• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada sub pokok bahasan keliling dan luas segitiga siswa kelas VII SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada sub pokok bahasan keliling dan luas segitiga siswa kelas VII SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013."

Copied!
308
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER

(NHT) PADA SUB

POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS SEGITIGA SISWA

KELAS VII SMP NEGERI 3 DEPOK-SLEMAN

YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Caecilia Hardiyanti Kusuma Putri

NIM : 091414031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER

(NHT) PADA SUB

POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS SEGITIGA SISWA

KELAS VII SMP NEGERI 3 DEPOK-SLEMAN

YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Caecilia Hardiyanti Kusuma Putri

NIM : 091414031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur

kupersembahkan karya kecilku ini

kepada :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

penuntun hidupku,

Papa dan Mamaku tercinta,

Adik-adikku yang terkasih, dan

(6)

vi

Motto

Jangan biarkan dirimu

berada dalam kegelapan,

Karena dalam kegelapan

bayanganmu pun akan

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

Caecilia Hardiyanti Kusuma Putri. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Sub Pokok Bahasan Keliling dan Luas Segitga Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Ilmu Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran, (2) tingkat minat siswa, dan (3) hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada sub pokok bahasan keliling dan luas segitiga.

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif di lapangan dilakukan pada bulan April 2013 hingga bulan Mei 2013. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data: (1) lembar pengamatan untuk meneliti tingkat aktivitas siswa selama pembelajaran, (2) angket minat siswa untuk meneliti minat siswa terhadap pembelajaran matematika, (3) tes akhir siswa untuk meneliti hasil belajar matematika siswa pada subpokok bahasan keliling dan luas segitiga, dan (4) panduan wawancara peneliti dengan siswa untuk memverifikasi data hasil tes akhir siswa.

Hasil penelitian ini berupa (1) aktivitas siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam kriteria cukup, (2) minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam kriteria cukup berminat, dan (3) hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam kriteria baik.

Kata kunci : Aktivitas Siswa, Minat Belajar Siswa, Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

(10)

ix

ABSTRACT

Caecilia Hardiyanti Kusuma Putri. 2013. Implementation of Cooperative Learning Model of the Numbered Heads Together (NHT) Type in the Sub Topic of Perimeter and Area of Triangle for Students of Grade VII in SMPN 3 Depok-Sleman Yogyakarta in the Academic Year of 2012/2013. Undergraduate Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research was aimed to identify: (1) the activity level of students in learning, (2)the level of students‟ interest, and (3) learning result of students in learning mathematics with cooperative learning model of the NHT type in the sub topic of perimeter and area of triangle.

This research was an explorative research. The data collection was conducted in April 2013 to May 2013. The subject of this research were students grade VII-A of SMPN 3 Depok-Sleman Yogyakarta in the academic year of 2012/2013, which consisted of 32 students. This research was conducted in 4 sessions. This research used learning instrument as follows Lesson Plan and data collection instruments, namely: (1) observation sheet to investigate the activities of students, (2) questionnaire to examine learning interest of students in mathematics learning, (3) test to examine learning result of students in mathematics learning in the sub topic of perimeter and area of triangle, and (4) the interview guide to verify the students‟ learning result.

The results of this research were described as follows (1) the activitty of the students in the implementation of cooperative learning model of the NHT type was in the “sufficient” criterion, (2) the learning interest of students in the implementation of cooperative learning model of the NHT type was in the “quite interested” criterion, and (3) the learning result of students in the implementation of cooperative learning model of the NHT type was in the “good” criterion.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai dan membimbing penulis dari awal hingga akhir dalam dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Sub Pokok Bahasan Keliling dan Luas Segitiga

Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran

2012/2013”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih ini penulis ucapkan kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, papaku Andreas Haryadi dan mamaku Kristina Damayanti, serta adik-adikku, yang selalu memberikan cinta, ketulusan, dukungan semangat, serta doa dari awal hingga akhir sehingga penulis tidak pernah putus asa untuk terus mencoba yang terbaik.

2. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar selalu membimbing dan memberikan kritik, saran dan masukkan yang membangun dalam penyelesaian skripsi.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

(12)

xi

5. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

6. Ibu Rr. Lies Haryanti, S.Pd., selaku guru Matematika SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta yang telah membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah.

7. Semua guru SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta yang telah mendukung penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah.

8. Siswa-siswi kelas VII-A dan VII-C SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta yang telah bekerja sama dengan baik selama pelaksanaan penelitian maupun uji coba instrumen.

