1
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PERENCANAAN TUBUH EMBUNG UMBARAN
GUNUNG RANCAK SAMPANG
DISUSUN OLEH :
WILDAN SYAHRIR RIDHA NRP : 3109030078
DIMAS NURDIANSYAH NRP : 3109030086
DOSEN PEMBIMBING : Ir. SAPTARITA
NIP. 19530907.198403.2.001
PROGRAM DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb,
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul Perencanaan Tubuh Embung Umbaran Gunung Rancak Sampang.
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi kami di Program Studi Diploma 3 Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Laporan tugas akhir ini bias terwujud berkat bimbingan, saran-saran, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penyusun
menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1. Allah SWT, atas semua rahmat-Nya.
2. Nabi Muhammad SAW, atas semua pelajarannya.
3. Bapak Dr. Ir. M. Sigit Darmawan, M. SC, selaku Kepala Program Diploma 3 Teknik Sipil FTSP-ITS.
4. Ir.Saptarita selaku dosen pembimbing Proyek Akhir kami.
5. Kedua orang tua kami yang selalu mendukung dan memberikan do’a. 6. Bapak Ibu Dosen dan Karyawan Prodi D3 Teknik Sipil FTSP-ITS
7. Teman-teman yang selalu membantu dan memberikan dukungan kepada kami. 8. Semua pihak yang tidak bias kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusun dalam menyelesaikan laporan proyek akhir ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik yang disengaja maupun tidak, untuk itu mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini bisa bermanfaat untuk kita semua
Wassalamualaikum wr.wb.
Surabaya, 5 Januari 2012
3
2.1.2 Analisa Hujan Rencana...5
2.1.2.1 Metode Distribusi Normal...6
2.1.2.2 Metode Distribusi Gumbel...6
2.1.2.3 Metode Log Pearson Type III...7
2.1.3 Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi Curah Hujan Rencana...8-10 2.1.4 Hidrograf Banjir Metode Nakayasu...10
2.2 Analisa Kapasitas Embung...11
2.2.1 Menentukan Debit Inflow...11
2.2.2 Menentukan Debit Outflow...11
2.2.3 Menentukan Lengkung Kapasitas Embung...11
2.2.4 Analisa Kebutuhan Air Baku...12
2.2.4.1 Proyeksi Jumlah Penduduk...12
2.2.4.2 Perhitungan Kebutuhan Air...13
2.3 Perencanaan Teknis Tubuh Embung...13
2.3.1 Perhitungan Kapasitas Pelimpah...13
2.3.2 Menentukan Kapasitas Banjir...14
2.3.3 Menentukan Tinggi Jagaan...14
2.3.4 Menentukan Lebar Mercu Embung...15
2.4 Perencanaan Stabilitas Tubuh Embung...15
2.4.1 Stabilitas Tubuh Embung Terhadap Aliran Filtrasi...15
2.4.1.1 Penentuan Kapasitas Aliran Filtrasi...15
2.4.1.2 Penentuan Aliran Filtrasi Terhadap Sufosi dan Boiling...16
2.4.2 Stabilitas Tubuh Embung Terhadap Gelincir...16
BAB III METODOLOGI 3.1 Jadwal Kegiatan Penyusunan Proyek Akhir...18
3.2 Diagram Alir Kegiatan Penyusunan Proyek Akhir...19
4
URAIAN SINGKAT
Desa Gunung Rancak Kabupaten Sampang sering mengalami kekurangan air bersih di musim kemarau dikarenakan tidak tersedianya tempat tampungan.Sehingga air hujan langsung mengalir ke laut.Maka sebagai alternatif pemecahan masalah adalah dengan membangun embung yang dimanfaatkan untuk menyimpan air di musim hujan dan digunakan di musim kemarau.
Selain sebagai kebutuhan masyarakat, embung tersebut juga sebagai penampung untuk mencegah terjadinya banjir yang selalu terjadi saat musim hujan di wilayah Kabupaten Sampang.
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan air bersih merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.Kekurangan sumber air bersih dapat menyebabkan terjadinya beberapa masalah, seperti kekurangan gizi, kesulitan mencuci pakaian dan yang paling parah adalah dapat menimbulkan sumber penyakit yang menyebabkan kematian.
Desa Gunung Rancak merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang mengalami kesulitan air bersih.Hal ini umumnya terjadi pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan air sangat melimpah, karena desa Gunung Rancak memiliki tingkat curah hujan yang tinggi.
