• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Koleksi Deposit di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Koleksi Deposit di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Koleksi Deposit

Deposit menurut Hasmaniah yang dikutip Panjaitan (2003) adalah sebagai

pusat penyimpanan bahan pustaka yang menyangkut suatu daerah baik yang diterbitkan disuatu daerah ataupun di tempat lain. Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perustakaan koleksi adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak dan karya rekam dalam berbagai media yang memiliki nilai pendidikan yang dihimpun, diolah, dan dilayankan.

Maka dari itu, menurut Newalty, (2002: 19)

Koleksi deposit adalah kumpulan dari karya cetak dan karya rekam bangsa yang diserahkan oleh para penerbit dan pengusaha rekam kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai hasil dari pelaksanaan undang–undang No. 4 tahun 1990 dan peraturan pelaksanaanya. Menjelaskan tentang karya cetak dan karya rekam yang wajib dilestarikan, sebagai warisan budaya bangsa dan sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia.

Sedangkan menurut buku Panduan koleksi perpustakaan daerah yang dikutip oleh Panjaitan (2003: 4) koleksi deposit adalah pusat penyimpanan bahan pustaka yang diterbitkan di wilayah provinsi di mana perpustakaan daerah berdomisili bahan pustaka yang berisi tentang aspek–aspek diwilayah tersebut.

Penyelenggaraan ataupun pelaksanaan koleksi deposit didasari oleh ketetapan: a. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1990 tentang penyerahan ataupun penyimpanan hasil karya cetak dan karya rekam terdapat di pasal 1 menyebutkan perpustakaan nasional ataupun daerah yang berkedudukan di ibukota negara ataupun propinsi yang mempunyai tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan, dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan di wilayah Republik Indonesia.

(2)

Pasal 2 : Setiap penerbit yang berada di wilayah Republik Indonesia,

wajib menyerahkan 2 (dua) buah cetakan dari setiap judul karya cetak yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional dan kepada perpustakaan daerah di Ibukota provinsi yang bersangkutan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah diterbitkan.

Pasal 3: 1) Setiap pengusaha rekaman yang berada di wilayah negara Republik Indonesian wajib menyerahkan sebuah rekaman dari setiap judul karya rekam yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan, selambat- lambatnya 3 (tiga) bulan setalah proses rekaman selesai. 2) Dalam hal karya rekam tersebut menggunakan bahan baku yang memerlukan penyimpanan secara khusus, maka kewajiban menyerahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), di lakukan kepada Perpustakaan Nasional atau badan lain

yang ditetapkan oleh Pemerintah. 3) Ketentuan mengenai badan penyimpanan hasil rekaman

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia RI No 70 tahun 1991 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang kewajiban serah-simpan karya cetak dan karya rekam dinyatakan dalam :

Pasal 3: 1) Setiap penerbit yang berada di wilayah negara Republik Indonesia yang menghasilkan karya cetak wajib, menyerahkan hasil karya cetaknya sebanyak 2 (dua) buah setiap judulnya kepada Perpustakan Nasional dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan. 2) Setiap warga negara Indonesia yang hasil karyanya diterbitkan di luar negri, wajib menyerahkan 2 (dua) buah setiap judul kepada Perpustakaan Nasional. 3) Penyerahan hasil karya cetak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah selesai diterbitkan.

(3)

2) Penyerahan hasil karya rekam tersebut selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari sejak disebarluaskan atau dipasarkan.

Dari beberapa pendapat pakar dan ketetapan Undang-Undang yang ada dapat diambil kesimpulan yang dimaksud koleksi deposit adalah semua terbitan yang diserahkan oleh para penerbit dan pengusaha ke perpustakaan sebagai hasil pelaksanaan Undang-Undang Deposit, yang biasanya koleksi-koleksi deposit berupa koleksi khusus terbitan daerah.

2.2 Jenis Koleksi Deposit

Menurut Direktorat Deposit Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Tahun 2005 dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang jenis karya cetak dan karya rekam yang wajib diserahkan kepada Perpustakaan Nasional dan Perpustakaa Umum Daerah ataupun Provinsi yang terdiri dari :

a. Karya Cetak : Buku, surat kabar, majalah, pustaka kelabu, buletin, laporan, peta, brosur, poster, buklet.

b. Karya rekam : Kaset Audio, laser disc, compact disc, video compact disc, CD-ROM, audio video CD, disket, open reel, digital audio tape, mikro film, mikrofis

Sedangkan menurut Nasution, Sabirin yang dikutip oleh Panjaitan (2003: 5) menyebutkan jenis koleksi deposit terdiri dari :

1. Terbitan pemerintah seperti peraturan daerah, surat-surat keputusan, pidato-pidato resmi, lembaran negara, statistik, dan laporan tahunan. 2. Hasil-hasil penelitian dari segala bidang yang dilaksanakan di daerah, hasil

seminar, loka karya, temu karya, dan bahan lain yang serupa baik dari instansi pemerintahan maupun swasta.

3. Hasil dari terbitan daerah seperti laporan tahunan dan tengah tahunan, bibliografi daerah, katalog induk, accesion list, majalah-majalah yang diterbitkan oleh Perpustakaan Daerah.

4. Buku-buku dokumen langka tentang daerah, peta bahan kartografis tentang daerah dan perjalanan.

(4)

sejarah daerah, tentang silsilah keturunan suatu bangsa disuatu daerah serta tentang hasil-hasil penelitian sejarah dan tentang kebudayaan, kesusastraan dan bahasa daerah.

6. Rekaman musik tradsional dan ciptaan-ciptaan baru di daerah rekaman kegiatan penelitian sejarah lisan baik berupa kaset, slide,film, video, dan rekaman tarian daerah serta permainan rakyat.

7. Cerita-cerita rakyat dalam berbagai bentuk dan bahan pustaka tentang organisasi atau swasta di daerah.

8. Direktori tentang :

a. Rumah-rumah ibadah. b. Biro perjalanan umum.

c. Kegiatan olahraga dan sarananya.

d. Perusahaan dan perdagangan seperti bank, pabrik, dan pusat dagang di daerah.

e. Badan penerangan dimasyarakat di tv, radio, kantor pos, dan telekomunikasi.

f. Perhotelan, restoran, rumah hiburan, tempat-tempat hiburan

g. Lembaga-lembaga pendidikan negri dan swasta, formal dan informal real estate, perkebunan, dan pertambangan.

h. Pelayanan masyarakat seperti kepolisian angkatan bersenjata, rumah sakit, puskesmas, apotik, dan klinik.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis koleksi deposit yang tercetak adalah buku, surat kabar, majalah, pustaka kelabu, buletin, peta, brosur, poster, buklet. Sedangkan jenis koleksi deposit yang terekam adalah kaset audio, kaset video, laser disc, compact disc, video compact disc, CD-ROM, audio video CD, disket, open reel, digital audio tape, mikro film, dan mikrofis.

