48
Lampiran 2. Gambar tumbuhan dan daun binara (Artemisia vulgaris L.)
Tumbuhan binara
49
Lampiran 3. Gambar tumbuhan dan daun ulam-ulam (Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC.
Tumbuhan ulam-ulam
50
Lampiran 4. Gambar simplisia dan serbuk simplisia daun binara
Simplisia daun binara
51
Lampiran 5. Gambar simplisia dan serbuk simplisia daun ulam-ulam
Simplisia daun ulam-ulam
52
Lampiran 6. Gambar mikroskopik penampang melintang daun segar binara
53
Lampiran 7. Gambar mikroskopik serbuk simplisia daun binara
Keterangan: 1. Rambut penutup 2. Stomata tipe anisositik
3. Berkas pembuluh bentuk tangga 4. Parenkim tangkai daun
54
Lampiran 8. Gambar mikroskopik penampang melintang daun segar ulam-ulam
Keterangan:
1. Rambut penutup 7. Ca oksalat bentuk druse
2. Kutikula 8. Floem
3. Epidermis atas 9. Xilem
4. Jaringan palisade 10. Kolenkim
5. Jaringan bunga karang 11. Epidermis bawah
55
Lampiran 9. Gambar mikroskopik serbuk simplisia daun ulam-ulam
Keterangan : 1. Jaringan palisade 2. Rambut penutup
3. Stomata tipe anomositik 4. Ca oksalat bentuk druse
56 Lampiran 10. Bagan penelitian
Dipisahkan dari pengotor
Dicuci, ditiriskan dan ditimbang berat basah
Mikroskopik daun segar
Dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu ± 40 - 500C daun binara dan daun
ulam-ulam
Serbuk simplisia
Karakteristik simplisia
Skrining fitokimia serbuk simplisia
Makroskopik Mikroskopik Pk air
Pk sari larut air Pk sari larut etanol Pk abu total Pk abu tidak larut
Steroida/triterpenoida serbuk simplisia
200 gram
57 Lampiran 11. Bagan pembuatan ekstrak etanol
200 gram serbuk simplisia daun binara dan 200 gram serbuk
simplisia daun ulam-ulam
Perkolat Ampas
Ekstrak kental binara 63,35 gram dan Ekstrak kental ulam-ulam 73,25 gram Hasil perkolasi
Dimasukkan kedalam wadah tertutup
Serbuk simplisia direndam dalam bejana tertutup dengan etanol 70% selama 3 jam
Dimasukkan ke dalam alat perkolator
Dituang cairan penyari etanol 70% secukupnya sampai semua terendam dan terdapat selapis cairan penyari di atasnya
Ditutup mulut tabung perkolator dengan alumunium foil
Dibiarkan selama 24 jam
Dibuka kran, perkolat ditampung dan ditambah pelarut terus
menerus hingga tetesan perkolat
58
Lampiran 12. Bagan uji aktivitas antibakteri dari larutan uji
Biakan murni bakteri
Stok kultur bakteri
Suspensi bakteri 108
Suspensi bakteri 106
Diambil dengan jarum ose steril Ditanam biakan pada media NA
i i
Diinkubasikan pada suhu 37 0C selama 18 - 24 jam
Diambil dengan jarum ose steril Disuspensikan dalam 10 ml NB
steril dan inkubasi selama ± 2 jam Divorteks hingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar Mc. Farland 108 CFU/ml
Dipipet 0,1 ml ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 9,9 ml NB steril dan divorteks hingga homogen
Dipipet 0,1 ml ke dalam cawan petri Dituang 10 ml NB steril cair (45 - 500C), dibiarkan memadat
Hasil inkubasi
Diameter hambat
Dibuat lubang dengan punch hole pada permukaan media, diteteskan 0,1 ml larutan uji yang berbeda Dipra-inkubasikan selama 15 Diinkubasikan pada suhu 370C selama 18 - 24 jam
59 Lampiran 13. Perhitungan data
1. Perhitungan penetapan kadar air
60 b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam Penjenuhan dengan 2 ml aquadest Volume penjenuhan = 1,8 ml
61 Lampiran 13 : (Lanjutan)
1. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam air
( )
a. Serbuk simplisia daun binara
Sampel Berat sampel (g) Berat sari air (g)
Kadar sari larut dalam air = 0,1370
5,0000
×
100
20
×
100% = 13,7%Berat sampel II = 5,0020
Berat sari = 0,1365
Kadar sari larut dalam air = 0,1365
5,0020
×
100
20
×
100% = 13,6%Berat sampel III = 5,0010
Berat sari = 0,1325
Kadar sari larut dalam air = 0,1325
5,0010
×
100
20
×
100% = 13,2%Kadar sari rata-rata = 13,7% + 13,6% + 13,2%
