• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Suren (Toona sureni Merr.) di Hutan Rakyat Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Suren (Toona sureni Merr.) di Hutan Rakyat Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumatera Utara"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Suren (Toonasureni Merr.)

Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Dephut (2002)

diklasifikasikan ke dalam:

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae

Genus : Toona

Spesies : Toona sureni (Blume) Merr.

Pohon Suren di kenal memiliki 6 jenis yaitu : Toona sureni, Toona

sinensis, Toona febribuga, Toona ciliata, Toona australis, dan Toona calanthas.

Di Indonesia di kenal dua jenis yaitu Toona sureni dan Toona sinensis. Pohon

Suren menyebar secara alami di Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi utara,

Sulawesi Selatan, Maluku, Bali, Nusa tenggara barat dan Papua. Sifat pohon

Suren dapat tumbuh baik di tempat-tempat terbuka dan mendapatkan cahaya

langsung (<1200 m dpl). Jenis ini menghendaki iklim agak kering dengan tipe

curah hujan A sampai C. Jenis tanah yang di kehendaki meliputi tanah-tanah

berlempung yang dalam, subur, berdrainase baik serta menyenangi tanah basah.

Pohon Suren termasuk jenis yang tumbuh cepat,dengan batang lurus,

(2)

teras merah coklat, muda bersemu ungu, gubal berwarna putih kemerahan dan

mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras, tekstur kayu sangat kasar, arah

serat lurus atau agak berpadu, permukaan kayu agak licin dan mengkilat indah.

Pada bidang radial dan tangensial tampak gambaran berupa pita-pita yang

berwarna lebih tua. Berat jenis 0,53 (0,42 - 0,65), penyusutan dari keadaan basah

sampai kering tanur 3,3 % (radial) dan 4,1 % (tangensial). Keawetan kayu Surian

temasuk sedang (IV-V) dengan kelas kuat (IV)(Jayusman, 2006).

Pohon suren ini memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila

bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Ada

ciri lain yang dapat membedakan secara sekilas, yaitu :

1. Batang

Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon

dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti

kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m.

2. Daun

Daun suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip

tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m.

3. Bunga

Kedudukan bunga adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon.

Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter. Musim bunga 2 kali dalam

setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober.

4. Buah

Musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan

(3)

bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah

berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi

6-9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau

menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti

bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu, pohon seperti meranggas/tidak

berdaun.

5. Benih

Warna benih coklat, panjang benih 3-6 mm dan 2-4 mm lebarnya dan pipih,

bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin.

(Balai penelitian dan pengembangan kehutanan, 2009).

Pemanfaatan Suren (Toona SureniMerr.)

Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan selain kayunya sebagai bahan

bangunan, furnitur, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan

untuk bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik

dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk

menghasilkan minyak esensial (aromatik). Sering tumbuh pada tanah-tanah yang

berlempung dalam, lembab, subur, drainase baik, dan menyenangi tanah yang

basa (Sutisna et al., 1998).

B. Gambaran umum lokasi penelitian

Hutan Rakyat Desa Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik,

termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Pematang Sidamanik,

Kabupetan Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Kelurahan berbatasan

dengan:

(4)

- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Danau Toba

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Girsang Simpangan Bolon

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Tambun Raya, Kecamatan Pematang

Sidamanik.

Posisi Kelurahan Sipolha Horisan terletak lebih kurang 6 Km dari pusat

pemerintahan Kecamatan Pematang Sidamanik dan lebih kurang 37 km dari pusat

pemerintahan Kabupaten Simalungun dan lebih kurang 157 km dari pusat

pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Sipolha Horisan

lebih kurang 774 ha. Lahan Kelurahan Sipolha Horisan dimanfaatkan untuk

sebagai pemukiman penduduk dan sarana umum selain itu lahan kelurahan

dipergunakan untuk pertanian. Secara rinci penggunaan lahan untuk pemukiman

penduduk dan sarana umum lebih kurang 72 ha (9.30%), sedangkan untuk lahan

pertanian lebih kurang 7,02 ha (90,70%) berada di Kelurahan Sipolha Kecamatan

Pematang Sidamanik (Sidabutar, 2015).

