• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 4 Isu Strategis Kukar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab 4 Isu Strategis Kukar"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Isu strategis merupakan aspek pembangunan yang berkontribusi penting bagi pembentukan kualitas hidup yang lebih baik di Kabupaten Kutai Kartanegara, namun belum dikelola secara optimal. Isu strategis akan menjadi jembatan antara capaian pembangunan saat ini dengan kebijakan pembangunan yang akan dijalankan 5 tahun mendatang. Dengan teridentifikasinya isu strategis maka proses perumusan kebijakan akan memperoleh batu pijakan yang tepat, yaitu informasi mengenai hal-hal yang harus didahulukan penanganannya.

Penentuan isu strategis pembangunan 5 (lima) tahunan Kabupaten Kutai Kartanegara diawali dengan identifikasi permasalahan pembangunan daerah yang selama ini belum tertangani atau belum tuntas penanganannya sesuai target yang diinginkan. Selain itu, penetapan isu-isu strategis juga diperkaya dengan telaah terhadap isu-isu internasional, nasional, regional dan kebijakan Kutai Kartanegara.

4.1 Permasalahan Pembangunan

Permasalahan pembangunan memberikan gambaran mengenai tingkat capaian pembangunan pada periode lalu yang masih belum mencapai target atau standar yang diinginkan atau direncanakan. Beberapa hal yang menjadi permasalahan pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara, yaitu:

a. Sosial

1) Belum tercapainya pemenuhan wajib belajar 9 (sembilan) tahun.

Data tahun 2012 menunjukkan rata-rata lama sekolah adalah 8,76. Kondisi tahun 2012 menunjukkan penduduk di Kutai Kartanegara rata-rata memiliki tingkat pendidikan kelas 2 SLTP.

2) Masih rendahnya nilai APM SMA/SMK/MA/Paket C

Data tahun 2011 menunjukkan bahwa APM SLTA sebesar 54,07 persen.

3) Adanya ketimpangan jumlah guru dan murid khususnya pada sekolah negeri.

Rasio murid tehadap guru terdiri dari 2 tahun pendidikan yaitu 2009/2010 dan 2010/2011. Data rasio guru terhadap murid pada setiap jenjang pendidikan terutama pada sekolah negeri

(2)

mengalami penurunan. Penurunan cukup drastis pada rasio murid terhadap guru pada sekolah menengah pada tahun ajaran 2009/2010 bernilai 32 sedangkan pada tahun 2010/2011 menjadi 20. Berbeda pada rasio murud terhadap guru sekolah negeri yang mengalami penurunan, pada sekolah swasta mengalami peningkatan rasio pada jenjang pendidikan menengah.

Rasio tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Kutai Kartanegara terjadi ketimpangan antara guru dan murid. Seperti pada jenjang pendidikan swasta tahun ajaran 2010/2011 pada sekolah negeri terdapat 20 guru dari 10.000 siswa dan 14 guru di sekolah swasta diantara 10.000 siswa. Ketimpangan guru dan murid tersebut seharusnya diimbangi dengan penambahan guru yang ada Di kabupaten Kutai Kartanegara.

4) Masih rendahnya angka kelulusan SD

Angka kelulusan pada jenjang SD/MI sebanyak 90,16%, pada jenjang SMP/MTs angka kelulusan sebesar 99,37% angka kelulusan SMP/MTs merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA angka kelulusannya 98,88%.

Angka kelulusan pada jenjang SD/MI yang merupakan angka kelulusan yang paling rendah dibandingkan dengan yang lain. Hal ini dapat disebabkan karena perubahan kurikulum dan standar kelulusan yang berubah setiap tahunnya. Pemerintah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Daerah perlu melakukan koordinasi untuk melaksanakan program peningkatan angka kelulusan khususnya pada jenjang SD.

5) Angka harapan hidup masih di bawah angka nasional, yaitu sebesar 68,17 tahun 2012.

6) Masih rendahnya rasio puskesmas dan puskesmas pembantu. Berdasarkan data yang tersedia, jumlah puskesmas dan pustu di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 200 unit dengan jumlah penduduk di Kutai Kartanegara pada tahun 2012 sebanyak 650.908 jiwa maka diketahui rasio puskesmas dan pustu setiap 1.000 penduduk hanya sebesar 0,31.

7) Masih rendahnya rasio rumah sakit dibandingkan jumlah penduduk.

Rasio rumah sakit di Kabupaten Kutai Kartanegara bernilai 0,003, yang artinya dari 1.000 penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara rumah sakit hanya mampu memfasilitasi sebesar

(3)

0,003. Nilai rasio rumah sakit terlalu kecil diperlukan peningkatan jumlah rumah sakit sehingga pelayanan yang optimal dibidang kesehatan dapat diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakatnya.

8) Distribusi dokter dan dokter spesialis tidak merata

Angka rasio tenaga medis untuk dokter spesialis pada tahun 2009 di Kutai Kartanegara sebesar 0,04 nilai yang sama pada tahun 2010. Jumlah penduduk yang meningkat cukup tinggi hanya diiringi oleh penambahan 1 dokter spesialis. Tenaga medis rasionya meningkat dari tahun 2009 yang nilainya 0,36 menjadi 0,43 pada tahun 2010. Peningkatan jumlah penduduk yang cukup banyak diiringi dengan meningkatnya jumlah tenaga medis yang cukup banyak pula.

9) Rendahnya penanganan kasus TB yang ditemukan.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA sebesar 24,59% atau 295 orang penderita TBC positif ditemukan dan diobati dari 1.200 penderita baru TBC BTA positif (perkiraan penderita TB Positif).

10) Rendahnya cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin sebesar 9,21% atau 17.785 Jiwa masyarakat miskin berkunjung ke Puskesmas dari 193.049 Jiwa masyarakat miskin. Nilai cakupan tersebut sangat rendah, nampak bahwa pelayan.

11) Masih rendahnya kepemilikan akta kelahiran

Kepemilikan akta kelahiran penduduk di Kutai Kartanegara pada tahun 2012 sebesar 651,16. Hal ini berarti bahwa 40% masyarakat Kutai Kartanegara belum memiliki akta kelahiran.

12) Belum optimalnya peran perempuan dalam pelaksananaan pembangunan (kesetaraan gender).

b. Infrastruktur

1) Masih adanya wilayah yang terisolir

Keterbatasan infrastruktur perhubungan terutama jalan dan jembatan serta prasarana sosial dan ekonomi yang berhubungan dengan kelancaran mobilitas manusia, barang dan jasa. Hal ini terindikasi dengan masih ada tiga kecamatan (Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang) yang belum dapat dilalui dengan transportasi darat; serta masih minimnya sarana dan prasarana infrastruktur di perdesaan.