2.3 Fungsi dan Tujuan Koleksi Deposit

(5)

2.3.1 Fungsi Koleksi Deposit

Dalam Surat Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1989 yang menjelaskan bahwa Fungsi koleksi deposit adalah sebagai salah satu sarana pelestarian pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan, teknologi dan kebutuhan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.

Sedangkan dalam profil Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara (BPADSU) tahun 2012

Fungsi koleksi deposit adalah sebagai pusat deposit yang memuat tentang karya cetak dan karya rekam suatu daerah sehingga Perpustakaan dapat berperan sebagai pusat informasi bagi pencari informasi dalam konteks penelitian dan pemenuhan informasi tentang kedaerahan Sumatera Utara.

Dari beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan fungsi koleksi deposit adalah pengumpulan, penyimpana dan pelestarian karya cetak dan karya rekam sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menunjang sumber daya manusia yaitu pengguna ataupun pemustaka untuk melakukan penelitian dan pemenuhan informasi.

2.3.2 Tujuan Koleksi Deposit

Tujuan koleksi deposit menurut Direktorat Deposit Bahan Pustaka Perpustakaan Republik Indonesia tahun 2005 tujuan koleksi deposit adalah :

a. Sebagai tempat menghimpun, mencatat, menyimpan, dan melestarikan hasil karya intelektual bangsa yang berupa sumber informasi, ilmu pengetahuan dan budaya.

b. Memberikan fasilitas dan sumber belajar yang komprenhensip, mudah dan dapat dipercaya.

c. Mendokumentasikan hasil karya budaya manusia dalam bentuk bibliografi nasional.

(6)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999

dinyatakan bahwa “Kewajiban serah-simpan karya rekam film ceritera atau film dokumenter bertujuan untuk mewujudkan koleksi nasional dan melestarikannya sebagai hasil budaya bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Sedangkan menurut Nasution yang dikutip oleh Panjaitan (2003) dinyatakan bahwa tujuan koleksi deposit adalah :

a. Agar perpustakaan wilayah menjadi pusat informasi yang lengkap tentang daerahnya sehingga setiap perpustakaan wilayah mampu memberikan jawaban dan informasi tentang daerah dimana perpustakaan itu berada.

b. Agar perpustakaan wilayah dapat melakukan pengumpulan, pelestarian dan pengorganisasian semua jenis bahan pustaka yang bersifat kedaerahan dari daerahnya masing-masing baik yang sudah pernah terbit, terekam ataupun dalam bentuk manuskrip dan lain-lain.

c. Agar perpustakaan wilayah dapat meningkatkan penelitian dan penginventarisasian terhadap bahan pustaka yang sudah pernah dipublikasikan dengan bekerja sama dengan semua instansi dan masyarakat yang relevan.

d. Agar perpustakaan wilayah dapat menimbulkan usaha menggali dan meneliti sumber-sumber informasi daerah yang potensial untuk menunjang pembangunan bangsa.

e. Meningkatkan upaya penerbitan bibliografi dan penyebaran informasi tentang daerahnya masing-masing.

f. Menyempurnakan sarana untuk pelaksanaan layanan bahan pustaka dan informasi daerah secara regional dan nasional.

Pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Republik Indonesia Tahun 1989 Tentang Perpustakaan Nasional pada pasal 13 menyatakan bahawa tugas dari deposit ialah :

1. Melaksanakan pengumpulan.

2. Melaksanakan penyimpanan terbitan nasional dan internasional baik yang tercetak maupun terekam.

3. Melaksanakan pelestarian terbitan nasional dan internasional baik yang tercetak maupun terekam.

4. Melakukan konfrensi.

(7)

tentang daerahnya serta memberikan sumber ilmu pengetahuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.4Pengelolaan Koleksi Deposit

Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat mencerdaskan bangsa. Selain itu perpustakaan juga berkontribusi penting dalam hal informasi dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan juga merupakan jantung bagi kehidupan akademik, karena dengan adanya perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan.

Setiap perpustakaan memiliki tugas menyediakan bahan pustaka serta mengolahnya agar dapat disajikan kepada pengguna sehingga bahan pustaka tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna perpustakaan. Sebelum bahan pustaka dilayankan kepada pengguna, terlebih dahulu diolah dan disusun secara sistematis untuk memudahkan pengguna dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Pengelolaan bahan pustakamenurut Suwarno (2010: 85)

Kegiatan pengelolaan bahan pustaka atau koleksi adalah kegiatan pengelolaan bahan pustaka ataupun koleksi yang diterima meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapi, mudah di telusuri kembali (temu balik informasi) dan di akses oleh pemakai, dan merawat bahan pustaka. Pekerjaan pengolahan mencakup pemeliharaan atau perawatan agar seluruh koleksi perpustakaan tetap dalam kondisi bersih, utuh, dan baik. Sedangkan kegiatan mengolah dalam pengertian merawat adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka preservasi dan konservasi untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan dokumentasi.

Sedangkan menurut Sutarno ( 2006 : 179)

(8)

Maka dapat disimpulkan pengelolaan koleksi deposit adalah semua kegiatan mengelola bahan pustaka atau koleksi deposit dari penerimaan bahan pustaka baru sampai di simpan ataupun di susun dalam rak untuk dimanfaatkan atau dipergunakan oleh pengguna, yang bertujuan memberikan kemudahan penelusuran informasi.

2.4.1 Proses Pengelolaan Koleksi Deposit

Setiap pengelolaan yang dilakukan perpustakaan pada bahan pustaka sudah memiliki ketentuan ataupun ketetapan yang sudah ada. Menurut Sari, Sulvia puspito (2009 : 18) pengelolaan bahan pustaka ataupun koleksi terbagi menjadi dua yaitu :

1. Sistem Manual

Pengelolaan bahan pustaka sistem manual adalah kegiatan pengelolaan yang dilakukan tanpa menggunakan alat bantu komputer. Sistem manual initetap digunakan sehingga pada saat komputer mati masih bisa bekerja dengansistem ini. Tahap-tahap kegiatan pengelolaan bahan pustaka dengan system manual adalah pengecapan, inventaris, klasifikasi, penempelan label,penempelan barcode, penempelan lidah pengembalian buku, dan pengirimanbuku ke bagian sirkulasi.