C. Pertumbuhan, Hasil, dan Struktur Tegakan

Pertumbuhan dan Hasil Tegakan

Tegakan adalah sekelompok pohon yang mempunyai ciri-ciri seragam

mulai dari umur, komposisi, struktur, dan tempat tumbuh. Diameter pohon/batang

(DBH = Diameter Breast Height), yaitu : garis tengah suatu pohon atau batang

kayu yang dinyatakan dalam centimeter. Diameter kayu diukur pada garis datar

setinggi dada 130 cm di atas tanah untuk pohon tidak berbanir atau 20 cm dari

pucuk banir bila tinggi banir lebih dari 130 cm (Arief, 2001).

Semua hutan akan mempunyai perbedaan dalam jumlah pohon dan volume

tiap hektar, luas bidang dasar dan lain-lain. Perbedaan tegakan yang rapat dan

(5)

Sedangkankerapatan tegakan berdasarkan volume, luas bidang dasar dan jumlah

batang tiaphektar akan diketahui melalui pengukuran. Hutan yang terlalu rapat

akan mengalami pertumbuhan lambat karena adanya persaiangan dalam hal sinar

matahari, air, unsur hara, bahkan tempat. Sebaliknya, hutan yang terlalu

jarangakan menghasilkan pohon-pohon dengan tajuk besar dan bercabang banyak

dengan batang yang pendek (Arief, 2001).

Pertumbuhan tegakan didefinisikan sebagai perubahan ukuran dan sifat

terpilih tegakan (dimensi tegakan) yang terjadi selama periode waktu tertentu,

sedangkan hasil tegakan merupakan banyaknya dimensi tegakan yang dapat

dipanen yang dikeluarkan pada waktu tertentu. Perbedaan antara pertumbuhan dan

hasil tegakan terletak pada konsepsinya yaitu produksi biologis untuk

pertumbuhan tegakan dan pemanenan untuk hasil tegakan. Pengelolaan hutan

berada pada keadaan kelestarian hasil, apabila besarnya hasil sama dengan

pertumbuhannya dan berlangung terus-menerus. Dapat dikatakan bahwa jumlah

maksimum hasil yang dapat diperoleh dari hutan pada suatu waktu tertentu adalah

kumulatif pertumbuhan sampai waktu tersebut, sedangkan jumlah maksimum

hasil yang dapat dipanen secara terus-menerus setiap periode sama dengan

pertumbuhan dalam periode waktu tersebut (Davis and Jhonson, 1987).

Pertumbuhan terjadi secara simultan dan bebas dari bagian-bagian pohon

dan dapat diukur dengan berbagai parameter seperti pertumbuhan diameter, tinggi,

luas tajuk, volume dan sebagainya. Pertumbuhan dapat diukur dalam unit-unit

fisik seperti volume, luas bidang dasar dan berat. Selain itu juga dapat diukur

dalam bentuk nilai variable of interest. Pola pertumbuhan tegakan antara lain

(6)

fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar,

dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang

ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme, yaitu bentuk

sigmoid Bentuk umur kurva pertumbuhan kumulatif tumbuh-tumbuhan akan

memiliki tiga tahap, yaitu tahap pertumbuhan eksponensial, tahap pertumbuhan

mendekati linear dan pertumbuhan asimptotis (Davis and Jhonson, 1987).

