IMPLEMENTASI PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP KELAS VII MATERI
HUBUNGAN SUDUT-SUDUT YANG TERDAPAT PADA DUA
GARIS SEJAJAR YANG DIPOTONG OLEH SEBUAH GARIS
IMPLEMENTATION OF SCIENTIFIC APPROACH TO MATHEMATIC
TEACHING IN JUNIOR HIGH SCHOOL CLASS VII MATERIAL THE
RELATION OF ANGLE ON TWO PARALLEL LINES ARE CUT BY AN
OUTLINE
Diky ilma Haq , Muhammad Arif Zulmi
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matemaatika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta
E-mail : [email protected] , [email protected]
Abstrak
Pendekatan scientific merupakan pendekatan pembelajaran yang fokus digunakan dalam kurikulum 2013. Pendekatan pembelajaran tersebut memiliki langkah-langkah yang sistematis dalam pembelajaran yaitu terdapat lima langkah mulai dari mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan mengkomunikasikan /membentuk jejaring (networking). Dalam hal ini, implementasi pendekatan scientific diterapkan pada materi pembelajaran matematika SMP kelas VII materi hubungan sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis dengan tujuan meningkatkan kemampuan berpikir serta memahami konsep pembelajaran dengan baik melalui pendekatan pembelajaran scientific.
Kata kunci : Pendekatan scientific, Hubungan sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis, kurikulum 2013.
Abstract
Scientific approach is a learning approach that focuses in the curriculum 2013. The curriculum used in the teaching approach has a systematic steps in learning that there are five steps ranging from observing ( observing ) , ask ( questioning ) , reasoning ( associating ) , tried ( experimenting ) , and communicate / forming networks ( networking ) . In this case , implementation of the scientific approach applied to the material seventh grade junior high school math learning materials angle relationships contained in two parallel lines are cut by a line with the goal of improving the ability to think and understand the concept of learning through scientific learning approach .
Keywords : scientific approach , Relationships corners contained in two parallel lines are cut by a line , curriculum 2013.
I PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 banyak digunakan oleh beberapa sekolah saat ini sebagai kurikulum di beberapa sekolah tersebut, masih banyaknya pemberlakuan kurikulum 2013 saat ini di beberapa sekolah karena kurikulum ini masih baru digunakan hal yang paling mendasar dalam kurikulum 2013 yaitu pembelajarannya yang menekankan pada suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan scientific. Pembelajaran melalui pendekatan scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.
Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis pembelajaran. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Selanjutnya, fokus pendekatan scientific yang akan dibahas berkaitan dengan pembelajaran matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari disetiap jenjang pendidikan. Patut disadari bahwa matematika banyak sekali peranannya, baik dalam ilmu pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia, menurut Putrawan (dalam Fanny, 2013). Untuk itu perlu dilakukan pembaruan secara berkelanjutan dalam bidang pendidikan khususnya dalam pelajaran matematika. Satu di antara materi yang dipelajari siswa mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas adalah geometri. Sehingga, fokus yang akan kami bahas berkaitan dengan hubungan sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis yang termasuk pula dalam ilmu geometri.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan scientific berkaitan dengan materi kelas VII SMP yaitu materi tentang hubungan sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong
oleh sebuah garis. Sehingga, kami akan membahas bagaimana penerapan pendekatan scientific terhadap pembelajaran matematika SMP kelas VII materi hubungan sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis?
II LANDASAN TEORI
Pada bagian ini akan dibahas tentang (1) Pengertian pendekatan scientific, (2) Dasar teori belajar pendekatan scientific, (3) Langkah-langkah pendekatan scientific.
A. Pendekatan Scientific
Pendekatan dapat didefinisikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Menurut Kellen (dalam Lulu, 2014), definisi pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Menurut Hamalik (dalam Lulu, 2014), penggunaan suatu pendekatan pada umumnya menentukan bentuk dan pola yang dipergunakan oleh kurikulum. Adapun kurikulum 2013 yang sedang diimplementasikan saat ini menggunakan jenis pendekatan scientific.
