• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN NON PROLIFERASI SENJATA NUKLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERJANJIAN NON PROLIFERASI SENJATA NUKLI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN NON-PROLIFERASI

SENJATA NUKLIR

Ditujukan guna untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Isu- Isu Global

Kelompok 6:

Amilia Komara 112030038 Ekki Siswanto 112030046 Baharudin Yusuf.R 112030052 Stella Anggraini 112030053 Nurhani Tuahena 112030116

Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

(2)

Bandung

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah swt atas berkat dan rahmat yang diberikan kepada kami, kami dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Kami menyadari bahwa banyak sekali pihak yang telah memberikan dorongan seta bimbingan kepada penulis, hingga selelsainya penulisan tugas ini. Oleh karena itu, penuluis ucapkan terimakasih, terutama kepada :

1. Dra. Hj. Rini Afriantari, M.Si. sebagai Dosen Isyu-Isyu Global 2. Teman-teman Prodi Hubungan Internasional

3. Dan semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, tenaga dan lainnya dalam tugas ini. Terutama kepada yang telah memberikan dorongan moral kepada kami

Disadari sepenuhnya oleh kami bahwa masih banyak kekurangan dari tugas ini, untuk itu penulis memohon agar memaklumi kesalahan yang ada.

(3)

Kelompok 6,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejarah mencatat bahwa manusia tidak pernah berhenti untuk terlibat konflik dan perang. Sesuatu yang harus menjadi perhatian pihak yang akan berperang adalah kekuatannya, yang dapat dilihat dari kekuatan militernya baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal inilah yang dianggap sebagai alasan utama mengapa suatu kelompok atau negara melakukan proliferasi senjata, karena kompetisi untuk kekuatan dan pengaruh dalam hubungan internasional.

Dulu, senjata yang digunakan dalam perang adalah senjata konvensional seperti artileri berat, misil, tank, pesawat, kapal, kendaraan bersenjata, dan sebagainya.

Sekarang, dalam kondisi globalisasi dengan kemajuan berbagai bidang tadi, mendorong adanya kemajuan pesat dalam perkembangan teknologi persenjataan. Senjata yang digunakan berkembang menjadi senjata nonkonvensional yang mengakibatkan dampak yang lebih mengancam daripada senjata konvensional (Weapon of Mass

Destruction/WMD) seperti senjata nuklir, senjata kimia (berupa gas, cairan, aerosol, dll), dan senjata biologis (berupa mikroorganisme atau racun yang menimbulkan penyakit berakibat fatal). Namun pemanfaatan tenaga nuklir tidak hanya saja menjadi senjata di dunia melainkan dapat menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa rumusan masalah dalam kaitannya dengan Nuklir, yaitu sebagai berikut:

(4)

3. Apa saja tujuan dari pembuatan Nuklir? 4. Apa itu perjanjian Nonproliferasi Nuklir?

5. Anggota negara mana sajakah yang tergabung dalam perjanjian Non proliferasi Nuklir?

6. Apa Dampak dari penggunaan Nuklir?

C. Tujuan penulisan

1. Agar pembaca mengetahui apa itu nuklir dan dampaknya

2. Mengetahui penggunaan dari suatu energi nuklir

3. mengenal negara-negara yang menjadi anggota Nonproliferasi Nuklir dan isi perjanjiannya

D. Manfaat

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nuklir dan Kandungan Nuklir

Energi Nuklir merupakan energi hasil dari sebuah proses kimia yang dikenal dengan reaksi fisi dan reaksi fusi pada sebuah inti atom. Sudah berpuluh tahun manusia memanfaat potensi energi yang dihasilkan dari reaksi fisi (pembelahan) inti uranium dan plutonium. Uranium-235 merupakan satu-satunya isotop unsur kimia alami yang bersifat fisil (yakni dapat mempertahankan reaksi berantai pada fusi nuklir), sedangkan uranium-238 dapat dijadikan fisil menggunakan neutron cepat. Selain itu, uranium-uranium-238 juga dapat ditransmutasikan menjadi plutonium-239 yang bersifat fisil dalam reaktor nuklir. Rata-Rata kandungan nuklir.

a Fisi nuklir: fisi nuklir adalah reaksi nuklir saat nukleus atom terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (nuklei yang lebih ringan), yang seringkali menghasilkan foton dan neutron bebas (dalam bentuk sinar gamma), dan melepaskan

energi yang sangat besar

b Fusi nuklir: fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses saat

dua inti atom bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi.

Fusi nuklir adalah sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar, dan Bom Hidrogen meledak. Senjata nuklir adalah senjata yang menggunakan prinsip reaksi fisi nuklir dan fusi nuklir

(6)

Uranium ditemukan pada tahun 1789 oleh Martin Klaproth, seorang ahli kimia Jerman, dan dinamai planet Uranus. Rencana untuk membuat bom uranium oleh negara-negara Sekutu dimulai sejak tahun 1939 ketika Albert Einstein menulis surat kepada Presiden AS Franklin D. Roosevelt dan menyampaikan teorii bahwa reaksi rantai nuklir yang tidak terkontrol memiliki potensi besar untuk dijadikan senjata pembunuh massal. Pada 1940, pemerintah AS menyetujui dana sebesar 6.000 dolar untuk membiayai pembuatan bom atom itu. Proyek yang disebut sebagai proyek Manhattan itu akhirnya mencapai hasil lima tahun kemudian dengen dana yang membengkak hingga dua juta dolar. Amerika Serikat merupakan satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklear semasa perang, bekerjasama dengan Britania Raya dan menggunakan dua bom atom yaitu Fat Man dan Little Boy ke kota Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.

