• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Dalam Website Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) Dalam Website Perusahaan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

Pada bab kedua akan dijelaskan mengenai landasan teori dan bahasan

hasil-hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Landasan teori merupakan penjabaran teori

dan argumentasi yang disusun sebagai tuntunan dalam memecahkan permasalahan

penelitian serta perumusan hipotesis yang didukung dengan adanya

penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis serta telah diperluas dengan refrensi yang

dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian. Pada landasan teori, akan dibahas dua

teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini, yakni teori agensi dan teori sinyal.

Selain itu, landasan teori ini juga akan memberi penjelasan mengenai laporan

keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet

( Internet Financial Reporting).

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan dapat dipandang sebagai dasar teori yang membuat model

proses kontrak antara dua orang atau lebih. Debrecency (2002) menyatakan bahwa

perusahaan memiliki banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan

dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya.

Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang

memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima

(2)

Teori keagenan mulai berkembang sejak penelitian Jensen dan Meckling

tahun 1976 dimana teori ini mengungkapkan hubungan antara agen dan principal. Di

dalam hubungan keagenan terdapat perjanjian bahwa agen setuju untuk melakukan

tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, dan prinsipal memberi imbalan pada agen

(Fitriani, 2001). Manajer sebagai pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk

bekerja demi kepentingan pemegang saham diberikan sebagian kekuasaan untuk

membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu,

manajer wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham.

Teori keagenan muncul ketika terdapat dua pihak yang saling terkait dimana pihak

pertama setuju untuk memakai jasa pihak tertentu. Usaha agen tidak dapat diketahui

oleh principalnya, tetapi hasilnya yang dapat diketahui oleh kedua pihak.

Literatur akuntansi tentang pengungkapan sendiri seringkali mengacu pada

konsep keagenan dengan menyediakan dorongan untuk melakukan pengungkapan

wajib maupun sukarela terhadap laporan keuangan. Dorongan ini ditunjukkan pada

literatur sebagai alat penggerak yang digunakan untuk mengurangi asimetri informasi

antara prinsipal dan agen. Stakeholder sebagai prinsipal menggunakan informasi

akuntansi untuk mengawasi kinerja manajemen yang bertindak sebagai agen. Pada

gilirannya, agen ini akan menggunakan pengungkapan akuntansi sebagai kesempatan

untuk mengisyaratkan kinerjanya kepada prinsipal (Arum, 2011). Sekarang ini

internet dapat menyediakan sarana yang ekonomis dan efisien untuk

mengkomunikasikan kinerja manajemen kepada stakeholder.

Teori keagenan muncul karena adanya perbedaan kepentingan sehingga

(3)

al. (2003) mengemukakan asumsi teori agensi bahwa masing-masing individu termotivasi oleh kepentingannya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan

antara prinsipal dan agen. Jika pihak-pihak tersebut bertindak untuk kepentingannya

sendiri, maka hal tersebut akan menimbulkan konflik antara prinsipal dan agen.

Menurut Debrecency (2002), teori keagenan menggambarkan bahwa konflik yang

terjadi akan menimbulkan biaya agensi yang pada akhirnya akan ada insentif untuk

menguranginya. Prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan

dirinya sendiri dengan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas

investasi yang mereka tanamkan, sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan

pemenuhan kebutuhan ekonomi dapat diakomodir dengan pemberian

kompensasi/bonus/insentif yang memadai dan sebesar-besarnya atas kinerja yang

telah mereka lakukan. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya

memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Semakin tinggi laba,

harga saham dan semakin besar deviden, maka agen dianggap berhasil dan memiliki

kinerja yang baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.

Terdapat tiga macam masalah keagenan. Pertama, masalah keagenan antara

manajer dengan pemegang saham. Kedua, masalah keagenan antara pemegang saham

dengan kreditor. Ketiga, masalah keagenan antara perusahaan dengan konsumen.