2. Sistem Automasi

Pengelolaan bahan pustaka sistem automasi adalah kegiatan mengolahbahan pustaka dengan sarana komputer. Tahap-tahap kegiatan pengelolaan bahan pustaka dengan sistem automasi adalah katalogisasi (pemasukan data buku), pencetakan kartu katalog, pembuatan label, dan pembuatan barcode.

Berikut ini beberapa para ahli berpendapat cara pengelolaan koleksi perpustakaan:

1. Menurut Noerhayati (1988: 95) cara pengelolaan bahan pustaka ataupun koleksi pada perpustakaan yaitu :

a. Setiap penerimaan bahan pustaka, harus diperiksa terlebih dahulu apakah bahan pustaka yang diterima sesuai dengan daftar bahan pustaka yang dibutuhkan perpustakaan. Kemudian sesuaikan dengan daftar pengiriman.

(9)

c. Catatlah bahan pustaka tersebut kedalam buku pendaftaran (buku induk) sesuai dengan nomor urutandan catatlah nomor induk bahan pustaka itu sendiri .

d. Memberikan nomor klasifikasi dan nomor pengenal pada bahan pustaka (penulisan nomor pengenal dapat dilakukan pada punggung bahan pustaka).

e. Membuat kartu–kartu katalog bahan pustaka.

f. Bila sistem peminjaman menggunakan buku tulis, persiapkanlah buku tulisnya tetapi bila menggunakan sistem peminjaman menggunakan kantong buku, maka siapkanlah kantong buku.

g. Menyampul semua bahan pustaka dengan menggunakan kertas sampul atau plastik agar bahan pustaka tidak mudah rusak.

2. Sumardji, P yang dikutip oleh Panjaitan (2003: 7) menyebutkan cara pengelolaan bahan pustaka ataupun koleksi meliputi :

a. Pemberian cap ataupun stempel perpustakaan, yaitu pekerjaan memberi tanda atau ciri dengan cap ataupun stempel perpustakaan pada buku untuk menyatakan bahwa buku tersebut adalah milik perpustakaan.

b. Inventarisasi, yaitu pekerjaan mendaftar buku yang diterima perpustakaan agar data mengenai penerimaan atau kepemilikan buku tercatat secara teratur.

c. Penentuan nomor penempatan (call number) buku, yaitu pekerjaan memberi nomor letak atau urutan buku menurut sistem yang berlaku, agar memudahkan pencariannya apabila sewaktu-waktu dipergunakan dan sebaliknya memudahkan penempatan kembali apabila sudah selesai dipergunakan.

d. Pembuatan T-Slip (slip sementara), yaitu pekerjaan membuat konsep catatan keterangan-keterangan mengenai buku untuk keperluan membuat kartu katalognya.

e. Pembuatan dan pengetikan kartu katalog, yaitu pekerjaan membuat kartu katalog dengan tata cara pengetikan atau pencetakan tertentu pada setiap buku, untuk dipergunakan sebagai alat perlengkapan dalam tugas perpustakaan melayani peminjaman maupun pengembalian buku dalam tugas pengecekan buku apabila sewaktu-waktu diperlukan.

(10)

e. Lembaran peringatan

Setelah semua proses pengolelolaan bahan pustaka di lakukan dan siap untuk digunakan, maka semua bahan pustaka dapat di simpan dan di susun di rak- rak buku sesuai dengan sistem yang berlaku. Kemudian menyimpan kartu-kartu katalog 9 di lemari kartu katalog secara berurutan dan sesuai dengan sistem yang berlaku.

Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cara pengelolaan koleksi deposit meliputi proses inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, penomoran bahan pustaka, penyampulan dan pemberian label. Tetapi untuk koleksi deposit tidak menemplkan kartu buku, kantung kartu buku dan tidak bisa dipinjamkan kepada pengguna, tetapi bisa digunakan di dalam ruangan koleksi deposit tersebut.

2.5Tahapan Pengelolaan Koleksi Deposit

2.5.1 Inventarisasi

Pengertian inventarisas Menurut Sutarno (2006)

Merupakan kegiatan yang terdiri dari pemeriksaan dan pengecekan bahan pustaka atau koleksi yang datang ke Perpustakaan dan pembubuhan stempel Perpustakaan pada bagian atau lembar tertentu pada seetiap buku milik Perpustakaan.

Sedangkan Staff Pengajar SMP Stella Duce (1986: 77) menyatakan Inventarisasi adalah kegiatan mencatat koleksi bahan pustaka sebagai bukti bahwa koleksi tersebut menjadi milik perpustakaan yang bersangkutan. Pelaksanaan inventarisasi ini menggunakan beberapa perlengkapan ialah buku inventarisasi, cap inventaris, dan cap perpustakaan. Isi dari buku inventarisasi yaitu :

a. Nomor urut

b. Tanggal masuk buku c. Asal buku

d. Nama pengarang e. Judul buku

f. Nama penerbit dan tahun terbit g. Jumlah eksemplar buku

h. Harga satuan dan jumlah harga

i. Jenis buku: teks, informasi, fiksi, dan referensi

(11)

l. Keterangan mengenai keadaan buku

Kegiatan inventarisasi yang dilakukan perpustakaan pada bahan pustaka atau koleksi bertujuan agar pepustakaan dapat mengontrol kepemilikannya. Dengan inventarisasi perpustakaan dapat membuat laporan, menyusun statistik, menerima khasanah bahan pustaka yang dimiliki atau mengetahui bahan pustaka yang belum atau sudah dimiliki. Selain itu dapat mengetahui jumlah bahan pustaka yang dimiliki suatu perpustakaan pada kurun waktu tertentu, mengetahui bahan pustaka yang hilang. Serta memudahkan pustakawan dalam merencanakan pengadaan koleksi pada tahun-tahun berikutnya dan memudahkan pustakawan melakukan pengawasan terhadap koleksi yang dimilikinya.

