• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Tentang Peralihan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dan Akibatnya Jika Subjeknya WNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Tentang Peralihan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dan Akibatnya Jika Subjeknya WNA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. LATAR BELAKANG

Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat vital bagi

manusia, baik dalam fungsinya sebagai sarana untuk mencari penghidupan yaitu

sebagai pendukung mata pencaharian di berbagai bidang seperti pertanian,

perkebunan, peternakan, perikanan, industri, maupun yang dipergunakan sebagai

tempat untuk bermukim dengan didirikannya perumahan sebagai tempat tinggal.

Hukum Agraria Indonesia didasarkan pada Pasal 33 UUD Republik Indonesia

1945 yang menyatakan bahwa, “Bumi, air dan ruang angkasa dikuasai oleh negara

dan digunakan untuk kemakmuran rakyat.” Dari pasal ini dapat dipahami bahwa

Agraria berkaitan dengan Bumi, Air dan Ruang Angkasa yang dapat digunakan untuk

kemakmuran dari masyarakat Indonesia dengan adanya pengawasan dari negara

( pemerintah ).

Pada hari Sabtu 24 September 1960 Rancangan Undang – Undang Pokok

Agraria yang telah disetujui oleh DPR – GR disahkan oleh Presiden Soekarno

menjadi Undang – Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok –

Pokok Agraria yang dikenal dengan Undang – Undang Pokok Agraria. Dengan

lahirnya UUPA diharapkan adanya kesetaraan dalam mengatur bumi, air dan ruang

(2)

Sebagai ketentuan yuridis yang mengatur mengenai eksistensi tanah maka

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria yang selanjutnya disebut UUPA merupakan ketentuan, merupakan

pelaksanaan dari ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 yang

menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Dari pertimbangan yang dapat kita lihat pada UU No. 5 Tahun 1960 dikatakan

bahwa UUPA dibentuk atas pertimbangan bahwa negara Indonesia merupakan negara

agraris dimana Bumi, Air dan Ruang Angkasa menjadi sumber utama yang penting

dalam perekonomian Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya peraturan yang bisa

melindungi sumber perekonomian Indonesia tersebut.

Adapun pengejawantahan lebih lanjut mengenai hukum tanah, banyak

tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan lainnya seperti Peraturan

Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,

dan Hak Pakai atas Tanah; Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan

Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah; dan lain-lain.

Agraria mendapat perhatian dalam masa pemerintahan Jokowi.Hal ini dapat

dilihat dari dibentuknya Kementerian Agraria dan Kementerian Kelautan. Dengan

adanya pembentukan kedua lembaga tersebut diharapkan pertanahan dan perairan

(3)

Sebagai contoh perlindungan terhadap perairan Indonesia yang dilakukan oleh

Menteri Susi adalah menembak kapal kapal asing yang mengambil hasil laut di

perairan Indonesia.

UUPA mengandung prinsip nasionalitas yang sangat kental dimana hal ini

dapat dilihat pada Pasal 2 ayat1 yang menyebutkan bahwa Bumi, Air dan Ruang

Angkasa serta seluruh kekayaan alam yang ada dikuasai oleh negara untuk

masyarakat Indonesia. Jadi dengan kata lain bahwa seluruh tanah, perairan dan ruang

angkasa yang berada di atas Indonesia dikelola oleh negara untuk kepentingan

seluruh masyarakat Indonesia.

Pasal 9 menegaskan lebih lanjut bahwa hanya warga negara Indonesia yang

boleh mempunyai hubungan dengan Bumi, Air dan Ruang Angkasa serta kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya, sedangkan bagi warga negara asing dan

perwakilannya hanya dapat memiliki hak atas tanah yang terbatas, selama

kepentingan warga negara tidak terganggu dan juga perusahaan asing itu juga

dibutuhkan oleh Republik Indonesia, dan hanya sebagai komponen tambahan dalam

pembangunan Ekonomi Indonesia.1

Salah satu hal yang menjadi pusat perhatian dari UUPA adalah Hak – Hak

atas Tanah. Hak – hak atas Tanah yang dimaksud dalam UUPA antara lain : Hak

Milik, Hak Guna Bangunan ( HGB ), Hak Guna Usaha ( HGU ), dan Hak Pakai. Hak

– hak atas Tanah di Indonesia hanya dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia

1

(4)

terkecuali Hak Pakai.Hak Pakai dapat dimiliki oleh orang – orang asing yang berada

di Indonesia dengan tujuan tertentu yang menguntungkan perekonomian

Indonesia.Yang diatur dalam UUPA merupakan tanah dalam bentuk yuridis bukan

tanah dalam keseluruhannya.Tanah sebagai bagian dari bumi disebutkan dalam Pasal

4 ayat (1) UUPA yaitu:

“Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2,

ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah, yang

dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun

bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.”