Alasan yang mendasari perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan

oleh manajemen perusahaan kepada shareholders dijamin dalam hubungan antara

prinsipal dan agen. Manajemen sebagai pengelola kekayaan perusahaan berperan

sebagai agen, sedangkan investor sebagai pemilik berperan sebagai prinsipal. Laporan

(4)

pertanggungjawaban, agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan prinsipal,

dalam hal ini adalah pengungkapan sukarela yang lebih luas (Fitriani, 2001).

2.1.2 Teori Sinyal (Signal Theory)

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal yang

dimaksud berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen

untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi

lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.

Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pengguna informasi dengan

baik. Teori Sinyal memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap

perubahan perilaku pemakai informasi. Perusahaan yang optimis memiliki prospek

yang positif akan cenderung menyampaikan berita itu kepada investor. Sinyal yang

diberikan dapat pula menjelaskan kelebihan perusahaan tersebut dibanding dengan

perusahaan lain misalnya dengan menunjukkan jenis perusahaan dalam ketepatan

waktu pelaporan perusahaan.

Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk

memberikan informasi adalah karena terdapat assimetri informasi antara manajer

perusahaan dan pihak luar, hal ini disebabkan karena manajer perusahaan mengetahui

lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada

pihak luar (Wolk et al., 2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan

dengan mengurangi asimetri informasi tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi

(5)

informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi

ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat

meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000). Dengan

teori sinyal, perusahaan memberikan sinyal pada pihak luar yakni berupa informasi

keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai

prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000).

Berdasarkan teori sinyal perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang

tinggi menunjukkan kabar baik (good news) bagi perusahaan, hal ini nantinya akan

mempengaruhi perusahaan untuk menyampaikan laporan dengan tepat waktu karena

akan membuat reaksi pasar menjadi positif terhadap perusahaan (Prasetya, 2012).

Selain itu berdasarkan teori sinyal, sebagian besar perusahaan berusaha untuk

menambah modal mereka dengan lebih dari satu sumber daya, dan salah satu

upayanya adalah menerbitkan saham baru. perusahaan, yang membutuhkan

pembiayaan baru, akan berusaha untuk mengungkapkan informasi lebih lanjut

tentang situs web mereka untuk menarik lebih banyak investor dan meningkatkan

kepercayaan mereka tentang posisi perusahaan (Debrecency, 2002). Laporan

keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor

terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar

ketidakpastiannya, yang akan digunakan untuk membuat keputusan investasi, kredit

dan keputusan sejenis, termasuk laporan arus kas karena laporan arus kas merupakan

(6)

2.1.3 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)

Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas, atau

masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial memiliki hubungan dan

kepentingan terhadap perusahaan. Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan

bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus

memberi manfaat bagi stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen,

supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain) (Septiarsi, 2013). Dengan

demikian keberadaan perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan

oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Septiarsi (2013) menyatakan bahwa

manajemen perusahaan diharapkan untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan

yang diharapkan stakeholder dan melaporkannya kepada stakeholder. Teori ini juga

menyatakan bahwa para stakeholder memiliki hak untuk mengetahui semua informasi

keuangan dan non keuangan. Dampak aktivitas perusahaan kepada stakeholder dapat

diketahui melalui pertanggung jawaban yang diberikan perusahaan berupa informasi

keuangan dan non keuangan.

2.2. Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Pihak yang berkepentingan atas perkembangan suatu perusahaan sangat perlu

untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu

perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan. Laporan keuangan pada dasarnya

merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk

mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang diproksikan dengan data keuangan

(7)

Laporan keuangan adalah alat komunikasi yang menghubungkan perusahaan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan tentang kondisi kesehatan perusahaan berupa posisi

keuangan dan kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu.

Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu laporan keuangan juga dapat

digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban perusahaan terhadap pihak-pihak yang

berhubungan langsung dengan perusahaan. Laporan keuangan juga dapat digunakan

sebagai salah satu indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya

(Hanny, 2006).

