S E K
O L
A H
P A
S C
A S A R JA
N
A
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET
FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
Dimita HP Purba
097017088/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET
FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DIMITA H P PURBA
097017088/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian :ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN MELALUI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Nama Mahasiswa : Dimita H P Purba
Nomor Pokok : 097017088 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Dr. Tavi Supriana, M.Si) (Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak
Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah Diuji pada
Tanggal : 25 April 2012
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Tavi Supriana, M.Si
Anggota : 1. Dr. Rina Bukit, M.Si.,Ak.
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA
3. Dr. HB. Tarmizi, SU
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul : “ ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN MELALUI
INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING) PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” adalah
benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
benar dan jelas.
Medan, Maret 2012
Yang membuat pernyataan :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaporan keuangan melalui internet (internet financial reporting) yang terdiri dari
ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan saham asing, dan likuiditas.
Penelitian ini menggunakan desain kausal (causal) yang berguna untuk menganalisis hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya. Populasi
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan penarikan sampel dengan menggunakan metode sensus. Sampel yang digunakan penelitian ini adalah 124 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Data di analisis dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression) dengan tingkat signifikansi 5 % dan 10% untuk memperoleh kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reputasi auditor dan leverage
berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan praktek pelaporan keuangan
melalui internet (internet financial reporting). Sedangkan ukuran perusahaan, umur
listing, struktur kepemilikan saham asing dan likuiditas tidak terbukti berpengaruh
secara signifikan terhadap penerapan praktek pelaporan keuangan melalui internet
Kata kunci: ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan saham asing, likuiditas, pelaporan keuangan melalui
ABSTRACT
The aims of this study is to analyze determinants of internet financial reporting (IFR) consist of companies size, listing age, leverage, auditor reputation, foreign ownership , and liquidity ratio.
This research used causal design method to analyze the relationship between dependent variable and independent variables. The population of this research is manufacturing companies which enlist in Indonesia Stock Exchange and the sample is taken by sensus method. Sample that used in this research is 124 manufacturing
companies listed in Indonesia Stock Exchange.The data was analyzed by regression
The result of this research indicate that the some determinants of IFR such as auditor reputation and leverage ratio effect IFR practice. However, other factors, such as company size, listing age, foreign ownership and liquidity ratio do not explain the company choice to use the internet as a medium for corporate financial reporting.
logistic with significance level at 5% and 10%.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
oleh karena berkat dan kasih karuniaNya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa segala yang dilakukan dalam
penyusunan proposal tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya
bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H.,M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister di Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA. CPA, selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas
4. Ibu Dr. Tavi Supriana, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberi bimbingan dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian penulisan tesis
ini.
5. Ibu Dr. Rina Bukit, M.Si,Ak. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberi bimbingan dan mengarahkan penulis dari awal hingga selesainya
penulisan tesis ini.
6. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA. CPA , Bapak Dr. HB. Tarmizi,
SU dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Magister Ilmu Akuntansi atas segala ilmu dan
pengetahuan yang telah diberikan, dan seluruh staf administrasi Program Magister
Ilmu Akuntansi.
8. Suamiku tercinta, Giver Tito Damanik, S.E., dan kedua buah hatiku, Vanni dan
Tyra Damanik, yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan moril maupun
materil serta bantuan yang tak ternilai dalam bentuk apapun juga, sehingga
penulis dapat menyelesaikan kuliah dan penulisan tesis ini.
9. Keluarga Damanik dan Keluarga Purba, yang telah memberi dukungan dan
motivasi yang tak pernah henti.
10.Teman-teman di Program Magister Ilmu Akuntansi, yang dengan rasa
kekeluargaan dan persahabatan dalam memberi sumbangan pikiran selama
Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan
kasih karuniaNya, dan apa yang penulis lakukan ini dapat berguna bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin
Medan, Maret 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Dimita Hemalli Premasari Purba
2. Tempat / Tgl Lahir : P. Siantar, 25 Januari 1971
3. Agama : Kristen Protestan
4. Alamat : JL. Karya Kasih Komp. Bukit Johor
Mas Blok C/4 Medan Johor
5. Pendidikan
a. SD Swasta Perg. Kristen Kalam Kudus Medan Tamat Tahun 1984
b. SLTP Negeri 6 Medan Tamat Tahun 1987
c. SLTA Negeri 4 Medan Tamat Tahun 1990
d. Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
1.5. Originalitas ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Landasan Teori ... 10
2.2. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 10
2.3. Teori Sinyal (Signal Theory)... 12
2.4. Laporan Keuangan (Financial Reporting) ... 13
2.4.1. Luas Pengungkapan Laporan Keuangan ... 14
2.4.2. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) ... 16
2.4.3. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) ... 16
2.6. Ukuran Perusahaan... 22
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 34
5.2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 53
5.2.1. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test) ... 53
5.2.2. Menguji Koefisien regressi ... 54
5.2.3. Pengujian Persamaan Regresi ... 55
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
5.3.1. Ukuran Perusahaan ... 56
5.3.2. Umur Listing ... 57
5.3.3. Leverege ... 59
5.3.4. Reputasi Auditor ... 60
5.3.5. Struktur Kepemilikan Pihak Asing ... 60
5.3.6. Likuiditas ... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 63
6.1. Kesimpulan ... 63
6.2. Keterbatasan ... 65
6.3. Saran ... 65
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Daftar Peneliti Terdahulu ... 33
4.1 Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2010 ... 40
4.2 Operasional Variabel ... 44
5.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 50
5.2 Uji Kelayakan Model-Hosmer and Lemmeshow Test ... 54
5.3 Ikhtisar Model Regresi Logistik ... 54
5.4 Hasil Pengujian Persaman Regresi Logistik ... 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka konsep penelitian ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1 Data Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2010
2 Data Variabel
3 Data Mentah Diolah Menjadi Data Variabel
4 Hasil Uji dengan menggunakan SPSS
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaporan keuangan melalui internet (internet financial reporting) yang terdiri dari
ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan saham asing, dan likuiditas.
Penelitian ini menggunakan desain kausal (causal) yang berguna untuk menganalisis hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya. Populasi
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan penarikan sampel dengan menggunakan metode sensus. Sampel yang digunakan penelitian ini adalah 124 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Data di analisis dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression) dengan tingkat signifikansi 5 % dan 10% untuk memperoleh kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reputasi auditor dan leverage
berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan praktek pelaporan keuangan
melalui internet (internet financial reporting). Sedangkan ukuran perusahaan, umur
listing, struktur kepemilikan saham asing dan likuiditas tidak terbukti berpengaruh
secara signifikan terhadap penerapan praktek pelaporan keuangan melalui internet
Kata kunci: ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan saham asing, likuiditas, pelaporan keuangan melalui
ABSTRACT
The aims of this study is to analyze determinants of internet financial reporting (IFR) consist of companies size, listing age, leverage, auditor reputation, foreign ownership , and liquidity ratio.