2) Kondisi jalan yang masih rendah

(4)

Kualitas prasarana jalan sampai tahun 2011, umumnya masih rendah. Total panjang jaringan jalan di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011 mencapai 1.547,12 Km. Dari jumlah tersebut jalan yang masih dalam kategori baik sekitar 259,80 Km, kategori sedang 327,70 Km, rusak 167,35 Km, dan rusak berat 792,27 Km. Sedangkan dari panjang kondisi permukaan jalannya adalah 1.543,93 Km, permukaan diaspal 406,21 Km, permukaaan kerikil 248,82 Km, jalan tanah 510,39 Km, permukaan jalan batu 149,41 Km dan permukaan jalan beton 229,10 Km.

Dari prosentase kondisi jaringan jalan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas jaringan jalan yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara masih rendah, mengingat sebagian besar masih berada dalam kondisi rusak dan rusak berat.

3) Kondisi Daya Beban Jalan yang masih rendah

Kinerja prasarana jalan pada tahun 2002, yang didasarkan atas kecepatan yang mampu dicapai kendaraan, secara rata-rata meningkat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jalan-jalan tanah yang telah di beton atau diaspal. Namun demikian, kondisi kecepatan untuk wilayah Kutai Kartanegara masih rendah karena banyaknya tikungan serta turunan dan tanjakan, karena topografi daerah, sehingga perlu perencanaan teknis jalan yang cukup baik untuk mendapatkan jalan yang nyaman dan aman, hal ini dapat dilihat dari kecepatan rata-rata kendaraan di jalan antara 40 -60 km/jam.

Lalu lintas jalan kurang begitu padat dikarenakan jumlah penduduk yang masih sedikit, hal ini seharusnya bisa menambah umur jalan, akan tetapi beban jalan menjadi berat akibat seringnya dilalui oleh kendaraan berat seperti truk dengan beban angkut kayu yang seringkali lepas dari pengamatan perencanaan jalan. Tingkat kerusakan jalan akibat over loading dan sistem penanganan yang belum memadai, berakibat pada hancurnya jalan sebelum umur teknis jalan tersebut tercapai.

4) Rendahnya luasan irigasi dalam kondisi baik

Luas irigasi di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan kondisi baik baru mencapai 27,67%.

5) Minimnya angkutan transportasi perhubungan darat

Pelayanan angkutan darat Kabupaten Kutai Kartanegara baru sebesar 0,53%. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah armada

(5)

agkutan darat yang ada, belum mampu memenuhi tingginya jumlah penumpang yang ada di wilayah ini. Jumlah angkutan darat di Kabupaten Kutai Kartanegara masih sangat minim hal ini disebabkan karena mayoritas lalu lintas didominasi oleh transportasi sungai.

6) Belum optimalnya pelayanan air bersih.

Rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 55,83%. Data tersebut diperoleh dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Anggaran 2012. Rumah tangga pengguna air bersihmenunjukkan bahwa penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegaraperlu semakin menyadari pentingnya air bersih bagi kesehatan.

7) Mutu air Sungai Mahakam sebagai salah satu sumber air bersih, dari waktu ke waktu menunjukkan keprihatinan.

c. Ekonomi

1) Kecenderungan meningkatnya ketimpangan pendapatan, yang ditandai dengan Indeks gini tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 0,30 dari tahun sebelumnya 0,28, dan angka 0,30 tersebut tetap bertahan sampai tahun 2012.

2) Kondisi ketimpangan pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara cukup lebar. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks Ketimpangan Wiliamson pada tahun 2010 sebesar 0,756, yang mendekati angka 1.

3) Belum optimalnya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan masih tertinggalnya IPM Kukar dibanding kabupaten/kota lain se-Kalimantan Timur. Tahun 2012 IPM sebesar 74,24 dan menempatkan Kutai Kartanegara pada posisi 10 se-Kalimantan Timur.

4) Penopang utama perekonomian Kutai Kartanegara masih bertumpu pada sektor primer pertambangan dan penggalian. 5) Angka partisipasi angkatan kerja tidak mengalami perubahan

yaitu sebesar 0,68%.

6) Peningkatan jumlah lapangan kerja tersedia, masih belum sebanding dengan penambahan jumlah masyarakat pencari kerja.

Seiring dengan perkembangan usia kerja maka angkatan kerja juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja tahun 2005 sebanyak 213.744 jiwa dengan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 187.885 jiwa, sedangkan pada tahun 2010 penduduk angkatan kerja

(6)

sebanyak 294.620 dan yang bekerja sebanyak 260.640 jiwa. Dari data penduduk yang bekerja dan angkatan kerja dapat dihitung rasio penduduk yang bekerja. Pada tahun 2005 penduduk yang bekerja sebesar 88%, kemudian pada tahun 2006 hingga tahun 2008 penduduk yang bekerja terus meningkat dengan jumlah penduduk yang bekerja tinggi yaitu 97%. Kemudian tahun 2009 hingga 2010 berturut-turut turun menjadi 89% dan 88%.

7) Belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam sebagai nilai tambah ekonomi dan upaya pelestarian sumber daya alam secara berkelanjutan (Sustainable Resource).

8) Belum optimalnya penggalian sejarah dan keragaman budaya dalam pengembangan kepariwisataan.

d. Pemerintahan Daerah

1) Belum optimalnya pelayanan publik yang berkualitas dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).

2) Penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel belum optimal, yang ditunjukkan dengan kondisi LAKIP dengan nilai CC pada tahun 2012.

4.2 Isu Strategis

Isu strategis pembangunan Kutai Kartanegara selain berasal dari permasalahan pembangunan daerah, juga merupakan hasil telaahan terhadap berbagai isu atau kebijakan internasional, nasional dan regional. Telaahan tersebut dimaksudkan agar isu strategis yang dihasilkan benar-benar menjadi pijakan yang kokoh dan mendasar bagi proses penterjemahan visi dan misi bupati kedalam tujuan dan sasaran pembangunan lima tahun. Adapun telahaan sebagaimana dimaksud, meliputi:

4.2.1 Millenium Development Goals (MDGs)

Konsep MDGs muncul dilatarbelakangi dari adanya pemikiran bahwa ada beberapa hal yang menjadikan masyarakat menjadi tetap rentan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, ditetapkan delapan tujuan beserta target-targetnya yang diharapkan mampu membantu masyarakat keluar dari persoalan-persoalan yang sangat mendasar. Delapan agenda dasar dari MDGs meliputi:

1. Menghilangkan kemiskinan dan kelaparan

2. Mencapai pendidikan dasar

(7)

3. Mempromosikan persamaan gender dan emansipasi wanita

4. Menurunkan angka kematian bayi 5. Memperbaiki kesehatan ibu hamil

6. Memberantas HIV/Aids, Malaria dan penyakit lain 7. Menjamin kelayakan lingkungan

8. Membangun perserikatan global untuk pembangunan (development)

Tujuan MDGs ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian tujuan MDGs, mengukur, dan menganalisa kemajuan seiring dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi kenyataan, sekaligus mengidentifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan. Dengan tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan pendapatan dibawah upah minimum regional antara tahun 1990 dan 2015, diketahui bahwa Indonesia berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.