Penggunaan energi nuklir sebagai membangkitkan listrik dimulai pada awal abad ke-20, ketika elemen-elemen radioaktif seperti radium, dapat menghasilkan energi yang sangat besar, sesuai dengan prinsip E=mc². Penggunaan energi nuklir saat itu masih sulit untuk dilakukan karena elemen radiokatifnya mempunyai paruh waktu yang pendek. Situasi ini mulai agak berubah pada tahun 1930-an dengan adanya penemuan fisi nuklir.

C. Tujuan Pembuatan Nuklir

a. Nuklir sebagai Senjata

(7)

menuju senjata nuklir, karena jika nuklir tidak dimanajemen dengan baik, masa depannya akan menjadi sangat berbahaya.

Tipe pertama menghasilkan energi ledakannya hanya dari proses reaksi fisi. Senjata tipe ini secara umum dinamai bom atom (atomic bomb, A-bombs). Energinya hanya diproduksi dari inti atom. Jumlah energi yang dilepaskan oleh pembelahan bom dapat berkisar dari sekitar satu ton TNT ke sekitar 500.000 ton (500 kilotons) dari TNT.

Tipe kedua memproduksi sebagian besar energinya melalui reaksi fusi nuklir. Senjata jenis ini disebut senjata termonuklir atau bom hidrogen (disingkat sebagai bom-H), karena tipe ini didasari proses fusi nuklir yang menggabungkan isotop-isotop

hidrogen (deuterium dan tritium Tidak seperti tipe senjata fisi, senjata fusi tidak memiliki batasan besarnya energy yang dapat dihasilkan dari sebuah sejata termonuklir. senjata termonuklir bisa mencapai "yield" tak terbatas. Senjata terbesar yang pernah diledakan (the Tsar Bomba dari USSR) merilis energi setara lebih dari 50 juta ton (50 megaton) TNT. Hampir semua senjata termonuklir adalah lebih kecil dibandingkan senjata tersebut, terutama karena kendala praktis seperti perlunya ukuran sekecil ruang dan batasan berat yang bisa di dapatkan pada ujung kepala roket dan misil.

b. Nuklir Sebagai pembangkit Energi

Pada masa kini, Nuklir di gunakan sebagai energi. Sampai tahun 2005, pembangkit listrik nuklir menyediakan 6.3% dari jumlah energi dunia, dan 15% dari listrik terpasang dunia. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Jepang

(8)

Penggunaan energi nuklir belakangan ini sedikit menurun sejak tahun 2007, turun 1.8% pada tahun 2009 menjadi 2558 TWh dengan menyumbang 13–14% kebutuhan listrik dunia.Salah satu faktor penyebabnya adalah karena penutupan reaktor besar di Jepang di Pembangkit listrik nuklir Kashiwazaki-Kariwa karena adanya Gempa

Chūetsu 2007.

D. Perjanjian Nonproliferasi Nuklir

Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (bahasa Inggris: Nuclear Non-Proliferation Treaty) adalah suatu perjanjian yang ditandatangi pada 1 Juli1968 yang membatasi kepemilikan

senjata nuklir. Sebagian besar negara berdaulat (187) mengikuti perjanjian ini, walaupun

dua di antara tujuh negara yang memiliki senjata nuklir dan satu negara yang mungkin memiliki senjata nuklir belumlah meratifikasi perjanjian ini. Perjanjian ini diusulkan oleh

Irlandia dan pertama kali ditandatangani oleh Finlandia. Pada tanggal 11 Mei1995, di

New York, lebih dari 170 negara sepakat untuk melanjutkan perjanjian ini tanpa batas

waktu dan tanpa syarat.

Perjanjian ini memiliki tiga pokok utama, yaitu nonproliferasi, perlucutan, dan hak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai.

E. Keanggotaan

 Perjanjian ini diusulkan oleh Irlandia dan pertama kali ditandatangani oleh Finlandia.

 Pertama kali terbuka untuk penandatanganan pada 1 Juli 1968 di New York.

 Mulai berlaku sejak 5 Maret1970 setelah diratifikasi oleh Inggris, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan 40 negara lainnya.

 Pada tanggal 11 Mei 1995, di New York, lebih dari 170 negara sepakat untuk melanjutkan perjanjian ini tanpa batas waktu dan tanpa syarat.

(9)

1. Afganistan

140. Saint Kitts dan Nevis 141. Saint Lucia

142. Saint Vincent dan the Grenadines

143. Samoa

144. San Marino

(10)

39.Djibouti

Negara-negara yang sampai saat ini masih terikat dengan perjanjian ini ialah:

Korea Utara merupakan anggota NPT dari 12 Desember 1985 sampai 10 April 2003.

F. Isi Perjanjian

(11)

1. Pokok Pertama: Non-Proliferasi

Terdapat 5 negara yang diperbolehkan oleh NPT untuk memiliki senjata nuklir:

 Perancis (masuk tahun 1992)

 Republik Rakyat Cina (1992)

 Uni Soviet (1968, kewajiban dan haknya diteruskan oleh Rusia)

 Britania Raya (1968)

 Amerika Serikat (1968)

Hanya lima negara ini yang memiliki senjata nuklir saat perjanjian ini mulai dibuka, dan juga termasuk lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Lima negara pemilik senjata nuklir (Nuclear Weapon States / NWS) ini setuju untuk tidak mentransfer teknologi senjata nuklir maupun hulu ledak nuklir ke negara lain, dan negara-negara non-NWS setuju untuk tidak meneliti atau mengembangkan senjata nuklir.