Adapun langkah-langkah menginventarisasi bahan pustaka deposit adalah:

Menurut Staff Pengajar SMP Stella Duce (1986: 78) proses kerja inventarisasi sebagai berikut :

a. Mencatat bahn pustaka satu persatu, mulai dari penerimaan yang paling awal sampai dengan penerimaan yang paling akhir.

b. Mencatat mulai dari kolom urut dengan aka terkecil sampai nomor urut bahan pustaka yang terbaru.

c. Kolom tanggal diisi dengan tanggal saat pencatatan penerimaan bahan pustaka tersebut.

d. Kolom asal buku diisi dengan keterangan: nama toko buku atau enerbit bila berasa dari pembelian, nama perseorangan, badan, instansi, maupun lembaga bila buku berasal dari hadiah, dan nama perpustakaan bila bahan pustaka berasal dari pertukaran koleksi bahan pustaka dengan perpustakaan lainnya.

e. Kolom pengarang diisi dengan nama pengarang dari buku tersebut. f. Kolom judul diisi dengan judul bahan pustaka yang diinventaris tersebut. g. Kolom jumlah eksemplar diisi keterangan jumlah eksemplar bahan

pustaka.

h. Kolom harga diisi disetiap eksemplar bila berasal dari pembelian.

i. Kolom jumlah harga diisi dengan jumlah harga dari keseluruhan jumlah eksemplar yang diinventarisasi.

j. Kolom jenis bahan pustaka diisi dengan jumlah masing-masing jenis bahan pustaka yang sedang diinvetarisasi.

k. Kolom bahasa diisi dengan jumlah eksemplar setiap bahasa dari bahan pustaka yang sedang diinvetarisasi.

(12)

m. Kolom nomor pustaka diisi dengan nomor pustaka sesuai isi buku menurut Dewey.

n. Kolom keterangan diisi dengan keterangan-keterangan mengenai keadaan buku yang diinventarisasi: baru atau bekas dalam keaadaan bagus ataupun keadaan rusak. Keterangan lain tidak dapat di masukkan kedalam kolom tersebut.

o. Setelah halaman inventaris hampir habis, sebelum gantu halaman harus ditutup dengan garis memanjang selebar halaman buku, lalu catat rekapitulasi bahan pustaka yang sudah dicatat denga erincian jumlah eksemplar, judul, harga seluruh buku yang dibeli seperti tercatat pada halaman, jenis buku, bahasanya, dan lain-lain. Kemudian hasil rekapitulasi tersebut di pindahkan ke halaman berikutnya pada baris paling atas.

Sedangkan menurut Eryono, Muh Kaliani (1994) proses inventarisasi sebagai berikut :

1. Pemberian stempel buku a. Stempel inventarisasi

Semua buku yang masuk ke perpustakaan harus dibubuhi stempel inventarisasi. Stempel ini dibubuhkan pada halaman balik judul tanpa menggangu teks yang ada. Stempel inventarisasi berisi kolom nomor induk buku, nomor panggil, sumber dan tanggal pendaftaranya pada buku induk perpustakaan.

Tabel-1. Stempel Inventarisasi

Tanggal Terima : ... Asal dari : ... Harga : ... Tanda Buku : ... Nomor Induk : ... Tgl Inventarisasi : ...

Sumber : Eryono, 1994 : 20.

b. Stempel milik perpustakaan

Selain stempel inventarisasi, setiap buku juga harus dibubuhi stempel kepemilikan. Tempat tempat yang perlu dibubuhi stempel yaitu ; di balik halaman judul, bagian yang tidak ada tulisan atau gambar, pada halaman akhir, dan halaman halaman tertentu yang telah disepakati.

(13)

Contoh stempel milik perpustakaan: diterima kemudian secepatnya didaftarkan pada buku induk, dan dalam pencatatan tanggal harus lengkap dengan bulan dan tahunnya.

b. Kolom nomor induk

Setiap buku yang masuk akan memperoleh nomor induk setelah pada buku induk. Nomor induk pendaftaran dimulai dengan nomor satu dan seterusnya secara berurut tanpa memperbaharuinya setiap tahun, atau setiap awal tahun dimulai kembali dengan nomor baru.

c. Kolom judul buku

Judul buku yang ditulis dalam kolom ini adalah judul yang tercantum dalam halaman judul secara lengkap. Jika judul buku terlalu panjang dapat dipersingakat, dengan memotong bagian yang kurang penting. d. Kolom nama pengarang

Kolom ini diisi dengan nama pengarang buku baik perorangan maupun badan. Cara menulis nama orang pada perinsipnya seperti menulis nama pada tajuk.

e. Kolom penerbit

Kolom ini diisi dengan nama bada yang menerbitkan buku, baik badan pemerintah maupun swasta. Dalam penulisan nama penerbit tidak perlu mencantumkan jenis badan seperti PT, Penerbit, Yayasan, Company, dan sebagainnya.

f. Kolom tahun terbit

Kolom ini diisi dengan tahun penerbitan buku. Buku dari cetakan ulang dicatat copy right dan tahun cetak ulang.

g. Kolom asal atau sumber

Kolom ini diisi sesuai dengan sumber buku diterima (berasal), misalnya pembelian, tukar menukar dengan siapa, hadiah dari siapa, titipan dari siapa dan seterusnya.

h. Kolom harga buku MILIK

(14)

Kolom ini diisi dengan harga yang tercantum di buku jika buku tersebut berasal dari pembelian tetapi jika buku tersebut tidak berasal dari pembelian, maka kolom ini dikosongkan.

i. Kolom jumlah halaman

Kolom ini diisi dengan jumlah halaman yang terdapat dalam buku. j. Kolom keterangan

Kolom ini diisi dengan hal-hal lain yang dianggap perlu. Misalnya jika diketahui buku dengan nomor induk tertentu hilang, maka perlu dicatat dalam kolom keterangan.

Pada intinya, inventarisasi koleksi deposit adalah kegiatan menempel atau memberi cap stempel kepemilikkan perpustakaan, memberikan nomor induk atau inventaris setiap bahan pustaka, dan mencatat setiap eksemplar bahan pustaka dalam buku induk atau inventaris sesuai dengan urutan bahan pustaka yang dilakukan petugas perustakaan atau pustakawan yang bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan pustaka yang terdata, mengetahui bahan pustaka yang hilang dan memudahkan pustakawan melakukan pengawasan bahan pustaka atau koleksi.