Sebagai tindak lanjut dari komitmen Pemerintah untuk melaksanakan MDGs, maka seluruh provinsi, kabupaten/kota berkewajiban berkontribusi dalam memenuhi komitmen tersebut. Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai bagian dari NKRI ikut berpartisipasi aktif dalam mencapai target yang dicanangkan dalam MDGs. Dengan potensi sumber daya, baik manusia maupun finansial yang dimiliki oleh Kabupaten Kutai Kartanegara, terdapat optimisme bahwa pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara akan dapat memenuhi target MDGs.

4.2.2 Post-2015 Development Agenda

Agenda pembangunan Post–2015 merupakan kegiatan tindak lanjut dari MDGs yang oleh banyak kalangan layak diteruskan karena keberhasilan yang telah dicapainya. Hal penting yang menjadi fokus dari Post-2015 Development Agenda adalah penghapusan kemiskinan ekstrem dari bumi dengan target akhir pada tahun 2030. Hal tersebut disampaikan dan disepakati pada High Level Panel di Rio De Janeiro tahun 2012. Visi dan tanggung jawab dari Post-2015 adalah mengakhiri kemiskinan ekstrem dalam segala bentuknya dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan meletakkan dasar-dasar kesejahteraan yang berkesinambungan bagi semua.

Seperti yang disepakati oleh para pemimpin dunia, sasaran dan target baru perlu dilengkapi dengan informasi dasar sehubungan dengan HAM secara universal dan menyelesaikan kerja yang

(8)

telah dimulai oleh MDGs. Dalam hal ini yang terpenting adalah penghapusan kemiskinan ekstrem dari muka bumi ini menjelang 2030. Saat ini hal tersebut dapat dilakukan. Oleh karena itu, agenda pembangunan yang baru harus meneruskan semangat Deklarasi Milenium dan hal-hal terbaik dari MDGs, dengan fokus praktis pada isu-isu seperti kemiskinan, kelaparan, air, sanitasi, pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Para pemimpin dunia menyimpulkan bahwa agenda post-2015 merupakan agenda universal. Agenda ini perlu didorong oleh lima pergeseran transformasi besar, yaitu:

a) Tidak meninggalkan siapapun

b) Menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai inti c) Mentransformasikan ekonomi untuk lapangan kerja dan

pertumbuhan inklusif

d) Membangun perdamaian dan kelembagaan yang efektif, terbuka dan akuntabel

e) Membangun sebuah kemitraan global yang baru

4.2.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

Rancana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dibuat dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Sesuai dengan dokumen RPJPN 2005-2025, Visi pembangunan Indonesia jangka panjang adalah “Indonesia yang Maju, Mandiri, Adil dan Makmur”.

Dalam rangka kesinambungan pelaksanan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam tahapan pembangunan di RPJPD, maka RPJM Nasional 2010-2014 disusun dengan memperhatikan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya. Pelaksanaan RPJMN dijabarkan melalui visi, misi dan program presiden.

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMN ke-1, RPJMN ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010-2014 memiliki Visi “Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan”. Dari visi tersebut dijabarkan 3 (tiga) misi yang tercantum pada RPJMN. Tiga misi tersebut adalah melanjutkan

(9)

pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera, memperkuat pilar-pilar demokrasi, dan misi ketiga memperkuat dimensi keadilan di semua bidang. Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014, ditetapkan 5 (lima) agenda utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu:

Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi

Agenda IV : Penegakkan Hukum dan Pemberantasan Korupsi Agenda V : Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan

Visi dan Misi pemerintah 2010-2014, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas prioritas nasional di bawah ini bertujuan untuk menghadapi sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara dimasa mendatang. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 (sebelas) prioritas nasional ditambah dengan 3 (tiga) prioritas lainnya, yaitu:

1) Reformasi birokrasi dan tata kelola 2) Pendidikan

3) Kesehatan

4) Penanggulangan kemiskinan 5) Ketahanan pangan

6) Infrastruktur

7) Iklim investasi dan usaha 8) Energi

9) Lingkungan hidup dan bencana

10) Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik 11) Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi

12) Bidang politik, hukum dan keamanan 13) Bidang perekonomian

14) Bidang kesejahteraan rakyat

4.2.4 Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025

MP3EI dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan. Dengan adanya masterplan ini, diharapkan Indonesia mampu

(10)

mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan energi, serta pembangunan SDM dan Iptek. Percepatan pembangunan ini diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya.

Untuk mendapatkan manfaat yang konkrit serta dampak yang terukur, langkah-langkah percepatan dan perluasan ini dirumuskan secara terfokus. Untuk itu ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi sebagai pusat-pusat pertumbuhan yang diharapkan dapat mendorong perkembangan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Provinsi Kalimantan Timur ditetapkan sebagai koridor ekonomi ketiga Kalimantan dengan tema pembangunan sebagai “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan Lumbung Energi Nasional”.

Sehubungan dengan penetapan koridor dimaksud, maka Kutai Kartanegara sebagai salah satu kabupaten di Kalimantan Timur memiliki peran yang strategis untuk mewujudkan pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional.

4.2.5 Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EPPD)

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EPPD) diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) merupakan suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, dan kelengkapan aspek-aspek penyelenggaraan pemerintahan pada Daerah yang baru dibentuk.

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD)

dilakukan berdasarkan asas spesifik, obyektif,

berkesinambungan, terukur, dapat diperbandingkan dan dapat

dipertanggungjawabkan. Evaluasi Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (EPPD) meliputi EKPPD, EKPOD, dan EDOB. EKPPD atau Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dilakukan untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan kinerja berdasarkan prinsip tata kepemerintahan yang baik. EKPOD atau Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilakukan untuk menilai kemampuan daerah dalam mencapai tujuan otonomi daerah yang meliputi peningkatan kesejahteraan masyarakat, kualitas pelayanan umum, dan kemampuan daya

(11)

saing daerah. EDOB atau Evaluasi Daerah Otonom Baru dilakukan untuk memantau perkembangan kelengkapan aspek-aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah pada daerah yang baru dibentuk.

Data dan sumber informasi yang digunakan dalam pelaksanaan EPPD adalah dengan menggunakan LPPD, selain itu data yang dapat digunakan sebagai sumber informasi adalah kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, tingkat capaian SPM, penataan kelembagaan daerah, pengelolaan kepegawaian daerah, dan lain sebagainya.

Indikator kinerja kunci digunakan oleh Tim evaluasi EPPD untuk menilai aspek pada tataran pengambil kebijakan daerah dan menilai aspek pada tataran pelaksana kebijakan daerah untuk masing-masing urusan daerah. Dengan demikian indikator pada indikator kinerja kunci dapat menjadi referensi bagi pemerintah daerah untuk menetapkan aspek yang diprioritaskan penanganannya.