This research used causal design method to analyze the relationship between dependent variable and independent variables. The population of this research is manufacturing companies which enlist in Indonesia Stock Exchange and the sample is taken by sensus method. Sample that used in this research is 124 manufacturing
companies listed in Indonesia Stock Exchange.The data was analyzed by regression
The result of this research indicate that the some determinants of IFR such as auditor reputation and leverage ratio effect IFR practice. However, other factors, such as company size, listing age, foreign ownership and liquidity ratio do not explain the company choice to use the internet as a medium for corporate financial reporting.
logistic with significance level at 5% and 10%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekarang ini, perkembangan internet sangatlah pesat. Hal ini dilihat dari
banyaknya perusahaan yang melakukan sebagian besar kegiatan operasinya seperti
penjualan dengan menggunakan media internet. Perusahaan juga menggunakan media
internet sebagai media komunikasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk dalam hal memberikan informasi keuangan yang berkaitan dengan
perusahaan. Sehingga banyak perusahaan yang membangun dan mengembangkan
website mereka untuk memberikan informasi kepada para pengguna informasi. Tetapi
penyebarluasan informasi keuangan melalui internet bukanlah suatu kewajiban
melainkan pengungkapan sukarela dan tidak diregulasi oleh badan tertentu pada
beberapa negara berkembang, seperti juga di Indonesia.
Penggunaan internet sebagai media informasi memberikan perubahan yang
sangat cepat dan maju bagi perusahaan. Sehingga banyak perusahaan telah
menggunakan internet walaupun bukan suatu kewajiban sebagai alat komunikasi
dalam menyediakan informasi tentang perusahaan, termasuk informasi keuangan.
Menurut Jones et al., (2003) internet merupakan alternatif baru dalam pelaporan
keuangan yang biasa dikenal dengan Internet Financial Reporting (IFR). Informasi
termasuk di dalamnya footnotes, bagian laporan keuangan, financial highlights dan
ringkasan laporan keuangan (Ettredge et al., 2001; Oyelere etal., 2003).
Selama ini perusahaan dalam memberi informasi laporan keuangan melalui
pasar modal yang merupakan wadah investasi, tetapi terdapat kelemahan didalam
pelaporan keuangan tersebut. Salah satunya waktu publikasi yang terlambat,
lambannya apabila website dibuka karena jumlah yang membuka website tidak
terbatas, atau sulitnya mendapatkan informasi yang tepat waktu serta seringnya
website dalam perbaikan. Hal yang paling berbahaya lainnya apabila terjadi
kelambatan informasi keuangan maka investor akan kesulitan didalam membuat
keputusan. Sebagian perusahaan sudah menyadari bahwa pentingnya pelaporan
keuangan secara tepat waktu, sehingga sebagian besar perusahaan membuat inisiatif
pelaporan keuangan melalui website yang dibangun secara pribadi.
Penggunaan media internet ini menyebabkan pelaporan keuangan menjadi
lebih cepat dan mudah, sehingga dapat diakses oleh siapa pun, kapan pun dan dimana
pun (Debreceny et al., 2002; Marston dan Polei, 2004). Selain itu, penyebarluasan
informasi keuangan melalui internet dapat menarik investor lebih banyak dan
memberikan image yang baik bagi perusahaan (Lowengard, 1997; Noack, 1997
dalam Ettredge et al., 2001). Hal-hal inilah yang mendorong perusahaan-perusahaan
untuk menerapkan praktek IFR.
Meskipun fenomena IFR berkembang pesat akhir-akhir ini, akan tetapi masih
banyak juga perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan praktek IFR. Xiao et al.
dalam website pribadi mereka. Dengan kata lain, terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi pilihan perusahaan untuk menerapkan IFR atau tidak. Hasil penelitian
tentang IFR masih menghasilkan temuan yang tidak konsisten (lihat misalnya
Asbaugh et al.,1999; Ettredge et al., 2001; Larran, 2002; Marston dan Polei, 2004;
Oyelere et al. 2003), sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk
mengetahui konsistensi temuan jika diterapkan pada kondisi lingkungan yang
berbeda.
Etttredge et al. (2001) menyatakan bahwa IFR membantu perusahaan dalam
menyebarluaskan informasi mengenai keunggulan-keunggulan perusahaan yang
merupakan sinyal positif perusahaan untuk menarik investor. Hal ini berarti, IFR
merupakan sarana untuk mengkomunikasikan sinyal positif perusahaan kepada
publik, terutama investor.
Praktek IFR berkembang pesat dari waktu ke waktu. Jones et al. (2003)
menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar di Eropa, Amerika dan Australia
menggunakan internet sebagai media alternatif untuk pelaporan keuangan
perusahaan. Praktek IFR juga berkembang di Austria dan Jerman (Oyelere et al.,
2003).
Peneliti Williams dan Ho (1999, dalam Oyelere et al.,2003) membandingkan
pelaporan keuangan dalam website perusahaan di Australia, Singapura, Malaysia dan
Hongkong. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa perusahaan di Australia dan
Singapura lebih banyak menyampaikan informasi keuangan perusahaan melalui
pelaporan keuangan disajikan dalam bentuk IFR dan paper based reporting secara
seimbang. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Xiao et al.
(2004) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan di Cina
Peneliti Hussey et al. (1999, dalam Marston dan Polei, 2004) yang melakukan
studi time series menyatakan dari 100 perusahaan, terdapat peningkatan jumlah dari
54 menjadi 63 perusahaan yang melakukan IFR antara Agustus 1997 dan Maret 1998.
Peneliti lain, Gray dan Debreceny (1997, dalam Marston dan Polei, 2004)
menemukan bahwa 68% dari 50 perusahaan yang dijadikan sampel telah melakukan
praktek IFR.
Meskipun fenomena IFR berkembang pesat akhir-akhir ini, akan tetapi masih
banyak juga perusahaan yang memilih untuk tidak melakukan praktek IFR. Hal ini
dapat dikatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan
perusahaan untuk menerapkan IFR atau tidak.
Variabel ukuran perusahaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
praktek IFR karena adanya pernyataan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki
tingkat kompleksitas yang tinggi sehingga investor akan membutuhkan informasi
keuangan yang lebih banyak untuk membuat keputusan investasi yang lebih efektif,
dan terkait dengan political cost, dijelaskan bahwa perusahaan besar lebih mudah
diawasi kegiatannya di pasar modal dan di lingkungan sosial pada umumnya,
sehingga memberi tekanan pada perusahaan untuk melakukan pelaporan keuangan
Craven (1999, Marston dan Polei,2004) menunjukkan hubungan yang signifikan
antara ukuran perusahaan dengan IFR.
