• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar - PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN KELAS V SD DI UPTD KUWARASAN KEBUMEN - repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar - PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN KELAS V SD DI UPTD KUWARASAN KEBUMEN - repository "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh selama proses belajar. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari seberapa jauh pemahaman siswa dalam penguasaan materi pembelajaran selama jangka waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, dipahami dan diterapkan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hamdu & Agustina (2011: 91-95) bahwa suatu keberhasilan dapat didapatkan dengan mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

(2)

prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor. Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Menurut Mahmud (1989: 84-87), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup, sebagai berikut:

1) Faktor Internal

(3)

tersebut diraih dari usaha yang maksimal dan diciptakan sendiri sebagai kebutuhan.

2) Faktor Eksternal

Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah lingkungan. Lingkungan menjadi faktor di mana seseorang dapat tumbuh dan berkembang saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Pendidikan dengan berbagai konsep yang diberikan dan penerapannya, jika seseorang bergaul di lingkungan yang kurang baik, maka bukan mustahil dapat terpengaruh. Dalam dunia pendidikan, lingkungan yang dimaksud adalah tri-pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat (Mulyono, 2013: 58-59).

(4)

kepribadian orang tua atau wali. Orang tua atau wali menjadi faktor pertama sumber motivasi dan keinginan siswa berubah menjadi lebih baik, dari faktor orang tua atau wali tersebut faktor lingkungan seperti lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat berpengaruh pada diri siswa. Lingkungan sekolah dan masyarakat menjadi lingkungan yang memberi pengaruh pada perkembangan siswa.

Keluarga dijadikan motivasi dalam diri siswa untuk suatu kenyamanan dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan kemauan menyadarkan diri sendiri untuk melakukan hal yang sebelumnya kurang baik menjadi lebih baik. Prestasi diciptakan tidak hanya dari dukungan keluarga, tetapi juga diciptakan dari lingkungan sekolah dan masyarakat. Dukungan keluarga, guru dan masyarakat mempengaruhi siswa mengelola diri untuk dapat mengatur terciptanya suatu prestasi belajar dengan suasana hati yang nyaman sehingga dapat fokus ketika mendapatkan pembelajaran atau hal-hal yang baru yang dapat menghantarkan diri terhadap suatu keberhasilan.

(5)

suatu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap sesuai dengan yang diharapkan dari ukuran prestasi belajar pada umumnya.

Suatu prestasi mempunyai aspek-aspek tersendiri dalam penentuan dan pencapaiannya. Menurut Azwar (Mulyaningsih, 2014: 443) prestasi belajar dapat dilihat dari suatu ranah kognitif meliputi: 1) Pengetahuan (knowledge), kemampuan mengingat materi pelajaran

yang sudah dipelajari sebelumnya.

2) Pemahaman (comprehention, understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan, atau meringkas.

3) Penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan materi pelajaran yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkret. 4) Analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan sesuatu ke dalam

komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.

5) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan.

6) Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.

(6)

b. Karakteristik Siswa Kelas V SD

Kelas V tentunya berbeda dengan siswa yang duduk di bangku kelas lain. Karakteristik tiap siswa berbeda, dalam satu kelas karakteristik siswa dengan satu sama lain sudah berbeda, sedangkan dalam lingkup kelas yang satu dengan yang lain banyak perbedaan. Guru harus memahami karakteristik dalam diri tiap siswa, terutama yang duduk di bangku Sekolah Dasar kelas V. Siswa pada tahapan ini masih senang bermain. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan unsur permainan di dalam pembelajaran.

Siswa memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (Piaget dalam Sumirin, 2009:37). Dalam teori ini, perkembangan kognitif menekankan bahwa setiap siswa memiliki struktur kognitif yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Berpijak dari pemikiran tersebut, fase perkembangan pada diri siswa di kelas V berada pada fase operasinal konkret. Pada fase ini siswa memperoleh kecakapan untuk menunjukan logika operasional dasar, tetapi hanya melalui pengalaman konkret. Pada usia ini siswa telah mampu berfikir secara logis, fleksibel, mengorganisasi dalam operasi benda konkrit. Siswa belum mampu berfikir secara abstrak, sehingga tidak bermanfaat memberikan pengalaman abstrak pada siswa usia operasional konkret.

