i ABSTRAK
AKIBAT HUKUM PEMISAHAN PERSEROAN TERHADAP KREDITUR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG
PERSEROAN TERBATAS
Sapta Agung Prasetya* Bismar Nasution **
Windha ***
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 merupakan sebuah lega l sta nding bagi perseroan terbatas untuk memulai, menjalankan, dan mengkahiri kegiatan perseroan. Undang-undang ini pada akhirnya mengatur mengenai pemisahan perseroan yang sebelumnya sudah terjadi dalam praktik tetapi belum ada ketentuan hukum yang mengaturnya.
Dalam proses pemisahan direksi memiliki peran sentral sebagai wakil perseroan yang meyakinkan para stakeholder untuk menyetujui rencana pemisahan pereroan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini antara lain: bagaimana pengurusan perseroan terbatas dan bagaimana pelaksanaan pemisahan perseroan serta bagaimana akibat hukum permisahan perseroan terhadap kreditur, yang semuanya itu dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Penulisan ini menggunakan metode studi hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan dituangkan dalam bentuk deskriptif.
Hukum positif Indonesia mengatur pemisahan perserroan dalam UUPT. Pada perseroan direksi memiliki peran sentral, yakni sebagai pengurus dan juga wakil perseroan. Dalam menjalankan perannya direksi tidak pernah terlepas dari kepentingan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditur. Pemisahan pereroan harus mendapat persetujuan dari kreditur dan dibahas dalam RUPS. Persetujuan ini sangatlah penting untuk menghindarkan adanya pihak yang dirugikan di kemudian hari karena proses pemisahan ini tentunya menimbulkan akibat hukum bagi kreditur perseroan.
Kata kunci : Direksi, Pemisahan Perseroan, Kreditur. * Mahasiswa
** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing I