BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terminologi Judul
Judul dalam proyek ini adalah Pusat Pameran dan Oleh-Oleh Kerajinan Tangan
Kualanamu, dan berikut ini merupakan penjelasan terhadap kasus proyek tersebut:
Pusat :
Pusat dapat diartikan sebagai sebuah pokok pangkal yang jadi pumpuan yang letaknya berada dibagian tengah (KBBI, 1989, hal 712).
Pameran:
Menurut Myers, B. (1985) dalam bukunya “How To Look At Art” pameran merupakan satu aktivitas yang melibatkan satu ruang, biasanya galeri atau dewan
yang memamerkan hasil karya seni seperti lukisan, cetakan, arca, ukiran, gambar,
foto dan karya yang siap.
Pameran adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas.
Oleh-Oleh/Souvenir :
souvenir adalah barang-barang kerajinan tangan (handy crafts), yang merupakan hasil kreativitas para pengrajin yang mampu merubah benda-benda yang terbuang
dan tidak berharga menjadi produk-produk kraft tangan yang menarik dan
diminati banyak orang, terutama para wisatawan. Dalam kamus The Collins
Cobuild Dictionary (2009)
Sementara itu, dalam kamus Webster English Dictionary (2004), kata souvenir diartikan sebagai, “an object a traveler brings home for the memories associated with it.” (Souvenir adalah benda yang dibawa pulang oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan bagi perjalanannya itu).
Kerajinan Tangan :
untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni” (Prof. Dr. Timbul Haryono: 2002).
kata kerajinan tangan dalam bahasa indonesia berarti pekerjaan (ketrampilan tangan). Di dalam bahasa Inggris disebut craft berarti energi atau kekuatan. Pada
kenyataannya bahwa seni kerajinan tangan sering dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan karena skill atau ketrampilan seseorang”. (Prof. Dr. I Made Bandem, 2002)
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Pusat Pameran dan Oleh-Oleh Kerajinan
Tangan Kualanamu adalah sebuah wadah untuk menampung aktifitas perwisataan dalam
memamerkan proses pembuatan kerajinan tangan, hasil kerajinan tangan, dan sejarah
perkembangan kebudayaan kerajinan tangan dan juga sebagai wadah pembelian
oleh-oleh/souvenir kerajinan tangan khas Sumatera Utara.
2.2. Aerotropolis
Menurut Kasarda (2011), aerotropolis merupakan bentuk integrasi bandara dengan
kota metropolis mandiri di sekitarnya, yang kemudian mendorong pengembangan bisnis
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota metropolis tersebut. Konsep aerotropolis
bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas bandara dengan pusat-pusat pertumbuhan kota,
merencanakan pembangunan pada tiap koridornya, sehingga menghasilkan bentuk integrasi
yang tertata, efisien, dan efektif dalam memberikan manfaat. Di dunia, sudah banyak bandara
yang menerapkan konsep aerotropolis, Bandara Schipol Amsterdam di Belanda, Bandara Los
Angeles di Amerika Serikat, Bandara Incheon di Korea Selatan, dan Bandara Changi di
Singapura, adalah contoh sukses penerapan konsep aerotropolis yang mampu
mengintegrasikan kota, bandara, dan kawasan bisnis.
Mengacu pada konsep Aerotropolis yang di populerkan oleh John D. Kasarda, PT.
Angkasa Pura II ( Persero), mendefinisikan Aerotropolis adalah sebuah konsep bandar udara
yang didalamnya terintegrasi dengan keadaan dan fasilitas layaknya sebuah kota modern atau
dapat disebut dengan kota bandara (Airport City). Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain area
parkir bertingkat, ruang kovensi, pusat perbelanjaan, sarana rekreasi, fasilitas hotel, serta
Mengacu kepada fungsi bandara yang mana adalah sebagai pintu keluar masuk orang
dari suatu daerah. Itulah mengapa Bandar Udara selalu menjadi sarana utama bagi
pengembangan suatu wilayah dan juga dapat menjadi magnet yang dapat menarik aktivitas
manusia. Semakin besar jumlah orang yang datang dan pergi, semakin banyak pula sarana
pendukung yang dibutuhkan pada poin inilah mengapa terjadinya sebuah pengembangan
Aerotropolis di bandara yang dikarenakan adanya kebutuhan para penumpang / pengguna
Bandar Udara dimana dapat memberikan akses yang dekat dengan bandara dan juga bagi
Bandara itu sendiri konsep Aerotropolis akan memberikan keuntungan diluar pendapatan
konvensionalnya.
Aerotropolis bandara kota memiliki beberapa konsep dasar pengembanganya.
Aerotropolis menjadi generator utama pengembangan kawasan karena merupakan kawasan
cepat tumbuh berbasis bandara atau sering disebut airport-centric comercial development.
Kawasan ini menciptakan secara mandiri berupa:
a) lapangan pekerjaan
b) perbelanjaan
c) perdagangan
d) pertemuan bisnis
e) hiburan, dan
f) tujuan rekreasi,
sehingga menjadi kota handal dan menjadi daya tarik global dan lokal. Evolusi
function dan form ini mentraformasikan secara esensial sejumlah bandara kota (city airport) menjadi kota bandara (airport city) (Kasarda, 2008). Kasarda menyebutkan evolusi “bandara kota” menjadi kota bandara didorong oleh apa yang dia sebut sebagai airport city drivers. Dia menyatakan kota bandara telah ber-evolusi dengan bentuk spasial yang berbeda didasarkan
pada lahan yang tersedia dan prasarana transportasi darat, namun hampir semua muncul
sebagai tanggapan terhadap empat pendorong pembangunan yang menjadi pertimbangan
a) Bandara-bandara perlu menciptakan sumber daya dari kegiatan yang tidak berkaitan
dengan penerbangan untuk bersaing dan juga memberikan pelayanan yang lebih baik
dari fungsi bandara
b) Usaha sector komersial untuk mendapatkan lahan yang aksesibel
c) Bandara mampu meningkatkan penumpang dan barang
d) Pelayanan bandara sebagai katalis dan magnet pembangunan kegiatan bisnis
Kasarda (666-667) menyebutkan skematik desain dari Aerotropolis dalam Schematic
of Typical Airport City, dimana skematik desain Aerotropolis dapat dibedakan menjadi tiga
yakni core aeronautical activities, airport related dan airport-oriented activities, dan
dijelaskan sebagai berikut:
a) Aktivitas inti penerbangan, operasional teknis dari bandara yang secara langsung
mendukung fungsi-fungsi penerbangan (semua kegiatan banadara, jasa pengiriman
barang kilat, perbelanjaan, hotel dan bongkar muat).