Menurut Hudson (dalam Lulu, 2014), pendekatan scientific pertama kali diperkenalkan di Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada pendekatan laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah. Menurut Maria Verelas dan Michael Ford (dalam Lulu, 2014), pendekatan scientific ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia.
ciri khas pendekatan scientific adalah pemecahan masalah melalui penalaran dan pengamatan. Lebih rinci dalam permendiknas nomor. 81A (2013:35) disebutkan lima kegiatan pembelajaran dalam pendekatan scientific yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh definisi pendekatan scientific yaitu titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang berbasis penyelidikan ilmiah. Adapun proses pembelajaran berbasis penyelidikan ilmiah diwujudkan dalam usaha sistematik untuk mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
B. Landasan Teori Belajar Pendekatan
Scientific
Pendekatan scientific relevan dengan beberapa teori belajar diantaranya yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori-teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Teori belajar Bruner
Menurut Slavin (dalam Lulu, 2014), teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Dalam hal ini, Bruner mengungkapkan bahwa mata pelajaran yang diajarkan tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup kecil tentang mata pelajaran tetersebut, melainkan lebih-lebih untuk mengupayakan siswa berpikir untuk dirinya sendiri, mempertimbangkan persoalan, mengambil bagian dalam proses perolehan pengetahuan.
2) Teori belajar Piaget
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada.
3) Teori belajar Vygotsky
Menurut Slavin (dalam Lulu, 2014), Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas yang belum dipelajari namun tugas-bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
C. Langkah-langkah Umum Pendekatan
Scientific
Adapun langkah-langkah umum pendekatan scientific dalam proses pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan (Permendiknas Nomor. 81a, 2013). Langkah-langkah tersebut dijelaskan dalam uraian berikut: 1) Mengamati
Menurut Nur (dalam Lulu, 2014), pengamatan adalah menggunakan satu atau lebih indera-indera pada tubuh manusia yaitu penglihat, pendengar, pembau, pengecap, dan peraba atau perasa. Misalnya melihat sebuah papan tulis, mendengar bel berdering, membau asap, mengecap rasa jeruk, meraba kain yang halus semua itu merupakan contoh kegiatan pengamatan. Informasi yang dikumpulkan dari pengamatan disebut bukti atau data.
2) Menanya
sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
3) Mengumpulkan Informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti,atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya.
4) Mengasosiasikan
Kegiatan mengasosiasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.
5) Mengkomunikasikan
Kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan scientific ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibahas tentang (1) Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII materi hubungan sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis, (2) Tujuan penerapan pembelajaran materi menggunakan pendekatan scientific, (3) Kekurangan dan kelebihan pendekatan Scientific.
A. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Hubungan Sudut-Sudut yang Terdapat pada Dua Garis Sejajar yang Dipotong oleh Sebuah Garis
Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase-2 Menyajikan informasi
Kegiatan Pendahuluan
1. Membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdo’a yang dipimpin oleh salah seorang siswa
2. Guru memberikan judul materi pelajaran yang akan dipelajari yaitu hubungan sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai Apersepsi :
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengingatkan siswa tentang konsep garis dan kedudukan garis dan konsep sudut, misalnya: Apa pengertian garis dan kedudukan dua buah garis ?. Motivasi :
Memotivasi siswa dengan cara menunjukkan contoh-contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari seperti berikut:
Pernahkah kalian memperhatikan lintasan dari kereta api ? Sekarang perhatikan gambar di atas. Pada gambar di atas terlihat bahwa rel kereta api seperti membentuk dua garis yang saling sejajar dan berpotongan dengan rel kereta api lainnya
Demikian juga pada keramik di rumah kalian, telihat pada gambar bahwa keramik juga memiliki pola pada masing-masing sela di keramik yang membentuk pola garis-garis yang sejajar yang kemudian berpotongan dengan garis lainnya.