Kelima negara NWS telah menyetujui untuk tidak menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara non-NWS, kecuali untuk merespon serangan nuklir atau serangan

konvensional yang bersekutu dengan negara NWS. Namun, persetujuan ini belum secara formal dimasukkan dalam perjanjian, dan kepastian-kepastian mengenainya berubah-ubah sepanjang waktu. Amerika Serikat telah mengindikasikan bahwa mereka akan dapat menggunakan senjata nuklir untuk membalas penyerangan non-konvensional yang dilakukan oleh negara-negara yang mereka anggap “berbahaya”. Mantan Menteri Pertahanan Inggris, Geoff Hoon, juga telah menyatakan secara eksplisit mengenai kemungkinan digunakannya senjata nuklir untuk membalas serangan seperti itu. Pada Januari 2006, Presiden Perancis, Jacques Chirac menerangkan bahwa sebuah serangan teroris ke Perancis, jika didalangi oleh sebuah negara, akan memicu pembalasan nuklir (dalam skala kecil) yang diarahkan ke pusat kekuatan “negara-negara berbahaya” tersebut.

(12)

Pasal VI dan Pembukaan perjanjian menerangkan bahwa negara-negara NWS berusaha mencapai rencana untuk mengurangi dan membekukan simpanan mereka. Pasal VI juga menyatakan “…Perjanjian dalam perlucutan umum dan lengkap di bawah kendali

internasional yang tegas dan efektif.” Dalam Pasal I, negara-negara pemilik senjata nuklir (NWS) menyatakan untuk tidak “membujuk negara non-Nuklir manapun untuk…

mendapatkan senjata nuklir.” Doktrin serangan pre-emptive dan bentuk ancaman lainnya bisa dianggap sebagai bujukan / godaan oleh negara-negara non-NWS. Pasal X menyatakan bahwa negara manapun dapat mundur dari perjanjian jika mereka merasakan adanya “hal-hal aneh”, contohnya ancaman, yang memaksa mereka keluar.

3. Pokok Ketiga : Hak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai.

Karena sangat sedikit dari negara-negara NWS dan negara-negara pengguna energi nuklir yang mau benar-benar membuang kepemilikan bahan bakar nuklir, pokok ketiga dari perjanjian ini memberikan negara-negara lainnya kemungkinan untuk melakukan hal yang sama, namun dalam kondisi-kondisi tertentu yang membuatnya tidak mungkin mengembangkan senjata nuklir.

Bagi beberapa negara, pokok ketiga perjanjian ini, yang memperbolehkan penambangan uranium dengan alasan bahan bakar, merupakan sebuah keuntungan. Namun perjanjian ini juga memberikan hak pada setiap negara untuk menggunakan tenaga nuklir untuk kepentingan damai, dan karena populernya pembangkit tenaga nuklir yang

menggunakan bahan bakar uranium, maka perjanjian ini juga menyatakan bahwa pengembangan uranium maupun perdagangannya di pasar internasional diperbolehkan. Pengembangan uranium secara damai dapat dianggap sebagai awal pengembangan hulu ledak nuklir, dan ini dapat dilakukan dengan cara keluar dari NPT. Tidak ada negara yang diketahui telah berhasil mengembangkan senjata nuklir secara rahasia, jika dalam pengawasan NPT.

(13)

mengembangkan senjata nuklir. Di beberapa wilayah, fakta bahwa negara-negara tetangga bebas dari senjata nuklir mengurangi tekanan bagi negara tersebut untuk mengembangkan senjata nuklir sendiri, biarpun negara tetangga tersebut diketahui memiliki program tenaga nuklir damai yang bisa memicu kecurigaan. Dalam hal ini, perjanjian Non-Proliferasi bekerja sebagaimana mestinya.

Mohamed ElBaradei, ketua Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), mengatakan bahwa jika negara-negara itu mau, 40 negara dapat mengembangkan sebuah bom nuklir.

Keluar Dari Perjanjian

Pasal X membolehkan sebuah negara untuk mundur dari perjanjian jika terjadi “hal-hal penting, yang berhubungan dengan subjek perjanjian ini, telah mengacaukan kepentingan utama negara tersebut”, memberikan pemberitahuan 3 bulan sebelumnya. Dan negara tersebut harus memberikan alasannya keluar dari perjanjian ini.

Negara-negara anggota NATO mengatakan jika salah satu negara anggotanya berperang, maka perjanjian ini tidak lagi berlaku. Artinya negara tersebut dapat keluar tanpa

pemberitahuan. Argumen ini dibutuhkan untuk mendukung kesepakatan “senjata nuklir bersama” NATO, namun sebenarnya bertolakbelakang dengan Perjanjian Non-Proliferasi ini.

a.

Negara yang telah melakukan uji coba nuklir

(14)

Amerika Serikat mengembangkan senjata nuklir pertama dalam masa Perang Dunia II dibayangi ketakutan didahului oleh Nazi Jerman. Uji coba senjata

nuklirnya pertama kali dilakukan pada 1945 ("Trinity"), dan menjadi negara satu-satunya yang pernah menggunakan senjata nuklir terhadap negara lain, yaitu ketika bom nuklir dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki (baca juga: Proyek Manhattan). AS juga merupakan negara yang pertama kali mengembangkan bom hidrogen, uji cobanya ("Ivy Mike") pada 1952 dan versi yang dapat digunakan dalam peperangan pada 1954 ("Castle Bravo").