Variabel umur listing perusahaan dapat mempengaruhi penerapan IFR karena
menurut UU Pasar Modal No.8 tahun 1985 diwajibkan kepada perusahaan yang akan
listing dan yang telah listing untuk melakukan pelaporan keuangan. Peneliti Susanto
(1992, dalam Prayogi, 2003) menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta akan memberikan pelaporan keuangan yang lebih lengkap, karena
memiliki pengalaman lebih dalam pelaporan keuangan. Peneliti Marwoto (2000,
dalam Prayogi, 2003) berpendapat bahwa umur listing perusahaan berhubungan
positif dengan kualitas pelaporan keuangan perusahaan, karena perusahaan yang
sudah lama terdaftar dalam bursa memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
mempublikasi laporan keuangan.
Variabel tingkat leverage perusahaan dapat mempengaruhi penerapan IFR
karena Agency Cost menjelaskan dan memprediksi bahwa semakin besar leverage
perusahaan, semakin potensial transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang
saham ( Oyelere et al., 2003). Tetapi leverage yang tinggi menjadikan pihak
manajemen menjadi lebih sulit dalam membuat prediksi jalannya perusahaan ke
depan karena manajer perusahaan dianggap tidak dapat mengelola perusahaan dengan
baik. Terkadang manajer cenderung menyampaikan informasi positif untuk menutupi
kekurangan perusahaan (Rizal, 2001), hal ini bertujuan untuk “mengaburkan”
perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak terlalu fokus hanya pada
mendorong manajer untuk meyakinkan pihak kreditur bahwa perusahaan akan
membayar utang obligasinya melalui penyampaian informasi mengenai rencana
perusahaan untuk melakukan investasi yang memberikan ekspansi imbal balik yang
tinggi pula sehingga menutup utang perusahaan (Zuhrotun, 2006). Seiring
meningkatnya leverage, manajer dapat menggunakan IFR untuk membantu
menyebarluaskan informasi positif perusahaan.
Variabel reputasi auditor dapat mempengaruhi penerapan IFR, karena untuk
mempertahankan reputasinya dalam rangka mengurangi konflik kepentingan antara
manajemen dan investor, Kantor Akuntan Publik (KAP) ternama mempunyai
dorongan yang kuat untuk menjaga independensi mereka dan berusaha melaporkan
informasi selengkap mungkin kepada pemegang saham dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya. (Rezaee, 2003). Ahmed (1995, dalam Oyelere et al., 2003)
menemukan hubungan yang signifikan antara reputasi auditor dengan pengungkapan.
Variabel struktur kepemilikan asing dapat mempengaruhi penerapan IFR,
karena perusahaan dengan kepemilikan asing akan cenderung melakukan
pengungkapan yang lebih luas, salah satunya dengan menerapkan IFR. Hal ini sejalan
dengan penelitian Luciana (2008) yang menunjukkan bahwa kepemilikan mayoritas
mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela perusahaan dan penelitian Arum
(2008) yang menunjukkan bahwa public ownership mempunyai pengaruh signifikan
Variabel tingkat likuiditas merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
penerapan IFR karena kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas
yang tinggi akan berhubungan dengan pelaporan keuangan selengkap mungkin
(Belkoui, 1979 dalam Prayogi, 2003). Perusahaan dengan finansial yang kuat akan
cenderung melaporkan keuangan selengkap dan seluas mungkin daripada perusahaan
yang memiliki kondisi finansial lemah. Selain itu, perhatian para regulator dan
investor terhadap status going concern perusahaan akan memotivasi perusahaan
dengan likuiditas tinggi untuk melakukan IFR agar informasi mengenai tingginya
likuiditas perusahaan diketahui banyak pihak (Owusu 1997, Oyelere et al.,2003).
Hasil penelitian Oyelere et al. (2003) menunjukkan likuiditas berpengaruh signifikan
terhadap IFR.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan yang akan
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah faktor ukuran perusahaan, umur
listing, leverage, reputasi auditor, struktur kepemilikan pihak asing, dan likuiditas
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, umur listing, leverage, reputasi auditor,
struktur kepemilikan pihak asing, dan tingkat likuiditas terhadap pelaporan keuangan
melalui internet.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi pihak manajemen perusahaan,
Sebagai pertimbangan manajemen didalam membuat kebijakan untuk memberikan
informasi keuangan perusahaan, dengan memahami faktor – faktor yang
mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet.
2. Bagi akademis
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memahami faktor yang
mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet untuk memperluas wawasan
tentang perusahaan.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Hanny
Pelaporan Keuangan melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website
Perusahaan” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, likuiditas,
leverage, reputasi auditor, umur listing berpengaruh signifikan terhadap pelaporan
keuangan melalui internet. Sedangkan profitabilitas, jenis industri tidak berpengaruh
terhadap pelaporan keuangan melalui internet. Penelitian ini menguji kembali apa
yang dilakukan oleh Hanny dan Anis.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menghilangkan
variabel profitabilitas dan variabel jenis industri. Alasan peneliti menghilangkan
variabel tersebut adalah karena variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap
pelaporan keuangan melalui internet. Perbedaan lainnya yaitu pada penelitian ini
menggunakan tahun pengamatan tahun 2011 dengan memakai laporan keuangan
tahun 2010. Sedangkan pada penelitian sebelumnya tahun pengamatan 2005.
Perbedaan lainnya, pada penelitian sebelumnya menggunakan seluruh
perusahaan non finansial yang listing di bursa efek, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan khusus perusahaan manufaktur. Alasan peneliti menggunakan
perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur lebih sensitif dalam hal
mengenai kondisi perekonomian. Perbedaan terakhir dengan penelitian sebelumnya
bahwa pada penelitian ini, peneliti menambah satu variabel bebas yaitu struktur
kepemilikan pihak asing yang diambil dari penelitian Luciana (2008) yang juga
meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai “faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet (Internet Financial Reporting)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Serta
menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu
yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan
selama pelaksanaan penelitian.
2.2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari
praktek bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi
teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini
menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal)
yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam
bentuk kontrak kerja sama. Literatur akuntansi tentang pengungkapan sendiri
seringkali mengacu pada konsep keagenan dengan menyediakan dorongan untuk
melakukan pengungkapan wajib maupun sukarela terhadap laporan keuangan.
Dorongan ini ditunjukkan pada literatur sebagai alat penggerak yang digunakan untuk
prinsipal menggunakan informasi akuntansi untuk mengawasi kinerja manajemen
yang bertindak sebagai agen. Pada gilirannya, agen ini akan menggunakan
pengungkapan akuntansi sebagai kesempatan untuk mengisyaratkan kinerjanya
kepada prinsipal (Watts dan Zimmerman, 1986; Healy dan Pelepu, dalam Wolk,et.al.