Perencanaan Embung merupakan salah satu solusi yang dapat diaplikasikan di Desa Gunung Rancak, yang berfungsi menampung air pada musim hujan dan dapat dimanfaatkan pada musim kemarau untuk kebutuhan air baku. Dalam perencanaan embung terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan antara lain, kapasitas embung, kekuatan dan kestabilan konstruksi, efisiensi dan ketepatgunaan serta perencanaan yang sesuai dengan standar teknis yang berlaku.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas untuk mengatasi masalah yang terjadi di Desa Gunung Rancak II adalah :
1. Berapa jumlah kebutuhan air baku yang diperlukan di desa Gunung Rancak ? 2. Desain Embung apa yang cocok digunakan pada wilayah desa Gunung Rancak ?
1.3 Batasan Masalah
Untuk mengatasi masalah yang begitu komplek dalam perencanaan embung ini,
maka dalam proyek akhir ini dibatasi pada permasalahan “ Perencanaan Embung Umbaran Gunung Rancak Sampang” yang meliputi :
a. Analisa Hidrologi.
b. Menghitung kebutuhan air baku.
c. Perencanaan Hidrolis Main Dam / Bendung. d. Perhitungan Stabilitas Main Dam / Bendung. e. Perencanaan Hidrolis Spillway (Pelimpah). f. Perhitungan Stabilitas Spillway (Pelimpah). g. Merencanakan saluran pengelak.
6 1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari perencanaan ini adalah :
1. Menghitung jumlah kebutuhan air penduduk desa Gunung Rancak.
2. Pemilihan tipe dan perencanaan teknis embung yang cocok untuk kondisi desa Gunung Rancak.
1.5 Manfaat Penelitian
Proposal tugas akhir ini diharapkan dapat merencanakan detail embung untuk menampung air sesuai dengan kapasitas yang ada sehingga kebutuhan air baku di desa Gunung Rancak Kecamatan Robatal Sampang dapat terpenuhi dan taraf hidup masyarakat didaerah tersebut dapat meningkat.
1.6 Lokasi
Lokasi direncanakan Embung terletak di Gunung Rancak Kabupaten Sampang Madura.
Gambar 1.1
(Sumber : Dinas PU Pengairan)
Gambar 1.2
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Hidrologi
2.1.1 Curah Hujan Rata – rata
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja. Mengingat hujan sangat bervariasi terhadap tempat, maka untuk kawasan yang luas satu alat penakar tidak dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata – rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada dalam dan atau sekitar wilayah tersebut.
Analisa secara umum perhitungan perkiraan besarnya curah hujan daerah dapat dihitung dengan metode Thiesen-polygon sebagai berikut :
̅ =
...(1)
̅ = ... (2)
̅ = W R +W₂R₂+…+WnRn... (3) (Sumber : Sosrodarsono, Hal.27)
Dimana :
̅ = Curah hujan daerah
R1, R2, Rn = Curah hujan ditiap pengamatan
A1,A2,An = Bagian luas yang mewakili tiap pengamatan W1,W2,Wn = Koefisien Thiessen
n = Jumlah titik pengamatan
2.1.2 AnalisaHujan Rencana
Metode – metode yang digunakan untuk menghitung hujan rencana adalah sebagai berikut :
1. Metode Distribusi Normal 2. Metedo Distribusi Gumbel
3. Metode Distribusi Log Person Type III
8 1. Nilai rata – rata
X =
∑
...(4)
Dimana :
X = Nilai rata – rata (mm)
Xi = Nilai pengukuran dari suatu variant (mm) n = Jumlah data
2. Koefisien Kemencengan (Cs)
Cs = ∑
... (5)
(Sumber : Soewarno, 1995, Hal. 81)
Dimana :
Cs = Koefisien kemencengan
Sd = Standart Devisiasi dari sample (mm) X = Rata – rata hitung dari sample (mm) Xi = Nilai variant ke-I (mm)
n = Jumlah data
3. Koefisien Kurtosis
Ck = ∑ ̅
... (6)
(Sumber : Soewarno, 1995,Hal.89)
Dimana :
Ck = Koefisien Kurtosis
Sd = Standart Deviasi dari sampel (mm)
̅
= Rata – rata hitung dari sample (mm) Xi = Nilai variant ke-I (mm)n = Jumlah data
2.1.2.2 Metode Distribusi Gumbel
Untuk menghitung curah hujan dengan masa ulang tertentu menurut Gumbel dapat dipakai perumusan sebagai berikut :
X =
̅
+(Y – Yn)... (7) (Sumber : Soewarno, 1995, Hal.127)
9
X = Hujan dengan masa ulang T
̅
= Nilai rata-rata hitung variant S = Standar devisiasiY = Nilai reduksi variant dari variable yang diharapkan terjadi pada periode ulangtertentu, atau dapat dihitung dengan rumus :
Y =
l
n[-l
