurut Cunningham (2005) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagai

makrosomia.Sedangkan menurut Bobak ( 2005) Makrosomia adalah bayi yang besar masa kehamilan yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram.

2.1.2 Karakteristik Makrosomia

Saat lahir bayi makrosomia atau bayi besar memiliki karakteristik yang khas, yaitu:

a. Mempunyai wajah berubi (menggembung), pletoris (wajah tomat) b. Badan montok dan bengkak

c. Kulit kemerahan d. Lemak tubuh banyak

(2)

2.1.3 Etiologi

Penyebab bayi mengalami makrosomia adalah: a. Diabetes mellitus (DM)

Diabetes mellitus mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar (makrosomi) dengan berat lahir mencapai 4000-5000 gram atau lebih. Namun bisa juga sebaliknya, bayi lahir dengan berat lahir rendah, yakni dibawah 2000- 2500 gram. Dampak yang lebih parah yaitu mungkin janin meninggal dalam kandungan karena mengalami keracunan.

Kehamilan merupakan sesuatu keadaan diabetogenik dengan resistensi insulin yang meningkat dan ambilan glukosa perifer yang menurun akibat

hormone plasenta yang memiliki aktifitas anti- insulin. Dengan cara ini janin dapat menerima pasokan glokosa secara kontiniu. Insidensinya 3-5% dari seluruh kehamilan.

Melalui difusi terfasilitasi dalam membrane plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energy hormonal (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia hingga janin juga mengalami gangguan metabolic (hipoglikemia, hipomagnesemia. Hipokalsemia, hiperbillirubinemia) dan sebagainya.

(3)

tidak normal, nilai kadar gula harus diturunkan dalam batas aman atau normal dengan menggunakan obat penurun gula darah tablet tidak dibenarkan, sebab bisa membahayakan bayi.

b. Keturunan (orang tuanya besar)

Seorang ibu hamil gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar. Bayi besar dapat disebabkan berat badan ibu yang berlebihan baik sebelum hamil (obesitas) maupun kenaikannya selama hamil lebih dari 15 kg.

Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal kebidanan dan kandungan tersebut, peneliti melibatkan melibatkan partisipan lebih dari 40.000 wanita Amerika dan bayinya. Setelah dianalisis, diperoleh data bahwa satu dari lima wanita mengalami peningkatan bobot berlebih semasa hamil, yang membuatnya berisiko dua kali lipat melahirkan bayi besar.

c. Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya

Bila Ibu hamil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya, maka ia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia

dibandingakn wanita yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80 sampai 120 gram. Bayi besar (bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram) dan sering terjadi pada ibu yag telah sering melahirkan (multipara) dibandingakan dengan kehamilan pertama (Rukiyah, 2010).

(4)

kg per minggu selama trimester kedua dan ketiga. Selama trimester kedua, peningkatan terutama terjadi pada ibu, sedangkan pada trimester ketiga, kebanyakan merupakan pertumbuhan janin. (William. 2001).

2.1.4 Komplikasi

Komplikasi- komplikasi yang ditimbulkan ketika terjadinya makrosomia

adalah:

a. Komplikasi pada Ibu

1) Ibu mengalami robekan perineum

2) Persalinan dengan operasi caesar

3) Kehilangan darah dalam jumlah banyak saat persalinan 4) Ruptur uteri dan serviks

b. Komplikasi pada bayi

1) Bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadangkala bayi lahir dengan trauma tulang leher dan bahu.

2) Distosia atau macet pada bahu

3) Hipoglikemia

Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia apabila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemia. Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus

(5)

2.1.5 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakuakan ibu hamil agar tidak terjadinya

makrosomia adalah:

a. Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara teratur, dan antenatal care yang teratur. (Rukiyah, 2010).

Menurut Proverawati (2009) Selama kehamilan ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan. Kunjungan ANC untuk menentukan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilannya dalam waktu sebagi berikut: kehamilan trimester pertama satu kali kunjungan, trimester kedua satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga dua kali kunjungan.

Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan dari program kesehatan ibu dan anak, pelayanan ini bisa dilakukan oleh bidan di poliklinik, bidan praktek swasta, dan Rumah Sakit. Standar pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan oleh Depertemen Kesahatan RI (2003) meliputi: melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tekanan darah, pengukuran TFU dilakukan secara rutin, melakukan palpasi abdominal, pemberian imunisasi toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu, pemeriksaan Hemoglobin (HB) pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 30 minggu, memberikan tablet zat besi 90 tablet selama 3 bulan, pemeriksaan urine

(6)

perawatan payudara, gizi ibu selama hamil dan tanda-tanda bahaya kehamilan (Proverawati,2009).

b. Ibu harus selalu menjaga berat badannya agar tetap normal, ibu hamil sebaiknya melakukan pengaturan pola makan sesuai kebutuhan kalori. Ngemil boleh saja dilakukan, tapi hindari cemilan manis (Rukiyah, 2010).