2000). Sekarang ini internet dapat menyediakan sarana yang ekonomis dan efisien
untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen kepada stakeholder maupun
shareholder. Teori keagenan muncul karena adanya perbedaan kepentingan sehingga
masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Jika
pihak-pihak tersebut bertindak untuk kepentingannya sendiri, maka hal tersebut akan
menimbulkan konflik antara prinsipal dan agen. Menurut Morris (1987, Wolk et.al,
2000), teori keagenan menggambarkan bahwa konflik yang terjadi akan
menimbulkan biaya agensi yang pada akhirnya akan ada insentif untuk
menguranginya.
Teori keagenan mengasumsikan bahwa prinsipal menginginkan pengembalian
yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang mereka tanamkan, salah
satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi dividen dari tiap saham yang mereka
miliki. Sedangkan agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian
kompensasi/bonus/insentif yang memadai dan sebesar-besarnya atas kinerja yang
telah mereka lakukan. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya
memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian dividen. Semakin tinggi laba,
semakin tinggi harga saham dan semakin besar dividen, maka agen dianggap berhasil
Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan,
yaitu: 1) hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik (Bonus Plan
Hypothesis), 2) hubungan keagenan antara manajer dengan kreditur (Debt/Equity
Hypothesis) dan 3) hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah (Political
Cost Hypothesis). Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan
sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka
dalam hal ini hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah. Praktek
IFR merupakan media untuk menyampaikan informasi sebagaimana yang
dikehendaki dalam kontrak keagenan.
Alasan yang mendasari perlunya praktek pengungkapan laporan keuangan
oleh manajemen perusahaan kepada shareholder dijamin dalam hubungan antara
prinsipal dan agen. Laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen
kepada pemilik. Sehingga sebagai wujud pertanggungjawaban, agen akan berusaha
memenuhi seluruh keinginan prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan sukarela
yang lebih luas.
2.3. Teori Sinyal (Signal Theory)
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaiamana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan
keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan
Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk
memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer
perusahaan dan pihak luar, hal ini disebabkan karena manajer perusahaan mengetahui
lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada
pihak luar (Wolk et al., 2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan
dengan mengurangi asimetri informasi tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi
asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, berupa
informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat
meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000).
2.4. Laporan Keuangan (Financial Reporting)
Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan dan
kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu. Unsur-unsur yang berkaitan
langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas.
Sedangkan unsur yang berkaitan dengan kinerja adalah penghasilan dan beban yang
termuat dalam laporan laba-rugi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan
keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah
satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Selain sebagai informasi, laporan
keuangan juga dapat digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban perusahaan
keuangan juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator kesuksesan suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya (Hanafi, 2005).
Laporan keuangan tersebut harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
peraturan Bapepam. Selanjutnya laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh
Akuntan yang terdaftar di Bapepam. Laporan tahunan tersebut terdiri atas:
1. Laporan Laba Rugi
2. Laporan Perubahan Modal
3. Neraca
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
2.4.1. Luas Pengungkapan Laporan Keuangan
Pengungkapan saat ini sudah banyak dilakukan untuk tujuan melindungi
(proactive), memberikan informasi (informative), atau untuk melayani kebutuhan
khusus(differential). Tujuan proactive dilakukan untuk melindungi para pemakai
laporan keuangan, baik publik maupun masyarakat umum yang masih awam. Tujuan
informative adalah menyediakan informasi yang dapat membantu keefisienan dalam
pengambilan keputusan bagi pemakai laporan keuangan. Sedangkan tujuan
differential merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan
informatif, artinya pengungkapan informasi harus dibatasi pada apa yang dipandang
bermanfaat bagi pemakainya. Namun secara umum tujuan suatu pengungkapan
keuangan dan melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang
berbeda-beda (Suwardjono, 2005).
Kualitas pengungkapan ditunjukkan dengan tingkat keluasan pengungkapan
sebagai salah satu indikator. Semakin luas tingkat pengungkapan maka semakin valid
informasi yang diberikan. Tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan
dengan tingkat kelengkapan pengungkapan. Yularto dan Chariri (2003)
mengidentifikasi konsep mengenai pengungkapan sehubungan dengan kualitas
laporan keuangan menjadi tiga, yaitu:
1. Adequate disclosure (cukup)
Tingkat pengungkapan yang memadai adalah pengungkapan yang harus dipenuhi
agar laporan keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan bagi pemakai dalam
mengambil keputusan .
2. Fair disclosure (wajar)
Tingkat pengungkapan yang wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua
pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasi yang sama.
3. Full disclosure (lengkap)
Tingkat pengungkapan yang penuh menuntut penyajian secara penuh terhadap
semua informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.
Dari ketiga konsep tersebut hanya konsep adequate disclosure dan fair
disclosure yang sering digunakan. Sedangkan konsep full disclosure jarang
digunakan karena adanya pertimbangan-pertimbangan khusus dari manajemen antara
1) Menimbulkan informasi yang berlebihan.
2) Memicu sering munculnya interpretasi yang salah dari pembaca.
3) Tersebarnya informasi penting sehingga bisa melemahkan strategi bersaing
perusahaan.
2.4.2. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan
mengenai informasi-informasi penting yang menyangkut aktivitas dan kondisi
perusahaan secara riil yang bersifat wajib dan diatur dalam peraturan hukum
(Suwardjono, 2005). Peraturan yang mengatur hal tersebut dikeluarkan oleh
pemerintah melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1996 tanggal 17
Januari 1996, yang menyatakan bahwa perusahaan yang telah melakukan penawaran
umum dan perusahaan publik berkewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan.
Seiring dengan perkembangan dalam dunia bisnis, peraturan tersebut disempurnakan
dalam Keputusan Ketua Bapepem-LK No. Kep-134/BL/2006.
2.4.3. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan diluar apa yang telah diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan
badan pengawas (Suwardjono, 2005) . Sehingga tidak semua perusahaan melakukan
praktek pengungkapan yang sama, namun sesuai dengan kebutuhan perusahaan
tersebut. Meek et. al. (1995) dalam Fitriani (2001) menegaskan bahwa
memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk
pembuatan keputusan oleh pemakai laporan tahunannya.
Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang
menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham,
khususnya apabila informasi tersebut merupakan berita gembira (good news).
Manajemen juga akan menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan
kredibilitas dan kemajuan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan
(Suwardjono, 2005).