9. Teman-teman seperjuangan, Fransiska Desiati, Chatarina Yustietyas Ariani, Paulina Ari Widiastuti, dan semua teman-teman Pendidikan Matematika angkatan „09 yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman Kost Green House, Mbak Fani, Mbak I‟ing, Mbak Tien, Maya, Widya, Clara, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabatku Nidiyawati, yang selalu memberikan doa dan dukungannya dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

(13)

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam isi maupun tata bahasa. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 31 Juli 2013

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

(15)

xiv

F. Batasan Istilah ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Hal-Hal Teoritik ... 13

1. Pengertian Belajar ... 13

2. Aktivitas Belajar ... 15

3. Pengertian Minat ... 18

4. Hasil Belajar ... 20

5. Pembelajaran Kooperatif ... 22

6. Tipe-Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 33

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 36

8. Sub Pokok Bahasan Keliling dan Luas Segitiga ... 41

9. Siswa ... 48

B. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Subyek Penelitian ... 50

C. Obyek Penelitian ... 51

D. Perumusan Variabel-Variabel Penelitian ... 51

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

F. Instrumen yang Digunakan ... 52

(16)

xv

H. Teknik Pengumpulan Data ... 66

I. Keabsahan Data ... 70

J. Teknik Analisis Data ... 72

K. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 79

BAB IV. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Profil Sekolah ... 84

B. Persiapan Penelitian ... 86

C. Pelaksanaan Penelitian ... 96

BAB V. DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data ... 111

B. Analisis Data ... 123

C. Pembahasan Hasil Penelitian Keseluruhan ... 151

D. Keterbatasan Penelitian ... 155

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ... 157

B. Saran ... 158

DAFTAR PUSTAKA ... 160

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Kelompok Biasa ... 28

Tabel 2.2 Fase Pembelajaran Kooperatif ... 31

Tabel 3.1 Lembar Pengamataan Aktivitas Siswa ... 53

Tabel 3.2 Panduan Wawancara dengan Guru ... 57

Tabel 3.3 Panduan Wawancara dengan Siswa ... 59

Tabel 3.4 Lembar Angket Minat Siswa ... 61

Tabel 3.5 Pedoman Penilaian Tes Akhir ... 64

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Soal Tes Awal ... 68

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir ... 69

Tabel 3.8 Kriteria Norma Nilai Tes Siswa ... 70

Tabel 3.9 Kriteria Norma Hasil Pengamatan ... 73

Tabel 3.10 Kriteria Aktivitas Seluruh Siswa ... 74

Tabel 3.11 Panduan Pemberian Skor Angket ... 75

Tabel 3.12 Kriteria Norma Minat Siswa ... 76

Tabel 3.13 Kriteria Minat Seluruh Siswa ... 76

Tabel 3.14 Kriteria Norma Hasil Belajar Siswa ... 78

Tabel 3.15 Kriteria Hasil Belajar Seluruh Siswa ... 78

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Butir Angket Minat Siswa ... 87

Tabel 4.2 Indikator Soal Tes Akhir ... 90

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Isi Tes Akhir ... 91

(18)

xvii

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 95

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Secara Keseluruhan ... 113

Tabel 5.2 Skor Angket Minat Siswa ... 115

Tabel 5.3 Nilai Tes Akhir Siswa ... 118

Tabel 5.4 Kriteria Norma Nilai Tes Siswa ... 120

Tabel 5.5 Klasifikasi Siswa berdasarkan Nilai Tes Akhir ... 120

Tabel 5.6 Daftar Nama Siswa yang Diwawancarai ... 122

Tabel 5.7 Kriteria Norma Hasil Pengamatan Pertemuan Pertama ... 124

Tabel 5.8 Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 124

Tabel 5.9 Frekuensi Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 126

Tabel 5.10 Kriteria Norma Hasil Pengamatan Pertemuan Kedua... 127

Tabel 5.11 Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 127

Tabel 5.12 Frekuensi Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 129

Tabel 5.13 Kriteria Norma Hasil Pengamatan Pertemuan Ketiga ... 130

Tabel 5.14 Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 130

Tabel 5.15 Frekuensi Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 132

Tabel 5.16 Persentase Kriteria Aktifitas Seluruh Siswa ... 133

Tabel 5.17 Kriteria Norma Minat Siswa ... 134

Tabel 5.18 Hasil Angket Siswa ... 135

Tabel 5.19 Jumlah Siswa dalam Kriteria Minat ... 136

Tabel 5.20 Persentase Minat Seluruh Siswa ... 137

Tabel 5.21 Kriteria Norma Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 138