b) Aktivitas yang berhubungan dengan Bandar Udara merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan pengangkutan serta pergerakan penumpang dan barang (kawasan
logistic dan perdangangan bebas, pusat kegitatan distribusi, pusat intermoda angkutan,
kereta api).
c) Aktivitas yang berorientasi pada Bandar Udara memilih berada di area sekitar Bandara
dikarenakan imej yang dimiliki oleh bandara itu sendiri dan aksesbilitas jalan yang
sangat baik. Harga lahan dan konektivitas yang baik merupakan faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi dari kegitan-kegiatan tersebut (pusat
perdagangan dan niaga grosir, convention center, pusat penelitian/teknologi, kawasan
kesehatan, kawasan industri, mixed use, kawasan komersial, kawasan oleh raga dan
kawasan perkantoran).
Pengembangan kawasan komersial yang pesat di dan sekitar gerbang Bandar
menjadikan kegiatan tersebut sebagai generator pertumbuhan perkotaan dan menjadikan
bandara sebagai pusat lapangan perkerjaan yang penting, kawasan perbelanjaan perdagangan
serta destinasi bisnis, serta bandara membangun sebuah brand image tersendiri untuk menarik
kegiatan bisnis yang tidak berkaitan dengan kebandar udaraan.
Sifat alami dari pasar lokal dalam kegiatan indsutri dan komersial yakni memiliki
peran penting dalam keberlangsungan kota Bandara dan kegitan didalamnya. Selain itu area
sekitar bandara juga dapat menarik kegiatan bisnis, pekerja-pekerja profesional dan penduduk
lebih banyak dibanding area lain, pembangunan kegitan komersial didalam kawasan bandara
merefleksikan kebutuhan dari pekerjaan, pekerja dan penduduk terhadap pelayanan yang
disediakan oleh bisnis yang berbasi bandara. pelayanan-pelayanan tersebut meliputu
pelayanan perumahan, rekreasi, kuliner, perdagangan, kesehatan, penitipan anak dan dokter
hewan. Seperti pada penelitian mengenai perkotaan di Amerika Serikat yang memaparkan
mengenai pertumbuhan di area perkantoran di dekat bandara lebih cepat berkembang
dibanding di area bandara sub-urban lainya.
Kebutuhan-kebutuhan untuk kegiatan bisnis yang berbasis pada bandara saat ini
disediakan didalam kawasan campuran (mixed use) yang luas di dalam area bandara, sebagai
centra pembangunan Aerotropolis pergeseran ini membuat pembangunan kota Bandara
seabagai model perencanaan kreatif dan atribut-atribut managemen yang berbeda.
a) Perkantoran dan kegiatan bisnis, meliputi kawasan bisnis
b) Logistik dan distribusi
2.2.1. Jarak dan Lokasi Aerotropolis Secara Umum
Lokasi perancangan konsep Aerotropolis secara umum terletak di luar pagar Bandara
tetapi memiliki akses yang dekat dan mudah ke Bandara. batas luar dari Aerotropolis tidak
diatur oleh batasan-batasan atapun jarak karena belum adanya batas yang disepakati untuk
menentukan jarak dan waktunya akan tetapi waktu 20 sampai 30 menit yang digunakan
seabagai acuan untuk mengatur batas luar dalam beberapa studi rencana induk Aerotrpolis.
2.2.2. Bangunan-Bangunan di Kawasan Aerotropolis
Menurut John D. Kasarda Aerotropolis merupakan sebuah konsep Kota Bandara yang
mana perkembanganya menciptakan kawasanya secara mandiri dikarenakan Aerotropolis
merupakan generator utama dalam pengembangan kawasan, perkembangya kawasan meliputi
fungsi-fungsi bangunan yang terbentuk antara lain adalah:
a) lapangan pekerjaan
b) perbelanjaan
c) perdagangan
d) pertemuan bisnis
e) hiburan, dan
f) tujuan rekreasi,
pernyataan diatas merupakan kriteria bangunan yang ada pada kawasan Aerotropolis
meliputi,
Pertokoan Restoran
Kegiatan entertaiment dan kebudayaan
Hotel dan akomodasinya
Bank dan penukaran mata uang asing Gedung perkantoran
Convention dan exhibition center Hiburan, rekreasi dan pusat kebugaran Logistik dab distribusi
Perdangangan bebas Lapangan golf Factory outlet
Pelayanan keluarga seperti klinik kesehatan dan penitipan anak
2.2.3. Tema dan Karakteristik Bangunan di Kawasan Aerotropolis
tidak adanya kesepakatan atapun peraturan dalam pemilihan tema bangunan yang
akan di rancang pada kawasan Aerotrpolis, akan tetapi menurut studi banding di kawasan
Aerotropolis di luar negeri kebanyakan tema perancangan dengan gaya high tech dimana
bangunan berkarakter futuristik hal ini dimaksudkan untuk merefleksikan konsep desain
2.2.4. Studi Banding Aerotropolis
Berikut merupakan beberapa studi banding Aerotropolis yang sudah beroperasi
maupun yang dalam proses perancangan dan pembangunan di beberapa negara.
A. Kuala Lumpur International Airport (KLIA), KLIA Aeropolis
Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA) merupakan salah satu pusat penerbangan
utama di Asia selain turut menjadi sebuah destinasi pelancongan yang tersendiri. Ia terletak di
bagian atas koridor selatan Semenanjung Malaysia, yang bersempadan dengan negeri
Selangor dan Negeri Sembilan. Terletak di daerah Sepang, jaraknya kira-kira 50km dari ibu
kota Kuala Lumpur. Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA) 'master plan kota bandara,
dijuluki KLIA Aeropolis, membentang di 6.750 hektar tanah di sekitar Bandara KL
International (KLIA). Sebuah kota yang terdiversifikasi dan terintegrasi dengan fasilitas yang
lengkap untuk kegiatan retail, pameran, rekreasi dan pariwisata, KLIA Aeropolis adalah
lokasi yang ideal untuk bisnis Anda untuk berkembang dalam pertumbuhan tinggi, daerah
nilai optimum.