Terdapat lima manfaat pengungkapan sukarela yaitu:
1) memperbaiki reputasi perusahaan,
2) menyajikan informasi yang dapat menghasilkan keputusan investasi yang lebih
baik bagi investor,
3) memperbaiki akuntabilitas,
4) memperbaiki prediksi risiko yang dilakukan oleh investor, dan
5) menyajikan kewajaran harga saham yang lebih baik.
Sedangkan biaya dari pengungkapan sukarela meliputi:
1) biaya competitive disadvantage, dan
2.5. Internet Financial Reporting (IFR)
Praktek IFR tidak dapat dipisahkan dari teori keagenan (agency theory) dan
teori sinyal (signal theory). Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam
hubungan keagenan, yaitu:
1) hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik (Bonus Plan Hypothesis),
2) hubungan keagenan antara manajer dengan kreditur (Debt/Equity Hypothesis) dan
3) hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah (Political Cost
Hypothesis).
Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu dengan
cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hal
hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah. Praktek IFR merupakan
media untuk menyampaikan informasi sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak
keagenan.
Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk
memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer
perusahaan dan pihak luar karena manajer perusahaan mengetahui lebih banyak
mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (Wolk et al.,
2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi
informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan
yang positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai
dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000). Ettredge et al. (2001) menyatakan
bahwa IFR membantu perusahaan dalam menyebarluaskan informasi mengenai
keunggulan-keunggulan perusahaan yang merupakan sinyal positif perusahaan untuk
menarik investor. Hal ini berarti, IFR merupakan sarana untuk mengkomunikasikan
sinyal positif perusahaan kepada publik, terutama investor. Praktik IFR berkembang
pesat dari waktu ke waktu. Deller et al. (1999, dalam Jones et al., 2003) menyatakan
bahwa perusahaan-perusahaan besar di Eropa, Amerika dan Australia menggunakan
internet sebagai media alternatif untuk pelaporan keuangan perusahaan. Praktek IFR
juga berkembang di Austria dan Jerman (Pirchegger dan Wagenhofer,1999 dalam
Oyelere et al., 2003).
Internet Financial Reporting adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan
untuk mencantumkan laporan keuangannya melalui internet, yaitu melalui website
yang dimiliki perusahaan. Literatur akuntansi yang ada menyatakan bahwa IFR
dikenal sebagai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), bukan karena isi
pengungkapannya tetapi karena alat yang digunakan. Venter (2002) dalam Luciana
(2008) terdapat tiga cara penyajian laporan keuangan melalui website, yaitu :
1. Membuat duplikat laporan keuangan yang sudah dicetak ke dalam format
electronic paper.
2. Mengkonversi laporan keuangan ke dalam format HTML (Hypertext Markup
3. Meningkatkan pencantuman laporan keuangan melalui website sehingga lebih
mudah diakses oleh pihak yang berkepentingan daripada laporan keuangan dalam
format cetak.
Menurut Luciana (2008), Internet Financial Reporting memiliki beberapa
keuntungan antara lain :
1. Menawarkan solusi biaya rendah (bagi kedua belah pihak). Bagi investor,
memberikan kemudahan dalam mengakses informasi perusahaan. Sedangkan bagi
perusahaan, dapat mengurangi biaya untuk mencetak serta mengirim informasi
perusahaan kepada investor Menawarkan ketepatan waktu dalam penyebaran
serta akses informasi sehingga informasi lebih relevan karena tepat waktu.
2. Sebagai media komunikasi massa untuk laporan perusahaan. Informasi dapat
diakses oleh pengguna yang lebih luas daripada media komunikasi yang lama.
Tidak ada batasan wilayah sehingga dapat mengembangkan jumlah investor
potensial.
3. Menawarkan informasi keuangan dalam berbagai format yang memudahkan dan
bisa didownload (Hanifa dan Rashid; 2005 dalam Luciana, 2008). Adobe Acrobat
format dalam portable document format (PDF) biasanya merupakan format yang
paling umum digunakan. Selain itu format yang digunakan adalah HTML, Excel,
XBRL.
4. Memungkinkan pemakai berinteraksi dengan perusahaan untuk bertanya atau
memesan informasi tertentu dengan cara yang jauh lebih mudah dan murah
Selain memberikan beberapa keuntungan, pengungkapan informasi keuangan melalui
website perusahaan juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
1. Belum adanya standar khusus yang mengatur pengungkapan informasi keuangan
dalam website perusahaan (Seetharman, 2005;Silva dan Christensen, 2004 dalam
Hanny, Anis, 2006).
2. Biaya untuk membangun serta merawat website terkadang melebihi manfaat yang
didapat (Asbaugh et al., 1999).
3. Sehubungan dengan market competition, dengan diungkapkannya informasi
secara luas, perusahaan akan berpotensi kehilangan keunggulan kompetitifnya
(Asbaugh et al.,. 1999).
Williams dan Ho (1999, dalam Oyelere et al., 2003) membandingkan
pelaporan keuangan dalam website perusahaan di Australia, Singapura, Malaysia dan
Hongkong. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di
Australia dan Singapura lebih banyak menyampaikan informasi keuangan perusahaan
melalui internet daripada melalui annual reports, sedangkan di Malaysia dan
Hongkong, pelaporan keuangan disajikan dalam bentuk IFR dan paper based
reporting secara seimbang. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh hasil
penelitian Xiao et al. (2004) yang melakukan penelitian terhadap
perusahaan-perusahaan di Cina. Hussey et al. (1999, dalam Marston dan Polei, 2004) yang
melakukan studi time series menyatakan dari 100 perusahaan, terdapat peningkatan
jumlah dari 54 menjadi 63 perusahaan yang melakukan IFR antara Agustus 1997 dan
menemukan bahwa 68% dari 50 perusahaan yang dijadikan sampel telah melakukan
praktek IFR. Meskipun fenomena IFR berkembang pesat akhir-akhir ini, akan tetapi
masih banyak juga perusahaan-perusahaan yang memilih untuk tidak melakukan
praktek IFR. Hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi pilihan perusahaaan untuk menerapkan IFR atau tidak. Pengaruh
faktor tersebut terhadap praktek IFR dapat dilihat pada bagian berikut.
2.6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah faktor penentu penting dalam pengungkapan
perusahaan. Hasil dari penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan positif
antara ukuran perusahaan dan tingkat pengungkapan (Meek, Roberts dan Gray,
1995). Terdapat beberapa argumentasi yang mendasar hubungan ukuran perusahaan
dengan tingkat pengungkapan. Pertama, perusahaan besar yang memiliki sistem
informasi pelaporan yang lebih baik cenderung memiliki sumberdaya untuk
menghasilkan lebih banyak informasi dan biaya untuk menghasilkan informasi
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki keterbatasan
dalam sistem informasi pelaporan. Kedua, perusahaan besar memiliki insentif untuk
menyajikan pengungkapan sukarela, karena perusahaan besar dihadapkan pada biaya
dan tekanan politik yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Ketiga,
perusahaan kecil cenderung untuk menyembunyikan informasi penting dikarenakan
memberikan bukti bahwa tingkat pengungkapan berhubungan positif dengan ukuran
perusahaan.
