• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Pangan

dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan kebutuhan pangan kita akan

diolah tubuh menjadi zat-zat gizi yang berperan dalam tumbuh kembang manusia.

Oleh karena itu pangan sangat diperlukan untuk mempertahankan dan

melanjutkan kehidupan.

Masalah gizi masih merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia.

Pada era globalisasi Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi

kurang dan gizi lebih. Status gizi merupakan salah satu tolak ukur sebuah negara

dapat dikatakan sebagai negara maju atau berkembang. Sebagai negara

berkembang, kasus gizi kurang telah lama ada di Indonesia, tetapi dengan

berubahnya pola konsumsi, kemajuan ekonomi, disertai dengan kurangnya

pengetahuan gizi menyebabkan semakin meningkatnya angka gizi lebih di

Indonesia.

Meningkatnya pendapatan seseorang akan memengaruhi gaya hidup dan

pola makannya. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh besarnya arus budaya

makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan

globalisasi ekonomi. Berkurangnya aktivitas fisik karena perbaikan ekonomi akan

menyababkan banyaknya penduduk golongan tertentu yang akan mengalami

masalah gizi lebih berupa kegemukan atau obesitas (Almatsier, 2009).

(2)

Banyak orang yang memiliki pengetahuan tinggi tetapi tidak mengaplikasikan

pengetahuannya di kehidupan sehari-hari.

Meningkatnya angka overweight dan obesitas secara global di seluruh

dunia dianggap akibat dari beberapa faktor antara lain peningkatan makanan padat

energi, tinggi lemak, dan gula namun rendah vitamin dan mineral (Hasdinah,

2014). Mengonsumsi energi yang berlebihan akan diubah menjadi dalam lemak

tubuh (Almatsier, 2009).

World of Healty Organitation (WHO), menyatakan masalah kelebihan

bobot tubuh ini sudah menjadi epidemi dunia. Laporan Newsweek edisi 11

Agustus 2003, kasus obesitas di dunia meningkat 2 50% dalam sepuluh tahun

terakhir ini. Lembaga obesitas internasional di London, Inggris, memperkirakan

sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan (Salim

dan Kurniasih, 2003). Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam

American Journal of Epidemiology mengungkapkan, obesitas yang dialami

seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko kematian di

usia paruh baya. Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita

Norwegia yang diukur tinggi dan berat badannya antara tahun 1963-1975 saat

mereka berusia antara 14-19 tahun. Dengan mengikuti perkembangan mereka

sampai tahun 2004, saat mereka rata-rata berusia 52 tahun, 9650 orang

diantaranya meninggal. Hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami

obesitas atau overweight (kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali

lebih berisiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian (Nita,

(3)

Kejadian obesitas di negara – negara maju seperti di negara – negara

Eropa, Amerika, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Kejadian ini

tidak hanya terjadi di negara – negara maju saja, obesitas di beberapa negara

berkembang bahkan telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Sebagai

contoh, 70% dan penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk kategori obesitas

(WHO, 1998).

Angka gizi lebih berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010

pada perempuan 26,9% dan laki-laki sebanyak 16,3%, pada tahun 2013 terjadi

peningkatan lagi, yaitu pada kelompok umur lebih dari 18 tahun untuk perempuan

sebanyak 32,9% dan laki-laki sebanyak 19,7%. Penelitian Sartika (2011) yang

dilakukan di Depok menemukan prevalensi gizi lebih anak usia 5-15 tahun

sebesar 13,9% dan obesitas sebanyak 8,3%, sementara penelitian yang dilakukan

di Surabaya siswa mengalami obesitas sebanyak 10,5% lebih tinggi dari angka

prevalensi obesitas di Surabaya sebesar 7,8% (Suryaputra dan Nadhiroh, 2012).

Gizi lebih atau obesitas ini lebih sering dialami oleh wanita dibanding pria.

Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat (Dirjen BGM)

2010 sebanyak 12,8% pria mengalami overweight atau kegemukan sedangkan

sebanyak 20% dialami oleh wanita. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013

pria sebanyak 19,7% dan wanita sebanyak 32,9%.

Penduduk perkotaan lebih rentan mengalami gizi lebih atau obesitas

dibandingkan dengan penduduk desa. Gaya hidup dikota yang sudah modern

menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik dan disertai dengan kebiasaan

(4)

mengandung karbohidrat tinggi, makanan cepat saji ini sering dikonsumsi karena

memiliki rasa yang relatif enak, serta menjadi tren masa kini.

Obesitas atau gizi lebih erat hubungannya dengan penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif adalah suatu kondisi penyakit yang muncul akibat proses

kemunduran fungsi sel-sel tubuh dari keadaan normal menjadi lebih buruk dan

berlangsung secara kronis (Hasdinah, 2014). Meningkatnya gizi lebih akan

meningkatkan penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus,

hipertensi, penyakit hati dan beberapa jenis kanker (Khomsan, 2004).

Budiyanto (2002) menyebutkan beberapa penyebab gizi lebih adalah

ketidakseimbangan asupan dari pola makan dengan aktivitas fisik sehari-hari. Hal

ini didukung dengan hasil penelitian Simatupang (2008), yang menunjukkan

bahwa kejadian gizi lebih pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan

Baru, dipengaruhi oleh variabel asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan,

jenis makanan dan aktivitas fisik.

Menurut Purwati dalam Riska (2012) faktor resiko yang menyebabkan gizi

lebih antara lain, faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang tidak teratur,

kurang aktifitas fisik, dan faktor lainnya. Pola makan mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang tidak tepat. Kurang

mengonsumsi serat dan lebih banyak mengonsumsi makanan berlemak.Pola

makan mahasiswa juga tidak teratur dan biasanya tidak sarapan pagi.

Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat tentunya lebih

mengenai hal yang bersifat preventif. Gaya hidup yang kurang gerak disebabkan

(5)

orang lebih suka memainkan gadget daripada berolahraga. Hal-hal seperti ini

yang akan menjadikan angka status gizi lebih meningkat.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di Fakulatas

Kesehatan Masyarakat 25% mahasiswa mengalami gizi lebih dan obesitas, 19%

mengalami kurang gizi dan 54% lainnya normal. Beberapa penyebab gizi lebih

seperti pola makan, pengetahuan, dan aktivitas fisik yang kurang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian ini apakah ada hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas

fisik dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara tahun 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik

dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui status gizi pada mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pola makan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

(6)

4. Untuk mengetahui aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagai upaya peningkatan pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat agar melakukan hal preventif untuk menghindari gizi lebih

dan obesitas.

1.5 Hipotesis

1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gizi lebih pada

mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015.

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gizi lebih pada

mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015

2. Ha : Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gizi lebih pada

mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015.

Ho : Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gizi lebih pada

mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015.

3. Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih pada

mahasiswa Fakuktas Kesehatan Masyarakat USU tahun 2015.

Ho : Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih pada

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran 1 Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat dengan indikator Skor Pola Pangan Harapan telah mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2016 sebesar

Hal yang layak diperhatikan adalah realitas mengenai tidak dijumpainya seorang pun di antara para pengikut Khawa > rij yang berasal dari keturunan suku Quraisy sehingga

[r]

Saat ini, tokoh perempuan dalam berbagai cerita anak Indonesia masih digambarkan sebagai tokoh yang tidak banyak berperan penting, tokoh perempuan hanya digambarkan sebagai

Dalam mengatasi ketidakakuratan tersebut maka akan dilakukan analisa dan pengidentifikasian citra objek tulang manusia dengan beberapa tahapan analisa yaitu proses threshold,

[r]

Data-data spasial yang dimaksud ini adalah informasi mengenai keadaan geografis yang kemudian akan diproses lebih lanjut sehingga menjadi informasi yang dapat dipahami oleh

Universitas Muhammadiyah Mataram Kopertis Wilayah