(7)

meningkat selama hamil. Begitu juga kebutuhan mineral, terutama magnesium dan zat besi. (Mitayani,2010).

Menurut Proverawati (2009) Prinsip makan yang baik selama kehamilan dengan melakukan cara dan diet makan yang sehat diantaranya:

1) Selalu sarapan

Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi saat sarapan. Menghindari sarapan akan menimbulkan keinginan untuk makan lebih banyak pada waktu makan berikutnya tiba. Selain itu, melewatkan sarapan juga menyebabkan keluhan berupa kepala pening, mual, dan lain-lain.

2) Susun daftar makanan

Ini dilakukan dengan tujuan agar tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan dan mengatur asupan kalori harian.

3) Pilih makanan berserat serta rendah kandungan lemak dan gula

Pada ibu hamil konsumsi gula yang berlebihan cenderung menimbulkan perasaan mudah lapar. Sediakan berbagai buah atau sayuran untuk dijadikan sebagai makanan selingan. Konsumsi ikan, unggas, daging tanpa lemak, keju, susu krim, brokoli, wortel, dan labu.

4) Usahakan untuk mengolah makanan

Hal ini bisa dilakukan dengan cara dibakar, dipanggang, atau dikukus. 5) Jadikan buah sebagai cemilan

(8)

6) Perbanyak minum air putih, minimal 8 gelas per hari

Pada waktu hamil seringkali dehidrasi disalah artikan dan dianggap sebagai rasa lapar. Perlu diingat apabila sudah memenuhi kebutuhan gizi seperti biasanya tetapi masih merasa lapar berarti yang dibutuhkan adalah minum yang sebanyak-banyaknya.

7) Jangan percaya mitos orang hamil perlu makan 2 kali lipat dari biasanya

Masih banyak yang menganggap bahwa seseorang yang sedang hamil harus banyak makan. Sebenarnya, pandangan itu tidak benar. Jangan ragu untuk mengatakan tidak, saat diminta untuk menghabiskan makanan dalam jumlah yang banyak. Katakan secara halus bahwa anda sudah kenyang.

8) Makanlah makanan dengan nutrisi tertinggi dengan kandungan kalori terendah yaitu kalori dikurangi sebanyak 500-1000 dibawah kebutuhan normal.

9) Kurangi asupan hidrat arang

10) Konsumsi makanan yang cukup meineral dan vitamin, serta tinggi serat sehingga membuat kenyang.

Pengaturan pola makan sesuai kalori adalah hal yang dibutuhkan ibu hamil untuk menghindari kelebihan kalori untuk mencegah terjadi nya kenaikan berat badan yang berlebih selama kehamilan. Ibu hamil harus selalu menjaga berat badannya agar tetap normal. Untuk memantau kenaikan berat badan ibu hamil dapat dilakukan dengan penimbangan berat badan secara teratur.

(9)

peningkatan resiko melahirkan bayi tumbuh terhambat sering disebut retardasi

pertumbuhan intrauterine ( intrauterine growth retardation / IUGR). Di lain pihak, peningkatan berat badan yang terlalu tinggi pada masa hamil dikaitkan dengan meningkatnya insiden bayi berat badan berlebih, sehingga meningkatkan risiko

disproposi fetopelvis, resiko operasi pada proses melahirkan (pemakaian forseps),

asfeksia, dan mortalitas. Masalah ini lebih berat pada wanita yang bertubuh pendek (Bobak,2005).

(10)

saja ibu secara berkala dan rutin menimbang badan bersamaan dengan pemeriksaan kehamilan (Mitayani, 2010).

c. Lakukan olahraga ringan.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Norwegia menyebutkan, risiko bayi lahir dengan ukuran besar bisa berkurang hingga 28% bila di masa kehamilan ibu tetap berolahraga secara teratur terutama pada trimester dua dan tiga (Rukiyah, 2010). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam latihan fisik adalah latihan fisik disesuaikan dengan keadaan individu, pilih latihan fisik yang dapat dinikmati sehingga dapat dilakukan secara teratur, latihan fisik tidak harus berupa latihan yang terlalu giat supaya dapat dilakukan dengan efektif, hindari melakukan latihan fisik di lingkungan yang hangat dan waktu yang paling tepat untuk melakukan latihan fisik ialah setelah makan, saat glukosa darah mulai meningkat (Bobak,2005).

d. Ibu hamil hendaknya memeriksakan kadar gula darahnya, meskipun sebelumnya tidak ada diabetes milletus (Rukiyah, 2010).