n ( ] untuk T ≥ 20, maka =l
n T ... (8) (Sumber : Soewarno, 1995, Hal. 128)T = Peride ulang
Yn = Nilai rata – rata reduksi dari variant (mean of reduced variable) nilainya tergantung dari jumlah data (n)
Sn = Deviasi standart dari reduksi variant (standart deviation of the reduced variant)nilai datanya tergantung dari jumlah data (n)
2.1.2.3 Metode Log Pearson Type III
Perkiraan besarnya probabilitas hujan rencana dengan periode ulang T tahun dengan metode ini menggunakan perumusan :
Log X = ̅̅̅̅̅̅̅̅+ k. ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅... (9)
(Sumber : Soewarno, 1995, Hal.143)
Dimana :
̅̅̅̅̅̅̅=∑ ...(10)
(Soewarno, 1995, Hal.142)
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅=
√
∑ ̅̅̅̅̅̅̅̅...(11)
(Sumber : Soewarno, 1995, Hal.143)
Cs = ∑ ̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ...(12)
(Sumber : Soewarno, 1995, Hal.143)
Dimana :
X = Curah Hujan Rencana Periode ulang T tahun S = Standart Deviasi
N = Jumlah Data
CS = Koefisien Kemencengan
10
Untuk menentukan kecocokan distribusi frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter, yaitu :
a. Metode Chi Kuadrat
Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X₂, oleh karena itu disebut dengan uji Chi – Kuadrat. Parameter X₂ dapat dihitung dengan rumus :
X =
∑
...(13)
(Sumber : Soewarno, 1995,Hal.194)
Dimana :
X = Parameter Chi kuadrat terhitung ∑ = Jumlah sub kelompok
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-i Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i
b. Metode Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan ini sering disebut uji kecocokan non parametic,karena pegujian tidak mengunakan fungsi distribusi tertentu.Rumus yang digunakan adalah:
D = Maksimum
P
Xm
P’
Xm
...(14)
(Sumber :Soewarno, 1995, Hal. 1995)
Dengan:
P (X) =
...(15)
F (t)
=
...(16)P(X) = f (t) = 1 - t...(17)
11 (Sumber : Bonnier, 1980)
Catatan : α = derajat kepercayaan.
c.Distribusi Hujan Per Jam
Sebaran hujan per jam dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut :
...(18)
(Sumber : Sosrodarsono, Suyono. Bendungan Tipe Urugan. Hal : 40)
Dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
T : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
R24 : Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari
tahapan sebelumnya (tahapan analisis frekuensi)
d. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu variable yang didasarkan pada kondisi daerah aliran sungai dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.Adapun kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Keadaan Hujan.
Luas dan bentuk daerah aliran.
Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai.
Daya infiltrasi dan perkolasi tanah.
Kelembapan tanah dan suhu udara dan angin serta evaporasi.
Tata guna tanah.
12
No Kondisi DAS Angka Pengaliran
1
Tanah berelief berat & hutan Daerah pertanian
daerah sawah irigasi Sungai di pegunungan Sungai di dataran rendah
Sungai besar yang sebagian alirannya berada di dataran
2.1.4 Hidrograf Banjir Metode Nakayasu
Perhitungan banjir rencana pada embung Gunung Rancak II dihitung dengan menggunakan unit hidrograf metode Nakayasu dengan rumus :
Qp=
Tp : Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3:Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak sampai debit
menjadi 30 % dari debit puncak (jam)
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan rumus pendekatan sebagai berikut :
Sungai dengan panjang > 15 km
13
Fungsi utama Embung adalah untuk memanfaatkan air pada musim penghujan, menampung air sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. Hal yang terpenting dari embung adalah kapasitas embung atau kapasitas tampungan yang meliputi :
Kapasitas efektif :Volume tampungan dari embung yang dapat dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan air yang ada.
Kapasitasmati :Volume tampungan untuk sedimen.
Kapasitas tampungan tersebut perlu diketahui sebab merupakan dasar untukperencanaan bangunan-bangunan seperti :
Bendungan, Spillway maupun intake.