Perusahaan yang besar memiliki shareholder dalam jumlah banyak dan
tersebar luas sehingga dapat meningkatkan agency cost (Hossain et al., 1995 dalam
Oyelere et al., 2003). Watts dan Zimmermann (1978, dalam Marston dan Polei, 2004)
menyatakan bahwa terkait dengan teori agensi, perusahaan besar memiliki agency
cost yang besar karena perusahaan besar harus menyampaikan pelaporan keuangan
yang lengkap kepada shareholders sebagai wujud pertanggungjawaban manajemen.
Agency cost tersebut berupa biaya penyebarluasan laporan keuangan, termasuk biaya
cetak dan biaya pengiriman laporan keuangan kepada pihak-pihak yang dituju oleh
perusahaan (Oyelere et al., 2003). Praktek IFR dalam penyebarluasan laporan
keuangan merupakan usaha untuk mengurangi besarnya agency cost. Marston dan
Polei (2004) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki tingkat
kompleksitas yang tinggi sehingga investor akan membutuhkan informasi keuangan
perusahaan yang lebih banyak untuk membuat keputusan investasi yang lebih efektif.
Lebih lanjut, terkait dengan political cost, Marston Polei (2004) menjelaskan bahwa
perusahaan besar lebih mudah diawasi kegiatannya di pasar modal dan di lingkungan
sosial pada umumnya, sehingga memberi tekanan pada perusahaan untuk melakukan
pelaporan keuangan yang lebih lengkap dan luas melalui IFR. Hasil penelitian Creven
Marston (1999), sebagaimana dikutip Marston, Polei (2004) menunjukkan hubungan
2.7. Umur Listing
Menurut UU Pasar Modal No 8 tahun 1995 (Sunariyah, 2004) menjelaskan
bahwa perusahaan yang akan listing dan yang telah listing memiliki kewajiban untuk
melakukan pelaporan keuangan. Susanto (1992, dalam Prayogi, 2003) menyatakan
bahwa perusahaan yang terdaftar di BEJ akan memberikan pelaporan keuangan yang
lebih lengkap dibanding dengan perusahaan lain. Alasannya,
perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai pengalaman lebih dalam pelaporan keuangan
tahunan. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Marwoto (2000, dalam Prayogi, 2003)
yang berpendapat bahwa umur listing perusahaan berhubungan positif dengan
kualitas pelaporan keuangan perusahaan karena perusahaan yang sudah lama terdaftar
dalam bursa memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan
laporan keuangan.
Perusahaan yang lebih lama listing menyediakan publisitas informasi yang
lebih banyak dibanding perusahaan yang baru saja listing sebagai bagian dari praktik
akuntabilitas yang ditetapkan oleh BAPEPAM. Perusahaan yang lebih
berpengalaman mempunyai kecenderungan untuk mengubah metode pelaporan
informasi keuangannya sesuai dengan perkembangan teknologi untuk menarik
investor melalui penggunaan IFR. Sedangkan perusahaan yang baru melakukan go
publik mungkin saja memiliki website, tetapi belum tentu melakukan praktek IFR.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung akan melakukan
pelaporan keuangannya secara lebih transparan dibandingkan dengan
perusahaan yang sudah lama listing di BEI memiliki lebih banyak pengalaman dalam
mempublikasikan laporan keuangannya. Perusahaan yang lebih berpengalaman
tersebut akan melakukan pelaporan keuangan sesuai dengan perkembangan jaman.
Tidak hanya secara paper-based reporting system tetapi sudah secara paper-less
reporting system.
2.8. Leverage
Agency Theory menjelaskan dan memprediksi bahwa semakin besar leverage
perusahaan, semakin potensial transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang
saham (Jansen dan Meckling, 1976 dalam Oyelere et al., 2003). Akan tetapi leverage
yang tinggi menjadikan pihak manajemen perusahaan menjadi lebih sulit dalam
membuat prediksi jalannya perusahaan ke depan (Firth dan Smith, 1992 dalam
Ghozali dan Mansur, 2002). Hal ini tentu saja mengancam posisi manajer perusahaan
karena mereka dianggap tidak dapat mengelola perusahaan dengan baik. Jansen dan
Meckling (1976, dalam Rizal, 2001) menyatakan bahwa terkadang manajer
cenderung menyampaikan informasi-informasi positif untuk menutupi kekurangan
perusahaan. Hal ini berarti manajer dapat menyampaikan informasi-informasi positif
perusahaan yang lebih lengkap untuk “mengaburkan” perhatian kreditur dan
pemegang saham untuk tidak terlalu fokus hanya pada leverage perusahaan yang
tinggi. Sebagai contoh, Jansen dan Meckling (1976, dalam Zuhrotun, 2006)
menyatakan adanya penerbitan surat utang mendorong manajer untuk meyakinkan
penyampaian informasi mengenai rencana perusahaan untuk melakukan investasi
yang memberikan ekspansi imbal balik yang tinggi pula sehingga dapat menutup
utang perusahaan.
Seiring dengan meningkatnya leverage, manajer dapat menggunakan IFR
untuk membantu menyebarluaskan informasi-informasi positif perusahaan dalam
rangka “mengaburkan” perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak terlalu
fokus hanya pada leverage perusahaan yang tinggi. Hal ini disebabkan pelaporan
keuangan melalui internet dapat memuat informasi perusahaan yang lebih banyak
dibandingkan melalui paperbased reporting. Teori keagenan dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara tingkat leverage perusahaan dengan pengungkapan
sukarela. Berdasarkan teori ini, semakin tinggi tingkat leverage, perusahaan memiliki
insentif untuk meningkatkan pengungkapan sukarela kepada stakeholder baik berupa
media pengungkapan tradisional maupun media lain yaitu pengungkapan informasi
perusahaan melalui website perusahaan (Jensen and Meckling, 1976, dalam Zuhrotun,
2006). Terdapat hasil penelitian yang beragam yang menjelaskan hubungan antara
tingkat leverage perusahaan dengan tingkat pengungkapan sukarela. Ismail (2002,
dalam Zuhrotun, 2006) memberikan bukti adanya hubungan positif antara internet
financial reporting dan tingkat leverage perusahaan dalam struktur modal perusahaan,
sementara penelitian yang dilakukan oleh Oyelere (2003) tidak mendukung adanya
asosiasi antara tingkat leverage dan pengungkapan sukarela. Meek et al (1995)
memberikan bukti adanya asosiasi negatif antara leverage dan pengungkapan sukarela
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
jangka panjangnya. Dalam Teori Keagenan dijelaskan bahwa semakin tinggi leverage
perusahaan, semakin baik transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang
saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki proporsi utang lebih besar dalam
struktur permodalannya akan mempunyai biaya agensi yang lebih tinggi. Oleh karena
itu, perusahaan yang memiliki leverage tinggi mempunyai kewajiban yang lebih
tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Chow, 1987).