(19)

xviii

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ... 41

Gambar 2,2 ... 42

Gambar 2,3 ... 43

Gambar 2,4 ... 44

Gambar 2,5 ... 45

Gambar 2,6 ... 46

Gambar 2,7 ... 47

Gambar 4.1 ... 102

Gambar 4.2 ... 102

Gambar 4.3 ... 103

Gambar 4.4 ... 106

Gambar 4.5 ... 107

Gambar 4.6 ... 109

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 164

LAMPIRAN A.1 Surat Ijin Penelitian ... 165

LAMPIRAN A.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 166

LAMPIRAN A.3 Daftar Nama Siswa Kelas VII-A ... 167

LAMPIRAN A.4 Daftar Nilai Tes Awal Siswa dan Daftar Nama Kelompok 169 LAMPIRAN A.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 173

LAMPIRAN A.6 Soal Tes Awal Siswa ... 182

LAMPIRAN A.7 Kunci Jawaban Soal Tes Awal Siswa ... 183

LAMPIRAN A.8 Soal Latihan Siswa 1 ... 186

LAMPIRAN A.9 Kunci Jawaban Soal Latihan Siswa 1 ... 187

LAMPIRAN A.10 Soal Latihan Siswa 2 ... 190

LAMPIRAN A.11 Kunci Jawaban Soal Latihan Siswa 2 ... 192

LAMPIRAN B ... 195

LAMPIRAN B.1 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 196

LAMPIRAN B.2 Panduan Wawancara dengan Guru ... 198

LAMPIRAN B.3 Angket Minat Siswa ... 201

LAMPIRAN B.4 Angket Minat Siswa Revisi ... 203

LAMPIRAN B.5 Panduan Wawancara dengan Siswa ... 205

LAMPIRAN B.6 Soal Tes Akhir Siswa ... 207

LAMPIRAN B.7 Kunci Jawaban Tes Akhir Siswa ... 208

(22)

xxi

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, pada kenyataannya masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan bahkan menakutkan dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal ini membuat tingkat aktivitas, minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika menjadi rendah. Padahal matematika merupakan salah satu ilmu dasar untuk melatih berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan mempunyai kemampuan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan dengan mempelajari matematika yang memiliki struktur serta keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsep sehingga memungkinkan kita untuk terampil berpikir rasional (Herman Hudojo, 2001: 93).

Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, di mana matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan yang dimulai dari pendidikan dasar.

(24)

matematika yang abstrak ini juga membuat matematika menjadi sulit untuk dipahami. Untuk mempelajari dan memahami matematika yang memiliki sifat abstrak dibutuhkan suatu penerapan model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi. Penerapan model pembelajaran dari berbagai pendekatan, strategi, metode maupun model pembelajaran tidak semata bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, melainkan juga untuk menyentuh aspek pembelajaran yang lebih mendalam. Masing-masing prosedur pembelajaran tersebut memiliki keunggulan tersendiri yang diharapkan dapat memberikan pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal. Tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan karakteristik bidang ilmu yang dipelajari.

Faktor lain yang mempengaruhi kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika adalah cara mengajar guru yang kurang tepat. Masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional, di mana pembelajaran hanya berpusat pada guru. Ini membuat siswa menjadi kurang aktif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar siswa. Minat belajar siswa akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran.

(25)

matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to live together

(Suyitno, 2004: 60). Oleh karena itu, pengajaran matematika perlu diperbarui, di mana siswa diberikan porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan siswa harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Sasaran dari pembelajaran matematika adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis dan sistematis.

Untuk mengembangkan potensi to live together, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif menekankan kesadaran kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, serta keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.

(26)

Segitiga merupakan salah satu materi pembelajaran dalam mata pelajaran matematika SMP kelas VII. Materi segitiga telah dikenal siswa sejak Sekolah Dasar (SD), namun pemahaman segitiga di Sekolah Dasar masih sebatas konsep-konsep dasar yang masih dangkal. Di sekolah menengah pertama (SMP), pemahaman siswa tentang segitiga lebih diperdalam. Namun apabila bekal pemahaman siswa tentang konsep-konsep dasar segitiga pada sekolah dasar belum dikuasai dengan baik, maka siswa akan kesulitan untuk memahami materi segitiga di sekolah menengah pertama. Apabila siswa enggan mendiskusikan materi segitiga yang dirasa sulit, maka siswa akan lebih sulit dalam memahami materi lanjutan dari segitiga. Sehingga memang perlu adanya diskusi bersama untuk mempermudah pemahaman siswa tentang materi segitiga yang dirasa sulit.

(27)

merasa senang dan aktif dalam mengikutinya, misalnya siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan kemampuan akademik yang berbeda dan memberi tugas kepada setiap kelompok, serta memberikan motivasi untuk memacu minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di sekolah.