2.3. Pengungkapan Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Pengungkapan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari sebuah proses akuntansi yang

digunakan untuk memberikan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu

pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Pengungkapan (disclosure)

dalam laporan keuangan merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Septiarsi

(2013) mendefinisikan pengungkapan sebagai penyediaan jumlah informasi yang

dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal dalam pasar modal yang efisien. Dari

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengungkapan merupakan suatu

penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan maupun media komunikasi

(8)

berguna, lengkap, jelas, menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian

ekonomi, dan tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam membantu

pengambilan keputusan ekonomi.

Adapun tujuan dari pengungkapan adalah untuk memberikan informasi yang

dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan melayani berbagai

pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda (Septiarsi, 2013). Saat ini

pengungkapan telah banyak dilakukan dengan tujuan untuk melindungi (proactive),

memberikan informasi (informative), dan untuk melayani kebutuhan khusus

(differential). Tujuan proactive dilakukan untuk melindungi para pemakai laporan keuangan, sedangkan tujuan informative yakni untuk menyediakan informasi yang

dapat membantu keefisienan dalam pengambilan keputusan bagi pemakai laporan

keuangan, dan tujuan differential merupakan gabungan dari tujuan proactive dan

informative yang artinya pengungkapan informasi harus dibatasi pada apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakainya. Kualitas laporan keuangan dapat dikatakan

baik apabila tingkat pengungkapan terhadap informasi yang diberikan memenuhi

kriteria tertentu. Untuk itu ada tiga Kriteria yang disarankan oleh Yularto dan Chariri

(2003) sehubungan dengan kualitas laporan keuangan yaitu:

1. Adequate (cukup)

Pengungkapan ini mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar

(9)

2. Fair (wajar)

Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan

perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai informasi

perusahaan

3. Full (lengkap)

Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi

yang relevan.

Semakin luasnya pengungkapan yang dilakukan, maka laporan keuangan perusahaan

tersebut akan semakin handal. Oleh karena itu sangatlah penting sebuah perusahaan

untuk melakukan pengungkapan.

2.3.2 Jenis Pengungkapan Laporan Keuangan 1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan

oleh peraturan yang berlaku. Peraturan atas pengungkapan wajib ini diatur dalam

keputusan Ketua Bapepam No.Kep-38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, bahwa

perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik

berkewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan yang memuat ikhtisar data

keuangan penting, analisis dan pembahasan umum oleh manajemen, laporan

keuangan yang telah diaudit dan laporan manajemen. Kemudian peraturan tersebut

diperbarui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 yang mengatur

(10)

publik untuk setiap jenis industri, yang kemudian disempurnakan kembali dalam

Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-134/BL/2006.

2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pelaporan sukarela ialah segala jenis pelaporan yang dilakukan oleh

perusahaan yang tidak diatur dalam peraturan atau undang-undang yang ada.

Perusahaan berhak melakukan pelaporan sukarela dalam rangka memberikan

informasi tambahan yang akan mempermudah pengguna laporan keuangan dalam

mengambil keputusan. Luas pengungkapan sukarela akan berbeda-beda antara

perusahaan yang satu dengan lainnya sesuai dengan kebijakan masing-masing

perusahaan.

Penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela bermanfaat bagi

perusahaan. Dimita (2012) menyatakan bahwa pengungkapan informasi sukarela

yang signifikan, baik keuangan maupun non-keuangan, akan menambah nilai dari

informasi yang diungkapkan kepada publik. Xiao et al. (2004) menyatakan bahwa

sebuah manfaat yang besar bagi perusahaan untuk mengungkapkan informasi

sebanyak mungkin sehingga investor mampu membedakan mana perusahaan yang

baik dan yang buruk.

Praktik pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan

(Internet Financial Reporting) merupakan salah satu contoh bentuk pengungkapan

(11)

1. Memperbaiki reputasi perusahaan,

2. Menyajikan informasi yang dapat menghasilkan keputusan investasi yang lebih

baik bagi investor,

3. Memperbaiki akuntabilitas,

4. Memperbaiki prediksi resiko yang dilakukan oleh investor, dan

5. Menyajikan kewajaran harga saham yang lebih baik.

2.4 Internet Financial Reporting (IFR)

Internet Financial Reporting merupakan salah satu cara perusahaan untuk

mempublikasikan atau menyebarluaskan informasi keuangan perusahaan kepada

publik melalui internet. Literatur akuntansi yang ada menyatakan bahwa IFR dikenal

sebagai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), bukan karena isi

pengungkapannya tetapi karena alat yang digunakan.