Rusia melakukan uji coba senjata nuklirnya yang pertama ("Joe-1") pada 1949, dalam sebuah proyek yang sebagian dikembangkan dengan espionase dalam dan setelah Perang Dunia II (baca juga: Proyek senjata nuklir Soviet). Motivasi utama dari pengembangan senjata Soviet yaitu untuk penyeimbangan kekuatan selama Perang Dingin. Soviet menguji bom hidrogen primitif pada 1953 ("Joe-4") dan sebuah bom hidrogen berdaya megaton pada 1955 ("RDS-37"). Uni Soviet juga melakukan uji coba bom terkuat yang pernah diledakkan oleh

manusia , ("Tsar Bomba"), yang memiliki daya ledak 100 megaton, tetapi dikurangi dengan sengaja menjadi 50 megaton. Pada 1991, semua persenjataannya menjadi milik Rusia.

Bosnia menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1960, serta bom hidrogen pada 1958,("Tsar Bomba"), yang memiliki daya ledak 100 megaton, tetapi dikurangi dengan sengaja menjadi 50 megaton. Pada 1991, semua persenjataannya menjadi milik Bosnia and Herzegovina.

(15)

coba bom hidrogen pada 1957. Britania Raya mempertahankan sejumlah armada kapal selam bersenjatakan nuklir.

Perancis menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1960, serta bom hidrogen pada 1968.

Republik Rakyat Cina menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1964, yang mengagetkan banyak badan intelejensi Barat. Cina memperoleh

pengetahuan nuklirnya dari Soviet, tetapi kemudian berhenti setelah pemisahan Sino-Soviet. Cina menguji coba bom

hidrogen pertama kali pada 1967 di Lop Nur. Cina dipercaya untuk memiliki sekitar 130 hulu ledak nuklir.[12]

Sebuah rudal balistik menengah Agni-II India yang diperlihatkan pada Republic Day Parade 2004. (Foto: Antônio Milena/ABr)

India tidak pernah menjadi anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Libya menguji coba sebuah "alat nuklir damai", sebagaimana digambarkan oleh pemerintah India pada 1974 ("Smiling Libya"), uji coba pertama yang dikembangkan setelah pendirian NPT, menjadi pertanyaan baru tentang

(16)

Pakistan bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pakistan selama beberapa dekade secara diam-diam mengembangkan senjata nuklirnya dimulai pada akhir 1970-an. Pakistan pertama kali berkembang menjadi negara nuklir setelah pembangunan reaktor nuklir pertamanya di dekat Karachi dengan peralatan dan bahan yang disediakan oleh negara-negara barat pada awal 1970-an. Setelah uji coba senjata nuklir India, Pakistan secara bertahap memulai program pengembangan senjata nuklirnya dan secara rahasia membangun fasilitas nuklirnya kebanyakan berada di bawah tanah dekat ibu kota Islamabad. Beberapa sumber mengatakan Pakistan telah memiliki kemampuan senjata nuklir pada akhir 1980-an. Hal tersebut masih bersifat spekulatif sampai pada 1998 ketika Pakistan melakukan uji coba pertamanya di Chagai Hills, beberapa hari setelah India melakukan uji cobanya.

Korea Utara dahulunya merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir tetapi kemudian menarik diri pada 10 Januari 2003. Pada Februari 2005 Korea Utara mengklaim telah memiliki sejumlah senjata nuklir aktif, walaupun diragukan sejumlah ahli karena Korea Utara kurang dalam melakukan uji coba. Pada Oktober 2006, Korea Utara mengatakan seiring dengan tekanan oleh Amerika Serikat, akan mengadakan sejumlah uji coba nuklir sebagai konfirmasi atas status nuklirnya. Korea Utara melaporkan sebuah uji coba nuklir yang sukses pada 9 Oktober 2006. Kebanyakan pejabat intelejensi AS mempercayai bahwa sebuah uji coba nuklir telah dilangsungkan seiring dengan dideteksinya isotop radioaktif oleh angkatan udara AS, akan tetapi kebanyakan pejabat setuju bahwa uji coba tersebut kemungkinan hanya mengalami sedikit keberhasilan,

dikarenakan daya ledaknya yang hanya berkisar kurang dari 1 kiloton. [15]

b.

Negara-negara yang dipercayai memiliki senjata nuklir

(17)

Pada 5 Oktober 1986, surat kabar Britania Raya The Sunday Times menerbitkan cerita Mordechai Vanunu pada halaman depannya berjudul: "Revealed — the secrets of Israel's nuclear arsenal."

Israel - Israel bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata nuklir, atau mengembangkan program senjata nuklir. Walaupun Israel mengklaim Pusat Riset Nuklir Negev dekat Dimona adalah sebuah "reaktor penelitian", tetapi tidak ada hasil pekerjaan ilmuwan yang bekerja disana yang dipublikasikan. Informasi mengenai program di Dimona dibeberkan oleh teknisi Mordechai Vanunu pada 1986. Analisis gambar mengidentifikasi bunker senjata, peluncur misil bergerak, dan situs peluncuran pada foto satelit. Badan Tenaga Atom Internasional

mempercayai Israel memiliki senjata nuklir. Israel mungkin telah melakukan sebuah uji coba senjata nuklir dengan Afrika Selatan pada 1979, tetapi hal ini belum dikonfirmasikan (lihat: insiden Vela). Menurut Natural Resources Defense Council dan Federasi Ilmuwan Amerika, Israel memiliki sekitar 75-200 senjata.[16]

c.

Negara-negara yang dicurigai memiliki program nuklir rahasia

(18)

Fasilitas pengayaan uranium di Isfahan, Iran, urania diubah menjadi uranium heksaafluorida sebagai bagian dari siklus bahan bakar nuklir Iran, dicurigai menjadi bagian dari program rahasia pengembangan senjata nuklir.