Jika melihat dari sudut pandang kebutuhan dasar manusia dalam menjalani

kehidupannya minimal adalah ketersediaan akan pangan, papan dan sandang maka

pemenuhan atas kebutuhan dasar manusia tersebut dalam konteks kenegaraan,

merupakan hak rakyat sesuai Pasal 25 Deklarasi Hak Asasi Manusia, yang berarti

“terpenuhinya kebutuhan pangan, pakaian, perumhan, perawatan medis dan

pelayanan sosial yang diperlukan.”

Kewajiban memenuhi ( fulfil ) kebutuhan dasar ini meniscayakan negara

proaktif memperkuat akses masyarakat atas sumber daya sekaligus menuntut

intervensi negara untuk mejamin hak setiap orang memperoleh kehidupan layak.

Dalam perkembangan globalisasi saat ini tanah memerlukan perhatian khusus

dari pemerintahan sebab perkembangan tanah dengan pertambahan penduduk

(5)

tanah yang tersedia tidak mengalami penambahan bahkan bisa jadi mengalami

pengurangan akibat erosi, abrasi dan lain sebagainya.

Keterbatasan jumlah tanah dan semakin bertambahnya jumlah penduduk

dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang

tidak mampu menguasai tanah ( yang layak ditempati ) harus menetap di kolong

jembatan, pinggiran sungai, tepi jalan raya, tempat pembuangan sampah dan

sebagainya yang dapat dikatakan sebagai tempat yang tidak layak untuk ditempati .

Hal ini tentu dapat menimbulkan berbagai dampak buruk seperti dapat terserang

penyakit yang berasal dari sampah di sekitar tempat tinggal ataupun penyakit akibat

meminum air sungai di tempat tinggal mereka yang telah tercemar.

Selain menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang bertempat tinggal di

kawasan kumuh, keindahan kota juga dapat terganggu. Misalnya keindahan taman

yang dijadikan sebagai tempat untuk menyegarkan mata dan pikiran akibat lelah

beraktivitas, dirusak oleh orang – orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan

memilih bertempat tinggal di taman tersebut. Contoh yang lain yaitu dengan adanya

rumah rumah di sekitar pantaran sungai, secara otomatis sungai tersebut pasti akan

tercemar disebabkan seluruh aktivitas seperti memasak, buang air besar, buang air

kecil, mandi, dsb. Sungai yang kotor inilah yang merusak keindahan suatu kota.

Selain itu bencana alam seperti juga akan kerap terjadi akibat sungai yang tersumbat

karena sampah – sampah tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa ketidaktersediaan lahan yang memadai dapat

(6)

daya guna dan hasil guna tanah yang jumlahnya terbatas tersebut, terutama bagi

pembangunan perumahan dan permukiman, serta mengefektifkan penggunaan tanah

terutama di daerah-daerah yang berpenduduk padat, maka perlu adanya pengaturan,

penataan, dan penggunaan atas tanah, sehingga bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Apalagi jika dihubungkan dengan hak asasi, maka tempat tinggal (perumahan dan

permukiman) merupakan hak bagi setiap Warga Negara, sebagaimana diatur dalam

Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.Kebutuhan dasar tersebut wajib

dihormati, dilindungi, ditegakkan, dan dimajukan oleh Pemerintah.2

Pemerintah sepertinya telah sedikit paham tentang dampak yang dapat

ditimbulkan oleh adanya daerah kumuh tersebut.Misalnya saja di Jakarta.Gubernur

Jakarta mencanangkan pengalokasian masyarakat yang tinggal di bantaran sungai

Kalibata ke rumah susun yang disediakan oleh Pemerintah Jakarta.Dimana pada

rumah susun tersebut disediakan fasilitas yang dapat menunjang kehidupan pokok

penghuninya seperti air bersih, jaringan listrik, dan lingkungan yang terjamin Walaupun pembangunan rumah / tempat tinggal sangatlah banyak jumlahnya

namun banyak juga masyarakat yang tidak memiliki tempat tinggal khususnya

masyarakat tidak mampu.Pembangunan rumah tersebut hanya mampu dimiliki oleh

masyarakat kalangan atas dan menengah sedangkan masyarakat kalangan bawah

harus rela untuk tinggal di daerah kumuh.Oleh karena itu bantuan – bantuan terhadap

masyarakat tidak mampu harus diperhatikan oleh pemerintah.