Guru mengkomunikasikan tujuan belajar dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai siswa
Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh (pengamatan disertai tanya jawab, penugasan dan diskusi kelompok, pembahasan tugas secara klasikal, pemajangan hasil tugas dengan sintaks model pembelajaran STAD)
Fase- 3
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase-5 Evaluasi
Kegiatan Inti
Mengamati:
Peserta didik dikelompokkan secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang dan menjelaskan aturan main pembelajaran dengan STAD
Setiap Kelompok diberi Lembar Aktivitas Siswa dan lembar materi siswa
Sebelum mengerjakan LAS guru memberikan gambaran serta pemahaman mengenai nama-nama khusus dari sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis
Menanya :
Setelah penyampaian materi, siswa diarahkan untuk menanyakan mengenai penyampaian materi yang telah disampaikan guru yaitu :
Apa hubungan yang terdapat pada sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis ?.
Setelah diberikan pemahaman tentang nama-nama khusus dari sudut-sudut pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis dan diarahkan untuk bertanya maka siswa diminta untuk mulai mengerjakan LAS yang diberikan oleh guru.
Melalui Pengerjaan dari LAS siswa diarahkan untuk mempelajari konsep hubungan sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis.
Mengumpulkan informasi
Siswa berdiskusi bersama kelompoknya untuk menyelesaikan masalah pada LAS dengan cara menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah mereka punya atau mengumpulkan informasi dalam pemcahan masalah yang terdapat pada LAS dengan berbagai cara yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Mengasosiasikan:
Setelah berdiskusi dan mengumpulkan informasi, para siswadiharapkan dapat memecahkan masalah yang terdapat pada LAS dan menyelesaikan semua permasalahan dengan segala informasi dan pengetahuan yang telah mereka miliki. Mengkomunikasikan :
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi tentang penyelesaian masalah yang terdapat pada LAS dan menyimpulkan hasil diskusi dari kelompoknya masing-masing. Games Refleksi :
1. Siswa dengan bimbingan guru, membuat kesimpulan tentang hubungan sudut-sudut pada garis sejajar melalui games refleksi dimana pada games ini siswa diminta untuk menyebutkan satu nama benda yang termasuk ke dalam jenis benda yang diminta oleh guru dengan menghubungkan tiap akhir huruf dari siswa. Sebagai contoh : jika guru meminta nama jenis buah dan guru mengatakan apel maka siswa harus menjawab nama buah yang sesuai dengan huruf terakhir dari apel yaitu l misalkan lemon atau lechy dsb. Siswa yang tidak dapat menjawab dengan benar ataupun kurang cekatan dalam menjawab akan diberikan “hadiah”.
2. Siswa yang mendapat “hadiah” dimana guru menggambar di papan tulis dua garis yang dipotong transversal dan siswa diminta menentukan dua jenis hubungan sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong transversal
melalui gambar yang dibuat oleh guru di papan tulis.
3. Guru terus melakukan games hingga semua nama sudut dan hubungannya pada garis sejajar telah terpenuhi.
Fase-6 Memberikan penghargaan
Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai konsep materi yang belum dipahami
2. Guru memberikan feedback atau penghargaan kepada kelompok terbaik
3. Guru memberikan latihan bagi siswa di rumah untuk menguatkan pemahaman siswa
4. Guru menutup kelas dengan meminta salah satu siswa untuk membaca doa penutup kelas dan kemudian guru memberi salam kepada siswa.
10 menit
Berikut contoh penerapan pendekatan scientific pada materi garis dan sudut yaitu sub materi hubungan antar sudut jika dua buah garis sejajar dipotong oleh sebuah garis , yang dituangkan dalam contoh Lembar Aktivitas Siswa (LAS) sebagai berikut :
LEMBAR AKTIVITAS SISWA Tujuan Pembelajaran
Menentukan hubungan antar sudut jika dua buah garis sejajar dipotong oleh sebuah garis lainnya
Dengan menggunakan busur derajat ukurlah besar masing-masing sudut yang ada pada gambar di atas. Adakah sudut-sudut yang besarnya sama? Coba kamu pasangkan sudut-sudut yang besarnya sama. Dengan melihat hasil di atas, tanpa menggunakan busur derajat, coba tandai sudut-sudut yang besarnya sama pada gambar berikut.