Pembelajaran kooperatif juga telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah karena manfaatnya yang besar dalam meningkatkan interaksi siswa dengan teman-temannya dalam belajar. Selain itu siswa juga didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan pelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satu tipenya Numbered Heads Together (NHT). Kekhasan dari model pembelajaran ini yaitu melalui kerja kelompok, siswa dapat saling membantu dan bekerja sama dalam menuangkan ide untuk mengkonstruksi pengetahuan.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang menerapkan model pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat memicu keterlibatan, minat dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Penelitian ini mengambil judul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SUB POKOK

BAHASAN KELILING DAN LUAS SEGITIGA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 3 DEPOK-SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

(28)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sehingga kurangnya minat dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.

2. Pembelajaran kooperatif juga telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah karena manfaatnya yang besar dalam meningkatkan interaksi siswa dengan teman-temannya dalam belajar. Namun di SMP Negeri 3 Depok ini, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, di mana pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal ini membuat siswa menjadi kurang aktif dan kurang terlibat dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup permasalahan yang lebih sempit agar pembahasan dapat lebih terfokus dan mendalam, yaitu pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

(29)

dimaksud dibatasi hanya pada sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga, dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut:

SK : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

KD : 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang di atas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT)pada sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga Segitiga? 2. Bagaimana minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT)pada sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga Segitiga? 3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(30)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT)pada sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga Segitiga. 2. Mengetahui minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT)pada sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga Segitiga. 3. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT)pada sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga.

F. Batasan Istilah

Untuk membatasi masalah dan menjaga agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda dari istilah-istilah yang ada, maka perlu diberikan penjelasan dan penegasan yang berkaian dengan judul tersebut. Adapun penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penerapan

(31)

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar yang terkait dengan aktivitas fisik maupun aktivitas mental/ psikis (misalkan berdiskusi, bertanya, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, mendengarkan, serius dalam memecahkan masalah).

3. Minat Belajar

Minat adalah kecenderungan hati yang menetap pada diri seseorang untuk tertarik terhadap sesuatu. Dengan minat, seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

5. Model Pembelajaran

(32)

6. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur. Dalam model pembelajaran ini para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 5 – 6 orang untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

7. Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(33)

G. Manfaat Penelitian

Dari tujuan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

1. Bagi Siswa

a. Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.

b. Melatih siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan teman lain di dalam kelompok.

c. Meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyajikan temuan, dan memberikan refleksi hasil belajar.

d. Memberikan pengalaman dan suasana proses pembelajaran yang bervariasi.

e. Memudahkan dan membantu siswa dalam memahami sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga.

2. Bagi Guru

a. Memperoleh masukan dan gambaran baru kepada guru dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang bervariasi dan bermakna.

(34)

3. Bagi Sekolah

a. Mendapatkan sumbangan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa untuk selanjutnya dapat meningkatkan mutu lulusan sekolah.

b. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, khususnya pada sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga.

4. Bagi Peneliti

a. Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan penelitian di sekolah. b. Mengetahui kekurangan dan kelemahan diri pada saat mengajar yang

dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki diri.

c. Dapat mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dari perkuliahan dan dapat mempersiapkan diri menjadi tenaga yang profesional dalam dunia pendidikan.

5. Bagi Pembaca

(35)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hal-Hal Teoritik

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku-sikap, dan mengokohkan kepribadian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan sebagai pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian mengambilnya untuk memperoleh pengetahuan (Suyono, 2011: 9).

(36)

sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Angggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, sebab seperti yang dikatakan oleh Reber bahwa belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses untuk mendapatkan pengetahuan.

Beberapa pakar pendidikan juga mendefinisikan belajar (dalam Agus Suprijono, 2009: 2) sebagai berikut:

a. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

b. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.

(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). d. Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,

to listen, to follow direction. (Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu). e. Geoch

(37)

f. Morgan

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a

result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan relatif menetap dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, misalnya bertambahnya pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan perubahan sikap.

2. Aktivitas Belajar

(38)

Aktivitas diperlukan dalam belajar, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan (Sardiman, 2000: 93). Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Sardiman (2000: 99) menyatakan bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.

e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat garis, membuat grafik, peta, dan diagram.

f. Motor activites, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak.

(39)

h. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Klasifikasi belajar di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup bervariasi. Aktivitasnya tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja, tetapi juga meliputi aktivitas rohani. Keaktifan siswa tersebut tidak lepas dari peranan guru sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Menurut pendapat Bruner dalam buku Sri Esti (2002: 355), peranan guru harus menciptakan situasi, di mana siswa dapat belajar sendiri daripada memberikan suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa. Siswa harus belajar melalui kegiatan mereka sendiri dengan memasukkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, di mana mereka harus didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen dan membiarkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip mereka sendiri.