KLIA Aeropolis pengembangan rencana induk didorong oleh aksesibilitas, kecepatan
dan kelincahan faktor yang bandara menyediakan untuk rantai pasokan yang sensitif terhadap
waktu dan konektivitas perusahaan, nasional dan global. Hal dibayangkan untuk menjadi
pengembangan kota bandara baru yang benar-benar luar biasa dengan atraksi wisata kelas
atas.
KLIA aeropolis master plan terdiri dari: Commercial Business Zone
Free Commercial Zone
Recreational & Institutional Zone
Agro-Tourism & Theme Parks Natural Conservation Zone Cargo & Logistics
a. Lokasi
KLIA Aeropolis berlokasi masih berada dekat dengan bandara diamana lokasi nomor
2 dan 4 berada pada jalan utama menuju ke bandara, sedengkan nomor 1 dan 3 berada
di dalam pagar bandara, sehingga daerah lokasinya masi daerah Sepang, Selangor,
Malaysia
b. Jarak dari bandara
Jarak aeropolis dari bandara sekitar 6 km sedangkan dari pusat kota mencapai 60 km
dengan menempuh 50 menit waktu perjalanan
c. Bangunan
Fungsi bangunan yang berada pada KLIA Aeropolis adalah LCCT Concersion, Cargo
logistik park, Southen Support zone, Airline Headquarter Offices, Airline office
buildings, Other office buildings, Hostel facilities, Service apartments, Theme Parks,
18 hole Golf Course & Range, 5 Star Themed Hotels, F&B and retail options,
Convention and Conferencing facilities.
B. Aerotropolis Songdo IBD, Incheon, Korea Selatan
Aerotropolis Songdo IBD merupakan Aerotropolis yang berada di Korea Selatan,
pembangunan Aerotropolis berada dekat dengan bandara Incheon yang dibangun di-atas
pulau buatan yang dihubungkan dengan sebuah jembatan sepanjang 13 mil, Terletak di 1.500
hektare di dekat Seoul, Korea Selatan, Songdo Distrik Bisnis Internasional (IBD) adalah
salah satu proyek real estate swasta terbesar di dunia, dan merupakan contoh utama dari
sebuah kota tepi aerotropolis. Diposisikan untuk menjadi pusat bisnis baru di Asia Timur
Laut, Cina, pasar regional Rusia dan Jepang mudah diakses dari Bandara Internasional
Incheon, yang telah menerima berbagai penghargaan.
Songdo IBD mudah dijangkau karena terkait dengan bandara dan Seoul melalui jalur
kereta bawah tanah, bus dan 21 kilometer Incheon Bridge. GTX direncanakan (Great Train
Express) akan terhubung Songdo ke pusat kota Seoul di 25 menit, yang akan memberikan
aksesibilitas, mobilitas dan daya saing pasar untuk perusahaan-perusahaan internasional yang
terletak atau berencana untuk menemukan di Songdo. Hampir 50 persen pembangunan
selesai, Songdo IBD memiliki 22.000 penduduk, dengan luas Songdo lebih besar sekarang
menghitung lebih dari 60.000 penduduk. Songdo IBD telah menarik inovator dan pengusaha
sama, dan kota telah berkembang dengan pesat dan secara organik sejak dibuka pada 2009.
Setelah selesai, akan ada tenaga kerja ekonomi yang kuat dari sekitar 260.000 orang di kota
baru ini dirancang dan dibangun dari awal. Songdo IBD inisiatif penjangkauan global yang
telah berhasil menarik perusahaan multinasional besar seperti Cisco dan Caps ADT.
Perusahaan-perusahaan ini juga membantu dalam pengembangan dan pengoperasian
infrastruktur kota Songdo cerdas dan berkelanjutan.
a. Lokasi
Songdo IBD terletak di jantung daerah perkotaan yang lebih besar: Songdo City,
Yeonsu-gu, Incheon, Korea Selatan, yang terletak di dalam yang lebih besar Incheon Metropolitan City.
b. Jarak dari bandara
Jarak Aerotropolis Songdo IBD dengan bandara adalah 20 km yang dimana
menempuh waktu 18 menit perjalanan dari Bandara Incheon
Fungsi bangunan yang berada pada Aerotropolis Songdo IBD adalah , Pusat Konvensi
Songdo, Hotel Oakwood, Taman Biopark, Taman Teknologi, Pusat Riset dan Sekolah
Tinggi, dan kompleks perkantoran dan bisnis
2.2.5. Rangkuman Konsep Aerotropolis
Konsep Aerotropolis Aerotropolis A (KLIA Aeropolis) Aerotropolis B (Songdo IBD)
Lokasi daerah Sepang, Selangor, Malaysia Songdo-dong, Yeonsu-gu, Incheon, Korea Selatan Jarak Dari Bandara 6 km dan 60 km dari pusat bandara
Schiphol
20 kilometer dari Bandara
Internasional Incheon. 26
kilometer dari Seoul
Bangunan LCCT Conversion
Cargo Logistics Park Southern Support Zone Airline Headquarter Offices
18 hole Golf Course & Range F&B and retail options
Convention and Conferencing facilities
(jika ada) dihubungkan lewat suatu
Berdasarkan studi banding kedua Aerotropolis, ada beberapa kriteria menjadi sebuah
dasar pemikiran dalam pemilihan lokasi, dan fungsi dari bangunan yang akan dirancang.
Konsep perencanaan aerotropolis
Lokasi Menurut studi banding yang di jelaskan di
atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
pemilihan lokasi Aerotropolis berada pada
sebuah daerah maupun kawasan pusat
kegiatan nasional (PKN) ataupun daerah
pusat-pusat pertumbuhan ekomomi utama.