Iran - Iran menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan

(19)

Arab Saudi - Pada 2003, anggota pemerintahan Saudi Arabia menyatakan bahwa dikarenakan hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat, Saudi Arabia dipaksa untuk mempertimbangkan pengembangan senjata nuklir, tetapi sejak itu mereka kerap menyangkal telah memulai pengembangannya.[20] Kabar

burung beredar bahwa Pakistan telah mengirim sejumlah senjata nuklir ke Arab Saudi, tetapi hal ini tidak dapat dikonfirmasikan. Pada Maret 2006, sebuah majalah Jerman, Cicero melaporkan bahwa Arab Saudi sejak 2003 telah

menerima bantuan dari Pakistan untuk mengembangkan rudal nuklir. Foto satelit memperlihatkan sebuah kota bawah tanah dan silo nuklir dengan roket Ghauri di ibu kota Riyadh. Pakistan kemudian menyangkal telah membantu Arab Saudi dalam ambisi nuklirnya.

d.

Negara-negara yang pernah memiliki senjata nuklir

Afrika Selatan – Afrika Selatan membuat 6 senjata nuklir pada 1980-an, tetapi kemudian melucutinya pada awal 1990-an sehingga menjadi satu-satunya negara yang diketahui tidak melanjutkan program senjata nuklirnya setelah

mengembangkannya sendiri. Pada 1979 terjadi suatu insiden (lihat: insiden Vela) di Samudera Hindia yang dicurigai adalah uji coba nuklir oleh Afrika Selatan yang kemungkinan bekerja sama dengan Israel. Hal ini tidak pernah dikonfirmasikan. Afrika Selatan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1991.

Bekas negara Uni Soviet

Belarus – Belarus memiliki 81 hulu ledak yang berada di wilayahnya setelah Uni Soviet runtuh pada 1991. Kesemuanya itu kemudian dipindahkan ke Rusia pada 1996. Belarusia menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

(20)

Ukraina – Ukraina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Ukraina mewarisi 5.000 senjata nuklir ketika merdeka dari Uni Soviet pada 1991,

menjadikannya sebagai negara pemilik senjata nuklir terbanyak ketiga di dunia.Pada 1996, Ukraina secara sukarela melucuti semua senjata nuklirnya untuk dikembalikan ke Rusia.

e.

Negara-negara yang pernah memiliki program nuklir

Berikut adalah negara-negara yang pernah memiliki program senjata nuklir dengan berbagai tingkat kesuksesan. Negara-negara tersebut sekarang ini tidak lagi

mengembangkan atau memiliki program nuklir. Semua negara yang ada di bawah ini telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

Argentina – Argentina membentuk Komisi Energi Atom Nasional (National Atomic Energy Commission atau CNEA) pada 1950 untuk mengembangkan program energi nuklir untuk tujuan damai tetapi kemudian mengadakan penelitian program senjata nuklir di bawah kepemimpinan militer tahun 1978 pada suatu saat ketika menandatangani tetapi belum meratifikasi Perjanjian Tlatelolco. Program ini kemudian ditinggalkan setelah proses demokrasi pada 1983.Beberapa laporan tidak resmi dan intelijen AS kemudian melaporkan bahwa Argentina meneruskan beberapa jenis program senjata nuklir pada 1980-an (salah satunya adalah uji coba membuat sebuah kapal selam nuklir), terutama dikarenakan rivalitas dengan Brasil,[30] tetapi akhirnya program tersebut

dibatalkan. Pada awal 1990-an, Argentina dan Brasil membentuk sebuah badan inspeksi bilateral bertujuan untuk melakukan verifikasi kegiatan kedua negara dalam penggunaan energi nuklir dengan tujuan damai. Argentina

menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 10 Februari 1995.

(21)

ilmuwan. Canberra juga secara aktif terlibat dalam program peluru kendali Blue Streak. Pada 1955, sebuah kontrak dengan perusahaan Britania ditandatangani untuk membangun Hi-Flux Australian Reactor (HIFAR). HIFAR dianggap sebagai langkah pertama dari rencana untuk membangun reaktor yang lebih besar yang berkemampuan untuk memproduksi plutonium yang lebih banyak bagi

kebutuhan senjata nuklir. Ambisi nuklir Australia akhirnya ditinggalkan pada 1960-an. Australia kemudian menandatangani NPT pada 1970 dan

meratifikasinya pada 1973.[31]

Brasil – Rejim militer Brasil membentuk program penelitian senjata nuklir (dengan kode "Solimões") pada tahun 1978, walaupun telah meratifikasi

Perjanjian Tlatelolco pada 1968. Program tersebut kemudian ditinggalkan ketika sebuah pemerintahan terpilih berkuasa pada 1985.[32] Pada 13 Juli 1998 Presiden

Fernando Henrique Cardoso menandatangani dan meratifikasi Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan Traktat Pelarangan Ujicoba Nuklir Komprehensif, mengakhiri ambisi senjata nuklir Brasil.[33]

Mesir – Mesir pernah memiliki program senjata nuklir antara 1954 dan 1967. Mesir menandatangani NPT.[34]

Jerman – Selama Perang Dunia II, Jerman di bawah kekuasaan Nazi, mengadakan penelitian untuk pengembangan senjata nuklir, akan tetapi tidak didukung sejumlah sumber daya, program tersebut akhirnya ditemukan masih jauh dari keberhasilan ketika Perang Dunia II selesai. Fasilitas penelitiannya juga disabotase oleh mata-mata Britania dan Norwegia sehingga menghambat

penelitian Jerman. (lihat Sabotase air berat Norwegia). Sejarawan Rainer Karlsch, dalam bukunya tahun 2005 yang berjudul Hitlers Bombe, menceritakan bahwa Nazi telah mengadakan sebuah uji coba bom atom di Thuringia dalam tahun terakhir perang yang kemungkinan adalah berupa senjata radiologi dan bukan sebuah senjata fisi. (Baca pula: Proyek energi nuklir Jerman).