(40)

bantuan yang diperlukan dari guru, siswa dapat menyelesaikan masalah dan selebihnya berusaha dengan menggunakan akal budi dan pengalamannya sendiri.

Keaktifan siswa merupakan kunci utama dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini. Keaktifan siswa yang dimaksud meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, keaktifan siswa berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya, keaktifan siswa mengerjakan soal latihan dalam kelompoknya, dan kemandirian siswa dalam belajar matematika.

3. Pengertian Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang menetap untuk tertarik terhadap suatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan seseorang. Dengan minat, seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yaitu:

(41)

b. Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Sardiman, 1988: 76).

c. I. L. Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat sebagai suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya (Pasaribu dan Simanjutak, 1983: 52).

d. Zakiah Daradjat mengemukakan pengertian minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi seseorang (Zakiah, 1995: 133).

e. W.S. Winkel mengungkapkan pengertian minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1984: 30).

(42)

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk kepada pemikiran Gagne, hasil belajar dapat berupa:

a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

(43)

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan yang menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup domain (ranah) kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, memberikan contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respons), valuing (menilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

(44)

5. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok biasa atau kerja kelompok karena dalam pembelajaran kooperatif terdapat struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14).

Menurut pendapat Lie bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok (Lie A, 2008: 29). Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model dengan cooperative learning

benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

(45)

keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara anggota kelompok (dalam buku Solihatin, Etin, dan Rahardjo, 2007: 4).

(46)

b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.

2) Sikap kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda pula.

4) Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman.

5) Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok. 6) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok.

7) Belajar dalam kelompok kecil.

8) Siswa aktif bertukar pikiran atau saling mengemukakan pendapat. 9) Keputusan tergantung pada kelompok siswa, di mana seluruh

anggota kelompok terlibat aktif.

(47)

c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.

5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

d. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Agus Suprijono dalam bukunya yang berjudul

(48)

1) Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompok memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

mengenai materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

(49)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), tujuan pertama pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Tujuan kedua adalah pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

(50)

kesuksesan salah seorang siswa tidak berpengaruh pada kesuksesan siswa lainnya. Perbedaan tersebut seperti yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (dalam Kadir, 2000: 19) sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Kelompok Biasa

Pembelajaran Kooperatif Kelompok Belajar Biasa

Kepemimpinan bersama Satu pemimpin

Saling ketergantungan positif Tidak ada saling ketergantungan Keanggotaan yang heterogen Keanggotaan yang homogen Tanggung jawab terhadap hasil belajar

sendiri dan semua anggota kelompok

Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri

Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif

Hanya menekankan pada tugas

Ditunjang oleh guru Diarahkan oleh guru

Satu hasil kelompok Beberapa hasil individu Evaluasi kelompok Evaluasi individual

g. Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif

(51)

lanjut oleh para guru dengan berpegang pada setiap langkah-langkah sebagai berikut:

1) Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan awal diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah, serta hasil akhir yang diharapkan akan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya.

2) Kerja kelompok

Pada tahap siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berdiskusi, melakukan eksplorasi, observasi, percobaan,

(52)

kelompok, dan tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai.

Siswa secara bersama-sama berdiskusi dan melakukan analisis terhadap permasalahan yang diberikan. Setelah itu, siswa juga melakukan eksplorasi. Hasil eksplorasi dibahas dalam kelompok unuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan keterampilan kerja sama dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.

3) Tes/ Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami topik/ masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes/ kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/ topik/ masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif, dan keterampilan.

4) Penghargaan kelompok

(53)

diperoleh setiap anggota di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Selanjutnya, berdasarkan skor rata-rata tersebut dapat ditentukan penghargaan masing-masing kelompok.

Sintaks atau langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif terdiri atas 6 (enam) fase, yaitu :

Tabel 2.2 Fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukkan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assit team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

(54)

pembelajaran atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota kelompok-kelompok tersebut. Di akhir pertemuan, guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas pada pertemuan itu sehingga terdapat kesamaan pemahaman pada semua siswa.

h. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Sebagaimana model pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan minat belajar dan kemampuan akademis siswa. 2) Meningkatkan daya ingat siswa.

(55)

4) Membantu siswa dalam mengembangkan kecakapan dan berkomunikasi secara lisan.

5) Meningkatkan hubungan positif dalam berkompetisi.

Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan suatu diskusi.

2) Dominasi siswa yang pandai.