(7)

semua itu membantu perkembangan kognitif. Karyawisata ke objek-objek sejarah, ilmu pengetahuan alam melalui percobaan dan melakukan sendiri, menambah kesempatan perkembangan kognitif. Aktifitas siswa pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan sekaligus menanamkan kedisiplinan pada siswa yang dibentuk dari kebiasaan. Siswa prasekolah tunduk pada peraturan tanpa mengerti maknanya. Siswa sekolah dasar menaati peraturan karena sudah memahami makna dari peraturan yang dilakukan, karena peraturan mempunyai nilai fungsional.

c. PKn

Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Bloom dalam Premana, 2011: 6). Untuk suatu pemikiran itu sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahmawati, Sudarma, dan Sulastri, 2014: 2) suatu prestasi belajar dapat diasumsikan tidak dapat pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan yang menjurus dengan perubahan tingkah laku.

(8)

Civic education sebagai "the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their

communities in their adult lives", pendapat tersebut dikemukakan oleh

(Cogan, 1999: 4), maksudnya adalah pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan kaum muda agar kelak pada masa dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara tersebut.

Civic education dapat diterapkan dan ditanamkan dari siswa

(9)

2. Pola Asuh Keluarga a. Pengertian Pola Asuh

Bentuk pola asuh orang tua atau wali dapat menampilkan karakteristik kepribadian setiap siswa yang unik dan berbeda beda. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhinya salah satunya adalah keluarga. Keluarga merupakan ruang lingkup terkecil namun memiliki peran yang sangat besar dalam mendidik dan membentuk kepribadian seorang individu.

(10)

dapat semakin dibutuhkan. Peranan keluarga dalam hal ini orang tua atau wali sangatlah besar dalam mendidik siswa terutama dalam prestasi belajarnya, oleh karena itu orang tua atau wali menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Perhatian orang tua atau wali dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga siswa dapat belajar dengan tekun. Karena siswa memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

Pola asuh orang tua atau wali ditanamkan pada diri siswa dengan berperilaku yang sifatatnya relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasdapat oleh siswa dari segi negatif maupun positif. Menurut Baumrind (dalam Pertiwi & Juneman, 2012:6) berikut macam-macam pola asuh yang orang tua atau wali lakukan pada siswa:

1) Pola asuh demokratis

(11)

kepada siswa untuk memilih, melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada siswa bersifat hangat.

2) Pola asuh otoriter

Berbicara mengenai pola asuh ini berbeda dengan pola asuh sebelumnya, pada pola asuh ini yang terjadi sebaliknya, orang tua atau wali tipe ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti dan diberikan ancaman. Orang tua atau wali tipe ini cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum. Apabila siswa tidak mau melakukan yang dikatakan oleh orang tua atau wali, maka orang tua atau wali tipe ini tidak segan menghukum siswa. Pada segala hal orang tua atau wali tidak mengenal kompromi, dan saat berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Siswa tidak pernah diharapkan umpan baliknya oleh orang tua atau wali untuk mengetahui mengenai siswa.

3) Pola asuh permisif

Tipe pola asuh orang tua atau wali ini dalam pengasuhan memberikan pengawasan yang sangat longgar dan cenderung tidak menegur atau memperingatkan siswa dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan. Pola asuh ini dikatakan abai atau tidak peduli

(neglectful), suatu pola di mana orang tua tidak ikut campur dalam

(12)

tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai keberadaan dan kegiatan siswa (Santrock, 2003).

b. Pengertian Orang tua atau wali

Kualitas hubungan orang tua atau wali dan siswa membentuk sikap otonom yang sehat, kompetensi, dan hubungan (relatedness) dengan lingkungan sekitar pada diri siswa (Nurhidayah, 2008: 5-6). Peran orang tua atau wali dalam pendidikan dapat dilihat dari dua model pendekatan, yaitu:

1) Orang tua atau wali mendukung perkembangan intelektual dan

kesuksesan akademik siswa dengan memberi kesempatan dan akses kesumber pendidikan, seperti jenis sekolah yang dimasuki siswa atau akses ke sumber pendidikan lainnya, seperti perpustakaan, perangkat audio-visual, dan sebagainya.

2) Orang tua atau wali dapat membantu perkembangan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikimotor yang berpengaruh pada pencapaian prestasi akademik siswa dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan .

(13)

bersandar bagi siswa. Ketika siswa mengalami masalah, siswa sangat memerlukan pendamping untuk berbagi cerita dan meringankan masalah yang dihadapinya.