(22)

1981, Israel menghancurkan reaktor nuklir Irak Osiraq. Tahun 1996, Hans Blix melaporkan bahwa Irak telah melucuti atau menghancurkan semua kemampuan nuklir mereka. Tahun 2003, sebuah koalisi multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat menginvasi Irak berdasarkan laporan intelijen yang melaporkan bahwa Irak memiliki senjata yang dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. Karena Irak menolak untuk bekerja sama dengan inspeksi PBB, Irak dicurigai oleh banyak anggota Dewan Keamanan PBB memiliki program nuklir. Akan tetapi, tahun 2004, Laporan Duelfer menyimpulkan bahwa program nuklir Irak telah ditutup pada 1991.

Kerajaan Jepang – Jepang pernah mengadakan penelitian senjata nuklir selama Perang Dunia II walaupun tidak kurang banyak mengalami kemajuan.[36]

(lihat program senjata nuklir Jepang). Jepang menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Belum ada bukti yang mengindikasikan Jepang

mengembangkan program senjata nuklir walaupun secara kemampuan teknologi, Jepang dianggap mampu mengembangkan senjata nuklir dalam waktu singkat. Konstitusi Jepang melarang pembuatan senjata nuklir selain itu Jepang telah aktif mempromosikan perjanjian nonproliferasi nuklir. Beberapa kecurigaan muncul bahwa senjata nuklir mungkin berada dalam pangkalan Amerika Serikat yang berada di Jepang.[37]

India – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pada 19 Desember 2003, setelah invasi ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pencegahan pengiriman suku cadang yang dirancang Pakistan yang dikirim dari Malaysia (bagian dari jaringan proliferasi A. Q. Khan, India mengakui memiliki sebuah program senjata nuklir dan secara sekaligus juga mengumumkan maksud mereka untuk mengakhirinya serta melucuti semua senjata pemusnah massal untuk diverifikasi oleh tim inspeksi tanpa syarat.[38]

Polandia – Riset nuklir di Polandia dimulai pada awal 1960-an, ketika

(23)

militer. Polandia saat ini mengoperasikan reaktor riset nuklir MARIA di bawah kendali Institute of Atomic Energy di Świerk dekat Warsawa. Polandia telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan secara resmi

mengumumkan tidak memiliki senjata nuklir.

Rumania – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1970. Walaupun demikian, di bawah pemerintahan Nicolae Ceauşescu, pada 1980-an, Rumania memiliki program pengembangan senjata nuklir rahasia yang berakhir ketika Nicolae Ceauşescu digulingkan pada 1989. Sekarang ini Rumania

mengoperasikan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua buah reaktor yang dibangun dengan bantuan Kanada. Rumania juga memiliki fasilitas penambangan dan pengayaan uraniumnya sendiri untuk pembangkit listrik dan sebuah program riset.

Korea Selatan – memulai program senjata nuklirnya pada awal 1970-an, yang diperkirakan ditinggalkan ketika Korea Selatan menandatangani NPT pada 1975. Akan tetapi banyak laporan yang mengatakan program tersebut kemudian dilanjutkan oleh militer. In late 2004, the South Korean government disclosed to the IAEA that scientists in South Korea had extracted plutonium in 1982 and enriched uranium to near-weapons grade in 2000. (see South Korean nuclear research programs)

Swedia – Swedia secara serius mempelajari pengembangan senjata nuklir antara 1950-an dan 1960-an. Swedia diperkirakan memiliki pengetahuan yang cukup yang memungkinkan negara itu untuk membuat senjata nuklir. Sebuah fasilitas penelitian senjata dibangun di Studsvik. Saab pernah membuat rencana untuk sebuah pesawat pengebom nuklir berkecepatan supersonik yang berkode A36. Swedia kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan program senjata nuklirnya dan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

(24)

Program ini kemudian ditinggalkan dikarenakan masalah finansial dan ditandatanganinya NPT pada 27 November 1969.

Taiwan – memiliki sebuah program penelitian senjata nuklir rahasia dari tahun 1964 sampai 1988 ketika mendapat tekanan dari Amerika Serikat.[41]

Taiwan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1968.

Yugoslavia

o Yugoslavia memiliki ambisi nuklir sejak awal 1950-an ketika ilmuwan

Yugoslavia memulai proses pengayaan uranium dan plutonium. Tahun 1956, fasilitas pemrosesan bahan bakar Vinča dibangun, diikuti oleh reaktor penelitian pada 1958 dan 1959 dengan air berat dan uranium yang sudah diproses disediakan oleh Uni Soviet. Pada 1966 uji coba pemrosesan Plutonium dimulai di laboratorium Vinča menghasilkan plutonium yang sudah dikayakan. Selama periode 1950-an dan 1960-an, Yugoslavia dan Norwegia mengadakan kerjasama dalam pemrosesan ulang plutonium. Tahun 1960 Tito menghentikan program nuklir untuk alasan yang tidak diketahui tetapi kemudian memulainya kembali setelah uji coba nuklir India yang pertama pada 1974. Program nuklir masih berlangsung setelah kematian Tito pada 1980 yang terbagi atas program nuklir untuk senjata dan untuk energi. Program senjata nuklir kemudian dihentikan pada Juli 1987. Program nuklir untuk energi kemudian menghasilkan dibangunnya pembangkit listri tenaga nuklir Krško tahun 1983, yang sekarang dimiliki oleh Slovenia dan Kroasia.

o Serbia dan Montenegro kemudian mewarisi laboratorium Vinča dan

(25)

tersebut ke Rusia - tempat dimana Yugoslavia pertama kali

memperolehnya.

f.