Jarak dari bandara Jarak yang didapat dari studi banding adalah
kisaran 6 km sampai dengan 20 km
Bangunan Fungsi bangunan menurut studi banding
diatas adalah bangunan yang memiliki fungsi
sbb:
Indsutri
Perdangangan dan jasa Pariwisata
Cargo dan logistik
Berdasarkan Tabel 2.2 beberapa fungsi bangunan yang dapat dipilih untuk dirancang
pada kawasan Aerotropolis di Bandara Kualanamu adalah bangunan dengan fungsi komersil
dimana sebagai penyedia kawasan bisnis dan dalam bentuk akomodasi seperti hotel transit,
dan juga sebagai area pariwisata.
Oleh sebab itu, bangunan yang akan dirancang adalah memiliki fungsi sebagai area
wisata cultural yang berfokus kepada kerajinan tangan yaitu Pusat Pameran dan Oleh-Oleh
Kerajinan Tangan Kualanamu.
2.3. Lokasi
Lokasi perancangan berada di Kabupaten deli serdang dimana lokasi berada dekat
dengan Bandara Kualanamu, dikarenakan konsep yang digunakan dalam perancagan adalah
Aerotropolis sehinggan lokasi proyek harus berada dekat dengan Bandara Kualanamu.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera
Utara, secara administratif terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan (380 desa dan
14 kelurahan).
Pada pemilihan lokasi di Kabupaten deli serdang terdapat beberapa pertimbanagan
berupa dari konsep Aerotropolis dan pertimbangan peraturan-peraturan berupa Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) untuk mengetahui tata guna lahan supaya proyek yang akan
direncanakan sesuai dengan peraturan, lalu Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan
(KKOP) Bandara Kualanamu.
Site perancangan Area Wisata dan Pusat Oleh-Oleh Kerajnan Tangan Kualanamu
berada pada ring 2 dimana ketinggian bangunan 46 m.
2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi site berdasarkan atas beberapa kriteria, seperti:
1. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Kabupaten Deli Serdang dapat
dilihat pada tabel diatas.
2. Berdasarkan peraturan KKOP Bandara Kualanamu yang terletak pada ring 2.
3. Lokasi site berpotensi sebagai pengembangan Aerotropolis.
4. Aksesbilitas lokasi site yang berada di jalan arteri ke arah Kualanamu sehingga
mudah dicapai dari arah bandara Kualanamu maupun dari Kota Medan
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi Area Wisata dan Pusat Oleh-Oleh
Kerajinan Tangan Sumatera Utara :
1. Area Wisata dan Pusat Oleh-Oleh Kerajinan Tangan yang berdasarkan konsep
Aerotropolis maka penempatan lokasi kawasan harus berada dekat dengan
bandara dimana terdapat peraturan jarak tempuh Bandara ke Kawasan
Aerotropolis yaitu 2,5 mil, 5 mil, dan 10 mil. Lokasi Area Wisata dan Pusat
Oleh-Oleh Kerajinan Tangan berada pada radius 2,5 mil (4 Km).
2. Pertimbangan lokasi site adalah pencapaian yang dekat dengan Bandara
Kualanamu sehingga Area Wisata dan Pusat Oleh-Oleh Kerajinan Tangan bisa
menjadi fasilitas pendukung dari aktivitas Bandara Kualanamu yaitu Pusat
Oleh-Oleh sehingga para wisatawan yang datang bisa membeli Oleh-Oleh-Oleh-Oleh hasil
kerajinan tangan khas Sumatera Utara dan sekaligus berfungsi untuk
memperkenalkan hasil kerajinan tangan khas Sumatera Utara pada wisatawan
2.3.2. Alternatif Pemilihan Lokasi
Alternatif 1
Lokasi berada pada Kecamatan Batang Kuis di jalan Bandara
Kualanamu. Site berada di daerah perindustrian dan komersil. Rencana Sistem
Perkotaan di Kubupaten Deli Serdang, kawasan ini merupakan kawasan
Pedangangan jasa dan Kawasan wisata aktif. Lokasi site ini sangat cocok
untuk kawasan wisata dan pusat oleh-oleh dikarenakan aksesbilitas yang baik
dari Bandara Kualanamu.
Kasus Proyek : Pusat Pameran dan Oleh-Oleh Kerajinan Tangan Kualanamu Status Proyek : Fiktif
Lokasi Proyek : Jln. Bandara Kualanamu, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang
o Batas Utara : Pabrik batu
o Batas Timur : Crew Hotel
o Batas Selatan : Pondok Pesantren
o Batas Barat : Sawah
Luas Lahan : 18 Ha (180.000 m2) Kontur : Datar
KDB : 60%
KLB : 4 (max. 8) Ketinggian menurut KKOP : Maksimum 45 m
GSB : Jln. Bandara Kualanamu : 9 m Potensi Lahan: - Lokasi Site dekat dengan bandara
- Aksesbilitas yang baik karena dekat dengan jalan besar
- Memiliki jalur service di samping site
- Berada pada kawasan komersil dan wisata
- Transportasi lancar dan baik
- memiliki jalur utilitas yang baik
Alternatif 2
Lokasi ini berada pada Kecamatan Tanjung Morawa di jalan Batang
Kuis, site berada di daerah kawasan perumahan, perkantoran, dan juga
komersil. Pada Rencana Sistem Perkotaan di Kubupaten Deli Serdang
kawasan ini merupakan kawasan perdagangan dan jasa lokal, industri, dan
perumahan dan permukiman.
Kasus Proyek : Pusat Pameran dan Oleh-Oleh Kerajinan Tangan Kualanamu Status Proyek : Fiktif
Lokasi Proyek : Jln. Batang Kuis, Kecamatan Tanjung morawa, Kabupaten Deli Serdang
o Batas Utara : Perumahan
o Batas Timur : Kantor PTPN
o Batas Selatan : Area komersil
o Batas Barat : Perumahan TNI
Luas Lahan : 18 Ha (180.000 m2) Kontur : Datar
KDB : 60% KLB : 4 (max. 8) Ketinggian menurut KKOP : Maksimum 45 m GSB : Jln. Batang Kuis : 9 m Potensi Lahan: - Lokasi site berada dekat dengan jalan tol
- Lokasi site berada di lahan hook
2.4. TINJAUAN FUNGSI
Tinjauan fungsi membahas tentang prilaku pengguna beserta dengan aktivitas dan
juga membahas tentang besaran ruang, program ruang dan studi banding dengan arsitektur
fungsi sejenis.