2.5.2 Katalogisasi

Pengertian katalogisasi menurut Sutarno,(2006:182)

Katalogisasi adalah kegiatan yang dilakukan perpustakaan dengan membuat deskripsi data bibiliografi suatu bahan pustaka atau koleksi sesuai dengan standar atau peraturan tertentu. Hasil dari mengakatalogisasi behan pustaka berupa deskripsi (entry) yang dibuat dalam bentuk kartu katalog atau yang dimuat dalam pangkalan data komputer. Katalog merupakan wakil koleksi bahan pustaka

Sedangkan menurut Siahaan, Hotlan (2014: 12)

Katalogisasi merupakan proses pengolahan data-data bibilografi yang terdapat dalam suatu bahan pustaka menjadi katalog yang berisikan uraian ringkas data-data fisik sebuah bahan pustaka atau koleksi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan untuk efisiensi efektivitas proses temu kembali, sebaliknya bentuk katalog pada perpustakaan umumnya menggunakan katalog elektronik (OPAC).

Katalogisasi memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Katalogisasi

(15)

b. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan dari pengarang tertentu berdasarkan subjek tertentu, atau dalam jenis literature tertentu.

c. Membantu dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisinya atau karakternya.

2. Fungsi Katalogisasi

a. sebagai sarana atau alat bantu dalam temu kembali informasi disuatu perpustakaan.

b. Dapat menunjukkan bahan pustaka atau koleksi apa saja yang dimiliki perpustakaan.

c. Sebagai suatu sistem komunikasi yang dapat menunjukkan kekayaan koleksi yang dimiliki perpustakaan.

d. Sebagai daftar inventaris dari seluruh bahan pustaka yang dimilikinya.

e. Dapat membantu pada pemilihan sebuah bahan pustaka berdasarkan edisinya, ataupun berdasarkan karakternya sastra atau topik.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan katalogisasi adalah pembuatan katalog untuk semua bahan pustaka atau koleksi yang dilakukan perpustakaan dimana prosesnya mengikuti peraturan yang ada kemudian disusun secara alfabetis dan sistematis, sehingga memungkinkan seseorang atau pengguna menemukan sebuah buku yang diketahui atau dibutuhkan berdasarkan pengarangnya, judulnya, atau subjeknya.

Menurut Siahaan, Hotlan (2014: 5) bentuk fisik katalog terdiri dari beberapa macam yaitu:

1. Katalog cetak atau katalog buku

Bentuk katalog buku berupa daftar judul-judul bahan pustaka yang ditulis atau dicetak pada lembaran lembaran yang berbentuk buku. Kelebihannya:

a. Biaya pembuatannya lebih murah b. Mudah dicetak

c. Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain d. Mudah dibawa kemana-mana

e. Dapat dibuat dalam jumlah eksemplar yang cukup banyak Kelemahannya:

Tidak fleksibel karena penyisipan dan pengeluaran entri katalog tidak mudah dilakukan.

(16)

2. Katalog kartu

Bentuk katalognya menggunakan kartu berukuran 7,5 cm x 12,5 cm Kelebihannya:

a. Awet dan tahan lama.

b. Fleksibel, yaitu penyisipan entri baru dan pengeluaran entri yang tidak diperlukan mudah dilaksanakan.

c. Ringkas, yaitu hemat dalam tempat.

d. Akses langsung, yaitu dapat digunakan kapan saja oleh pegawai dan beberapa pengguna sekaligus.

e. Tersedia lebih dari satu pendekatan. Kartu katalog pengarang, kartu katalog judul, dan kartu katalog subjek.

f. Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat.

g. Ekonomis, tidak memerlukan biaya tinggi pada pembuatannya. Kelemahannya:

Satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pengguna harus antri menggunakannya, terutama bila melakukan penelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika pada jumlah yang besar, karena harus memilah-milah jajaran kartu sesuai urutan indeksnya.

3. Katalog COM (Computer Output Microform)

Dalam COM rekaman bibliografisnya dibuat dengan microfilm atau mikrofis sehingga biayanya mahal. Dan untuk dapat menggunakan katalog ini, diperlukan alat khusus yaitu microreader.

Kelebihannya :

a. Katalog dalam bentuk mikro lebih murah disbanding katalog buku. b. Biaya pemeliharaannya lebih murah dari katalog kartu.

c. Bentuknya ringkas dan mudah penyimpanannya Kelemahannya:

Menggunakan microreader, dan banyak para pelanggan menemukan versi

microfiche tidak menyenangkan digunakan.

4. Katalog komputer terpasang (online computer catalog)

Sering disebut dengan OPAC (Online Public Access Catalogue). Program aplikasi yang digunakan diperpustakaan seperti CDS/ISIS, Inmagic, VTLS, Tinlib, dan lain-lain.

Kelebihannya :

a. Penelusuran informasi dapaat dilakukan secara cepat dan tepat. b. Penelusuran informasi dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa

saling mengganggu.

c. Jajaran tertentu tidak perlu di file.

(17)

terbit, penerbit dsb, yaitu dengan memanfaatkan penelusuran Bolean Logic.

e. Rekaman bibliografis yang dimasukkan kedalam entri katalog tidak terbatas .

f. Penelusuran dapat dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus mengunjungi perpustakaan, yaitu dengan menggunakan sistem jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network).

Dapat disimpulkan bahwa setiap bentuk katalog perpustakaan memiliki kelebihan dan kekurangan dalam melakukan sistem temu balik informasi. Pemakaian dari beberapa macam katalog diatas tergantung pada kemampuan perpustakaan, karena setiap perpustakaan menggunakan bentuk katalog yang berbeda-beda.

2.5.2.1 Deskripsi Biblografi

Menurut Siahaan, Hotlan (2014: 13)

Deskripsi biblografi disebut juga dengan katalogisasi deskriftif adalah kegiatan mencatat identitas setiap bahan pustaka yang diperlukan untuk dapat memberikan gambaran tentang bahan pustaka yang bersangkutan, yang bertujuan untuk mengemukakan atau mendeskripsikan bahan pustaka atau koleksi secara fisik seperti pengarang, judul, tempat terbit, nama penerbit, jumlah halaman, dan lain-lain. Hasil dari identifikasi bahan pustaka disebut dengan deskripsi bibliografi yang memberikan sajian ringkas untuk membedakan satu bahan pustaka satu dengan bahan pustaka lainnya.