62 b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam
Sampel Berat sampel (g) Berat sari air (g)
Kadar sari larut dalam air = 0,1384
5,0050
×
100
20
×
100% = 13,8%Berat sampel III = 5,0020
Berat sari = 0,1372
Kadar sari larut dalam air = 0,1372
5,0020
×
100
20
×
100%= 13,7%Kadar sari rata-rata = 13,8% + 13,8% + 13,7%
63 Lampiran 13. (Lanjutan)
3. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
( )
a. Serbuk simplisia daun binara
Sampel Berat sampel (g) Berat sari etanol (g)
I 5,0000 0,1390
II 5,0020 0,1360
III 5,0040 0,1310
Berat sampel I = 5,0000
Berat sari = 0,1390
Kadar sari larut dalam etanol = 0,1390
5,0000
×
100
20
×
100% = 13,9%Berat sampel II = 5,0020
Berat sari = 0,1360
Kadar sari larut dalam etanol = 0,1360
5,0020
×
100
20
×
100% = 13,5%Berat sampel III = 5,0040
Berat sari = 0,1310
Kadar sari larut dalam etanol = 0,1310
5,0040
×
100
20
×
100% = 13%Kadar sari rata-rata = 13,9% + 13,5% + 13%
64 b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam
Sampel Berat sampel (g) Berat sari etanol (g)
I 5,0030 0,1315
II 5,0015 0,1380
III 5,0010 0,1330
Berat sampel I = 5,0030
Berat sari = 0,1315
Kadar sari larut dalam etanol = 0,11315
5,0030
×
100
20
×
100% = 13,7%Berat sampel II = 5,0015
Berat sari = 0,1380
Kadar sari larut dalam etanol = 0,1380
5,0015
×
100
20
×
100% = 13,7%Berat sampel III = 5,0010
Berat sari = 0,1330
65 Lampiran 13. (Lanjutan)
4. Perhitungan penetapan kadar abu total
Kadar abu total
=
Berat abu (g)Berat sampel (g)
×
100%a. Serbuk simplisia daun binara
Sampel Berat simplisia (g) Berat abu (g)
66 b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam
Sampel Berat simplisia (g) Berat abu (g)
67 Lampiran 13. (Lanjutan)
5. Perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut asam
( )
a. Serbuk simplisia daun binara
Sampel Berat simplisia (g) Berat abu (g)
I 2,0000 0,0286
Kadar abu tidak larut asam = 0,0291
2,0001
×
100%= 1,4%Kadar abu tidak larut asam rata-rata = 1,4% + 1,3% + 1,4%
68 b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam
Sampel Berat simplisia (g) Berat abu (g)
I 2,0000 0,0289
II 2,0001 0,0293
III 2,0001 0,0279
Berat sampel I = 2,0000
Berat abu = 0,0289
Kadar abu tidak larut asam = 0,0289
2,0000
×
100%= 1,4%Kadar abu tidak larut asam = 0,0279
2,0001
×
100%= 1,3%Kadar abu tidak larut asam rata-rata = 1,4% + 1,4% + 1,3%
69
Lampiran 14. Hasil pengukuran daerah hambat pertumbuhan bakteri dari ekstrak etanol daun binara.
Konsentrasi ekstrak etanol daun
binara (mg/ml)
Diameter daerah hambat pertumbuhan bakteri (mm) Staphylococcus aureus Escherichia coli
DI DII DIII D* DI DII DIII D*
D : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
70
Lampiran 15. Hasil pengukuran daerah hambat pertumbuhan bakteri dari ekstrak etanol daun ulam-ulam.
Diameter daerah hambat pertumbuhan bakteri (mm) Staphylococcus aureus Escherichia coli
DI DII DIII D* DI DII DIII D*
D : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
71
Lampiran 16. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binara bakteri Staphylococcus aureus
A B
C
72 Lampiran 16. (Lanjutan)
C D
73
Lampiran 17. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun ulam- ulam bakteri Staphylococcus aureus
A B
C
74 Lampiran 17. (Lanjutan)
C D
75
Lampiran 18. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binara terhadap bakteri Escherichia coli
A B
C
76 Lampiran 18. (Lanjutan)
C D
77
Lampiran 19. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun ulam- ulam terhadap bakteri Escherichia coli
A B
C
78 Lampiran 19. ( Lanjutan)
C D
79
Lampiran 20. Gambar hasil uji aktivitas blanko (etanol 96%) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli
A B
80
Lampiran 21. Gambar hasil pewarnaan Gram positif bakteri Staphylococcus aureus dan Gram negatif bakteri Escherichia coli
A B