Gambar 1. Grafik Fungsi Pertumbuhan

Komponen Pertumbuhan Hutan

Dipandang dari periode waktu yang digunakan sebagai dasar dalam

perhitungan, pertumbuhan dan hasil dapat mengandung dua arti yaitu tingkat

(level) dan laju. Pertumbuhan dan hasil dalam arti level menunjukkan total jumlah

sampai periode waktu tertentu, sedangkan dalam arti laju menunjukkan jumlah

untuk waktu tertentu, biasanya dinyatakan untuk setiap tahun. Laju pertumbuhan

tegakan disebut sebagai riap tegakan (m3/ha/thn), sedangkan banyaknya volume

kayu maksimum yang dipanen per periode (tahun) disebut etat hasil. Pengelolaan

akan berada pada tingkat kelestarian hasil apabila besarnya etat sama dengan

besarnya riap tegakan (Davis and Jhonson, 1987).

Di dalam penaksiran model pertumbuhan dan hasil semua komponen

(7)

kematian, hasil dan pertumbuhan ke dalam. Pertumbuhan awal adalah jumlah

kenaikan ukuran pohon-pohon individual yang ada pada awal periode

pertumbuhan. Kematian adalah kuantitas material di dalam pohon-pohon yang

mati dan tidak di manfaatkan selama periode pertumbuhan. Hasil adalah kuantitas

material selama periode pertumbuhan yang diambil dari hutan dan dimanfaatkan.

Pertumbuhan kedalam adalah kuantitas material di dalam pohon yang tidak

nampak atau terlalu kecil pada saat awal periode pertumbuhan (Husch, 1987).

Manfaat Pertumbuhan Hutan

Pertumbuhan hutan dapat dilihat dalam terminologi potensi per unit area,

dimana terdiri dari tingkat (level) yaitu:

a. Level A, berupa pertumbuhan total berkayu yang meliputi semua cabang

sampai ujung puncak pohon.

b. Level B, berupa pertumbuhan bagian berkayu yang potensial dimanfaatkan oleh

industri dengan teknologi yang ada pada saat tersebut.

c. Level C, bagian berkayu aktual yang dipanen dari tegakan dan mencerminkan

pembalakan yang ekonomis.

Tidak satu pun dari tingkatan di atas yang besarnya tetap dimana potensi

pertumbuhan total dapat berubah oleh perlakuan tanah irigasi atau pemupukan.

(Davis and Jonson, 1987).

Tegakan yang tumbuh setelah gangguan yang besar telah dideskripsikan

sebagai tegakan usia merata, karena semua komponen pohon telah diasumsikan

untuk meregenerasi tidak lama setelah gangguan. Bahkan dapat berlanjut

(8)

spasi pertumbuhan yang tersedia ditempati ulang yang menghasilkan kisaran umur

yang rentang pada tegakan (Oliver & Larson 1990).

Menurut Prihanto (1987) kegunaan struktur tegakan yang mungkin

dikembangkan di hutan tanaman digunakan untuk penentuan kerapatan pohon

pada berbegai kelas diameter, penentuan luas bidang dasar tegakan, penentuan

volume tegakan, serta penentuan biomassa.

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Soekotjo (1976), menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman disebabkan

oleh faktor genetik yang bersifat tetap dan faktor lingkungan yang selalu

berubah-ubah. Faktor pertama biasanya disebut faktor dalam (internal), sedangkan faktor

kedua disebut faktor luar (eksternal). Kedua faktor pertumbuhan ini secara

bersama-sama sangat efektif mempengaruhi kehidupan suatu masyarakat

tumbuhan.Faktor tempat tumbuh dibagi menjadi empat golongan yakni:

1. Faktor klimatis, yaitu faktor yang berhubungan erat dengan keadaan atmosfer

(iklim, curah hujan dan kelembaban), termasuk semua faktor yang ada

hubungannya dengan atmosfer yang mempengaruhi kehidupan suatu tanaman

2. Faktor edafis, yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan tanah

3. Faktor fisiografis, yaitu keadaan yang menentukan bentuk dan struktur

permukaan bumi

4. Faktor botanis, yaitu faktor yang berhubungan dengan pengaruh faktor

genetis.