Pendapat yang dikemukakan di atas, bahwa orang tua atau wali menjadi suatu komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan prestasi dari sebuah ikatan perkawinan yang sah untuk membentuk sebuah keluarga. Orang tua atau wali memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing siswa, untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan siswa untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Pengertian orang tua atau wali diatas, tidak terlepas dari pengertian keluarga. Orang tua atau wali menjadi sosok yang selalu diikuti tindakannya, dan cara bicaranya. Kepribadian yang nantinya melekat pada diri siswa, kepribadian itu diciptakan lebih besar dari orang tua atau wali daripada muncul dari diri siswa sendiri.

c. Pengertian Pola Asuh Orang tua atau wali

(14)

tetapi ciri ini dipengaruhi sebagian dari belajar melewati kontak sosial langsung dan sebagian oleh pengkodisian. Mengenai nilai-nilai tingkah laku serta kemampuan siswa untuk membentuk tingkah laku yang dikembangkan di dalam lingkungan, keluarga menentukan keberprestasian dalam membentuk penyesuaian di masyarakat pada masa selanjutnya.

Pola asuh orang tua atau wali menjadi sikap orang tua atau wali dalam berhubungan dengan siswa-siswa, dari segi komunikasi, perhatian, peraturan dan hukuman menjadi titik tujuan yang diharapkan orang tua atau wali dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari beberapa segi antara lain dari cara orang tua atau wali memberikan reward atau bahkan

punishment dan cara orang tua atau wali memberikan perhatian atau

tanggung jawab terhadap keinginan siswa. 3. Disiplin Belajar

a. Pengertian Disiplin

Disiplin mendorong pertumbuhan tingkah laku dan kemampuan kontrol diri secara eksternal (Lickona, 2013: 176-177). Bicara mengenai tingkah laku dapat muncul ketika seorang siswa dapat mengontrol diri sendiri melalui lingkungan yang ada disekitarnya dalam segala perbuatan dan dapat menunjukkan kedisiplinan pada diri melalui kesadaran diri sendiri.

(15)

2010:10-14). Kontrol diri secara internal dijadikan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan peraturan-peraturan yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar dapat tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Peneliti dapat mengatakan bahwa disiplin dijadikan suatu ukuran sikap seseorang yang mencerminkan suatu ketaatan, kepatuhan kepada hukum dan peraturan yang berlaku sehingga dapat mematuhi dan mengerjakan semua tugasnya dengan baik.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Disiplin

Faktor penyebab disiplin terbagi menjadi empat yaitu kesadaran diri, mengikuti, menaati aturan, alat pendidikan dan hukuman (Tu‟u dalam Erlinasari 2015: 6-7). Keempat faktor ini merupakan faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin. Setiap faktor memiliki alasan untuk menciptakan tujuan yang hendak dicapai dan diharapkan, diantaranya:

(16)

kebaikan dan keberhasilan diri. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif sangat kuat terwujudnya disiplin.

2) Ikut sertaan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari kesadaran diri yang di hasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar diri sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan diikuti dan dipraktikkan.

3) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau di ajarkan. Alat sebagai pengontrol dan pengarah hendak dapat dituju dan apa yang dapat dihasilkan dari yang diprogramkan.

4) Hukuman menjadi suatu hal dalam membatasi. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

Selain ke empat faktor tersebut, masih ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin individu antara lain : 1) Teladan

(17)

2) Lingkungan Berdisiplin

Seseorang juga dapat dipengaruhi lingkungan. Bila berada dilingkungan disiplin, seseorang dapat terbawa lingkungan tersebut. 3) Latihan Berdisiplin

Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan artinnya melakukan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. c. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kesadaran yang dimunculkan pada diri sendiri, Tabrani & Yani (1994:5) mengemukdapat beberapa pengertian belajar: 1) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan. Mengenai belajar disini perubahan tingkah laku individu terjadi ketika berinteraksi dengan lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Interaksi yang terjadi dapat membentuk kepribadian individu, dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari. Kepribadian itu dapat melekat pada diri individu ketika melihat, melakukan atau bahkan mengikuti yang orang lain lakukan yang menjadikan suatu kebiasaan.