2.2.1 Menentukan Debit Inflow
Untuk memenuhi ketersediaan volume air didalam embung selama pengoprasian, diperlukan debit yang diharapkan mampu mencukupi besarnya debit di pintu pengambilan (debit outflow). Pada perencanaan ini debit andalan diambil sebesar 80% yang berarti dihadapi besarnya resiko debit yang lebih kecil dari debit andalan adalah 20%.
Besarnya debit inflow andalan 80% didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P = + 1...(24)
Dimana:
P = Probabilitas 80% terlampaui N = Jumlah data
2.2.2 Menentukan Debit Outflow
Penentuan debit outflow disesuaikan dengan kebutuhan yang direncanakan dalam pembangunan embung Gunung Rancak II.
2.2.3 Menentukan Lengkung Kapasitas Embung
Lengkung kapasitas embung merupakan grafik yang menghubungkan luas daerahgenangan dengan volume tampungan terhadap elevasinya.Berhubung fungsi utama embung adalah untuk menyediakan tampungan, maka ciri fisik utama yang terpenting adalah kapasitas tampungan. Secara sistematis volume tampungan embung dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Ii = (h(i + 1) – hi) x 0.5 x (Fi + F (i + 1) ...(25)
14
Dimana :
Ii = Volume pada setiap elevasi ketinggian mulai hi sampai
h
(i + 1)(m3) Fi = Luas genangan pada elevasi tinggi hi (m2)F
(i + 1) = Luas genangan pada elevasi tinggi h(i + 1)(m2)It = Volume total (m3)
Gambar 1.3
Gambar grafik hubungan antara elevasi,luas,dan volume.
(Sumber : www.google.com)
2.2.4 Analisa Kebutuhan Air Baku
Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan airbaku embung Gunung Rancak berfungsiuntuk penyediaan air baku.
Untuk memperkirakan kebutuhan air bersihuntuk penduduk di sekitar embung, faktor pertumbuhan penduduk sangat menentukan dalamperencanaan debit kebutuhan dan sarana distribusi.
2.2.4.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Metode yang digunakan dalam memproyeksi pertumbuhan penduduk adalah Metode Geometri, dengan rumus sebagai berikut :
Rumus :
Pn = Pt (1 +r)n... (27)
15 r = (
x 100 ... (28)
Dimana :
Pn =Jumlah penduduk pada proyeksi n tahun
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
R = Laju pertumbuhan penduduk (%) t = Selang waktu tahun data
n =Jumlah tahun proyeksi
2.2.4.2 Perhitungan Kebutuhan Air
Kebutuhan air dihitung berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode Geometrik.
Perhitungan kebutuhan air berdasarkan penduduk tahun proyeksi 21 tahu, dengan asumsi kebutuhan air per orang adalah 60 lt/org/hari.
Kebutuhan air/hari = Pd x Qu... (29) Vu = Jh x Pd x Qu... (30)
Dimana :
Vu = Tampungan kebutuhan air baku(m3)
Jh = Jumlah hari musim kemarau, asumsi 6 bulan (180 hari) Pd = Penduduk hasil proyeksi
Qu = Kebutuhan air (lt/org/hari)
2.3 Perencanaan Teknis Tubuh Embung
2.3.1 Perhitungan Kapasitas Pelimpah
Pelimpah direncanakan untuk dapat menampung debit banjir dengan periode perulangan t tahun, persamaan yang digunakan :
Q = C .L . H3/2... (31)
(Sumber : Sosrodarsono, Suyono. Bendungan Tipe Urugan. Hal : 181)
Dimana :
Q = Debit (besarnya debit rencana) C = Koefisien Limpahan
L = Lebar mercu bending
16 2.3.2 Menentukan Kapasitas Banjir
Untuk menentukan kapasitas embung terhadap banjir rencana yang terjadi digunakan flood routing atau penelusuran banjir. Metode penelusuran banjir di waduk yang lazim digunakan yaitu, “Modified Pul’s Method”, dengan persamaan sebagai berikut :
Persamaan dengan periode penelusuran Δt setelahdisederhanakan akan menjadi :
Maka diperoleh persamaan :
ψ = ϕ...(37)
(Sumber : C.D, Hidrologi Teknik,1999 hal.123)
I1dan I2 diketahui dari hidrograf banjir rencana, dimana merupakan debit inflow
pada jam ke-1 dan jam ke-2 dari interval waktu yang telah ditentukan Δt (detik).
S1 merupakan tampungan (storrage) embung pada permulaan penelusuran, yang
dapat diukur dari elevasi mercu pelimpah (datum). Dari persamaan diatas maka dapat dicari hubungan elevasi, tampungan dan debit.