Dwidjoseputro (1990), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

(9)

1. Cahaya : energi yang diperlukan oleh tumbuhan untuk mengadakan fotosintesis

hanya 0,5 % - 2 % saja dari jumlah energi sinar yang tersedia, tergantung pada

kualitas (panjang gelombang), intensitas dan waktu penyinaran

2. Air : banyaknya air yang dipakai untuk pertumbuhan relatif kecil, biasanya

kurang dari 5 % dari jumlah total air yang diserap. Fungsi air untuk

pertumbuhan tanaman antara lain sebagai bahan pembangun, pelarut, pengisi,

dan bahan transpirasi.

3. Nutrisi : suplai nutrisi mineral sangat penting bagi pertumbuhan tanaman yang

sempurna. Menurut kebutuhannya dapat diklasifikasikan atas elemen yang

dibutuhkan dalam jumlah banyak (unsur hara makro) yaitu C, H, O, N, P, K, S,

Mg, dan Ca, sedangkan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (unsur hara

mikro) yaitu Fe, B, Cu, Zn, Mo, Mn, dan Cl.

4. Temperatur : mempengaruhi pertumbuhan karena efeknya terhadap semua

kegiatan metabolisme seperti translokasi, respirasi, pembangunan protoplasma

baru dan bahan dinding sel.

Diameter merupakan salah satu dimensi pohon yang paling sering

digunakan sebagai parameter pertumbuhan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter

berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian

daun, pertumbuhan akar dan tinggi telah terpenuhi.

Pertumbuhan tinggi pohon dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan

pembentukan dedaunan yang sangat sensitif terhadap kualitas tempat tumbuh.

Setidaknya terdapat tiga faktor lingkungan dan satu faktor genetik (intern) yang

(10)

mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat

genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon (Davis and Jhonson,

1987).

D.Riap

Riap menurut Arief (2001) didefinisikan sebagai pertambahan volume

pohon atau tegakan per satuan waktu tertentu, tetapi ada kalanya juga dipakai

untuk menyatakan pertambahan nilai tegakan atau pertambahan diameter atau

tinggi pohon setiap tahun. Riap tegakan dibentuk oleh pohon-pohon yang masih

hidup di dalam tegakan, tetapi penjumlahan dari riap pohon ini tidak akan sama

dengan riap tegakannya, karena dalam periode tertentu beberapa pohon dalam

tegakan dapat saja mati, busuk atau beberapa lainnya mungkin ditebang. Sebagian

besar pepohonan pada inventarisasi awal tumbuh naik ke kelas diameter

berikutnya yang lebih besar (upgrowth). Pada kelas diameter kecil, penambahan

pohon pada inventarisasi berikutnya berasal dari ingrowth yang tidak terhitung

pada inventarisasi awal. Jumlah pohon dalam tegakan berkurang akibat kematian

yang terjadi pada keseluruhan diameter, dimana laju kematian terbesar terjadi

pada kelas diameter terkecil (Davis and Jhonson, 1987).

Ingrowth merupakan jumlah pohon baru yang masuk ke kelas pengukuran

terkecil selama periode pengukuran. Kematian (mortality) adalah jumlah pohon

pada setiap kelas pengukuran yang mati selama periode pengukuran, sedangkan

pemanenan merupakan volume penebangan kayu selama periode pengukuran.

Berdasarkan komponen pertumbuhan ini, lima pengukuran riap yang

berbeda selama periode pertumbuhan dalam didefinisikan oleh persamaan (Davis

(11)

a. Riap kotor termasuk ingrowth = V2 + M + C – V1

b. Riap kotor dari volume awal = V2 + M + C – I – V1

c. Riap bersih termasuk ingrowth = V2 + C - V1

d. Riap bersih dari volume awal = V2 + C – I – V1

Keterangan:

V1 = Volume dari pohon hidup pada periode pengukuran awal

V2 = Volume dari pohon hidup pada periode pengukuran akhir

M = Volume pohon yang mati selama periode pengukuran

C = Volume penebangan selama periode pengukuran

I = Volume ingrowth selama periode pengukuran

Untuk keperluan penelitian kehutanan yang menerapkan penjarangan dan

pengurangan akibat kematian, rumus riap kotor dan volume awal adalah yang

terbaik, sedangkan untuk monitoring keadaan sumberdaya hutan dapat

menggunakan rumus penambahan bersih dalam tegakan persediaan. Bagi pemilik

hutan yang secara sederhana ingin mengetahui berapa banyak kayu aktual yang

dihasilkan dari hutannya sebaiknya menggunakan rumus riap bersih termasuk

ingrowth. Ahli ekologi sistem yang tertarik tentang biomassa total yang

memasukkan pohon-pohon berukuran kecil menggunakan rumus riap kotor

termasuk ingrowth (Davis and Jhonson, 1987).

Riap dibedakan ke dalam riap tahunan berjalan (Current Annual

Increament, CAI), riap periodik (Periodic Increament, PI), dan riap rata-rata

tahunan (Mean Annual Increament, MAI). CAI adalah riap dalam satu tahun

(12)

riap rata-rata (per tahun) yang terjadi sampai periode waktu tertentu(Prodan,

1968). Ketiga bentuk riap ini mempunyai hubungan matematis sebagai berikut:

a. CAI = dVt/dt = V’t; b. PI t1-2 = Vt2 – Vt1; c. MAI = Vt/t

Dimana Vt adalah pertumbuhan kumulatif tegakan sampai umur t

Riap Individu Pohon

Yang termasuk dalam riap individu pohon adalah riap diameter, riap luas

bidang dasar, riap tinggi dan riap volume. Riap diameter biasanya diwakili oleh

riap diameter setinggi dada. Riap diameter merupakan salah satu komponen yang

penting dalam menetukan riap volume. Riap diameter tiap tahun dapat diukur dari

lebar antara lingkaran tahun tertentu. Sebagaimana diketahui, lingkaran tahun juga

dapat dipakai untuk menghitung umur pohon. Riap bidang dasar juga mempunyai

pengaruh yang besar terhadap volume pohon. Riap ini diperoleh dari riap radial

atau riap diameter. Riap tinggi juga mempunyai peranan dalam perhitungan riap

volume, terutama untuk tegakan yang masih muda. Ada 4 macam pendekatan

yang dapat dipakai dalam menentukan riap tinggi, yaitu:

1. Menaksir atau mengukur panjang ruas tahunan.

2. Analisis tinggi (height analysis) terhadap pohon yang ditebang.

3. Mengukur pertambahan tinggi pohon selama periode waktu tertentu.

4. Menetukan riap tinggi dengan kurva tinggi.

Riap volume pohon adalah pertambahan volume selama jangka waktu tertentu.

Dalam teori riap volume dapat ditentukan secara tepat dengan mengurangi volume

pada akhir periode dengan volume pohon tersebut pada awal periode (Simon,

(13)

Riap Tegakan

Riap volume suatu tegakan bergantung pada kepadatan (jumlah) pohon

yang menyusun tegakan tersebut (degree of stocking), jenis, dan kesuburan tanah.

Riap volume suatu pohon dapat dilihat dari kecepatan tumbuh diameter, yang

setiap jenis mempunyai laju (rate) yang berbeda-beda. Untuk semua jenis pada

waktu muda umumnya mempunyai kecepatan tumbuh diameter yang tinggi,

kemudian semakin tua semakin menurun sampai akhirnya berhenti. Untuk hutan

tanaman biasanya pertumbuhan diameter huruf S karena pada mulanya tumbuh

agak lambat, kemudian cepat lalu menurun. Lambatnya pertumbuhan diameter

pada waktu muda disebabkan tanaman hutan ditanam rapat untuk menghindari

percabangan yang berlebihan dan penjarangan yang belum memberi hasil (tending

thinnings) (Simon, 1996).

Pohon tua dalam hutan alam mempunyai riap yang lebih rendah daripada

pohon muda. Dalam sebuah penelitian diuraikan bahwa pertumbuhan diameter

dipengaruhi oleh kerapatan tegakan baik pada umur tua maupun pada umur muda.

Diameter rata-rata suatu tegakan akan bertambah dengan bertambahnya jarak

tanam. Pertambahan jarak tanam berarti kerapatan lebih rendah yang

mengakibatkan diameter rata-rata lebih besar ( Butar-Butar dan Sembiring, 1991).

Menurut Lal (1976) faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya riap

suatu tegakan adalah sebagai berikut:

1. Tindakan Silvikultur

Di dalam hal ini tindakan silvikultur yang diutamakan adalah penjarangan.

Hal ini mengingat tindakan penjarangan merupakan tindakan silvikultur yang

(14)

keuntungan yaitu hasil kayu penjarangan dan hasil tegakan akhir yang baik.

Penjarangan adalah penebangan pada tegakan yang belum dewasa untuk

menstimulir pertumbuhan pohon-pohon yang ditinggalkan dan menambah hasil

keseluruhan dari material yang berharga dari tegakan (Hawley and Smith, 1960).

Menurut Society of America Forester (1950) dalam Manan (1976) tujuan

dari penjarangan adalah untuk menaikkan kecepatan tumbuh pohon yang

ditinggalkan, memperbaiki susunan, kesehatan, penghancuran serasah, dan

menambah jumlah hasil. Sedangkan menurut Manan (1976) tujuan penjarangan

terutama memberikan kemungkinan lebih banyak pertumbuhan pohon yang baik

dengan menghilangkan pohon-pohon yang jelek yang tumbuh di sekitarnya. Oleh

sebab itu dalam penjarangan dilihat kepada hasil langsung yang akan dikeluarkan

tetapi merupakan keharusan tindakan silvikultur. Masalah silvikultur ini akan

berhubungan dengan produksi kemudian hari.

2. Jenis

Setiap jenis pohon mempunyai sifat pertumbuhan yang berbeda-beda.

Sebagian pohon mempunyai kecepatan tumbuh yang besar dan sebagian lagi

cukup kecil. Pohon yang tumbuh lebih cepat akan mempunyai riap yang lebih

besar dibandingkan dengan pohon-pohon yang mempunyai kecepatan tumbuh

yang lebih kecil (Lal, 1976)

3. Kualitas Tempat Tumbuh

Kualitas tempat tumbuh adalah ukuran tingkat kesuburan tanah untuk

dapat menunjukkan produksi tanah, guna menghasilkan volume kayu jenis

tertentu. Kualitas tempat tumbuh akan mempengaruhi pertumbuhan pohon.

(15)

lebih besar dibandingkan dengan pohon yang tumbuh di tanah yang kurang subur

(Lal, 1976)

E.Model Penduga Parameter Pohon

Model Pendugaan Volume Pohon

Salah satu perangkat untuk membantu pendugaan massa tegakan dalam

kegiatan inventarisasi tegakan adalah tersedianya tabel volume pohon yang

disusun berdasarkan model pendugaan volume yang tepat dan akurat. Terdapat

beberapa metode/cara untuk menduga volume pohon berdiri, diantaranya adalah

menggunakan angka bentuk batang dan menggunakan model persamaan

matematis. Pendugaan volume pohon berdiri menggunakan angka bentuk batang

cukup praktis namun sering menghasilkan penyimpangan hasil dugaan yang

cukup tinggi, sehingga cara kedua yang banyak digunakan di dalam lapangan

dalam menduga volume pohon berdiri karena terbukti telah tepat dan akurat

(Hendromono dkk, 2003).

Model Pertumbuhan Tegakan

Pertumbuhan dan hasil suatu tegakan merupakan indikator keberhasilan

dari manajemen pembangunan suatu hutan tanaman. Pertumbuhan dan hasil

tegakan sangat bersifat site spesific, oleh karena itu pemantauan pertumbuhan dan

hasil suatu tegakan mutlak harus dilakukan di setiap lokasi pembangunan hutan

melalui pembuatan PUP yang secara terus-menerus di lakukan pengukuran ulang.