2 Rosmidi, Mimi dan Imam Koeswahyono, Konsepsi Hak Milik atas Satuan Rumah Susun

(7)

kebersihannya.Dengan dialokasikan penduduk pantaran sungai Kalibata maka secara

otomatis sungai dapat bersih dari sampah yang berasal dari penduduk sekitar.

Rumah susun menjadi pilihan tepat untuk pengalokasian masyarakat sebab

pada saat ini seperti yang diketahui tanah di Indonesia sudah semakin minim

sedangkan permintaan akan tempat tinggal semakin meningkat. Banyak kebijakan

yang telah pemerintah tetapkan berkaitan dengan usaha mengatasi masalah minimnya

tanah untuk pembangunan tempat tinggal.Salah satunya ada dengan mengurangi luas

bangunan rumah yang hendak dibangun oleh developer.Hal ini dilakukan agar rumah

yang dapat dibangun semakin banyak jumlahnya.

Pada saat inipembangunan rumah susun marak dilakukan mengingat jumlah

tanah yang semakin berkurang.Ada berbagai jenis rumah susun yang dibangun mulai

dari rumah susun sederhana sampai dengan rumah susun mewah atau yang sering

disebut apartment. Rumah susun mewah umumnya diberikan fasilitas layaknya hotel

bintang lima seperti kolam renang, tempat fitness, supermarket, café bahkan mall

juga terdapat di apartment mewah tersebut.

Namun sayangnya pembangunan rumah susun yang dilakukan di kota Medan

salah tujuan. Bukannya membantu rakyat miskin namun malah menambah kesusahan

dari masyarakat miskin.Sebab pembangunan rumah susun yang dilakukan di Kota

Medan diutamakan terhadap rumah susun mewah bukan rumah susun sederhana

sebagaimana yang dibutuhkan oleh masyarakat miskin.Rumah susun mewah tentunya

hanya dapat dimiliki oleh masyarakat kalangan atas dan menambah kekayaan mereka,

(8)

di daerah kumuh.Ini menjadi PR bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan

pembangunan perumahan agar pembangunan tersebut tidak salah tujuan.

Hampir setiap tahun ada saja orang asing datang dan menetap di Indonesia,

jumlahnya banyak dan terus meningkat dari tahun ke tahun.Kedatangan mereka ke

Indonesia bukan hanya sekedar berwisata, tapi juga menanamkan modalnya untuk

usaha bahkan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya di Indonesia.

Globalisasi merupakan pertukaran pandangan, produk, dsb dari berbagai

negara di dunia.Globalisasi juga memungkinkan masuknya perusahaan asing untuk

menanam modal dimanapun perusahaan tersebut kehendaki sepanjang negara tersebut

tidak ditolak oleh negara tujuannya.Penanaman modal asing dapat membantu

perekonomian suatu negara karena membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat

negara tempat perusahaan asing menanamkan modalnya.

Di Indonesia sendiri banyak perusahaan asing yang menanamkan modalnya di

perusahaan Indonesia seperti PT. Freeport,.Penanaman modal asing ini sangat

membantu perekonomian Indonesia yang saat ini berada dalam

keterpurukkan.Dengan adanya PMA maka pengangguran di Indonesia juga semakin

berkurang karena PMA membuka peluang kerja baru bagi penggangguran Indonesia.

Berdasarkan fakta yang ada di lapangan, perusahaan asing pada umumnya

jarang memakai pekerja Indonesia sebagai pekerjanya, pekerja Indonesia hanya

digunakan untuk jabatan jabatan tidak penting seperti SPG, OB ( Office Boy ),

Satpam,dsb. Hal ini dikarenakan perusahaan asing merasa masyarakat Indonesia tidak

(9)

tinggi.Padahal bisa dikatakan kemampuan dari masyarakat Indonesia tidak kalah

dengan orang – orang asing.Perusahaan asing cenderung membawa penduduknya

untuk ikut / menduduki jabatan penting pada perusahaan yang menerima

penanamanan modal dari perusahaan asing tersebut.Hal ini tentu bertentangan dengan

tujuan diadakannya penanaman modal di Indonesia yaitu untuk mengurangi

penggangguran di Indonesia.Pemerintah diharapkan dapat lebih memperhatikan dan

mengawasi penanaman modal asing di Indonesia.