(11)

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda- beda (Notoadmodjo, 2010).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup meliputi 6 tingkatan : a. Tahu (Know), artinya megingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.

(12)

c. Aplikasi (Aplication), artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada kondisi sebenarnya dan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dalam konteks yang lain.

d. Analisis (Analysis), artinya kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen, tetapi masih dalam stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis), artinya kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation), artinya kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap materi atau objek penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).

2.2.3 Cara Mendapatkan Pengetahuan

Ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

(13)

Cara kekuasaan atau otoritas adalah dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

b. Cara Moderen Memperoleh Pengetahuan

Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Dilakukan mula-mula dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau masyarakat. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoadmojo, 2010).

2.2.4Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Menurut (Mubarak, 2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

(14)

b. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung c. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri-ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan

(15)

2.2.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis penelitiannya, kuantitatif atau kualitatif :

a. Penelitian kuantitatif

Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawab atau fenomena, yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama, dan sebagainya, maka biasanya menggunakan metode wawancara dan angket:

1) Wawancara tertututup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan instrumet

(alat pengukur/ pengumpul data) kuesioner. Wawancara tertutup adalah suatu wawancara dimana jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban mana yang mereka anggap paling benar dan paling tepat. Sedangkan wawancara terbuka, dimana pertanyaan- pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, sedangkan responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden sendiri.

(16)

b. Kualitatif

Pada umumnya penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab bagaimana suatu fenomena itu terjadi, atau mengapa terjadi. Metode- metode pengukuran pengetahuan dalam metode penelitian kualitatif ini antara lain:

a. Wawancara mendalam

Mengukur variabel pengetahuan menggunakan metode wawancara mendalam, adalah peneliti mengajukan suatu pertanyaan sebagi pembuka, yang akhirnya memancing jawaban yang sebanyak-banyaknya dari responden. Jawaban responden akan diikuti pertanyaan yang lain, terus menerus, sehingga diperoleh informasi atau jawaban responden sebanyak- banyaknya dan sejelas- jelasnya.

b. Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)

Diskusi kelompok terfokus atau ”focus group discussion” dalam menggali

informasi dari beberapa orang responden sekaligus dalam kelompok. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang akan memperoleh jawaban yang berbeda- beda dari semua responden dalam kelompok tersebut (Notoadmodjo, 2010).

2.3. Sikap

2.3.1. Pengertian Sikap

(17)

a. Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti: simbul, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan (Zuriah, 2003).

b. Howard Kendle mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecendrungan (tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau melakukan sesuatu, baik secara positif maupun secara negative terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep.

c. Paul Massen dan David Krech, berpendapat sikap merupakan suatu system dari tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi (pengenalan), feeling

(perasaan), dan action tendency (kecendrungan untuk bertindak) (Yusuf, 2006).

d. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan, bahwa “sikap adalah kesiapan

seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Azwar, 2007).

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kondisi mental relative menetap untuk merespon suatu objek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti baik bersifat positif, netral, atau negative yang mengangkat aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecendrungan untuk bertindak.

2.3.2. Unsur (Komponen) Sikap

(18)

a. Komponen kognitif (komponen perceptual)

Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut masalah issu atau problem controversial.

b. Komponen afektif (komponen emosional)

Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif. Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component

(19)

tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang akan dihadapi (Salam, 2003).

2.3.3. Kategori Sikap

a. Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari:

1) Sikap Positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, menghadapkan objek tertentu.

2) Sikap Negatif, terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

b. Menurut Azwar (2007), sikap terdiri dari: 1) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap gizi.

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang tersebut menerima ide tersebut. 3) Menghargai (Valuing)

(20)

Posyandu adalah bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun ibu tersebut mendapatkan tantangan dari mertua dan orang tuanya sendiri

2.3.4. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap

Menurut Azwar (2007) sikap dapat dibentuk atau diubah melalui 4 macam cara, yaitu:

a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-terusan, lama kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut terbentuk sikap.

c. Intelegensi, tadinya secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

(21)

2.3.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Sikap

Menurut Purwanto (1998) factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap, yaitu:

a. Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsanga dari luar melalui persepsi, oleh karena itu kita harus memilih rangsang-rangsang mana yang akan kita teliti dan mana yang harus diajauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri kita.

b. Faktor ekstern, yang merupakan factor di luar manusia yaitu: 1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut. 3) Sifat orang/kelompok yang mendukung sikap tersebut.