2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
Deskripsi pengguna dan kegiatan adalah gambaran pengguna/user dan juga
kegiatan-kegiatan yang akan dapat dilakukan di dalam bangunan nanti. Ada 2(dua) fungsi didalam
Area ini yaitu:
1. Galeri dan Area Workshop
a. Deskripsi Pengguna
Ada pun deskripsi pengguna bangunan Galeri Kerajinan tangan & Area Workshop,
yaitu:
Seniman adalah orang yang memiliki bakat seni, dan menghasilkan banyak
karya seni.
Pengelola adalah pegawai yang bekerja untuk mengurusi masalah administrasi
serta mengelola berbagai macam bentuk kegiatan seni di Galeri Kerajinan
Tangan.
Pengunjung adalah seniman, pelajar, wisatawan lokal, wisatawan domestik,
wisatawan mancanegara, kurator, dan kritikus.
b. Deskripsi Kegiatan
Deskripsi kegiatan utama yang disediakan pada Galeri Kerajinan Tangan adalah
sebagai berikut:
Kegiatan Pameran : mengadakan pameran dari hasil-hasil kerajinan tangan
khas Sumatera Utara dan juga memamerkan proses pembuatan kerajinan
tangan secara langgsung
Kegiatan Ilmiah : mengadakan seminar, diskusi, pertemuan, penelitian, dan
sebagainya untuk membahas berbagai hal yang berhubungan dengan seni rupa
dan sekaligus menambah wawasan mengenai seni rupa itu sendiri.
Kegiatan Perawatan dan Perbaikan : merawat karya seni rupa yang
Kegiatan Pendidikan : mengadakan pelatihan barupa kursus-kursus
mengenai seni kerajinan tangan kepada masyarakat dan pelajar untuk
meningkatkan apresiasi terhadap karya-karya keraijnan tangan Sumatera Utara. Kegiatan Pengelolaan : mengelola berbagai macam bentuk kegiatan pada
gedung Galeri Kerajinan Tangan dan Area Workshop
Berikut ini adalah Tabel deskripsi kegiatan dan pengguna pada galeri dan area
workshop
Kegiatan Pameran
Tabel 2.3. Tabel Deskripsi Kegiatan dan Pengguna Ruang Pameran
Nama Ruang Kegiatan Zona Pengguna
R. Pameran Memamerkan hasil-hasil kerajian
tangan khas Sumatera Utara Publik
-Seniman
-Pengunjung
-Pengelola
Lobby Ruang tunggu sebelum memasuki
ruang pameran Publik
-Seniman
-Pengunjung
-Pengelola
Resepsionis Memberikan informasi
tentang Galeri Seni Rupa Di Medan
Publik
-Seniman
-Pengunjung
-Pengelola
Gudang Pameran Penyimpanan alat-alat untuk
Kegiatan Ilmiah
Kegiatan Pendidikan
Kegiatan Pengelolaan Barang
Tabel 2.4. Tabel Deskripsi Kegiatan dan Pengguna Ruang Kegiatan Ilmiah
Nama Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Ruang
serbaguna Untuk dilakukan seminar Semi privat
- Seniman
Gudang Penyimpanan alat-alat Servis - Pengelola
Tabel 2.5. Tabel Deskripsi Kegiatan dan Pengguna Ruang Kegiatan Pendidikan
Nama Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Workshop Memamerkan pembuatan karya
Kerajinan Tangan publik
Tabel 2.6. Tabel Deskripsi Kegiatan dan Pengguna Ruang Kegiatan Pengelolaan Barang
Nama Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Kuratorial
Gudang Menyimpan barang dan
alat servis - Pengelola
Laboratorium Meneliti karya-karya
seni rupa Privat
Kegiatan Pengelolaan Bangunan
2. Pusat Oleh-Oleh
a. Deskripsi Pengguna
Ada pun deskripsi pengguna bangunan Pusat Oleh-Oleh, yaitu:
Seniman adalah orang yang memiliki bakat seni, dan menghasilkan banyak
karya seni.
Pengelola adalah pegawai yang bekerja untuk mengurusi masalah administrasi
serta mengelola berbagai macam bentuk kegiatan di gedung Pusat Oleh-Oleh. Pengunjung adalah seniman, pelajar, wisatawan lokal, wisatawan domestik,
wisatawan mancanegara, kurator, dan kritikus.
b. Deskripsi Kegiatan
Deskripsi yang disediakan pada gedung Pusat Oleh-Oleh adalah sebagai berikut: Kegiatan Penjualan : menjual hasil-hasil keraijnan tangan yang dibuat oleh
para pengrajin di area workshop disekitar kawasan.
Berikut ini adalah Tabel deskripsi kegiatan dan pengguna pada galeri dan area workshop
Nama Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Direktur Bekerja Privat - Direktur
Wakil direktur Bekerja Privat - Wakil direktur Sekertataris Bekerja Privat - Sekertataris Staf dan
administrasi Bekerja Privat - Staff
Ruang rapat Rapat atau meeting Privat
- Direktur - Wakil direktur - Sekertaris - Staf-staf
Ruang tunggu Tempat menunggu Publik
- Direktur
Gudang Menyimpan barang
dan alat servis - Pengelola
Kegiatan Penjualan
Nama Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Ruang penjualan alat dan bahan seni rupa
Menjual alat dan Kerajinan Tangan
Publik - Seniman - Pengunjung - Pengelola Ruang penjualan
souvenir dan buku tentang seni rupa
Menjual berbagai souvenir dan buku
tentang Kerajinan Tangan
Publik - Seniman - Pengunjung - Pengelola
Diagram 2.1. Deskripsi Prilaku Pengunjung
Diagram 2.2. Deskripsi Prilaku Seniman
Diagram 2.3. Deskripsi Prilaku Pengelola
2.4.2. Deskripsi Prilaku
a. Pengunjung
b. Seniman
c. Pengelola
Datang
Daftar Seminar
Latihan/ belajar Pameran
indoor
Pameran outdoor
Belanja di Pusat
Oleh-Oleh
Beli
Istirahat
Sholat
Pulang
Datang
Pameran
Seminar
Mengajar Istirahat Pulang
Datang Absen Kerja Istirahat
Pulang
Kerja
Tabel 2.9. Tabel Kebutuhan Ruang 2.4.3. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang dan besaran ruang adalah sebuah data tentang ruang-ruang yang
dibutuhkan dan berapa besaran standar yang dibutuhkan dalam membuat ruang tersebut,
sedangkan dalam kasus proyek ini terdapat dua fungsi yang berbeda yaitu satu sebagai Area
wisata dan yang satu lagi sebagai tempat pusat oleh-oleh/souvenir sehingga akan dijabarkan
kebutuhan ruang dan besaran ruang kedua fungsi tersebut secara terpisah, sebagai berikut:
Keterangan Sumber:
- NAD : Neufret, Ernest.1992.Data Arsitek,jilid 1 dan 2.Erlangga.Jakarta
-TSS :De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for Building
Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.