4.2.6 Standar Pelayanan Minimum (SPM)

Dalam melaksanakan pengaturan terhadap rumah tangganya sendiri, daerah harus mengikuti koridor kewenangan yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Hal ini semata-mata ditujukan untuk menjamin keharmonisan dalam keberjalanan fungsi pemerintahan melalui pembagian peran antara pemerintah pusat, propinsi maupun daerah. Salah satu konsekuensinya, pemerintah daerah harus memenuhi pasal 11 ayat (4) Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan urusan yang bersifat wajib berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah. Dalam rangka pelaksanaan pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut, pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dalam Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Sesuai dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), diamanatkan bahwa SPM yang telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi

(12)

Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Rencana pencapaian SPM dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Target tahunan pencapaian SPM dituangkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

Sampai dengan pertengahan Tahun 2013, telah diterbitkan 15 (lima belas) SPM oleh kementerian/lembaga, yaitu SPM: 1) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, 2) Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, 3) Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota, 4) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota, 5) Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota, 6) Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan, 7) Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera di Kab/Kota, 8) Bidang Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, 9) Bidang Pekerjaan Umum, 10) Bidang Ketenagakerjaan, 11) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, 12) Bidang Komunikasi dan Informasi, 13) Bidang Kesenian, 14) Bidang Penanaman Modal, dan 15) Bidang Perhubungan Daerah.

4.2.7 Kebijakan Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kalimantan Timur yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009–2013 merupakan salah satu dokumen yang harus diperhatikan dalam menyusun RPJMD kabupatn/kota yang ada di wilayah Kalimantan Timur.

Isu-isu strategis pembangunan jangka menengah Kalimantan Timur periode 2009-2013, yang menjadi salah satu input bagi perumusan visi, misi dan sasaran pembangunan Kalimantan Timur pada periode berkenaan, yaitu:

1) Kemandirian dan kedaulatan pangan; 2) pengentasan kemiskinan;

(13)

3) pengangguran;

4) keterbatasan akses permodalan; 5) reformasi birokrasi/pelayanan publik; 6) degradasi mutu lingkungan;

7) daya saing dan iklim investasi;

8) pendidikan dan pelayanan kesehatan; 9) infrastruktur; dan

10) pembangunan perbatasan, pedalaman dan daerah tertinggal.

Visi pembangunan Kalimantan Timur sebagaimana termuat dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013, yaitu:

“Mewujudkan Kalimantan Timur sebagai Pusat Agroindustri dan Energi Terkemuka Menuju Masyarakat

Adil dan Sejahtera”

Untuk mencapai apa yang diinginkan oleh visi, maka misi pembangunan jangka menengah Provinsi Kalimantan Timur, sebagai berikut.

1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa untuk mewujudkan Kaltim sebagai “Island of Integrity”;

2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta sistem demokrasi yang kondusif;

3. Mewujudkan kawasan perbatasan menjadi beranda depan Negara dan percepatan pembangunan di wilayah pedalaman dan terpencil;

4. Mewujudkan struktur ekonomi yang berdaya saing dan pro kerakyatan dengan konsep pembangunan berkelanjutan; 5. Mewujudkan pemenuhan infrastruktur dasar untuk

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan sejahtera;

6. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, terampil dan berakhlak mulia; dan

7. Mewujudkan perbaikan sistem subsidi, perlindungan sosial dan penanggulangan/pengentasan masyarakat miskin.

B. Kebijakan Provinsi Kalimantan Timur Lainnya

Beberapa kebijakan pembangunan Provinsi Kalimantan Timur yang berada dalam periode pembangunan 5 (lima) tahunan Kabupaten Kutai Kartanegara 2010-2015, yaitu:

1) Kaltim Green

Kaltim Green merupakan wujud dari upaya dalam menjaga lingkungan dan sekaligus merupakan bagian dari Heart of Borneo yang ditetapkan sebagai paru-paru dunia. Sejalan

(14)

dengan upaya untuk menghijaukan kembali Kalimantan Timur, upaya penurunan emisi gas, penurunan hot spot menjadi dibawah 500 titik api, maka Kalimantan Timur melaksanakan program dengan nama “Kaltim Green” (One man Five Trees) tahun 2010 – 2013.

Tujuan Kaltim Green adalah:

a.

Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kalimantan Timur secara menyeluruh dan seimbang, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan kualitas lingkungan hidupnya.

b.

Mengurangi ancaman bencana ekologi, seperti banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan di seluruh wilayah Kalimantan Timur.

c.

Mengurangi terjadinya pencemaran dan pengrusakan kualitas ekosistem darat, air dan udara di Kalimantan Timur

d.

Meningkatkan pengetahuan dan melembagakan

kesadaran di kalangan lembaga dan masyarakat Kalimantan Timur akan pentingnya pelestarian sumberdaya alam terbaharukan serta pemanfaatan secara bijak sumberdaya alam tidak terbaharukan.

2) Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) dan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca

Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation merupakan suatu mekanisme global yang bertujuan untuk memperlambat perubahan iklim dengan memberikan kompensasi kepada negara berkembang untuk melindungi hutannya. Indonesia maju untuk memperjuangkan REDD pada konvensi perubahan iklim di Bali tahun 2007, di mana ide tersebut telah berkembang dengan mengikutsertakan isu ‘degradasi hutan’. Berbagai usul penambahan isu tentang agroforestri dan pertanian juga muncul. REDD berkembang lebih jauh lagi -- tanda ‘plus’ di belakangnya menambahkan konservasi dan pengelolaan hutan secara lestari, pemulihan hutan dan penghutanan kembali, serta peningkatan cadangan karbon hutan.

Kalimantan Timur, sebagai provinsi yang memiliki sumber daya alam terbaruhi (renewable) dan tidak terbaruhi (non-renewable) yang melimpah dan visi kedepan sebagai kawasan pembangunan industri serta pusat energi sangat berkomitmen untuk berperan aktif dalam merespon isu-isu perubahan iklim. Hal ini ditujukkan melalui serangkaian

(15)

kegiatan peningkataan kapasitas aparatur, pembentukan kelompok kerja pengurangan emisi dan deforestasi dan degradasi hutan (Reduce Emision From Deforsestaion and Forest Degradation/REDD+) Provinsi Kaltim melalui SK Gubernur No. 522/K.215/2010 tangal 2010.