3) Bagi siswa yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan tidak terbiasa.

6. Tipe-Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam buku Arends (1997: 119-124), pembelajaran kooperatif mempunyai empat tipe dasar sebagai berikut:

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

(56)

b. Jigsaw

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang heterogen dengan menggunakan pola kelompok “asal” dan kelompok

“ahli”. Setiap anggota kelompok “asal” diberi tugas untuk mempelajari

bagian tertentu yang berbeda dari bahan yang diberikan. Kemudian setiap siswa yang mempelajari topik yang sama tetapi dari kelompok-kelompok yang berbeda saling bertemu dan membentuk kelompok-kelompok “ahli” untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu,

mereka kembali ke kelompok “asal” untuk menyampaikan informasi

yang diperoleh. Akhirnya, setiap siswa dikenai kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan kelompok yang digunakan pada model

jigsaw sama dengan STAD. c. Group Investigation (GT)

(57)

d. Structural Approach (Pendekatan Struktural)

Guru menyajikan materi pelajaran. Setelah itu, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama untuk persiapan menghadapi suatu pertandingan yang biasanya diselenggarakan satu kali dalam sepekan. Ada dua macam pendekatan struktural yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:

1) Think-pair-share (TPS)

Think-pair-share merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Pendekatan ini mempunyai tiga tahapan utama, yaitu thinking (berpikir), pairing

(berpasangan), dan sharing (berbagi).

2) Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together adalah suatu pendekatan yang melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini bertujuan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pendekatan Numbered Heads Together terdiri atas empat langkah utama, yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab.

(58)

kerja sama tim dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa memandang latar belakang dan kondisi yang berbeda.

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ini memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, dan untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen (dalam Ibrahim, 2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

(59)

1) Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2) Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. Tipe pembelajaran ini memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling tergantung pada tugas-tugas akademik dan saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

(60)

1) Penomoran

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) diawali dengan numbering atau penomoran. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terdiri atas 30 orang dan terbagi menjadi 6 kelompok kecil berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri dari 5 anggota. Tiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.

2) Pengajuan pertanyaan

Setelah kelompok terbentuk, guru menjelaskan pokok bahasan yang akan dipelajari. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menemukan jawaban. 3) Berpikir bersama

Pada kesempatan ini masing-masing anggota dalam tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya (Heads Together),

berdiskusi bersama dalam memikirkan dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.

4) Pemberian jawaban

(61)

yang telah diberikan oleh guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari tiap kelompok mendapat giliran untuk memaparkan jawaban mereka. Berdasarkan jawaban-jawaban itu, guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan sebagai pengetahuan yang utuh.

5) Penghargaan kelompok

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang memiliki nilai atau hasil belajar paling tinggi.

c. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT)

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang dikemukakan oleh Ludgren (dalam buku Ibrahim, 2000: 18), antara lain adalah: 1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

2) Memperbaiki kehadiran

3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5) Konflik antara pribadi berkurang 6) Pemahaman yang lebih mendalam

(62)

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT antara lain: 1) Terjadinya interaksi antarsiswa melalui diskusi siswa secara

bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2) Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif. Dengan bekerja secara kooperatif, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.

3) Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini antara lain:

1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

2) Proses diskusi tidak dapat berjalan lancar jika ada siswa yang hanya sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.

(63)

8. Sub Pokok Bahasan Keliling dan Luas Segitiga

Segitiga merupakan bagian dari ilmu matematika yang mempelajari tentang bangun datar segitiga. Sub pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini adalah Keliling dan Luas Segitiga dan aplikasinya dalam kehidupan, dengan indikator pencapaian sebagai berikut.

a. Menghitung keliling segitiga. b. Menghitung luas segitiga.

c. Mencari salah satu sisi segitiga dari hal yang diketahui. d. Menyelesaikan soal aplikasi dari luas dan keliling segitiga.

Penjelasan mengenai sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga akan diuraikan sebagai berikut.

a. Keliling Segitiga

Keliling suatu bangun datar merupakan jumlah dari panjang sisi-sisi yang membatasinya, sehingga untuk menghitung keliling dari sebuah segitiga dapat ditentukan dengan menjumlahkan panjang dari setiap sisi segitiga tersebut.

(64)

Keliling ABC = AB + BC + AC = c + a + b

= a + b + c

Jadi, keliling ABC adalah a + b + c.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

b. Luas Segitiga

Perhatikan Gambar 2.2 (i).

Untuk menentukan luas ABC di atas, dapat dilakukan dengan membuat garis bantuan sehingga terbentuk persegi panjang ABFE

seperti Gambar 2.2(ii).