Perusahaan dengan jumlah hutang yang tinggi akan menanggung biaya agensi yang
lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya transfer kekayaan dari debtholder kepada
stockholder. Di sisi lain dengan proporsi leverage yang lebih tinggi, maka kebutuhan
informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya oleh
kreditur akan lebih tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi biaya agensi serta
konflik kepentingan yang muncul yaitu dengan melakukan pengungkapan informasi
yang lebih banyak, yaitu dengan menyajikan pengungkapan informasi keuangan
melalui website perusahaan.
2.9. Reputasi Auditor
Auditing membantu mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dan
investor (Malone et al., 1993 dalam Oyelere et al., 2003). Untuk mempertahankan
reputasinya dalam rangka mengurangi konflik kepentingan tersebut, Kantor Akuntan
Publik (KAP) ternama mempunyai dorongan yang kuat untuk menjaga independensi
saham dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (Rezaee, 2003). Ahmed (1996,
dalam Oyelere et al., 2003) menemukan hubungan yang signifikan antara reputasi
auditor dengan pengungkapan. Rezaee (2003) menyatakan bahwa KAP bereputasi
tinggi (Big Four) memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mendeteksi
kecurangan pelaporan keuangan karena Big Four memiliki: kemampuan yang lebih
besar untuk bertahan dari tekanan klien, lebih peduli pada reputasi mereka, memiliki
sumber daya yang lebih besar berkaitan dengan kompetensi personelnya dan
teknologi maju yang dimiliki serta memiliki strategi dan proses audit yang lebih baik.
Ali dan Hartono (2003) menyatakan bahwa kualitas aktual audit tidak dapat
diobservasi, sehingga auditor berusaha untuk mengkomunikasikan kualitas mereka
melalui signal seperti reputasi atau brand names. Untuk itu terkait dengan teori
sinyal, Healy dan Palepu (2001, dalam Xiao et al., 2004) menyatakan bahwa
penggunaan KAP yang bereputasi merupakan sinyal positif perusahaan karena
perusahaan akan diinterpretasikan oleh publik bahwa perusahaan memiliki informasi
yang tidak menyesatkan dan telah melaporkan informasi setransparan mungkin. Tentu
saja hal tersebut akan menaikkan citra perusahaan dan mendorong perusahaan untuk
menyebarluaskan laporan keuangan melalui IFR dalam rangka menggalang
kepercayaan investor karena laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya.
Perusahaan akan cenderung menggunakan KAP yang memiliki reputasi yang baik
yaitu KAP yang masuk dalam Big Four yaitu Ernst&Young, Deloite Touche
Tohmatsu, KPMG, serta Price Waterhouse Copper. KAP yang berafiliasi dengan
bertahan dari tekanan klien, lebih peduli pada reputasi mereka, memiliki sumberdaya
yang lebih besar berkaitan dengan kompensasi individu dan teknologi maju yang
dimiliki serta memiliki strategi dan proses audit yang lebih baik (Hanny, Anis, 2006).
Berdasarkan Fact Book tahun 2005 diketahui KAP di Indonesia yang berafiliasi
dengan KAP Big Four adalah :
1. Purwanto, Sarwoko dan Sanjaya (berafiliasi dengan Ernst & Young)
2. Osman, Ramli dan Satrio (berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu)
3. Sidharta, Sidharta dan Wijaya (berafiliasi dengan KPMG)
4. Haryanto, Sahari dan Rekan (berafiliasi dengan Price Waterhouse Copper)
2.10. Struktur Kepemilikan Pihak Asing
Teori keagenan menyatakan bahwa semakin menyebar kepemilikan saham
perusahaan, perusahaan diekspektasikan akan mengungkapkan informasi lebih
banyak yang bertujuan untuk mengurangi biaya keagenan. Konflik keagenan semakin
besar bagi perusahaan yang memiliki penyebaran kepemilikan saham perusahaan.
Beberapa penelitian oleh Chau dan Gray, 2002; Eng dan Mak, 2003; dan Ghazali dan
Weetman, 2006, (Luciana,2008) menunjukkan bahwa struktur kepemilikan
mempengaruhi pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Chau dan Gray (2002
Luciana, 2008), menguji perusahaan-perusahaan di Hongkong dan Singapura,
menunjukkan hubungan yang signifikan antara proporsi kepemilikan pihak luar
Foreign Ownership atau proporsi kepemilikan saham oleh pihak asing adalah
jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Perusahaan dengan
kepemilikan asing akan cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas
dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan domestik dengan alasan :
1. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung memiliki teknologi yang
cukup, sehingga mendukung terciptanya sistem informasi manajemen yang lebih
efisien, sehingga lebih mudah memberi akses dalam sistem pengendalian intern
dan kebutuhan informasi bagi perusahaan induknya,
2. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung memberikan pelatihan yang
cukup bagi tenaganya mengenai pekerjaan yang diberikan, kemungkinan juga
terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan dengan
kepemilikan asing dari pelanggan, pemasok dan analisa masyarakat (Luciana,
2008).
2.11. Likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas
yang tinggi akan berhubungan dengan pelaporan keuangan perusahaan selengkap dan
seluas mungkin. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan
cenderung termotivasi untuk menginformasikan laporan keuangannya selengkap dan
seluas mungkin dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat likuiditas yang
kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk melunasi
utang jangka pendeknya maka semakin likuid perusahaan tersebut. Dimana tingkat
likuiditas perusahaan akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan
investasi. Investor tidak akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang kurang
likuid karena mereka akan beranggapan bahwa perusahaan yang kurang likuid
memiliki kecenderungan akan mengalami suatu kebangkrutan.
Belkoui (1979, dalam Prayogi, 2003) berkeyakinan bahwa kekuatan perusahaan yang
ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan pelaporan
keuangan selengkap mungkin. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa perusahaan
dengan finansial yang kuat akan cenderung melaporkan keuangan selengkap dan
seluas mungkin daripada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah.
Selain itu, perhatian para regulator dan investor terhadap status going concern
perusahaan akan memotivasi perusahaan dengan likuiditas tinggi untuk melakukan
IFR agar informasi mengenai tingginya likuiditas perusahaan diketahui banyak pihak
(Owusu Ansah, 1997 dalam Oyelere et al., 2003). Hasil penelitian Oyelere et al.