Sejalan dengan REDD+, disusun Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK). Terdapat 7 (tujuh) keluaran (outputs) utama penyusunan RAD-GRK Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010-2020, yaitu:

1. Teridentifikasi bidang/sektor dan kegiatan di Kalimantan Timur yang berpotensi sebagai sumber penghasil dan serapan emisi Gas Rumah Kaca;

2. Diketahuinya perkirakan tingkat emisi dan proyeksi emisi (BAU Baseline dan Proyeksi emisi) di Kalimantan Timur hingga tahun 2020;

3. Adanya rencana aksi mitigasi yang berpotensi dapat menurunkan emisi GRK di Kalimantan Timur dari bidang/sektor terpilih;

4. Dikatahuinya perkiraan biaya mitigasi dan biaya penurunan per Ton emisi Gas rumah kaca pada setiap rencana aksi yang diusulkan;

5. Adanya kerangka waktu pelaksanaan setiap aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca;

6. Ditetapkannya fasilitator dan lembaga pelaksana RAD GRK di Kalimantan Timur pada setiap aksi mitigasi yang dipilih; 7. Ditetapkannya mekanisme pengukuran, pelaporan dan

verifikasi (measurement, reporting and verification/MRV) pada setiap aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca.

4.2.8 Dokumen Rencana Daerah Lainnya

Secara geografis, Kabupaten Kutai Kartanegara berbatasan langsung dengan Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai Barat, Kota Samarinda dan Kota Bontang. Guna mewujudkan sinergi pembangunan antardaerah, maka dilakukan telaahan terhadap RPJMD kabupaten/kota tersebut. Telaahan RPJMD difokuskan kepada hal-hal yang bersifat lintas kewilayahan dan memerlukan koordinasi dengan daerah sekitar. Untuk itu aspek yang ditelaah, antara lain: perbatasan wilayah, kerjasama antardaerah, pendidikan, kesehatan, ketahan pangan dan infrastruktur wilayah.

(16)

Tabel 4.1

Identifikasi RPJMD Daerah Lain

No Daerah Lain Periode RPJMD Kebijakan Terkait

1 Kabupaten

Malinau 2011-2016 Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Malinau yang terkait, antara lain: Penataan ruang dengan fokus sinkronisasi perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Kertanegara;

 Penataan dan pengelolaan sumberdaya air dengan fokus penataan DAS dan perlindungan sumber daya air;

 Penanganan tenaga kerja kependudukan dan sosial dengan fokus pengendalian tambang tradisional.

 Penetapan batas wilayah dengan fokus penegasan dan penetapan tapal batas wilayah.

 Pengembangan pariwisata dengan fokus koordinasi dan pengembangan paket wisata terpadu.

 Pelaksanaan analisa dan evaluasi dalam penataan wilayah administrasi

 Pengembangan kerjasama dan kemitraan dengan pemeirntah kabupaten/kota lainnya.

 Pengembangan forum kerjasama antardaerah dalam perdagangan dan investasi.

 Penetapan rencana kerjasama investasi antardaerah

 Pengawasan dan pengendalian kerjasama investasi antardaerah.

 Pengembangan pendidikan dasar minimal 1 SD di setiap desa dan SMP di tingkat kecamatan.

 Pengembangan pendidikan menengah untuk SMA.

 Pengembangan fasilitas kesehatan Puskemas.

 Pengembangan fasilitas kesehatan RSUD.

 Perluasan jaringan distribusi dan pemasaran hasil tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan.

 Pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan.

 Pengembangan jaringan komunikasi antardaerah.

 Mengembangkan program-program penyelamatan hutan dan lingkungan secara terpadu lintas wilayah dan lintas sektor.

2 Kabupaten Kutai Timur

2011-2015 Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Kutai Timur yang terkait, antara lain:

 Meningkatkan koordinasi penyelesaian batas wilayah dengan daerah perbatasan

(17)

No Daerah Lain Periode RPJMD Kebijakan Terkait

 Pemerataan sarana dan prasarana pendidikan

 Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan rumah sakit serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dengan pembangunan RSU yang representatif, serta mengembangkan jaringan pelayanan kesehatan yang terintegrasi

 Meningkatkan akses pelayanan kesehatan secara berkualitas, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

 Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan

 Memantapkan kemandirian pangan berbasis kearifan lokal pada setiap wilayah kecamatan

 Mengembangkan dan memperkuat kemampuan pengelolaan cadangan pangan daerah

 Meningkatkan ketersediaan hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan daging dan telur di Kutai Timur dan sekitarnya

 Meningkatkan ketersediaan pelayanan, prasarana perdesaan untuk mendukung proses produksi, pengolahan dan pemasaran serta pelayanan sosial masyarakat, khususnya bagi wilayah yang terletak di pedalaman

 Membuka daerah terisolasi dan terbelakang terutama di wilayah pedalaman, terpencil dan tertinggal

 Meningkatkan sarana tangkap air dan cadangan sumber air baku 3 Kabupaten

Penajam Paser Utara

2008-2013 Arah kebijakan pembangunan Penajam Paser Utara yang terkait, antara lain:

 Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana kesehatan, kuantitas dan kualitas tenaga medis dan para medis dalam rangka meningkatkan keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan.

 Meningkatkan ketahanan pangan melalui swasembada tanaman pangan serta mengembangkan bahan pangan alternatif.

 Mengembangkan dan meningkatkan prasarana jalan dan jembatan yang menghubungkan antar wilayah strategis daerah melalui peningkatan kemitraan dan kerjasama pembangunan sarana infrastruktur dengan pihak swasta potensial.

4 Kota Balikpapan

2011-2016 Arah kebijakan pembangunan Kota Balikpapan yang terkait, antara lain:

 Meningkatkan akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan dasar.

 Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan.

 Meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat.

(18)

No Daerah Lain Periode RPJMD Kebijakan Terkait

 Pengembangan dan optimalisasi kerjasama dengan daerah pemasok kebutuhan pangan Kota Balikpapan.

 Peningkatan informasi Pasokan dan Akses Pangan.

 Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait di pusat, propinsi dan kabupaten/kota.

 Penyediaan prasarana pendukung transportasi. 5 Kabupaten

Kutai Barat 2011-2016 Mengingat arah kebijakan pembangunan Kabupaten Kutai Barat yang tidak global, maka telaahan inimenggunakan strategi pembangunan, antara lain:

 Koordinasi dan kerjasama antar daerah untuk wilayah perbatasan, dalam hal ini khususnya dengan Kab. Malinau dan daerah strategis lain dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.

 Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pendidikan dasar 9 tahun di seluruh kawasan kampung dan kecamatan secara bertahap dalam upaya pencapaian target SPM.

 Peningkatan daya tampung SMP/MTs/sederajat terutama di daerah terpencil dan terisolir.

 Pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana kesehatan

 Pembangunan fasilitas kesehatan di kawasan perbatasan maupun daerah tertingggal.

 Peningkatan jumlah rumah sakit dan puskesmas serta jaringannya, terutama pada daerah terpencil, perbatasan, dan daerah dengan aksesibilitas relatif rendah.

 Mengembangkan kebijakan dan peraturan daerah yang dapat memperlancar dan mengefisienkan distribusi pangan antar daerah/wilayah.

 Pembukaan akses jalan ke daerah tertinggal.