Pertumbuhan suatu tegakan merupakan resultante dari faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah sifat/genotype dari jenis yang bersangkutan,

sedangkan faktor eksternal mencakup kualitas tempat tumbuh ,kondisi persaingan

(16)

hasil pada hutan tanaman sudah banyak dilakukan. Misalnya Pertumbuhan dan

hasil pada tegakan seumur dan tegakan tidak seumur. Biasanya jenis tertentu yang

sudah banyak dikembangkan. Jenis tersebut adalah A. mangium, E.urophylla

(Hendromono dkk, 2003).

Penentuan Daur Optimal Tegakan

Dalam buku-buku kehutanan klasik biasanya disebutkan ada enam macam

daur, yaitu:

a. Daur fisik, yaitu waktu yang berhimpitan dengan periode hidup suatu jenis

untuk kondisi tepat tumbuh tertentu, sampai jenis tersebut mati secara alami.

b. Daur silvikultur, yaitu jangka waktu selama hutan menunjukkan pertumbuhan

yang baik dan dapat menjamin permudaan sesuatu, dengan kondisi yang

sesuai dengan tempat tumbuhnya.

c. Daur Teknik, yaitu jangka waktu perkembangan samai suatu jenis dapat

menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya untuk keperluan tertentu.

d. Daur volume maksimum, yaitu jangka waktu perkembangan suatu tegakan

yang memberikan hasil kayu tahunan terbesar baik dari hasil penjarangan

maupun penebangan akhir.

e. Daur pendapatan maksimum, yaitu yang menghasilkan rata-rata pendapatan

bersih maksimum

f. Daur finansial, yaitu daur yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan

maksimum dalam nilai uang.

(17)

Untuk mendapatkan daur volume yang optimal dapat diperoleh dengan

cara memotongkan antara grafik/kurva riap rata-rata tahunan (MAI) dengan

grafik/kurva riap berjalan (CAI) seperti pada gambar 2 (Hendromono dkk, 2003).

Dalam pengelolan hutan kedua grafik ini mempunyai arti yang penting.

Manipulasi perlakuan tegakan melalui penelitian untuk memperoleh riap tegakan

maksimal, baik CAI maupun MAI, masih memberi peluang yang besar untuk

meningkatkan nilai manfaat dari hutan (Simon, 1996).

Menurut Avery (1952) grafik hubungan antara riap berjalan tahunan (CAI)

dengan riap rata-rata tahunan (MAI) mempunyai karakteristik yaitu:

1. Kurva riap berjalan (CAI) mencapai puncak secara cepat dan menurun secara

cepat, jika dibandingkan dengan kurva riap rata-rata tahunan (MAI) yang

mencapai puncak secara perlahan-lahan dan menurun secara perlahan-lahan.

2. Titik potong antara CAI dan MAI merupakan saat pemanenan yang paling

efisien untuk mendapatkan produksi maksimum. Hal ini disebabkan setelah

titik potong tersebut kedua kurva akan menurun yang berarti riap akan terus

Gambar

Gambar 1. Grafik Fungsi Pertumbuhan

Referensi

Dokumen terkait

tertentu yang berasal dari prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan tata cara pengisian jabatan ASN sebagaimana

RPL SORE 41122144 Sugeng Subakti Penentuan Karyawan terbaik melalui penerapan sistem pendukung keputusan dengan metode SAW.. Nana Suarna, M.Kom Andi Setiawan,

[r]

[r]

KESATU : Mengubah Atas Keputusan Bupati Bantul Nomor 128 Tahun 2015 tentang Pembentukan Tim Penyelenggara Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Corporate Social

[r]

Pemeriksaan trigliserida pada ibu hamil sebagai skrining preeklampsia di Puskesmas Cukir Jombang didapatkan hasil sebagian besar dari responden kadar

ncsie pada unumnya dan kes-enlan claerah pada khususoya... cli perr-.. guruan tin:fl, usaha nenlnX'katan kualltas ticlak mungt&lt;in t