Ada sebanyak 547,2 ribu orang asing di Indonesia dan pada tahun 2010

bertambah menjadi 594,7 orang. Tentu jumlah ini akan meningkat dengan dibukanya

sistem Masyarakat Ekonomia Asean ( MEA ) yang memberikan kebebasan terhadap

aliran barang, jasa dan tenaga kerja terlatih serta investasi dari Negara luar ke

Indonesia .3

Keberadaan orang asing yang meetap di Indonesia pasti menimbulkan

perbuatan hukum. Orang asing berhak melakukan perkawinan dan dapat memilih Berbagai kerjasama ekonomi antar masyarakat dunia seperti MEA

( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) dan kabar mengenai ekonomi global harus

diantisipasi oleh pemerintah Indonesia. Dengan adanya kerjasama tersebut orang –

orang dari luar negeri dapat dengan bebas masuk ke Indonesia untuk mendapatkan

pekerjaan di Indonesia.Akibatnya kemungkinan saja pekerja Indonesia dapat

dikesampingkan karena dunia beranggapan masyarakat Indonesia tidak mempunyai

pengetahuan yang memadai.

3

(10)

orang Indonesia sebagai pasangannya dan berhak menerima gaji dari pekerjaan yang

dilakukannya, berhak melakukan jual beli berbagai jenis barang dan jasa termasuk

tanah ( hak pakai ) untuk membangun tempat tinggal mereka.

Orang asing yang bekerja di Indonesia tentu memerlukan tempat tinggal di

Indonesia. Tidak mungkin ia pulang kembali ke negaranya setelah jam kerjanya.

Tentu hal ini dapat menimbulkan dampak besar.Sebagaimana kita ketahui tempat

tinggal untuk penduduk Indonesia sendiri tidak cukup apalagi untuk orang asing yang

bekerja di Indonesia.Kemungkinan saja masyarakat Indonesia sendirilah yang harus

rela tidak mendapatkan tempat tinggal yang layak di negaranya.

Belakangan ini berbagai kalangan menyuarakan agar orang asing diberi

kesempatan untuk dapat memiliki / memberi rumah ( property ) di negara ini dengan

hak atas tanah sebagaimana disebut dalam Undang – Undang Agraria. Dengan

harapan akan masuk investasi asing. Diperkirakan investasi yang bakal masuk sebesar

3 sampai 6 miliar AS pertahun apabila orang asing diizinkan membeli property disini

dengan Hak Milik yang sama dengan hak warga negara Indonesia.

Warga Negara Indonesia sebagai pewaris dari negara ini, harus diberikan

kemungkinan untuk mempunyai hak atas tanah yang menunjukkan adanya hubungan

hukum yang sepenuhnya dengan tanah tersebut, sedang Warga Negara Asing tidak

tertutup kemungkinan untuk mendapatkan hak atas tanah, namun ada pembatasan

tertentu. Atau hanya pada hak atas tanah tertentu.

Pembatasan kepemilikan atas tanah bagi Warga Negara Asing dengan tegas

(11)

mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa dalam batas –

batas ketentuan Pasal 1 dan 2 “

Pembatasan tersebut dapat dilihat pada jenis hak atas tanah yang dapat

dikuasai oleh orang asing yaitu hak pakai dan hak milik atas satuan rumah susun

sedangkan Warga Negara Indonesia dapat menguasai seluruh jenis hak atas tanah

yang ada seperti Hak Milik, Hak Guna Bangunan ( HGB ), Hak Guna Usaha ( HGU ),

dan Hak Pakai

Umumnya rumah susun yang dimiliki oleh orang asing adalah rumah susun

yang tergolong sebagai rumah susun mewah / condominium / apartment. Namun jika

dilihat pembangunan rumah susun yang cenderung mengarah pada pembangunan

rumah susun mewah sedangkan orang asing yang masuk dan bekerja di Indonesia

tidak sebanding maka pemabangunan rumah susun mewah tersebut dianggap sia –

sia.Seharusnya developer juga harus membangun rumah susun yang dapat dimiliki

oleh masyarakat menengah atau kebawah.