Terlebih dahulu perlu dibuktikan bahwa AC dan BC membagi persegi panjang ADCE dan BDCF menjadi dua sama besar. Lalu akan diperoleh bahwa ADC sama dan sebangun dengan AEC dan BDC

sama dan sebangun dengan BCF, sedemikian sehingga diperoleh:

Keliling dari suatu segitiga dengan panjang sisi a, b, dan c,

adalah K = a + b + c.

(i) (ii)

(65)

= ( ) + ( )

= ( ) + ( )

=

=

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dari luas segitiga di atas, kita dapat memperoleh (menurunkan) luas bangun datar yang lain seperti jajar genjang, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, dan jaring-jaring limas. 1) Luas Bangun Datar Jajar Genjang

Luas jajar genjang merupakan hasil perbanyakan dari alas dan tinggi segitiga. Perhatikan gambar berikut.

Luas segitiga dengan panjang alas a dan tinggi t adalah

(66)

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa jajar genjang ABCD dibentuk dari 2 buah segitiga yang sebangun, yaitu ∆ABC dan ∆DBC, di mana luas masing-masing segitiga adalah . Maka luas jajar genjang adalah sebagai berikut.

luas jajar genjang = luas ∆ABC + luas ∆BDC

= +

=

2) Luas Bangun Datar Persegi Panjang Perhatikan gambar berikut ini.

Untuk menentukan luas persegi panjang ACGF di atas, dapat dilakukan dengan bantuan segitiga ABC seperti pada Gambar 2.4.

Terlebih dahulu perlu dibuktikan bahwa AB dan BCmembagi persegi panjang AEBF dan persegi panjang ECGB menjadi dua sama besar. Lalu akan diperoleh bahwa ∆AEB sama dan sebangun dengan ∆AFB dan ∆BEC sama dan sebangun dengan ∆BGC. Dari

sini dapat dilihat bahwa luas ∆ABC sama dengan luas ∆ABF +

∆CEG, sedemikian sehingga diperoleh:

(67)

=

=

=

=

di mana alas dan tinggi tersebut merupakan panjang dan lebar dari persegi panjang ACGF.

Sehingga luas persegi panjang = panjang × lebar

3) Luas Bangun Datar Trapesium

Luas trapesium merupakan setengah dari hasil perbanyakan dari tinggi dan jumlah kedua sisi yang sejajar. Perhatikan gambar berikut.

Jika luas ∆ABC = , maka:

Dengan kata lain, luas trapesium =

(68)

4) Luas Bangun Datar Belah Ketupat

Luas belah ketupat merupakan setengah dari perkalian diagonal-diagonalnya. Perhatikan gambar berikut.

Dari gambar 2.6 di atas diperoleh sebagai berikut.

=

=

=

=

di mana AC dan BD masing-masing merupakan diagonal dari belah ketupat ABCD, sehingga diperoleh

luas belah ketupat ABCD =

(69)

5) Luas Jaring-Jaring Limas

Luas jaring-jaring limas merupakan jumlah dari luas bidang datar yang membentuknya. Perhatikan gambar berikut.

Dari gambar 2.7 di atas dapat dicari rumus untuk mencari luas dari jaring-jaring limas dengan alas berbentuk persegi di atas, yaitu sebagai berikut.

=

Karena sisi tegak pada limas sama dan sebangun, maka =

atau

=

(70)

9. Siswa

Siswa adalah subyek yang menerima pengetahuan. Dalam penelitian, subyek yang dimaksudkan adalah siswa yang dikenakan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Headas Together (NHT) untuk mencapai tujuan dari penelitian.

B. Kerangka Berpikir

Keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang dicapai oleh siswa. Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan berbagai konsep untuk memecahkan masalah.

Siswa dikatakan paham apabila indikator-indikator pemahaman tercapai. Adapun indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur siswa dikatakan paham yaitu siswa dapat menjelaskan, mendefinisikan dengan kata-kata sendiri dengan cara pengungkapannya melalui pertanyaan, soal dan tugas. Mengacu pada indikator-indikator di atas berarti siswa dapat mengerjakan soal yang diberikan dengan baik dan benar maka siswa dikatakan paham.

(71)

mengembangkan ilmu-ilmu pendidikan yang ada selama ini. Salah satunya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat dimanfaatkan sebagai model pembelajaran yang menarik karena mengajak siswa untuk berdiskusi bersama dengan teman di dalam suatu kelompok belajar sehingga mampu menarik perhatian dan minat belajar siswa.

Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat digunakan dalam pembelajaran karena mudah untuk diterapkan dan dapat menimbulkan minat siswa untuk mempelajari matematika. Dengan minat belajar yang tinggi dari siswa maka akan tercipta proses belajar yang efektif dan suasana kelas pun menjadi kondusif. Dengan dukungan guru dan siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) akan mampu menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

a. Dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), guru bertindak sebagai fasilitator siswa. Dengan demikian, siswa dituntut menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

b. Siswa yang belajar dengan model kooperatif akan menjadi lebih kreatif dan lebih cerdas dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. c. Minat merupakan salah satu faktor dalam menentukan hasil belajar

(72)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian eksploratif, di mana peneliti mencoba untuk melakukan eksplorasi dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk mengetahui tingkat aktivitas, minat dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tersebut pada siswa-siswi kelas VII-A SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif. Data kuantitatif yang dikumpulkan berupa skor hasil belajar kognitif siswa terhadap sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga. Data kuantitatif juga didukung oleh data kualitatif yang berupa deskripsi lembar observasi, data hasil wawancara, dan angket mengenai minat belajar siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan.

B. Subyek Penelitian

(73)

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup waktu yang ditentukan. Populasi dari penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Depok-Sleman, Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (disebut juga sebagai contoh). Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII-A. Sampel dipilih secara acak.

C. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah tingkat keaktifan, minat belajar dan hasil belajar siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta pada sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

D. Perumusan Variabel-Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan diolah dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas

Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

2. Variabel Terikat

(74)

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : SMP Negeri 3 Depok-Sleman, Yogyakarta Waktu penelitian : bulan April 2013 – bulan Mei 2013

F. Instrumen yang Digunakan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua) macam, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran yang digunakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa lembar pengamatan aktivitas siswa, pedoman wawancara, angket minat siswa, dan soal tes siswa.

1. Instrumen Pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga dengan menerapkan model pembelajaran koopeatif tipe Numered Heads Together (NHT). RPP ini memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. RPP dalam penelitian ini dibuat untuk 4 kali pertemuan, di mana masing-masing pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (1 jam pelajaran terdiri atas 40 menit).

(75)

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Pedoman pengamatan berupa lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian adalah pengamatan langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh peneliti.

Berikut ini adalah lembar pengamatan aktvitas siswa di kelas untuk masing-masing kelompok siswa, di mana masing-masing kelompok terdiri atas 5-6 siswa.

Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

No. Jenis Aktivitas Siswa

1 2 3 4 5 6

1. Persiapan belajar

a. Siswa mempersiapkan alat atau bahan materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran: buku paket, buku tulis, dan alat tulis. b. Siswa siap mengikuti proses

pembelajaran: menyiapkan buku, tidak mengobrol dengan teman.

(76)

materi oleh guru

penjelasan materi oleh guru: mendengarkan penjelasan guru, tidak mengobrol dengan teman lain, tidak bermain atau tidur. b. Siswa mencatat penjelasan

materi oleh guru.

c. Siswa menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru selama pelajaran: menjawab atau memberikan komentar atas pertanyaan guru.

3. Diskusi kelompok kecil

a. Siswa berdiskusi bersama rekan dalam kelompok untuk mengerjakan soal.

(77)

teman sekelompok. 4. Diskusi

kelompok besar

a. Siswa memperhatikan penjelasan jawaban dari kelompok lain.

b. Siswa memberikan komentar atas jawaban dari teman kelompok lain.

5. Merangkum materi

pembelajaran

Siswa menyampaikan kesimpulan mengenai kegiatan pembelajaran.

b. Panduan Wawancara dengan Guru

Panduan wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan peneliti kepada guru terkait pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru. Kisi-kisi yang menjadi panduan wawancara meliputi:

1) Model pembelajaran

a) Model pembelajaran apa saja yang diketahui oleh guru? b) Model apa saja yang selama ini digunakan oleh guru?

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2 Fase Pembelajaran Kooperatif
Gambar  2.1
 Gambar 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Srbnined in P.diat Futfh'ut of the E4kiMt. tot

Bila dua gelombang terjadi bersamaan, maka kedua gelombang mengalami penggabungan atau berinterferensi, semakin lebar jarak antar bandul (sumber gelombang), maka jarak antar

[r]

Tesis dengan judul “Pelatihan Kesehatan Reproduksi untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif Orang Tua Kepada Anak” adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Saya merasa kebutuhan saya dengan membeli produk smartphone Samsung terpuaskan dengan pilihan yang saya gunakan

Apabila dalam pembuktian kualifikasi saudara dapat memenuhi jadwal waktu pelaksanaan serta Pembuktian Kualifikasi dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan Pembuktian