Praktik IFR tidak dapat dipisahkan dari teori keagenan (agency theory) dan

teori sinyal (signaling theory). Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam

hubungan keagenan, yaitu:

1. Hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik (Bonus Plan Hypothesis),

2. Hubungan keagenan antara manajer dengan kreditur (Debt/Equity Hypothesis)

dan

3. Hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah (Political Cost

Hypothesis).

Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu

(12)

hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah. Praktik IFR merupakan

media untuk menyampaikan informasi sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak

keagenan.

Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk

memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer

perusahaan dan pihak luar karena manajer perusahaan mengetahui lebih banyak

mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (Wolk et al.,

2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi

informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah

dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan

yang positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai

prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya

dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000).

Menurut Luciana (2008) berbagai format yang dapat digunakan dalam

mempresentasikan laporan keuangan melalui internet yakni :

1. Portable Document Format (PDF)

Merupakan sebuah format file yang dikembangkan oleh Adobe Corporation untuk

membuat dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk mewakili dokumen yang

asli. Semua elemen dalam dokumen asli disimpan sebagai gambaran elektronik.

2. Hypertext Markup Language

HTML merupakan standar yang biasa digunakan untuk mempresentasikan

(13)

3. Graphics Interchange Format (GIF)

GIF adalah sebuah format file berbentuk grafik, dengan meringkas mengenai

gambaran informasi tanpa mengurangi informasi tersebut, yang dapat dibaca oleh

kebanyakan pengguna.

4. Joint Photographic Expert Group (JPEG)

Sebuah format grafik yang digunakan untuk meringkas foto agar mempunyai

ukuran yang dapat digunakan dalam website.

5. Microsoft Excel Spreadsheet

Sebuah aplikasi computer yang berupa spreadsheet dengan menyimpan,

memperlihatkan dan memanipulasi data yang disusun dalam kolom dan lajur.

6. Microsoft Word

Ms. Word merupakan aplikasi program computer yang paling banyak digunakan

dalam IFR.

7. Zip Files

WinZip adalah program windows yang mengizinkan para pengguna untuk

menyimpan dan meringkas dokumen informasi segingga mereka dapat

menyimpan dan mendistribusikan informasi tersebut dengan lebih efisien.

8. Macromedia Flash Softwatre

Merupakan standar untuk mengirim informasi dengan cepat.

9. Real Networks Real Player Software

Format yang menggunakan efek video.

10. Macromedia Shockwave Software

(14)

Fitriana (2001) mengungkapkan bahwa Internet Financial Reporting dinilai

memberikan berbagai keuntungan, yakni :

1. Menawarkan solusi biaya rendah (bagi kedua belah pihak). Bagi investor,

memberikan kemudahan dalam mengakses informasi perusahaan. Sedangkan bagi

perusahaan, dapat mengurangi biaya untuk mencetak serta mengirim informasi

perusahaan kepada investor Menawarkan ketepatan waktu dalam penyebaran

serta akses informasi sehingga informasi lebih relevan karena tepat waktu.

2. Sebagai media komunikasi massa untuk laporan perusahaan. Informasi dapat

diakses oleh pengguna yang lebih luas daripada media komunikasi yang lama.

Tidak ada batasan wilayah sehingga dapat mengembangkan jumlah investor

potensial.

3. Menawarkan informasi keuangan dalam berbagi format yang memudahkan dan

bisa didownload. Adobe Acrobat format dalam portable document format (PDF)

biasanya merupakan format yang paling umum digunakan. Selain itu format yang

digunakan adalah HTML (Hypertext Markup Language), Excel, XBRL.