Menga
mati
Mengump
ulkan
Setelah kalian menandai sudut-sudut yang sama besar pada gambar di atas, sekarang kalian harus menentukan hubungan antara sudut-sudut yang terdapat pada dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis dengan menggunakan gambar berikut ini
Setelah kalian menjawab soal tersebut maka perwakilan kelompok diharapkan mempresentasikan hasil dari diskusi kelompoknya di depan kelas dan menyimpulkan hasil dari diskusi masing-masing kelompok.
B. Tujuan Penerapan Pembelajaran Materi Menggunakan Pendekatan Scientific
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut, antara lain:
1) Meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi,
2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik,
3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan,
4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi,
5) Untuk melatih siswa dalam
mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, dan
6) Untuk mengembangkan karakter siswa.
C. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan
Scientific
Berdasarkan telaah uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan scientific memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan yaitu sebagai berikut.
1) Kelebihan
(a) Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran.
(b) Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.
(c) Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk aktif dengan berbagai sumber belajar
(d) Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
(e) Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
(f) Selain itu juga dapat mengembangkan karakter siswa.
2) Kekurangan
Dibutuhkan kreativitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan belajar dengan menggunakan pendekatan scientific sehingga apabila guru tidak mau kreatif, maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 yang saat ini kita gunakan berbasis pada suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses-proses terpadu dan sistematis yaitu melalui peendekatan scientific dengan proses 5 M yaitu : Mengamati, Menanya, Menalar, Mencoba, dan Mengkomunikasikan yang pada dasarnya merupakan pengembangan lebih jauhdari tahapan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dengan pendekatan scientific diharapkan siswa dapat menelaah suatu materi pembelajaran dengan baik serta berpikir secara analitik terutama dalam pembelajaran matematika. Hakikat dalam belajar matematika berkaitan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut aturan yang logik. Jadi matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasar alasan logik, namun kerja matematik terdiri dari observasi, menebak dan merasa, mengetes hipotesis, mencari analogi, dan seterusnya
sehingga pada akhirnya dapat merumuskan teorema-teorema yang dimulai dari asumsi-asumsi dan unsur-unsur yang tidak didefiniskan dan hal ini sangat berkaitan dan sesuai dengan penggunaan pendekatan scientific dalam menentukan langkah-langkah observasi dan lainnya sehingga dapat menemukan suatu hasil yang telah dirumuskan dan dikonsepkan. Sehingga diharapkan dengan Pendekatan scientific para peserta didik dapat berkegiatan selama proses pembelajaran, sehingga matematika akan lebih bermakna. Intinya, pendekatan scientific diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran guru-guru di Indonesia sehingga dapat menciptakan gaya pembelajaran yang inovatif serta kreatif yang dapat mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat menemukan dan memecahkan masalah sendiri serta memahami makna dari materi pembelajaran yang dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Anggi Rhosalia, Lulu. 2014. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik Terpadu. Makalah Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. [ONLINE] Tersedia : http://www.academia.edu/8756607/pendekatan_scientific_dalam_pembelajaran_terpadu. Diakses pada tanggal 29 November 2015.
Atsnan, M.F. 2013. Penerapan Pendekatan scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). (Makalah). disampaikan pada Seminar Nasional Matematika. [ONLINE] Tersedia : http://eprints.uny.ac.id/10777/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2015.
Efriana, Fanny. 2014. Penerapan Pendekatan Scientific untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTsN Palu Barat pada Materi Keliling dan Luas Daerah Layang-Layang. e-Journal Program Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01 Nomor 02, Maret 2014. [ONLINE] Tersedia : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3219/2274. Diakses pada tanggal 12 Desember 2015.
Hodson, D. (1996). Laboratory work as scientific method: Three decades of confusion and distortion.
Journal of Curriculum Studies. [ONLINE] Tersedia :
http://65.54.113.26/Publication/3305623/laboratory-work-as-scientific-method-three-decades-of-confusion-and-distortion. Diakses pada tanggal 6 Desember 2015.
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : IKIP Malang. Hal. 64.
Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian). Bandung : Alfabeta. Hal. 234-239.
Machin, A. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal Pendidikan Ilmiah Indonesia (JPII) 3(1) 2014 hal 28-35. [ONLINE] Tersedia : http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii. Diakses pada tanggal 28 November 2015.