 Pengembangan sarana dan prasarana transportasi di wilayah terpencil, pedalaman dan perbatasan.

 Peningkatan dan pelestarian sumber-sumber air untuk menjaga kuantitas dan kualitas pasokan air.

 Peningkatan daya dukung dan fungsi DAS dalam rangka menjamin ketersediaan air. 6 Kota Samarinda 2011-2015 Kebijakan umum Kota Samarinda yang terkait, antara lain:

 Perbaikan dan perluasan fasilitas dan utilitas publik.

 Perbaikan manajemen pengelolaan kota mengarah pada principle agent model.

 Pemerataraan pendidikan dan kesehatan gratis, serta meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga kesehatan.

(19)

No Daerah Lain Periode RPJMD Kebijakan Terkait

 Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan.

 Meningkatkan perlindungan dan pelayanan kesehatan melalui upaya promotif, preventif, curatif, rehabilitatif dan pengembangan regulasi bidang kesehatan.

 Pembangunan Jalan dan Jembatan.

 Peningkatan Jalan dan Jembatan.

 Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana perhubungan.

 Penurapan sungai.

 Ketersediaan dan cadangan pangan.

 Distribusi dan akses pangan.

(20)

4.2.9 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kutai Kartanegara

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. RPJPD Kabupaten Kutai Kartanegara 2005-2025 ditetapkan dengan Peraturan Daerah nomor 17 tahun 20106 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005 – 2025.

Visi Pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2005-2025 adalah:

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA YANG MAJU, MANDIRI, DAN

SEJAHTERA ”

Makna dari visi tersebut, yaitu:

“Maju” adalah suatu proses yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara untuk menuju perubahan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan tujuan yang dikehendaki bersama. Kemajuan yang diharapkan meliputi kemajuan dibidang ekonomi dan sosial budaya melalui pemberdayaan sumber daya pembangunan yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan lestari. Kemajuan dibidang ekonomi antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pendapatan regional, dan meningkatnya distribusi pendapatan. Kemajuan dibidang sosial budaya ditunjukkan dengan semakin membaiknya indikator kependudukan, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kualitas sumber daya manusia, dan meningkatnya partisipasi politik masyarakat. Pola pemanfaatan sumber kekuatan daerah yang dilakukan harus mempertimbangkan keberlanjutan bagi generasi yang akan datang, sehingga proses pembangunan akan tetap lestari sampai akhir jaman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(21)

sumber daya yang ada, serta mampu menyediakan yang belum ada untuk dirinya dan daerahnya. Masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan mereka sendiri serta dapat saling mengisi di dalam memperbaiki taraf hidup mereka pada tataran pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Aspek penting yang dapat diukur adalah kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar di seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya tanpa harus tergantung pada pihak luar. Pada tataran masyarakat, yang dimaksudkan dengan masyarakat mandiri adalah masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan layak. Pada tataran pemerintah daerah, mandiri adalah mampu membiayai pembangunan daerah dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan daerahnya tanpa harus tergantung pada pihak luar.

“Sejahtera” adalah mewujudkan suatu keadaan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara yang maju dan tercukupi kebutuhan lahiriah dan batiniah. Ditandai dengan semakin meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, dengan menjamin terpenuhinya kebutuhan ekonomi, sosial, dan religius bagi seluruh warga masyarakat. Aspek penting yang harus mendapat perhatian adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan meningkatnya distribusi pendapatan. Dalam pembangunan kewilayahan harus diperhatikan pemerataan hasil-hasil pembangunan di seluruh wilayah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan semakin baiknya distribusi pendapatan diharapkan akan mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Untuk mewujudkan visi Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut ditempuh melalui 3 (tiga) misi pembangunan sebagai berikut:

1. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara yang maju.

2. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara yang mandiri.

3. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara yang sejahtera.

(22)

yaitu: peningkatan sumber daya manusia, peningkatan pertanian dan perkebunan dalam artian luas, dan pengembangan kepariwisataan.

Pada dokumen RPJPD, sasaran pembangunan pada RJMD ke-2 adalah:

1) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, beradab, demokratis, dan berbudaya tinggi;

2) Meningkatnya produksi dan kualitas produk hasil pertanian; dan

3) Meningkatnya jumlah dan lama tinggal wisatawan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kebijakan yang ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan yaitu: 1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia, 2) Pengembangan pertanian dan perkebunan dalam artian luas, dan 3) Peningkatan kepariwisataan. Beberapa strategi yang ditempuh antara lain: 1) Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan mental spiritual, 2) Melakukan revitalisasi pertanian, 3) Pengembangan potensi dan promosi wisata.

4.2.10 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Kartanegara

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Kartanegara ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013–2033. Dokumen RTRW tersebut memiliki peran penting dalam penyusunan RPJMD. Penyusunan RPJMD Kutai Kartanegara memperhatikan RTRW, dengan pokok-pokok telaahan sebagai berikut:

1) Telaah rencana struktur ruang

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Telaahan yang dilakukan terhadap rencana sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, meliputi:

1. Rencana sistem prasarana utama, terdiri atas:

(23)

b. rencana jaringan perkeretaapian;

c. rencana jaringan transportasi laut;dan

d. rencana jaringan transportasi udara

2. rencana pengembangan prasarana lainnya, meliputi :

a. rencana jaringan energi;

b. rencana jaringan telekomunikasi;

c. rencana jaringan sumber daya air; dan

d. rencana jaringan prasarana lingkungan. 2) Telaah rencana pola ruang

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Berikut ini disajikan rencana pola ruang Kabupaten Kutai Kartanegara yang memuat pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan budidaya.

Tabel 4.2

Rencana Pola Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara

No Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) Rasio %

A. Kawasan Lindung

1 Hutan Lindung 218.664 8.02%

2 Cagar Alam 30.583 1.12%

3 Taman Nasional 39.187 1.44%

4 Taman Hutan Raya 53.909 1.98%

5 Kawasan Lindung Daerah Gambut 37.387 1.37%

6 Sempadan Danau 3.022 0.11%

7 Sempadan Pantai 10.718 0.39%

8 Sempadan Sungai 16.915 0.62%

Total Kawasan Lindung 410.386 15.05%

B Kawasan Budidaya

1 Kawasan Budidaya Kehutanan(KBK): Hutan Produksi Tetap (HP) (termasuk

kws hutan bakau/fungsi lindung) 694.272 25.47% Hutan Produksi Terbatas (HPT) 570.945 20.94% Hutan Produksi yang dapat

Dikonversi 56.155 2.06%

Total KBK 1.321.372 48.47%

2 KawasanKehutanan (KBNK)Budidaya Non

Pertanian Lahan Basah 136.806 5.02%

Pertanian Lahan Kering 267.386 9.81%

Perkebunan 335.155 12.29%

Pertambangan 113.534 4.16%

Permukiman Desa 24.880 0.91%

(24)

No Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) Rasio %

Kawasan Industri 3.480 0.13%

Kawasan Wisata 38 0.00%

Kawasan Transmigrasi 42.553 1.56%

Kawasan Perikanan Budidaya 16.866 0.62%

TOTAL KBNK 946.603 34.72%

Total Kawasan Budidaya 2.267.975 83.19% C Kawasan Alami

1 Badan Air 47.950 1.76%

Total (Kawasan Lindung + Kawasan Budidaya + Kawasan

Alami) 2.726.311 100,00%

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012-2032 Keterangan:

 Luas kawasan lindung (Hutan Lindung, Cagar Alam, Taman Nasional dan Taman Hutan Raya) merupakan luas hasil rekom Timdu Prov Kaltim

 Luas Kawasan Perkebunan merupakan hasil dari luas lahan perkebunan yang sudah memiliki Izin Usaha Perkebunan/IUP (keseluruhan) dikurangi Hak Guna Usaha/HGU

 Luas Kawasan Pertambangan merupakan kawasan yang sudah memiliki Izin Operasi Produksi dan PKP2B

3) Telaah indikasi program pemanfaatan ruang

Program pemanfaatan ruang adalah program yang disusun dalam rangka mewujudkan rencana tata ruang yang bersifat indikatif, melalui sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan baik di pusat maupun di daerah secara terpadu.

Indikasi program pemanfaatan ruang Kabupaten Kutai Kartanegara diarahkan untuk menterjemahkan rencana struktur dan pola ruang tahun 2012 sampai dengan 2032. Berdasarkan indikasi program yang ada di RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara periode 5 (lima) tahun pertama (2012-2017), diketahui bahwa seluruh pembangunan program pemnafaatan ruang sudah mulai dilaksanakan sejak periode pertama. Untuk itu, perlu adanya sinkronisasi program pembangunan antara indikasi program pemanfaatan ruang dalam RTRW dengan indikasi program prioritas pembangunan dalam RPJMD.

4.2.11 Isu Strategis Pembangunan Lima Tahun Kabupaten Kutai Kartanegara

Berdasarkan hasil telaahan dan analisis dari permasalahan pembangunan dan isu/kebijakan internasional, nasional dan regional, maka isu-isu strategis Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai berikut: 1) Pengembangan Sistem Kelembagaan yang Mendukung

(25)

Tujuan pembangunan dapat tercapai apabila didukung oleh sistem kelembagaan yang memadai. Sistem kelembagaan terdiri atas 3 unsur, yaitu peraturan, aktor dan sumber daya. Pada unsur pertama, keberadaan peraturan dan kebijakan yang pro terhadap penciptaan masyarakat yang sejahtera merupakan hal yang tidak dapat ditawar. Pada unsur kedua, pemerintah daerah sebagai aktor pembangunan diharapkan mampu melaksanakan peran yang diembannya dan melakukan koordinasi antar lembaga dengan baik. Pemerintah daerah perlu memiliki kecakapan intelektual serta dukungan pendanaan yang memadai agar dapat menjalan program-program yang telah direncanakan.

Dari hasil analisis diketahui bahwa kondisi saat ini masih cukup jauh untuk mewujudkan visi yang diharapkan. Sebagai contoh, penilaian terhadap LAKIP tahun 2012-dokumen yang melaporkan kinerja pemerintah-masih dinilai CC oleh Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan pembangunan Kutai Kartanegara sebagai penjabaran dari visi, misi, dan sasaran instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kebijakan dan program yang ditetapkan, belum sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan secara baik.

2) Pembangunan yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

(26)

Untuk mendukung pencapaian pembangunan yang berorientasi pada pembentukan sumber daya manusia, pemerintah belum melakukan upaya-upaya yang tepat secara optimal. Keberpihakan pemerintah terhadap rakyat miskin dinilai masih kurang. Ada pencapaian yang mendukung pembangunan berorientasi pada pembangunan sumber daya manusia, namun masih ada pula capaian yang kurang baik.

Keberhasilan pemerintah daerah dalam membangun sumber daya manusia tampak dari data angka melek huruf pada tahun 2009 sebesar 95,64%, angka partisipasi kasar tahun 2009 pada jenjang pendidikan SD sebesar 119,94%, SLTP sebesar 81,57% dan SLTA 83,02%. Bidang kesehatan juga memberi kontribusi terhadap pembentukan sumber daya manusia seperti cakupan balita gizi buruk pada tahun 2009 yang mendapat perawatan mencapai 100. Persentase penduduk diatas garis kemiskinan sebesar 91,27% yang artinya 8,73% penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara masih dalam posisi miskin.

Dibalik pencapaian positif tersebut, masih terdapat kondisi yang merisaukan. Dari 8,73% penduduk miskin di Kutai Kartanegara yang mendapat pelayanan kesehatan dasar hanya sebesar 5,97%. Hendaknya pelayanan dasar untuk masyarakat miskin juga menjadi perhatian pemerintah agar kedepannya justru masyarakat miskin membantu dalam pembangunan dan pencapaian visi bukan menjadi beban pembangunan pemerintah daerah.

3) Penciptaan Iklim Investasi yang Kondusif Bagi Seluruh Pelaku Usaha

Iklim investasi yang kondusif bagi seluruh pelaku usaha perlu diciptakan dalam rangka mengundang para investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Kutai Kartanegara serta mendukung para pelaku usaha baru yang akan memulai usahanya. Pemerintah akan berusaha keras untuk menumbuhkan sentra perekonomian dan pengembangan usaha rakyat dengan tetap menjaga iklim investasi dalam kerangka penciptaan lapangan kerja. Salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan perhatian sama besar bagi semua kalangan usaha.

(27)

Usaha Kecil dan Mikro meskipun bukan termasuk sektor formal, namun memiliki ketahanan terhadap krisis global yang terjadi akhir-akhir ini. Pemerintah perlu mendukung UKM untuk menjaga dan meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan penduduk. Dukungan yang dilakukan oleh pemerintah tentunya dalam koridor hukum yang berlaku, seperti dukungan kebijakan perbankkan yang mempermudah kredit pinjaman kepada pelaku usaha kecil dan mikro.

4) Penurunan Angka Pengangguran

Angka pengangguran terbuka pada tahun 2011 menunjukkan angka sebesar 7,68%. Persentase pengangguran yang cukup besar ini adalah tantangan bagi pemerintah daerah yang memiliki segala macam sumber daya alam yang semestinya dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Diperoleh informasi bahwa eksploitasi sumber daya alam lebih banyak dilakukan bukan oleh penduduk lokal, sehingga belum dapat 3 Kartanegara memiliki potensi sumber daya yang melimpah. Dari sumber daya yang dimiliki baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan finansial Kabupaten Kutai Kartanegara dapat mengoptimalkan penggunaannya agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sumber daya alam yang melimpah antara lain batu bara, tanaman hortikultura dan panorama alam. Dengan eksploitasi yang tidak berlebihan dan tepat, sumber daya ini seharusnya dapat mensejahterakan penduduk Kutai Kartanegara, secara langsung ataupun tidak langsung.