4. Memungkinkan pemakai berinteraksi dengan perusahaan untuk bertanya atau

memesan informasi tertentu dengan cara yang jauh lebih mudah dan murah

disbanding mengirim surat atau telepon ke perusahaan.

Luciana (2008) terdapat tiga cara penyajian laporan keuangan melalui

website, yaitu :

1. Membuat duplikat laporan keuangan yang sudah dicetak ke dalam format

electronic paper.

(15)

3. Meningkatkan pencantuman laporan keuangan melalui website sehingga lebih

mudah diakses oleh pihak yang berkepentingan daripada laporan keuangan dalam

format cetak.

Selain memberikan beberapa keuntungan, pengungkapan informasi keuangan

melalui website perusahaan juga memiliki beberapa kekurangan, antar lain:

1. Belum adanya standar khusus yang mengatur pengungkapan informasi keuangan

dalam website perusahaan.

2. Biaya untuk membangun serta merawat website terkadang melebihi atas manfaat

yang didapat.

3. Sehubungan dengan market competition, dengan diungkapkannya informasi

secara luas, perusahaan akan berpotensi kehilangan keunggulan kompetitifnya

(Asbaugh dkk. 1999).

Dari beberapa kelebihan dan kekurangan yang terjadi berkaitan dengan praktik

IFR di perusahaan, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan di

seluruh dunia mulai menaruh perhatian khusus terhadap praktik IFR dan IFR telah

menjadi bagian dari media pelaporan keuangan yang berlaku di perusahaan. Namun

ada juga yang hingga saat ini belum juga mengimplementasikan praktik IFR dalam

perusahaannya.

Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, reputasi auditor, umur listing,

dan kepemilikan saham publik, kepemilikan asing, dan jenis industri.

(16)

2.5.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas dari

suatu perusahaan, sebagai penentuan sebuah perusahaan besar atau kecil dapat dilihat

dari nilai total aktiva (Hanny, 2006). Dalam teori keagenan, perusahaan besar

memiliki biaya keagenan yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil, sebab

perusahaan besar memiliki pemegang saham dalam jumlah yang banyak dan tersebar

luas (Oyelere et al., 2003). Biaya keagenan tersebut berupa biaya penyebarluasan

laporan keuangan, salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi

baiya keagenan tersebut adalah dengan menerapkan praktik IFR. Selain itu,

perusahaan besar lebih mudah diawasi kegiatannya oleh para stakeholder, sehingga

memberi tekanan pada perusahaan tersebut untuk melakukan praktik pelaporan yang

lebih lengkap dan cepat sebagai wujud pertanggungjawaban manajemen terhadap

stakeholder salah satunya dengan menggunakan fasilitas internet untuk

mencantumkan laporan keuangannya di dalam website perusahaan. Hasil penelitian

Craven (1999) dan Prasetya (2012) menunjukkan hubungan yang positif antara

ukuran perusahaan dengan IFR.

2.5.2 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan suatu aspek penting yang dapat dijadikan acuan oleh

investor atau pemilik perusahaan untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola

suatu perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan

memiliki dorongan lebih kuat untuk menyebarluaskan informasi perusahaan, terutama

(17)

ketika perusahaan menunjukkan performance yang bagus, maka manajemen memiliki

dorongan yang kuat untuk menyebarluaskan informasi perusahaan terutama informasi

keuangan (Oyelere et al., 2003). Perusahaan dengan kinerja buruk menghindari

teknik pelaporan keuangan melalui internet seperti IFR karena mereka berusaha

untuk menyembunyikan badnews. Berbeda dengan perusahaan yang memiliki

profitabilitas tinggi, mereka menerapkan praktik IFR untuk membantu

menyebarluaskan goodnews. Hasil penelitian yang dilakukan Debreceny et al. (2002),

Hanny (2006) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara profitabilitas

dengan IFR.

2.5.3 Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendeknya. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas

yang tinggi akan berhubungan dengan pelaporan keuangan perusahaan selengkap dan

seluas mungkin. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan

cenderung termotivasi untuk menginformasikan laporan keuangannya selengkap dan

seluas mungkin dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat likuiditas yang

rendah. Dengan demikian tingkat likuiditas perusahaan memiliki pengaruh terhadap

keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.