Pengawasan dari pemerintah sangat penting dalam hal masuknya orang asing

untuk bekerja di Indonesia.Jangan sampai dengan masuknya orang asing tersebut

menimbulkan dampak bagi Warga Negara Indonesia yang merupakan penduduk asli

Indonesia. Sebab berdasarkan fakta yang ada apabila suatu negara menerima

masuknya orang asing ke negaranya umumnya negara tersebut pada akhirnya akan

dikuasai oleh orang yang bukan penduduk aslinya. Pemerintah harus sangat

memperhatikan dampak tersebut agar jangan sampai Warga Negara Indonesia tidak

(12)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka yang menjadi

permasalahan pokok dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan rumah susun / kondomonium?

2. Siapa sajakah yang dapat menghuni dan / atau memiliki rumah susun?

3. Bagaimana peralihan hak milik atas satuan rumah susun dan akibatnya jika

subjeknya WNA?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk :

1. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan rumah susun / kondominium dan

apakah kedua hal istilah tersebut mengandung makna yang sama atau tidak

2. Mengetahui dan memahami siapa yang dapat menghuni dan / atau memiliki

rumah susun

3. Mengetahui cara peralihan hak milik atas satuan rumah susun serta akibat dari

kepemilikan rumah susun oleh Warga Negara Asing

D. MANFAAT PENULISAN

Sedangkan yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis adalah untuk menambah literatur dan pengetahuan tentang

pengalihan hak milik atas satuan rumah susun dan akibat kepemilikan rumah

susun oleh WNA

2. Secara praktis, pemerintah dapat lebih memperhatikan dampak yang

(13)

bagi pembaca dapat mengetahui bagaimana cara peralihan hak milik atas

satuan rumah susun yang dikuasai oleh WNA

E. METODE PENELITIAN

Untuk mencari dan menemukan kebenaran secara ilmiah serta memperoleh

hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan skripsi, Metode

yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah :

1. Jenis penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan

serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. Penulisan ini

menggunakan penelitian hukum normatif dengan cara meneliti dan mengolah

bahan pustaka yang merupakan data sekunder atau disebut juga penelitian

kepustakaan.

Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penelitian ini dimaksudkan untuk

mempertegas hipotesa – hipotesa, agar dapat membantu didalam teori – teori lama

atau didalam kerangka menyusun teori – teori baru.4

4 Soerjono Soekanto,” Pengantar Penelitian Hukum”, Jakarta,1984, hal 10

Penelitian deskriptif pada

penulisan skripsi ini mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian.Penelitian yang

bersifat deskriptif merupakan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu

(14)

dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai objek penelitian sehingga

mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan

teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Data penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum

primer, sekunder dan tersier.5

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan – bahan hukum yang mengikat, dan terdiri

dari:

1. Norma atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945

2. Peraturan dasar, yaitu :

- Batang tubuh UUD 1945

- Ketetapan – ketetapan MPR

3. Peraturan Perundang – undangan

- Undang undang atau Perpu

- Peraturan pemerintah

- Keputusan presiden

- Keputusan menteri

- Peraturan daerah

4. Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan

5. Yurisprudensi

5

(15)

6. Traktat

7. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku,

misalnya KUHP dn KUHPerdata

Bahan primer pada penulisan skripsi ini meliputi, yakni peraturan

perundang-undangan di bidang agraria yang mengikat, antara lain Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria,

Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun , Undang –

Undang No 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, Undang Undang No 1

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Undang –

Undang No 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, Undang Undang No 62

Tahun 1958 jo Undang – Undang No 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia, Undang – Undang No. 3 Tahun 1946

jo Undang – Undang No 6 Tahun 1967 tentang Warga Negara dan Penduduk

Negara, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentangPemilikan Rumah

dan Tempat Tinggal oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia ,

Undang – Undang No 9/ Drt/ 1995 tentang Kependudukan Orang Asing,

Peraturan Pemerintah No 103 Tahun 2015 1996 tentang Pemilikan

RumahTempat Tinggal Atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di

Indonesia

b. Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

(16)

Peraturan Pemerintah ( RPP ), hasil penelitian ( hukum ), hasil karya ( ilmiah )

dari kalangan hukum, dsb .

c. Bahan hukum tersier, yakni bahan – bahan yang memberi petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

misalnya : kamus – kamus ( hukum ), ensiklopedia, indeks kumulatif,dsb.