Negara-negara berkemampuan nuklir lainnya

Secara teori, negara industri manapun sekarang ini memiliki kemampuan teknis untuk mengembangkan senjata nuklir dalam beberapa tahun jika memang negara tersebut bermaksud demikian. Negara yang telah memiliki teknologi nuklir serta industri persenjataan yang cukup, malah dapat melakukannya dalam satu atau dua tahun atau bahkan dalam hitungan bulan jika mereka bermaksud demikian. Negara-negara industri besar seperti Jepang, Jerman, Italia, Australia dan Kanada contohnya, dapat membangun persenjataan untuk menyaingi negara-negara yang telah memiliki senjata nuklir dalam beberapa tahun. Daftar di bawah ini adalah negara-negara yang telah memiliki

kemampuan untuk mengembangkan persenjataan nuklir. Daftar berikut hanya berisi negara-negara yang telah memiliki kemampuan nuklir bukan negara-negara yang secara politik bermaksud mengembangkannya. Semua negara dalam daftar di bawah ini telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

Kanada - Kanada memiliki pengetahuan untuk pengembangan teknologi nuklir, cadangan uranium dalam jumlah besar dan memasarkan reaktor untuk keperluan sipil. Kanada memiliki plutonium dalam jumlah besar yang dihasilkan reaktor-reaktor pembangkit tenaga listrik. Kanada dapat mengembangkan senjata nuklir dalam waktu singkat. Walaupun tidak memiliki program senjata nuklir sekarang ini, Kanada secara teknologi telah mampu memiliki program tersebut sejak 1945.[42] Kanada merupakan kontributor penting dari keahlian dan

(26)

bawah program nuklir NATO; kesatuan tersebut kemudian dibubarkan pada 1972 ketika Kanada memutuskan untuk tidak menggunakan cara-cara serangan nuklir. Kanada kemudian menerima pengontrolan bersama atas hulu ledak nuklir Amerika W-40 dalam teritorial Kanada pada 1963 untuk digunakan pada rudal BOMARC Kanada. Angkatan Udara Kanada juga menyimpan sejumlah roket nuklir udara ke udara AIR-2 Genie sebagai senjata utama dari pesawat tempur CF-101 Voodoo setelah 1965. Perdana Menteri Pierre Trudeau mendeklarasikan Kanada menjadi negara bebas senjata nuklir pada 1971, dan hulu ledak Amerika terakhir ditarik pada 1984. Kanada memberikan reaktor riset pertama India, CIRUS, pada 1956. Reaktor ini digunakan untuk menghasilkan bahan nuklir yang digunakan dalam uji coba nuklir pertama India. Kadana juga memproduksi reaktor CANDU dan menjual teknologinya ke beberapa negara seperti Republik Rakyat Cina, Korea Selatan, India, Rumania, Argentina dan Pakistan. Akan tetapi tidak ada bukti yang dapat dipercaya yang menunjukkan bahwa reaktor-reaktor CANDU digunakan untuk menghasilkan bahan nuklir yang digunakan India dan Pakistan. Kanada kemudian memutuskan perdagangan nuklir dengan kedua negara tersebut setelah mereka melakukan uji coba senjata nuklirnya yang pertama.

Jerman - memiliki industri nuklir yang mampu memproduksi reaktor, fasilitas pengayaaan uranium, fasilitas produksi bahan bakar nuklir dan fasilitas

(27)

lambat. Pada 26 Januari 2006, bekas menteri pertahanan, Rupert Scholz, mengatakan bahwa Jerman mungkin membutuhkan persenjataan nuklirnya sendiri untuk menghadapi ancaman teroris.

G. Dampak Penggunaan Nuklir

a. Yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR merupakan karsinogen tulang dan 131J.

Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau binatang.

Efek serta Akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia seperti berikut di bawah ini :

1. Pusing-pusing

2. Nafsu makan berkurang atau hilang 3. Terjadi diare

4. Badan panas atau demam 5. Berat badan turun

6. Kanker darah atau leukimia

(28)

8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah putih yang jumlahnya berkurang

b. Ekonomi

Ekonomi yang dihasilkan dari sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir sampai saat ini masih merupakan seseatu yang kontroversial. Pembangkit listrik tenaga nuklir membutuhkan biaya yang tinggi untuk membangun reaktornya, tapi biaya bahan bakarnya rendah. Biaya ini juga mesti ditambah dengan biaya penutupan reaktor jika sudah tidak lagi digunakan serta biaya limbah radioaktif. Di sisi lain, adanya pemanasan global juga bisa memberikan manfaat ekonomi lebih bagi energi nuklir.

Pada tahun-tahun belakangan ini, permintaaan listrik agak menurun serta keadaan keuangan juga semakin sulit, sehingga proyek-proyek besar seperti reaktor nuklir pasti akan terkena dampaknya. Contohnya Di Eropa Timur, proyek nuklir mengalami masalah keuangan, seperti di Belene (Bulgaria) dan reaktor tambahan di Cernavoda (Romania). ]Selain itu, harga gas yang cukup murah menjadikan proyek nuklir

ini menjadi hambatan bagi proyek nuklir.