-A : Asumsi & pengamatan Studi Pelayanan Servis
R. Kuratorial 4 org 7,5 m2/org TSS R. Registrasi 4 org 9 m2/org A Lab Konservasi
Perbaikan
2 ruang 3% koleksi
30 m2/ruang A
R.Preparasi 1 ruang 3% koleksi
30 m2/ruang A
Dokumentasi 1 ruang 60 m2/ruang A Vault 10% koleksi 5 m2/karya A Gudang Alat 1 ruang 30 m2/ruang A Teknis R. Kontrol 1 unit 12 m2/ruang A R. PABX 1 unit 12 m2/ruang A R. Mesin 1 unit 60 m2/ruang A R. AHU 4 unit 30 m2/ruang A R. Genset 1 unit 48 m2/ruang A R. Trafo 1 unit 30 m2/ruang A R. Pompa 1 unit 30 m2/ruang A Cleaning
Service
2.4.4. Persyaratan dan Kriteria Ruang
1. Persyaratan Ruang
Persyaratan ruang yang harus diprhatikan dalam merencanakan dan merancang
sebuah Pusat pameran adalah fleksibilitas ruang pameran, kenyamanan pengunjung yang
dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan terhadap objek yang di pamerkan, serta
sirkulasi, baik sirkulasi dari pengunjung maupun sirkulasi dari kegiatan service.
1. Fleksibelitas ruang
Fleksibilitas ruang meksudnya kemampuan suatu ruang untuk dapat menyesuaikan
diri terhadap aktivitas yang berlangsung didalamnya.kefleksibilitasan ruang ini berpengaruh
terhadap potensi ruang dapat menampung item dan stan pameran, Fleksibelnya suatu ruang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Pembagian ruang
Pembagian ruang yang tepat dapat membantu seberapa banyak ruangan dapat
menampung kegiatan pameran. Penggunaan dinding geser pada bangunan Pameran
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar ruang pameran dapat fleksibel
menampung kegiatan pameran sehingga dapat menampung kegiatan pameran yang
berbeda dalam waktu yang bersamaan. Pemilihan stuktur bangunan
Pemilihan struktur bangunan yang tepat dapat mempengaruhi seberapa
fleksibelnya suatu bangunan. untuk kasus bangunan pameran seperti galeri dan
museum yang penggunaan ruangannya berbentang lebar membutuhkan suatu
pemilihan struktur bentang lebar yang sesuai untuk sebuah gedung pameran. Ketinggian ruang
ketinggian ruang ditentukan oleh jenis produk yang di pamerkan dan bentuk
stan pameran. Dengan ruang yang tinggi kita dapat memberikan space pada
produk-produk yang memiliki ketinggian yang cukup dan menjadikan ruang lebih fleksibel
dengan menerapkan desain stan yang bertingkat. Lighting/pencahayaan
Tujuan dari perancangan pencahayaan adalah memberikan suatu lingkungan
suasana lingkungan yang menyenangkan dan nyaman terhadap visual, Cahaya yang
baik dapat membuat atmospehere dan mood suatu ruangan menjadi lebih efektif.
Gambar 2.8. Jarak Pandang Mata terhadap Objek Pamer Tabel 2.10. Tinggi Rata-Rata Orang Asia
didesain sejalan dengan desain dari pameran. Menurut sumbernya cahaya dibagi atas
dua bagian yaitu pencahayaanalami dan pencahayaan buatan. Cahaya buatan
merupakan cahaya yang bersumber ari alam yaitu matahari, sedangkan buatan berasal
dari penerangan buatan seperti lampu yang digunakan pada ruangan-ruangan dalam
kondisi tertentu. Penggunaan efek pencahayaan akan menjadi penerima yang baik
dengan pengunaan peralatan spesial seperti lampu sorot (spot light) atau peralatan
optical lainnya. Sirkulasi
Gedung pameran mesti memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk melihat dan
memberikan kenikmatan, stimulasi, dan pengetahuan Perencanaan dan sistem
sirkulasi pameran ditekankan pada pola pengaturan pencapaian, sirkulasi pengunjung
dan servis bangunan.
2. Kriteria Ruang
Beberapa hal yang harus di perhatikan pada fasilitas di ruang pameran adalah
sebagai berikut:
Jenis Kelamin Tinggi Rata-Rata Pandangan Mata
Pria 165 cm 160 cm
Wanita 155 cm 150 cm
Gambar 2.9. Jarak Pandang Mata terhadap Lukisan
Gambar 2.10. Kemampusan Gerak anatomi manusia
Pandangan yang nyaman ke arah objek lukisan adalah pandangan di dalam
daerah visual 30° ke arah atas, 30° ke arah bawah, 30° ke arah kiri. Hal tersebut
dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah dimana mata kita dapat
mengenali warna atau membedakan daerah dimana kita dapat mengenali warna.
Pencahayaan yang memberikan kesan ruang dan meningkatkan kualitas karya seni Pencahayaan dalam galeri seni lukis dapat berupa cahaya alami dan buatan
(dengan menggunakan spotlight). Pencahayaan alami (daylight)
Pencahayaan alami harus diperhitungkan agar pengguna ruangan yang berada di
dalamnya merasa nyaman dan lukisan terhindar dari sinar matahari.