Agar diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan

permasalahannya, maka kepustakaan yang dicari dan dipilih harus relevan dan

mutakhir

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

(library research) yaitu penelitan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku, artikel,

peraturan perundang-undangan dan bahan bacaan lain yang terkait dengan

penulisan skripsi ini.

4. Analisis data

Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan metode penelitian bersifat

deskriptif, maka yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data

sekunder yang didapat. Bahan hukum yang dianalisis secara kualitatif akan

dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan

hubungan antara berbagai jenis bahan hukum, selanjutnya semua bahan hukum

(17)

menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, sehingga memberikan

jawaban terhadap permasalahan yang dimaksud.

F. KEASLIAN PENULISAN

Judul yang diangkat adalah murni dari hasil pemikiran yang didasarkan dari

ide, gagasan, dibantu dengan buku-buku, referensi dan masukan dari berbagai pihak

dalam membantu penulisan skripsi ini. Berdasarkan pemeriksaan Perpustakaan

Universitas Cabang Fakultas Hukum USU atau Pusat Dokumentasi dan Informasi

Hukum Fakultas Hukum USU, skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Tentang

Peralihan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dan Akibatnya Jika Subjeknya WNA”

belum pernah ditulis di Fakultas Hukum USU sebelumnya

Jika dilihat dari permasalahan yang ada, tulisan ini bukanlah hasil ciplakan

atau pengandaan karya tulis orang lain. Oleh karena itu,penulisan skripsi ini adalah

karya tulis ilmiah yang asli (original)dan dapat dipertanggung jawabkan.Kalaupun

terdapat pendapat atau kutipan dalam penulisan skripsi ini semata-mata adalah faktor

pendukung dan pelengkap dalam usaha menyempurnakan dan menyelesaikan skripsi

ini

(18)

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai isi dari skripsi ini

maka disusun dalam suatu sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini terdiri dari

5 (lima) bab, dimana tiap-tiap bab tersebut terbagi lagi ke dalam beberapa sub bagian

yang bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan isi skripsi ini.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang gambaran

umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II berisikan tentang pengertian tentang Rumah Susun, Jenis – Jenis (

Klasifikasi ) Rumah Susun, asas pembangunan Rumah Susun, Tujuan pembangunan

Rumah Susun, dan Syarat Pembangunan Rumah Susun

Bab III berisikan tentangsubjek hukum penghuni rumah susun yang terbagi

atas warga negara Indonesia yang menghuni rumah susun dan warga negara asing

yang menghuni rumah susun

Bab IV berisikan tentang tinjauan yuridis tentang peralihan hak milik atas

satuan rumah susun dan akibatnya jika subjeknya WNA yang meliputi tentang

peralihan hak milik atas satuan rumah susun dan akibat penguasaan satuan rumah

susun oleh warga negara asing

Bab V merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, dimana dalam bab

(19)

mengenai keseluruhan skripsi berdasarkan pembahasan dari beberapa bab

Referensi

Dokumen terkait

Negara berkembang merupakan Negara yang sedang dalam proses dalam kemajuan dari setiap aspek Negara tersebut.. Komponen-komponen dari aspek Negara

13 Geografi memiliki obyek material, semua obyek material dikaji menggunakan pendekatan geografi yang salah satunya adalah pendekatan keruangan, sehingga tema-tema

Pengelolaan memori utama sangat penting untuk sistem komputer, penting untuk memproses dan fasilitas masukan/keluaran secara efisien, sehingga memori dapat

Program visualisasi ini dibuat dengan menggunakan pemograman turbo pascal, yang menyediakan banyak fasilitas yang dapat kita gunakan sehingga dapat mendukung dalam pembuatan

Pada aplikasi Electric Guitar Workshop disajikan materi-materi berbasis multimedia yang memperlihatkan hal-hal tentang gitar elektrik seperti guitar explanation, guitars equipment

Kedisiplinan aparatur dalam berpakaian dinas Kedisiplinan aparatur dalam berpakaian dinas Kedisiplinan aparatur dalam berpakaian dinas Kedisiplinan aparatur dalam

Diharapkan pengalaman yang didapat dari kegiatan lesson study ini bermanfaat untuk merubah budaya guru dari pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered)

Semua pelaku pendidikan (siswa, orang tua atau wali dan guru) pasti menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi belajar