Dampak yang dapat dirasakan secara langsung dari adanya pemanfaatan sumber daya alam adalah terbuka luasnya lapangan pekerjaan. Dampak tidak langsung dari eksplotasi sumber daya alam di Kutai Kartanegara adalah dengan retribusi dan pajak yang kemudian oleh pemerintah daerah dana pajak dimanfaatkan untuk pembangunan prasarana atau sarana Kabupaten. Pengelolaan sumber daya yang tepat di Kabupaten Kutai Kartanegara akan menjadikan kabupaten ini terdepan dan tumpuan nasional.

(28)

5) Penyediaan Infrastruktur Transportasi dan Fasilitas Dasar Prasarana transportasi dan fasilitas dasar merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Fasilitas dasar tersebut menjadi hak setiap warga negara yang wajib dipenuhi oleh pemerintah. Komitmen pimpinan kota akan mendorong aparat pemerintah dan pihak berkepentingan lainnya untuk mau bekerjasama menyusun strategi penyediaan kebutuhan dasar. Strategi penyediaan kebutuhan dasar merupakan bukti bahwa pemerintah kota telah memikirkan dan merencanakan seluruh aspek pengembangan layanan fasilitas dasar secara komprehensif. Penyediaan infrastruktur transportasi darat penting kaitannya dalam mewujudkan Kutai Kartanegara yang sejahtera. Manfaat dari ketersediaan infrastruktur jalan yang baik adalah sebagai akses dan sarana distribusi. Infrastruktur jalan sebagai akses bertujuan untuk membuka daerah-daerah yang masih terisolasi dan memudahkan dalam mengakses pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan berbagai informasi lain. Adanya akses menuju daerah yang terisolasi akan menarik penduduk untuk lebih maju dan mengurangi ketimpangan yang terjadi. Infrastruktur transportasi darat yang baik akan memobilisasi baik orang dan barang secara cepat dan lancar serta dalam volume besar. Keberadaan infrastruktur transportasi akan meningkatkan transaksi dan perputaran ekonomi sehingga dapat menciptakan kesejahteraan di Kutai Kartanegara.

Kondisi yang ada saat ini mengenai jaminan penyediaan infrastruktur belum menunjukkan kondisi yang dapat mendukung terwujudnya visi. Sebagai contoh, proporsi panjang jalan dalam kondisi baik tahun 2009 sebesar 18% dari total panjang jalan di Kabupaten Kutai Kartanegara sepanjang 1.564,38 Km, sedangkan jalan yang menghubungkan jalan dengan ibukota kecamatan ke permukiman penduduk yang dapat dilalui roda 4 pada tahun 2009 sepanjang 983,34 km. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik meningkat sebanyak 48% atau 159.757 rumah tangga pada tahun 2009.

(29)

perlu dijaga, yaitu karena fungsinya sebagai paru-paru dunia, sebagai ekosistem bagi berbagai macam flora dan fauna serta sebagai penahan laju emisi gas rumah kaca.

Indonesia sebagai negara tropis memiliki hutan yang luas dan memiliki manfaat sebagai paru-paru dunia, Hutan Kutai Kartanegara menyumbang oksigen cukup besar kepada dunia, memberikan kesehatan pada banyak orang yang menghirupnya. Hutan Kutai Kartanegara memiliki keanekaragaman hayati yang cukup unik. Hutan Kutai Kartanegara merupakan tempat tinggal bagi pesut mahakam, bekantan dan kedang rantau (hewan berjenis kera yang berhidung panjang), serta anggrek hitam. Manfaat lain dari hutan adalah sebagai penyerap karbon yang merupakan salah satu zat pembentuk efek rumah kaca. Penyerapan karbon oleh Hutan Kutai Kartanegara berkontribusi memperlambat pemanasan global dan mengurangi dampak perubahan iklim. Lebih jauh lagi, dengan kejelian pemerintah, potensi penyerapan karbon ini dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi daerah melalui mekanisme carbon trading.

Analisis mengenai pengelolaan lingkungan saat ini dinilai mampu mendukung tercapainya misi pembangunan daerah. Data yang menunjukkan langkah untuk mewujudkan misi sudah tepat seperti cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL yang mencapai 100%. Selain itu penegakan hukum lingkungan juga mencapai nilai sempurna yaitu 100%. Adapun persentase penanganan sampah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 91,67% pada tahun 2009.

7) Penguatan Peran Perempuan Sebagai Pelaku Pembangunan Perempuan dan laki-laki keduanya memiliki karakteristik dan ciri-ciri tersendiri. Karakteristik dari perempuan adalah detail, teliti, cekatan, mampu bekerja multi tasking dan perasa. Karakteristik perempuan yang telah disebutkan seharusnya menjadikan perempuan memiliki tempat tersendiri dalam kegiatan sosial kemasyarakatan maupun kegiatan ekonomi. Keberadaan perempuan dalam sebuah kelompok dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil pekerjaan kelompok tersebut. Di sisi lain, perempuan memiliki sifat yang alamiah sebagai makhluk yang lemah dan rentan terhadap kekerasan sehingga perlu mendapat perlindungan.

(30)

Gambar

Tabel 4.1Identifikasi RPJMD Daerah Lain
Tabel 4.2Rencana Pola Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara

Referensi

Dokumen terkait

algoritma C4.5 Uji coba bertujuan membandingkan performa algoritma C4.5 dengan algoritma AHP- TOPSIS sebagai sistem pendukung keputusan proses seleksi penerima

Coba kamu gambarkan formasi mereka dalam bidang koordinat kartesius dengan posisi guru olah raga tersebut adalah titik pusat P(1, 3). Buatlah garis berarah di empat penjuru

Maksud dari pencocokan profil (profil matching) adalah sebuah mekanisme pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variable predictor yang ideal yang

Hasil penelitian minyak atsiri kulit batang kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) dapat diformulasikan dalam sediaan deodoran roll ons yang baik secara fisik dilihat dari uji

Saya menyatakan di mana saya menyediakan informasi mengenai orang lain, bahwa saya akan, dalam 30 hari kalender sejak menandatangani formulirini, akan memberitahukan orang yang

Hal ini dilihat dari meskipun tingkat kebutuhan wanita karir akan adanya ruang laktasi dan tingkat pengetahuan pemimpin BUMN atau orang yang ditunjuk mengenai PP RI

Seperti Menjaga pola makan yang sangat sulit untuk mendapatkan proporsi tubuh ideal sesuai permintaan klien, menghadapi klien 'nakal' yang ternyata bukan memberi pekerjaan tapi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit, kondisi keuangan, Opini audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap opini audit going