Deskripsi bibliografi bahan pustaka adalah sebagai berikut: 1. Sumber informasi utama deskripsi bahan pustaka Tabel-3. Informasi deskripsi bahan pustaka

DAERAH SUMBER INFORMASI UTAMA

Judul dan pernyataan tanggung jawab

Halaman judul

Edisi Halaman judul, Halaman lain, kolofon

Publikasi Halaman judul, Halaman lain, kolofon

Deskripsi fisik Terbitan yang bersangkutan

Seri Halaman judul seri, Halaman judul, kulit buku, bagian lain dari publikasi

Catatan Sumber apa saja

(18)

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa, sumber informasi utama deskripsi bahan pustaka koleksi deposit meliputi daerah judul, penanggung jawab, edisi, publikasi, deskripsi fisik, seri, catatan, nomor standar dan harga.

2. Tanda Baca

Penulisan setiap daerah deskripsi bibliografi atau katalogisasi deskriftif digunakan tanda baca yang sudah ditentukan. Berikut ini uraian penggunaan tanda baca dan susunan deskripsi seperti yang dituliskan (Siahaan, Hotlan 2014 : 17) yaitu:

a. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab

Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi Judul utamaa = judul pararel : judul lain atau anak judul / pernyataan kepengarangan yang pertama ,pernyataan kepengarangan yang kedua dan selanjutnya ; pernyataan kepengarangan berikutnya yang berbeda peran dan kontribusinya b. Daerah edisi

Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi

,-- Pernyataan edisi / pernyataan tanggung jawab ; pernyataan tanggung jawab kedua dan selanjutnya sesuai dengan edisi

c. Daerah terbitan dan publikasi

Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi

.-- Tempat terbit : nama penerbit , tahun terbit d. Daerah deskripsi fisik

Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi

Jumlah halaman: pernyataan iliustrasi; ukuran+bahan yang disertakan

e. Daerah seri

Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi

.--pernyataan seri : pernyataan anak seri ; nomor seri f. Daerah catatan

Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru g. Daerah nomor standar dan harga

Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru

2.5.2.2 Penentuan Tajuk Entri Utama

(19)

Menurut Siahaan, Hotlan (2014: 39)

Tajuk entri utama adalah kata pertama yang dicantumkan dalam katalog utama, disebut juga sebagai tajuk (heading) suatu karya (bahan pustaka) yang digunakan sebagai titik telusur (access point) utama untuk mencari bahan pustaka yang telah diolah.

Tajuk entri utama bisa berupa : 1. Nama pengarang perorangan 2. Nama badan korporasi atau judul

Tajuk entri utama memiliki tujuan, menurut Siregar, Beling (2013: 43) dari pada pendekataan pada pengarang adalah agar dapat mengetahui apakah bahan pustaka tertentu dapat diketahui pengarangnya ada dalam koleksi perpustakaan dan bahan pustaka apa saja dari pengarang tertentu ada dalam koleksi perpustakaan.

Menurut Siahaan, Hotlan (2014:31) cara menentukan tajuk entri utama menurut jenis karyanya yaitu:

a. Administrasi yang berhubungan dengan badan korporasi yang bersangkutan, misalnya: laporan tahunan, kebijaksanaan, kegiatan, keuangan, personalia, hak milik, dan lain sebagainya.

b. Suatu hukum atau kumpulan, peraturan administrasi, perjanjian c. Suatu laporan panitia, komisi.

d. Suatu teks liturgy gereja, sekte.

e. Suatu koleksi makalah yang disajikan pada suatu konferensi seperti prosiding.

2.5.2.3 Mengindeks Atau Menentukan Tajuk Subjek

Menurut Siahaan, Hotlan (2014: 13)

penentuan tajuk subjek adalah proses katalogisasi yang berhubungan dengan penentuan subjek bahan pustaka atau menentukan isi buku dalam bentuk kata yang meliputi analisis subjek dan penerjemahan unsur-unsur itu kedalam salah satu bahasa indeks. Tajuk subjek dapat ditentukan dari judul, daftar isi, pendahuluan atau timbangan buku. Penentuan tajuk subjek bertujuan untuk mengetahui masalah yang akan dibicarakan dalam suatu terbitan dan untuk memudahkan bahan pustaka yang membahas suatu pokok masalah tertentu yang sedang dicari oleh pengguna.

Menurut Siregar, Beling (2015 : 21).Fungsi daftar tajuk subjek adalah: a. Mencatat istilah-istilah yang digunakan dalam katalog, indeks, atau

(20)

b. Memberikan rekomendasi menguasai pembuatan acuan, untuk memandu pemakai dalam hal istilah yang berkaitan (menunjukkan hubungan semantik khususnya).

Menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang dikutip oleh Saputra (2014: 13) penentuan tajuk subjek ada beberapa pedoman yang dapat digunakan oleh perpustakaan untuk menjaga keseragaman dalam mengindeks, untuk menentukan tajuk subjek suatu bahan pustaka atau koleksi biasanya dipergunakan beberapa pedoman yaitu:

1. Library Of Congress Subject Heading (LCSH)

Pedoman ini digunakan pada perpustakaan yang memiliki bahan pustaka dalam jumlah besar, dipergunakan untuk menentukan subjek buku ini secara detail.

2. Sears Lists Subject Headings

Pedoman penentuan subjek secara umum, biasanya digunakan pada perpustakaan yang memiliki bahan pustaka dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

3. Medical Subjek Headings (MeSH)

Pedoman ini digunakan khusus untuk bidang kesehatan dan kedokteran. 4. Pedoman tajuk subjek untuk perpustakaan, yang diterbitkan oleh pusat

pembinaan perpustakaan departemen pendidikan dan kebudayaan.

2.5.3 Klasifikasi

Menurut Siregar, Beling (2013 : 27)

Dalam temu kembali informasi yang didalam hal ini disebut kelas adalah kelompok dokumen yang paling sedikit mempunyai ciri yang sama. Kegiatan pengelompokan atau pembentukan kelas disebut klasifikasi, yang dalam kaitannya dengan temu kembali informasi sering disebut klasifikasi perpusataan atau klasifikasi bibliografi.

Sedangkan Menurut Sutarno (2006: 181) klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan isi atau subjeknya sehingga semua bahan pustaka yang sama isinya atau bentuknya terkumpul menjadi satu.