2.3.3 Menentukan Tinggi Jagaan
Untuk menentukan tinggi jagaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
17 Hf ≥ Δh + (hw atau ) + hα + hi... (39)
(Sumber : Sosrodarsono, Suyono. Bendungan Tipe Urugan. Hal : 171)
Dimana :
Hf = Tinggi jagaan(m)
Δh = Tinggi kemungkinan kenaikan air embung yang terjadi akibat timbulnya banjir Abnormal (m)
he = Tinggi ombak akibat gempa(m)
ha = Tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air waduk, apabila terjadi kemacetan - kemacetan pada pintu bangunan pelimpah (m)
hi = Tinggi tambahan berdasarkan tipe pelimpah(m) hw = Tinggi ombak akibat tiupan angin(m)
2.3.4 Menentukan Lebar Mercu Embung
Untuk memperoleh lebar mercu embung dihitung dengan rumus :
b = 3,6 x H1/3 – 3,0... (40) (sumber : Sosrodarsono, Suyono.Bendungan Tipe Urugan. Hal : 174)
Dimana :
b = Lebar mercu embung H = Tinggi embung
2.4 Perencanaan Stabilitas Tubuh Embung
2.4.1 Stabilitas Tubuh Embung Terhadap Aliran Filtrasi
2.4.1.1 Penentuan Kapasitas Aliran Filtrasi
Adalah besarnya rembesan air yang menuju ke hilir tubuh embung dan pondasi embung, filtrasi harus mempunyai batasan tertentu agar tidak
menyebabkan bahaya sufosi dan boi’ing.
Besarnya kapasitas filtrasi yang melalui tubuh embung dapat ditentukan melalui persamaan :
Qf =
∑
. B... (41)18
Maka :
Qf = k
∑
. i . A... (43) (sumber : Sosrodarsono, Suyono.Bendungan Tipe Urugan. Hal : 166)Dimana :
Qf = Kapasitas filtrasi
q = Kapasitas filtrasi per unit panjang tubuh embung B = Lebar profil tubuh embung
i = Gradient hidrolis
A = Luas potongan melintang yang dilalui air filtrasi per unit lebar k = Koefisien filtrasi
2.4.1.2 Penentuan Aliran Filtrasi Terhadap Sufosi dan Boiling
Sebagai syarat kestabilan bendungan terhadap sufosi dan boiling. Maka besarnya debit filtrasi yang terjadi (Qf) tidak boleh melebihi debit filtrasi yang
diijinkan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
̅
= K . Yo .L... (44)Dimana :
̅
= Kapasitas aliran filtrasi yang diijinkan K = Koefisien filtrasiL = Lebar melintang bendung
2.4.2 Stabilitas Tubuh Embung Terhadap Gelincir
Konstruksi bendung urugan biasanya direncanakan pada tingkat stabilitas dengan faktor keamanan dengan kondisi normal diambil 1,5 dan untuk kondisi gempa diambil 1,2. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Keadaan Normal
Fs = ( – ) > 1,5... (45)
b. Keadaan Gempa
Fs = ( – – ) > 1,2... (46)
Dimana :
Fs = Faktor keamanan
19
T = Beban komponen tangensial yang timbul dari berat irisan bidang luncur ( .A.sin
U = Tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur (u.b/cos
Ne = Komponen bidang vertikal seismik yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur.
Te = Komponen tangensial beban seismik yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur (e.w.cos
W = Berat isi x luas setiap irisan bidang luncur
= Sudut geser dalam bahan yang membentuk dasar setiap bidang luncur L = Lebar setiap irisan bidang luncur
e = Intensitas seisma horizontal = 0,15
= Berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur A = Luas dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur
20
BAB III
METODOLOGI
3.1 Jadwal Kegiatan Penyusunan Proyek Akhir
21 3.2 Diagram Alir Kegiatan Penyusunan Proyek Akhir
Gambar 1.4
Pengumpulan Data
Analisa Data
Analisa Hidrologi
1.Peta Tofografi 2. Data Hidrologi 3.Data Mekanika Tanah 4.Data Penduduk 5. Data Eksisting
Analisa Kapasitas Embung
Perencanaan Teknis Embung
Kontrol Stabilitas Embung
Kesimpulan
TIDAK STABIL
STABIL
Mulai
22
DAFTAR PUSTAKA
Soewarno, 1995 : Hidrologi Jilid 1