Dalam menghadapi perubahan dalam teknologi, internet merupakan salah satu

teknologi baru dalam pelaporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang tergolong

dalam industri dengan penggunaan tingkat teknologi yang tinggi (manufaktur) pada

(18)

satu cara untuk menarik para investor dan debitur. Dengan demikian jenis industri

memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.

2.5.4 Leverage

Leverage merupakan kemampuan jangka panjang perusahaan untuk memenuhi kewajibannya Leverage dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai

oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh

modal (equity). Semakin tinggi tingkat leverage sebuah perusahaan, maka semakin

tinggi pula hutang perusahaan tersebut. Di dalam teori sinyal, tingkat leverage yang

tinggi merupakan salah satu sinyal badnews yang menunjukkan kinerja buruk

perusahaan tersebut, sehingga manajemen akan menghindari teknik pelaporan

keuangan melalui internet seperti IFR dalam menyebarluaskan informasi

keuangannya. Tingkat leverage yang tinggi merupakan salah satu hal yang menjadi

perhatian stakeholder, sebab tingkat leverage yang tinggi dianggap dapat memberikan

dampak yang signifikan terhadap prospek perusahaan kedepannya (Prasetya, 2012).

Penelitian sebelumnya membuktikan adanya hubungan negatif antara leverage

dengan pengungkapan laporan keuangan melalui internet.

2.5.6 Reputasi auditor

Penggunaan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bereputasi merupakan salah

satu sinyal positif bagi perusahaan karena perusahaan akan dianggap memiliki

informasi yang tidak menyesatkan dan melaporkan informasi keuangannya secara

lebih transparan. Hal tersebut akan meningkatkan citra perusahaan dan mendorong

(19)

menggalang kepercayaan investor karena laporan keuangan perusahaan dapat

dipercaya. Perusahaan akan cenderung menggunakan KAP yang memiliki reputasi

yang baik yaitu KAP yang masuk dalam Big Four yaitu Ernst & Young, Deloite

Touche Tohmatsu, KPMG, serta Price Waterhouse Copper. KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four tersebut dianggap memiliki kemampuan yang lebih baik untuk

bertahan dari tekanan klien, lebih peduli pada reputasi mereka, memiliki sumberdaya

yang lebih besar berkaitan dengan kompensasi individu dan teknologi maju yang

dimiliki serta memiliki strategi dan proses audit yang lebih baik (Dimita, 2012).

2.5.7 Kepemilikan Publik

Kepemilikan publik merupakan persentase kepemilikan saham yang dimilki

oleh publik terhadap jumlah semua saham perusahaan. Putra (2012) mengemukakan bahwa adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini Karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan semakin luas. Disinilah peran IFR dibutuhkan dalam hal memberi sinyal mengenai perusahaan kepada para investor. Hal ini juga didukung dengan teori keagenan yang muncul karena ketidak yakinan para investor terhadap kinerja manejer untuk itu harus dilakukan pengawasan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Perkembangan penelitian empiris terkait dengan Internet Financial Reporting

(20)

mulai berkembang pesat sejak tahun 1995. Pada umumnya penelitian ini lebih banyak

berfokus pada negara-negara yang maju, seperti Inggris, Amerika Jerman, Australia,

dan Cina.Namun hanya sedikit penelitian mengenai IFR yang dilakukan di negara

berkembang, seperti Indonesia. Asbaugh et al. (1999) yang meneliti mengenai faktor

utama yang berpengaruh terhadap aplikasi IFR dalam perusahaan. Hasil penelitian ini

mengungkapkan bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh signifikan

terhadap praktik IFR di perusahaan. Brennan dan Hourgan (2000) meneliti tingkat

pelaporan keuangan di internet dengan menggunakan sampel 94 perusahaan publik di

Irlandia. Hasilnya menunjukkan sebesar 37% memiliki beberapa bentuk informasi

keuangan di internet. Dan dari penelitiannya tersebut, ukuran perusahaan serta jenis

industri merupakan penentu yang signifikan terhadap pelaporan informasi di internet,

sedangkan leverage tidak signifikan.