4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. 5) Situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998).

2.3.6. Pengukuran Sikap

(22)

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung dibedakan kepada subjek yang diteliti (Arikunto, 2006).

3. Pengukuran Sikap Model Guttman

Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan ya, dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala likert (Hidayat, 2010).

2.4. Penyuluhan Kesehatan 2.4.1. Defenisi

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau interuksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002).

(23)

Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pencegahan Makrosomia adalah melalui penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan akan memiliki efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode atau media yang baik. Metode pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui metode ceramah dan metode diskusi. Peneliti melihat kedua metode ini jarang dilakukan oleh penyuluh dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat sehingga peneliti memilih untuk meneliti kedua metode tersebut.

2.4.2. Metode Dalam Penyuluhan Kesehatan

Menurut notoadmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :

1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan salah satu metode penyuluhan yang dilakukan melalui tutur kata atau penjelasan lisan oleh penyuluh langsung kepada sasaran. Metode ini digunakan untuk menyampaikan pesan, informasi, penjelasan atau uraian tentang suatu teknologi pokok bahasan atau masalah secara lisan. (Suliha,2002).

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :

a. Persiapan

(24)

disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat – alat bantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu – ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju keseluruh peserta. Berdiri di depan / dipertengahan, seyogiyanya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.

2. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode menyampaikan informasi yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah. Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok. Metode diskusi mendorong sesorang berfikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan buah fikirannya untuk memecahkan masalah dan dapat mengambil satu alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan petimbangan yang seksama.

Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topic tertentu dengan seseorang pemimpin.

1. Penggunaan metode :

(25)

a. Dapat saling menguntungkan

b. Dapat mengenal dan mengolah problem kesehatan yang dihadapi c. Mengharapkan suasana informal

d. Diperoleh pendapat dari orang – orang yang tidak suka berbicara e. Agar problem kesehatan yang dihadapi lebih menarik untuk dibahas 2. Keunggulan metode kelompok

a. Member kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat b. Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan c. Dapat memperluas pandangan atau wawasan

d. Membantu mengembangkan kepemimpinan

2.5. Landasan Teori

Menurut Skiner (1938) dalam Notoadmodjo (2012),merumuskan bahwa proses perubahan perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian,perilaku manusia terjadi melalui: proses Stimulus Organisme Respons, Sehingga teori skinner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons. Selanjutnya, teori skinner menjelaskan

adanya dua jenis respons, yaitu :

(26)

d. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapatdikelompokkan

menjadi dua, yaitu :

c. Perilaku tertutup (Cover behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat dinikmati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable bahaviour” atau “Covert

behavior” yang dapat diukr adalah pengetahuan dan sikap.

d. Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “Observable behavior”,

(27)

Teori SOR (Skinner)

Gambar 2.1. Teori Perubahan Perilaku SOR (Skinner)

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian STIMULUS

RESPONS TERBUKA Praktik

ORGANISME RESPONS

TERTUTUP Pengetahuan Sikap

Penyuluhan Kesehatan  Metode Ceramah  Metode Diskusi

Post test

Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pencegahan makrosomia Pre test

Gambar

Gambar 2.1. Teori Perubahan Perilaku SOR (Skinner)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Jika pasien bersedia maka sampaikanlah hasil pemeriksaan medis sedikit demi sedikit (perhatikan ekspresi emosi dan tanggapan pasien) dengan menggunakan bahasa yang

Membuat falsafah sebagai cara berpikir dan menempatkan sains sebagai cara untuk mengetahui tentang pendidikan, bimbingan dan konseling adalah sesuatu yang

Resiko ketidakseimbangan volume cairan, faktor resiko: penurunan fungsi ginjal akibat penurunan kesadaran/ koma. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

Sampel terakhir yaitu jahe yang mengandung kapang, hal ini tidak sesuai dengan teori Susanto (2011), jahe seharusnya tidak mengandung bakteri, kapang, atau mikroorganisme yang

Kemampuan skoring ViEWS mendeteksi adanya perburukan memiliki nilai AUC 0,967, sensitivitas 0,889, spesifitas 0,965 yang berarti ViEWS efektif sebagai deteksi dini perburukan

(2014) menyatakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa, suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, kemampuan matematika