Gambar 2.11. Penyaringan Sinar Matahari
Gambar 2.12. Sitem Pencahayaan Buatan
Sinar dan cahaya yang diterima apabila tidak menggunakan shading dan filter
Hampir 97% mengakibatkan ruang tidak nyaman. Pada gambar di tengah, cahaya
yang diterima apabila menggunakan shading adalah 80% mengakibatkan ruang
nyaman. Pada gambar di kanan, cahaya yang diterima adalah 72% sehingga ruang
lebih nyaman.
Pencahayaan buatan (dengan menggunakan spotlight)
Pencahayaan buatan yang digunakan sebagai penerangan untuk lukisan adalah
spotlight dengan pure white light karena sinar yang berwarna putih tidak akan
2.4.5. Studi Banding Arsitektur dengan Fungsi Sejenis
a. Desa Wisata Kasongan
Kasongan adalah salah satu
daerah desa tujuan wisata di
Kabupaten Bantul, D.I
Yogyakarta. Terkenal dengan
hasil kerajinan gerabah
keramiknya. Berada di
Pedukuhan Kajen, Desa
Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan
Bantul, Yogyakarta. Berjarak
kurang lebih 7 km dari pusat kota
Jogja. Jika anda ingin menuju
Kasongan sangatlah mudah.
Lewati saja jalan Bantul (Jogja-Bantul) dan perhatikan gapura besar di kanan
jalan yang bertuliskan Kasongan. Biasanya di tempuh selama 30-40 menit dari
kota Yogyakarta
Desa Kasongan merupakan wilayah pemukiman para kundi, yang berarti
buyung atau gundi, orang yang membuat sejenis buyung, gendi, kuali dan lainnya
yang tergolong barang dapur, gerabah, juga barang hias keramik. Gerabah hasil
kerajinan Kasongan berupa guci dengan berbagai motif (burung merak, naga,
bunga mawar, gajah, bambu, dan banyak lainnya), pot berbagai ukuuran, hiasan
keramik, patung-patung kecil, pigura, perabotan dari bambu, bahkan
topeng-topeng. Hasil-hasil kerajinan desa wisata Kasongan tersebut berkualitas istimewa
hingga banyak yang telah di ekspor ke manca negara seperi eropa dan amerika.
b. Desa Wisata Krebet
Desa wisata yang satu ini berada di
Dusun Krebet, Desa Sendangsari,
Kecamatan Pajangan, Bantul,
Yogyakarta. Keistimewan dari Desa
wisata yang satu ini adalah "Batik
Kayu", yaitu membuat batik dengan
Gambar 2.14. Hasil Kerajinan Tangan
Gambar 2.13. Pintu Gerabang Kawasan Wisata Kasongan
media kayu. Unik bukan? karena biasanya kita jumpai adalah batik dengan media
kain. Karena polanya dibuat secara manual, bukan dicetak, maka membatik
dengan media kayu membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Motif batik kayu
yang dibuat oleh warga Krebet adalah seperti motif parangrusak, parangbarong,
kawung, garuda, sidorahayu, sidomukti, dan motif lainnya.
c. Desa Wisata Ledok Sambi
Berada di Dukuh sambi, desa
Pakembinangun, Kecamatan
Pakem, Kabupaten SLeman,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
berbagai macam kesenian
rakyat dapat anda jumpai di
tempat ini, diantaranya
wayang kulit, karawitan jawa,
uyon-uyon dan lain sebagainya
yang tentunya desa
sambiberbasis pada kesenian tradisional. Disini pengunjung dapat selain menikmati
pertunjukan juga dapat turut aktif dengan mempelajari kesenian tersebut. Sedangkan
budaya desa yang masih terus di lestarikan dan dilakukan di desa ini antara lain
kenduri, sadranan dan ruwahan serta beberapa kegiatan budaya lain. Para pengunjung
dapat terlibat langsung dalam acara yang dilaksanakan di hari-hari tertentu.
Selain itu, di Desa Wisata Ledok Sambi juga menawarkan panorama desa yang sangat
menjadi daya tarik bagi wisatawan, disini wisatawan dapat menikmatinya dengan
menyususri desa (tracking) dengan pemandu setempat. Ada juga beragam kegiatan
outbound yang menyenangkan di desa ini. Anda dapat menyusuri hutan, mengenal
masyarakat desa yang hidup secara tradisional, berkemah. Ssalah satu wahana yang
terbaru dari outbond di Wisata desa Sambi ini adalah Flying fox 200 m melintasi kali
kuning yang menjadi jalur lahar dingin merapi. Wisata disini akan menciptakan
proses belajar aktif berupa leadership, communications dan teamworking untuk Anda
dan team Anda.
Gambar 2. 15. Kawasan Desa Wisata Ledok Sambi
2.5. ELABORASI TEMA
2.5.1. Pengertian Tema
Tema yang akan diangkat dalam perancangan Pusat Pameran dan Oleh-Oleh Kerajinan Tangan Kualanamu adalah “Arsitektur Metafora”. Metafora merupakan bagian dari
gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan.
Metafora berasal dari bahasa latin yaitu “Methapherein” yang terdiri atas 2 buah kata yaitu
(Wardhana, 2015):
“metha” yang berarti : setelah, melewati
“pherein” yang berarti : membawa
Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata, bukan arti sebenarnya,
melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. Pada awal tahun
1970-an muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa.
Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”, metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek
dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang
lain karena adanya kemiripan. Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture”, metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari. hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi
yang melihat secara literal.
Menurut Geoffrey Broadbent, (1995) dalam buku “Design in Architecture”, metafora pada arsitektur merupakan salah satu metode kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang. Menurut Anthony C. Antoniades, (1990) dalam ”Poethic of Architecture”, suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan.
Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat
suatu subyek sebagai suatu yang lain.
a. Intangible Metaphors (metafora yang tidak diraba) yang termasuk dalam kategori ini
misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus
(individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya).
b. Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba) Dapat dirasakan dari suatu karakter
visual atau material.
c. Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya) Secara konsep dan visual saling
mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan
kebaikan kualitas dan dasar.
Arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip metafora, pada umum nya dipakai jika:
a. Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain.
b. Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.
c. Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya
(dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek
yang sedang dipikirkan dengan cara baru).