(21)

Suwarno, Wiji (2010 : 118-119) mengemukakan bahwa klasifikasi terbagi dalam dua jenis yaitu:

1. Klasifikasi artificial (artificial classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka tersebut. Misalnya, bahan pustaka berdasarkan warna kulit buku: buku yang berwarna merah dikelompokkan dengan warna merah, warna kuning dengan warna kuning dan sebagainya.

2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan isi atau objek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan pustaka meskipun kulitnya berganti-ganti atau formatnya diubah. Klasifikasi fundamental yang paling sesuai digunaka diera sekarang ini, karena memiliki keuntungan sebagai berikut:

d. Buku-buku yang sama atau mirip isinya akan terletak berdekatan. e. Memudahkan dalam mengadakan perimbangan koleksi yang

dimiliki.

f. Memudahkan mengadakan penelusuran terhadap bahan pustaka menurut subjek.

g. Memudahkan dalam pembuatan bibliografi menurut pokok masalah. Tujuan klasifikasi yang dilakukan perpustakaan pada semua bahan pustaka ialah untuk :

a. Memudahkan petugas dalam menyusun bahan pustaka dalam penyimpanannya dirak. Untuk kepentingan ini, bahan pustaka yang diberi label untuk tanda buku yang salah satu unsurnya adalah notasi klasifikasi.

b. Untuk menyusun katalog berdasarkan nomor klasifikasi (clsified catalog).

c. Memudahkan mengatur, menempatkan, dan menggunakan ataupun menemukan kembali informasi (information retrieval) sewaktu– waktu dipergunakan.

Menurut Suwarno, Wiji (2010) ada beberapa jenis bagan klasifikasi yang digunakan oleh perpustakaan yang ada di dunia yaitu:

1. DDC (Dewey Decimal Classification)

(22)

2. UDC ( Universal Decimal Classificaton)

UDC seharusnya merupakan ekstensi dari DDC, deterbitkan pertama kali tahun 1905 dengan nama Classification Decimal

3. LC (Library of Congress Classification)

LCC melai dikembangkan pada awal tahun 1899 dan terbit pertama kali pada 1901. Adanya sistem klasifikasi ini terutama karena

kepentingan perpustakaan “Congress” Amerika yang begitu besar koleksinya dan dirasa kurang sesuai jika menggunakan sistem klasifikasi yang lain.

Dari beberapa bagan klasifikasi diatas, DDC merupakan sistem klasifikasi yang paling popular dan paling banyak digunakan oleh berbagai perpustakaan khususnya di Indonesia. Hampir semua perpustakaan yang ada di Indonesia menggunakan DDC sebagai sistem klasifikasi pada bahan pustaka.

Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi

perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851-1931), Dewey menciptakan sistem klasifikasi ini saat ia masih menjadi mahasiswa dan bekerja sebagai pustakawan di Amhers College, Massachusset Amerika Serikat. Pada tahun 1876, Dewey menerbitkan edisi pertama dengan judul; “A Classificatin and Subject Index For Catalouging, and Arranging, the Boos and Pamphlets of Library”. Edisi pertama ini hanya berjumlah 42 halaman dan terdiri atas 12 halaman pendahuluan, 12 halaman bagan, dan 18 halaman indeks. DDC terus mengalami penyempurnaan dengan memasukkan subjek-subjek yang belum tercakup dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini telah terbit edisi 22 pada tahun 2003 yang terdiri dari 4 jilid: Introduction, Schedule 000-599, Schedule 600-999, dan Index Relatif, dengan ketebalan lebih dari 3000 halaman. Disamping edisi lengakap, DDC juga menerbitkan edisi ringkas yang dapat digunakan oleh perpustakaan- perpustakaan yang tidak begitu besar dan bersifat umum. DDC telah mampu bertahan kurang lebih satu abad sejak diterbitkannya edisi pertama hingga sekarang karena memiliki keunggulan, berikut adalah keunggulan dari DDC yaitu:

a. Paling banyak digunakan di perpustakaan-perpustakaan di dunia. b. Pembagian bagannya sistematis.

c. Bersifat universal, mencakup semua bidang ilmu pengetahuan. d. Bersifat fleksibel, dapat menampung subyek-subyek baru. e. Pembagian kelas logis dan konsisten.

f. Bagan merupakan notasi atau kode yang mudah diingat karena menggunakan angka murni.

g. Notasi klas dapat digunakan secara sederhana/secara lengkap sesuai dengan kebutuhan perpustakaan

(23)

i. Ada badan / lembaga khusus yang mengawasi perkembangan skema klasifikasi.

j. Pembagian kelas berlaku dari subjek yang umum ke khusus secara hirarki

Dewey Decimal Classification (DDC) terdiri dari tiga komponen yaitu: 1. Bagan (Schedule)

Sistem klasifikasi dewey disebut “persepuluhan” karena Dewey membawa pengelompokan, baik untuk kelompok yang paling global maupun mengembangkan masing-masing kelompok selanjutnya. Di dalam bagan ini semua ilmu disusun sedemikin rupa dan diberi kode angka yang disebut dengan notasi. Notasi dalam bentuk angka yang terdiri dari tiga angka. Apabila terdapat lebih dari tiga angka, maka antara angka ketiga dan keempat diberi tanda titik (.).

contoh : 371.5 ( Disiplin Sekolah)

Dengan perinsip decimal, DDC memberikan tiga ringkasan yang terdiri dari:

a. 10 Kelas utama b. 100 Divisi c. 1000 Subdivisi

Pembagian tersebut adalah sebagai berikut: 000 – 099 Karya Umum

100 – 199 Filsafat 200 – 299 Agama 300 – 399 Ilmu Sosial 400 – 499 Bahasa

500 – 599 Ilmu Pengetahuan murni 600 – 699 Ilmu Terapan (Teknologi) 700 – 799 Kesenian

800 – 899 Kesusasteraan

900 – 999 Sejarah, Geografi dan Biografi

Setiap divisi dibagi kedalam seksi-seksi secara desimal menjadi 10 seksi, misalnya:

300 – Ilmu-Ilmu Sosial 310 – Statistik

320 – Ilmu Politik 321 – Bentuk Negara

322 – Hubungan negara dengan organisasi dan anggotanya 323 – Hubungan negara dengan individu

324 – Pemilihan Umum 325 – Migrasi Internasional

(24)