(18)

Belajar selalu dimulai dengan suatu masalah dan berlangsung sebagai usaha untuk memecahkan masalah itu. Dari hal tersebut, bahwa suatu masalah yang dapat terselesaikan dijadikan suatu pembelajaran pada diri siswa. Misalnya, pada materi pembelajaran yang sulit dipahami, namun siswa dapat menyelesaikan ketika menemui soal dari materi itu dengan logika yang dimiliki. Lebih bermakna belajar ketika menemui masalah dan dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan logika yang dimiliki pada diri siswa bukan mencontek hasil pekerjaan orang lain.

Proses belajar merupakan usaha untuk memecahkan suatu masalah secara sungguh-sungguh. Suatu proses belajar siswa dapat lebih menghargai dan tertanam pada diri bahwa ruang lingkup pendidikan tidak hanya target prestasi akhir yang baik, namun proses pencapaian prestasi yang baik yang penting untuk diterapkan. Suatu proses yang baik, tidak dapat pernah mendapatkan hasil yang buruk. Proses dijadikan suatu cara yang konsisten untuk menempuh keberhasilan. Misalnya, siswa mendapatkan soal yang sulit saat ulangan sekolah. Soal sulit yang didapatkan siswa dapat lebih untuk berusaha sendiri dalam menjawab dan tidak bergantung atau bahkan mencontek jawaban temannya. Hasil akhir yang diperoleh siswa dapat lebih dihargai oleh diri sendiri dan orang lain atas keberhasilannya.

(19)

menimbulkan perubahan pada achievement dan attitude pada diri yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

d. Pengertian Disiplin Belajar

Pengertian antara disiplin dan belajar, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah suatu sikap yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup perubahan berpikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan ketentuan.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk sampai pada penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Kerangka berpikir dari proses penelitian ini adalah dalam proses belajar terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor ini saling berkaitan dan mendukung. Salah satu faktor eksternalnya adalah pola asuh orang tua atau wali yang memicu prestasi belajar siswa. Pola asuh orang tua

Pola Asuh Orang Tua

Disiplin Belajar

(20)

atau wali yang berbeda antara orang tua atau wali yang satu dengan yang lain merupakan sistem yang menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan prestasi belajar kelas V, karena dengan pola asuh orang tua atau wali yang baik, maka siswa dapat semangat dan termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang baik. Sedangkan faktor internal adalah disiplin untuk belajar. Belajar merupakan tugas dan kewajiban seorang pelajar atau siswa. Untuk mendapatkan pencapaian prestasi yang maksimal dan memuaskan seorang siswa harus patuh dan taat terhadap peraturan dan norma yang berlaku agar dapat menjadi siswa yang tertib dalam belajar serta memperoleh prestasi yang optimal.

Oang tua tetap berpengaruh pada kedisiplinan siswa. Penciptaan kedisiplinan dimulai dari kebiasaan, didasari oleh kepribadian orang tua atau wali. Patokan yang menjadi kedisiplinan pada diri siswa dilihat dari kesehariaan orang tua atau wali atau cara pemberian pengasuhan orang tua atau wali.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah sebelumnya telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal ini dapat dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan sementara hanya pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta yang diperoleh melalui pengumpulan data.

(21)

penelitian kualitatif tidak menggunakan rumusan hipotesis tetapi diharapkan dapat menemukan suatu hipotesis yang dapat diujikan oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Berdasarkan hal di atas, dapat diambil suatu rumusan hipotesis dalam penelitian ini:

1. Pola asuh orang tua atau wali berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah.

2. Disiplin belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah. 3. Pola asuh orang tua atau wali dan disiplin belajar berpengaruh terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Namun dalam perkembangannya pemanfaatan kinect tidak hanya digunakan sebagai perangkat input untuk game XbOX 360 saja, namun oleh Microsoft sendiri telah

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek

Salam sejahtera, puji syukur kepada Tuhan yang telah memberikan banyak kenikmatan salah satunya kemudahan, sehingga saat ini penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

LANGSUNG OLEH WALIKOTA YOGYAKARTA // PEMBERIAN BEASISWA INI SEBAGAI WUJUD KEPEDULIAN PEMERINTAH KOTA DALAM.. BIDANG

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Pupuk Kujang Cikampek juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor

Selain lalat penghisap darah, lalat pengganggu lain yang sering ditemukan pada peternakan sapi adalah Musca domestica.. Beberapa jenis lalat juga dapat menyebabkan miasis

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar ahli madya Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata. Disusun

pembangunan kemampuan iptek dan inovasi, serta peningkatan kontribusi iptek untuk mendukung peningkatan daya saing nasional bukan lagi sebuah pilihan namun menjadi