Kegunaan penerapan metafora dalam arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai
perwujudan kreativitas arsitektural, yakni sebagai berikut :
1. Memungkinkan untuk melihat suatu karya arsitektural dari sudut pandang yang lain.
2. Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interpretasi pengamat.
3. Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang
tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.
4. Dapat menghasilkan arsitektur yang lebih ekspresif.
2.5.2. Interpretasi Tema
Penerapan tema arsitektur Metafora dalam perancangan Pusat Pameran dan
Oleh-Oleh Kerajinan Tangan Kualanamu dengan mengambil bentuk pola dari kerajinan tangan
Sumatera Utara berupa motif ukiran gorga batak dengan jenis Tangible Metafor (metafora
biasanya terdapat pada bagian luar(eksterior) rumah adat batak, motif ukiran gorga batak ini
memiliki arti dinamis, kreatif, sifat dan mencerminkan falsafah maupun pandangan hidup
orang batak. Arti tersebut dapat dilihat dari bentukan motifnya yang memiliki pola bentukan
melingkar dan melengkung.
2.5.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul
Tema yang diterapkan pada perancangan Area Wisata dan Pusat Oleh-Oleh
Kerajinan Tangan adalah tema Arsitektur Metafora dengan mengangkat motif kain gorga
batak, hal ini dikarenakan motif ini merupakan salah satu bentuk dari hasil kerajinan tangan
(kain dan ukiran) yang ada di Sumatera Utara yang memiliki makna filosofi yang dalam,
selain itu juga sangat terkait dengan judul dari proyek ini yaitu sebagai tempat wisata
kerajinan tangan dan pusat oleh-olehnya.
2.5.4. Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis
Berikut ini adalah contoh studi banding bangunan dengan tema sejenis yang berada di
negara lain:
a. Opera House, Sydney, Australia
Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur
bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney Opera House
adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jørn Utzon, seorang arsitek
kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan
berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang berpendapat
bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang siput atau kerang. Ada
pula yang berpendapat, karya arsitektur ini adalah kiasan layar kapal yang sedang
terkembang. Dan ada pula yang berpendapat, bagaikan bunga yang sedang mekar. Sydney
pelabuhan di Area Benellong Point diatas teluk Sydney yang dulunya difungsikan sebagai
gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn Utzon diubah menjadi suatu mahakarya yang
indah dan dikenang sepanjang masa pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah
setempat.
b. Stasiun TGV, Lyon, Prancis
Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, adalah salah satu contoh karya
arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena menggunakan kiasan
obyek benda nyata (tangible). Stasiun TGV ini dirancang oleh Santiago Calatrava, seorang
arsitek kelahiran Spanyol. Melalui pendekatan tektonika struktur, Santiago Calatrava
merancang Stasiun TGV dengan konsep metafora seekor burung. Bagian depan bangunan ini
runcing seperti bentuk paruh burung. Dan sisi lain bangunan juga dirancang menyerupai
bentuk sayap burung.
c. E.X Plaza Indonesia
Gambar 2. 17. Sydney Opera House
Sumber www.archdaily.com
Gambar 2.17. Stasiun TGV
E. X. Plaza Indonesia merupakan karya
Budiman Hendropurnomo. Gubahan massa E.X
yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi
miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik
mobil-mobil yang sedang bergerak dengan
kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal
dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat.
Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan
ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis
dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis
ban yang menggesek aspal. Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah
obyek yang abstrak (intangible). Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual, akan
tetapi, ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat kita lihat secara visual (tangible). Gambar 2.19. E.X Plaza Indonesia
2.6. Kesimpulan
Menurut Kasarda (2011), aerotropolis merupakan bentuk integrasi bandara dengan
kota metropolis mandiri di sekitarnya, yang kemudian mendorong pengembangan bisnis
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota metropolis tersebut. Konsep aerotropolis
bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas bandara dengan pusat-pusat pertumbuhan kota,
merencanakan pembangunan pada tiap koridornya, sehingga menghasilkan bentuk integrasi
yang tertata, efisien, dan efektif dalam memberikan manfaat. Di dunia, sudah banyak bandara
yang menerapkan konsep aerotropolis, Bandara Schipol Amsterdam di Belanda, Bandara Los
Angeles di Amerika Serikat, Bandara Incheon di Korea Selatan, dan Bandara Changi di
Singapura, adalah contoh sukses penerapan konsep aerotropolis yang mampu
mengintegrasikan kota, bandara, dan kawasan bisnis.
Lokasi perancangan Area Wisata dan Pusat Oleh-Oleh Kerajinan Tangan Kualaamu
berada di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli serdang, dimana lokasi perancangan
mengikuti peraturan-peraturan RUTK dan KKOP Bandara Kualanamu.
Pusat Pameran dan Oleh-Oleh Kerajinan Tangan Kualanamu merupakan sebuah
wadah untuk menampung aktifitas perwisataan dalam memamerkan proses pembuatan
kerajinan tangan, hasil kerajinan tangan, dan sejarah perkembangan kebudayaan kerajinan
tangan dan juga sebagai wadah pembelian oleh-oleh/souvenir kerajinan tangan khas Sumatera
Utara. Alasan pemilihan judul bangunan tersebut pertama berdasarkan pertimbangan dari
konsep Aerotropolis dimana kawasan wisata masuk kedalam kriteria fungsi bangunan yang
ada di konsep Aerotrpolis, kedua dikarenakan adanya potensi yang besar pada konsep
Aerotropolis sehingga menjadi kesempatan untuk dapat memperkenalkan kebudayaan
Sumatera Utara kepada para turis yang datang.
Penerapan tema arsitektur Metafora dalam perancangan Pusat Pameran dan
Oleh-Oleh Kerajinan Tangan Kualanamu dengan mengambil bentuk pola dari kerajinan tangan
Sumatera Utara berupa motif ukiran gorga batak dengan jenis Tangible Metafor (metafora
yang dapat diraba), pola motif ukiran gorga batak merupakan salah satu kesenian ukir yang
biasanya terdapat pada bagian luar(eksterior) rumah adat batak, motif ukiran gorga batak ini
memiliki arti dinamis, kreatif, sifat dan mencerminkan falsafah maupun pandangan hidup
orang batak. Arti tersebut dapat dilihat dari bentukan motifnya yang memiliki pola bentukan