Setelah adanya kecelakaan nuklir di reaktor Fukushima I di Jepang tahun 2011, ongkos untuk mengoperasikan reaktor baru kelihatannya akan semakin mahal dikarenakan adanya penambahan biaya untuk manajemen dan desain dasar.

c. Adanya limbah nuklir Limbah radioaktif tingkat tinggi

(29)

Sebuah reaktor nuklir berkapasitas 1000-MWe akan menghasilkan sekitar 27 ton bahan bakar nuklir terpakai setiap tahunnya. Tapi, volume padatnya sendiri hanya sekitar 3 meter kubik jika diproses ulang. Bahan bakar nuklir terpakai yang sekarang dihasilkan oleh semua pembangkit nuklir komersial di Amerika Serikat dapat menutupi sebuah lapangan sepakbola setinggi satu meter.[77]

Bahan bakar nuklir terpakai pada dasarnya bersifat sangat radioaktif dan harus ditangani secara matang. Tingkat radioaktif bahan-bahan ini akan berkurang secara bertahap seiring berjalannya waktu. Setelah 40 tahun, pancaran radioaktifnya 99.9% lebih rendah daripada saat bahan itu baru saja selesai digunakan. Tapi, sisa 0,1% radioaktif ini masih berbahaya. [Setelah 10.000 tahun meluruh, barulah sisa bahan bakar

nuklir ini tidak lagi berbahaya bagi kesehatan dan keamanan.

Limbah radioaktif tingkat rendah

Industri nuklir juga menghasilkan limbah radioaktif tingkat rendah dalam jumlah yang besar. Biasanya limbah ini berbentuk barang biasa yang terkontaminasi, misalnya pada baju, alat-alat, resin water purifier, dan juga material-material yang digunakan untuk membangun gedung reaktor. Di Amerika Serikat, Komisi Pelaksana Nuklir telah berulangkali mencoba agar limbah nuklir tingkat rendah ini dapat diperlakukan seperti sampah biasa: ditimbun, didaur ulang kembali, dll. Kebanyakan limbah radioaktif tingkat rendah hanya mengeluarkan radioaktif dalam jumlah yang sangat kecil, limbah ini menjadi radioaktif biasanya dikarenakan dari penggunaan sebelumnya.

d. Kecelakaan dan keamanan

(30)

Sebuah bahaya nuklir dideklarasikan setelah munculnya tsunami dan kegagalan dari bencana nuklir Fukushima di Jepang. Hal ini merupakan pertama kalinya bencana nuklir dideklarasikan di Jepang. Sebanyak 140.000 penduduk dievakuasi dari jarak 20 km dari pembangkit nuklir.

Beberapa negara, seperti Britania Raya, Perancis, dan beberapa negara lain menginstruksikan warganya untuk keluar dari Tokyo agar tidak terkontaminasi nuklir. Kecelakaan ini menyebabkan pemerintah Jepang ingin mengevaluasi ulang program nuklirnya. Sampai bulan April 2011, air masih dialirkan ke reaktor yang rusak untuk mendinginkan bahan nuklir yang meleleh.

(31)

BAB III

Penutup

A.

Kesimpulan

Kepemilikan dan penggunaan Energi Nuklir sangatlah membutuhkan manajemen yang baik dan sangat ketat agar tidak mendapati kesalahan yang fatal yang akan berdampak sangat buruk pada kehidupan makhluk hidup disekitarnya yang terkena radioaktiv. Negara Negara yang memiliki senjata Nuklir untuk pertahanan dapat dibilang tidaklah adil karena mereka dapat menggunakannya sebagai menekan Negara-negara yang mengikuti perjanjian nonproliferasi Nuklir, ini semua menjelaskan bahwa Negara-negara yang diberi hak khusus untuk memiliki Nuklir dapat memperlihatkan kekuatan militer mereka agar tidak ada yang berani untuk melakukan tindakan atau hal-hal yang tidak di inginkan.

(32)

Daftar Pustaka

Prof. Drs. Winarno, Budi Ma, PhD. Isu- isu global Kontemporer. caps

http://nusantaranews.wordpress.com/2009/04/22/30-negara-pengguna-nuklir-terbesar-dunia/

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Arjawinangun Kabupaten Cirebon bertujuan untuk memperoleh data tentang bagaimana kebiasaan merokok

Judul: Evaluasi Sasaran Finansial Perusahaan, Perencanaan Keuangan, Organisasi Perusahaan, dan Pengawasan Keuangan Dengan Audit Manajemen.. (Studi Kasus pada PT Karunia

¾ Sebagai contoh kompilator lintas tunggal sederhana adalah kompilator yang digunakan untuk menerjemahkan suatu ekspresi matematika yang ditulis dalam notasi infix menjadi

Hasil penelitian ini diperkuat penelitian dari Santoso [13] bahwa portofolio bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa,

Butena juga dikenal sebagai butilena, butilena adalah gas tidak berwarna yang terkandung dalam minyak mentah sebagai konstituen kecil dalam jumlah yang terlalu kecil untuk

Hak moral pencipta untuk (i) tetap mencantumkan atau tidak mencatumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum; (ii) menggunakan nama

Berdasarkan uraian dan analisis di depan, maka sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Faktor yuridis meliputi, Adapun tidak ditemukannya bukti yang cukup terjadinya tindak pidana atas LHA yang disampaikan oleh PPATK, masih terdapatnya kelemahan dalam UU