328 – Lembaga Legislatif

329 – Politik Praktis, partai politik

Setiap seksi dapat dibagi lagi menjadi 10 subseksi yang melebihi tigaangka penulisan notasi angkanya menggunakan tanda titik, misalnya:

Pada indeks relative ini terdapat sejumlah istilah yang disusun berabjad. Istilah-istilah tersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam ini didaftarkan juga sinonim untuk suatu istilah, hubungan- hubungan dengan subjek lain. Namun demikian tidak boleh menentukan klasifikasi berdasarkan indeks saja. Setelah notasi ditemukan dalam indeks, seharusnya diperiksa dalam bagan atau tabel. Contoh indeks relative untuk subjek “Psikologi” terdapat sebagai berikut Psikologi 150

1. Tabel : Notasi Subdivisi Standar (T1) 2. Tabel : Notasi Wilayah (T2)

3. Tabel : Notasi Bentuk Sastra (T3) 4. Tabel : Notasi Bentuk Bahasa (T4)

(25)

7. Tabel : Notasi Orang-orang atau profesi (T7)

2.5.4 Perlengkapan Fisik Bahan Pustaka Koleksi Deposit

Perlengakapan bahan pustaka kegiatan menyiapkan dan membuat perlengkapan pustaka agar siap dipakai, mudah dipergunakan, dan untuk memelihara agar koleksi tetap dalam keadaan baik dan terawat.

2.5.4.1 Perlabelan

Menurut Suwarno (2010 : 140)

Pelabelan adalah pemasangan label pada punggung buku yang berisi call number sesuai dengan yang tertulis dalam Katalog. Pelabelan ini sebaiknya diketik pada kertas label putih, atau pada kertas HVS biasa yang digunting satu ukuran (seragam), sesuai dengan kebutuhan perpustakaan yang bertujuan agar pengguna dapat dengan mudah mengenali bahan pustaka. Perabelan bahan pustaka biasanya ditempelkan dipunggung buku disudut bawah buku. sebelum label ditempel pada punggung buku, terlebih dahulu dibuat nomor panggil yang memuat keterangan nomor kelas, tiga huruf kependekan nama pengarang, dan satu huruf pertama dari judul buku dengan huruf kecil. Kemudian label tersebut ditempatkan pada punggung buku kira-kira 3cm dari bawah dalam posisi buku berdiri, agar jika buku dijajarkan akan tampak rapi.

Tabel-4. Nomor panggil buku

200 Har P

150 Bim I

375 Nas K

Suwarno, Wiji (2010: 140)

2.5.4.2 Barcode (Kode Baris)

(26)

Barcode biasanya digunakan oleh perpustakaan yang sudah terautomasi atau sudah menggunakan sistem komputerisasi. Barcode memiliki tujuan dapat memudahkan pegawai atau pustakawan dibagian sirkulasi mendata peminjaman dan pengembalian buku sehingga tidak terjadi kesalahan pendataan.

2.5.4.3 Blanko Kartu Bahan Pustaka

Blanko kartu buku ini berukuran tertentu yang berisi isian ataupun kolom untuk diisi dengan keterangan-keterangan yang berfungsi sebagai kartu kendali atau arsip peminjaman. Blanko ini memuat keterangan-keterangan, seperti: Call number, nama pengarang, judul buku, nomor induk buku, nama peminjam, tanggal peminjaman, tanggal kembali, dan paraf.

Tabel-5. Blanko kartu buku

375 0234/1982

Nas Nasution, A

A Asas – Asas Kurikulum No Nama peminjam Tanggal

peminjaman

Tanggal kembali Paraf

Suwarno, Wiji (2010: 141)

Tidak semua perpustakaan menggunakan blanko kartu buku, bagi perpus takaan yang tidak menggunakan blanko bisa menggunakan slip peminjaman berupa kertas yang ditempelkan dihalaman depan buku, jika pengguna meminjam buku maka slip diberikan stempel tanggal pengembalian buku yang dilakukan petugas atau pustakawan yang ada di perpustakaan.

2.5.4.4 Pemasangan Kantong Kartu Buku

(27)

tempat kartu buku yang ditempel dibagian belakang (sampul) dalam buku. Kantong ini ada baiknya jika ditandai pula dengan keterangan, seperti call number, nama pengarang dan judul buku yang berfungsi sebagai kontrol untuk kartu buku yang tidak sesuai.

Bagi perpustakaan yang telah menggunakan sistem komputerisasi atau automasi, sebaiknya tetap menggunakan kartu katalog sebagai alternatif jika terjadi pemadaman listrik atau terjadi gangguan pada program automasi.

2.5.4.5 Penyampulan Bahan Pustaka

Penyampulan pada bahan pustaka biasanya dilakukan setelah semua bahan

pustaka selesai dilabel, bahan pustaka disampul bertujuan untuk menjaga agar buku tetap bersih dan tidak mudah rusak. Bahan pustaka disampul menggunakan sampul plastik yang bening agar pengguna tetap mudah dalam mencari buku yang dibutuhkan. Selain itu penyampulan juga menggunakan gunting atau pisau untuk merapikan sampul agar sesuai dengan bentuk buku, serta menggunakan lakban bening untuk merekatkan sampul ke buku.

2.6 Penyusunan Bahan Pustaka Koleksi Deposit

Gambar

Tabel-4. Nomor panggil buku

Referensi

Dokumen terkait

Menurut teori ini, hukuman diberikan karena si pelaku harus menerima hukuman itu demi kcsalahannya. llukuman menjadi rctribusi yang adil bagi kerugian yang sudah diakibatkan.

Pengolahan data terdiri dari pengujian fungsi distribusi waktu antar kerusakan dengan uji S- Mann, penentuan parameter distribusi waktu antar kerusakan, dan penentuan uptime dan

Berdasarkan pelaksanaan dilapangan banyak hal yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini antara lain: dari 28 orang mahasiswa yang mengikuti perkulihan fiqih

[r]

Tabel 12 menunjukkan total cost penggantian komponen apabila perusahaan menerapkan penggantian komponen secara preventive dengan modularity tidak pada waktu istirahat

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan tantangan (threat) dalam pengembangan usaha

Pasal 35 huruf c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang mengartikan bahwa perkara tindak pidana tersebut dapat dikesampingkan

Dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah pegawai, pemimpin saya selalu menerapkan prinsip keadilan kepada semua pegawai2. Dimensi