Craven dan Marston (1999) melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran

perusahaan dan jenis industri terhadap pelaporan keuangan melalui internet dan

memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap IFR sedangkan

jenis industry tidak. Sedangkan Aly et.al (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan melalui internet dan menemukan

hasil bahwa profitabilitas, coorporate listing, dan tipe industri adalah faktor yang

mempengaruhi pengungkapan informasi diinternet, sementara karakteristik

perusahaan lainnya seperti ukuran perusahaan,leverage, likuiditas, dan ukuran auditor

tidak dapat mempengaruhi CIR.

Di Indonesia penelitian tentang ini telah dilakukan secara empiris oleh Ismail

(21)

perusahaan, leverage, profitabilitas, tipe industri, dan kondisi negara. Chariri dan

Lestari (2005) melakukan pengukuran terhadap tujuh faktor yang mempengaruhi IFR

(ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, jenis industry, leverage, reputasi

auditor, dan umur listing perusahaan). Dari ketujuh faktor tersebut terdapat lima

faktor yang berpengaruh positif terhadap IFR (ukuran perusahaan, likuiditas,

leverage, reputasi auditor, dan umur listing perusahaan). Sedangkan profitabilitas dan jenis industri terbukti tidak berpengaruh terhadap IFR.Hal ini berarti manajer

perusahaan tidak terlalu mempertimbangakan profitabilitas dan jenis industri dalam

mengambil keputusan untuk melakukan praktik IFR atau tidak. Hanny dan anis

(2006) juga melakukan penelitian yang sama dan menemukan hanya ukuran

perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor dan umur listing berpengaruh

terhadap IFR sedangakan profitabilitas dan jenis industry tidak berpengaruh. Mellysa

(2012) juga meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan

melalui internet dan menemukan hasil bahwa hanya ukuran perusahaan yang

mempengaruhi IFR, sedangkan likuiditas, leverage, umur listing, dan profitabilitas

tidak berpengaruh. Berikut ini daftar peneliti terdahulu yang dideskripsikan dalam

Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Ringkasan Peneliti Terdahulu

Nama dan Tahun Penelitian

(22)

Independen: yang dimiliki oleh investor individu. pengungkapan pelaporan keuangan di internet pada perusahaan-leverage, dan jenis industri.

Ukuran perusahaan dan jenis indutri memiliki pengaruh perusahaan dan jenis industri terhadap

Menunjukkan bahwa ukuran perusahaan foreign listing, tipe industri ukuran

(23)

, likuiditas, dan ukuran auditor tidak dapat menjelaskan

industri, leverage,

reputasi

auditor, dan umur listing melalui internet (IFR)”.

Variabel auditor dan umur listing.

(24)

Mellisa Prasetya. (2012)

“Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet (internet Financial Reporting) pada perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

Variabel Dependen: Internet Financial Reporting.

Variabel Independen: ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan umur listing.

Menunjukkan bahwa hanya ukuran

Referensi

Dokumen terkait

Co., Ltd harus mempunyai tanggung jawab terhadap para karyawannya yaitu dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD), APD itu sendiri terdiri dari : Alat pelindung kepala (Safety

BERITA ACARA PERIOLIAHAN.

brain imaging in obsessive– compulsive disorder, 1210 cortisol levels related to mother’s depression, 976 familial attention-deficit disorder and conduct disorder.

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-2/W2, 2015 Joint International Geoinformation Conference 2015, 28–30 October 2015,

Kepala Dinas sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai tugas memimpin, mengatur, merumuskan, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-2/W2, 2015 Joint International Geoinformation Conference 2015, 28–30 October 2015,

The Bentong-Raub Suture Zone (BRSZ) of peninsular Malaysia was selected as case study to evaluate the capability of the Phased Array type L-band Synthetic Aperture Radar

Dilantik menjadi Direktur Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan pada 13