(2003) menunjukkan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap IFR. Lebih lanjut
Oyelere et al. (2003) menjelaskan, penggunaan internet untuk menyediakan informasi
keuangan merupakan ekspresi management’s confidence terhadap prospek masa
depan. Dengan demikian tingkat likuiditas perusahaan memiliki pengaruh terhadap
2.12. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pelaporan keuangan melalui internet di Indonesia masih
jarang dilakukan. Tetapi penelitian ini sudah banyak dilakukan diluar negeri. Luciana
(2008) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela
“Internet Financial and Sustainability Reporting”. Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kepemilikan mayoritas mempengaruhi
tingkat pengungkapan sukarela perusahaan. sedangkan leverage perusahaan tidak
mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela tersebut.
Disamping itu penelitian yang dilakukan Arum (2008) yang meneliti tentang
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet
(Internet Financial Reporting) dalam website perusahaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa profitabilitas dan public ownership mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pelaporan keuangan melalui perusahaan. sedangkan ukuran
perusahaan, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing, serta
foreign ownership tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan internet.
Penelitian lainnya yang meneliti tentang pelaporan keuangan melalui internet
diteliti juga oleh Hanny dan Anis (2006). Judul penelitiannya adalah Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan melalui Internet (Internet Financial
Reporting) dalam Website Perusahaan . Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor, dan umur listing
berpengaruh terhadap pelaporan keuangan melalui internet, sedangkan profitabilitas
Penelitian ukuran perusahaan dan jenis industri yang diteliti oleh Craven and
Marston (1999) juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pelaporan keuangan melalui internet. Sedangkan jenis industri tidak
berpengaruh. Berikut daftar peneliti sebelumnya yang dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Daftar Peneliti Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Variabel yang digunakan dan Hasilnya
1 Luciana (2008) Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
2 Arum (2008) Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing, serta
foreign ownership tidak berpengaruh
terhadap pelaporan keuangan melalui
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis
yang dapat dirumuskan dalam model konseptual yaitu:
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Sesuai dengan gambar kerangka konsep penelitian diatas, dapat dijelaskan
bahwa suatu perusahaan yang besar akan lebih banyak memberikan informasi
keuangan kepada publik dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Perusahaan
yang besar salah satu indikatornya adalah pada jumlah aset yang dimilikinya.
Semakin banyak aset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula suatu
Ukuran Perusahaan
Umur Listing
Pelaporan Keuangan melaluiinternet
Leverage
Reputasi Auditor
Struktur Kepemilikan Pihak Asing
perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar akan mudah memberikan keyakinan dan
kepercayaan kepada investor maupun calon investor untuk menanamkan modalnya
didalam perusahaan. Jika hanya mengandalkan publikasi laporan keuangan melalui
pasar modal maka informasi tersebut akan lamban sampai kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sehingga banyak perusahaan yang besar sekarang ini
mempublikasikan informasi keuangannya melalui website pribadi. Sehingga semakin
besar perusahaan tersebut semakin besar keinginan perusahaan untuk
mempublikasikan informasi keuangannya melalui internet untuk menarik perhatian
investor ataupun calon investor menanamkan modalnya kedalam perusahaan.
Perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan
pelaporan keuangan yang lebih lengkap dibandingkan dengan perusahaan yang belum
listing di BEI. Selain itu perusahaan yang telah lama listing di BEI akan cenderung
mengubah metode pelaporan informasi keuangan sesuai dengan perkembangan
teknologi untuk menarik investor salah satunya melalui IFR. Dengan demikian umur
listing perusahaan memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam
menerapkan praktek IFR. Semakin lama perusahaan tersebut listing di bursa efek
maka semakin besar pengungkapan informasi keuangannya melalui website pribadi
perusahaan.
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjangnya. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan cenderung
lebih banyak mengungkapkan informasi keuangannya untuk lebih memberikan
perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi akan menggunakan IFR
untuk membantu menyebarluaskan informasi-informasi positif perusahaan dalam
rangka mengaburkan perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak terlalu
fokus hanya pada leverage perusahaan yang tinggi. Dengan demikian, diharapkan
perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi akan semakin sering
memberikan informasi yang lebih luas tentang keuangan melalui IFR.
Penggunaan auditor yang mempunyai reputasi baik akan mempengaruhi
kualitas informasi keuangan. Semakin baik reputasi auditor tersebut akan lebih
memberikan kepercayaan kepada publik. Perusahaan yang menggunakan KAP yang
bereputasi (Big Four) akan cenderung melaporkan informasi perusahaan setransparan
mungkin guna menarik minat para kreditur dan investor. Hal tersebut akan menaikkan
citra perusahaan di kalangan publik. Dengan demikian reputasi auditor memiliki
pengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR. Semakin
perusahaan sering menggunakan auditor yang mempunyai reputasi baik maka
semakin sering perusahaan mengungkapkan informasi keuangan di internet untuk
menarik investor maupun calon investor.
Struktur kepemilikan pihak asing merupakan persentase saham yang dimiliki
oleh pihak asing terhadap jumlah semua saham perusahaan. Perusahaan dengan
kepemilikan asing akan cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas, salah
satunya dengan menerapkan IFR. Hal ini dikarenakan pengguna laporan keuangan
bukan hanya ada di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Dengan penerapan IFR,
laporan keuangan tersebut dengan cepat. Dengan demikian foreign ownership
memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam menerapkan praktek IFR.
Semakin banyak struktur kepemilikan dari pihak asing maka semakin sering juga
perusahaan akan menginformasikan tentang keuangan perusahaan di website ataupun
internet yang tujuannya adalah untuk lebih menarik kepercayaan investor maupun
calon investor untuk berinvestasi di perusahaan.
Mengetahui tingkat likuiditas suatu perusahaan merupakan salah satu faktor
terpenting. Tingkat likuiditas merupakan kemampuan perusahaan didalam melunasi
hutang jangka pendeknya. Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi akan
lebih sering mengungkapkan informasi keuangan yang lebih luas dibandingkan
dengan perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang rendah. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi akan lebih
mempunyai citra yang baik kepada publik karena mampu membayar hutang jangka
pendeknya secara tepat waktu. Oleh sebab itu, diharapkan perusahaan yang
mempunyai tingkat likuiditas tinggi akan lebih menginformasikan keuangannya
khususnya laporan keuangan melalui internet.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah yang akan diuji
kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui
setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka
ukuran perusahaan, umur listing, leverage¸reputasi auditor, struktur kepemilikan
pihak asing, dan likuiditas berpengaruh terhadap pelaporan keuangan melalui internet